Makalah ini membahas pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar serta unsur-unsur hadits seperti Sanad, Matan, dan Mukhrij. Hadits didefinisikan sebagai perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad SAW sedangkan Sunnah merujuk kepada teladan Nabi. Unsur Sanad merupakan rantai para pelapor hadits, Matan adalah isi inti hadits, dan Mukhrij adalah penerbit hadits.
HADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITSMuhammad Rizaki
Abstrak: The hadith, sunnah, khabar, and atsar are inseparable materials from the knowledge of the hadith, the word hadith, sunnah, khabar, and atsar have different resolutions in terms of etymology or language, the hadith is al-jadid (looking for new), sunnah means al-Tariqah (the path that is traversed) either praiseworthy or despicable, khabar means al-naba' (news or news) originating from the prophet, whereas atsar is interpreted as al-baqiy which means (relic or used) of the prophet Muhammad saw. The hadith, sunnah, khabar, and atsar resolutions have the same meaning that is relied on the prophet to see, from the words or actions or decrees, or the nature of the prophet or which is relied on the companions and tabiin. The hadith has a position as a source of Islamic law after the Qur'an was published in the Qur'an and the hadith and reviewed by ijma '. Besides that it has a function as bayan al-taqrir (elucidator of the Qur'an), bayan tasyri 'which gives legal certainty when there is no verse in the Qur'an that explains and bayan al-tafsir (interpreter of the Qur'an) ) which is divided into three (takhshis' am, nasakh commentary, and bayan mujmal).
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai AspeknyaRafi Mariska
Makalah Pengklasifikasian Hadis dari Berbagai Aspeknya merupakan suatu makalah yang sengaja dibuat untuk memenuhi tugas Ulumul Quran&Ulumul Hadist di UIN Arraniry. Makalah ini menjelaskan tentang Pengklasifikasian hadis berdasarkan kuantitas (banyaknya) perawi dan berdasarkan kualitas perawi serta hadis maudhu' (palsu) yang meliputi sejarah hadis maudhu', perkembangan dan sebagainya sehingga bisa dijadikan referensi bagi saudara pembaca. Makalah ini lebih ditujukan kepada pelajar, baik mahasiswa, siswa bahkan dosen sekali pun.
Kampung Keluarga Berkualitas merupakan salah satu wadah yang sangat strategis untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program Bangga Kencana secara utuh di lini
lapangan dalam rangka menyelaraskan pelaksanaan program-program yang dilaksanakan Desa
Makalah pengertian hadits sunah.khabar dan atsar serta unsurnya
1. MAKALAH PENGERTIAN HADITS, SUNNAH, KHABAR, DAN ATSAR
SERTA UNSUR-UNSURNYA
MATA KULIAH :STUDI AL-QUR’AN DAN AL HADITS
DOSEN PENGAMPU :ADE ARDO FITRA,S,UD.M.P.D
DISUSUN OLEH :
SUKRANI
FAIIZAH
MERI PIPIANTI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM
SYEKH MAULANA QORI
BANGKO
1440 H/2018 M
2. KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT yang melimpahkan rahmat serta inayah-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan penyusunan makalah “Pengertian Hadits :Hadits
Sunnah,Khabar,dan Atsar” ini dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada
teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Sarana
penunjang makalah ini kami susun berdasarkan referensi yang bermacam-
macam. Hal ini dengan tujuan untuk membantu para mahasiswa untuk
mengetahui, memahami, bahkan menerapkannya.
Namun demikian, dalam penulisan makalah ini masih terdapat kelemahan
dan kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak sangat di
harapkan.
Akhirul kalam, semoga yang tersaji ini dapat memberikan bantuan
kepada para mahasiswa dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar di
kampus. Aamiin.
Wassalamualikum Wr. Wb.
Bangko, 24 September 2018
TIM PENYUSUN
3. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
A. Latar Belakang........................................................................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4
C. Manfaat ................................................................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
A. Pengertian Hadits .................................................................................................................. 5
B. Pengertian Sunnah ................................................................................................................ 6
C. Pengertian Khabar ................................................................................................................ 8
D. Pengertian Atsar .................................................................................................................... 8
E. Unsur-unsur Hadits ............................................................................................................... 8
1. Sanad Hadits ......................................................................................................................... 8
2. Matan Hadits ........................................................................................................................ 9
3. Rawi Hadits .......................................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 11
B. Saran ..................................................................................................................................... 11
Daftar Pustaka / Rujukan........................................................................................................ 12
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadits adalah sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an yang merupakan penjelas dari
ayat-ayat Al-Qur’an yang bermakna umum. Sehingga kami menjelaskan pengertian
pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar secara istilah menurut Muhadditsun,
Ushuliyyun, dan Fuqaha, sehingga kita dapat memahami Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar
secara mendalam dan tidak terpaku pada satu pengertian sehingga kita tidak cepat
menyalahkan perbedaan. Hadits mempunyai beberapa struktur yaitu Sanad, Matan, dan
Mukhrij yang masing masing mempunyai peran penting dari keadaan suatu hadits tersebut.
Pada mulanya, ilmu hadits memang merupakan beberapa ilmu yang masing-masing
berdiri sendiri, yang berbicara tentang hadits Nabi SAW dan para pewarisnya, seperti ilmu
Al-Hadits Al-Shahih, ilmu Al-Mursal, ilmu Al-Asma’wa Al-Kuna dan lain-lain. Pembahasan
tentang sanad meliputi: (i) segi pembangunan sanad (istisha-alsanad), yaitu bahwa suatu
rangkaian sanad hadits haruslah bersambung mulai dari sahabat sampai kepada periwayat
terakhir yang menuliskan atau membukukan hadits tersebut. Oleh karenanya, tidak
dibenarkan suatu rangkaian sanad tersebut yang terputus, tersembunyi, tidak diketahui
identitasnya atau tersamar, (ii) segi terpercayaan hadits (tsigat al-sanad), yaitu bahwa setiap
perawi yang terdapat didalam sanad suatu hadits harus dimiliki sifat adil dan dhabith (kuat
dan cermat hapalnya atau dokumentasi haditsnya), (iii) segi keselamatannya dari kejanggalan
(syadz), (iv) segi keselamatannya dari cacat (illat), dan (v) tinggi dan rendahnya martabat
suatu sanad. Sedangkan pembahasan mengenai matan adalah meliputi segi ke-ashahihan atau
ke-dha’ifannya. Mempelajari hadits adalah bagian dari keimanan umat terhadap kenabian
Muhammad SAW.
5. B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar secara istilah menurut Muhadditsun,
Ushuliyyun, dan Fuqaha?
2. Bagaimana struktur hadits: Sanad, Matan, dan Mukhrij?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar secara istilah menurut
Muhadditsun, Ushuliyyun, dan Fuqaha.
2. Untuk mengetahui struktur hadits: Sanad, Matan, dan Mukhrij.
6. BAB II
PEMBAHASAN
I. pengertian Hadits, Sunnah, Khabar, dan Atsar
A. Pengertian Hadits
Hadits adalah teladan yang wajib diikuti (dalam risalah Islam). Sebagian besar hadits
diriwayatkan secara lisan oleh sahabat kepada generasi penerus mereka (tabi’in) atau kepada
sesama sahabat.
Kata hadits atau al-hadis menurut bahasa berarti sesuatu yang baru, lawan kata dari
sesuatu yang lama. Disamping itu kata ini juga mengandung arti dekat ( القريب ), yaitu sesuatu
yang dekat, yang belum lama terjadi dan juga berarti berita (الخبر ), yaitu sesuatu yang
dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang lain.
Secara terminologi, para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda sesuai dengan
latar belakang ilmu dan tujuan masing-masing. Pengertian ulama ushul berbeda dengan yang
dimaksud oleh ulama hadits dan fiqih. Hal itu akan tampak apabila ditelusuri kajian-kajian
yang mereka lakukan berkenaan engan hadits Nabi.
a. Ulama hadits (muhadditsun) membahas segala sesuatu dari Nabi SAW dalam kapasitas
beliau sebagai imam yang memberi petunjuk, pemberi nasihat, sebagai suri tauladan (uswah
hasanah), dan penuntun (qudwah). Sehingga mereka mengambil segala sesuatu yang
berkenaan dengan Nabi SAW baik berupa tingkah laku, ciri fisik, pembawaan, sabda dan
perbuatan, baik membawa konsekwensi hukum syara’ maupun tidak.
b. Ulama ushul fiqh (ushuliyyun) memandang Nabi SAW sebagai penetap hukum Islam (al-
syari’), dan peletak kaedah-kaedah bagi para mujtahid dalam penetapan hukum Islam. Oleh
karena itu, yang menjadi perhatian serius mereka adalah sabda, perbuatan, dan taqrir beliau
yang membawa konsekwensi hukum dan menetapkannya.
c. Sementara ulama fiqih (fuqoha) memandang Nabi SAW dari sisi perbuatannya yang
bermuatan hukum syara’. Mereka mengkaji hukum syara’ berkenaan dengan perbuatan
manusia, baik dari segi wajib, haram, mubah, atau yaang lainnya.
Berangkat dari perbedaan sudut pandang diatas, maka ulama hadits mendefinisikan
hadits sebagai:
َقَوَالُها ال َقَولاهُوا ال َلَأ لأَق ه َأ َقَوَالُها
”segala perkataan Nabi SAW, perbuatan, dan hal ihwalnya.”
Yang dimaksud dengan “hal ihwal” adalah segala yang diriwayatkan dari Nabi
SAW yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-
kebiasaannya. Sehingga sebagian mereka mendefinisikan hadits sebagai:
“Sesuatu yang didasarkan kepada Nabi SAW. baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir,
maupun sifatnya”.
Pengertian seperti itupun masih sempit, karena masih terbatas pada apa-apa yang
disandarkan kepada Nabi SAW (hadits marfu’), tidak mencakup hal-hal yang disandarkan
kepada sahabat (hadits mauquf), dan tabi’in (hadits maqthu’). Sementara mayoritas
muhadditsun menganggap bahwa hadits dapat juga digunakan untuk sesuatu yang mauquf”,
yang disandarkan kepada sahabat, dan yang maqthu’, yaitu yang disandarkan pada tabi’in.
7. Bagi ulama ushul fiqih yang memandang Nabi SAW sebagai penetap hukum, dan
karenanya mereka mendefinisikan hadits sebagai sumber hukum Islam, yaitu:
اوتقرير اوفعل قول من من الكريم ن غيرالقرا سلم وعليه هلل ا صلي النبي عن صدر ما كلممان يصلح ا
شرعي لحكم دليال يكون
“Segala yang berasal dari Nabi selain Al-Qur’an baik berupa perkataan, perbuatan, maupun
persetujuan yang pantas menjadi dalil hukum syara’.”
Dengan demikian, hadits menurut ushuliyyun adalah segala sesuatu yang
bersumber dari Nabi SAW baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya yang
berhubungan dengan ketentuan-ketentuan Allah yang disyariatkan kepada manusia. Selain itu
tidak dapat disebut hadits.
Komponen hadits: Perkataan Nabi/Qawli, Perbuatan Nabi/Fi’li, dan
Persetujuan Nabi/Taqriri.
Hal ini menunjukkan bahwa mereka membedakan peran Muhammad SAW
sebagai seorang rasul dan seorang manusia biasa. Hadits hanya yang berkaitan dengan misi
dan ajaran Allah yang diemban oleh Muhammad SAW sebagai Rasulullah. Ini pun menurut
mereka harus berupa perkataan, perbuatan, dan ketetapannya. Sedangkan kebiasaan-
kebiasaannya, tata cara berpakaian, cara tidur dan sejenisnya merupakan kebiasaan manusia
dan sifat kemanusiaan tidak dapat dikategorikan sebagai hadits. Sehingga, pengertian hadits
menurut para ahli ushul lebih sempit dibandingkan pengertian hadits menurut ahli hadits.
B. Pengertian Sunnah
Menurut bahasa sunnah berarti “jalan yang terpuji dan atau yang tercela”. Sementara
dalam hadits Rasulullah SAW, disebutkan:
نَمشيء خورهم ُآ ن ِم َصُقنَي ن َآ ِرَيغ ن ِم ُه َدعَب َلِمَع نَم ُرخ آ ُهَلَف ًةَنَسَح ًةَنُس ِم َالس ال ا يِف َّنَس,
سيئة َةنس َسن ومناوزارهم من ينقص غيران من بعده من بها عمل من ووزر وزره عليه كان
) مسلم رواه ( شيئ
“Barang siapa melakukan sesuatu perbuatan yang baik, ia akan mendapatkan pahala
(dari perbuatannya itu) dan pahala orang yang menirunya setelah dia, dengan tidak dikurangi
pahalanya sedikitpun. Dan barang siapa melakukan perbuatan yang jelek, ia akan
menanggung dosanya dan orang-orang yang menirukannya, dengan tidak dikurangi dosanya
sedikit pun.”
Bila kata sunnah disebutkan dalam masalah yang berhubungan dengan hukum syara’,
maka yang dimaksudkan tiada lain kecuali segala sesuatu yang diperintahkan, dilarang,
dianjurkan oleh Rasulullah SAW baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapannya.
Dan apabila dalam dalil hukum syara’ disebutkan al-kitab dan al-sunnah, berarti yang
dimaksudkan adalah al-Qur’an dan hadits.
Sedang sunnah menurut istilah, di kalangan ulama terdapat perbedaan pendapat. Hal
ini disebablan karena perbedaan latar belakang, persepsi, dan sudut pandang masing-masing
terhadap diri Rasulullah SAW. Secara garis besar mereka berkelompok menjadi 3 golongan:
muhadditsun/ahli hadits, ushuliyyun/ahli ushul, dan fuqaha/ahli fiqih.
Pengertian sunnah menurut ahli hadits adalah, “segala yang bersumber dari Nabi
SAW baik berupa perkataan, perbuatan,taqrir, perangai, budi pekerti, perjalanan hidup, baik
sebelum diangkat menjadi rasul maupun sesudahnya”.
Ulama ushul fiqh memberikan definisi sunnah adalah, “segala yang dinukilkan dari
Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrirnya yang ada
sangkut pautnya dengan hukum”. Menurut T. M. Hasbi Ash Shiddieqy, makna inilah yang
diberikan kepada perkataan sunnah dalam sabda Nabi, sebagai berikut:
8. “Sungguh telah saya tinggalkan untukmu dua hal, tidak sekali-kali kamu sesat selama kamu
berpegang kepadanya, yakni kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.” (H. R. Malik).
Ulama hadits membicarakan segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi
Muhammad SAW baik yang ada hubungannya dengan ketetapan hukum syariat Islam
maupun tidak. Sedangkan ulama ushul fiqh, memandang Nabi Muhammad SAW sebagai
masyarri’, artinya pembuat UU selain Allah. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Asyr
ayat 7 yang berbunyi, “Apa yang dibawa oleh Rasul, maka ambillah atau kerjakanlah. Dan
apa yang dilarang oleh Rasul, jauhilah”.
Ulama fiqh memandang sunnah ialah perbuatan yang dilakukan dalam agama, tetapi
tingkatannya tidak sampai wajib atau fardlu, atau dengan kata lain, sunnah adalah suatu
amalan yang diberi pahala apabila dikerjakan, dan tidak dituntut apabila ditinggalkan.
C. Pengertian Khabar
Khabar menurut bahasa serupa dengan makna hadits, yakni segala berita yang
disampaikan oleh seseorang kepada orang lain. Untuk itu, dilihat dari sudut pendekatan ini
(sudut pendekatan bahasa), kata khabar sama artinya dengan hadits.
Menurut istilah, antara satu ulama degan ulama lainnya berbeda pendapat.
Menurut Ibn Ajar Al-Asqalani, yang dikutip As-Suyuthi, bahwa istilah hadits sama artinya
dengan khabar, keduanya dapat dipakai untuk sesuatu marfu’, mauquf’, dan maqthu’.
Ulama lain mengatakan bahwa khabar adalah sesuatu yang datang selain dari
Nabi SAW, sedang yang datang dari Nabi SAW disebut hadits. Ada juga yang mengatakan
bahwa hadits lebih umum dan lebih luas daripada khabar, sehingga tiap hadits dapat
dikatakan khabar, tetapi tidak semua khabar dapat dijadikan hadits.
D. Pengertian Atsar
Atsar menurut pendekatan bahasa berarti bekasan sesuatu, atau sesuatu, dan berarti
nukilan (yang dinukilkan). Sesuatu do’a umpamanya yang dinukilkan dari Nabi dinamai do’a
matsur.
Secara istilah, terjadi perbedaan pendapat di antara ulama. Jumhur ahli hadits
mengatakan bahwa atsar sama dengan khabar, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
SAW, sahabat, dan tabi’in. Sedangkan menurut ulama khurasan, bahwa atsar untuk yang
mauquf’ dan khabar untuk yang marfu’.
II. Unsur-Unsur Hadits
A. Sanad
Kata “sanad” menurut bahasa adalah “sandaran”, atau sesuatu yang kita jadikan
sandaran. Dikatakan demikian, karena hadits bersandar kepadanya. Menurut istilah, terdapat
perbedaan rumusan pengertian.
Al-Badru bin Jama’ah dan Al-Thiby mengatakan bahwa sanad adalah, “Berita tentang
jalan matan.” Yang lain mengatakan, “Silsilah orang-orang (yang meriwayatkan hadits), yang
menyampaikannya kepada matan hadits.” Ada juga yang menyebutkan, “Silsilah para perawi
yang menukilkan hadits dari sumbernya yang pertama.”
Yang berkaitan dengan istilah sanad, terdapat kata-kata seperti, Al-Isnad, Al-Musnid,
dan Al-Musnad. Kata-kata ini secara terminologi mempunyai arti yang cukup luas,
sebagaimana yang dikembangkan oleh para ulama.
Kata Al-Isnad berarti menyandarkan, mengasalkan (mengembalikan ke asal) dan
mengangkat. Yang dimaksudkan disini, ialah menyandarkan hadits kepada orang yang
mengatakannya (raf’uhadits ila qa’ilih atau ’azwu hadits ilaqa’ilih). Menurut At-Thiby,
9. sebenarnya kata Al-Isnad dan Al-Sanad digunakan oleh para ahli hadits dengan pengertian
yang sama.
Kata Al-Musnad mempunyai beberapa arti. Bisa berarti hadits yang disandarkan atau
diisnadkan oleh seesorang: bisa berarti dengan nama suatu kitab yang menghimpun hadits-
hadits dengan sistem penyusunan berdasarkan mana-namaa para sahabat para perawi hadits,
seperti Kitab Musnad Ahmad; bisa juga berarti nama bagi hadits yang marfu’ dan muttashil.
B. Matan
Kata “matan” atau “al-matn” menurut bahasa berarti mairtafa’la min al-ardhi (tanah
yang meninggi). Sedang menurut istilah adalah “Suatu kalimat tempat berakhirnya sanad.”,
“Lafadz-lafadz hadits yang di dalamnya mengandung makna-makna tertentu.”
Ada juga reaksi yang lebih simple lagi, yang menyebutkan bahwa matan adalah ujung
sanad (gayah as-sanad). Dari semua pengertian diatas, menunjukkan bahwa yang dimaksud
dengan matan, ialah materi atau lafadz hadits itu sendiri.
C. Rawi
Kata “rawi” atau “al-rawi” berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan hadits.
Sebenarnya antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang tidak dapat
dipisahkan. Sanad-sanad hadits pada tiap-tiap tabaqahnya, juga disebut rawi, jika yang
dimaksud dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadits. Akan
tetapi yang membedakan antara rawi dan sanad, adalah terletak pada pembukuan atau
pentadwinan hadits. Orang yang menerima hadits dan kemudian menghimpunnya dalam
suatu kitab tadwin disebut dengan perawi. Dengan demikian, maka perawi dapat disebut
mudawwin / orang yang membukukan dan menghimpun hadits.
Dalam kitab kumpulan hadits-hadits Nabi sering disebutkan istilah-istilah khusus
untuk meringkas jumlah rawi yang berbeda dalam meriwayatkan sebuah hadits. Hadits itu
diriwayatkan oleh 7 (tujuh) orang rawi, yaitu:
a) Imam Ahmad
b) Imam Bukhary
c) Imam Muslim
d) Abu Dawud
e) At Turmudzy
f) An Nasaiy
g) Ibnu Majah
10. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadits merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an. Definisi hadits
yang paling komprehensif adalah segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi Saw., baik
ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat diri atau sifat pribadi; atau yang dinisbahkan kepada
sahabat atau tabi’in.
Sunnah adalah segala yang bersumber dari Nabi Muhammad saw., baik berupa
perkataan, perbuatan, taqrir, perangai, budi pekerti, perjalanan hidup, baik sebelum diangkat
menjadi rasul maupun sesudahnya.
Khabar berarti berita yang disampaikan kepada seseorang.
Adapaun atsar menurut pendekatan bahasa sama pula artinya dengan khabar, hadits,
dan sunnah.
Secara struktur, hadits terdiri atas tiga komponen, yakni sanad atau isnad (rantai
penutur), matan (redaksi hadits), dan mukharrij (rawi). Sanad ialah rantai penutur / isi dari
hadits. Mukhrij atau mukharrij adalah orang yang berperan dalam pengumpulan hadits.
B. Saran
Setelah kita mempelajari pengertian dan Unsur-unsur hadits semoga dapat menambah
wawasan dalam ilmu keagamaan, khususnya ilmu hadits.
Mohon maaf atas segala kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kritik dan saran
sangat dibutuhkan dalam pembuatan makalah selanjutnya agar lebih baik dan benar.
11. Daftar Pustaka
Zarkasih, Dasar- Dasar Studi Hadits, Yogyakarta; Aswaja Pressindo, 2015.
Mardani, Hadis Ahkam, Jakarta; Rajawali Pers, 2012.
Suparta Munzier, Ilmu Hadis, Jakarta; Rajawali Pers, 2010.
Asse Ambo, Ilmu Hadis Pengantar Memahami Hadis Nabi Saw., Makassar; Alauddin Press,
2010.
Khon Abdul Majin, Ulumul Hadis, Jakarta; Amzah, 2010.
Badri Khaeruman, Otensitas Hadis, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya Offset Bandung,
2004.
Yusuf Qordhawi, Pengantar Studi Hadis, Bandung; CV. Pustaka Setia, 2007.
Nuruddin, Manhaj An-Naqd Fir ‘Uluum Al-adits, Bandung; Remaja Rosdakarya Offset
Bandung, 1995.