Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas perencanaan penerapan konsep Transit Node District di Desa Tegorejo untuk mengembangkan Stasiun Kalibodri menjadi stasiun penumpang.
2) Saat ini stasiun dan fasilitasnya belum memadai untuk menjadi stasiun penumpang.
3) Konsep Transit Node District diharapkan dapat meningkatkan konektivitas, kapasitas stasiun, dan kualitas lingkungan
2. 2 Putri, Dayrobi, Adhika, Aziz, Rizqi, Kusumaningtyas, Hasmantika, Pasaribu, Andriani, Anas, dan Almira
JURNAL RUANG (1) NO. 4, JUNI 2016, 1 - 10
Pendahuluan
Kajian Teori Transit Node
District
Pembangunan merupakan upaya sadar untuk mengelola dan
memanfaatkan sumberdaya, guna meningkatkan mutu kehidupan rakyat (M.
Kuncoro, 2003). Pembangunan di suatu daerah baiknya menyesuaikan dengan
kondisi fisik, karakteristik penduduk dan potensi yang ada. Demikian halnya
dengan pembangunan di Kabupaten Kendal. Setelah berjalannya
pembangunan Kawasan Industri Kendal (KIK) di Kecamatan Kaliwungu,
masing-masing pusat kegiatan Kabupaten Kendal berusaha untuk menciptakan
integrasinya dengan Kawasan Industri Kaliwungu. Hal ini bertujuan untuk
mengantisipasi potensi permintaan pergerakan penduduk menuju ke
Kaliwungu.
Salah satu rencana pengembangan daerah di Kabupaten Kendal adalah
peningkatan kapasitas Stasiun Kereta Api Kalibodri yang berada di Desa
Tegorejo, Kecamatan Pegandon. Jenis Stasiun Kalibodri saat ini adalah
stasiun barang. Berdasarkan Perda Kabupaten Kendal No. 20 Tahun 2011
tentang RTRW Kabupaten Kendal Tahun 2011-2031, Stasiun Kalibodri akan
ditingkatkan kapasitasnya sebagai stasiun penumpang. Rencana peningkatan
kapasitas stasiun ini belum didukung dengan peningkatan pelayanan
infrastruktur fisik di sekitar stasiun. Fasilitas Stasiun Kalibodri eksisting
belum siap untuk menjadi stasiun penumpang, seperti ruang tunggu, ruang
pengelola dan lapangan parkir kendaraan yang belum memadai. Selain
fasilitas di kawasan stasiun yang masih belum siap, kawasan sekitar stasiun
juga belum mendukung aktivitas transit di Stasiun Kalibodri.
Untuk mengatasi permasalahan serta mengembangkan potensi di Desa
Tegorejo, diperlukan perencanaan dan perancangan stasiun dan kawasan
sekitar stasiun dengan sebuah tujuan perancangan. Tujuannya ialah
merencanakan dan merancang Stasiun Kalibodri dan kawasan sekitar
Kalibodri dengan menerapkan konsep Transit Node District. Kawasan yang
akan dirancang seluas 10,2 Hektar yang berada di Desa Tegorejo. Deliniasi
kawasan perancangan dapat dilihat pada Gambar 1.
Sumber: Bappeda Kabupaten Kendal, 2011
Gambar 1. Peta Administrasi Kawasan Perancangan
Konsep perancangan yang akan diterapkan ialah Transit Node District.
Konsep ini didasari pada literatur mix used transit node station yang
dikemukakan oleh Michael Fregoso. Konsep ini memiliki 9 indikator, yaitu:
1. Intermodal merupakan spesialisasi dari combined transport yang
memiliki implikasi positif terhadap perkembangan teknologi
transportasi. Combined transport ini bisa dari peralihan penggunaan
kendaraan pribadi ke kendaraan umum yang satu ke kendaraan umum
lainnya.
3. Putri, Dayrobi, Adhika, Aziz, Rizqi, Kusumaningtyas, Hasmantika, Pasaribu, Andriani, Anas, dan Almira 3
JURNAL RUANG (1) NO. 4, JUNI 2016, 1 - 10
Potensi dan Permasalahan
di Lokasi Perancangan
Konsep Perancangan
Transit Node District
2. Commercial Path merupakan suatu koridor komersial yang memberikan
pelayanan perdagangan umum.
3. Bangunan Ramah Lingkungan merupakan bangunan yang menerapkan
prinsip lingkungan dalam perancangan, pembangunan, dan
pengelolaannya, sehingga tercipta lingkungan yang sehat.
4. Jalur Hijau Sepanjang Jalur Kereta Api. Dalam indikator ini diharapkan
jalur kereta api memiliki garis sempadan sebesar 11 meter. Dan garis
sempadan ini dijadikan jalur hijau.
5. Ruang Terbuka Publik. Menyediakan ruang terbuka publik sebagai
sarana interaksi sosial masyarakat, yang terdiri atas ruang terbuka hijau
dan ruang terbuka binaan (non-hijau).
6. Pengembangan Kawasan Hunian. Setelah stasiun beroperasi, tentunya
dibutuhkan hunian bagi pengelola stasiun yang sifatnya rumah dinas.
7. Membentuk Keterlibatan Masyarakat. Terdapat keterlibatan masyarakat
dalam melakukan perencanaan dan melakukan pengawasan atas
perencanaan tersebut.
8. Merancang Kapasitas Jalan untuk Semua Pengguna. Merancang jalan
untuk kebutuhan pejalan kaki dan pengguna angkutan umum yang
diprioritaskan untuk kenyamanan pergerakan.
9. Melaksanakan Rencana dan Melakukan Evaluasi Keberhasilan.
Beberapa potensi dan kendala yang terdapat pada lokasi perancangan,
yaitu:
1. Stasiun Kalibodri yang strategis, berada di tengah-tengah jalur
pergerakan dalam Kabupaten Kendal atau di antara jalur Stasiun Weleri
dan Kaliwungu, masih memiliki persiapan yang kurang untuk menjadi
stasiun penumpang berdasarkan RTRW Kabupaten Kendal, khususnya
dalam hal fasilitas stasiun.
2. Sekitar 13% dari luas lahan total masih dapat dikembangkan sebagai
kawasan pengembangan Stasiun Kalibodri, namun dikhawatirkan akan
terjadinya degradasi lingkungan di sekitar kawasan stasiun.
3. Jalan Pegandon Raya yang menghubungkan antara Kecamatan Patebon,
Pegandon, dan Ngampel dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
perekonomian pada bidang perdagangan dan jasa. Akan tetapi, dimensi
jalannya belum memadai untuk mempermudah aksesibilitas menuju
Stasiun Kalibodri jika terjadi peningkatan fungsi stasiun.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Kendal Stasiun Kalibodri yang terletak
di Desa Tegorejo, Kecamatan Pegandon akan ditingkatkan kapasitasnya dari
stasiun barang menjadi stasiun penumpang kelas II untuk DAOP Semarang.
Adanya peningkatan di bidang transportasi khususnya kereta api tersebut,
maka konsep yang digunakan berkaitan dengan pengembangan kawasan di
sekitar stasiun kereta api komuter. Secara kondisi eksisting, stasiun kereta api
masih menjadi stasiun barang dan fasilitas penunjang untuk sebagai kereta api
penumpang belum memadai. Selain itu transportasi lainnya belum mampu
menjangkau semua wilayah sehingga masyarakat cenderung lebih
menggunakan kendaraan pribadi.
Beberapa permasalahan tersebut akan diselesaikan dengan
menggunakan konsep dari Transit Node District. Konsep ini dipilih karena
akan menyelesaikan beberapa masalah pada kawasan yang akan
mengoptimalkan pengembangan Stasiun Kalibodri dan pengembangan
kawasan hunian pengelola stasiun yang ramah lingkungan serta berkelanjutan.
Adanya konsep tersebut diharapkan dapat mengembangkan konsep kawasan
yang terkonektivitas, meningkatkan kapasitas stasiun, memperbaiki kualitas
4. 4 Putri, Dayrobi, Adhika, Aziz, Rizqi, Kusumaningtyas, Hasmantika, Pasaribu, Andriani, Anas, dan Almira
JURNAL RUANG (1) NO. 4, JUNI 2016, 1 - 10
sosial dan lingkungan masyarakat. Berikut ini merupakan penerapan konsep
Transit Node District berdasarkan indikatornya:
1. Intermodal
Jenis intermodal yang diterapkan di kawasan perancangan mikro ialah
intermodal transportasi darat – kereta. Keberadaan Stasiun Kalibodri sebagai
stasiun komuter akan didukung dengan keberadaan terminal bus Tipe C.
Penerapan konsep ini bertujuan untuk mempermudah penumpang yang ingin
melakukan transit setelah ataupun yang akan menggunakan kereta di Stasiun
Kalibodri. Kereta yang tiba dan berangkat melalui Stasiun Kalibodri berasal
dari Weleri dan Kaliwungu. Sementara itu, untuk bus dan angkutan umum
yang beroperasi akan membantu penumpang menuju ke stasiun, kawasan
mikro permukiman, serta kawasan mikro perdagangan dan jasa. Angkutan
umum dan BRT yang membawa calon penumpang kereta komuter dari
kawasan permukiman maupun perdagangan dan jasa menuju ke luar
kawasan perancangan akan diturunkan di terminal.
2. Bangunan Ramah Lingkungan
Bentuk bangunan ramah lingkungan yang akan diterapkan pada
kawasan perancangan adalah green building. Bentuk green building ini
meiputi efisiensi energi, air, perlindungan terhadap lingkungan, kualitas
lingkungan di dalam bangunan meliputi suhu, kualitas udara, tingkat polusi
udara, dan prncahayaan alami, serta penerapan teknologi ramah lingkungan.
3. Ruang Terbuka Publik bagi Pengguna Kawasan
Pada kawasan perancangan, pengguna kawasan adalah penumpang
kereta komuter. Sementara itu, indikator ruang terbuka yang diperuntukkan
oleh penumpang kereta komuter berupa taman. Taman tersebut diisi dengan
pohon-pohon peneduh berupa pohon kiara payung dan ketapang yang
dilengkapi dengan gazebo untuk tempat istirahat sementara penumpang.
Selain itu, terdapat pula fasilitas bermain pada ruang terbuka publik sebagai
tempat menunggu bagi anak-anak agar tidak bosan.
4. Jalur Hijau Sepanjang Jalur Kereta Api
Jalur hijau yang diterapkan pada kawasan perancangan adalah dengan
membentuk lahan hijau sepanjang rel kereta. Hal ini memungkinkan pada
bagian rel tidak lagi hanya diisi oleh kerikil batu, namun juga dengan
membentuk permukaan permeable sehingga mampu menyerap air hujan dan
menyerap kebisingan dari roda kereta api yang melintas. Jenis tumbuhan
yang digunakan adalah Bermuda Grass - Rumput Bermuda, rumput tersebut
dapat menyerap air dengan baik ke dalam tanah dan meredam kebisingan
yang ditimbulkan dari pergerakan kereta komuter.
5. Commercial Path
Commercial Path merupakan jalur komersial yang dilewati oleh
penumpang kereta komuter saat tiba di terminal. Setelah turun di terminal
tersebut, penumpang yang hendak menuju stasiun akan melewati
commercial path. Commercial path ini terdiri dari pedagang makanan dan
minuman, souvenir, UMKM produk lokal, hingga ATM Gallery. Jalur ini
khusus bagi non-motorized, hanya untuk pejalan kaki dan pesepeda.
6. Pengembangan Hunian
Pengembangan hunian pada kawasan perancangan dititikberatkan pada
hunian bagi pengelola stasiun. Hunian tersebut dirancang agar
mempermudah pengelola dalam bertugas, sehingga pengelola dapat bekerja
dengan cepat dan tanggap terhadap hal-hal yang terjadi di kawasan sekitar
stasiun maupun di dalam stasiun. Kawasan hunian ini dirancang dengan
memiliki dua lantai yang terpisah menjadi dua gedung pula.
5. Putri, Dayrobi, Adhika, Aziz, Rizqi, Kusumaningtyas, Hasmantika, Pasaribu, Andriani, Anas, dan Almira 5
JURNAL RUANG (1) NO. 4, JUNI 2016, 1 - 10
Analisis Aspek
Perancangan
Aktivitas utama yang akan direncakan pada lokasi perancangan berupa
aktivitas pergerakan komuter “Transit Node District”. Aktivitas ini berupa
aktivitas pergerakan komuter penduduk secara harian dari dan menuju
perkotaan di Kabupaten Kendal, yaitu Weleri, Sukorejo, dan Kaliwungu.
Aktivitas penunjang berupa aktivitas memarkir kendaraan, menunggu,
memeriksa jadwal, dan harga tiket kereta maupun jual beli serta aktivitas
transaksi via ATM. Aktivitas pelayanan berupa perumahan untuk pengelola
stasiun, pemilik toko, serta pelayanan umum seperti kegiatan beribadat dan
sanitasi. Pada perumahan ini utilitas tertentu disediakan. Berdasarkan
peraturan Menteri Perhubungan No. 33 Tahun 2011, kapasitas maksimum
pelayanan stasiun kelas III dan terminal tipe C adalah 10.000 jiwa.
Analisis Tapak
- Konstelasi wilayah mencakup keterkaitan kawasan perancangan pada
Desa Tegorejo degan Kabupaten Kendal.
- Analisis lingkungan, berfungsi untuk menentukan kesesuaian zoning
kawasan perancangan pada Desa Tegorejo berdasarkan fungsi yang
telah ada.
- Analisis topografi, dapat diketahui dari garis kontur yang terdapat pada
kawasan perancangan di Desa Tegorejo, yaitu memiliki lereng yang
datar.
- Analisis kebisingan, terdiri dari kebisingan tinggi (Jalan Pegandon Raya
dan kawasan yang berbatasan langsung dengan rel kereta api) dan
kebisingan rendah (jalan lingkungan).
- Analisis drainase, berupa drainase tertutup yang alirannya ke saluran
Jalan Pegandon Raya dan drainase terbuka yang alirannya ke saluran
jalan lokal.
- Analisis view, terdiri dari view to site (berupa gapura yang berfungsi
sebagai penanda awal masuk dalam kawasan perancangan dan tulisan
TTND yang terbuat dari vegetasi hijau dan bunga) dan view from site
(berupa Stasiun Kalibodri yang dilengkapi taman tematik).
- Analisis vegetasi, terdapat pohon mahoni, bintaro, dan tanjung sebagai
peneduh dan maple jepang sebagai estetika di kawasan stasiun; pohon
kiara payung sebagai peredam suara di sepanjang rel kereta api; pohon
mahoni dan pohon kersen di sepanjang pedestrian ways; serta tanaman
tabebula sebagai estetika kawasan di taman.
- Analisis arah angin dan lintasan matahari, pola limpasan matahari
bergerak dari timur ke barat, sedangkan untuk arah angin yang cocok
pada kawasan perancangan yaitu angin yang sejuk dan sepoi-sepoi.
- Zoning kawasan, merupakan pembagian kawasan taman menjadi
beberapa zona tertentu.
Sumber: Analisis Penyusun, 2016
Gambar 2. Zoning Kawasan Perancangan pada Desa Tegorejo
6. 6 Putri, Dayrobi, Adhika, Aziz, Rizqi, Kusumaningtyas, Hasmantika, Pasaribu, Andriani, Anas, dan Almira
JURNAL RUANG (1) NO. 4, JUNI 2016, 1 - 10
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1B Studio Perancangan, 2016
Gambar 3. Site Plan
Analisis Tak Terukur
- Access, dilalui oleh Jalan Pegandon Raya dan pada kawasan
perancangan terdapat jalan lokal dan lingkungan.
- Compatibility, mencakup kecocokan topografi dengan intermodal dari
terminal ke stasiun.
- Identity, berupa stasiun dan terminal serta fasilitas pendukung kegiatan
intermodal.
- Sense, dapat menciptakan kawasan komuter yang aman dan nyaman
baik dari stasiun dan terminal, serta ruang terbuka.
- Livability, di desain untuk mengintegrasikan antar moda transportasi
mulai dari pejalan kaki, pengguna angkatan berupa bus hingga kereta
api.
Analisis Terukur
- Perhitungan KDB, berdasarkan hasil perhitungan didapatkan KDB
kawasan perancangan sebesar 90%, namun luas bangunan yang
diterapkan pada site plan kawasan adalah 60%.
- Ketinggian Bangunan, ketinggian berdasarkan jalur lintasan pesawat
terbang diabaikan sebab jarak dari bandara terdekat >9.090m;
ketinggian bangunan berdasarkan FAR yaitu 6 lantai; ALO untuk
stasiun, terminal-jasa, dan hunian masing-masing setinggi 59 lantai, 26
lantai, dan 25 lantai. Sehingga ketinggian maksimal yang digunakan
adalah berdasarkan analisis FAR yaitu setinggi 6 lantai.
- Jarak Antar Bangunan, jarak antar bangunan eksisting berkisar 0,75-1
meter untuk rumah modern dan 1-4 meter untuk rumah tradisional.
Berdasarkan peraturan dan perhitungan ALO, maka jarak antar
bangunan dirancang 1-3 meter.
- Garis Sempadan Bangunan, GSB blok yang diapit jalan lokal dan jalan
lokal adalah sebesar 11,79 meter dan 9,6 meter; GSB blok yang diapit
jalan lingkungan dan jalan lingkungan adalah sebesar 8,63 meter dan
6,27 meter; serta GSB blok yang diapit jalan kolektor sekunder dan
jalan lokal adalah sebesar 13,93 meter dan 10,97 meter.
Analisis Elemen Perancangan Kota
- Analisis Tataguna Lahan, penggunaan lahan terdiri dari stasiun dan
terminal sebagai fungsi pergerakan, parkir, fasilitas komersial seperti
7. Putri, Dayrobi, Adhika, Aziz, Rizqi, Kusumaningtyas, Hasmantika, Pasaribu, Andriani, Anas, dan Almira 7
JURNAL RUANG (1) NO. 4, JUNI 2016, 1 - 10
supermarket, foodcourt, ATM, gerai UMKM, pertokoan, hunian bagi
petugas stasiun, masjid, dan gedung olahraga.
- Analisis Bentuk dan Massa Bangunan, pembangunan tambahan pada
stasiun dilaksanakan dengan bentuk bangunan modern namun tidak
mengganggu bangunan asli dan bangunan tertinggi ialah supermarket
dan parkir dengan 3 lantai, kemudian stasiun, ruko, dan gerai UMKM
dengan 2 lantai.
- Analisis Sirkulasi dan Parkir, terdapat main entrance yang akan
menghubungkan Jalan Pegandon Raya dengan kawasan perancangan.
Sedangkan side entrance akan menghubungkan lokasi perancangan
dengan kawasan mikro di sebelahnya yang difungsikan sebagai
permukiman. Sirkulasi terdiri atas sirkulasi kendaraan pribadi,
kendaraan umum, dan shuttle bus, serta terdapat parkir komunal yang
disediakan di tengah kawasan dekat stasiun dan kawasan komersial.
- Analisis Jalur Pejalan Kaki, lebar jalur ini adalah 1,5 meter pada jalan
kolektor sekunder Pegandon Raya dan 1 meter pada jalan lokal dalam
kawasan. Pedestrian ways ini menghubungkan antara fasilitas terminal,
kawasan perdagangan dan jasa, parkir, taman, dan stasiun.
- Analisis Ruang Terbuka, terdiri dari RTH aktif berupa taman yang
berada di tengah lokasi perancangan dan dalam satu area dengan hunian
pengelola, serta ada playground. Sedangkan RTH pasif berupa
sempadan rel dan jalur hijau pada kawasan yang diteruskan hingga
kawasan mikro lain.
- Analisis Activity Support, adanya tempat parkir untuk pengguna
memarkir dan meninggalkannya sementara, aktivitas perdagangan dan
jasa yang diwadahi dalam area fasilutas komersial seperti gerai UMKM,
pertokoan, supermarket, foodcourt, ATM centre. Selain itu, disediakan
pula taman dan playground.
- Analisis Signage, akan dirancang pada main entrance berupa gapura,
depan terminal berupa papan berbentuk huruf dengan nama Terminal
Tegoreli, dan depan stasiun berupa tatanan tumbuhan bunga yang
membentuk tulisan Stasiun Kalibodri.
Analisis Elemen Citra Kota
- Path, terdapat di jalan kolektor sekunder yang juga menjadi main
entrance, yaitu Jalan Pegandon Raya dengan lebar 12,5 m.
- Edges, terdapat pada Jalan Pegandon Raya, dan pada kebun pohon jati
yang bersebelahan dengan sempadan rel, serta jalan lokal yang
menghubungkan hunian pengelola dengan gedung parkir vertikal dan
jalan lokal yang memisahkan stasiun dengan kawasan hunian.
- District, terdapat kawasan Stasiun Kalibodri, terminal, fasilitas
komersial, fasilitas pendukung seperti hunian pengelola, masjid, gedung
olahraga, dan taman.
- Nodes, merencanakan node baru yang terletak di tengah-tengah
kawasan dimana terdapat arus pergerakan yang masuk dan keluar baik
dari main entrance maupun keluar lewat side entrance menuju kawasan
permukiman.
- Landmark, berupa Stasiun Kalibodri yang akan tetap dipertahankan,
hanya saja akan direkonstruksi dengan gaya bangunan yang lebih
modern. Landmark ditambah berupa gapura pada main entrance untuk
menandakan keberadaan Stasiun Kalibodri.
8. 8 Putri, Dayrobi, Adhika, Aziz, Rizqi, Kusumaningtyas, Hasmantika, Pasaribu, Andriani, Anas, dan Almira
JURNAL RUANG (1) NO. 4, JUNI 2016, 1 - 10
Urban Design Guide Lines
Analisis Elemen Estetika Kota
- Proporsi dan Skala, pada perencanaan proporsi kawasan dibagi menjadi
60% kawasan terbangun dan 40% kawasan non terbangun, serta
menggunakan skala manusia.
- Hierarki, pada perencanaan akan dibuat menjadi 3 hierarki jalan, yakni
jalan kolektor sekunder, lokal, dan lingkungan.
- Balance, rencananya akan menjadi 60% kawasan terbangun dan
menjadi 40% non terbangun.
- Irama, pada rencana akan membentuk skyline cressendo.
- Konteks dan Kontras, terlihat pada gaya bangunan yang tidak sama,
yakni gaya modern dan tradisional. Pada perencanaan akan dibuat
kesamaan gaya bangunan yakni gaya modern.
Secara umum, desain perancangan Tegorejo Transit Node District,
terbagi atas empat kawasan, yaitu kawasan stasiun dan kawasan terminal
sebagai fungsi utama kawasan, serta kawasan komersial dan kawasan hunian
sebagai fungsi penunjang kawasan. Berikut adalah detai rinci dari ke empat
kawasan tersebut:
1. Kawasan Stasiun Kalibodri
Fungsi utama dari Kawasan Stasiun Kelas II ini adalah sebagai stasiun
penumpang commuter, dengan ruang penunjang berupa bongkar muat
barang, taman, gedung parkir, zona drop off penumpang, Museum Kalibodri,
pedestrian dan hunian pengelola stasiun. Luas kawasan ini 2,1 hektar dengan
KDB kawasan sebesar 60%.
Bangunan utama memiliki gaya bangunan modern dan terdiri atas 2
lantai, yang di dalamnya terdapat loket/karcis, lobby, ruang tunggu, kantin
serta peron. Sebagai penunjang, di kawasan stasiun ini dirancang pula
taman-taman aktif dengan kolam dan vegetasi hias yang bisa diakses calon
penumpang dengan jalur pedestrian. Landmark kawasan ini berupa taman
berbentuk tulisan TTND (Tegorejo Transit Node District) yang dibentuk dari
rangkaian tanaman-tanaman hias. Dirancang pula jalur sempadan sejauh 15
meter dari rel berupa rerumputan dan semak.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1B Studio Perancangan, 2016
Gambar 4. Stasiun Kalibodri
2. Kawasan Terminal Tegoreli
Fungsi utama dari Kawasan Terminal Tipe B ini adalah sebagai wujud
intermodal, fasilitasi pengguna transportasi umum. Kawasan ini terdiri atas
bangunan terminal, loket/karcis, areal parkir Bus ataupun Angkot, kios-kios
serta taman kecil. Luas kawasan terminal ini 1,1 hektar dengan KDB sebesar
60%. Bangunan utama terminal merupakan bangunan gaya modern 1 lantai
dengan luas 1.600 m2
. Sebagai pengatur iklim mikro kawasan, dirancang
taman-taman kecil dengan pohon tinggi dan rindang.
9. Putri, Dayrobi, Adhika, Aziz, Rizqi, Kusumaningtyas, Hasmantika, Pasaribu, Andriani, Anas, dan Almira 9
JURNAL RUANG (1) NO. 4, JUNI 2016, 1 - 10
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1B Studio Perancangan, 2016
Gambar 5. Terminal Tegoreli
3. Kawasan Perdagangan dan Jasa
Sebagai kawasan komersil, kawasan ini terdiri atas pertokoan 2 lantai,
supermarket 3 lantai, foodcourt 2 lantai, gerai UMKM 2 lantai, ATM Centre,
kolam serta gazebo. Sosok dan massa bangunan stasiun berupa bangunan per
blok, dengan ekspresi arsitektur bangunan berupa bangunan modern. Letak
kavling di setiap sudut kawasan sehingga mudah terlihat dari jauh. Arah
orientasi bangunan mengarah ke barat daya dan timur laut yang saling
berlawanan arah. Ketika masuk ke dalam kawasan kawasan pertama yang
dilewati adalah kawasan termial ini (bagian dari indikator Commercial
Path). Untuk menuju kawasan ini, harus melewati jalan lokal dan bisa
diakses dengan 2 alternatif, jika menggunakan kendaraan pribadi bisa
diparkirkan di gedung parkir komunal (mobil dan motor) yang berada di 10
m sebelah barat kawasan. Pengguna juga bisa menggunakan Shuttle Bus
untuk menuju kawasan ini.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1B Studio Perancangan, 2016
Gambar 6. Kawasan Perdagangan dan Jasa
4. Kawasan Hunian dan Taman
Kawasan ini terdiri atas hunian 2 lantai berjumlah 2 unit untuk pengelola stasiun, taman aktif area
playground, pedestrian yang saling terhubung, parkir komunal, masjid serta gedung olahraga yang
disediakan untuk publik. Kawasan ini terintegrasi dengan semua kawasan, baik kawasan stasiun maupu
kawasan perdagangan dan jasa. Untuk menuju kawasan ini, harus melewati jalan lokal dan bisa diakses
dengan 2 alternatif, jika menggunakan kendaraan pribadi bisa diparkirkan di gedung parkir komunal (mobil
dan motor). Selain itu, pengguna juga bisa menggunakan Shuttle Bus untuk menuju kawasan ini. Dalam
taman aktif terdapat area playground yang disediakan untuk bisa dimanfaatkan masyarakat secara umum.
Terdapat pula kolam dan air mancur yang berada di tengah kawasan.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1B Studio Perancangan, 2016
Gambar 7. Kawasan Hunian dan Taman
10. 10 Putri, Dayrobi, Adhika, Aziz, Rizqi, Kusumaningtyas, Hasmantika, Pasaribu, Andriani, Anas, dan Almira
JURNAL RUANG (1) NO. 4, JUNI 2016, 1 - 10
Pengelolaan dan
Pembiayaan Kawasan
Perancangan
Kesimpulan
Manajemen Pengelolaan di kawasan Transit Node District terdiri dari 2
pola, yaitu BOT dan Subcontract. untuk pengelolaan BOT, kawasan Transit
Node District adalah pembangunan perdagangan dan jasa seperti supermarket,
ATM centre, pertokoan, serta foodcourt membutuhkan dana yang sangat
besar. Sehingga dalam hal ini dibutuhkan kerjasama dan dukungan dari
investor-investor dalam hal pembiayaan untuk pelaksanaan pembangunan.
Selain itu, fasilitas komersial merupakan salah satu pasar bagi swasta. Konsep
ini juga diyakini dapat memberikan keuntungan bagi semua pihak untuk
meningkatkan perekonomian wilayah setempat.
Kerjasama pemerintah (PT.KAI) sebagai BUMN pengelola kereta api
dan pihak swasta sangat membantu dalam mendukung pengembangan
kawasan stasiun dan fasilitas penunjangnya. PT. KAI yang menerima dana
APBN untuk mengelola stasiun dapat mengalihkan dana tersebut ke pihak
swasta untuk membangun stasiun dan fasilitas penunjangnya. Setelah
dibangun oleh pihak swasta, fasilitas tersebut dioperasikan dan ditransfer ke
PT. KAI.
Berikut ini adalah hasil analisis kelayakan ekonomi BOT dan
Subcontract.
BOT Subcontract
NPV Rp 6.158.986.115 NPV Rp 3.735.410.850
BCR 1,25 BCR 1,06
IRR 11,04% IRR 9%
Payback
Period
Tahun ke-15
Payback
Period
Tahun ke-17
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 1B Studio Perancangan, 2016
Dari tabel hasil perhitungan kelayakan BOT dan Subcontract Transit
Node District dapat diketahui bahwa proyek pembangunan yang akan
dilakukan layak secara finansial dan sosial ekonomi, kelayakan ini dapat
diketahui dari nilai NPV positif, nilai BCR yang lebih dari 1, dan nilai IRR
yang lebih tinggi dari tingkat suku bunga. Berdasarkan Cash Flow
Subcontract diketahui bahwa payback period pada tahun ke-15 untuk BOT
dan tahun ke-17 untuk Subcontract.
Terdapat rencana pengembangan stasiun Kalibodri pada RTRW
Kabupaten Kendal yang pada awalnya hanya sebagai sebagai stasiun barang
menjadi stasiun penumpang. Peningkatan-peningkatan ini fisik ini tidak hanya
dilaksanakan di dalam stasiun melainkan juga di kawasan sekitar stasiun. Oleh
karena itu, perlu dilakukan perancangan desain kawasan untuk
mempersiapkan rencana peningkatan kapasitas stasiun yang juga berfungsi
sebagai stasiun komuter. Konsep perancangan yang akan diterapkan di lahan
seluas 10,2 Ha ini ialah konsep Transit Node District. Konsep tersebut
diperoleh dari hasil analisis penataan stasiun meliputi karakteristik pengguna,
elemen pendukung stasiun, serta aspek perancangan serta manajemen
pengelolaan. Analisis tersebut disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat,
peran stasiun untuk mengintegrasikan dengan kawasan lain. Manajemen
pengelolaan yang aka diterapkan pada kawasan Transit Node District adalah
BOT dan Subcontract. Analisis yang dilakukan pada manajemen pengelolaan
adalah analisis kelayakan secara finansial dan sosial ekonomi. Hasil analisis
kelayakan pembangunan kawasan Transit Node District adalah layak secara
finansial dan ekonomi.
11. Putri, Dayrobi, Adhika, Aziz, Rizqi, Kusumaningtyas, Hasmantika, Pasaribu, Andriani, Anas, dan Almira 11
JURNAL RUANG (1) NO. 4, JUNI 2016, 1 - 10
DAFTAR PUSTAKA Anonim. Tt. Principles of Urbanism dalam
https://www.cnu.org/resources/what-new-urbanism. Diakses pada 11
Maret 2016
Benniger. 2001. 10 Principles of Intelligent Urbanism in City Planning and
Urban Design dalam http://eud.leneurbanity.com/10-principles-of-
intelligent-urbanism-in-city-planning-and-urban-design/. Diakses pada
8 Maret 2016
Fergoso, Michael. 2015. Mix Use Transit Node Station Riveside, CA dalam
https://issuu.com/michelmfm/docs/michel_fregoso_design_thesis_book.
Diakses pada 8 Maret 2016
O’Flaherty, 1997. Transport Planning and Traffic Engineering. John Wiley
and sons, inc, New York
Octarino, Christian Nindyaputra. 2013. Pengembangan Kawasan Sekitar
Stasiun yang Berbasis Jalur Kereta Api (Rail Oriented Development)
Studi Kasus : Stasiun Pasar Nguter Sukoharjo, Jawa Tengah.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 Tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Kawasan Perkotaan. Jakarta
Peraturan Daerah no.20 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupten Kendal Tahun 2011-2031. Kabupaten Kendal
Rahnama, Dr. Mohammad Rahim. 2012. “Use Principles of New Urbanism
Approach in Designing Sustainable Urban Spaces”. International
Journal of Applied Science and Technology Vol. 2 No. 7; August 2012