3. Sel melakukan adaptasi terhadap stressor dari luar dengan
melakukan respon:
Hyprtrophy
Hyperplasia
Atrophy
Metaplasia
Jika usaha adaptasi tersebut tidak berhasil maka dapat
menyebabkan kerusakan sel
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
3
4. Sel yang kerusakannya reversible → dapat berfungsi Kembali berfungsi seperti
sedia kala
Sel yang kerusakannya irreversible → sel akan mengalami kematian sel
Kematian sel disebabkan oleh → ischemia, infeksi, toksi, reaksi imun
Kematian sel merupakan salah satu prose normal terjadi pada fase
embryogenesis, perkembangan organ dan pengaturan homeostasis
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
4
6. Pembesaran sel → mengakibatkan pembesaran organ → akibat peningkatan
jumlah struktur protein dan organel sel → tidak ada sel baru
Terjadi secara fisiologis, patologis, atau karena stimulus dari peningkaan
hormone tertentu
Contoh pembesaran uterus karena stimulus dari estrogen sehingga terjadi
hiperplasi dan hipertropi
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
6
7. Proses adaptasi dengan melakukan replikasi sel, sehingga penambahan jumlah
sel membuat organ membesar
Terjadi secara fisiologis dan patologis (ex cancer)
Hiperplasia secara fisiologis dibagi menjadi 2:
Hormonal hyperplasia (ex: selama masa kehamilan dan pubertas)
Compensatory hyperplasia (ex: kematian jaringan hati)
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
7
8. Pengecilan ukuran sel → berkurangnya ukuran organ → fungsi sel menurun tapi
bukan kematian sel
Penyebab karena kekurangan suplai darah, kekurangan nutrisi, kehilangan
stimulasi endokrin, dan aging
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
8
9. Perubahan reversible dari fenotip sel yang digantikan oleh sel lain akibat iritasi
kronis seperti genetic reprogramming
Pada kondisi ini sel yang mengalami adaptasi digantikan oleh tipe sel lain yang
lebih bisa menghadapi stressor
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
9
10. Pada stadium kerusakan sel (kerusakan ringan) → kerusakan fungsi dan
morfologi dapat kembali normal jika penyebab dari kerusakan dihilangkan →
meski terjadi kerusakan sel secara signifikan, namun tidak terjadi kerusakan
baik pada membrane sel maupun inti sel
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
10
11. Kerusakan yang terjadi secara terus menerus → jadi kerusakan irreversible → sel
tidak memiliki kemampuan memperbaiki kerusakan → kematian sel
Kematian sel ada 2 macam → apoptosis dan nekrosis
Apoptosis → mekanisme kematian sel terprogram yang penting dalam berbagai
proses biologi
Nekrosis → bentuk kematian sel sebagai akibat sel yang terluka akut
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
11
13. Kematian sel secara terprogram yang terjadi secara normal selama proses
perkembangan dan penuaan jaringan tubuh → mekanisme homeostasis sel dan
mekanisme pertahanan tubuh
2 jalur → ekstrinsik (melibatkan Fas) dan intrinsic (melibatkan cytochrome C
dari mitokondria)
Mitokondria berperan sebagai kunci dalam proses regulasi kematian sel karena
adanya sitokrom C yang berada di space membrane mitokondria yang berperan
dalam produksi ATP
Contoh → diferensiasi jari manusia selama perkembangan embrio membutuhkan
sel-sel di antara jari-jari untuk apoptosis sehingga jari-jari dapat terpisah
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
13
16. Proses apoptosis yang tidak sempurna menyebabkan timbulnya penyakit
Terlalu banyak apoptosis menyebabkan sel mengalami kekacauan, terlalu sedikit
apoptosis juga menyebabkan proliferasi sel yang tidak terkontrol (kanker)
Kanker → sel tumor kehilangan kemampuan untuk apoptosis sehingga proliferasi
sel meningkat
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
16
18. Sel yang rusak atau terinfeksi
Sel dapat memutuskan melakukan apoptosis ketika sel rusak / terinfeksi virus
jika mekanisme apoptosis rusak, berkembang jadi kanker
Respon terhadap stress atau kerusakan DNA
Disebabkan senyawa toksik, paparan sinar ultraviolet, radiasi ionisasi (sinar
gamma atau X) dapat menginduksi sel untuk memulai apoptosis
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
18
19. Sinyal yang menginduksi apoptosis berasal dari ekstraseluler (contoh hormone
tiroksin, growth factor) dan intraseluler (contoh radiasi ionisasi, kerusakan
karena oksidasi radikal bebas, gangguan siklus sel)
Sel lain, sel yang berhubungan dengan sel yang berdekatan juga bisa
memberikan signal untuk apoptosis
Kedua jalur penginduksi tersebut bertemu di dalam sel tubuh berubah menjadi
famili protein pengeksekusi utama dikenal caspase
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
19
21. 1. Adanya signal kematian (penginduksi apoptosis)
2. Tahap integrasi atau pengaturan (transduksi signal, induksi gen apoptosis
yang berhubungan dll)
3. Tahap pelaksanaan apoptosis (degradasi DNA, pembongkaran sel dll)
4. Fagositosis
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
21
23. Perkembanga penyakit dapat menyebabkan kematian sel salah satunya akibat
adanya pathogen → makroba → merusak sel dan organelnya
Sel awalnya akan memberikan respon utama → atrofi, hipertrofi, hyperplasia dan
metaplasia → jika respon tidak berhasil, lanjut pada kematian sel → nekrosis
Penyakit / cedera pada sel → kondisi ini bisa Kembali normal jika lingkungan
mendukung, tapi jika lingkungan buruk, cedera semakin parah sel tidak kembali
normal dan mengalami nekrosis
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
23
24. Nekrosis terjadi ketika suplai darah hilang atau terpajan toksin → ditandai
pembengkakan sel, denaturasi protein, kerusakan organel → disfungsi jaringan
Nekrosis dapat dikenali karena sel atau jaringan menunjukkan perubahan-
perubahan tertentu baik secara makroskopis maupun mikroskopis
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
24
25. Terdiri kerusakan membrane, lisosom mengeluarkan enzim ke
sitoplasma dan menghancurkan sel, isi sel keluar dikarenakan
kerusakan membrane plasma dan mengakibatkan reaksi
inflamatori
Nekrosis adalah pathway yang secara umum terjadi pada kematian
sel yang diakibatkan oleh:
Ischemia
Keracunan
Infeksi
Trauma
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
25
27. Secara makroskopik dan dengan pemeriksaan mikroskopik dapat dikenali
beberapa bentuk nekrosis:
1. Nekrosis koagulasi
2. Nekrosis liquefaktif (mencair)
3. Nekrosis lemak
4. Nekrosis kaseosa (perkejuan)
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
27
28. Terjadi denaturasi protein, hambatan enzim-enzim litik sehingga sel tidak
mengalami lisis → kerangka luar sel relative utuh
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
Infark Ginjal
Makroskopik: terlihat berwarna putih, keabu-abuan atau kekuning-
kuningan dan sedikit berlemak, padat.
Mikroskopik: struktur sel dan jaringan masih jelas, inti sel menghilang
28
29. Larutnya jaringan akibat lisis enzimatik sel-sel yang mati → biasa terjadi di otak
Jaringan yang mengalami liquefaksi menjadi lunak, mudah mencair, dan
tersusun oleh sel-sel yang mengalami disintegrasi dan cairan.
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
Infark Otak
Makroskopik: adanya benjolan berisi cairan
Mikroskopik: tampak seperti ruang kosong
29
30. Lipolisi ditandai oleh hilangnya kontur sel-sel lemak → pancreatitis akut
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
30
31. Memiliki baik gambaran nekrosis koagulasi maupun liquefaktif
Nekrosis terjadi di bagian tengah granuloma tuberkulosa, yang mengandung
bahan seperti keju putih atau kekuningan merupakan asal nama nekrosis tipe ini
→ tuberculosis paru
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
31
32. Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
32
Apoptosis
1. Sel mengkerut
2. Chromatin mengumpul pada
membrane inti
3. Membran kehilangan integritasnya
4. Terpisah pisah menjadi apoptosis
bodies
5. Terjadi fragmentasi DNA sebelum sel
mati
Nekrosis
1. Luka fisik atau kimia
2. Kehilangan integritas
membrane
3. Tidak ada pembentukan
vesicular
4. Tidak perlu energy
5. Frangmentasi DNA random
6. Terjadi pada sekumpulan sel
secara bersamaan
7. Menimbulkan respon immune --
--- Inflamasi
34. DNA dapat mengalami perubahan atau kerusakan → disebabkan oleh factor
lingkungan yaitu kerusakan DNA dan mutasi
Kerusakan DNA merupakan abnormalitas fisik DNA, seperti patahnya untai
tunggal dan ganda
Kerusakan DNA dapat dikenali oleh enzim dan dapat diperbaiki
Jika sebuah sel tetap mempertahankan kerusakan DNA, transkripsi gen akan
dicegah dan translasi akan terhalang, bahkan sel akan mati
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
34
35. Mutasi → perubahan urutan basa dari molekul DNA → tidak dapat dikenali oleh
enzim sehingga tidak dapat diperbaiki
Pada tingkat sel, mutasi dapat mengakibatkan perubahan fungsi protein dan
regulasi
Agar mutasi tidak dapat menyebabkan perubahan sifat, maka DNA perlu
diperbaiki dan direparasi
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
35
36. Sumber kerusakan DNA dibagi menjadi 2 yaitu kerusakan endogen dan eksogen
Kerusakan endogen disebabkan oksigen reaktif yang berasal dari hasil samping
metabolism khususnya proses deaminasi oksidatif
Kerusakan eksogen disebabkan oleh agen eksternal misalnya radiasi UV, sinar X,
sinar gamma, gangguan hidrolisis, senyawa metagenik
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
36
37. Kerusakan DNA banyak terjadi pada saat replikasi DNA
Untuk mengatasi hal ini, proses perbaikan DNA dilakukan pada akhir proses
replikasi
Perubahan-perubahan yang disebabkan oleh kerusakan DNA dapat mengganggu
replikasi atau dapat menghasilkan produk transkripsi yang salah
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
37
38. Disebabkan oleh pengaruh agen lingkungan, fisik, dan kimia sehingga dapat
diklasifikasikan ke dalam 4 jenis kerusakan yaitu
1. Pengubahan basa tunggal → depurinasi merupakan hilangnya purin dasar dari
tulang punggung DNA, deaminasi sitosin menjadi urasil, alkilasi basa serta
penyisipan dan penghapusan nukleotida
2. Pengubahan dua basa → dimer timin-timin yang diinduksi oleh cahaya UV dan
hubungan silang preparate alkilasi bifungsinal
3. Pemutusan rantai → akibat radikal bebas (internal dan eksternal)
4. Hhubungan silang meliputi antara basa-basa dalam untai yang sama atau
berlawanan dan antara DNA dengan molekul protein (misal histon)
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
38
40. Makrofag → jenis sel darah putih dari sistem imun yang menelan dan mencerna
pathogen seperti sel kanker, mikroba, puing-puing seluler dan zat asing →
fagositosis yang beraksi untuk mempertahankan inang dari infeksi dan cedera
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
40
41. Makrofag ditemukan pada saluran pencernaan, paru-paru, pembuluh darah hati
dan limpa tempat sel darah yang rusak didaur keluar tubuh
Neutrofil → fagosit yang paling efisien disusul oleh makrofag dan bisa mencerna
sejumlah besar bakteri atau sel lainnya
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
41
42. Terdapat beberapa bentuk makrofag yang diaktifkan → M1 dan M2
Makrofag M1 → makrofag yang diaktifkan oleh LPS dan IFN-gamma sebagai
“killer” dengan memproduksi banyak IL-12 dan sedikit IL-10
Makrofag M1 memiliki fungsi pro-inflamasi, bakterisida, fagositik
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
42
43. Makrofag M2 (makrofag yang diaktifkan secara alternatif) → berfungsi dalam
proses perbaikan seperti penyembuhan luka dan perbaikan jaringan
M2 juga menekan aktivasi system imun yang merusak dengan memproduksi
sitokin anti-inflamasi seperti IL-10
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
43
44. Makrofag → fagosititosis professional dan terspesialisasi dalam menghilangkan
sel-sel mati atau sekarat dan puing-puing seluler pada kondisi peradangan kronis
Makrofag → sebagai sel pembersih, makrofag membersihkan tubuh dari sel-sel
usang dan puing-puing lainnya
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
44
45. KEMOTAKSIS
Gerakan fagosit ke tempat infeksi sebagai respon terhadap berbagai factor seperti
bakteri
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
45
46. ADHESI
Proses perlekatan membrane plasma fagosit dengan permukaan mikroorganisme
atau benda asing lainnya
Makrofag bisa dengan mudah memfagosit bakteri jika mereka dilapisi terlebih
dahulu dengan protein plasma tertentu yang mendukung adhesi
Proses pelapisan ini disebut opsonisasi dan proteinnya disebut opsonin yang
berupa beberapa komponen system komplemen dan molekul antibodi
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
46
47. INGESTI
Proses penelanan bakteri terjadi karena fagosit membentu tonjolan pseudopadi
pada membrane plasmanya, kemudian membentuk kantung yang menglilingi
bakteri pada saat dimakan
Bakteri kemudian akan terkurung dalam kantung yang disebut fagosom (vakuola
fagositik)
Dinding fagosom dengan demikian terdiri dari dinding bagian luar fagosit
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
47
48. DEGRANULASI
Pada saat fagosom masuk ke sitoplasma → mengalami fusi dengan lisosom dan
membentu fagolisosom, sehingga terjadi pembunuhan mikroba oleh enzim lisosom
pada fagolisosom
Dalam beberapa detik setelah terjadinya fusi akan berlangsung degranulasi dan
pembunuhan (killing)
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
48
51. Kemampuan killingnya meningkat terhadap mikroorganisme
Makrofag teraktivasi akan memacu inflamasi dengan mengeluarkan mediator
infalamsi
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
51
53. Autofagi (autophagy) → proses alami tubuh untuk membuang sel-sel yang rusak
dan tidak berfungsi sekaligus menggantinya dengan sel-sel baru yang sehat
Mekanisme ini meningkatkan kemampuan sel tubuh untuk melawan racun
penyebab penyakit dan menjaga organ tubuh tetap berfungsi dengan baik
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
53
54. Tubuh manusia memiliki triliunan sel dengan bentuk yang bermacam-macam
Seiring berjalannya waktu, sel tubuh dapat rusak dan mengalami penurunan
fungsi
Pemicunya beragam, mulai dari pertambahan usia hingga adanya kondisi
Kesehatan tertentu
Jika sel-sel yang rusak dibiarkan tumbuh dan berkembang tanpa kendali, dapat
terjadi gangguan kesehatan termasuk meningkatnya risiko terkena kanker
Pada saat ini, peran autofagi diperlukan
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
54
55. Mekanisme autofagi ibarat menekan tombol reset di tubuh yang akan
meregenerasi sel-sel tubuh
Autofagi bisa terjadi secara alami, tetapi ada sejumlah factor yang diketahui
dapat mempercepat prosesnya salah satunya puasa
Ketika puasa, tubuh tidak mendapatkan asupan makanan selama berjam-jam
dan membuat sel-sel tubuh menjadi kelaparan
Disaat inilah, proses autofagi bekerja untuk menghancurkan sel yang sudah
rusak dan menggantinya dengan yang baru
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
55
56. Saat mengaktifkan mekanisme autofagi melalui puasa dan membuat tubuh
berada pada fase ketosis
Umumnya akan muncul beberapa gejala tertentu seperti penurunan nafsu
makan, munculnya bau keton (bau seperti buah atau bau logam), rasa Lelah dan
penunrunan BB akibat terpicunya pemecahan lemak
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
56
57. Menurunakn risiko terjadinya kanker dan DMT2
Membantu meningkatkan fungsi otak dalam mengingat, memproses informasi
dan menentukan keputusan
Mencegah keparahan penyakit neurodegenerative seperti penyakit Alzheimer
Membantu menurunkan berat badan
Membantu meningkatkan Kesehatan jantung
Meningkatkan proses pembentukan energi
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
57
59. Buatlah 3 kelompok belajar, dengan pembagian materi:
Kelompok 1 → cara deteksi kelainan DNA dan sebutkan jenis kelainannya atau
penyakitnya apa saja?
Kelompok 2 → cara deteksi kelainan RNA dan sebutkan jenis kelainannya atau
penyakitnya apa saja?
Kelompok 3 → cara deteksi kelainan Protein dan sebutkan jenis kelainannya atau
penyakitnya apa saja?
Dibuat dalam bentuk PPT dan dipresentasikan hari Kamis, 23 November 2023
Program Studi Fisioterapi
STIKES Suaka Insan Banjarmasin
59
Editor's Notes
Signal kematian dihubungkan dengan pelaksanaan apoptosis oleh tahap inisiasi atau pengaturan
Pada tahap ini terdapat molekul regulator positif atau negative yang dapat menghambat, memacu, mencegah apoptosis sehingga menentukan apakah sel tetap hidup atau mengalami apoptosis
Internal: metabolism, Latihan keras, kerja berlebihan, kelelahan, stress kronis, penuaan, kecanduan alcohol, merokok
Eksternal: polusi lingkungan (udara, air, tanah), makanan (bahan tambahan, pestisida, pemasakan dan penyimpanan yang kurang baik), bahan kimia (insektisida, detergen, limbah industri, zat-zat racun), radiasi (sinar UV, radiasielektromagnetis, obat-obatan & medis serta virus)
Hipoklorit merupakan zat antimikroba yang kuat yang merusak mikroba dengan halogenasi atau dengan oksidasi protein dan lipid peroksidase