Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Hadits merupakan sumber hukum Islam selain Al-Quran. Hadits mencakup perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Hadits berperan memperkuat hukum Al-Quran, menjelaskan ayat-ayatnya, dan menetapkan hukum baru yang tidak tercakup dalam Al-Quran. Kedudukan Hadits sangat penting dalam memahami dan menerapkan syariat Islam.
Ilmu Hadits mempelajari kaidah-kaidah untuk memahami periwayat dan materi hadits, dengan tujuan melestarikan ajaran Nabi Muhammad, mengetahui kehidupannya, dan mencegah kesalahan dalam menyandarkan sesuatu kepadanya. Ruang lingkupnya meliputi sanad, matan, dan periwayat hadits. Cabang-cabangnya antara lain menganalisis sanad, matan, dan cara pengambilan hadits.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Hadits merupakan sumber hukum Islam selain Al-Quran. Hadits mencakup perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Hadits berperan memperkuat hukum Al-Quran, menjelaskan ayat-ayatnya, dan menetapkan hukum baru yang tidak tercakup dalam Al-Quran. Kedudukan Hadits sangat penting dalam memahami dan menerapkan syariat Islam.
Ilmu Hadits mempelajari kaidah-kaidah untuk memahami periwayat dan materi hadits, dengan tujuan melestarikan ajaran Nabi Muhammad, mengetahui kehidupannya, dan mencegah kesalahan dalam menyandarkan sesuatu kepadanya. Ruang lingkupnya meliputi sanad, matan, dan periwayat hadits. Cabang-cabangnya antara lain menganalisis sanad, matan, dan cara pengambilan hadits.
Perkembangan hadis pada masa Rasulullah saw. ditandai dengan para sahabat menerima hadis secara langsung dari Rasulullah melalui majelis ilmu, ceramah terbuka, atau melalui sahabat tertentu. Rasulullah menyampaikan hadis baik secara langsung maupun melalui istri-istrinya. Walaupun demikian, terdapat larangan menulis hadis pada masa itu karena khawatir bercampur dengan al-Quran.
Makalah ini membahas tentang manthuq dan mafhum dalam tafsir Al-Qur'an. Manthuq didefinisikan sebagai arti yang ditunjukkan oleh lafaz, sedangkan mafhum adalah arti yang dipahami dari ayat meskipun tidak secara langsung. Makalah ini menjelaskan pengertian dan macam-macam dari manthuq dan mafhum serta mafhum muwafaqah dan mukhalafah.
1. Tugas akhir semester mata kuliah Ushul Fiqh membahas daftar pertanyaan dan jawaban mengenai konsep-konsep dasar ilmu Ushul Fiqh seperti dalil-dalil syara', hubungan antara Al Qur'an dan Sunnah, serta qiyas.
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu hadits (ulul hadits), yang mencakup definisi, objek pembahasan, dan manfaatnya. Juga membahas istilah-istilah terkait hadits seperti khabar, asanid, muhaddits, hafizh, dan hakim.
[Ringkasan]
1. Hadis merupakan sumber syariat Islam kedua setelah Al-Quran yang mencakup perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW yang direkam oleh sahabatnya dalam berbagai bentuk.
2. Terdapat beberapa jenis hadis berdasarkan kuantitas dan kualitas sanad maupun matannya. Hadis dikelompokkan menjadi hadis mutawatir, ahad, shahih, hasan, dhaif, dan maudhu'.
3. Unsur-un
Dokumen tersebut membahas tentang definisi hadits, jenis-jenis hadits berdasarkan periwayatannya dan kriteria keabsahannya, serta beberapa kitab hadits shahih seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Hadits dibedakan menjadi shahih, hasan, dan dha'if berdasarkan kriteria sanad dan matannya. Kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dianggap sebagai karya rujukan utama dalam ilmu hadits.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan struktur hadits, serta cabang-cabang ilmu hadits seperti riwayat, dirayah, dan musthalah hadits. Juga dibahas pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad dan kuantitas rawi, serta syarat-syarat hadits shahih.
Tokoh-tokoh ulama hadits beserta kitabnya adalah Imam Bukhari dengan kitab Shahihnya, Imam Muslim dengan kitab Shahihnya, Imam Abu Dawud dengan kitab Sunan, Imam At-Tirmidzi dengan kitab Sunan, dan Imam An Nasa'i dengan kitab Sunan serta Ibnu Majah dengan kitab Sunan.
Perkembangan hadis pada masa Rasulullah saw. ditandai dengan para sahabat menerima hadis secara langsung dari Rasulullah melalui majelis ilmu, ceramah terbuka, atau melalui sahabat tertentu. Rasulullah menyampaikan hadis baik secara langsung maupun melalui istri-istrinya. Walaupun demikian, terdapat larangan menulis hadis pada masa itu karena khawatir bercampur dengan al-Quran.
Makalah ini membahas tentang manthuq dan mafhum dalam tafsir Al-Qur'an. Manthuq didefinisikan sebagai arti yang ditunjukkan oleh lafaz, sedangkan mafhum adalah arti yang dipahami dari ayat meskipun tidak secara langsung. Makalah ini menjelaskan pengertian dan macam-macam dari manthuq dan mafhum serta mafhum muwafaqah dan mukhalafah.
1. Tugas akhir semester mata kuliah Ushul Fiqh membahas daftar pertanyaan dan jawaban mengenai konsep-konsep dasar ilmu Ushul Fiqh seperti dalil-dalil syara', hubungan antara Al Qur'an dan Sunnah, serta qiyas.
Dokumen tersebut membahas tentang ilmu hadits (ulul hadits), yang mencakup definisi, objek pembahasan, dan manfaatnya. Juga membahas istilah-istilah terkait hadits seperti khabar, asanid, muhaddits, hafizh, dan hakim.
[Ringkasan]
1. Hadis merupakan sumber syariat Islam kedua setelah Al-Quran yang mencakup perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW yang direkam oleh sahabatnya dalam berbagai bentuk.
2. Terdapat beberapa jenis hadis berdasarkan kuantitas dan kualitas sanad maupun matannya. Hadis dikelompokkan menjadi hadis mutawatir, ahad, shahih, hasan, dhaif, dan maudhu'.
3. Unsur-un
Dokumen tersebut membahas tentang definisi hadits, jenis-jenis hadits berdasarkan periwayatannya dan kriteria keabsahannya, serta beberapa kitab hadits shahih seperti Shahih Bukhari dan Shahih Muslim. Hadits dibedakan menjadi shahih, hasan, dan dha'if berdasarkan kriteria sanad dan matannya. Kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dianggap sebagai karya rujukan utama dalam ilmu hadits.
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan struktur hadits, serta cabang-cabang ilmu hadits seperti riwayat, dirayah, dan musthalah hadits. Juga dibahas pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad dan kuantitas rawi, serta syarat-syarat hadits shahih.
Tokoh-tokoh ulama hadits beserta kitabnya adalah Imam Bukhari dengan kitab Shahihnya, Imam Muslim dengan kitab Shahihnya, Imam Abu Dawud dengan kitab Sunan, Imam At-Tirmidzi dengan kitab Sunan, dan Imam An Nasa'i dengan kitab Sunan serta Ibnu Majah dengan kitab Sunan.
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaRafi Mariska
Makalah ini membahas tentang klasifikasi hadis dari berbagai aspek seperti berdasarkan kuantitas perawinya menjadi hadis mutawatir dan ahad, serta berdasarkan kualitas perawinya menjadi hadis sahih, hasan, dan dha'if. Jenis-jenis hadis lainnya seperti hadis maudhu' juga dijelaskan. Tujuan makalah ini adalah agar memberikan pemahaman tentang klasifikasi hadis dan manfaatnya bagi u
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dan cabang cabangnyasholihiyyah
Ilmu hadis membahas periwayatan berita tentang Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas hadis apakah bisa dijadikan hujah agama atau tidak. Ilmu hadis membahas sanad, matan, istilah-istilahnya, serta kaidah untuk menentukan status hadis. Cabang-cabangnya antara lain membahas sanad, rawi, matan, serta kaidah untuk menilai status hadis.
Ruang lingkup pembahasan ilmu hadist dan dancabang cabangnyasholihiyyah
Ilmu hadis membahas periwayatan berita tentang sabda, perbuatan, dan sifat Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah membantu umat Islam memahami ajaran agamanya dengan standar keilmuan tinggi. Ilmu hadis membahas sanad, matan, istilah-istilahnya, serta menentukan status hadis apakah shahih atau lemah.
Mengetahui kriteria suatu hadis diperlukan untuk menentukan suatu hadis dapat digunakan untuk dalil atau tidak boleh sebab itu dalam makalah kali ini akan dibahas tentang hadis dhaif meliputi, Kriteria dan Macam-macam Hadis Dhaif, Hadis-hadis daif ditinjau dari segi terputusnya sanad Hadis-hadis daif ditinjau dari segi cacat perawi, dan Hukum Meriwayatkan dan Mengamalkan Hadis dhaif
Hadits ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh satu atau beberapa orang yang tidak mencapai derajat mutawatir. Hadits ahad dikelompokkan sebagai hadits zhanni dan statusnya tidak pasti berasal dari Nabi Muhammad SAW meskipun diduga demikian. Hadits ahad dibedakan menjadi hadits masyhur, hadits 'aziz, dan hadits gharib berdasarkan jumlah rawi yang meriwayatkannya. Kedudukan hadits ahad dalam huk
HADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITSMuhammad Rizaki
Abstrak: The hadith, sunnah, khabar, and atsar are inseparable materials from the knowledge of the hadith, the word hadith, sunnah, khabar, and atsar have different resolutions in terms of etymology or language, the hadith is al-jadid (looking for new), sunnah means al-Tariqah (the path that is traversed) either praiseworthy or despicable, khabar means al-naba' (news or news) originating from the prophet, whereas atsar is interpreted as al-baqiy which means (relic or used) of the prophet Muhammad saw. The hadith, sunnah, khabar, and atsar resolutions have the same meaning that is relied on the prophet to see, from the words or actions or decrees, or the nature of the prophet or which is relied on the companions and tabiin. The hadith has a position as a source of Islamic law after the Qur'an was published in the Qur'an and the hadith and reviewed by ijma '. Besides that it has a function as bayan al-taqrir (elucidator of the Qur'an), bayan tasyri 'which gives legal certainty when there is no verse in the Qur'an that explains and bayan al-tafsir (interpreter of the Qur'an) ) which is divided into three (takhshis' am, nasakh commentary, and bayan mujmal).
Dokumen tersebut membahas pembagian hadis dari segi kualitas menjadi tiga, yaitu hadis shahih, hasan, dan dha'if. Hadis shahih memenuhi syarat sanad dan matannya, hadis hasan kurang sempurna dalam daya ingat perawinya, sedangkan hadis dha'if tidak memenuhi syarat kualitas hadis shahih dan hasan.
1. Ilmu Rijal Hadits mempelajari biografi para periwayat hadits untuk mengetahui keabsahan sanad dan mencegah pemalsuan hadits. 2. Syarat diterimanya periwayat antara lain adil, kuat hafalan, dan tepat dalam meriwayatkan. 3. Gelar bagi periwayat hadits antara lain al-Musnid, al-Muhaddits, dan al-Hafiz yang menandakan tingkat pengetahuan mereka.
Hadits dibedakan menjadi mutawatir dan ahad. Mutawatir diriwayatkan oleh banyak perawi sehingga kebohongan tidak mungkin. Ahad dibagi menjadi masyhur dan gairu masyhur. Masyhur diriwayatkan 3 orang atau lebih tetapi kurang dari mutawatir. Gairu masyhur terdiri dari aziz dan garib, aziz diriwayatkan 2 orang sedangkan garib hanya 1 orang. Mutawatir dibagi menjadi la
Dokumen tersebut membahas tentang definisi dan pengertian hadits, sejarah penulisan dan pengkodifikasiannya, serta pembagian hadits berdasarkan kualitas sanad dan jumlah rawi. Dijelaskan pula cabang-cabang ilmu hadits dan syarat-syarat hadits shahih.
Dokumen tersebut membahas langkah-langkah penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS), yang meliputi (1) analisis kondisi sekolah saat ini dan satu tahun ke depan, (2) penetapan tujuan dan sasaran, (3) identifikasi fungsi sekolah, (4) analisis SWOT, (5) perumusan program dan anggaran, serta (6) penentuan jadwal dan penanggung jawab pelaksanaan program.
konsep integrasi ilmu menurut ismail razi al faruqiLtfltf
Al-Faruqi dilahirkan di Palestina pada tahun 1921 dan meninggal pada tahun 1986. Ia mendapatkan pendidikan dasar di Lebanon dan gelar sarjana dari Amerika Serikat. Al-Faruqi kemudian belajar di Kairo dan memperoleh gelar doktor dari Indiana University. Ia menjadi profesor di beberapa universitas dan mendirikan lembaga pemikiran Islam. Karya-karyanya membahas Islamisasi ilmu pengetahuan dan integrasi ilmu."
Dokumen tersebut membahas tentang tiga cabang utama filsafat ilmu yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi beserta kaitannya dengan beberapa ayat Al-Qur'an. Ontologi membahas tentang hakikat segala sesuatu yang ada, epistemologi membahas tentang pengetahuan, dan aksiologi membahas tentang nilai pengetahuan. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa pandangan dalam ontologi seperti monisme, dualisme, dan plural
Ibnu Rusyd adalah filsuf Islam terkenal abad ke-12 yang membagi ilmu pengetahuan menjadi dua kelompok utama yakni ilmu tentang Tuhan dan ilmu tentang perbuatan manusia. Ia membedakan ilmu-ilmu tersebut berdasarkan objek pengetahuan dan tujuan syariat.
Seyyed Hossein Nasr merupakan cendekiawan Islam terkemuka yang menekuni sejarah ilmu dan filsafat. Ia menekankan pentingnya integrasi antara ilmu pengetahuan dan spiritualitas dalam tradisi Islam. Nasr banyak menulis karya tentang ilmu pengetahuan Islam, tasawuf, dan hubungan antara Islam dengan dunia modern. Pemikirannya berusaha merekonstruksi konsep ilmu berdasarkan kesatuan sebagai inti ajaran Islam.
Konsep klasifikasi ilmu menurut ibnu khaldunLtfltf
Makalah ini membahas tentang konsep klasifikasi ilmu menurut Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun membagi ilmu pengetahuan menjadi dua, yaitu ilmu-ilmu tradisional (naqliyah) yang bersumber dari al-Qur'an dan as-Sunnah, dan ilmu-ilmu rasional (aqliyah) yang diperoleh melalui penggunaan akal. Ibnu Khaldun juga dikenal sebagai bapak sosiologi Islam karena kontribusinya dalam bidang
Makalah ini membahas tentang diksi atau pemilihan kata dalam bahasa Indonesia. Terdapat penjelasan mengenai pengertian diksi, jenis-jenis diksi, fungsi diksi, dan persyaratan pemilihan kata. Diksi dibagi menjadi delapan jenis yaitu sinonim, antonim, homonim, polisemi, homofon, homograf, hiponim dan hipernim. Fungsi diksi antara lain untuk menciptakan komunikasi yang efe
Puasa dapat memicu proses autofagi di dalam tubuh. Autofagi adalah proses di mana sel-sel tubuh memecah dan mendaur ulang komponen selnya sendiri untuk menghasilkan energi. Penelitian ilmuwan Jepang Yoshinori Ohsumi menunjukkan bahwa kondisi puasa dapat memperkuat proses autofagi ini, sehingga membantu membersihkan tubuh dari sel-sel dan komponen yang rusak. Temuan ini menunjukkan manfaat kesehatan dari
Makalah ini membahas tentang sejarah peradaban Islam pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Ia menghadapi berbagai pemberontakan selama masa kepemimpinannya akibat kebijakannya memecat gubernur-gubernur yang diangkat Khalifah Usman sebelumnya dan menunda pengusutan pembunuhan Khalifah Usman. Pemberontakan utama datang dari Muawiyah bin Abu S
Islam masuk ke Andalusia pada abad ke-8 M melalui penaklukan oleh pasukan Arab di bawah pimpinan Tariq bin Ziyad. Peradaban Islam di Andalusia mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-10 M dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kesenian, dan arsitektur maju. Namun kemunduran mulai terjadi pada abad ke-13 M akibat perebutan kekuasaan antar penguasa Muslim dan serangan Kerajaan
Sejarah peradaban islam, mughaal sampai banglandeshLtfltf
Kerajaan Mughal berdiri pada tahun 1526 M setelah Babur mengalahkan Ibrahim Lodi dalam pertempuran Panipat. Kerajaan ini memuncak pada masa pemerintahan Akbar dan Aurangzeb, namun mulai melemah setelah Aurangzeb karena pemberontakan di berbagai wilayah dan munculnya kekuatan baru seperti Inggris. Pembentukan Bangladesh terjadi pada tahun 1971 ketika wilayah itu memisahkan diri dari Pakistan
S p i masuknya islam di asia tenggara dan di indonesiaLtfltf
Dokumen ini membahas tentang peradaban Islam di Asia Tenggara khususnya proses masuk dan perkembangan Islam di Indonesia beserta kerajaan-kerajaan Islam yang berdiri. Islam masuk ke Asia Tenggara secara damai melalui pedagang dan diserap dengan baik oleh masyarakat. Di Indonesia, Islam pertama kali dikenal melalui pedagang yang singgah di pelabuhan sebelum akhirnya berkembang menjadi komunitas dan berdirinya kerajaan-keraja
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
1. Hadits Ahad
MAKALAH
disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah: Ulumul hadist
Dosen Pengampu: Bapak Danusiri
Oleh:
1. Ngatiyem (1703036008)
2. Syifa Syafira (1703036039)
3. M. Labib sh (1703036008)
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2018
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ilmu hadis terdapat beberapa pembagian. Salah satunya yaitu pembagian
hadis berdasarkan jumlah perawi yang menjadi sumber adanya suatu hadis tersebut. Dan
pembagian hadis ini, para ulama membaginya menjadi dua, yaitu hadis Mutawatir dan
hadis ahad.
Dan pada hadis–hadis itu sendiri juga terdapat pembagian macam-macam
hadisnya lagi. Seperti pada hadis Mutawatir terdapat dua macam hadis, yaitu hadis
mutawatir lafzhi dan hadis mutawatir ma’nawi. Sedangkan pada hadis Ahad terbagi
menjadi tiga macam hadis, yaitu hadis ‘Aziz, hadis Gharib, Dan hadis Masyhur. Yang
mana ketiga macam hadis Ahad tersebut akan menjadi materi pembahasan kami pada
makalah ini.
B. Latar Belakang
1. Apa pengertian hadits ahad ?
2. Apa saja macam-macam hadits ahad ?
3. Bagaimana kedudukan hadits ahad ?
3. BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Hadits Ahad
Al-ahad jama’ dari ahad, menurut bahasa berarti al-wahid atau satu. Dengan
demikian, khabar wahid adalah suatu berita yang disampaikan oleh satu orang.
sedangkan yang dimaksud dengan hadis ahad menurut istilah, banyak didefenisikan
para ulama, antara lain sebagai berikut : “Khabar yang jumlah perawinya tidak
mencapai batasan jumlah perawi mutawatir, baik perawi itu satu, dua, tiga, empat,
lima, dan seterusnya yang tiodak memberikan bahwa jumlah perawi tersebut tidak
sampai kepada jumlah perawi hadis mutawatir.”
Ada juga ulama yang mendefinisikan hadis ahad secara singkat, yakni hadis yang
tidak memenuhi syarat-syarat hadis mutawatir, hadis selain hadis mutawatir, atau
hadis yang sanadnya sah dan bersambung hingga sampai kepada sumber-sumbernya
(Nabi) tetapi kandungannya memberikan pengertian zham dan tidakl sampai kepada
qhat’i dan yaqin.
Dapat dijelaskan bahwa disamping jumlah perawi hadis ahad tidak sampai kepada
jumlah perawi hadis mutawatir, kandungannya pun bersifat zhanny dan dan tidak
bersifat qhat’i.
Abdul Wahab Khalaf menyebutkan bahwa hadis ahad adalah hadis yang
diriwayatkan oleh satu, dua orang atau sejumlah orang tetapi jumlah nya tidak sampai
kepada jumlah perawi hadis mutawatir. Keadaan perawi seperti ini terjadi sejak perawi
pertama sampai perawi terakhir.
Jumhur ulama sepakat bahwa beramal dari hadias ahad yang telah memenuhi
ketentuan maqbul hukumnya wajib. Abu Hanifah, Imam Al-Syafi’I dan Imam Ahmad
memakai hadis ahad bila syarat-syarat perawinya yang sahih terpenuhi. Hanua saja
Abu Hanifah menetapkan syarat tsiqqas dan adil bagi perawinya serta amaliyahnya
tidak menyalahi hadis yang menerangkan proses pencucian sesuatu yang terkena
jilatan anjing dengan tuj8h kali basuhan yang salah satunya harus dicampur dengan
debu yang suci tidak digunakan,sebab perawinya yakni Abu Hurairah, tidak
4. mengamalkan . Sedangkan Imam Malikmenetapkan persyaratan bahwa perawi hadis
ahad tidak menyalahi amalan ahli madinah.
Sedangkan golongan Qodariyahan, Rhafidah dan sebagian ahli Zhahir menetapkan
bahwa beramal; dengan dasar hadis ahad hukumnya tidak wajib. Al –juba’I dari
golongan Mu’tazilah menetapkan tidak wajib beramal kecuali berdasarkan hadis yang
diriwayatkan oleh dua orang yang diterima dari dua orang.
Untuk menjawab golongan yang tidak memakai hadi ahad sebagai dasar beramal,
Ibnu Al-Qayim mengatakan: “Ada tiga segi keterkaitan sunnah dengan al-Qur’an.
Pertama , kesesiuaian terhadap ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam al-Qur’an;
Kedua, menjelaskan maksud al-Quran; dan Ketiga menetapkan hukum yan tidak
terdapat dalam al-Qur’an. Alternatif ketiga ini merupakan ketentuan yang ditetapkan
oleh Rasul yang wajib ditaati. Ada dari itu ada yang menetapkan bahwa dasar beramal
dengan hadis ahad adalah al-Qur’an, sunnah, dan ijma.
2. Macam-macam Hadis Ahad
a. Hadis Masyhur
Masyhur menurut bahasa, ialah al-intisyar wa al-dzuyu sesuatu yang
sudah tersebar dan populer. Sedangkan menurut istilah terdapat beberapa definisi,
antara lain :
Menurut ulama ushul : Hadis yang diriwayatkan dari sahabat, tetapi
bilangannya tidak sampai pada bilangan mutawatir, kemudian baru mutawatir
setelah sahabat dan demikian pula setelah mereka.
Adapun juga mendifinisikan hadis mayshur secara ringkas, yaitu :” Hadis
yang mempunyai jalan yang terhingga, tetapi lebih dua jalan dan tidak sampai
kepada hadis yang mutawatir” . hadis ini dinamakan masyhur karena telah
tersebar luas dikalangan masyarakat. Ada ulama yang memasukkan hadis
masyhur “segala hadis yang berat popular dalam masyarakat, sekalipun tidak
mempunyai sanad sama sekali, baik berstatus sahih atau dha’if.” 1
1 Drs. Munzier Suparta, M.A, Ilmu hadis, (jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2003),hlm.
5. Contoh hadis Mashyur :
ِْضبَقِب َمْلِعْلا ُضِبْقَي ْنِكَلَو ِداَبِعْلا ْنِم ُهُع َِزتْنَي اًعاَزِتْنا َمْلِعْلا ُضِبْقَي ََل َ َّاَّلل َّنِإاََِإ َّتََ ِِاَََلُعْلا
واُّلَضَأَو واُّلَضَف ٍمْلِع ِْريَغِب ا َْوتْفَأَف واُلِئُسَف ًاَلَّهُج اًسوُِ ُر ُاسَّنال َذَخَّتا اًَِلاَع ِقْبُي ْمَل
“Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari
hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama
hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin
dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa
ilmu, mereka sesat dan menyesatkan”. (HR. Bukhari, Muslim, At-Thabrani, dan
Ahmad dari empat orang sahabat).2
Ulama Hanafiyah mengatakan bahwa hadis masyhur menghasilkan
ketenangan hati, dekat pada keyakinan dan wajib diamalkan, akan tetapi bagi
yang menolaknya tidak dikatakan kafir. Hadis masyhur ini ada yang berstatus
sahih, hasan dan dha’if. Yang dimaksud dengan hadis masyhur sahih adalah hadis
masyhur yang telah memenuhi ketentuan-ketentuan hadis sahih, baik pada sanad
maupun matanya, seperti hadis ibnu Umar.
Sedangkan yang dimaksud dengan hadis masyhur hasan adalah hadis
masyhur yang telah memenuhi ketentuan-ketentuan hadis hasan, baik mengenai
sanad maupun matannya.
b. Hadis Ghair Masyhur
Hadis Ghair Masyur ini oleh ulama ahli hadis digolongkan menjadi Aziz dan
Gharib.
1. Hadis Aziz
Hadis Aziz berasal dari azza – ya izzu yang berarti la yakadu yujadu atau
qalla wa nadar ( sedikit atau jarang adanya) dan berasal dari azza ya azzu
berarti qawiyu (kuat).
2 http://alqolam.web.id/hadits-masyhur-diakses pada 14 mei 2018 pukul 2.39 WiB
6. Hadis aziz menurut istilah, antara lain didefinisikan sebagai berikut:
“Hadis yang peawinya tidak kurang dari dua orang da;lam semua tabaqat
sanad”. Lebih lanjut dijelaskan oleh Mahmud Al-Thahhan, bahwa sekalipun
dalam sebagian thabaqat terdapat perawinya tiga orang atau lebih, tidak ada
masalah, asalkan dari sekian thabaqat terdapat satu thabaqat yang jumlah
perawinya hanya dua orang.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu hadis dikatakan
hadis aziz bukan saja diriwayatkan oleh dua orang rawi pada setiap thabaqat ,
yakni dari thabaqat pertama sampaithabaqat terakhir, selagi thabaqat didapati
dua orang perawi, tetap dapat dikategorikan sebagai hadis aziz.
Contohnya, Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas
dan riwayat Bukhari dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
ِهِدِلاَو ْنِم ِهْيَلِإ َّبَحَأ َنوُكَأ ىَّتَح ،ْمُكُدَحَأ ُنِمُْؤي َالَنيِعَمْجَأ ِاسَّنالَو ِهِدَلَوَو
Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga aku lebih ia cintainya
daripada bapaknya, anaknya, dan manusia seluruhnya. (HR. Bukhari, Muslim,
At-Thabrani, dan Ahmad dari empat orang sahabat).3
Hadits ini diriwayatkan dari Anas oleh Qatadah dan ‘Abdul Aziz bin
Shuhaib. Diriwayatkan dari Qatadah oleh Syu’bah dan Sa’id. Diriwayatkan
dari ‘Abdul Aziz bin Shuhaib oleh Isma’il bin ‘Ulliyah dan ‘Abdul Warits dan
diriwayatkan dari keduanya oleh banyak orang.
Hadis ahad yang shahih, hasan, dan dha’iftergantung kepada terpenuhi
atau tidaknya ketentuan-ketentuan yang berkaitan tentang hadis shahih, hasan,
dan dha’if.
2. Hadis Gharib
Gharib menurut bahasa berarti al-munfarid (menyendiri atau al-ba’id an
aqaribihi (jauh dari kerabatnya). Ibn Hajar mendifinisikan hadis gharib
sebagai berikut: “ hadis yang dalam sanadnya terdapat seorang yang
3 http://alqolam.web.id/hadits-aziz-diakses pada 14 mei 2018 pukul 2.41
7. menyendiri dalam meriwayatkannya, dimana saja penyendirian dalam sand itu
terjadi.
Ada juga yang mengatakan bahwa hadis gharib adalsh hadis yang
diriwayatkan oleh seorang perawi yang menyendiri dalam meriwayatkan
tanpa ada orang lain yang meriwayatkannya. Penyendirian perawi dalam
meroiwayatkan hadis itu bisa berkaitan dengsan personalianya, yakni bahwa
sifat atau keadaan perawi-perawi berbeda sifat dan keadaan perawi-perawi
laion yang juga meriwayatkan hadis itu.
Dilihat dari bentuk prnyendirian perawi, maka hadis ghorib digolongkan
menjadi dua, yaitu gharib mutlak dan gharib nisbi. Dikategorikan sebagai
gharib mutlak apabila penyendirian itu mengenai personalianya, sekalipun
penyendiriannya tersebut hanya terdapat dalam satu thabaqat. Penyendirian
hadis mutlak ini harus berpangkal ditempat ashlu sanad, yakni tabi’in, bukan
sahabat.
Contoh hadis gharib mutlak antara lain adalah :
اَمَّنِإِتَّايِالنِب ُلاَمْعَ ْاْل
“Semua perbuatan tergantung niatnya.”
Umar bin al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu menyendiri dalam meriwayatkan
hadits tersebut.
Menyendirinya perawi sahabat tersebut kadang berlanjut hingga akhir
sanad, kadang juga sejumlah perawi di bawahnya meriwayatkan dari perawi
sahabat yang menyendiri tersebut.4
Sedangkan hadis gharib nisbi adalah apabila penyendirian itu mengenai
sifat atau keadaan tertentu seorang rawi. Penyendirian seorang rawiseperti ini,
bisa terjadi berkaitan dengan keadilan dan kedhabitan perawi atau mengenai
tempat tinggal atau kota tertentu.
4 http://alqolam.web.id/hadits-gharib-diakses pada 14 mei 2018 pukul 2.43 WIB
8. Contoh hadits gharib nisbi, Hadits Malik dari az-Zuhri dari Anas radhiyallahu
‘anhu:
َُرفْغِمْلا ِهِسْأَر ىَلَعَو َةَّكَم َلَخَد َمَّلَسَو ِهْيَلَع ُ َّاَّلل ىَّلَص النبي أن
“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masuk kota Makkah dengan
mengenakan topi baju besi di kepalanya.” HR. Bukhari.
Malik menyendiri dengan riwayat ini dari Az-Zuhri (maksudnya tidak ada
yang meriwayatkan hadits ini dari az-Zuhri kecuali hanya Malik, sementara
hadits tersebut punya banyak jalan lain selain dari az-Zuhri).5
Selain pembagian gharib seperti diatas, para ulama juga, para ulama
jugamembagi dua golongan, yakni ghorib pada sanaddan matan. Gharib pada
sanad saja. Yang dimaksud dengan gharib sanad dan matan adalah hadis yang
hanya diriwayatkan melalui satu jalur, seperti sabda Rasullullah SAW.
Sedangkan yang dimaksud dengan gharib pada sanad saja adalah hadis yang
populer dan diriwayatkannya dari seorang sahabat yang lain yang tidak
populer.
Bila suatu hadis telah diketahui sanadnya gharib, maka matannya tidak
perlu diteliti lagi, sebsb keghariban pada sanad menjadikan hadis tersebut
berstatus gharib. Apabila matannya diketahui gharib, maka hadisnya pun
menjadi gharib pula.
3. Kedudukan Hadits Ahad
Para ahli berbeda pendapat mengenai hadits ahad ini, diantaranya adalah:
a. Segolongan ulama seperti Al-Qasayani sebagai ulama dhahiriyah dan Ibn
Daud, mengatakan bahwa kita tidak wajib beramal dengan hadits ahad.
b. Jumhur Ulama Ushul menetapkan bahwa hadist ahad memberikan faedah
dhan. Oleh karena itu hadist ahad wajib diamalkan sesudah diakui
keshahihannya.
c. Sebagian ulama menetapkan bahwa hadist ahad diamalkan dalam segala
bidang.
5http://alqolam.web.id/hadits-gharib-diakses pada 14 mei 2018 pukul 2.43 WIB
9. d. Sebagian muhaqqiqih menetapkan bahwa hadits ahad hanya wajib diamalkan
dalam urusan amaliyah (furu’), ibadah, kaffarat, dan hudud, namun tidak
digunakan dalam urusan aqidah.
e. Imam Syafi’I berpendapat bahwa hadits ahad tidak menghapuskan suatu
hukum dari hukum-hukum al-Qur’an.
f. Ahlu Zhahir (pengikut Daud Ibn Ali al- Zhahiri) tidak membolehkan
mentakhsiskan umum ayat-ayat al-Qur’an dengan hadits ahad.
Selanjutnya status dan hukum hadits masyhur menjadi bagian dari hadits
ahad. Hukum hadits masyhur tidak ada hubungannya dengan sahih atau tidaknya
suatu hadits, karena diantara hadits masyhur terdapat hadits yang mempunyai
status shahih, hasan atau dhaif dan bahkan ada maudhu’ (palsu). Akan tetapi,
apabila suatu hadist masyhur tersebut berstatus shahih, maka hadits masyhur
tersebut hukumnya lebih dari pada hadist Aziz dan Gharib.
Dikalangan ulama Hanafiyah, hadits masyhur hukumnya adalah dzhann, yaitu
mendekati yakin sehingga wajib beramal dengannya. Akan tetapi, karena
kedudukannya tidak sampai pada derajat metawatir, maka tidaklah dihukumkan
kafir bagi orang yang menolak atau tidak beramal dengannya.
Selain hadits masyhur yang dikenal secara khusus dikalangan ulama hadits,
sebagaimana yang telah dikemukakan definisinya diatas dan disebut dengan
masyhur al-ishtilahi, juga terdapat hadist masyhur yang dikenal dikalangan ulama
lain selain ulama hadist dan dikalangan umat secara umum. Hadist masyhur
dalam bentuk yang terakhir ini disebut dengan masyhur gaira ishtilahi yang
mencakup hadits-hadits yang sanadnya terdiri dari satu orang periwayat atau
lebih pada setiap tingkatannya atau bahkan yang tidak mempunyai sanad sama
sekali.
Hadist masyhur dikalangan ahli hadits, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh
tiga orang perawi atau lebih. Contohnya adalah hadis yang berasal dari Anas r.a
dia berkata:
10. Artinya: “Muhammad ibn Al-Fadil menceritakan Muhammad ibn Ja’far
menceritakankepada kami an-Nadir ibn ‘Asy’at menceritakan bahwa Rasulullah
SAW bersabda: tidak akan masuk surge kecuali orang yang mempunyai rasa
kasih saying. Para sahabat bertanya “wahai Rasulullah, kami semua mempunyai
rasa kasih sayang. Beliau kemudian bersabda “(yang dimaksud) bukanlah kasih
sayang seorang diantara kamu terhadap dirinya sendiri saja, akan tetapi rasa
kasih sayang terhadap semua manusia. Dan tidak mempunyai rasa kasih sayang
terhadap semua manusia dan tidak mempunyai rasa kasih sayang terhadap
mereka kecuali Allah Ta’ala.” (HR. Bukhari).
11. BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Hadits ahad yakni hadits yang dilihat dari sisi penutur dan periwayatnya tidak
mencapai tinngkat mutawatir atau terkadang mendekati jumlah hadits mutawatir. Berbeda
dengan hadits mutawatir, hadist ahad mengalami pencanbangan. Ini dilator belakangi
oleh jumlah periwayat dalam masing-masing thabaqat. Dalam hadist ahad dikenal dengan
istilah hadist masyhur, hadits aziz, dan hadits gharib.
Hadits masyhur adalah hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih
perawii hadits tetapi belum mencapai tingkat mutawatir.
Hadits aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua orang walaupun jumlah
yang dimaksud hanya terdapat dalam satu thabaqat, kemudian setelah itu orang-orang
meriwayatkannya.
Hadits gharib adalah hadits yang dalam sanadnya hanya terdapat seorang perawi
hadits.
Dikalangan ulama Hanafiyah, hadits ahad hukumnya adalah zhanni, yaitu
mendekati yakin sehungga wajib beramal degannya. Akan tetapi karena kedudukannya
tidak sampai kepada derajat mutawatir, maka tidaklah hukumnya kafir bagi orang yang
menolaknya atau tidak beramal dengannya, menyangkut hal-hal yang bersifat umum,
Imam Syafi’I dan para ulama beramal selama sanadnya shahih.