tahun ajaran 2013-2014 semester I
kelas XII IPA II | Madrasah Aliyah Negeri 1 Rantau
nama : Risma Amalia dan Muhammad Maulana abdillah
guru pembimbing : Bapak Hilal Najmi
Aliran Khawarij telah tumbuh dan berkembang dengan cara yang keras dan ekstrim dalam memahami ajaran Islam. Kehidupan dan lingkungan yang tidak begitu kondusif menjadikan mereka memahami ajaran Islam apa adanya tanpa ada usaha untuk memahami lebih lanjut tentang makna apa saja yang terkandung dalam wahyu Allah SWT.
Pengkafiran yang begitu mudah mereka lontarkan bagi orang-orang yang di luar paham mereka telah menyulut perpecahan bahkan pertumpahan darah yang tidak sedikit.
Ta’arudh Adillah menjadi topik yang hangat, Ta’arudh Adillah merupakan pertentangan antara dua dalil hukum -Islam. Dalil-dalil yang saling bertentangan padahal sumber atau asal dari dalil-dalil itu adalah pembuat syariat yakni Allah dan Rasulnya, sehingga untuk memetakan pertentangan-pertentangan ada beberapa cara yang telah dikenal untuk menyelesaikan Ta’arudh al-adillah seperti Nasakh, Tarjih ataupun Jam’ wa Taufiq.
Mengkaji alQuran adalah menjadi kewajipan umat Islam. Mengetahui akan ilmu seperti sebab turun ayat, aturan surah dan ayat, pembukuan mushaf, cara bacaan , ahraf alQuran, tarannum dll ilmu berkaitan.AlQuran adalahMukjizat hinnga ke akhir zaman
tahun ajaran 2013-2014 semester I
kelas XII IPA II | Madrasah Aliyah Negeri 1 Rantau
nama : Risma Amalia dan Muhammad Maulana abdillah
guru pembimbing : Bapak Hilal Najmi
Aliran Khawarij telah tumbuh dan berkembang dengan cara yang keras dan ekstrim dalam memahami ajaran Islam. Kehidupan dan lingkungan yang tidak begitu kondusif menjadikan mereka memahami ajaran Islam apa adanya tanpa ada usaha untuk memahami lebih lanjut tentang makna apa saja yang terkandung dalam wahyu Allah SWT.
Pengkafiran yang begitu mudah mereka lontarkan bagi orang-orang yang di luar paham mereka telah menyulut perpecahan bahkan pertumpahan darah yang tidak sedikit.
Ta’arudh Adillah menjadi topik yang hangat, Ta’arudh Adillah merupakan pertentangan antara dua dalil hukum -Islam. Dalil-dalil yang saling bertentangan padahal sumber atau asal dari dalil-dalil itu adalah pembuat syariat yakni Allah dan Rasulnya, sehingga untuk memetakan pertentangan-pertentangan ada beberapa cara yang telah dikenal untuk menyelesaikan Ta’arudh al-adillah seperti Nasakh, Tarjih ataupun Jam’ wa Taufiq.
Mengkaji alQuran adalah menjadi kewajipan umat Islam. Mengetahui akan ilmu seperti sebab turun ayat, aturan surah dan ayat, pembukuan mushaf, cara bacaan , ahraf alQuran, tarannum dll ilmu berkaitan.AlQuran adalahMukjizat hinnga ke akhir zaman
1. STUDI AL-HADIS
-Harus bisa membedakan antara Hadis,
Khabar, Atsar dan Sunnah
- Harus bisa membedakan antara al-Qur’an,
Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi
- Bentuk-bentuk hadis : Hadis Qauli, Hadis
Fi’li, Hadis Taqriri, Hadis Hammi, Hadis
Ahwali
- Unsur-unsur Hadis : Sanad, Matan, Rawi
STAI AL-HUSEIN MAGELANG 2010
OLEH : SYARWANI, S.S., M.S.I.
2. Perbedaan Hadis Qudsi
dan Hadis Nabawi
• Hadis Qudsi adalah hadis yang oleh Rasulullah saw
disandarkan kepada Allah swt, Rasulullah saw
meriwayatkannya bahwa itu adalah kalam Allah swt,
maka Rasulullah saw menjadi perawi kalam Allah swt
dengan lafal dari Rasulullah saw sendiri.
• Hadis nabawi ada dua : (1) Bersifat taufiqi, yaitu
kandungannya diterima oleh Rasulullah saw dari wahyu,
lalu ia menjelaskan kepada manusia dengan kata-katanya
sendiri. (2) Bersifat taufiqi, yaitu yang
disimpulkan oleh Rasulullah saw menurut
pemahamnnya terhadap al-Qur’an melalui jalan ijtihad
3. Perbedaan al-Qur’an dan Hadis Qudsi
• Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada
Rasulullah saw, dengan lafalnya, engan itu pula orang
Arab ditantang, karena al-Qur’an mukjizat yang abadi
hingga hari kiamat. Adapun hadis qudsi tidak untuk
menantang dan tidak pula untuk mukjizat
• Al-Qur’an dinisbatkan kepada Allah swt, sedangkan
hadis qudsi terkadang diriwayatkan disandarkan kepada
Allah swt, dan terkadang disandarkan kepada Rasulullah
saw
• Seluruh isi al-Qur’an dinukil secara mutawatir, sehingga
kapasitasnya mutlak, adapun hadis qudsi kebanyakan
khabar ahad,sehingga kapasitasnya dzanni.
4. • Al-qur’an dari Allah swt baik lafal dan maknanya
• Hadis qudsi maknanya dari Allah swt, dan lafalnya dari
Rasulullah saw
• Membaca al-Qur’an merupakan ibadah (al-Muzammil :
20), (HR. Tarmizi), dan dibaca dalam shalat. adapun
hadis qudsi tidak disuruh membacanya dalam shalat,
Allah swt memberikan pahala membaca hadis qudsi
secara umum saja
5. FUNGSI HADIS ATAU SUNNAH SEBAGAI
SUMBER HUKUM ISLAM
• SEBAGAI TA’KID (PENGUKUH) AYAT-AYAT
AL-QUR’AN
• SEBAGAI TAFSIR (PENJELASAN)
TERHADAP AYAT-AYAT AL-QUR’AN
YANG MASIG BERSIFAT GLOBAL
• MENETAPKAN HUKUM YANG TIDAK
DISEBUTKAN DALAM AL-QUR’AN
• MENGHAPUS KETENTUAN HUKUM
DALAM AL-QUR’AN
6. STATUS HADIS ATAU SUNNAH
SEBAGAI HUJJAH
• AL-MA’IDAH AYAT 92
• AN-NISA’ AYAT 80
• AL-HASYR AYAT 7
• ALI-IMRON AYAT 31
• AL-AHZAB AYAT 21
• HADIS NABI :
تركت فيكم ما إن تمسكتم به لن تضلوا من بعدي كتاب ال
وسنتي
7. Pembagian Ilmu Hadis
• Ilmu Hadis Riwayah : Ilmu yang mempelajari
cara periwayatan, pemeliharaan, dan penulisan
atau pembukuan, hadis Nabi saw.sasarannya
adalah hadis nabi dari segi periwayatan dan
pemeliharaan.
• Ilmu Hadis Dirayah : Ilmu yang mempelajari
kaidah-kaidah untuk mengetahui hal ihwal
sanad, matan, cara menerima dan
menyampaikan hadis, sifat rawi, sasarannya
adalah sanad dan matan.
9. Pembagian Hadis Nabi
• Dari sisi jumlah perawinya (kuantitas) : Hadis
Mutawatir dan Hadis Ahad
• Dari sisi kualitas sanad dan matan : Hadis
shahih, Hadis Hasan, Hadis Dhaif
• Dari sisi kedudukan sebagai hujjah : Hadis
Maqbul dan Hadis Mardud
• Dari segi persambungan sanadnya : Hadis
Muttasil dan Hadis Munqati.
• Dari sisi sampainya kepada Rasul : Hadis
Maqtu, Hadis Mauquf, dan Hadis Marfu’
10. CONTOH HADIS MUTAWATIR
DAN HADIS AHAD
• HADIS MUTAWATIR
.... إنما العممال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى
من كذب عملي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار
HADIS AHAD :
كان النبي صلى ال عمليه وسلم يقرأ في الضححى والفطر ب
(ق) واقتربت الساعمة
الولء لحمة كلحمة النسب ل يباع ول يوهب
11. CONTOH-CONTOH HADIS
• HADIS SHAHIH :
(حدثواالناس بما يعرفون أتحبون أن يكذب ال ورسوله (رواه البخاري
(ماأنت محدث قوما حديثا لتبلغه عمقولهم إل لبعضهم فتنة (رواه مسلم
HADIS HASAN :
إن امرأة من بني فزارة تزوجت عملى نعلين فقال رسول ال صلى ال
عمليه وسلم أرضحيت من نفسك ومالك بنعلين؟ قالت نعم فأجاز(رواه
(الترمذي
HADIS DHAIF :
إن النبي صلى ال عمليه وسلم توضحأ ومسح عملى الجوربين
12. KRITERIA HADIS SHAHIH
A. UNTUK SANAD :
• MUTTASIL SANADNYA
• PARA PERAWINYA ADIL
• PARA PERAWINYA DHABIT
B. UNTUK MATAN :
• TIDAK SYADZ (TIDAK
BERTENTANGAN)
• TIDAK ILLAT (TIDAK CACAT)
13. PEMBAGIAN HADIS PADA
ASPEK KUALITAS
A. HADIS SHAHIH :
• SHAHIH LIDZATIHI
• SHAHIH LIGHAIRIHI
B. HADIS HASAN :
• HASAN LIDZATIHI
• HASAN LIGHAIRIHI
C. HADIS DHAIF JUMLAHNYA SANGAT BANYAK
ADA ULAMA YANG MENGATAKAN MENCAPAI
81, ADA 42 DAN ADA YANG MENGATAKAN 49
14. • HADIS SHAHIH LIDZATIHI ADALAH HADIS YANG
MENGANDUNG SIFAT-SIFAT HADIS MAQBUL YANG
TINGGI
• HADIS SHAHIH LIGHAIRIHI ADALAH HADIS YANG
TIDAK MENGANDUNG SIFAT-SIFAT HADIS MAQBUL
YANG TINGGI YAITU HADIS YANG ASALNYA TIDAK
SHAHIH AKAN TETAPI AKAN MENINGKAT MENJADI
HADIS SHAHIH KARENA ADA SESUATU HAL YANG
MENDUKUNG SEHINGGA MENUTUP
KEKURANGANNYA
• HADIS HASAN LIDZATIHI ADALAH HADIS YANG
MENGANDUNG SIFAT-SIFAT HADIS MAQBUL YANG
TINGGI
• HADIS HASAN LIGHAIRIHI HADIS YANG PADA
ASALNYA DHAIF KEMUDIAN MENINGKAT MENCAPAI
DERAJAT HASAN KARENA ADA SESUATU YANG
MENDUKUNGNYA.
16. PERIHAL SAHABAT
• PENGERTIAN TA’DIL
• TA’DIL SAHABAT
• DALIL TA’DIL SAHABAT
• JUMLAH SAHABAT
• TINGKATAN-TINGKATAN SAHABAT
• 10 ORANG SAHABAT YANG
MEMPEROLEH KABAR GEMBIRA
DIAKUI MASUK SURGA
17. KITAB-KITAB HADIS
• MACAM-MACAM KITAB HADIS
• KITAB-KITAB HADIS DIKLASIFIKASIKAN
MENJADI KITAB SHAHIH, KITAB
JAWAMI’, KITAB MASANID, KITAB
MU’AJIM, KITAB MUSTADRAKAT, KITAB
MUSTAKRAJAT, KITAB AJZA, KITAB
SUNAN.
18. IMAM-IMAM HADIS
• IMAM MAILIKI KITABNYA AL-MU’ATHO
• IMAM AHMAD BIN HANBAL KITABNYA
MUSNAD AHMAD BIN HANBAL
• IMAM AL-BUKHARI KITABNYA AL-JAMI’US
SHAHIH ATAU KITAB SHAHIH AL-BUKHARI
• IMAM MUSLIM KITABNYA SHAHIH MUSLIM
• ABU DAUD KITABNYA SUNAN ABU DAUD
• AT-TURMUZI KITABNYA JAMI’ AT-TURMUZI
ATAU SUNAN AT-TURMUZI
• AN-NASA’I KITABNYA AL-SUNAN AL-KUBRA
• IBNU MAJAH KITABNYA KITABU AL-SUNANI
19. PERKEMBANGAN ILMU
HADIS
• Tahap kelahiran ulum al-hadis terjadi pada
masa sahabat sampai akhir abad pertama
hijriyah
• Tahap kedua tahap penyempurnaan. Tahap ini
mulai awal abad kedua hijriyah sampai awal
abad ketiga hijriyah
• Tahap ketiga tahap kodifikasi ilmu hadis secara
terpisah berlangsung abad ketiga sampai
pertengahan abad keempat hijriyah
20. • Tahap keempat tahap penyusunan kitab-kitab
induk ulum al-hadis dan
penyebarannya
• Tahap kelima adalah tahap kematangan
dan kesempurnaan kodifikasi ulum al-hadis
abad ket-7 H sampai ke-10 H
• Masa kebekuan dan kejumudan abad ke-
10 H sampai awal abad 14 H
• Tahap kebangkitan kedua : permulaan
abad ke-14 H
21. المرتبة الولى: الوصف بما يدل على المبالغة وهو الوصف •
بأفعل؛ مثل فلن أوثق الناس، وأعدل الناس وإليه المنتهى
في التثبت ومثله قول الشافعي في ابن مهدي: ل أعرف له
نظيرا في الدنيا ومثله: أيضا قول حسان بن هشام في ابن
سممميرين: حدثنمممي أصمممدق ممممن أدركمممت ممممن البشر.
قال السميوطي: قلمت: ومنمه: ل أحمد أثبمت منمه، وممن مثل
فلن ؟ وفلن ل يسأل عنه، ولم أر من ذكر هذه الثلثة وهي
.فمممممممممممممممممممممممممممممممممممممممي ألفاظهم
22. المرتبة الثانية: ما كرر فيه أحد ألفاظ التعديل إما لفظا كثقة •
ثقة، أو ثبت ثبت 1 أو حجة حجة، أو معنى كثقة حجة، أو
ثقمة حافمظ، أمو ثقمة حجمة، أمو حجمة حافمظ إلمى نحمو ذلك.
المرتبة الثالثة: ثقة، أو ثبت، أو حجة، أو إمام، أو حافظ، أو
متقممممممن، أممممممو عدل إلممممممى نحممممممو ذلك.
المرتبمة الرابعمة: ممن قصمر عمن درجمة الثالثمة قليل وإليه
الشاارة بقولهمم: صمدوق، أمو محلمه الصمدق، أمو ل بأمس به
قال ابن أبي حاتم: فهو ممن يكتب حديثه، وينظر فيه، وهي
المنزلة الثانية -يعني على حسب
23. أما مراتب ألفاظ التجريح فهي ست، وسنرتبها من الدنى إلى العلى: •
المرتبة الولى: فلن فيه مقال، أو ضعيف، أو لين الحديث ونحوها.
المرتبة الثانية: فلن ل يحتج به أو ضعفوه، أو منكر الحديث ونحوها.
المرتبة الثالثة: فلن مردود الحديث، أو ضعيف جدا، أو واه بمرة ونحوها.
المرتبة الرابعة: فلن متهم بالكذب أو الوضع أو ساقط، أو متروك
أو هالك ونحوها.
المرتبة الخامسة: فلن كذاب أو دجال، أو وضاع ونحوها.
المرتبة السادسة: فلن أكذب الناس أو إليه المنتهى في الكذب