Hadis dibagi menjadi dua kelompok utama berdasarkan jumlah perawinya, yaitu hadis mutawatir dan hadis ahad. Hadis mutawatir diriwayatkan oleh banyak perawi sehingga kebenarannya tidak diragukan, sedangkan hadis ahad hanya diriwayatkan oleh sejumlah kecil perawi sehingga masih perlu diteliti kebenarannya. Hadis juga dibedakan berdasarkan kualitas sanad dan isinya, serta keduduk
Ilmu dasar tentang hadits, dengan ini kita bisa melihat bagaimana sebuah hadits bisa berstatus shohih, hingga ke maudhu, mohon sabar, karena tidak semua dijadikan dalam satu paparan slide, karena materinya cukup panjang sehingga harus disusun sesederhana mungkin namun tetap sistematis dan tidak merusak struktur pembelajaran.
Ilmu dasar tentang hadits, dengan ini kita bisa melihat bagaimana sebuah hadits bisa berstatus shohih, hingga ke maudhu, mohon sabar, karena tidak semua dijadikan dalam satu paparan slide, karena materinya cukup panjang sehingga harus disusun sesederhana mungkin namun tetap sistematis dan tidak merusak struktur pembelajaran.
Klasifikasi hadis ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas sanad (1).pptFaizakbar251
Hadfits shahih ini hukumnya wajib diamalkan dan ulama ahli hadits membaginya kepada dua bagiian yaitu shahihg li dzatihi dan shahih li ghairihi. Perbedaan antara kedua bagian hadits ini terletak pada segi hafalan atau ingatan perawinya. Pada shahih li dzatihi, ingatan perwinya sempurna sedangkan pada hadits shahih li ghairihi, ingatan perawinya kurang sempurna.
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaRafi Mariska
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya merupakan suatu makalah yang sengaja dibuat untuk memenuhi tugas Ulumul Quran&Ulumul Hadist di UIN Arraniry. Makalah ini menjelaskan tentang Pengklasifikasian hadis berdasarkan kuantitas (banyaknya) perawi dan berdasarkan kualitas perawi serta hadis maudhu' (palsu) yang meliputi sejarah hadis maudhu', perkembangan dan sebagainya sehingga bisa dijadikan referensi bagi saudara pembaca. Makalah ini lebih ditujukan kepada pelajar, baik mahasiswa, siswa bahkan dosen sekali pun.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
1. MAKALAH ULUMUL HADITS
PEMBAGIAN HADITS
Dosen :Drs H.Abdullah Munir,MA.
Di Susun Oleh Kelompok 5
1. Nurjannah
2. Nurhayaati
3. Ahmad Fikri
4. Rahmat Hidayat
2. PENDAHULUAN
• Rumusan Masalah
Pembagian Hadis
A.Pengertian Mutawatir
B.Pengertian Ahad
dari segi kuantitas sanad(masyhur,aziz,gharib)
dari segi kualitas sanad (shahih,hasan ,dhaif dan palsu,ma’mul bih,dan
ghayr ma’mul bih )
dari segi penyandaran (marfu,mauquf,qudsi)
3. A. Pengertian Hadits Mutawatir
• Mutawatir secara etimology berasal dari kata tawatara
yang berarti beruntun, atau mutatabi, yakni beriring-
iringan antara satu dengan lainnya tanpa ada jarak.
Berdasarkan definisinya ada 4 kriteria hadits mutawatir,
yaitu sebagai berikut:
a. Diriwayatkan sejumlah orang banyak
b. Adanya jumlah banyak pada seluruh tingkatan sanad
c. Mustahil bersepakat bohong
d. Sandaran berita itu pada pancaindra
4. P A R A U L A M A ’ B E R B E D A P E N D A P A T D A L A M M E M B I C A R A K A N
H A D I T S M U T A W A T I R . M E N U R U T U L A M A ’ M U T A A K H I R I N D A N
A H L I ’ U S U L S U A T U H A D I T S D A P A T D I T E T A P K A N S E B A G A I
H A D I T S M U T A W A T I R B I L A M E M E N U H I S Y A R A T - A Y A R A T
S E B A G A I B E R I K U T :
Syarat-syarat Hadits
Mutawatir
a. Hadits mutawatir harus di riwayatkan oleh sejumlah
besar perawi yang membawa keyakinan bahwa mereka
itu tidak sepakat untuk berbohong.
b. Bedasarkan tanggapan panca indra, yakni bahwa berita yang
mereka sampaikan harus benar-benar merupakan hasil
pendengaran atau penglihatan sendiri.
c. Seimbang jumlah para perawi, sejak dalam thabaqat
(lapisan/tingkatan) pertama maupun thabaqat berikutnya.
5. Pembagian Hadits Mutawatir
Sebagian jumhur ulama menyebutkan Hadits
Mutawatir ada 3 yaitu:
a. Hadits Mutawatir Lafdhi
b. Hadits Mutawatir Lafdhi
c. Hadits Mutawatir ‘Amali
6. Seperti telah disinggung, hadits-hadits yang
termasuk kelompok hadits mutawatir adalah
hadits-hadits yang pasti (qath’i atau maqth’u)
berasal dari Rasulullah SAW.
7. B.Pengertian hadis ahad
Artinya:
"Suatu hadis (khabar) yang jumlah pemberitaannya tidak mencapai
jumlah pemberita hadis mutawatir; baik pemberita itu seorang. dua
orang, tiga orang, empat orang, lima orang dan seterusnya, tetapi
jumlah tersebut tidak memberi pengertian bahwa hadis tersebut
masuk ke dalam hadis mutawatir: "
Menurut Istilah ahli hadis, tarif hadis ahad antara lain adalah:
8. Faedah hadis ahad
• Para ulama sependapat bahwa hadis ahad
tidak Qat'i, sebagaimana hadis mutawatir.
Hadis ahad hanya memfaedahkan zan, oleh
karena itu masih perlu diadakan penyelidikan
sehingga dapat diketahui maqbul dan
mardudnya.
9. • DARI SEGI KUALITAS SANAD DAN
MATAN HADIS
Penentuan tinggi rendahnya tingkatan suatu
hadis bergantung kepada tiga hal, yaitu jumlah
rawi, keadaan (kualitas) rawi, dan keadaan
matan.
10. •Hadis Sahih
Hadis sahih menurut bahasa berarti
hadis yang bersih dari cacat, hadis yang
benar berasal dari Rasulullah SAW.
•Hadis Hasan
Menurut bahasa, hasan berarti bagus atau
baik.
•Hadis Daif
Hadis daif menurut bahasa berarti hadis
yang lemah, yakni para ulama memiliki
dugaan yang lemah (kecil atau rendah)
tentang benarnya hadis itu berasal dari
Rasulullah SAW.
11. DARI SEGI KEDUDUKAN DALAM HUJJAH
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa suatu hadis
perlu dilakukan pemeriksaan, penyelidikan dan
pemhahasan yang seksama khususnya hadis
ahad, karena hadis tersebut tidak mencapai
derajat mutawatir.
Memang berbeda dengan hadis mutawatir yang
memfaedahkan ilmu darury, yaitu suatu
keharusan menerima secara bulat.
12.
13. 1. Hadis Ma`mul bih
Hadis Ma`mul bih adalah hadis yang
dapat diamalkan apabila yang termasuk
hadis ini ialah:
a. Hadis muhkam, yaitu hadis yang tidak mempunyai
perlawanan
b. Hadis mukhtalif, yaitu dua hadis yang pada
lahimya saling berlawanan yang mungkin
dikompromikan dengan mudah
c. Hadis nasih
d. Hadis rajih.
14. 2. Hadis Ghayr Ma`mul bih.
Hadis Ghayr Ma`mul bih ialah hadis ma`mul yang
tidak dapat diamalkan. Di antara hadis-hadis
maqbul yang tidak dapat diamalkan ialah:
a. Hadis mutawaqaf, yaitu hadis muthalif yang tidak
dapat dikompromikan, tidak dapat ditansihkan dan
tidak pula dapat ditarjihkan
b. Hadis mansuh
c. Hadis marjuh
15. Di tinjau dari penanyandaranya
• Hadits marfu
Hadis yang khusus di sandarkan kepada Nabi muhammad
saw. Berupa perkatan dan perbuatan atau taqrir beliau
• Hadits mauquf
hadits di sandarkan kepada sesorang sahabat Nabi
muhammad saw.
• Hadits qudsi
Hadits yang di sandarkan kepada perkataan Allah SWT.
dengan di riwayatkan oleh Nabi muhammad saw.