Dokumen tersebut membahas tentang mata kuliah Ilmu Rijal al-Hadits. Secara singkat, Ilmu Rijal al-Hadits adalah ilmu yang mempelajari biografi para perawi hadits, seperti tempat kelahiran, wafat, guru dan murid mereka, untuk mengetahui kredibilitas sanad hadits."
Dokumen tersebut membahas pembagian hadis dari segi kualitas menjadi tiga, yaitu hadis shahih, hasan, dan dha'if. Hadis shahih memenuhi syarat sanad dan matannya, hadis hasan kurang sempurna dalam daya ingat perawinya, sedangkan hadis dha'if tidak memenuhi syarat kualitas hadis shahih dan hasan.
Dokumen tersebut membahas tentang mata kuliah Ilmu Rijal al-Hadits. Secara singkat, Ilmu Rijal al-Hadits adalah ilmu yang mempelajari biografi para perawi hadits, seperti tempat kelahiran, wafat, guru dan murid mereka, untuk mengetahui kredibilitas sanad hadits."
Dokumen tersebut membahas pembagian hadis dari segi kualitas menjadi tiga, yaitu hadis shahih, hasan, dan dha'if. Hadis shahih memenuhi syarat sanad dan matannya, hadis hasan kurang sempurna dalam daya ingat perawinya, sedangkan hadis dha'if tidak memenuhi syarat kualitas hadis shahih dan hasan.
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis ini diharapkan dapat mengetahui sikap dan tindakan umat Islam yang sebenarnya. Khususnya para ulama ahli hadits terhadap hadits serta usaha pembinaan dan pemeliharaan mereka pada tiap-tiap periodenya sampai akhirnya terwujud kitab-kitab hasil tadwin secara sempurna. Bahkan, menguatnya kajian hadis dalam dunia islam tidak lepas dari upaya umat islam yang melakukan counter balik terhadap sangkaan-sangkaan negatif kalangan orientalis terhadap keaslian hadis. Goldziger misalnya, ia meragukan sebagian besar keaslian (orisinalitas) hadits, oleh yang diriwayatkan oleh Bukhari sekalipun. Salah satu alasannya adalah semenjak wafatnya Nabi Muhammad SAW dengan masa upaya pentadwinan hadis sangat jauh, menurutnya, sangat sulit untuk menjaga tingkat orisinalitas hadis tersebut. Sebab studi tentang keberadaan hadis selalu makin menarik untuk di kaji seiring dengan perkembangan manusia yang semakin kritis. Oleh karena itu mengkaji sejarah ini berarti melakukan upaya mengungkap fakta-fakta yang sebenarnya sehingga sulit untuk ditolak keberadaannya. Perjalanan hadis pada tiap-tiap periodenya mengalami berbagai persoalan dan hambatan yang dihadapinya, yang antara satu periode dengan periode lainnya tidak sama, maka pengungkapan sejarah persoalannya perlu diajukan ciri-ciri khusus dan persoalan-persoalan tersebut.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian sejarah hadits?
b. Hadits pada masa Nabi Muhammad SAW?
c. Sejarah hadits pada masa sahabat dan Tabi’in
d. Hadits pada abad ke-II, III, dan IV H
e. Sejarah pada abad ke-V sampai sekarang perkembangan hadits
Bab 2
PEMBAHASAN
a. Pengertian Sejarah Hadits
Sejarah hadits terdiri dua kata yaitu kata “sejarah” dan kata “hadits”. Kata sejarah sendiri yang digunakan pada masa sekarang ini bersumber dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti pohon. Dari sisi lain, istilah history merupakan terjemahan dari bahasa Yunani yakni histories yang memberikan arti suatu pengkajian. Dalam sebuah tulisan yang berjudul definisi sejarah (2007) mengutip pandangan Bapak Sejarah Herodotus yang menurutnya sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan satu perputaran jatuh bangunnya seorang tokoh masyarakat dan peradaban.
Sedangkan menurut Aristoteles sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekam-rekam atau bukti-bukti yang kukuh.
Hadits secara Lughowi (Harfiyah) adalah ism masdar yang fi’il madhi dan mudhori’nya hadatsa-yahdutsu yang berarti baru. Hadits secara istilah ialah segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sejarah hadits ialah suatu kajian peristiwa-peristiwa masa lalu dari segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW.
b. Hadits Pada masa Nabi Muhammad SAW
Membicarakan hadis pada masa Rasul SAW berarti membicarak
Makalah ini membahas tentang pengertian, sejarah perkembangan, dan cabang-cabang ilmu hadis. Secara garis besar, pengertian ilmu hadis adalah ilmu yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan hadis Nabi Muhammad SAW. Sejarah perkembangannya meliputi zaman Rasul, khulafaur rasysidin, masa sahabat dan tabi'in, pembukuan hadis, hingga kodefikasi hadis dewasa ini. Cabang-cabang ilmu hadis antara
1. Bab 1 membahas unsur-unsur hadis yaitu sanad, matan, dan rawi. Sanad adalah rantai para periwayat, matan adalah isi pesan hadis, dan rawi adalah orang yang meriwayatkan hadis.
2. Bab 2 membahas jenis-jenis hadis berdasarkan bentuknya, yaitu qauliyah (berupa ucapan Nabi), fi'liyah (perbuatan Nabi), taqririyah (penetapan tertentu di depan Nabi tanpa sangg
Hadits merupakan sumber hukum Islam selain Al-Quran. Ilmu hadits berkembang sejak awal untuk memvalidasi sanad dan matan hadits. Perkembangannya meliputi penghimpunan hadits, pembukuan, penyaringan, dan sistematisasi hadits. Ilmu hadits dirayah membahas validitas hadits sementara riwayah membahas isi hadits.
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnyasholihiyyah
Ilmu hadis membahas periwayatan berita tentang sabda, perbuatan, dan sifat Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah membantu umat Islam memahami ajaran agamanya dengan standar keilmuan tinggi. Ilmu hadis membahas sanad, matan, istilah-istilahnya, serta menentukan status hadis apakah shahih atau lemah.
Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an. Hadis berisi perkataan, perbuatan, dan penetapan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh sahabat. Proses pengumpulan dan penyusunan hadis melewati berbagai fase hingga abad ke-7 Masehi untuk memisahkan hadis yang asli dari yang palsu. Kriteria hadis shahih meliputi sanad perawinya yang terpercaya dan matannya yang tidak bertentangan den
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan struktur hadits, serta cabang-cabang ilmu hadits seperti riwayat, dirayah, dan musthalah hadits. Juga dibahas pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad dan kuantitas rawi, serta syarat-syarat hadits shahih.
Hadis dibagi menjadi dua kelompok utama berdasarkan jumlah perawinya, yaitu hadis mutawatir dan hadis ahad. Hadis mutawatir diriwayatkan oleh banyak perawi sehingga kebenarannya tidak diragukan, sedangkan hadis ahad hanya diriwayatkan oleh sejumlah kecil perawi sehingga masih perlu diteliti kebenarannya. Hadis juga dibedakan berdasarkan kualitas sanad dan isinya, serta keduduk
Tokoh-tokoh ulama hadits beserta kitabnya adalah Imam Bukhari dengan kitab Shahihnya, Imam Muslim dengan kitab Shahihnya, Imam Abu Dawud dengan kitab Sunan, Imam At-Tirmidzi dengan kitab Sunan, dan Imam An Nasa'i dengan kitab Sunan serta Ibnu Majah dengan kitab Sunan.
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadis ini diharapkan dapat mengetahui sikap dan tindakan umat Islam yang sebenarnya. Khususnya para ulama ahli hadits terhadap hadits serta usaha pembinaan dan pemeliharaan mereka pada tiap-tiap periodenya sampai akhirnya terwujud kitab-kitab hasil tadwin secara sempurna. Bahkan, menguatnya kajian hadis dalam dunia islam tidak lepas dari upaya umat islam yang melakukan counter balik terhadap sangkaan-sangkaan negatif kalangan orientalis terhadap keaslian hadis. Goldziger misalnya, ia meragukan sebagian besar keaslian (orisinalitas) hadits, oleh yang diriwayatkan oleh Bukhari sekalipun. Salah satu alasannya adalah semenjak wafatnya Nabi Muhammad SAW dengan masa upaya pentadwinan hadis sangat jauh, menurutnya, sangat sulit untuk menjaga tingkat orisinalitas hadis tersebut. Sebab studi tentang keberadaan hadis selalu makin menarik untuk di kaji seiring dengan perkembangan manusia yang semakin kritis. Oleh karena itu mengkaji sejarah ini berarti melakukan upaya mengungkap fakta-fakta yang sebenarnya sehingga sulit untuk ditolak keberadaannya. Perjalanan hadis pada tiap-tiap periodenya mengalami berbagai persoalan dan hambatan yang dihadapinya, yang antara satu periode dengan periode lainnya tidak sama, maka pengungkapan sejarah persoalannya perlu diajukan ciri-ciri khusus dan persoalan-persoalan tersebut.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian sejarah hadits?
b. Hadits pada masa Nabi Muhammad SAW?
c. Sejarah hadits pada masa sahabat dan Tabi’in
d. Hadits pada abad ke-II, III, dan IV H
e. Sejarah pada abad ke-V sampai sekarang perkembangan hadits
Bab 2
PEMBAHASAN
a. Pengertian Sejarah Hadits
Sejarah hadits terdiri dua kata yaitu kata “sejarah” dan kata “hadits”. Kata sejarah sendiri yang digunakan pada masa sekarang ini bersumber dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti pohon. Dari sisi lain, istilah history merupakan terjemahan dari bahasa Yunani yakni histories yang memberikan arti suatu pengkajian. Dalam sebuah tulisan yang berjudul definisi sejarah (2007) mengutip pandangan Bapak Sejarah Herodotus yang menurutnya sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan satu perputaran jatuh bangunnya seorang tokoh masyarakat dan peradaban.
Sedangkan menurut Aristoteles sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekam-rekam atau bukti-bukti yang kukuh.
Hadits secara Lughowi (Harfiyah) adalah ism masdar yang fi’il madhi dan mudhori’nya hadatsa-yahdutsu yang berarti baru. Hadits secara istilah ialah segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sejarah hadits ialah suatu kajian peristiwa-peristiwa masa lalu dari segala perkataan (aqwal), perbuatan (af’al) dan persetujuan (taqrir) dan sifat Nabi Muhammad SAW.
b. Hadits Pada masa Nabi Muhammad SAW
Membicarakan hadis pada masa Rasul SAW berarti membicarak
Makalah ini membahas tentang pengertian, sejarah perkembangan, dan cabang-cabang ilmu hadis. Secara garis besar, pengertian ilmu hadis adalah ilmu yang membahas hal-hal yang berkaitan dengan hadis Nabi Muhammad SAW. Sejarah perkembangannya meliputi zaman Rasul, khulafaur rasysidin, masa sahabat dan tabi'in, pembukuan hadis, hingga kodefikasi hadis dewasa ini. Cabang-cabang ilmu hadis antara
1. Bab 1 membahas unsur-unsur hadis yaitu sanad, matan, dan rawi. Sanad adalah rantai para periwayat, matan adalah isi pesan hadis, dan rawi adalah orang yang meriwayatkan hadis.
2. Bab 2 membahas jenis-jenis hadis berdasarkan bentuknya, yaitu qauliyah (berupa ucapan Nabi), fi'liyah (perbuatan Nabi), taqririyah (penetapan tertentu di depan Nabi tanpa sangg
Hadits merupakan sumber hukum Islam selain Al-Quran. Ilmu hadits berkembang sejak awal untuk memvalidasi sanad dan matan hadits. Perkembangannya meliputi penghimpunan hadits, pembukuan, penyaringan, dan sistematisasi hadits. Ilmu hadits dirayah membahas validitas hadits sementara riwayah membahas isi hadits.
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnyasholihiyyah
Ilmu hadis membahas periwayatan berita tentang sabda, perbuatan, dan sifat Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah membantu umat Islam memahami ajaran agamanya dengan standar keilmuan tinggi. Ilmu hadis membahas sanad, matan, istilah-istilahnya, serta menentukan status hadis apakah shahih atau lemah.
Hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur'an. Hadis berisi perkataan, perbuatan, dan penetapan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh sahabat. Proses pengumpulan dan penyusunan hadis melewati berbagai fase hingga abad ke-7 Masehi untuk memisahkan hadis yang asli dari yang palsu. Kriteria hadis shahih meliputi sanad perawinya yang terpercaya dan matannya yang tidak bertentangan den
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan struktur hadits, serta cabang-cabang ilmu hadits seperti riwayat, dirayah, dan musthalah hadits. Juga dibahas pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad dan kuantitas rawi, serta syarat-syarat hadits shahih.
Hadis dibagi menjadi dua kelompok utama berdasarkan jumlah perawinya, yaitu hadis mutawatir dan hadis ahad. Hadis mutawatir diriwayatkan oleh banyak perawi sehingga kebenarannya tidak diragukan, sedangkan hadis ahad hanya diriwayatkan oleh sejumlah kecil perawi sehingga masih perlu diteliti kebenarannya. Hadis juga dibedakan berdasarkan kualitas sanad dan isinya, serta keduduk
Tokoh-tokoh ulama hadits beserta kitabnya adalah Imam Bukhari dengan kitab Shahihnya, Imam Muslim dengan kitab Shahihnya, Imam Abu Dawud dengan kitab Sunan, Imam At-Tirmidzi dengan kitab Sunan, dan Imam An Nasa'i dengan kitab Sunan serta Ibnu Majah dengan kitab Sunan.
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dan cabang cabangnyasholihiyyah
Ilmu hadis membahas periwayatan berita tentang Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas hadis apakah bisa dijadikan hujah agama atau tidak. Ilmu hadis membahas sanad, matan, istilah-istilahnya, serta kaidah untuk menentukan status hadis. Cabang-cabangnya antara lain membahas sanad, rawi, matan, serta kaidah untuk menilai status hadis.
8. hadits shahih syarat dan macam macamFakhri Cool
Hadis shahih adalah hadis yang memenuhi kriteria (1) sanadnya bersambung, (2) perawinya adil dan dhabit, (3) bebas dari syadz dan illat. Terdapat dua jenis hadis shahih yaitu shahih lidzatih yang memenuhi semua kriteria dan shahih lighairih yang memenuhi sebagian kriteria namun dikuatkan oleh hadis lain.
Kodifikasi hadis dimulai pada abad ke-2 H oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz untuk menghimpun hadis-hadis agar tidak hilang. Pada abad ke-3 H, hadis-hadis disaring dan dibedakan status keabsahannya. Abad ke-4 H menghasilkan kitab-kitab hadis utama. Pada abad ke-5 H dan selanjutnya, hadis-hadis diklasifikasikan dan dikomentari.
Dokumen tersebut membahas tentang Pengantar Ilmu Hadits. Secara singkat, dibahas tentang pengertian Ilmu Hadits sebagai ilmu yang mempelajari sanad dan matan hadits untuk mengetahui status penerimaan hadits, istilah-istilah penting seperti hadits dan sanad, syarat-syarat periwayatan hadits, pembagian hadits berdasarkan jalur periwayatannya seperti mutawatir dan ahad, serta pembagian hadits lainnya seperti berdas
Dokumen ini membahas hubungan antara sarana (wasilah), cara (uslub), dan metode (thariqah) dengan tujuan dan maksud dalam aktivitas. Wasilah adalah alat fisik, uslub adalah cara sementara, sedangkan thariqah adalah cara tetap. Tujuan jangka pendek disebut maksud dan target, sedangkan tujuan jangka panjang disebut ghayah. Hubungan antara sarana, cara, dan metode dengan tujuan dibedakan menjadi hubun
Hadits dha'if dan maudhu merupakan dua jenis hadits yang lemah. Hadits dha'if adalah hadits yang tidak memenuhi kriteria hasan karena kelemahan sanad atau matannya, sedangkan hadits maudhu adalah hadits palsu yang sengaja diciptakan oleh pendusta untuk mengarang kata-kata Nabi. Kedua jenis hadits ini memiliki berbagai macam dan ciri khas, serta ulama telah berupaya melawan pemalsuan dengan
Mengetahui kriteria suatu hadis diperlukan untuk menentukan suatu hadis dapat digunakan untuk dalil atau tidak boleh sebab itu dalam makalah kali ini akan dibahas tentang hadis dhaif meliputi, Kriteria dan Macam-macam Hadis Dhaif, Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad Hadis-hadis daif ditinjau dari segi cacat perawi, dan Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadis dhaif
1. Ilmu Rijal Hadits mempelajari biografi para periwayat hadits untuk mengetahui keabsahan sanad dan mencegah pemalsuan hadits. 2. Syarat diterimanya periwayat antara lain adil, kuat hafalan, dan tepat dalam meriwayatkan. 3. Gelar bagi periwayat hadits antara lain al-Musnid, al-Muhaddits, dan al-Hafiz yang menandakan tingkat pengetahuan mereka.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan pengertian hadits, sejarah penulisan dan pengkodifikasiannya, serta pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad dan jumlah rawi. Dijelaskan pula cabang-cabang ilmu hadits dan syarat-syarat hadits shahih.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi hadits, ilmu hadits, sejarah penghimpunan hadits, kedudukan hadits, pembagian hadits berdasarkan kualitas dan kuantitas periwayatan, serta signifikansi hadits dalam kehidupan masyarakat. Secara ringkas, dokumen tersebut membahas tentang konsep dan perkembangan ilmu hadits serta peranannya dalam kehidupan umat Islam.
Hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu atau beberapa orang yang tidak mencapai derajat mutawatir. Hadits ahad dikelompokkan sebagai hadits zhanni dan statusnya tidak pasti berasal dari Nabi Muhammad SAW meskipun diduga demikian. Hadits ahad dibedakan menjadi hadits masyhur, hadits 'aziz, dan hadits gharib berdasarkan jumlah rawi yang meriwayatkannya. Kedudukan hadits ahad dalam huk
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).pptFaizakbar251
Hadfits shahih ini hukumnya wajib diamalkan dan ulama ahli hadits membaginya kepada dua bagiian yaitu shahihg li dzatihi dan shahih li ghairihi. Perbedaan antara kedua bagian hadits ini terletak pada segi hafalan atau ingatan perawinya. Pada shahih li dzatihi, ingatan perwinya sempurna sedangkan pada hadits shahih li ghairihi, ingatan perawinya kurang sempurna.
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaRafi Mariska
Makalah ini membahas tentang klasifikasi hadis dari berbagai aspek seperti berdasarkan kuantitas perawinya menjadi hadis mutawatir dan ahad, serta berdasarkan kualitas perawinya menjadi hadis sahih, hasan, dan dha'if. Jenis-jenis hadis lainnya seperti hadis maudhu' juga dijelaskan. Tujuan makalah ini adalah agar memberikan pemahaman tentang klasifikasi hadis dan manfaatnya bagi u
Makalah ini membahas tentang hadist, termasuk pengertian hadist, kedudukan dan fungsi hadist terhadap Al-Qur'an, serta macam-macam hadist seperti shahih, hasan, dan dhaif.
Makalah ini membahas tentang struktur hadist yang terdiri dari tiga komponen yaitu sanad atau isnad (rantai penutur), matan (redaksi hadist), dan mukharij (rawi). Sanad didefinisikan sebagai jalan menuju matan yaitu mata rantai perawi dari mukhirij sampai shahib al-matan. Contoh sanad dijelaskan melalui rantai penutur hadist.
1. Hadits merujuk kepada ucapan, perbuatan, dan keadaan Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh para sahabatnya.
2. Hadits dibedakan menjadi hadits qudsy yang maknanya dari Allah SWT dan hadits nabawi yang lafal dan maknanya dari Nabi.
3. Ilmu hadits terbagi menjadi ilmu riwayah yang mempelajari penulisan hadits dan ilmu dirayah yang mempelajari sanad dan matan hadits.
Hadis diklasifikasikan berdasarkan kualitasnya menjadi tiga, yaitu shahih (sah), hasan (baik), dan dha'if (lemah). Hadis shahih memenuhi lima syarat termasuk sanad yang kuat dan berkelanjutan, sedangkan hasan memenuhi syarat tetapi sanadnya kurang kuat. Hadis dha'if tidak memenuhi syarat hadis shahih maupun hasan. Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan derajat keabsahan
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Universitas Negeri Jakarta banyak melahirkan tokoh pendidikan yang memiliki pengaruh didunia pendidikan. Beberapa diantaranya ada didalam file presentasi
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Materi ini membahas tentang defenisi dan Usia Anak di Indonesia serta hubungannya dengan risiko terpapar kekerasan. Dalam modul ini, akan diuraikan berbagai bentuk kekerasan yang dapat dialami anak-anak, seperti kekerasan fisik, emosional, seksual, dan penelantaran.
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Makalah ulumul hadits
1. DAFTAR ISI
BAB 10 ................................................................................................................................. ..2
HADITS DHAIF.................................................................................................................. ..2
PENGERTIAN HADITS DHAIF...................................................................................... ..2
MACAM-MACAM HADITS DHAIF.............................................................................. ...2
KEHUJJAHAN HADITS DHAIF.................................................................................... ...3
KESIMPULAN.................................................................................................................... .3
BAB 11............................................................................................................................... ..4
SANAD DAN MATAN..................................................................................................... ...4
PENGERTIAN SANAD DAN MATAN.......................................................................... ..4
KAEDAH-KAEDAH SANAD DAN MATAN................................................................ ..4
SYARAT-SYARAT PERAWI............................................................................................5
KESIMPULAN....................................................................................................................5
BAB 12................................................................................................................................. 6
HADITS MAUDHU............................................................................................................6
PENGERTIAN HADITS MAUDHU................................................................................6
PEMBAGIAN HADITS MAUDHU..................................................................................6
SEJARAH MUNCULNYA PEMALSUAN HADITS ....................................................7
SEBAB MUNCULNYA PEMALSUAN HADITS...........................................................7
KESIMPULAN...................................................................................................................8
BAB 13.................................................................................................................................9
INGKAR SUNNAH............................................................................................................9
SEJARAH MUNCULNYA INKAR SUNNAH, TOKOH-TOKOHNYA SERTA
ARGUMENNYA................................................................................................................9
KESIMPULAN.................................................................................................................11
RESUME ULUMUL HADITS Page 1
2. BAB 10
A. Hadits Dhaif
Pengertian hadits dhoif
Hadits dhoif secara istilah para ulama terdapat perbedaan rumusan dalam
mendefinisikan hadits dhoif ini akan tetapi pada dasarnya,isi, dan maksudnya
tidak berbeda. Beberapa definisi,diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shohih
dan syarat-syarat hadits hasan.
2) Hadits yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat hadits
maqbul (hadits shohih atau yang hasan)
3) Pada definisi yang ketiga ini disebutkan secara tegas,bahwa Hadits
dhoif adalah hadits yang jika satu syaratnya hilang.
B. Macam-macam hadits dhoif
a) Dhoif karena tidak bersambung sanadnya,misalnya:
Hadits munqathi’
Hadits munqathi’ adalah hadits yang gugur sanadnya di satu tempat
atau lebih atau pada sanadnyan disebutkan nama seseorang yang
tidak dikenal namanya.
b) Dhoif karena tidak ada syarat adil
Hadits maudhu’
Hadits maudhu’ adalah hadits yang dibuat-buat oleh seseorang
(pendusta) yang ciptaan ini dinisbatkan kepada Rasulullah secara
paksa dan dusta baik sengaja maupun tidak.
c) Dhoif karena tidak ada dhobit
Hadits mudraj’
Hadits mudraj adalah hadits yang menampilkan (redaksi)
tambahan,padahal bukan (bagian dari) hadits.
RESUME ULUMUL HADITS Page 2
3. d) Dhoif karena kejanggalan dan kecacatan
HaditsSyaz’
Hadits syaz adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang
maqbul,aka tetapi bertentangan (matannya) dengan periwayatannya
dari orang yang kualitasnya lebih utama.
D. Kehujjahan hadits dhoif
Hadits dhoif ada kalanya tidak bisa ditolerir kedhoiffannya misalnya karena
kemaudhu’annya, ada juga yang bisa tertutupi kedhoiffannya(karena ada faktor
yang lainnya). Untuk yang pertama tersebut, berdasarkan kesepakatan para ulama
hadits, tidak diperbolehkan mengamalkannya baik dalam penetapan hukum-hukum,
akidah maupun fadhail al ‘amal.
E. Kesimpulan
a) Hadits dhoif merupakan hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat
hadits shohih dan syarat-syarat hadits hasan. Hadits dhoif ini
memilki penyebeb mengapa bisa tertolak di antaranya dengan sebab-sebab
dari segi sanad dan juga dari segi matan.
b) Kriteria hadits dhoif adalah karena sanadnya ada yang tidak
bersambung,kurang adilnya perawi,kurang dhobiyhnya perawi dan
Ada syadz dalam hadits tersebut.
c) Hadits dhoif terbagi menjadi beberapa kelompok baik itu yang
didasarkan pada pembagian berdasarkan sanad hadits atau juga matan
hadits.
d) Dalam menyikapi penerimaan dan pengamalan hadits dhoif ini terhadi
khilafiah di kalangan ulama,ada yang membolehkannya dan ada juga
yang secara mutlak tidak membolehkan beramal dengan hadits dhoif
tersebut.
RESUME ULUMUL HADITS Page 3
4. BAB 11
A. Pengertian Sanad dan Matan
a) Pengertian Sanad
Secara terminologis, definisi sanad ialah :
“Silsilah orang-orang yang menghubungkan kepada matan hadits”
Silsilah orang-orang maksudnya, ialah susunan atau rangkaian
orang-orang yang menyampaikan materi hadits tersebut, sejak yang
disebut pertama sampai kepada Rasul SAW, yang perkataan,
perbuatan, taqrir dan lainnya merupakan materi atau matan hadits.
Dengan pengertian di atas, maka sebutan sanad hanya berlaku pada
serangkaian orang-orang, bukan dilihat dari sudut pribadi secara
perorangan, sedang sebutan untuk pribadi yang menyampaikan
hadits dilihat dari sudut orang-perorangnya, disebut dengan rawi.
b) Pengertian Matan
Secara terminologis adalah Suatu kalimat yang berakhirnya sanad
B. Kaidah-kaidah Sanad dan Matan
Unsur-unsur kaedah mayor yang berkenaan dengan sanad
Para ulama mutaqaddim belum menetapkan kriteria hadist shahih secara jelas,
tapi pada umumnya mereka hanya memberikan pernyataan tentang
penerimaan berita yang bisa diperpegangi. Pernyataan yang dimaksud antara
lain sebagai berikut :
a) Tidak boleh diterima suatu riwayat hadist kecuali dari orang yang
tsiqah.
b) Periwayat harus dilihat kualitas ibadahnya, perilaku dan
keadaannya.
c) Harus mempunyai pengetahuan tentang hadist.
d) Tidak berdusta dan tidak suka mengikuti hawa nafsunya.
e) Tidak ditolak kesaksiannya.
RESUME ULUMUL HADITS Page 4
5. C. Syarat - Syarat Perawi
Berakal, cakap/cermat , adil, dan Islam adalah syarat syarat yang mutlak
untuk menjadi seorang perawi agar riwayatnya dapat diterima . apabila
seorang perawi tidak memenuhi seluruh predikat itu maka hadistnya akan
ditolak dan tidak akan dipakai. Oleh para kritikus hadist, baik angkatan lama
maupun angkatan baru, keempat syarat tersebut membutuhkan penjabaran
lebih lanjut. Syu’bah bin al~Hajjaj(160 H) pernah ditanya : “ Siapakah yang
hadistnya terpakai ?” Syu’bah menjawab: “ Orang yang meriwayatkan hadist
dari orang terkenal yang justru tidak mereka kenal, hadistnya tidak terpakai.
Atau apabila dia salah memahami suatu hadist. Atau bila dia sering melakukan
kesalahan-kesalahan. Atau meriwayatkan hadist yang disepakati banyak orang
bahwa hadist tersebut salah. Maka hadist-hadist yang diriwayatkan oleh orang
seperti itu tidak dipakai. Adapun selainya, boleh diriwayatkan.
D. KESIMPULAN
Sanad menurut bahasa berarti sandaran, tempat kita bersandar.
Menurut istilah Muhaddisin, sanad ialah jalan yang menyampaikan kita ke
matan hadis. Sedangkan matan menurut bahasa punggung jalan (muka jalan),
tanah yang keras dan tinggi. Matan secara istilah adalah suatu redaksi dari
hadis atau sesuatu yang ada setelah sanad terakhir.
RESUME ULUMUL HADITS Page 5
6. BAB 12
A. Definisi Hadits Maudhu’
Secara etimologi : maudhu berasal dari kata ضو aparebebi aynupmem gnay ع
makna diantaranya :
ل حط ا . 1 ( merendahkan )
الإ س قاط . 2 ( menjatuhkan )
الإخ تلا ق ( . 3 mengada-ngadakan )
الال صاق . 4 ( menyandarkan / menempelkan )
Sedang dalam istilah ilmu hadits: hadits maudhu adalah hadits yang diada-adakan
dan dipalsukan atas nama Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam
secara sengaja atau kesalahan sebagian ulama mengkhususkan hadits
maudhu. pada dusta yang disengaja saja.
Hadits maudhu adalah hadits yang paling rendah kedudukannya.
B. Pembagian hadits Maudhu
Hadits maudhu ada 3 macam :
1) Perkataan itu berasal dari pemalsu yang disandarkan pada Rasulullah
2) Perkataan itu dari ahli hikmah atau orang zuhud atau israiliyyat dan
pemalsu yang menjadikannya hadits.
3) Perkataan yang tidak diinginkan rawi pemalsuannya , Cuma dia keliru.
Jenis ketiga ini masuk hadits maudhu apabila perawi mengetahuinya tapi
membiarkannya
RESUME ULUMUL HADITS Page 6
7. C. Sejarah Munculnya Pemalsuan Hadits
Ada beberapa waktu yang disebutkan peneliti dalam masalah ini :
a) Ahmad Amin dalam bukunya Fajrul Islam bahwa pemalsuan hadits
terjadi pada zaman Rasulullah shallallohu alaihi wa sallam ,
pendapatnya ini hanya dibangun atas persangkaan saja dan tidak
berdasar sama sekali
b) Munculnya pemalsuan hadits bermula dari terjadinya fitnah
pembunuhan Utsman, fitnah Ali dan Muawiyah radhiyallohu anhum
jami’andan munculnya firqah setelah itu. Berkisar tahun 35 H – 60 H
inilah kesimpulan dari perkataan para peneliti hadits di zaman ini
diantara nya Dr Mustafa Siba’i, Dr Umar Fallatah ( salah seorang
pengajar di Masjid Nabawi), Dr Abdul Shomad ( Dosen Al-Hadits di
Universitas Islam Madinah)
D. Sebab Munculnya Pemalsuan Hadits
Polemik politik
Dari sebab pembunuhan Utsman radhiyallohu anhu kemudian fitnah Ali
radhiyallohu anhu dan Mu’awiyah radhiyallohu anhu terpecahlah kaum
muslimin mennjadi tiga , kubu Ali radhiyallohu anhu, Kubu Mu’awiyah
radhiyallohu anhu, dan yang keluar yang memberontak pada Ali radhiyallohu
anhu.
Pada zaman mereka tidak terjadi pemalsuan hadits, setelah itulah muncul
orang-orang yang ta’asub (fanatik) pada golongan tertentu, dan yang pertama
kali mempeloporinya adalah Syiah, mereka membuat hadits palsu tentang
keutamaan Ali radhiyallohu anhu, kemudian kubu Mu’awiyah radhiyallohu
anhu berbuat demikian pula, memalsukan hadits mengenai Abu Bakar,
Umar,Utsman, dan Mu’awiyah radhiyallohu anhum jami’an.
RESUME ULUMUL HADITS Page 7
8. E. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dikemukakan, tim penulis dapat
menyimpulkan makalah yang berjudul “Hadits Maudhu” ini, yaitu sebagai
berikut:
1) Pengertian hadits maudhu mempunyai bermacam-macam pendapat,
walaupun demikian dapat ditarik kesimpulah bahwa hadits maudhu adalah
hadis palsu yang dibuat oleh seseorang dan disandarkan kepada nabi
Muhammad saw. Adapun latar belakangnya hadits maudhu tersebut
hakikatnya adalah pembelaan atau pembencian terhadap suatu golongan
tertentu.
2) Hadits maudhu dapat diidentifikasi keberadaannya dengan mengetahuinya
berdasarkan metode-metode tertentu, misalnya mengetahui ciri-ciri yang
terdapat pada sanad dan matannya.
3) Menyikapi terhadap adanya hadits maudhu sangat beragam, ada
sekelompok orang yang menyikapinya dengan menerima tanpa
pertimbangan tertentu, ada pula yang menerimanya dengan berbagai
catatan tertentu, bahkan ada pula yang tidak menerimanya sama sekali.
RESUME ULUMUL HADITS Page 8
9. BAB 13
A. INKAR SUNNAH
Pengertian Inkar Sunnah
Ingkarussunnah berasal dari dua kata, ingkar dan sunnah. Yang dimaksud
dengan ingkar adalah penolakan, penafian atau tidak mengakui. Yang
dimaksud dengan sunnah adalah hadits-hadits Rasulullah SAW. Jadi
ingkarussunnah adalah paham yang mengingkari keberadaan hadits-hadits
Rasulullah SAW. Imam syafi’I berpendapat bahwa yang dimaksud inkar
sunnah adalah kelompok yang bersikap menolak seluruh hadits sebagai salah
satu sumber ajaran islam.
Secara paradigma pemikiran dan pemahaman, sejarah inkar Sunnah memang
sangat erat dengan golongan Khawarij, Muktazilah, dan Syiah (Rafidhah).
Dan dari segi benih kemunculan, mereka sudah tampak sejak masa sahabat.
Bahkan, kabar tentang akan adanya orang yang mengingkari Sunnah sudah
pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW. Tetapi, dari segi golongan atau
kelompok yang terpisah dan berdiri sendiri, inkar Sunnah ini sesungguhnya
tidak pernah eksis kecuali pada masa penjajahan kolonial Inggris di India
sekitar abad delapan belas.
B. Sejarah Munculnya Inkar Sunnah, Tokoh-Tokohnya serta Argumennya :
Dahulu (abad Klasik)
Dalam berbagai penuturan sejarah disebutkan bahwa sebelum terjadi perang
saudara antara shahabat Nabi saw, Umat Islam benar-benar utuh, satu dengan
yang lain saling mempercayai. Tetapi setelah terjadi perang saudara, mulai
dari terbunuhnya Usman ra, hingga puncaknya pada masa terbunuhnya Ali ra.
Kaum muslimin terpecah-pecah karena adanya kepentingan politik, kaum
khawarij yang sebenarnya anti perpecahan justru tampil dengan amat
kasarnya, mengadakan pembunuhan kepada semua pihak yang terlibat dalam
perang saudara.
RESUME ULUMUL HADITS Page 9
10. Kalau sebelumya mereka percaya kepada sahabat-sahabat Nabi saw, tetapi
setelah terjadi perang saudara, mereka hanya mempercayai shahabat yang
yang tidak terlibat dalam konflik perebutan kekuasaan tersebut. Artinya
mereka tidak lagi mempercayai hadits-hadits yang diriwayatkan oleh
shahabat-shahabat Nabi yang terlibat dalam pertikaian politik, seperti usman,
Ali, dan mereka yang terlibat dalam perang onta dan tahkim.
Tentang khawarij yang oleh sebagian ulama ahli hadits disebut-sebut sebagai
salah satu golongan yang Ingkar Sunnah, dikarenakan tragedi perebutan
kekuasaan antara shahabat di atas, Mustafa Azami membantah pendapat ini
(yang juga termasuk pendapatnya Prof. al-Siba'i) dengan argumentasi: bahwa
seluruh kitab-kitab tulisan orang-orang khawarij sudah punah seiring dengan
punahnya golongan ini, kecuali kelompok Ibadhiyah yang masih termasuk
golongan khawarij. Dari sumber (kitab-kitab) yang di tulis oleh golongan ini
ditemukan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh atau berasal dari Ali,
Usman, Aisyah, Abu Hurairah, Anas bin Malik, dan lainnya. Oleh karena itu,
pendapat yang menyatakan bahwa seluruh golongan khawarij menolak hadits
yang diriwayatkan oleh Sahabat Nabi saw, baik sebelum maupun sesudah
peristiwa tahkim adalah tidak benar
Seperti halnya golongan khawarij, golongan mu'tajilah juga tidak semuanya
menolak hadits Nabi saw. Memang mereka mungkin mengkritik sejumlah
hadits yang berlawanan dengan teori madzhab mereka. Namun demikian, hal
itu tidak berarti mereka menolak hadits secara keseluruhan.
Masih menurut temuan Mustafa Azami, bahwa golongan syi'ah yang terbagi
kepada beberapa kelompok, yang masing-masingnya saling mengkafirkan
juga menerima dan memakai Hadits Nabi saw. Dari sekian banyak kelompok
dalam golongan ini, hanya golongan syi'ah Itsna'ayariyah yang tetap eksis
sampai sekarang.
Yang membedakan golongan syi'ah ini dengan golongan yang lain dalam hal
cara penerimaan dan penetapan hadits Nabi SAW adalah: kelompok ini
menganggap mayoritas sahabat setelah wafatnya Nabi saw telah menjadi
murtad, kecuali sekitar tiga sampai sebelas orang saja. Karena itu, mereka
RESUME ULUMUL HADITS Page 10
11. tidak menerima hadits yang diriwayatkan oleh para shahabat tadi; mereka
hanya menerima hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Ahlul Bait (keluarga
Nabi) saja.
Imam Syafi'I dalam kitabnya al-Umm, menyatakan bahwa kelompok yang
menolak sunnah sebagai sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur'an
telah muncul di penghujung abad kedua atau abad ketiga hijriah, kelompok ini
juga telah melengkapi.
C. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1) Faham inkar sunnah adalah paham yang mengingkari keberadaan
hadits-hadits Rasulullah SAW .
2) Inkar sunnah mulai muncul pada zaman sahabat usai perang sahabat
setelah wafatnya Nabi SAW, Tokoh-tokoh inkar sunah zaman dahulu
diantaranya adalah golongan Khawarij, golongan Mu'tajilah serta
golongan Syi’ah, sedang pada zaman modern tokoh inkar sunnah yang
muncul diantaranya adalah Rasyad Khalifa dari Mesir, Ghulam Ahmad
Parwes dari India, Taufiq Shidqi dari Mesir,Kasim Ahmad dari
Malaysia dan empat orang dari Indonesia yaitu Abdul Rahman, Moh.
Irham, Sutarto, dan Lukman Saad.
3) Sebab peng-ingkaran mereka terhadap sunnah Nabi SAW diantaranya :
a) Pemahaman yang tidak terlalu mendalam tentang Hadits Nabi
saw. Dan kedangkalan mereka dalam memahami Islam, juga
ajarannya secara keseluruhan.
b) Kepemilikan pengetahuan yang kurang tentang bahasa arab,
sejarah Islam, sejarah periwayatan, pembinaan hadits,
metodologi penelitian hadits, dan sebagainya.
c) Keraguan yang berhubungan dengan metodologi kodifikasi
hadits, seperti keraguan akan adanya perawi yang melakukan
RESUME ULUMUL HADITS Page 11
12. kesalahan atau muncul dari kalangan mereka para pemalsu dan
pembohong.
d) Keyakinan dan kepercayaan mereka yang mendalam kepada al-
Qur'an sebagai kitab yang memuat segala perkara.
e) Keinginan untuk memahami Islam secara langsung dari al-
Qur'an berdasarkan kemampuan rasio semata dan merasa
enggan melibatkan diri pada pengkajian hadits, metodologi
penelitian hadits yang memiliki karakteristik tersendiri.
RESUME ULUMUL HADITS Page 12
13. DAFTAR PUSTAKA
http://wardahcheche.blogspot.com/2013/05/normal-0-false- false-false-
en-us-x-none.html
http://anasunni.wordpress.com/2012/12/10/makalah-sanad- isnad-dan-
matan/
http://mahasiswastainkerinci.blogspot.com/2012/01/makalah-hadist-
maudhu.html
http://ricky-diah.blogspot.com/2011/04/ulumul-hadits- inkar-sunnah.
html
RESUME ULUMUL HADITS Page 13