Semester 6.
PEMBANGUNAN IPAL SENTRA PENGASAPAN IKAN
DI DESA WONOSARI KECAMATAN BONANG
Tugasnya mencari tahu input ouput outcome sama goal.
"output", "outcome", sama "goal" miripan tapi beda.
Intinya mengevaluasi apakah suatu proyek/pekerjaan sudah benar2 memenuhi tujuannya atau blm, dilihat dari beberapa variabel/kriteria.
Kami sempat sok-sok-an jadi IPA lagi pake termometer gelas ukur sama kertas (apasihya namanya) untuk tes pH air limbah.
Bau banget coy airnya untung yang ngambil sample-nya bukan eyke tapi hafis sama aul wakwaw.
Kami ketemu sama Pak Juyamin, motor dan pelopor di Sentra tsb. keren deh bapake. ntap. salut.
Kami ngerjainnya manipulasi dikit2 tapi nilai kita A dooong hahaayy!
1. LAPORAN EVALUASI
PROGRAM : PEMBANGUNAN IPAL SENTRA PENGASAPAN IKAN
DI DESA WONOSARI KECAMATAN BONANG
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Perencanaan (TKP 507)
Dosen Pengampu :
Widjonarko, ST, MT
Dr.Eng. Maryono, ST, MT
Ir. Parfi Khadiyanto, MSL
Novia Sari Ristianti, ST, MT
Kelompok : 12B
Iffan Shahriztan (21040113130110)
Laras Kun Rahmanti Putri (21040113130114)
Yoga Bagas Saputro (21040113130116)
M. Hafidz Satria P. (21040113130118)
Ahmad Aulia Nur Haq (21040113130120)
DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
2. DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan dan Sasaran.........................................................................................................................1
1.3.1 Tujuan..........................................................................................................................................2
1.3.2 Sasaran ........................................................................................................................................2
1.4 Ruang Lingkup.................................................................................................................................2
1.4.3 Lingkup Wilayah ..........................................................................................................................2
1.4.4 Lingkup Materi.............................................................................................................................3
BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM..................................................................................................4
2.1 Sentra Pengasapan Ikan..................................................................................................................4
2.2 Deskripsi Program ...........................................................................................................................5
2.3 Area Terdampak Limbah Sentra Pengasapan Ikan..........................................................................5
BAB III KERANGKA KERJA EVALUASI .....................................................................................................6
3.1 Logical Framework ..........................................................................................................................6
3.2 Justifikasi Logframe.......................................................................................................................11
3.2.1 Justifikasi Impact .......................................................................................................................11
3.2.2 Justifikasi Outcomes..................................................................................................................11
BAB IV ANALISIS EVALUASI..................................................................................................................12
4.1 Analisis Impact ..............................................................................................................................12
4.2 Analisis Outcomes.........................................................................................................................13
4.3 Analisis Output..............................................................................................................................14
4.4 Analisis Activities...........................................................................................................................15
4.5 Analisis Input.................................................................................................................................17
BAB V PENUTUP ...................................................................................................................................18
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................................18
5.2 Rekomendasi.................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................19
3. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pencemaran baik pencemaran fisik, kimia, dan biologi yang dihasilkan dari suatu industri
mempunyai dampak terhadap lingkungan sekitar. Salah satu cara untuk mencegah pencemaran
tersebut adalah dengan cara sanitasi. Menurut Giyatmi dan Irianto (2000) sanitasi merupakan usaha
manusia untuk memanipulasi lingkungan untuk memberi manfaat bagi manusia dan untuk mengelola
lingkungan dengan cara memperbaiki, menjaga atau memulihkan kesehatan lingkungan. Lokasi pabrik
atau industri mempunyai pengaruh langsung pada sanitasi terkait dengan pelayanan pembuangan.
Seperti halnya, lokasi industri yang berdekatan dengan pertanian dan pembuangan limbah ke saluran
irigasi akan mempengaruhi hasil produksi pertanian tersebut. Untuk itu, ketersediaan, kondisi serta
kualitas sistem sanitasi lingkungan menjadi faktor penting bagi lingkungan terutama pada lingkungan
dengan timbulan sampah atau limbah tinggi, seperti pabrik atau sentra produksi.
Desa Wonosari Kecamatan Bonang merupakan salah satu desa di Kabupaten Demak yang
terkenal sebagai sentra produksi ikan asap. Menurut data Dinas Kelautan dan Perikanan (2012), setiap
harinya 8-9 ton ikan asap berbagai jenis mampu dihasilkan warga setempat. Sentra pengasapan ikan
di Desa Wonosari merupakan kawasan yang terbagi menjadi 10 blok berdasarkan jenis ikan yang
diolah. Usaha pengasapan ikan tersebut sudah berjalan selama beberapa tahun dan merupakan salah
satu bentuk mata pencaharian utama masyarakat. Awalnya mayoritas warga yang melakukan usaha
ini menjalankan dengan cara tradisional yang tidak melakukan pengelolaan terhadap limbah yang
dihasilkan. Aspek sanitasi dan higenitas kurang diperhatikan dan berpotensi mencemari lingkungan.
Limbah cair yang dihasilkan dibuang ke saluran irigasi tanpa diolah terlebih dahulu. Di lain sisi, saluran
irigasi ini mengairi lahan-lahan pertanian padi di beberapa desa di Kecamatan Bonang. Sehingga
limbah cair ini turut mencemari lahan pertanian dan berpengaruh terhadap hasil panen padi.
Pemerintah dalam mengatasi permasalahan tersebut menyediakan fasilitas Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) di dalam sentra pengasapan. Walaupun IPAL tersebut telah tersedia
dan beroperasi, hasil air limbah yang sudah diolah sudah sesuai dengan baku mutu air limbah yang
ditetapkan, namun masih menimbulkan sedikit bau. Oleh karena itu, diperlukan proses evaluasi untuk
mengetahui kinerja dan pengaruh IPAL tersebut. Evaluasi juga sangat diperlukan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan pelaksanaan program-program, capaian tujuan dari pembangunan IPAL, serta
rekomendasi tindak lanjut.
1.2 Perumusan Masalah
Pada sentra pengasapan ikan di Desa Wonosari, limbah yang ditimbulkan berupa limbah cair,
padat, dan gas. Limbah cair yang keruh, berbau amis, dan berlemak dihasilkan dari proses pencucian
ikan. Limbah cair ini diolah pada instalasi pengolahan limbah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke
saluran irigasi yang berada di dekat sentra. Instalasi pengolahan air limbah untuk menampung limbah
cair hasil aktivitas pengasapan ikan di Desa Wonosari ini sudah dibangun sejak akhir 2014. Berdasarkan
data diatas, maka ditentukan perumusan masalah yang akan digunakan pada penulisan laporan ini,
diantaranya adalah sebagai berikut:
Apakah IPAL Sentra Pengasapan Ikan di Desa Wonosari telah berfungsi dengan baik.
Apakah hasil pengolahan limbah sudah sesuai baku mutu dan meningkatkan kualitas
lingkungan.
Bagaimana pengaruh pembangunan IPAL terhadap hasil produksi pertanian Kecamatan
Bonang.
1.3 Tujuan dan Sasaran
Laporan evaluasi ini memiliki tujuan dan sasaran sebagai berikut:
4. 2
1.3.1 Tujuan
Tujuan Evaluasi Program Pembangunan IPAL Sentra Pengasapan Ikan di Desa Wonosari,
Kecamatan Bonang adalah untuk mengetahui manfaat dan dampak pembangunan IPAL Sentra
Pengasapan Ikan terhadap hasil produksi pertanian Kecamatan Bonang.
1.3.2 Sasaran
Sasaran dalam mencapai tujuan laporan ini dijabarkan sebagai berikut:
Mengidentifikasi kondisi eksisting lingkungan Sentra Pengasapan Ikan di Desa Wonosari,
Kecamatan Bonang
Mengidentifikasi manfaat pembangunan IPAL Sentra Pengasapan Ikan di Desa Wonosari,
Kecamatan Bonang
Mengidentifikasi dampak pembangunan IPAL Sentra Pengasapan Ikan di Desa Wonosari,
Kecamatan Bonang
Mengevaluasi kesesuaian / capaian pembangunan IPAL Sentra Pengasapan Ikan di Desa
Wonosari, Kecamatan Bonang
Merumuskan umpan balik berupa saran dan rekomendasi untuk pembangunan IPAL di
Sentra Pengasapan Ikan pada umumnya
1.4 Ruang Lingkup
Penyusunan Proposal Evaluasi Perencanaan terkait IPAL Sentra Pengasapan Ikan di Desa
Wonosari, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak agar dapat lebih terfokus dan terarah, maka perlu
adanya ruang lingkup pembahasan evaluasi perencanaan yaitu ruang lingkup wilayah dan ruang
lingkup materi waktu yang diuraikan sebagai berikut:
1.4.3 Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah yang menjadi wilayah studi kasus adalah Kecamatan Bonang,
Kabupaten Demak. Kecamatan Bonang berbatasan dengan Kecamatan Wedung di sebelah utara,
Kecamatan Demak di sebelah timur, Kecamatan Karang Tengah di sebelah selatan, serta di sebelah
barat adalah Kecamatan Sayung. Luas wilayah Kecamatan Bonang seluas 8.238 ha. Justifikasi
penentuan Kecamatan Bonang sebagai wilayah studi evaluasi perencanaan adalah adanya
pembangunan IPAL yang berfungsi mengurangi permasalahan lingkungan yang ada sehingga dapat
meningkatkan hasil produksi pertanian di Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak.
Sumber: Bappeda Kabupaten Demak, 2011
Gambar 1.1
Peta Administrasi Kecamatan Bonang
5. 3
1.4.4 Lingkup Materi
Lingkup pembahasan Evaluasi Perencanaan terkait tema sanitasi dengan objek IPAL Sentra
Pengasapan Ikan di Desa Wonosari, Kecamatan Bonang ini melalui lingkup substansi sebagai berikut:
1. Sintesa potensi dan permasalahan limbah di Desa Wonosari, Kecamatan Bonang
2. Gambaran kondisi/progres mengenai dokumen perencanaan sanitasi di Kabupaten
Demak
3. Evaluasi dokumen perencanaan IPAL Sentra Pengasapan Ikan di Desa Wonosari,
Kecamatan Bonang
4. Evaluasi kinerja IPAL Sentra Pengasapan Ikan di Desa Wonosari, Kecamatan Bonang
5. Dampak pembangunan IPAL terhadap ekonomi (pertanian) warga sekitar
6. Rekomendasi tindak lanjut terhadap perawatan dan pengelolaan IPAL
6. 4
BAB II
GAMBARAN UMUM PROGRAM
PEMBANGUNAN IPAL SENTRA PENGASAPAN IKAN DI DESA WONOSARI
2.1 Sentra Pengasapan Ikan
Sumber: Citra Google Maps, 2016
Gambar 2.1
Peta Citra Sentra Pengasapan Ikan di Desa Wonosari
Kecamatan Bonang tepatnya Desa Wonosari terdapat suatu Kawasan Pengasapan Ikan yang
merupakan sentra pengasapan ikan terbesar di Provinsi Jawa Tengah. Kawasan ini mulai dibangun
pada tahun 2010 secara bertahap hingga tahun 2015. Pada mulanya tahun 2010 hanya dibangun 20
unit pengasapan ikan dan pada tahun 2015 telah mencapai 76 unit. Sentra tersebut mampu
menghasilkan ikan asap mencapai 10 ton per hari. Dalam proses produksnya, kawasan pengasapan
ikan tersebut membutuhkan kurang lebih 100 m3
air bersih guna mencuci daging ikan sebelum diolah.
Hampir seluruh air tersebut terbuang menjadi limbah cair yang pada awalnya langsung dibuang ke
sungai tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu sehingga mencemari air sungai yang
digunakan sebagai saluran irigasi.
7. 5
2.2 Deskripsi Program
Dalam rangka mengembangkan sentra-sentra pengolahan ikan di Jawa Tengah, Kementerian
Kelautan dan Perikanan melalui Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan yang bekerja sama
dengan Pemerintah Kabupaten Demak membangun tempat pengasapan ikan terpadu sehingga proses
pengasapan ikan di Desa Wonosari tidak lagi dilakukan di dalam rumah penduduk yang tentunya
menimbulkan polusi asap di sekitar unit pengolahan ikan. Akan tetapi dalam perkembangannya,
fasilitas yang disediakan meliputi penyediaan sarana prasarana yang ada tidak berfungsi sesuai
harapan, misalnya drainase yang penuh dengan sampah yang menyebabkan aliran air tidak lancar dan
konstruksi cerobong asap yang belum mampu menyelesaikan permasalahan timbulnya asap dari
proses pengasapan ikan. Kondisi tersebut diperparah dengan 'perilaku lama' yang terbawa ditempat
yang baru, yakni membuang sampah dan limbah langsung ke badan sungai dan tidak menjaga
kebersihan lingkungan sehingga menambah kekumuhan di daerah tersebut dan berdampak pada
penurunan kualitas lingkungan.
Limbah yang dihasilkan dari proses pengasapan ikan di Sentra Pengasapan Ikan Desa Wonosari
meliputi limbah cair, padat dan asap. Limbah cair yang keruh, berbau amis dan berlemak dihasilkan
dari proses pencucian ikan. Dalam pembuangan limbah cair tersebut langsung dialirkan dialirkan ke
badan sungai tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu. Untuk menyikapi hal tersebut diperlukan
suatu perbaikan kualitas lingkungan dengan melakukan pengelolaan lingkungan yang tepat. Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Demak membangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di
Sentra Pengasapan Ikan Desa Wonosari pada tahun 2014 dengan anggaran Rp. 660.000.000,-.
2.3 Area Terdampak Limbah Sentra Pengasapan Ikan
Sentra pengasapan ikan menimbulkan dampak pencemaran lingkungan berupa air limbah. Air
limbah ini dibuang ke saluran irigasi yang mengaliri lahan-lahan pertanian di sekitar IPAL. Total luas
Kecamatan Bonang adalah 8.238 ha dengan 5.405 ha (64.45%) merupakan kawasan pertanian. Pada
tahun 2015 panen bersih padi di Kecamatan Bonang seluas 10.387 Ha. Berikut adalah peta persebaran
pertanian di Kecamatan Bonang:
Sumber: Bappeda Kabupaten Demak, 2011
Gambar 2.2
Peta Persebaran Pertanian Kecamatan Bonang
9. 7
Objective Description Assumption Risk
Performance
indicator
Baseline
(2014)
Target (2016)
Means of
Verification
Goal Terwujudnya Sentra Pengasapan Ikan yang Ramah Lingkungan di Desa Wonosari.
Impact
Meningkatnya
produktivitas pertanian
daerah yang dialiri oleh
saluran irigasi di
Kecamatan Bonang
Kabupaten Demak.
Kualitas air saluran
irigasi yang telah
diolah di IPAL
meningkat
Kualitas air
saluran irigasi
yang telah diolah
di IPAL tidak
meningkat
Produksi padi
(pertanian)
Panen bersih
padi
Kecamatan
Bonang
seluas 10.387
Ha
Panen bersih padi
(pertanian)
Kecamatan Bonang
meningkat
Data sekunder dari
telaah dokumen BPS
Kab Demak
Outcome
Meningkatnya kualitas
air saluran irigasi yang
dialiri oleh air buangan
limbah
IPAL pada sentra
pengasapan ikan di
Desa Wonosari
berdimensi 9.10 x
14.75 x 1.80 m3
terbangun dan
berfungsi secara
maksimal
IPAL pada sentra
pengasapan ikan
terbangun, tetapi
tidak berfungsi
secara maksimal
Tingkat pH pH = 5 pH = 6 – 9
Data primer hasil
observasi tahun 2016
Warna air
Warna air
keruh
Warna air jernih
Suhu Suhu = 280
C Suhu = 20 – 250
C
Bau air
Bau air
menyengat
Tidak berbau
Output
Terbangun dan
terberfungsikannya
IPAL pada sentra
pengasapan ikan di
Desa Wonosari
berdimensi 9.10 x
14.75 x 1.80 m3
Seluruh proses
aktivitas berjalan
sesuai rencana
awal
Pembangunan
IPAL kurang
sesuai standard
dan prosedur
dokumen
pembangunan
proyek.
Dimensi
IPAL belum
terbangun
Berdimensi 9.10 x
14.75 x 1.80 m3
Data primer hasil
observasi tahun 2016
Fungsi
IPAL belum
terbangun
Berfungsi
mengolah limbah
cair pencucian ikan
Data primer hasil
observasi tahun 2016
10. 8
Objective Description Assumption Risk
Performance
indicator
Baseline
(2014)
Target (2016)
Means of
Verification
Activities
Penggalian lahan IPAL
sedalam 1.80 meter
Terdapat
organisasi
pelaksana yang
dapat bekerja
sama dengan
baik
Tersedia
anggaran dana
Rp.
660.000.000,-
dari APBD
Kabupaten
Demak
Tersedia ahli
pekerjaan
konstruksi
sesuai kriteria
Tersedia lahan
seluas 134.225
meter persegi
milik PSDA yang
siap bangun
untuk IPAL
Pekerja tidak
dapat
mengoperasikan
mesin (teknologi)
Waktu
penggalian
Belum
terlaksana
Sesuai timeline
Dokumen rencana
pembangunan IPAL
Kedalaman
tanah untuk
pembangunan
bak IPAL
Belum tergali 1.80 meter
Data primer hasil
wawancara tahun
2016
Pembangunan bak
pengumpul dan bak
ekualisasi
Material dan
dana yang
dibutuhkan tidak
tersedia tepat
waktu
Konstruksi
komponen
Belum
terbangun
Terbangun sesuai
masterplan (DED)
DED (Detailed
Engineering Design)
Pembangunan bak
pengendapan awal dan
bak drying bed
Konstruksi
komponen
Belum
terbangun
Terbangun sesuai
masterplan (DED)
DED (Detailed
Engineering Design)
Pembangunan bak
media anaerob
Konstruksi
komponen
Belum
bterbangun
Terbangun sesuai
masterplan (DED)
DED (Detailed
Engineering Design)
Pembangunan bak
media aerob
Konstruksi
komponen
Belum
terbangun
Terbangun sesuai
masterplan (DED)
DED (Detailed
Engineering Design)
Pembangunan
pengendapan air
klorinasi
Konstruksi
komponen
Belum
terbangun
Terbangun sesuai
masterplan (DED)
DED (Detailed
Engineering Design)
Pembangunan ruang
panel kontrol dan
kolam pengamatan
Konstruksi
komponen
Belum
terbangun
Terbangun sesuai
masterplan (DED)
DED (Detailed
Engineering Design)
11. 9
Objective Description Assumption Risk
Performance
indicator
Baseline
(2014)
Target (2016)
Means of
Verification
Input
Organisasi pelaksana
pemerintah
kabupaten demak
dinas kelautan dan
perikanan
penanggung jawab
pelaksana
kegiatan
Terdapatnya
komitmen dan
kerja sama yang
baik antar berbagai
pihak terkait di
Kabupaten Demak.
Tidak terdapatnya
komitmen dan
kerja sama yang
baik antar
berbagai pihak
terkait di
Kabupaten
Demak.
Tergabungnya
organisasi
tersebut dalam
suatu kontrak
kerja
Belum
terdapat
kerjasama
Terdapat
kerjasama yang
lancar antar pihak
sampai proyek
terealisasi
Data sekunder dari
telaah Dokumen KAK
Pekerjaan Konstruksi
Pembangunan IPAL di
Dinas Kelautan dan
Perikanan tahun
anggaran 2014
Anggaran dana Rp.
660.000.000,- dari
APBD Kabupaten
Demak
Tersalurnya sumber
dana Kabupaten
Demak ke DAK dan
APBD secara tepat.
Terdapat indikasi
kebocoran dana
dari APBD dan
DAK
Jumlah
anggaran dana
pembangunan
IPAL dari DAK
dan APBD
Kabupaten
Demak
Belum
terdapat
anggaran
dana
100% anggaran
dana
termanfaatkan
untuk
pembangunan IPAL
Data sekunder dari
telaah Dokumen KAK
Pekerjaan Konstruksi
Pembangunan IPAL di
Dinas Kelautan dan
Perikanan tahun
anggaran 2014
Tenaga ahli pekerjaan
konstruksi
Site manajer sipil
Pelaksana sipil
adminstratior/ope
rator computer
Terdapat sumber
daya tenaga ahli
yang dibutuhkan
sesuai kriteria
Tidak terdapat
sumber daya
tenaga ahli yang
dibutuhkan sesuai
kriteria
Jumlah dan
spesialisasi
pekerjaan
Belum
terdapat
tenaga ahli
Terekrutnya
seluruh tenaga ahli
yang dibutuhkan
Data sekunder dari
telaah Dokumen KAK
Pekerjaan Konstruksi
Pembangunan IPAL di
Dinas Kelautan dan
Perikanan tahun
anggaran 2014
12. 10
Objective Description Assumption Risk
Performance
indicator
Baseline
(2014)
Target (2016)
Means of
Verification
Lahan milik PSDA
seluas 134.225 meter
persegi
Proses
pembebasan lahan
terlaksana tanpa
adanya kendala.
Terdapat
sengketa lahan
dengan
pemiliknya
Luas lahan
Belum
terdapat
lahan
Terdapat lahan
siap bangun untuk
pembangunan IPAL
Data sekunder dari
telaah Dokumen KAK
Pekerjaan Konstruksi
Pembangunan IPAL di
Dinas Kelautan dan
Perikanan tahun
anggaran 2014
Sumber: Analisis Kelompok 12B, 2016
13. 11
3.2 Justifikasi Logframe
Pada perumusan logframe pembangunan IPAL di Sentra Pengasapan Ikan Desa Wonosari
dijelaskan bahwa pendekatan yang digunakan adalah TBA. Berikut merupakan teori-teori yang di
dapat dari beberapa literatur untuk membangun logframe pada penulisan tugas ini.
3.2.1 Justifikasi Impact
Menurut beberapa literatur yang telah didapat ternyata kualitas air irigasi yang terkena
limbah industri mepengaruhi produksi pertanian. Seperti yang dijelaskan pada penelitian berikut ini:
Pada daerah yang dialiri oleh sungai ranca ekek dengan jumlah produk buangan limbah
sekian terjadi penurunan produksi padi (pertanian) sekitar 3-4 ton Kemudian penurunan
produksi pertanian secara langsung juga mempengaruhi PDRB pertanian (Maryono, 2001).
Seperti yang terjadi Di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2010 terjadi penurunan
produktivitas hasil sawah sebesar 404,404 ton menjadi 385.722 ton dan mempengaruhi
produktivitas 0,63% (Hermanto, 2012).
3.2.2 Justifikasi Outcomes
Outcome dari pembangunan IPAL adalah meningkatnya kualitas air sungai dimana air limbah
tersebut dibuang, sehingga kandungan-kandungan dalam air yang dapat merugikan bagi pertanian
hilang. Dalam evaluasi ini, kualitas air buangan limbah dilihat secara fisik dari bau, suhu, dan warna,
serta beberapa secara kimiawi dari pH dan kandungan minyak. Justifikasi pH yang baik mengikuti baku
mutu air limbah sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Baku Mutu Air Limbah.
Tabel 3.1
Baku Mutu Air Limbah
Parameter
Kegiatan Pembekuan Kegiatan Pengalengan
Pembuatan Tepung
Ikan
Kadar
(mg/L)
Beban Pencemaran
(Kg/Ton) Kadar
(mg/L)
Beban Pencemaran
(Kg/Ton) Kadar
(mg/L)
Beban
Pencemaran
Ikan Udang Lain-lain Ikan Udang Lain-lain
pH 6 - 9
TSS 100 1 3 1,5 100 1,5 3 2 100 1,2
Sulfida - - - - 1 0,015 0,03 0,02 1 0,012
Amonia 10 0,1 0,3 0,15 5 0,075 0,15 0,1 5 0,06
Klor
bebas
1 0,01 0,03 0,015 1 0,015 0,03 0,02 - -
BOD 100 2 6 3 150 2,25 4,5 3 300 3,6
COD 200 2 6 3 150 2,25 4,5 3 300 3,6
Minyak-
lemak
15 0,15 0,45 0,225 15 0,225 0,45 0,3 15 0,18
Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah
14. 12
BAB IV
ANALISIS EVALUASI
4.1 Analisis Impact
Dampak jangka panjang dari buangan limbah mempengaruhi produktivitas pertanian padi
(Maryono, 2001 dan Hermanto, 2012). Limbah yang tidak diolah terlebih dahulu menyebabkan
produksi padi menurun, karena limbah yang mengandung minyak dan lemak ikan dapat menutupi
pori-pori tanah sehingga menghambat pertumbuhan tanaman padi. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Maryono dan Hermanto tersebut, dibutuhkan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) untuk
mengolah limbah ikan sebelum dibuang ke saluran irigasi. Sehingga kualitas air saluran irigasi yang
telah diolah di IPAL meningkat dapat meningkatkan produktivitas pertanian yang dialiri oleh saluran
irigasi di Kecamatan Bonang.
Tabel 4.1
Luas Panen Bersih Padi Kecamatan Bonang Tahun 2011-2015
Tahun Panen Bersih (Ha)
2011 10.907
2012 10.423
2013 10.314
2014 9.908
2015 10.387
Sumber: BPS Kabupaten Demak Time Series
Sumber: BPS Kabupaten Demak, Olahan
Grafik 4.1
Luas Panen Bersih Padi Kecamatan Bonang Tahun 2011-2015
Berdasarkan grafik luas panen padi di Kecamatan Bonang Tahun 2011-2015 diatas, dari tahun
2011 selalu mengalami penurunan sampai tahun 2014, kemudian terjadi peningkatan pada tahun
2015. Hal itu disebabkan pada tahun 2012 dibangun sentra pengasapan ikan di Desa Wonosari, namun
belum terdapat IPAL sehingga dapat menurunkan hasil produksi pertanian. Setelah dibangunnya IPAL
pada tahun 2014, luas panen bersih padi mengalami peningkatan dari 9.908 Ha menjadi 10.387 Ha
atau meningkat sebesar 4,8%. Adanya IPAL tersebut dapat meningkatkan hasil produksi pertanian
Kecamatan Bonang.
9.400
9.600
9.800
10.000
10.200
10.400
10.600
10.800
11.000
2011 2012 2013 2014 2015
PanenBersih(Ha)
Tahun
Luas Panen Padi di Kecamatan Bonang
Tahun 2011-2015
15. 13
4.2 Analisis Outcomes
Outcome yang ada didapat berdasarkan teori yang ada terkait kualitas buangan IPAL.
Pengukuran terhadap outcome dilakukan dengan membandingkan kondisi buangan limbah sebelum
dan sesudah diolah dalam IPAL. Pengambilan data yang ada dilakukan dengan wawancara masyarakat
Desa Wonosari serta melakukan observasi dan dokumentasi terkait IPAL dan daerah sekitarnya.
Manfaat secara langsung adanya IPAL ini adalah meningkatnya kualitas air saluran irigasi yang dialiri
oleh air buangan limbah yang dapat dijelaskan pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Analisis Outcomes
No Target Kondisi Sebelum Ada IPAL Kondisi Setelah Ada IPAL
Keterangan
Outcome : Meningkatnya kualitas air saluran irigasi yang dialiri oleh air buangan limbah
1 Tingkat pH
antara 6 - 9
pH air buangan limbah sebesar 5. pH
ini bersifat sedikit asam dan tidak
sesuai dengan baku mutu yang dapat
mengganggu kualitas lingkungan
sekitar.
Gambar 4.1a
Hasil pengukuran pH sebelum diolah
pH air buangan limbah sebesar 8.
pH ini bersifat netral dan sesuai
dengan baku mutu air sehingga
aman jika dibuang melalui saluran
irigasi.
Gambar 4.1b
Hasil pengukuran pH setelah
diolah
Tercapai
2 Warna air
jernih tidak
terlalu keruh
Air limbah yang ada tercampur
dengan limbah padat ikan, berwarna
sedikit hitam dan keruh. Limbah yang
ada bercampur minyak dan lemak
yang dapat menutupi pori-pori tanah
jika langsung dialirkan. Limbah yang
dihasilkan tidak nyaman dipandang.
Gambar 4.2a
Warna limbah sebelum diolah
Air limbah yang dihasilkan
berwarna putih walau masih sedikit
keruh. Hal tersebut
mengindikasikan masih adanya zat
organik dalam limbah. Keluaran
limbah ini lebih nyaman dipandang
daripada sebelumya
Gambar 4.2b
Warna limbah setelah diolah
Tercapai
16. 14
3 Suhu air
antara 20 –
250
C
Suhu air limbah adalah 280
C. Suhu
tersebut tidak sesuai suhu buangan
limbah yang seharusnya dikeluarkan.
Suhu yang ada tergolong sedikit
panas, sehingga dapat mempercepat
reaksi kimia. Tingginya suhu akan
tidak aman untuk dibuang dalam
saluran irigasi.
Gambar 4.3a
Suhu limbah sebelum diolah
Suhu air limbah adalah 25.50
C.
Suhu tersebut sukup sesuai suhu
buangan limbah yang seharusnya
dikeluarkan. Suhu yang ada
tergolong sejuk sehingga dapat
menghambat reaksi kimia.
Kesesuaian suhu buangan limbah
menyebabkan limbah aman untuk
dibuang.
Gambar 4.3b
Suhu limbah setelah diolah
Tercapai
4 Bau yang
ditimbulkan
berkurang
Limbah yang dihasilkan memiliki bau
yang menyengat. Timbulnya bau yang
sangat menyengat mengindikasikan
tingginya pencemaran air yang ada di
sekitar pengasapan ikan. Masyarakat
merasa tidak nyaman dengan bau
yang dihasilkan.
Gambar 4.4a
Limbah sebelum diolah yang
menimbulkan bau menyengat
Limbah yang dihasilkan memiliki
bau sedikit tidak menyengat. Hal ini
dapat diindikasikan bahwa
pencemaran air akan menurun.
Masyarakat merasa cukup nyaman
dengan bau yang dihasilkan meski
masih sedikit tercium. Namun hal
ini jauh lebih berkurang dari
sebelumnya.
Gambar 4.4ab
Limbah setelah diolah yang
menimbulkan sedikit bau
Tercapai
Sumber : Analisis Kelompok 12B, 2016
4.3 Analisis Output
Output dari program pembangunan IPAL Sentra Pengasapan Ikan di Desa Wonosari adalah
terbangunnya bangunan fisik IPAL serta berfungsi dengan baik sesuai yang diharapkan pada KAK
pembangunan. Pada tabel 4.3 dapat dilihat analisis output pembangunan IPAL Sentra Pengasapan Ikan
di Desa Wonosari.
17. 15
Tabel 4.3
Analisis Output
No Target Hasil Pembangunan Keterangan
1 IPAL terbangun
dengan dimensi 9.10
x 14.75 x 1.80 m3
IPAL terbangun dengan dimensi 9.10 x 14.75 x 1.80
m3. Volume yang dapat ditampung hingga 100 m3.
Gambar 4.5
Bangunan IPAL Sentra Pengasapan Ikan
Di Desa Wonosari
Tercapai
2 Semua komponen
IPAL berfungsi
dengan baik.
Ditemukan komponen IPAL yang tidak berfungsi
yaitu ruang panel control dan blower. Blower ini
tidak berfungsi karena pada pelaksanaannya
mengalami peningkatan biaya perawatan
operasional terutama listrik. Kemampuan finansial
pengelola sentra yang kurang menyebabkan
pengelola IPAL memutuskan untuk langsung
mengalirkan hasil olahan IPAL menuju ke saluran
irigasi. Walaupun demikian, tidak mempengaruhi
hasil limbah yang dikeluarkan karena fungsi dari
blower ini hanya sebagai tempat menyalurkan hasil
buangan limbah agar lebih menarik.
Gambar 4.6
Komponen IPAL yang perlu perbaikan
Tidak tercapai
Sumber : Analisis Kelompok 12B, 2016
Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat diketahui bahwa bangunan IPAL telah terbangun
dengan dimensi yang sesuai. Kesesuaian dimensi ini menyebabkan daya tampung IPAL mencukupi
buangan limbah cair yang akan diolah. Terkait dengan fungsi komponen IPAL sendiri, target yang ada
tidak tercapai. Komponen blower yang tidak berfungsi menyebabkan kurang lengkapnya siklus
pengolahan IPAL semestinya. Meskipun demikian, dibalik ketidaktercapaian fungsi IPAL tidak
mempengaruhi secara signifikan hasil buangan yang ada.
4.4 Analisis Activities
Pelaksanaan pembangunan IPAL pada sentra pengasapan ikan sesuai dengan dokumen
Detailed Engineering Design (DED). Dokumen DED merangkum dari perhitungan desain dan
pembuatan gambar kerja, serta penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Pembangunan IPAL
didesain sesuai kebutuhan dan jenis pengolahan yang dilakukan agar efisiensi pengolahan yang
18. 16
diinginkan dapat dicapai. Terdapat beberapa tahapan sebelum IPAL dapat digunakan, yaitu penggalian
lahan IPAL sedalam 1,80 meter, pembangunan bak pengumpul dan bak ekualisasi, pembangunan bak
pengendapan awal dan bak drying bed, pembangunan bak media anaerob, pembangunan bak media
aerob, pembangunan pengendapan air klorinasi, pembangunan ruang panel kontrol dan kolam
pengamatan. Pembangunan IPAL dilakukan pada tahun 2014 selama 3 bulan, dari bulan September –
November. Setelah itu, IPAL masih berfungsi sampai sekarang.
Tabel 4.4
Analisis Activities
Aktivitas Target Hasil Keterangan
Pembangunan
bak pengumpul
dan bak ekualisasi
Terbangun
sesuai
masterplan
(DED)
Gambar 4.7
Bak pengumpul dan bak ekualisasi
Tercapai
Pembangunan
bak pengendapan
awal dan bak
drying bed
Terbangun
sesuai
masterplan
(DED)
Gambar 4.8
Bak pengendapan awal dan drying bed
Tercapai
pembangunan
bak media
anaerob
Terbangun
sesuai
masterplan
(DED)
Gambar 4.9
Bak media anaerob
Tercapai
pembangunan
pengendapan air
klorinasi
Terbangun
sesuai
masterplan
(DED)
Gambar 4.10
Pengendapan air klorinasi
Tercapai
Pembangunan
ruang panel
kontrol dan
kolam
pengamatan
Terbangun
sesuai
masterplan
(DED)
Gambar 4.11
Ruang panel kontrol dan kolam pengamatan
Tercapai
Sumber: Analisis Kelompok 12B, 2016
19. 17
4.5 Analisis Input
Program pembangunan IPAL Sentra Pengasapan Ikan di Desa Wonosari, Kecamatan Bonang
merupakan usulan dari masyarakat desa terutama yang bekerja di sentra tersebut. Masyarakat
menginginkan keluaran limbah ikan yang ada tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dengan bau
yang dihasilkan. Adanya usulan ini membuat Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai pihak terkait
membangun IPAL sesuai renstra SKPD dengan menggunakan dana DAK dan APBD Kabupaten Demak.
Sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang ada, pembangunan IPAL ini menggunakan DAK dan
APBD Kabupaten Demak sebesar Rp. 660.000.000,00, tenaga ahli pekerjaan konstruksi, tersedia lahan
milik PSDA, dan adanya organisasi pelaksana.
Pada pelaksanaannya, input yang ada telah sesuai dengan yang diharapkan. Dana yang
dibutuhkan dalam pembangunan dikeluarkan dalam waktu dan jumlah yang sesuai serta anggaran
yang ada diturunkan secara bertahap. Proses pembangunan dan konstruksi dilakukan oleh ahli-ahli
yang telah ditentukan dengan bantuan konsultan. Pembangunan IPAL tersebut menjadi satu kawasan
dengan sentra pengasapan yang berada di lahan milik PSDA. Pada pelaksanaan programnya tersebut,
organisasi pelaksana terkait juga telah melakukan kordinasi dengan baik sehingga IPAL dapat
terbangun. Berdasarkan beberapa hal diatas, dapat diketahui bahwa input yang ada telah sesuai.
Kesesuaian dalam sebuah program pembangunan karena akan mempengaruhi keberhasilan dalam
activities yang akan dilakukan selanjutnya.
20. 18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil evaluasi terhadap “Pembangunan IPAL Sentra Pengasapan Ikan di Desa
Wonosari, Kecamatan Bonang” dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Input dari pembangunan IPAL tersebut telah sesuai dengan target dan rencana yang
terdapat dalam kerangka acuan kerja pembangunan. Pengalokasian terhadap sumberdaya
seperti dana, pekerja dan organisasi yang ada sudah baik dan sesuai.
2. Dilihat dari activities yang ada, semua tahapan pembangunan telah dilakukan.
Kelengkapan komponen IPAL yang terbangun serta waktu pelaksanaan pembangunan
seperti rencana yang diharapkan.
3. Terkait output yang ada, IPAL terbangun dalam dimensi yang sesuai dengan kebutuhan
limbah kotor hasil pengolahan ikan. Namun pada keberfungsian IPAL, komponen blower
dihentikan pengoperasiannya karena pengelola tidak mampu menanggung beban finansial
perawatan yang dikeluarkan. Walaupun hal ini tidak mempengaruhi kualitas buangan IPAL
secara signifikan, ketidakberfungsian salah satu komponen membuat siklus pengolahan
terganggu.
4. Pembangunan IPAL Sentra Pengasapan Ikan ini telah dibuktikan mampu meningkatkan
kualitas air buangan limbah. Keluaran limbah sesuai peraturan baku mutu air limbah yang
ada.
5. Secara jangka panjang, hasil buangan limbah yang sesuai baku mutu dan mengandung
bahan organik ini mampu meningkatkan produksi pertanian di Kecamatan Bonang sebesar
4.8% dari tahun sebelumnya dimana IPAL belum terbangun.
Keberadaan IPAL Sentra Pengasapan Ikan ini jelas memberikan manfaat atau dampak positif
terhadap masyarakat sekitar. Manfaat secara langsung dirasakan terutama terkait meningkatnya
kualitas lingkungan dan perekonomian di Desa Wonosari pada khususnya dan Kecamatan Bonang
pada umumnya,
5.2 Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diberikan untuk program pembangunan IPAL sentra pengasapan
ikan di Desa Wonosari antara lain:
Perlu dilakukan maintenance rutin yang baik sehingga kinerja IPAL dapat terjaga dan
dapat memberikan manfaat secara terus menerus terutama dari pemerintah.
Peningkatan kinerja IPAL dapat menggunakan peralatan yang lebih efektif dan efisien
serta menggunakan teknologi yang tidak membutuhkan daya besar agar tidak terjadi
pembengkakan pengeluaran untuk operasional IPAL.
Pemerintah melalui SKPD Dinas Kelautan dan Perikanan sebagai pelaksana program
seharusnya lebih bijak dalam melakukan estimasi trend biaya operasional.
Peran pemerintah dalam hal ini perlu ditingkatkan, tidak hanya sebagai pihak pelaksana
pembangunan tetapi juga perlu adanya kunjungan rutin.
Perlu adanya sosialisasi proses penyaringan keluaran limbah hasil IPAL yang lebih baik
terutama dengan memanfaatkan bahan minimum seperti serabut kelapa dan arang
kelapa yang tersedia melimpah di sekitaran Desa Wonosari.
21. 19
DAFTAR PUSTAKA
_____. 2012. Theory-Based Approaches to Evaluation : Concepts and Practices, dalam http://www.tbs-
sct.gc.ca . Diakses pada 14 September 2016.
BPS. 2016. Kecamatan Bonang dalam Angka 2016, dalam https://demakkab.bps.go.id . Diakses pada
15 Desember 2016.
BPS. 2015. Kecamatan Bonang dalam Angka 2015, dalam https://demakkab.bps.go.id . Diakses pada
14 September 2016.
BPS. 2014. Kecamatan Bonang dalam Angka 2014, dalam https://demakkab.bps.go.id . Diakses pada
15 Desember 2016.
BPS. 2013. Kecamatan Bonang dalam Angka 2013, dalam https://demakkab.bps.go.id . Diakses pada
15 Desember 2016.
BPS. 2012. Kecamatan Bonang dalam Angka 2012, dalam https://demakkab.bps.go.id . Diakses pada
15 Desember 2016.
Giyatmi dan H. E. Irianto. 2000. Teknik Sanitasi Pada Industri Makanan. Jakarta: Depertemen
Pendidikan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Jurusan Teknologi Pangan Universitas Sahid.
Hermanto. 2012. Analisis Fungsi Produksi Usaha Tani Padi Sawah dan Pengaruhnya Terhadap Produksi
Domestik Regional Bruto (PDRB) Untuk Pengembangan Wilayah di Kabupaten Deli Serdang.
Medan: Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah Medan.
Iqfadhilah. 2014. Pentingnya Menjaga Kebersihan Lingkungan serta Penyakit yang Berhubungan
dengan Lingkungan. http://www.idmedis.com/. Diakses pada Sabtu, 8 Oktober 2016
Mahendra, M.S, dkk. 2012. Identifikasi Sumber Pencemar Dan Analisis Kualitas Air Tukad Yeh Sungi Di
Kabupaten Tabanan Dengan Metode Indeks Pencemaran, dalam http://www.pps.unud.ac.id/.
Diakses pada 14 September 2016.
Maryono. 2001. Identifikasi Distribusi Biaya-Manfaat Kegiatan Industri Tekstril di Kawasan Perkotaan
Rancaekek. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Muzamil. 2010. Dampak Limbah Cair Pabrik Tekstil PT Kenaria Terhadap Kualitas Air Sungai Winong
Sebagai Irigasi Pertanian di Desa Purwosuman Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen.
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Peraturan Menteri. 2014. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2014 Tentang Baku Mutu Air Limbah.