Jawaban latihan soal bagian 2.2 pada buku Analisis Real karangan Drs. Sutrima, M.SI
cetakan : pertama, Juni 2010
penerbit : Javatechno Publisher (Jln. Ahmad Yani 365A, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia - 57162
Jawaban latihan soal bagian 2.2 pada buku Analisis Real karangan Drs. Sutrima, M.SI
cetakan : pertama, Juni 2010
penerbit : Javatechno Publisher (Jln. Ahmad Yani 365A, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia - 57162
Jawaban latihan soal bagian 2.3 pada buku Analisis Real karangan Drs. Sutrima, M.SI
cetakan : pertama, Juni 2010
penerbit : Javatechno Publisher (Jln. Ahmad Yani 365A, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia - 57162
Jawaban latihan soal bagian 2.1 pada buku Analisis Real karangan Drs. Sutrima, M.SI
cetakan : pertama, Juni 2010
penerbit : Javatechno Publisher (Jln. Ahmad Yani 365A, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia - 57162
Jawaban latihan soal bagian 2.3 pada buku Analisis Real karangan Drs. Sutrima, M.SI
cetakan : pertama, Juni 2010
penerbit : Javatechno Publisher (Jln. Ahmad Yani 365A, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia - 57162
Jawaban latihan soal bagian 2.1 pada buku Analisis Real karangan Drs. Sutrima, M.SI
cetakan : pertama, Juni 2010
penerbit : Javatechno Publisher (Jln. Ahmad Yani 365A, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia - 57162
Pertemuan 1
Mata Kuliah Metode Numerik dan Teknik Komputasi
Jurusan Teknik Elektro
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Dosen Pengampu : Muhtadin, S.T. MT.
Analisis Real (Barisan dan Bilangan Real) Latihan bagian 2.5Arvina Frida Karela
Β
Jawaban latihan soal bagian 2.5 pada buku Analisis Real karangan Drs. Sutrima, M.SI
cetakan : pertama, Juni 2010
penerbit : Javatechno Publisher (Jln. Ahmad Yani 365A, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia - 57162
Transformasi Laplace adalah transformasi yang sering digunakan untuk menyelesaikan masalah syarat awal. Metode penyelesaian persamaan diferensial biasa menggunakan transformasi laplace terbukti cukup ampuh digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah nilai awal.
kapita selekta IV - materi Limit dan Turunan Fungsi
#vhannyfebian@yahoo.co.id
semoga bermanfaat :)
semoga dapat membantu tugas dan pekerjaan kalian, sobat :D amiinn...
Di dalam metode numeric, fungsi f(x) sering diganti dengan fungsi hampiran yang lebih sederhana. Satu cara mengungkapkan tingkat ketelitian penghampiran itu adalah dengan menggunakan notasi O-Besar (Big-Oh).
LAPORAN HASIL PELAKSANAAN KULIAH KERJA LAPANGAN- PRAKTEK PENGALAMAN LAPANGAN ...Arvina Frida Karela
Β
Berisi tentang laporan KKL-PPL yang dilakukan di PPPPTK Yogyakarta Tahun 2014-2015.
note: untuk urutan nomor halaman pada daftar isi mohon disesuaikan sendiri karena memang ada sedikit kesalahan penomoran halaman pada daftar isi :)
STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X ...Arvina Frida Karela
Β
PROPOSAL PENELITIAN DENGAN JUDUL STUDI PERBANDINGAN RATA-RATA HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS X IPA DENGAN X IPS MELALUI PENDEKATAN PROBLEM SOLVING
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Β
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
2. MODUL BELAJAR
KALKULUS LANJUT
Oleh
ARVINA FRIDA KARELA (12030090)
EKA DASA ENDANG A (12030091)
MULYUANA (12030094)
SINDI PADILAH (12030083)
SISKA APRILIA (12030079)
TIYA LIANA RIZKI (12030086)
WINDY MEILANI PUTRI (12030087)
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
3. MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2015
BARISAN DAN DERET
A. Barisan Tak Terhingga
Barisan dalam bahasa sederhana suatu barisan π1 , π2 , π3 , π4 ,... adalah
susunan bilangan yang terurut sesuai dengan urutan bilangan asli. Barisan
Tak terhingga adalah sebuah fungsi yang daerah asalnya adalah himpunan
bilangan asli. Suatu barisan π1 , π2 , π3 , π4 ,... dapat disajikan pula sebagai
{ π π } π=1
β
atau lebih singkat { π π }.
Contoh:
Barisan 1, 4, 7, 10, 13, ...
Dengan rumus eksplisit untuk suku ke-n , seperti pada
π π = 3π β 2, π β₯ 1
atau rumus rekursi
π π = π πβ1 + 3, π β₯ 2, π π = 1
Jadi, ketiga rumusan diatas melukiskan barisan yang sama.
Contoh:
1. π π = 1 β
1
π
, n β₯ 1 : 0,
1
2
,
2
3
,
3
4
,
4
5
, . . .
2. π π = 1 + (β1) π 1
π
, n β₯ 1 : 0,
3
2
,
2
3
,
5
4
,
4
5
,
7
6
,
6
7
, . . .
3. π π = (β1) π
+
1
π
, n β₯ 1 : 0,
3
2
,
β2
3
,
5
4
,
β4
5
,
7
6
,
β6
7
, . . .
4. π π = 0,999, n β₯ 1 : 0,999, 0,999, 0,999, 0,999, . . .
Kekonvergenan Nilai suku-suku pada { π π } dan { π π } semakin mendekati
1. Ini dapat dikatakan bahwa { π π } dan { π π } konvergen menuju 1,
sedangkan { π π } dan { π π } tidak demikian. Agar suatu barisan konvergen
4. menuju 1, syaratnya yang pertama ialah bahwa nilai-nilai barisan itu harus
mendekati 1. Tetapi tidak hanya harus mendekati satu ; nilai-nilai tersebut
harus tetap berdekatan, yang tidak dipenuhi oleh { π π }. Berdekatan artinya
semakin lama semakin dekat, yakni, dalam sebarang tingkat ketelitian yang
ditentukan, yang tidak dipenuhi oleh { π π }. Walaupun { π π } tidak
konvergen menuju 1, yang betul dapat ddikatakan bahwa barisan { π π }
konvergen menuju 0,999. Sedangkan barisan { π π } tidak konvergen sama
sekali sehingga { π π } dapat dikatakan divergen.
Definisi :
Barisan { π π } dinamakan konvergen menuju L atau berlimit L dapat di tulis
sebagai berikut :
lim
πββ
π π = πΏ
Apa bila untuk tiap bilangan positif π, ada bilangan positif N sehingga untuk
n β₯ π β | π π β πΏ| < π
suatu barisan yang tidak konvergen ke suatu bilangan L yang terhingga
dinamakan divergen.
Teorema
Andaikan { π π } dan { π π } barisan-barisan yang konvergen dan k sebuah
konstanta. Maka :
1. lim
πββ
π = π ;
2. lim
πββ
ππ π = π lim
πββ
π π ;
3. lim
πββ
( π π Β± π π ) = lim
πββ
π π Β± lim
πββ
π π ;
4. lim
πββ
( π π β π π ) = lim
πββ
π π β lim
πββ
π π ;
5. lim
πββ
π π
π π
=
lim
πββ
π π
lim
πββ
π π
asalkan lim
πββ
π π β 0.
Contoh 1 :
6. Latihan :
1. Buktikan bahwa barisan {
π
2π+1
} mempunyai limit
1
π§
2. Perhatikan apakah barisan {
4π2
2π2 + 1
} konvergen atau divergen?
B. Deret Tak Terhingga
Definisi Paradoks Zeno :
Zeno dari Elea mengatakan dalam suatu paradoks terkenal kira-kira 2400 th
yang lalu bahwa seorang pelari tak mungkin dapat mengakhiri suatu
pertandingan sebab ia harus berlari setengah jarak, kemudian stengah sisa
jarak, kemudian stengah jarak yang masih tersisa dan sterusnya, untuk
selamanya oleh karena waktu yang disediakan bagi pelari tersebut terhingga,
maka ia tk mungkin mencakup ruas-ruas jarak yang banyaknya tak terhingga.
Walaupun demikian kita meangetahui bahwa pelari dapat mengakhiri
pertandingan.
Perhatikan jarak pertandingan yang panjangnya 1 mil. Ruas jarak dalam
pikiran Zeno dengan ini panjangnya
1
2
mil,
1
4
mil,
1
8
mil dan seterusnya. Dalam
bahasa mtematika, mengakhiri pertandingan berarti kita harus menghitung
jumlahnya yang tampaknya tak mungkin.
1
2
+
1
4
+
1
8
+
1
16
+
1
32
+ β―
Definisi :
Perhatikan jumlah parsial sebagai berikut :
π 1 =
1
2
π π =
1
2
+
1
4
=
3
4
π π =
1
2
+
1
4
+
1
8
=
7
8
7. π π =
1
2
+
1
4
+
1
8
+ β¦+
1
2 π = 1 β
1
2 π
Jelas jumlah-jumlah parsial ini mendekati 1. Tepatnya
lim
πββ
π 1 = lim
πββ
(1 β
1
2 π ) = 1
Ini kita definisikan sebagai nilai jumlah tak terhingga itu.
Definisi :
Perhatiakn hal yang lebih umum
π1 + π2 + π3 + π4 + β¦
Kita singkat sebagai β π π
β
π=1 atau β π π dan bentuk tersebut dinamakan deret
tak terhingga (atau deret saja ). maka π π, yaitu jumlah parsial ke-n , adalah
π π = π1 + π2 + π3 + π4 + β¦ π π = β π π
β
π=1
C. Kekonvergenan Deret
Definisi :
Deret β π π
β
π=1 konvergen dan mempunyai jumlah S, apakah barisan jumla-
jumlah parsial { π π} konvergen menuju S. Apakah { π π} divergen, maka deret
divergen. Suatu deret yang divergen tidak memiliki jumlah.
Deret Geometri adalah suatu deret yang berbentuk
β ππ πβ1
β
π=1
= π + ππ + ππ2
+ β¦
Dengan π β 0 dinamakan deret geometri.
Teorema
Deret geometri konvergen dengan jumlah π = π (1 β π)β apabila | π| < 1.
Deret itu divergen apabila | π| β₯ 1.
8. Teorema ( uji kedidivergenan dengan suku ke-n)
Apabila β π π
β
π=1 konvergen, maka lim
πββ
π π = 0. Setara dengan pernyataan ini
ialah bahwa apabila lim
πββ
π π β 0 (atau apabila lim
πββ
π π tidak ada) maka derte
divergen.
Bukti :
Andaikan π π jumlah parsial ke-n dan π = lim
πββ
π π .
oleh karena π π = π π β π πβ1
π β π = 0
Contoh:
Buktikan bahwa β
π3
3π3 + 2π2
β
π=1 divergen
Penyelesaian:
lim
πββ
π π = lim
πββ
π3
3π3 + 2π2 =
1
3+ 2 πβ
=
1
3
Menurut teorema deret divergen
Sifat-sifat deret konvergen
Teorema (kelinearan)
Jika β π π
β
π=1 dan β π π
β
π=1 keduanya konvergen dan c sebuah konstanta,
maka β ππ π
β
π=1 dan β ( π π + π π)β
π=1 juga konvergen, selain itu.
1. β ππ π
β
π=1 = π β π π
β
π=1
2. β ( π π + π π)β
π=1 = β π π
β
π=1 + β π π
β
π=1
Contoh:
Hitunglah β [3 (
1
8
)
π
+ 5 (
1
3
)
π
]β
π=1
9. Penyelesaian:
Menurut teorema kita peroleh
β [3 (
1
8
)
π
+ 5(
1
3
)
π
]β
π=1 = 3 β (
1
8
)
π
β
π=1 +5β (
1
3
)
π
β
π=1
= 3
1
8
1β
1
8
β 5
1
3
1β
1
3
=
3
7
β
5
2
= β
29
14
Teorema : Jika β π π
β
π=1 divergen dan π β 0, maka β ππ π
β
π=1 divergen.
Teorema (pengelompokan)
Suku-suku sebuah deret yang konvergen dapat dikelompokan dengan cara
sebarang (asalkan urutan suku-suku tidak diubah)dan deret yang baru setiap
konvergen dan jumlahnya sama dengan jumlah deret semula.
Uji kekonvergenan deret (deret positif)
Teorema A (Uji Jumlah Terbatas)
Suatu deret β π π yang sukunya tak negatif, adalah konvergen, jika dan hanya
jika jumlah parsialnya terbatas diatas.
Contoh :
Buktikan bahwa deret
1
1!
+
1
2!
+
1
3!
+ β― konvergen!
Penyelesaian :
Kita akan membuktika bahwa jumla-jumlah parsial π π terbatas diatas,
perhatikan bahwa :
π! = 1 β 2 β 3 βββ π β₯ 1 β 2 β 2 βββ 2 = 2 πβ1
Dan sehingga 1 π! β€ 1 2 πβ1ββ jadi
π π =
1
1!
+
1
2!
+
1
3!
+ β― +
1
π!
β€ 1 +
1
2
+
1
4
+ β―+
1
2 π β1
10. Suku-suku yang terahir ini adalah deret geometri dengan π =
1
2
. Oleh karena
itu menurut teorema diperoleh :
π π β€
1β(
1
2
)
π
1β
1
2
= 2 [1 β (
1
2
)
π
] < 2
Jadi, menurut teorema Uji Jumlah Terbatas, deret ini konvergen.
Teorema B (Uji Integral)
Andaikan f suatu fungsi yang kontinyu, positif dan tidak naik pada
selang [1,β]. Andaikan π π = π( π)untuk semua k positif bulat. Maka deret
tak terhingga
β π π
β
π=1
Konvergen, jika dan hanya jika integral tak wajar
β« π( π₯) ππ₯
β
1
Konvergen.
Catatan: bilangan bulat 1 dapat diganti oleh setiap bilangan bulat positif M
yang lain menurut teorema tersebut.
Contoh :
Periksa apakah deret β
1
π ln π
β
π=2 bkonvergen atau divergen.
Penyelesaian:
Hipotesis pada uji integral diperoleh untuk π( π₯) = 1 (π₯ ln π₯)β pada selang
[2, β]
β«
1
π₯ ln π₯
β
2
ππ₯ = lim
π‘ββ
β«
1
π₯ ln π₯
π‘
2
π(ln π₯) = lim
π‘ββ
[ln ln π₯]2
π‘
= β
Jadi, β 1 ( πln π)β divergen
11. Teorema C (Uji Deret-p)
Deret : β
1
π π
β
π=1 = 1 +
1
2 π +
1
3 π +
1
4 π + β―
Dengan p sebuah konstanta berlaku :
1) Deret-p konvergen untuk π > 1
2) Deret-π divergen untuk π β€ 1
Teorema D (Uji Banding)
Andaikan untuk π β₯ π berlaku 0 β€ π π β€ π π
1) Jika β π π konvergen, maka β π π konvergen
2) Jika β π π divergen, maka β π π divergen
Contoh :
Apakah β
π
2 π (π+1)
konvergen atau divergen?
Penyelesaian:
Untuk n cukup besar suku ke-n mirip dengan (1 2β ) π
π
2 π ( π+1)
= (
1
2
)
π π
π+1
< (
1
2
)
π
Deret geometri β (
1
2
)
π
konvergen sebab pembandingannya adalah
1
2
. Jadi deret
yang diketahui juga konvergen.
Teorema E (uji Banding limit)
Andaikan π π β₯ 0, π π > 0, dan Lim
πββ
π π
π π
= πΏ
Apabila 0 < πΏ < β, maka β π π dan β π π bersama-sama akan konvergen atau
divergen. Apabila πΏ = 0 dan β π π konvergen, maka β π π konvergen.
Contoh :
Tentukan apakah β
3π β1
π3 β2π2 +11
β
π=1 konvergen atau divergen?
12. Penyelesaian :
Terlebih dahulu harus menentukan pembanding suku ke-n deret ini dengan
melihatnsuku-suku derajat tertinggi dalam pembilang dan penyebut suku
umum. Suku deret tersebut mirip dengan 3 π2β sehingga
Lim
πββ
π π
π π
= Lim
πββ
(3πβ2) ( π3
β2π2
+11)β
3 π2β
= Lim
πββ
3π3
β2π2
3π3 +6π2 +33
= 1
Jadi deret tersebut konvergen
Teorema F (Uji Hasil Bagi)
Andaikan β π π sebuah deret yang sukunya positifdan andaikan
Lim
πββ
π π+1
π π
= π
1) Jika π < 1 deret konvergen
2) Jika π > 1 deret divergen
3) Jika π = 1, pengujian ini tidak memberikan kepastian.
Contoh:
Apakah deret β
2 π
π!
β
π=1 konvergen atau divergen?
Penyelesaian :
π = Lim
πββ
π π+1
π π
= Lim
πββ
2 π+1
( π + 1)!
2 π
2 π
= Lim
πββ
2
π + 1
= 0
Menurut teorema hasil bagi deret itu konvergen.
13. GRAFIK PERMUKAAN DI R3
A. Parabola
Suatu parabola adalah himpunan (tempat kedudukan) titik, yang titik-titiknya
memenuhi syarat, bahwa jaraknya terhadap suatu titik tertentu sama dengan
jaraknya terhadap suatu garis tertentu. Dengan kata lain parabola adalah
tempat kedudukan titik-titik yang jaraknya sama terhadap suatu titik tertentu
dan garis tertentu. Titik-titik tertentu itu disebut titik api (fokus) dan garis
tertentu itu disebut direktriks. Perhatikan gambar berikut:
Y
A T1
L
(Gambar 1.1)
P
Q F
T2
L1 B
Pada gambar 1.1 menunjukkan sebuah parabola yang memiliki titik puncak di
sumbu X, yaitu titik P. Pada gambar tampak bahwa PQ = PF, F disebut titik
fokus, LL1 disebut lactus rectum, T1T2 disebut tali busur fokal, FB disebut
jari-jari fokal, dan I disebut direktriks (garis arah). Pada gambar tersebut
tampak juga jarak titik T1 ke A sama dengan jarak titik T1 ke F.
14. Persamaan Umum Parabola
1. Parabola yang terbuka ke kanan
Y
Q (-p,y)
P (x,y)
F (p,0)
O
x = -p
Pada gambar di atas tampak sebuah parabola yang terbuka ke kanan.
Perhatikan PF = PQ
Maka :
β( π β π₯)2 + (0 β π¦)2 = β(βπ β π₯)2 + ( π¦ β π¦)2
β( π β π₯)2 + π¦2 = β(βπ β π₯)2 + 0 β
β( π β π₯)2 + (0 β π¦)2 = β(βπ β π₯)2 + ( π¦ β π¦)2 β π2
β
2ππ₯ + π₯2
+ π¦2
= π2
+ 2ππ₯ + π₯2
β π¦2
= 4ππ₯
Pada persamaan yang didapat ini merupakan persamaan umum parabola
yang terbuka ke kanan yang memiliki puncak di (0,0), titik fokus (p,0),
dan sumbu direktriks : x = -p.
15. Dengan menggunakan translasi susunan sumbu dapat kita jabarkan
bahwa persamaan parabola yang berpuncak (πΌ, π½) dan sumbu simetrinya
sejajar sumbu X adalah:
(π¦ β π½)2
= 4π( π₯ β πΌ)
Sebuah parabola dengan puncaknya di ( πΌ, π½), fokus πΉ( πΌ + π, π½),
direktriksnya garis π₯ = πΌ β π yang membuka ke kanan, bila persamaan
parabolanya dalam system koordinat XβOβY, maka persamaannya
adalah: (π¦β²
)2
= 4ππ₯β².
Dengan mensubtitusikan persamaan π₯β²
= π₯ β πΌ dan π¦β² = π¦ β π½ ke
dalam persamaan (π¦β²)2
= 4ππ₯β²
, dapat dinyatakan persamaan parabola di
dalam system koordinat XOY, yakni:
(π¦ β π½)2
= 4π(π₯ β πΌ)
Contoh :
Tentukanlah persamaan parabola jika diketahui:
a) Puncak parabola (2,0) dan sumbu direktrisnya x = 1.
b) Puncak parabola (1,-2) dan latus rektumnya 4.
c) Koordinat fokusnya (11,4) dan sumbu direktrisnya x = 5.
Penyelesaian :
a) Puncak parabola (2,0) maka a = 2 dan b = 0
Sumbu direktrisnya x = 1, maka a β p = 1 atau a + p = 1
Karena a = 2 maka p = 1 atau p = -1.
Jadi persamaan parabolanya adalah:
π¦2
= 4( π₯ β 2) ππ‘ππ’ π¦2
= β4( π₯ β 2)
b) Puncak parabola (1,-2) maka a = 1 dan b = -2.
latus rectum = 4 maka 4π = 4. Persamaan parabolanya adalah:
( π₯ β 1)2
= 4( π¦ + 2) ππ‘ππ’ ( π¦ + 2)2
= 4( π₯ β 1)
c) Koordinat fokusnya (11,4) dan sumbu direktrisnya x = 5
Maka a β p = 5 koordinat fokus (a + p,b)
16. maka : b = 4 dan a + p = 11.
Dengan mengeliminasi a β p = 5 dan a + p = 11
didapat a = 8 dan p = 3
Jadi, persamaan parabolanya adalah:
(π¦ β 4)2
= 12( π₯ β 8)
Contoh-Contoh Soal :
1) Gambarlah grafik dari parabola π¦2
= 8π₯ !
Penyelesaian :
Koordinat puncaknya O (0,0)
4p = 8
p = 2
Titik F(2,0)
Persamaan direktriks g = x = -p = -2
Sumbu simetrinya y = 0
2) Gambarlah grafik dari parabola π¦2
β 2π¦ β 4π₯ β 9 = 0 !
Penyelesaian :
π¦2
β 2π¦ β 4π₯ β 9 = 0
π¦2
β 2π¦ + 1 β 1 = 4π₯ + 9
( π¦ β 1)2
= 4π₯ + 9 + 1
( π¦ β 1)2
= 4 (π₯ +
5
2
)
Puncak parabola : (β
5
2
,1)
Parameter : 4p = 4 β p = 1
Titik fokus : F(1 + (β
5
2
), 1) β πΉ = (β
3
2
, 1)
Persamaan direktriks g = x = a β p
= β
3
2
β 1 = β
5
2
Persamaan lotus rectumnya x = β
3
2
17. 3) Penampang dari reflektor lampu mobil tertentu dapat dimodelkan oleh
suatu persamaan 25π₯ = 16π¦2
, dengan x dan y dalam cm dan x
bilangan real dari 0 sampai 4. Gunakan informasi yang diberikan untuk
menggambarkan grafiknya dengan domain yang diberikan.
Penyelesaian :
Persamaan 25π₯ = 16π¦2
merupakan persamaan dari parabola
horizontal yang memiliki titik pusat di (0, 0). Selanjutnya kita tentukan
nilai p dari parabola tersebut.
25π₯ = 16π¦2
persamaan awal
π¦2
=
25
16
π₯ bagi kedua ruas dengan 16
π¦2
= 4 (
25
64
) π₯ dijadikan bentuk π¦2
= ππ₯
Sehingga kita peroleh p = 25/64 (p > 0), yang artinya grafik dari
parabola tersebut terbuka ke kanan. Selanjutnya kita tentukan dua titik
selain titik (0,0) yang dilalui oleh grafik parabola tersebut. Karena
domainnya memiliki batas kanan di 4, kita tentukan dua titik pada
parabola yang memiliki absis4.
25π₯ = 64π¦2
persamaan awal
25(4) = 64π¦2
subtitusi 4 ke x
π¦2
=
25(4)
64
bagi kedua ruas dengan 64
π¦ = Β±
5(2)
8
= Β±1,25 hasil
Diperoleh dua titik tersebut adalah
(4,1.25) dan (4,β1.25). Dengan
menggunakan tiga titik (0,0),
(4,1.25), dan (4,β1.25) kita dapat
menggambarkan grafik dari
parabola tersebut.
18. 4) Penampang dari reflektor suatu lampu senter dapat dimodelkan dengan
persamaan 4π₯ = π¦2
, dengan x dan y dalam cm dan x bilangan real dari
0 sampai 2,25. Gambarlah grafik dari penampang reflektor tersebut
dengan domain yang diberikan.
Penyelesaian :
Persamaan 4π₯ = π¦2
merupakan persamaan suatu parabola horizontal
yang berpusat di (0, 0). Dari persamaan tersebut kita ketahui p = 1 (p >
0), sehingga parabola tersebut terbuka ke kanan. Karena domainnya
adalah bilangan real mulai 0 sampai 2,25, selanjutnya kita tentukan dua
titik lain yang dilalui oleh parabola dan memiliki absis 2,25.
4π₯ = π¦2
persamaan awal
4(2,25) = π¦2
subtitusi 2,25 ke x
π¦ = Β±3 hasil
Sehingga dua titik lainnya yang dilalui oleh parabola tersebut adalah
(2,25, 3) dan (2,25, β3). Sehingga, grafik dari penampang reflektor
yang dimaksud dapat digambarkan sebagai berikut.
19. 2. Parabola yang Terbuka Ke Atas
Misal garis g sebagai garis tetap (garis direktriks) dan titik F sebagai titik
tetap (fokus) atau titik api. Jika F tidak terletak pada g, maka kita dapat
memilih sebuah sistem koordinat yang menghasilkan sebuah persamaan
yang sederhana untuk parabola dengan mengambil sumbu Y melalui F
dan tegak lurus garis g, dan dengan mengambil titik asalnya di titik
tengah antara F dan g.
Jika jarak titik F dan garis g adalah 2p, maka koordinat titik F (0,p).
dengan demikian persamaan garis g menjadi y = -p. Titik P (x,y) terletak
pada parabola jika dan hanya jika PF = PQ, dengan Q(x,-p) adalah kaki
garis tegak lurus dari P ke g.
Dari PF = PQ, maka:
βπ₯2 + ( π¦ β π)2 = β( π¦ + π)2
β π₯2
+ ( π¦ β π)2
= ( π¦ + π)2
β π₯2
+ π¦2
β 2ππ¦ + π2
= π¦2
+ 2ππ¦ + π2
β π₯2
= 4ππ¦
Jadi, persamaan parabola dengan titik puncak di (0,0) dan fokus di F(0,P)
didefinisikan dengan persamaan: π₯2
= 4ππ¦
20. Sebuah parabola dengan puncaknya di (a,b) yang membuka ke atas, bila
persamaan parabolanya dalam sistem koordinat XβOβYβ, maka
persamaannya adalah:
( π₯β²)2
= 4ππ¦β²
Dengan mensubtitusikan persamaan π₯β²
= π₯ β π πππ π¦β²
= π¦ β π ke
dalam sistem persamaan (π₯β²)2
= 4ππ¦β², dapat dinyatakan persamaan
parabola di dalam sistem koordinat XOY, yakni:
(π₯ β π)2
= 4π(π¦ β π)
Contoh-contoh Soal:
1) Gambarlah grafik dari parabola 4x2 β 25y = 0 !
Penyelesaian :
4π₯2
β 25π¦ = 0
4π₯2
= 25π¦
π₯2
=
25
4
π¦
Koordinat puncaknya (0,0)
4π =
25
4
β π =
25
16
Titik πΉ = (0,
25
16
)
Persamaan direktris π¦ = β
25
16
Sketsa Grafik :
21. 2) Gambarlah grafik dari parabola π₯2
β 2π₯ β 9 = 4π¦ !
Penyelesaian :
π₯2
β 2π₯ β 9 = 4π¦
π₯2
β 2π₯ + 1 β 1 = 4π¦ + 9
( π₯ β 1)2
= 4π¦ + 9 + 1
( π₯ β 1)2
= 4 (π¦ +
5
2
)
Puncak Parabola (1, β
5
2
)
Parameter : 4π = 4 β π = 1
Titik Fokus πΉ (1, 1 + (β
5
2
)) β πΉ (1,β
3
2
)
Persamaan direktriks g = y = b β p = β
3
2
β 1 = β
5
2
Persamaan lotus rectumnya π¦ = β
3
2
3) Gambar di bawah menunjukkan penampang dari piringan antena
radio. Seorang teknisi telah menempatkan suatu titik pada
penampang antena yang terletak 0,75 meter di atas dan 6 meter di
kanan dari titik pusatnya. Pada koordinat mana seharusnya teknisi
tersebut menempatkan fokus antena tersebut?
22. Penyelesaian :
Berdasarkan gambar di atas, kita tahu bahwa parabola di atas
merupakan suatu parabola vertikal dengan titik pusat (0, 0). Hal ini
berarti bahwa persamaan dari parabola tersebut haruslah berbentuk
xΒ² = 4py. Karena titik (6, 0,75) terletak pada grafik, maka kita dapat
mensubstitusi titik tersebut ke dalam persamaan dan menyelesaikan
nilai p:
π₯2
= 4ππ¦ Persamaan parabola vertikal, titik pusat (0,0)
62
= 4π(0,75) subtitusi 6 ke x dan 0,75 ke y
36 = 3π sederhanakan
π = 12 hasil
Karena diperoleh p = 12, maka fokus dari parabola tersebut terletak
di koordinat (0, 12). Atau dengan kata lain, fokus dari parabola
tersebut seharusnya ditempatkan 12 meter di atas titik pusatnya.
4) Salah satu bentuk teknologi yang menggunakan piringan parabolis
adalah panel surya. Pada umumnya, sinar matahari yang datang ke
panel tersebut dipantulkan ke fokusnya, dan menghasilkan suhu yang
sangat tinggi. Misalkan suatu panel surya memiliki diameter 10
meter dan penampangnya dapat dimodelkan dengan persamaan xΒ² =
50y. Berapakah kedalaman dari panel surya tersebut? Di manakah
lokasi dari fokusnya?
23. Penyelesaian :
Persamaan xΒ² = 50y merupakan persamaan suatu parabola vertikal
dengan titik pusat (0, 0). Dari persamaan tersebut, kita peroleh p =
50/4 = 12,5 (p > 0). Sehingga grafik dari persamaan tersebut berupa
parabola yang terbuka ke atas. Selain itu, kita juga peroleh bahwa
koordinat titik fokusnya adalah (0, 50/4), atau dengan kata lain,
fokusnya terletak 50/4 meter di atas titik pusatnya. Untuk
menentukan kedalaman dari panel surya tersebut, kita selesaikan y
untuk x = 10/2 = 5 (diameter dibagi dua).
π₯2
= 50π¦ persamaan awal
52
= 50π¦ subtitusi 5 ke x
π¦ =
25
50
=
1
2
bagi kedua ruas dengan 50; hasil
Sehingga kedalaman dari panel surya tersebut adalah 0,5 meter.
Panel surya parabolis tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
5) Reflektor dari suatu lampu sorot yang berupa piringan parabolis
memiliki diameter 120 cm. Berapakah kedalaman dari reflektor
tersebut jika penempatan bola lampu yang tepat adalah 11,25 cm di
atas titik pusatnya (titik terendah dari piringan)? Tentukan
persamaan yang digunakan oleh teknisi dalam membuat piringan
reflektor tersebut!
24. Penyelesaian :
Lokasi yang tepat dari bola lampu merupakan lokasi dari fokus
parabola. Sehingga lokasi fokusnya 11,25 di atas titik pusat. Jika kita
anggap penampang dari reflektor tersebut berupa parabola vertikal
dengan titik pusat (0, 0) yang terbuka ke atas, maka koordinat titik
fokusnya adalah (0, 11,25). Artinya, kita peroleh p = 11,25.
Sehingga, persamaan dari parabola yang dimaksud adalah xΒ² = 4 β
11,25y atau ekuivalen dengan xΒ² = 45y. Karena diameter
reflektornyanya 120 cm, kedalaman dari reflektor tersebut dapat
ditentukan dengan menyelesaikan nilai y untuk x sama dengan jari-
jari, yaitu x = 120/2 = 60.
π₯2
= 45π¦ persamaan parabola
602
= 45π¦ subtitusi 60 ke x
π¦ =
3600
45
= 80 bagi kedua ruas dengan 45; hasil
Jadi, kedalaman dari reflektor lampu sorot tersebut adalah 80 cm.
Grafik dari pemodelan reflektor tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut.
25. 3. Parabola yang Terbuka Ke Kiri
Jika jarak titik F dan garis g adalah 2p, maka koordinat titik F(-p,0).
Dengan demikian persamaan garis g menjadi x = p. Titik P(x,y) terletak
pada parabola jika dan hanya jika PF = PQ, dengan Q(p,y)
Y
π¦2
= β4ππ₯ Direktriks π₯ = π
P(x.y) Q(p,y)
F(-p,0) 0 X
π
Dari PF = PQ, maka:
β(βπ β π₯)2 + (0 β π¦)2 = β( π β π₯)2 + ( π¦ β π¦)2
β(βπ β π₯)2 + π¦2 = β( π β π₯)2 + 0
β (βπ β π₯)2
+ π¦2
= ( π β π₯)2
β π2
+ 2ππ₯ + π₯2
+ π¦2
= π2
β 2ππ₯ + π₯2
β π¦2
= β4ππ₯
Jadi, persamaan parabola dengan titik puncak di (0,0) dan fokus di F(-
p,0) didefinisikan dengan persamaan:
π¦2
= β4ππ₯
Sebuah parabola dengan puncaknya di (a,b), fokus F(a-p, b), dan
persamaan direktriksnya x = a + p yang membuka ke kiri, bila
persamaaan parabolanya dalam sistem koordinat XβOβYβ, maka
persamaannya adalah:
(π¦β²)2
= β4ππ₯β²
26. Dengan mensubtitusikan persamaan π₯β²
= π₯ β π πππ π¦β²
= π¦ β π ke
dalam persamaan (π¦β²
)2
= β4ππ₯β², dapat dinyatakan persamaan parabola
di dalam sistem koordinat XOY, yakni:
(π¦ β π)2
= β4π(π₯ β π)
4. Parabola yang Terbuka Ke Bawah
Jika jarak titik F dan garis g adalah 2p, maka koordinat titik F(0,-p).
Dengan demikian persamaan garis g menjadi y = p. Titik P(x,y) terletak
pada parabola jika dan hanya jika PF = PQ, dengan Q(x,p)..
Dari PF = PQ, maka:
β π₯2 + ( π¦ + π)2 = β( π¦ β π)2
β π₯2
+ (π¦ + π)2
= (π¦ β π)2
β π₯2
= β4ππ¦
Jadi, persamaan parabola dengan titik puncak di (0,0) dan fokus di F(0,-
p) didefinisikan dengan persamaan:
π₯2
= β4ππ¦
Sebuah parabola dengan puncaknya di (a,b), fokus F(a, p-b), dan garis
direktriksnya y = b + p yang membuka ke bawah, bila persamaaan
parabolanya dalam sistem koordinat XβOβYβ, maka persamaannya
adalah:
(π₯β²)2
= β4ππ¦β²
Dengan mensubtitusikan persamaan π₯β²
= π₯ β π πππ π¦β²
= π¦ β π ke
dalam persamaan (π₯β²
)2
= 4ππ¦β², dapat dinyatakan persamaan parabola di
dalam sistem koordinat XOY, yakni :
(π₯ β π)2
= β4π(π¦ β π)
27. Contoh-contoh Soal :
1) Tentukan titik puncak, fokus, dan direktris dari parabola yang
didefinisikan oleh persamaan xΒ² = β12y. Kemudian gambarkan
grafiknya, disertai dengan fokus dan direktrisnya.
Penyelesaian :
Karena hanya suku-x yang dikuadratkan dan tidak ada pergeseran
yang diterapkan, maka parabola tersebut merupakan parabola
vertikal dengan titik puncak di (0, 0). Dengan membandingkan
persamaan yang diberikan dengan persamaan umum parabola bentuk
fokus-direktriks kita dapat menentukan nilai p:
4π = β12
π =
β12
4
= β3
Karena p = β3 (p < 0),
maka parabola tersebut
terbuka ke bawah, dengan
titik fokus di (0, β3) dan
direktriksnya y = 3. Untuk
menggambar grafiknya, kita perlu beberapa titik tambahan yang
dilalui oleh parabola tersebut. Karena 36 = 6Β² dapat dibagi oleh 12,
maka kita dapat mensubstitusikan x = 6 dan x = β6, dan
menghasilkan titik-titik (6, β3) dan (β6, β3). Sehingga grafik dari
parabola tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Dari grafik di atas, kita dapat mengetahui bahwa garis x = 0
merupakan sumbu simetri dari grafik parabola yang diberikan.
2) Tentukan titik puncak, fokus, dan direktriks dari persamaan parabola
yang diberikan, kemudian gambarkan grafiknya, disertai dengan
fokus dan direktriksnya: xΒ² β 6x + 12y β 15 = 0.
28. Penyelesaian :
Karena hanya suku-x yang dikuadratkan, maka grafik dari
persamaan tersebut berbentuk parabola vertikal. Untuk menentukan
kecekungan, titik puncak, fokus, dan direktriks, kita terlebih dulu
melengkapkan kuadrat dalam x dan membandingkannya dengan
persamaan bentuk fokus-direktriks dengan pergeseran.
π₯2
β 6π₯ β 15 = 0 persamaan yang diberikan
π₯2
β 6π₯ = β12π¦ + 15 memisah suku x
π₯2
β 6π₯ + 9 = β12π¦ + 24 tambahkan dengan 9
( π₯ β 3)2
= β12(π¦ β 2) faktorkan
Dari persamaan yang
dihasilkan, kita dapat melihat
bahwa grafiknya merupakan
suatu parabola yang digeser
ke kanan sejauh 3 satuan dan
ke atas sejauh 2 satuan. Oleh
karena itu, semua unsur dari
parabola tersebut juga akan
bergeser. Karena kita
mendapatkan 4p = β12, maka p = β3 (p < 0) dan parabola tersebut
terbuka ke bawah. Jika parabola tersebut berada pada posisi biasa,
maka titik puncaknya akan di (0, 0), fokusnya di (0, β3), dan
direktriksnya y = 3. Karena parabola tersebut bergeser ke kanan
sejauh 3 satuan dan ke atas sejauh 2 satuan, maka kita harus
menambahkan nilai x dengan 3 dan nilai y dengan 2 dari semua
unsur parabola tersebut. Sehingga titik puncaknya akan berada di (0
+ 3, 0 + 2) = (3, 2), fokusnya pada (0 + 3, β3 + 2) = (3, β1), dan
direktriksnya adalah y = 3 + 2 = 5. Dan akhirnya, jarak horizontal
antara fokus dan grafik adalah |2p| = 6 satuan (karena |4p| = 12),
sehingga memberikan titik-titik tambahan yang dilalui grafik, yaitu
(β3, β1) dan (9, β1).
29. B. Elips
Elips dan Hiperbola letaknya simetris terhadap pusatnya sehingga disebut
konik terpusat.
Jika syarat | PF | = e | PL | kita ambil terlebih dahulu P=A dan kemudian Pβ=A
dipilih berturut-turut :
a-c = e ( k-a ) = ek β ea
a=c = e ( k+a ) = ek + ea
Sehingga diperoleh c = ea dan k =
π
π
andaikan p (x,y) sebuah titik pada
elips. Maka L (
π
π
, y ) adalah proyeksi pada garis arah.
Maka syarat | PF | = e | PL | menjadi β( π₯ β π π )2 + π¦2 = e β( π₯ β
π
π
)2
Bukti :
| PF | = e | PL |
ο· P = A (a,o) , F ( c,o ) , L ( k,o )
β( π β π )2 + ( π, π )2 = e β( π β π )2 + ( π, π )2
(π β π ) = e ( a-k ) . . . . . . 1
ο· P = Aβ (-a,o) , F ( c,o ) , L ( k,o )
β( π β π )2 + ( π, π )2 = e β( βπ β π)2 + ( π, π )2
(βπ β π ) = e (βπ β π ) . . . . . . 2
30. Eleminasi Pers 1 dan 2
a β c = e k β e a
-a β c = -e k β e k +
-2 c = -2 e a
Subtitusi c = ea
a β e a = e k β e a
a = e k
| PF | = e | PL |
β( π₯ β π )2 + (π¦, π )2 = e β( π₯ β π )2 + ( π¦, π¦ )2
Subtitusi c = ea dan k =
π
π
ke Persamaan, maka :
β( π₯ β ππ )2 + (π¦, π )2 = e β( π₯ β
π
π
)2 + ( π¦, π¦ )2
( π₯ β ππ )2
+ π¦2
= π2
( π₯ β
π
π
)2
x2 β 2eax + ea2 + y2 = π2
π₯ β
2ππ₯
π
+
π2
π2
x2 (1 β e2) + a2 (e2 β 1) + y2 = 0 :
1
π2 (1β π2 )
π₯2
π2 - 1 +
π¦2
π2 (1β π2)
= 0
π₯2
π2 +
π¦2
π2(1β π2 )
= 1
Untuk Elips 0 < e < 1, sehingga 1 β e2 > 0 untuk menyederhanakan kita
namakan
b = a β1β π2
Persamaan tersebut menjadi :
π₯2
π2 +
π¦2
π2 = 1 a > b sumbu panjang di sumbu x
A < b sumbu panjang di sumbu y
c = ea
π
π
= π
31. Yang disebut pers baku elips
Elips 0 < e < 1
Elips mendatar :
π₯2
π2 +
π¦2
π2 = 1, a > b
Elips Tegak :
π₯2
π2 +
π¦2
π2 = 1, a < b
Contoh :
1. Gambar grafik persamaan
π₯2
36
+
π¦2
4
= 1, dan tentukan fokus serta
keeksentrisannya!
Penyelesaian :
a = Β± 6 A (6,0) ^ Aβ (-6, 0)
b = Β± 2 B (0,2) ^ Bβ (0,-2)
c = Β± βπ2 β π2 * karena a > b maka sumbu panjang di sumbu x
= Β± β36β 4
= Β± β30
= Β± 4β2 f1 (4β2 , 0) ^ f2 (β4β2 , 0)
e =
π
π
=
4β2
6
=
2
3
4β2
k =
π
π
=
6
2
3
β2
=
9β2
2
= 6,36
y
x
B (0, b)
Aβ(-a,0) fβ(-C,0) f(C,0) A(a,0)
Bβ (0, -b)
32. 2. Buatlah sketsa grafik persamaan
π₯2
16
+
π¦2
25
= 1, Tentukan fokus serta
keesentrasinya
Penyelesaian :
a = Β± 4 A (4,0) ^ Aβ (-4, 0)
b = Β± 5 B (0,5) ^ Bβ (0,-5)
c = Β± βπ2 β π2 * karena a > b maka sumbu panjang di sumbu y
= Β± β25β 16
= Β± β9
= Β± 3 f1 (0 , 3) ^ f2 (0 , -3)
e =
π
π
=
3
5
k =
π
π
=
5
3
5
=
25
3
= 8,12
B (0, 2)
6
Aβ(-6,0) fβ(-C,0)
f(C,0) A(6,0)
Bβ (0, -2)
F
π₯
9
2
β2π₯
β9
2
β2
B (0, 5)
Bβ (0, -5)
Aβ(-4,0) A(4,0)a
c
b
F1
π¦
25
3
π¦
β25
3
33. C. Hiperbola
Untuk hiperbol, e > 1 sehingga diperoleh e2 β 1 > 0 Apabila b = a βπ2 β 1
maka persamaan
π₯2
π2 +
π¦2
(1β π2 ) π2 = 1, akan terbentuk
Hiperbol mendatar :
π₯2
π2 +
π¦2
π2 = 1
Persamaan baku hiperbola mendatar π2
= π2( π2
β 1 )
βπ2
= π2(1 β π2 )
Hiperbola mendatar maka c = ae ο disumbu x hiperbola tegak maka :
c2 = a2 + b2
Persamaan baku hiperbola tegak :
β
π₯2
π2 +
π¦2
π2 = 1 e =
π
π
ο Panjang titik puncak pada sumbu utama
Sumbu utama di y
Contoh :
1. Gambarlah Grafik
π₯2
9
+
π¦2
16
= 1. Tentukan persamaan dan letak
fokusnya!
Penyelesaian :
a = Β± 3 β π΄ (3,0) ^ Aβ (-3,0)
X = k
F2 A1
B1
B
L P
F1
c
b
a
C2 = a2 + b2
B = Panjang Sumbu Asimtot
C = Sisi Miring
a = Panjang sumbu A
A = Titik Puncak
34. b = Β± 4 β B (0,4) ^ Bβ (0,-4)
c = Β±βπ2 + π2 Karena a < b maka sumbu panjang di sumbu y
= Β±β16+ 9
= Β± 5 β F1 (5,0) ^ F2 (-5,0)
e =
π
π
=
5
3
k =
π
π
=
3
5
3β
=
9
5
= 1,8
2. Gambrlah grafik
β π₯2
4
+
π¦2
9
= 1, dan tentukan fokus hiperbola!
Penyelsaian :
a = Β± 2 β π΄ (2,0) ^ Aβ (-2,0)
b = Β± 3 β B (0,3) ^ Bβ (0,-3)
c = Β±β4 + 9
= Β±β13
= Β±3,6 β F1 (0,β13 ) ^ F2 (0,-β13 )
e =
π
π
=
β13
3
=
1
3
β13
k =
π
π
=
3
1
3
β13
=
9
13
β13 = 2,49 β13 = 3,6
β13 = 3,6
B (0, 4)
Bβ (0, -4)
F2 (-5,0)
Aβ (-3,0)
a
c
b
A (3,0)
F1 (5,0)
π₯ =
π¦
5π₯ =
βπ¦
5
x
π¦ =
9
13
β13
π¦ = β
9
13
β13
F2
Bβ
B
F1
Aβ A
35. PERMUKAAN DALAM RUANG BERDIMENSI-TIGA
A. Koordinat Cartesius di R3
Contoh:
1. Gambarkanlah grafik dari 3π₯ + 4π¦ + 2π§ = 12.
Penyelesaian:
Perpotongan sumbu π₯ β π¦ = 0, π§ = 0
3π₯ + 4.0 + 2.0 = 12
3π₯ = 12
π₯ = 4 sehingga didapat titik π΄(4,0,0)
Perpotongan sumbu π¦ β π₯ = 0, π§ = 0
3.0 + 4π¦ + 2.0 = 12
4π¦ = 12
π₯ = 3 didapat titik π΄(0,3,0)
Perpotongan sumbu π₯ β π¦ = 0, π§ = 0
3.0 + 4.0 + 2π§ = 12
2π§ = 12
π₯ = 6 didapat titik π΄(0,0,6)
36. B. Fungsi dua Peubah
Fungsi dua peubah dinotasikan dengan π(π₯, π¦) dengan himpunan daerah asal
(π·) adalah pasangan terurut bilangan real (π₯, π¦) atau { π(π₯, π¦)|(π₯, π¦) β π·}.
Contoh :
Dalam bidang x,y buatlah grafik daerah asal untuk
π( π₯, π¦) =
βπ¦ β π₯2
π₯2 + ( π¦ β 1)2
Penyelesaian :
Agar π( π₯, π¦) mempunyai nilai maka syarat untuk daerah asal yaitu:
1) π¦ β π₯2
β₯ 0
2) π₯2
+ (π¦ β 1) β 0
(π₯, π¦) β 0(0,1) β 0
Gambar :
C. Turunan Fungsi dua Peubah
Untuk fungsi satu peubah yaitu:
πβ²( π₯) = lim
βπ₯β0
π( π₯ + βπ₯) β π( π₯)
βπ₯
πβ²( π₯0, π¦0) = lim
βπ₯β0
π( π₯0 + βπ₯) β π(π₯0)
βπ₯
Sedangkan untuk dua peubah f(x,y) :
Definisi:
ππ₯( π₯, π¦) = lim
βπ₯β0
π( π₯ + βπ₯, π¦) β π(π₯, π¦)
βπ₯
ππ₯ ( π₯0, π¦0) = lim
βπ₯β0
π( π₯0 + βπ₯ + π¦0) β π(π₯0, π¦0)
βπ₯
ππ¦ ( π₯0, π¦0) = lim
βπ¦β0
π( π₯0, π¦0 + βπ¦) β π(π₯0, π¦0)
βπ¦
38. TURUNAN BERARAH
Perhatikan lagi fungsi dua peubah π(π₯, π¦). Turunan parsial ππ₯(π₯, π¦) dan ππ¦(π₯, π¦)
mengukur laju perubahan (dan tanjakan (kemiringan) garis singgung) pada arah
sejajar sumbu π₯ dan π¦. Sasaran kita sekarang adalah mempelajari laju perubahan
π pada sembarang arah. Ini menuju konsep turunan berarah, yang kemudian
dihubungkan dengan gradien.
Akan sangat menguntungkan untuk menggunakan cara penulisan vektor.
Andaikan π = (π₯, π¦) dan π dan π adalah vektor-vektor satuan pada arah π₯ dan π¦
positif. maka dua turunan berarah di p dapat ditulis sebagai berikut
ππ₯( π) = lim
ββ0
π( π + βπ) β π(π)
β
ππ¦( π) = lim
ββ0
π( π + βπ) β π(π)
β
Untuk memperoleh konsep yang kita tuju, yang kita kerjakan hanyalah
menggantikan π dan π dengan suatu vektor satuan sebarang u.
Definisi :
Untuk setiap vektor satuan u, andaikan
π· π’ π( π)β lim
ββ0
π( π + βπ) β π(π)
β
Limit ini, jika ia ada, disebut turunan berarah f di p pada arah u.
Jadi, π·π π( π) = ππ₯(π) dan π·π π( π) = ππ¦(π). Karena π = (π₯, π¦), kita gunakan juga
cara penulisan π· π’ π(π₯, π¦).
39. Teorema A
Andaikan π mempunyai turunan parsial kontinu di sekitar p. Maka π mempunyai
turunan berarah di p pada arah vektor satuan π’ = π’1 π + π’2 π dan
π· π’ π( π) = π’ β βπ(π)
yakni,
π· π’ π( π₯, π¦) = π’1 ππ₯( π₯, π¦) + π’2 ππ¦(π₯, π¦)
Bukti :
Akan dibuktikan bahwa f terdeferensialkan dan karena itu
π( π + βπ) β π( π) = βπ β βπ( π)+ |βπ| π(βπ)
dengan π(βπ) β 0 pada β β 0. Jadi,
π( π + βπ) β π(π)
β
= π. βπ(π)Β± π(βπ)
Kesimpulan itu diperoleh dengan mengambil limit pada β β 0.
Contoh :
1. Jika π( π₯, π¦) = 4π₯2
β π₯π¦ + 3π¦2
, tentukan turunan berarah f di (2, -1) pada
arah vektor π = 4π + 3π.
Penyelesaian:
Vektor satuan u pada arah a adalah (
4
5
) π + (
3
5
) π. Juga, ππ₯( π₯, π¦) = 8π₯ β π¦
dan ππ¦( π₯, π¦) = βπ₯ + 6π¦; jadi, ππ₯(2,β1) = 17 dan ππ¦(2,β1) = β8.
Akibatnya, menurut Teorema A
π· π’ π (1,2,
π
2
) =
1
3
(2) +
2
3
(1) +
2
3
(0) =
4
3
40. Walaupun kita tidak akan meneruskan dengan terperinci,kita nyatakan bahwa
apa yang telah kita kerjakan adalah benar untuk fungsi tiga peubah atau lebih,
dengan peubah-han tertentu.
2. Cari turunan berarah dari fungsi π( π₯, π¦, π§) = π₯π¦ sin π§ di titik (1,2,
π
2
) pada
arah vektor π = π + 2π + 2π.
Penyelesaian:
Vektor satuan u pada arah a adalah
1
3
π +
2
3
π +
2
3
π. Juga ππ₯( π₯, π¦, π§) = π¦ sin π§,
ππ¦( π₯, π¦, π§) = π₯ sin π§ dan ππ§( π₯, π¦, π§) = π₯π¦cos π§, sehingga ππ₯ (1,2,
π
2
) = 2,
ππ¦ (1,2,
π
2
) = 1 dan ππ§ (1,2,
π
2
) = 0. Kita simpulkan bahwa
π· π’ π (1,2,
π
2
) =
1
3
(2) +
2
3
(1) +
2
3
(0) =
4
3
41. ATURAN RANTAI
π( π₯) = (π₯2
+ 1)3
π`( π₯) = 3(π₯2
+ 1)2
.2π₯
= 6π₯(π₯ 2
+ 1)2
Jika π¦ = π(π₯(π‘)) dengan π dan π₯ merupakan fungsi yang dapat di diferensialkan
maka:
ππ¦
ππ‘
=
ππ¦
ππ₯
Γ
ππ₯
ππ‘
Contoh:
jika π¦ = 2π₯ + 1 dengan π₯ = π‘2
carilah
ππ¦
ππ‘
?
Penyelesaian:
ππ¦
ππ₯
= 2
ππ¦
ππ‘
= 2.2π‘ = 4π‘
ππ₯
ππ‘
= 2π‘
A. Fungsi dua Peubah
π§ = π( π₯, π¦) dimana π₯ dan π¦ adalah fungsi dalam π‘
Teorema 1
andaikan π₯ = π₯( π‘) πππ π¦ = π¦( π‘) dapat di diferensialkan di t dan andaikan
π§ = π( π₯, π¦) dapat didiferensialkan di (π₯( π‘), π¦( π‘) maka:
π§ = π(π₯( π‘)) dapat didiferensialkan di t dan
ππ§
ππ‘
=
ππ§
ππ₯
Γ
ππ₯
ππ‘
+
ππ§
ππ¦
Γ
ππ¦
ππ‘
50. π0 merupakan titik stasioner jika π0 titik dalam dari π dimana π dapat
didiferensialkan dan β π( π0) = 0
(
ππ₯( π0) = 0
ππ¦( π0) = 0
)
3) Titik-titik singular
π0 disebut titik singular jika π0 titik dalam dari π dimana π tidak dapat
didiferensialkan.
Teorema titik kritis
Andaikan π didiferensialkan pada suatu himpuna π yang mengandung π. Jika
π( π0) adalah suatu nilai ekstrem, maka π0 haruslah berupa suatu titik kritis, yaitu
π0 berupa salah satu dari :
1) Titik batas dari π,
2) Titik stsioner dari π, atau
3) Titik singular dari π.
Teorema Uji Parsial kedua
Andaikan π( π₯, π¦) mempunyai turunan parsial kontinu disuatu lingkungan dari π0
dan bahwa βπ( π0) = 0 ambil π· = π·( π0) = ππ₯π₯( π0)β ππ¦π¦( π0)β ππ₯π¦
2 ( π0), maka :
1) Jika π· > 0 dan ππ₯π₯( π0) < 0, maka π( π0) merupakan maksimum lokal.
2) Jika π· > 0 dan ππ₯π₯( π0) > 0, maka π( π0) merupakan minimum lokal.
3) Jika π· < 0, maka π( π0) bukan merupakan nilai ekstrem dan π0 disebut
titik pelana.
Contoh :
Tentukan ekstrem, π( π₯, π¦) = 3π₯3
+ π¦2
β 9π₯ + 4π¦
Penyelesaian :
βπ( π0) = 0
ππ₯ ( π₯, π¦) = 9π₯2
β 9 = 0 β π₯ = Β±1
52. Metode Lagrange
Metode lagrange digunakan untuk memaksimumkan atau meminimumkan π( π₯, π¦)
terhadap kendala π( π₯, π¦)
Teorema 1
Untuk memaksimumkan atau meminimumkan π(π) terhadap kendala π( π) = 0
dengan cara menyelesaikan sistem dimana βπ( π) = π βπ( π) dan π( π) = 0
ο· Tiap titik π merupkan suatu titik kritis untuk masalah nilai ekstrem
terkendala
ο· π Merupakan pengali lagrange
ο· βπ( π) = ππ₯ ( π) π + ππ¦ ( π) π
βπ( π) = ππ₯ ( π) π + ππ¦ ( π) π
Contoh :
Berapa luas daerah yang terbesar yang dimiliki oleh suatu persegi panjang jika
panjang panjang diagonalnya 2?
Penyelesaian :
Sehingga dari gambar diperoleh :
π( π₯, π¦) = π₯π¦
π( π₯, π¦) = π₯2
+ π¦2
β 4
βπ( π₯, π¦) = ππ₯( π₯, π¦) π + ππ¦( π₯, π¦) π
ο· ππ₯ ( π₯, π¦) = π¦ ππ¦( π₯, π¦) = π₯
ο· ππ¦( π₯, π¦) = 2π₯ ππ¦( π₯, π¦) = 2π¦
53. βπ( π₯, π¦) = π¦π + π₯π
βπ( π₯, π¦) = 2π₯π + 2π¦π
π¦ = π .2x β¦β¦β¦(i)
π₯ = π .2π¦ β¦β¦β¦(ii)
π₯2
+ π¦2
β 4 = 0 β¦β¦.(iii)
Dari (i) dan (ii) :
π¦ = π .2x (dikali π₯π¦) maka : π¦2
= π 2π₯π¦β¦β¦β¦(iv)
π₯ = π .2π¦ (dikali π₯π¦) maka :π₯2
= π 2π₯π¦β¦β¦β¦.(v)
Dari (iv) dan (v) diketahui bahwa π¦2
= π₯2
β¦β¦β¦.(vi)
Dari (vi) dan (iii) diperoleh :
π₯2
+ π₯2
β 4 = 0
2π₯2
= 4
π₯2
= 2
π₯ = Β±β2
Selanjutnya
π₯2
+ π₯2
β 4 = 0
2π¦2
= 4
π¦2
= 2
π¦ = Β±β2
Sehingga diperoleh π0 = (β2,β2) dan π(β2,β2) = β2 .β2 = 2
Jadi luas maksimumnya adalah 2, panjang β2 , dan lebar β2