Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"Shollana
Persentasi dari kelompok 2 yang berjudul "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam". yang beranggotakan : Shollana M, Danang Wahyu T, Muhammad Wahyu D, dan Nurul F. Husna.
Ilmu dasar tentang hadits, dengan ini kita bisa melihat bagaimana sebuah hadits bisa berstatus shohih, hingga ke maudhu, mohon sabar, karena tidak semua dijadikan dalam satu paparan slide, karena materinya cukup panjang sehingga harus disusun sesederhana mungkin namun tetap sistematis dan tidak merusak struktur pembelajaran.
Ppt msi "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam"Shollana
Persentasi dari kelompok 2 yang berjudul "Pendekatan - Pendekatan Studi Islam". yang beranggotakan : Shollana M, Danang Wahyu T, Muhammad Wahyu D, dan Nurul F. Husna.
Ilmu dasar tentang hadits, dengan ini kita bisa melihat bagaimana sebuah hadits bisa berstatus shohih, hingga ke maudhu, mohon sabar, karena tidak semua dijadikan dalam satu paparan slide, karena materinya cukup panjang sehingga harus disusun sesederhana mungkin namun tetap sistematis dan tidak merusak struktur pembelajaran.
Download font untuk hasil lebih menarik! *alaalaiklan
-chalkpaint
-Amandes Salées
-kindergaten
-Ether Cute Poison
-alphabetized cassette tapes
-DK Lemon Yellow Sun
-Notepaper Airplanes
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaRafi Mariska
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya merupakan suatu makalah yang sengaja dibuat untuk memenuhi tugas Ulumul Quran&Ulumul Hadist di UIN Arraniry. Makalah ini menjelaskan tentang Pengklasifikasian hadis berdasarkan kuantitas (banyaknya) perawi dan berdasarkan kualitas perawi serta hadis maudhu' (palsu) yang meliputi sejarah hadis maudhu', perkembangan dan sebagainya sehingga bisa dijadikan referensi bagi saudara pembaca. Makalah ini lebih ditujukan kepada pelajar, baik mahasiswa, siswa bahkan dosen sekali pun.
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).pptFaizakbar251
Hadfits shahih ini hukumnya wajib diamalkan dan ulama ahli hadits membaginya kepada dua bagiian yaitu shahihg li dzatihi dan shahih li ghairihi. Perbedaan antara kedua bagian hadits ini terletak pada segi hafalan atau ingatan perawinya. Pada shahih li dzatihi, ingatan perwinya sempurna sedangkan pada hadits shahih li ghairihi, ingatan perawinya kurang sempurna.
Para psikologis telah menyimpulkan bahwa kebutuhan untuk merasa dikasihi merupakan kebutuhan emosional utama manusia. Demi kasih, kita mau mendaki pegunungan, menyeberangi lautan, melintasi padang pasir, dan mengalami penderitaan-penderitaan yang tak terperi beratnyadan tak terhitung banyaknya (Lebay). Tanpa kasih, pegunungan menjadi tidak terdaki, lautan tidak terseberangi, padang pasir tak tertahankan, dan penderitaan menjadi kemalangan kita hidup (Super Lebay).
3. PEMBAGIAN HADITS SECARA UMUM
BERDASARKAN KUALITAS DAN KUANTITAS RAWI
• Pembagian Hadits berdasarkan Kuantitas Rawi
Hadits ditinjau dari segi sedikit banyaknya rawi yang menjadi
sumber berita terbagi pada dua macam, yaitu hadits mutawatir dan hadits
ahad.
1. Hadits mutawatir
Mutawatir, menurut bahasa, adalah isim fa’il musytaq dari Attawatur artinya At-tatabu’ (berturut-turut).
Adapun hadits mutawatir menurut istilah ulama hadits adalah
:
Khabar yang didasarkan pada pancaindra yang dikabarkan
oleh sejumlah orang yang mustahil menurut adat mereka
bersepakat untuk mengkabarkan berita itu dengan dusta.
4. Syarat-syarat Hadits Mutawatir
Pewartaan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus
berdasarkan tanggapan panca indera, yakni warta yang mereka
sampaikan itu harus benar-benar hasil pendengaran atau penglihatan
sendiri.
Jumlah rawinya harus mencapai kuantitas tertentu sehingga tidak
mungkin mereka sepakat untuk berdusta. Dengan
demikian, jumlahnya adalah relatif, tidak ada batas tertentu. Menurut
Abu Ath-thayib jumlah perawinya empat orang, Ashhab As-Syafi’I
menyatakan lima orang, dan ulama lain menyatakan mencapai 20 atau
40 orang.
Adanya keseimbangan jumlah antara para rawi dalam Thabaqah
pertama dengan jumlah rawi dalam Thabaqah berikutnya.
Klasifikasi Hadits Mutawattir
Hadits Mutawattir Lafdzi
Hadits Mutawtiir Ma‟nawi
Hadits Mutawatir 'Amali
5. 2. Hadits Ahad
Hadits ahad adalah hadits yang jumlah rawinya tidak sampai pada jumlah
mutawatir, tidak memenuhi syarat mutawatir, dan tidak pula sampai pada
derajat mutawatir. Hal ini dinyatakan dalam kaidah ilmu hadits berikut ini :
Hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir
Klasifikasi Hadits Ahad
Hadits Masyhur
Hadits „Aziz
Hadits Gharib
Kedudukan hadits Ahad dan Pendapat Ulama tentang Hadits Ahad
Golongan Ulama, seperti Al-Qasayani, sebagian ulama Dhahiriyah dan
Ibnu Dawud, mengatakan bahwa kita tidak wajib beramal dengan hadits
ahad.
Jumhur ulama ushul menetapkan bahwa hadits ahad memberi faedah dhan.
Oleh karena itu, hadits ahad wajib diamalkan sesudah diakui
kesahihannya.
Sebagian ulama menetapkan bahwa hadits ahad diamalkan dalam segala
bidang.
6. *
1. Hadis Sahih
Sahih menurut lughat adalah lawan dari “saqim”, artinya sehat lawan sakit, haq
lawan batil. Menurut ahli hadis, hadis sahih adalah hadis yang sanadnya
bersambung, dikutif oleh orang yang adil cermat dari orang yang sama, sampai
berakhir pada rasulullah SAW., atau sahabat atau tabiin, bukan hadis yang syad
(kontroversi) dan terkena ‟illat yang menyebabkan cacat dalam penerimaannya.
Dalam definisi lain, hadis sahih adalah:
“Hadis yang dinukilkan (diriwayatkan) oleh rawi-rawi yang adil, sempurna
ingatannya, sanadnya bersambung-sambung, ber‟iilat, dan tidak janggal.”
* Syarat-Syarat Hadis Sahih
Rawinya bersifat adil
Rawinya bersifat dhabit
Sanadnya bersambung
Tidak ber‟illat
Tidak Syadz (janggal)
7. Klasifikasi Hadis Sahih
Sahih li dzatih
Sahih li ghairih
Martabat Hadis Sahih
Hadis sahih yang paling tinggi derajatnya adalah hadis yang bersanad
ashahul asanid, kemudian berturut-turut sebagai berikut:
Hadis yang disepakati Bukhari Muslim
Hadis yang disepakati imam Bukhari sendiri
Hadis yang diriwayatkan Imam Muslim sendiri
Karya-Karya yang Hanya Memuat Hadis Sahih
1. Shahih Bukhari
2. Shahih Muslim
3. Mustadrak al-Hakim
4. Shahih Ibnu Hibban
5. Shahih Ibnu Khuzaimah
8. Hadis Hasan
a. Pengertian Hadis Hasan
Hasan, menurut lughat adalah sifat musybahah dari Al-Husna, artinya bagus.
Menurut Ibnu Hajar, hadis hasan adalah. Khabar ahad yang dinukil oleh orang
yang adil, kurang sempurna hapalannya, bersambung sanadnya, tidak cacat
dan tidak syadz.
b. Klasifikasi Hadis Hasan
Hadis hasan terbagi atas :
hasan lidzatih adalah hadis yang memenuhi syarat-syarat hadis hasan
hasan ligairih adalah hadis dhaif yang bukan dikarenakan rawinya
pelupa, banyak salah dan orang fasik, yang mempunyai mutabi‟ dan syahid.
c. Kedudukan Hadis Sahih dan Hasan dalam Berhujjah
d. Kitab-kitab yang Mengandung Hadis Hasan
Fami‟ At-Tirmidzi, dikenal dengan sunan At-Tirmidzi, merupakan sumber
untuk mengetahui hadis hasan.
Sunan Abu Dawud
Sunan Ad-daruquthi
9. Hadis Dhaif
Dhaif menurut lughat adalah lemah, lawan dari qawi (yang kuat).
Adapun menurut Muhaditsin hadis dhaif adalah semua hadis yang tidak
trkumpul padanya sifat-sifat bagi hadis yang diterima dan menurut
kebanyakan pendapat ulama, hadis dhaif adalah yang tidak terkumpul
padanya sifat hadis sahih dan hasan.
“Hadits yang tidak sampai pada derajat Hasan.”
Klasifikasi Hadis Dhaif
Para ulama Muhaditsin mengemukakan sebab-sebab tertolaknya hadis
dari dua jurusan, yakni dari jurusan sanad dan jurusan matan.
Sebab-sebab tertolaknya hadis dari jurusan sanad adalah:
Terwujudnya cacat-cacat pada rawinya, baik tentang keadilan maupun
ke dhabitannya
Ketidakbersambungannya sanad, dikarenakan adalah seorang rawi
atau lebih, yang digugurkan atau saling tidak bertemu satu sama lain.
10. Adapun cacat pada keadilan dan ke dhabitan rawi itu ada sepuluh macam, yaitu
sebagai berikut:
Dusta
Tertuduh dusta
Fasik
Banyak salah
Lengah dalam menghapal
Menyalahi riwayat orang kepercayaan
Banyak waham (purbasangka)
Tidak diketahui identitasnya
Pennganut bid‟ah
Tidah baik hafalannya.
Klasifikasi Hadis Dhaif Berdasarkan Cacat pada Keadilan dan Ke
Dhabitannya Rawi
Hadis Maudhu
Hadis Munkar
Hadis Syadz
12. KLASIFIKASI BERDASARKAN KUANTITAS RAWI
Hadits Marfu’
Hadits Marfu‟ adalah perkataan, perbuatan, atau taqrir yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad SAW., baik sanad hadits tersebut bersambungsambung atau terputus-putus, baik yang menyandarkan hadits itu sahabat
maupun lainnya. Marfu‟ artinya yang diangkat, yang dimajukan, yang
diambil, yang dirangkaikan, yang disampaikan.
Hadits Mauquf
Hadits Mauquf adalah hadits yang disandarkan kepada sahabat, baik berupa
perkataan, perbuatan, atau taqrir.
Contohnya:
“Konon Ibnu Umar r.a berkata: Bila kau berada di waktu sore jangan
menunggu datangnya pagi hari, dan bila kau berada di waktu pagi jangan
menunggu datangnya sore hari. Ambillah dari waktu sehatmu persediaan
untuk waktu sakitmu dan dari waktu hidupmu untuk persediaan matimu.”
(HR. Bukhari)
13. Hadits Maqthu’
Hadits Maqthu adalah hadits yang disandarkan kepada tabi’in atau orang
sebawahnya, baik perkataan atau perbuatan.
Dari segi bahasa, berarti hadits yang terputus.
Contohnya ialah perkataan Haram bin Jubair, seorang tabi’in
besar, ujarnya:
“Orang mukmin itu bila telah mengenal tuhanya azza wajalla, niscaya
iamencintainya dan bila ia mencintainya Allah menerimanya.”