SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
132
JURNAL KEDOKTERAN YARSI 22 (2) : 132-141 (2014)
Pemendekan Telomer Dan Apoptosis
Telomere Shorthening And Apoptosis
Endang Purwaningsih
Department of Anatomy, Faculty of Medicine, YARSI University, Jakarta
KATA KUNCI
KEYWORDS
ABSTRAK
Apoptosis; pemendekan telomer; penuaan; kerusakan DNA
Apoptosis; telomere shortening; aging; DNA damage
Sel normal akan mengalami kematian sel yang terprogram atau
apoptosis.Apoptosis ini merupakan proses penting dalam
pengaturan homeostasis normal sel, yang menghasilkan
keseimbangan dalam jumlah sel jaringan tertentu melalui eliminasi
sel yang rusak dan proliferasi sel. Terjadinya deregulasi apoptosis
dapat menimbulkan keadaan patologis, termasuk proliferasi yang
tidak terkontrol seperti dijumpai pada sel kanker atau keadaan yang
berhubungan proses penuaan dan kematian sel.
Penuaan atau kematian sel berhubungan dengan struktur
nukleotida di ujung kromosom di dalam inti sel eukariot yang
disebut telomer. Pada sel somatik normal terjadi pemendekan
telomer seiring meningkatnya usia, termasuk stem cell yang
dimaksudkan untuk pembaharuan sel. Sel somatik mempunyai
program proses penuaan (aging). Telomer dipelihara dan
dipertahankan oleh enzim telomerase.
Stabilitas dan viabilitas kromosom memerlukan fungsi telomer
yang baik dan stabil. Gangguan fungsi telomer dapat disebabkan
oleh pemendekan telomer atau adanya mutasi protein telomer yang
dapat mengakibatkan peningkatan apoptosis. Sebaliknya, apoptosis
yang diakibatkan oleh adanya kerusakan DNA, dapat memicu
terjadinya pemendekan telomer.
ABSTRACT Normal cells will undergo programmed cell death or apoptosis.
Apoptosis is an important process in the regulation of normal cell
homeostasis, which produces a balance in the number of cells of
certain tissues through elimination of damaged cells and cell
proliferation. The deregulation of apoptosis can lead to pathological
conditions, including uncontrolled proliferation as found in cancer
cells or circumstances related aging and cell death.
Aging or cell death associated with the structure of the nucleotide
at the ends of chromosomes in the nucleus of eukaryotic cells. called
telomeres. In normal somatic cell, telomere shorthening occurs in
accordance with increasing age, including stem cells intended for
cell renewal. Somatic cells have a program aging. Telomeres are
PEMENDEKAN TELOMER DAN APOPTOSIS
133
maintained and preserved by the enzyme telomerase.
The stability and viability of chromosomal requires telomere
function a good and stable. Disruption of telomere function can be
caused by telomere shortening or mutations of telomere proteins
that can lead to increased apoptosis. In contrast, apoptosis caused
by the presence of DNA damage, can lead to telomere shortening.
Setiap organisme hidup terdiri
atas ratusan tipe sel, yang semuanya
berasal dari fertilisasi sel telur. Selama
perkembangannya sejumlah sel ber-
tambah secara dramatis yang kemudian
akan membentuk berbagai jenis
jaringan dan organ. Seiring dengan
pembentukan sel yang baru tersebut,
sel yang mati merupakan proses
regulasi normal pada sejumlah jarring-
an. Pengendalian terhadap eliminasi
sel-sel yang mati ini dikenal sebagai
kematian sel yang terprogram atau
apoptosis (Lumongga, 2008).
Kematian sel yang terprogram
atau apoptosis ini merupakan suatu
kejadian yang normal pada per-
kembangan dan pemeliharaan kesehat-
an pada organisme multiseluler. Sel
yang mati ini merupakan respon
terhadap berbagai stimulus, dan selama
apoptosis, sel ini dikontrol dan diatur;
dan sel yang mati kemudian di fagosit
oleh sel makrofag (Gregory and Devitt,
2004).
Pada apoptosis, sel-sel yang mati
memberikan sinyal yang diperantarai
oleh caspase. Gen caspase ini merupakan
bagian dari cysteine protease yang akan
aktif pada perkembangan sel maupun
sinyal aktif pada destruksi atau
kerusakan sel. Selain itu, apoptosis
dapat dipicu/berhubungan dengan
terjadinya pemendekan telomer, suatu
replikasi nukleotida di ujung
kromosom di dalam inti sel eukariotik.
Telomer ini mempunyai fungsi utama
yaitu untuk melindungi DNA dari
kerusakan dan juga berperan penting
pada replikasi DNA sehingga telomer
berperan dalam mempertahankan ke-
stabilan kromosom pada setiap pem-
belahan sel.dan mencegah kromosom
supaya tidak bergandengan (Wong and
Collins, 2003).
Telomer dipelihara keutuhannya
oleh enzim telomerase yaitu
Ribonucleoprotein DNA polymerase yang
berperan dalam proses elongasi telomer
di dalam sel eukariot. Pada sel somatik
normal terjadi pemendekan telomer,
termasuk stem cell yang dimaksudkan
untuk pembaharuan sel. Jadi pada sel
somatik mempunyai program proses
penuaan (aging) (Shay et al, 2001).
Penuaan sel sering dikaitkan
pula dengan pemendekan telomer pada
setiap kali sel membelah yang berperan
sebagai penyebab penuaan sel dan
merupakan komponen pada jam
mitosis (mitotic clocks) (Jones et al, 2000).
Setelah sel mengalami penuaan, sel
akan mengalami apoptosis dan
akhirnya mengalami kematian.
Tujuan penulisan makalah ini
adalah mencoba menguraikan tentang
bagaimana kejadian apotosis, apa itu
telomer serta bagaimana hubungan
apoptosis dengan terjadinya pemen-
dekan telomer.
Correspondence:
Prof. DR. Endang Purwaningsih, MS,PA.,
Department of Anatomy, Fakulty of Medicine, YARSI
University, Jakarta, Jalan Letjen. Suprapto, Cempaka
Putih, Jakarta Pusat 10510, Tel. 021-4206674-76,
Facksimile: 021-4244574
ENDANG PURWANINGSIH
134
PEMBAHASAN
Apoptosis: Definisi, Fungsi dan
Proses Apoptosis
Apoptosis adalah suatu proses
kematian sel yang terprogram, diatur
secara genetik, bersifat aktif, ditandai
dengan adanya kondensasi kromatin,
fragmentasi sel dan fagositosis sel
tersebut oleh sel tetangganya. Istilah
apoptosis berasal dari Bahasa Yunani,
yang artinya gugurnya putik bunga
atau daun dari batangnya. Apoptosis
pertama kali diidentifikasikan sebagai
bentuk kematian sel berdasarkan
kepada morfologinya. Penelitian
mengenai kejadian biokimiawi
apoptosis dapat merupakan prediksi
dari peranannya dalam mengontrol sel
yang ditentukan secara genetik dan
alamiah, sehingga kontrol genetik dan
mekanisme biokimiawi dari apoptosis
menjadi lebih dimengerti dalam
perkembangan dan strategi terapi yang
mengatur kejadian proses penyakit
(Cotran et al, 1999 cit Lumongga, 2008).
Apoptosis merupakan bentuk
atau mekanisme kematian sel yang
terprogram (programmed cell death) atau
karena bunuh diri sel (suicide), yang
ditandai dengan gambaran morfologi
dan biokimiawi yang khas, yaitu
adanya kondensasi kromatin,
fragmentasi sel dan pagositosis sel
tersebut oleh sel tetangganya. Hal ini
akan memiliki peran kunci dalam
kesehatan dan kejadian penyakit pada
manusia (Volkmann et al, 2014).
Terjadinya deregulasi apoptosis dapat
menyebabkan keadaan patologis,
termasuk proliferasi secara tidak
terkontrol seperti dijumpai pada sel
kanker.Kontrol apoptosis umumnya
dikaitkan dengan gen yang mengatur
berlangsungnya siklus sel, di antaranya
melibatkan gen p53, Rb, Myc dan
keluarga BcL2. Gangguan regulasi dan
proliferasi sel baik aktivitas onkogen
dominan maupun in aktivasi gen tumor
supresor p53, ada hubungannya
dengan kontrol apoptosis. Beberapa
jenis virus seperti SV50, Herpes dan
adenovirus dapat mengalami proses
transformasi dengan cara mengganggu
fungsi apoptosis di dalam sel
(Underwood, 2009).
Apoptosis ini merupakan proses
penting dalam pengaturan homeostasis
normal, yang menghasilkan ke-
seimbangan dalam jumlah sel jaringan
tertentu melalui eliminasi sel yang
rusak dan proliferasi fisiologi. Dengan
demikian apoptosis dapat memelihara
fungsi jaringan normal. Apoptosis
berfungsi mengeliminasi sel yang tidak
diinginkan atau sel yang tidak berguna
lagi selama proses pertumbuhan sel
dan proses biologi normal lainnya
(Wyllie et al 2000; Alenzi, 2004). Selain
itu apoptosis juga dapat berperan pada
perkembangan embrio, perkembangan
suatu jaringan atau organ yang
didahului oleh pembelahan sel dan
diferensiasi sel yang besar-besaran dan
kemudian diseleksi atau dikoreksi
melalui apoptosis.
Proses apoptosis juga dapat ter-
jadi misalnya pada pelepasan sel
endometrium selama siklus menstruasi,
regresi payudara selama masa me-
nyusui, dan atresia folikel ovarium
pada masa menopause (Lumongga,
2008). Pada pengamatan secara fisio-
logis, beberapa karakteristik yang di-
tunjukkan pada sel yang mengalami
apoptosis, antara lain berupa pengkeru-
tan sel, kerusakan membran plasma di
mana membran menjadi ber-lekuk-
lekuk namun tidak mengalami peruba-
han integritas, terjadinya kondensasi
atau agregasi kromatin pada membran
inti, dimulai dengan penciutan sito-
plasma dan kondensasi inti yang di-
akhiri dengan fragmentasi sel, fragmen-
PEMENDEKAN TELOMER DAN APOPTOSIS
135
tasi protein dan DNA. Sel yang telah
mati melalui proses ini tidak kehi-
langan kandungan internal sel dan
tidak menyebabkan respon inflamasi.
Jika program apoptosis suatu sel telah
selesai, maka akan tertinggal kepingan
sel mati yang disebut badan apoptosis
dan terjadi kebocoran mitokondria
karena pembentukan pori-pori yang
melibatkan protein keluarga Bcl-2.
Badan apoptosis akan segera dikenali
oleh sel-sel makrofag dan dimakan
(engulfed) (Wyllie et al, 2000; Fridman
and Lowe, 2003).
Proses apoptosis berbeda
dengan nekrosis. Nekrosis merupakan
proses kematian sel yang terjadi pada
organisme hidup yang disebabkan oleh
kondisi patologis, seperti infeksi atau
inflamasi. Pada nekrosis terjadi per-
ubahan pada inti yang menyebabkan
inti menjadi lisis dan membran plasma
menjadi ruptur atau patah-patah.
Nekrosis merupakan proses kerusakan
sel akibat peningkatan volume sel dan
hilangnya tekanan membran yang
disebabkan pelepasan enzim pelisis
lisosomal seperti protease dan
nuklease, sehingga sel mengalami lisis
yang diikuti dengan respon inflamasi.
Nekrosis merupakan proses patologis,
yakni terjadi karena adanya pemaparan
melalui tekanan fisik maupun pema-
paran kimia yang berpengaruh ter-
hadap sel secara cukup signifikan
(Wyllie et al., 2000).
Apoptosis adalah kematian sel
per individu sel, sedangkan nekrosis
melibatkan sekelompok sel. Membran
sel yang mengalami apoptosis akan
mengalami penonjolan-penonjolan ke
luar tanpa disertai hilangnya integritas
membran. Sedangkan sel yang meng-
alami nekrosis mengalami kehilangan
integritas membran. Sel yang meng-
alami apoptosis terlihat menciut, dan
akan membentuk badan apoptosis.
Sedangkan sel yang mengalami
nekrosis akan terlihat membengkak
untuk kemudian mengalami lisis. Sel
yang mengalami apoptosis lisosomnya
utuh, sedangkan sel yang mengalami
nekrosis terjadi kebocoran lisosom.
Dengan mikroskop akan terlihat
kromatin sel yang mengalami apoptosis
terlihat bertambah kompak dan mem-
bentuk massa padat yang uniform.
Sedangkan sel yang mengalami
nekrosis kromatinnya bergerombol dan
terjadi agregasi (Gambar 1 dan 2). Sel
anjutnya badan apoptosis akan di
fagosit oleh sel makrofag (Gambar 3).
Gambar 1. Gambaran sel yang mengalami apoptosis
ENDANG PURWANINGSIH
136
Gambar 2. Perbedaan gambaran sel yang mengalami apoptosis dan nekrosis
Gambar 3. Badan apoptosis yang di fagosit oleh sel makrofag
Proses apoptosis dikendalikan
oleh berbagai tingkat sinyal sel, yang
dapat berasal dari pencetus ektrinsik
atau intrinsik. Jalur ekstrinsik di-
perantarai reseptor kematian (death
receptors) misalnya reseptor TNF
(Tumour Necrosis Factor), TNF-Related
Apoptosis Inducing Ligand (TRAIL) atau
PEMENDEKAN TELOMER DAN APOPTOSIS
137
CD95, yang mengakibatkan activator
caspases (caspase 8 dan 10) akan
mengaktifkan efector caspases. Selain itu
apoptosis juga dapat distimulasi ketika
terjadi kerusakan DNA dan jika tidak
ada faktor pertumbuhan (King, 2000).
Jalur intrinsik melibatkan perubahan
pada membran mitokondria sehingga
sitokrom c terlepas. Sitokrom c akan
mengaktifkan caspase 9 dan caspase-
caspase lainnya. Jalur intrinsik ini terjadi
karena adanya permeabilitas
mitokondria dan pelepasan molekul
pro-apoptosis ke dalam sitoplasma,
tanpa memerlukan reseptor kematian.
Faktor pertumbuhan dan sinyal lainnya
dapat merangsang pembentukan
protein anti apoptosis BcL2, yang
berfungsi sebagai regulasi apoptosis.
Protein anti apoptosis yang utama
adalah BcL2 dan Bax, yang pada
keadaan normal terdapat pada
membran mitokondria dan sitoplasma
(Syeed et al, 2001, Lumongga, 2008)
TELOMER DAN TELOMERASE
Kromosom merupakan lilitan
atau untaian DNA pembawa sifat
genetik. Dahulu diduga kromosom
bersifat statis tetapi ternyata selalu
berubah, memendek atau memanjang.
Adanya perubahan pada segmen
terminal DNA inilah yang oleh para
ahli dikatakan berhubungan dengan
proses menua (aging) dan perkembang-
an sel kanker (Ratnawati, 2002).
Segmen DNA pada ujung
kromosom inilah yang dikenal sebagai
telomer dan merupakan salah satu
faktor untuk terjadinya kanker.
Telomer terdiri dari urutan nukleotida
yang sangat spesifik, yang pada
manusia urutannya adalah TTAGGG
yang berulang ratusan bahkan ribuan
kali. Pada manusia terdapat 2.000
pengulangan pada unit dasarnya
Dalam satu organisme pada jenis sel
yang berbeda, jumlah pengulangan
nukleotidapun berbeda. (Greider and
Blackburn, 1996; Artandi and DePinho,
2010).
Pada waktu sel bereplikasi,
maka sel anak (daughter cell ) akan
menerima satu set gen yang lengkap
sehingga sel anak hasil pembelahan
tersebut memiliki kode genetik yang
sama persis dengan sel inangnya. Bila
ada beberapa unit gen yang hilang,
maka sel tersebut akan mengalami
gangguan fungsi dan bahkan bisa
sampai mati Ada satu daerah di bagian
ujung kromosom (telomer) yang tidak
di copy sehingga telomer akan
bertambah pendek pada setiap sel
anak, akibatnya akan mengancam
kehidupan dan proses replikasi sel
(Gambar 4). Oleh karena itu pada
telomer terdapat subunit DNA yang
harus tetap dibuat copy nya agar
panjang kromosom tetap dan sel dapat
bertahan untuk terus mengalami
mitosis. Keadaan ini disebut sebagai
end replication problem dan hal ini dapat
diatasi oleh enzim telomerase (Greider
& Blackburn. 1996; Blackburn, 2005).
ENDANG PURWANINGSIH
138
Gambar 3. Struktur telomere
Telomer ini merupakan segmen
DNA yang terletak pada bagian
terminal kromosom sel eukariot (Wong
and Collins, 2003). Telomer terdiri dari
urutan nukleotida yang spesifik, yang
pada manusia urutannya adalah
TTAGGG yang berulang ratusan
bahkan ribuan kali, sehingga rumus
umum struktur nukleotida telomer
adalah (TTAGGG)n. T, A dan G me-
nunjukkan nukleotida yang berisi basa
thymin, adenin dan guanin. Pada
manusia terdapat 2.000 pengulangan
pada unit dasarnya (Greider &
Blackburn, 1996). Dalam satu
organisme pada jenis sel yang berbeda,
maka jumlah pengulangan
nukleotidanyapun berbeda. Panjang
telomer juga bervariasi pada beberapa
species mamalia. Pada manusia
panjang telomer antara 12 -15 kb,
sedangkan pada mencit dan tikus
telomernya jauh lebih panjang yaitu
lebih dari 150 kb (Ludlow and Roth,
2011).
Telomer mempunyai fungsi
utama yaitu untuk melindungi DNA
dari kerusakan dan juga berperan
penting pada replikasi DNA sehingga
telomer berperan dalam mempertahan-
kan kestabilan kromosom pada setiap
pembelahan sel. Telomer dipelihara
keutuhannya oleh enzim telomerase
yaitu Ribonucleoprotein DNA polymerase
yang berperan dalam proses elongasi
telomer di dalam sel eukariot. Enzim
telomerase pertama kali ditemukan
ketika peneliti mengetahui, bahwa
panjang telomer berbeda-beda antara
organisme satu dengan lainnya, bahkan
antara satu sel dengan dengan sel
lainnya pada satu organisme. Bentuk
yang tepat dari enzim ini bisa berbeda
antara satu species dengan species
lainnya, tetapi masing-masing versi
mempunyai RNA specific template untuk
membentuk subunit telomer yang baru
(Greider & Blackburn. 1996; Shay et al,
2001 ).
PEMENDEKAN TELOMER DAN APOPTOSIS
139
Dalam keadaan normal
telomerase dibuat secara rutin oleh
embrio yang sedang berkembang. Pada
saat tubuh telah terbentuk dengan
sempurna, maka aktivitas telomerase
ditekan pada sebagian besar sel-sel
somatik dan telomer makin memendek
setelah sel-sel tersebut bereplikasi/
berproliferasi. Jika telomer telah
memendek sampai batas tertentu, maka
suatu tanda/sinyal akan ditimbulkan
pada sel untuk berhenti membelah.
Batas ini disebut Treshold to senescence,
selanjutnya sel akan mengalami
penuaan dan akhirnya mati (Wright
and Shay, 2001).
PEMENDEKAN TELOMER DAN
APOPTOSIS
Kromosom mamalia mempunyai
bangunan khusus yang disebut telomer
di ujung setiap lengan kromosom, yang
terdiri dari sekuen pendek DNA
nontranskripsi yang dapat diulang
berkali-kali dan diduga dapat men-
cegah terjadinya aberasi kromosom
tertentu. Pada manusia panjang
telomer sel-sel darah memendek secara
proporsional sesuai dengan umur. Sel-
sel kelenjar dan jaringan fetus diketahui
mempunyai telomer yang lebih
panjang dibanding jaringan somatik
orang dewasa, sedangkan sel-sel tumor
kolon mempunyai telomer yang lebih
pendek daripada mukosa kolon
normal. Pengamatan-pengamatan ini
menunjukkan bahwa ada pemendekan
telomer terkait umur (Rochmah &
Aswin, 2001; Shlush et al, 2011).
Menurut Hayflick, sel-sel
manusia dan binatang mempunyai
kapasitas replikasi terbatas, yang di-
interpretasikan sebagai ekspresi pe-
nentuan menua tingkat sel. Hal ini
mempunyai implikasi adanya
mekanisme perhitungan di dalam sel,
dan mekanisme ini ternyata dikendali-
kan oleh pemendekan telomer pada
setiap putaran replikasi DNA.
Akumulasi pemendekan telomer pada
stem sel dan sel limfosit dapat ber-
kontribusi terhadap umur seseorang.
Terjadinya pemendekan telomer ini
bervariasi antara setiap jaringan, antara
species dan individu pada tingkat
umur yang sama. (Aubert and
Landsdorp, 2007).
Pemendekan telomer yang ter-
jadi pada sel-sel somatik normal yang
membelah mungkin sebagai repliko-
meter yang menentukan berapa kali
satu sel normal dapat membelah. Sekali
jumlah kritis atau ambang pengulangan
sekuen DNA (TTAGGG) telomer
dicapai, maka sel tersebut tidak akan
membelah lagi dan selanjutnya
mengalami proses menua. Sebagai
contoh dari pengamatan jangka
panjang, fibroblas manusia dewasa
normal pada kultur sel, memiliki
rentang waktu hidup tertentu; fibroblas
berhenti membelah dan menjadi menua
setelah kira-kira 50 kali pengggandaan
Fibroblas neonatus mengalami sekitar
65 kali penggandaan sebelum berhenti
membelah ( Lubis & Delyuzar, 2010;
Shlush et al, 2011).
Di sisi lain diketahui, bahwa
stabilitas dan viabilitas kromosom
memerlukan fungsi telomer yang baik
dan stabil. Gangguan fungsi telomer
dapat disebabkan oleh pemendekan
telomer atau adanya mutasi protein
telomer yang dapat mengakibatkan
peningkatan apoptosis. Sebaliknya,
apoptosis yang diakibatkan oleh
adanya kerusakan DNA, dapat memicu
terjadinya pemendekan telomer. Sel
yang mengalami apoptosis akibat
kerusakan DNA menunjukkan pemen-
dekan telomer yang dramatis di-
ENDANG PURWANINGSIH
140
bandingkan dengan sel yang tidak
mengalami apoptosis. Lebih lanjut,
pemendekan telomer tidak memerlu-
kan aktivasi caspase-3 dan dapat secara
langsung diinduksi oleh depolarisasi
membran mitokondria. Pemendekan
telomer merupakan salah satu
peristiwa awal terjadinya kerusakan
DNA yang disebabkan oleh apoptosis
(Ramirez et al, 2003). Pada sel-sel
kanker terjadi pemendekan telomer,
peningkatan aktivitas telomerase dan
peningkatan stres oksidatif. Peningkat-
an stres oksidatif bertanggung jawab
terhadap percepatan pemendekan
telomer. Telomer dapat menjadi sensor
kunci pada kejadian apoptosis yang
disebabkan oleh peningkatan stres
oksidatif. Senyawa yang berpotensi
sebagai inhibitor telomerase dapat
meningkatkan apoptosis sel kanker
dalam upaya pencegahan dan
penngobatan sel kanker (Shammas et al,
2004; Granato et al, 2009)
SIMPULAN
Apoptosis merupakan proses
kematian sel yang terprogram, yang
dapat disebabkan oleh kerusakan atau
fragmentasi DNA. Kerusakan ini
berhubungan dengan struktur
nukelotida di ujung kromosom yang
disebut telomer. Apoptosis sel akan
menyebabkan terjadinya pemendekan
telomer, atau sebaliknya pemendekan
telomer akan menyebabkan sel
mengalami apoptosis.
KEPUSTAKAAN
Alenzi FQB 2004. Links between apoptosis,
proliferation, the cell cycle. British J
Biomed Sci 61 (2); 1- 4
Artandi SE, and DePinho RA 2010.
Telomeres and telomerase in cancer.
Carcinogenesis 3 (1): 9-18
AubertG and Lansdorp P 2007. Telomeres
and Aging. Physiol Rev 88: 557-570
Blackburn E 2005. Telomerase and
Cancer. Mol Cancer Res 3 (9) as DOI:
110.1158/1541-7786-MCR-05-0147
Granato T, Muscoli, Sgura A et al., 2009.
Apoptosis and telomere shortening
related to HIV-1 induced oxidative
stress in an astrocytoma cell line. BMC
Neuroscience 10: 51 doi:10.1186/471:-
2202-10-51
Gregory CD and Devitt A 2004. The
Macrophage and the apoptotic cell: an
innate immune interaction viewed
simplistically?. Immunology 113: 1 – 14
Greider CW and Blackburn EH 1996.
Telomeres, Telomerase and Cancer.
Scientific American, p: 92.
http://www.genethik.de/telomerase.
htm
Jones CJ, Kipling D, Morris M et al, 2000.
Evidence for a telomere-independent
“clock” limiting RAS oncogenic driven
proliferation of human tyroid
epithelial cells Mol cell Biol 20: 5690-
5699
King RJB 2000 Cancer Biology, Second Ed,
Pearson Ecucation Limited, London,
Lubis SL and Delyuzar H, 2010. Proses
Penuaan. Departemen Patologi
Anatomi, FK USU. Medan.
http://proses penuaan. com Diakses
pada tanggal 27 Oktober 2010.
Ludlow AT and Roth SM 2011. Review
Article. Physical activity and Tlomere
Biology: Exploring the Link with
Aging-Releted Disease Prevention. J of
Aging Res. As
doi:10.4061/2011/790378.
Lumongga F 2008. Apoptosis. USU
Repository, Medan.
Ramirez R, Carracedo J, Jimenez et al.,
2003. Massive Telomere Loss Is an
Early Event of DNA Damage-induced
Apoptosis. J Bio Chem 272 (2): 836-842
Ratnawati H 2002. Enzim Telomerase dan
Karsinogenesis. JKM 2 (1): 39-50
PEMENDEKAN TELOMER DAN APOPTOSIS
141
Rochmah W and Aswin S 2001. Tua dan
Proses menua. Berkala ilmu
Kedokteran 33 (4): 221-227
Shammas MA, Koley H, Beer DG, Li C,
Goyal AK, and Munshi 2004. Growth
Arrest, Apoptosis, and Telomere
Shorttening of Barrett’s Associated
Adenocarcinoma Cells by a
Telomerase Inhibitor.
Gastroenterology 126: 1337-1346
Shay JW, Zou Y, Hiyama E, and Wright
WE 2001. Telomerase and Cancer.
Hum Mol Gen 10 (7): 677-685.
Shlush LI, Skorecki KL, Yehezkel S et al .,
2011. Telomere elongation followed by
telomere length reduction, in
Leukocytes from divers exposed to
intense oxidative stress-Implications
for tissue and Organismal aging. Mech
Ageing Dev 132: 123-130.
Syeed SA, Vohra H, Gupta A, Ganguly NK
2001. Apoptosis: Molecular Machinary,
Current Sci 80(3): 349 – 360.
Underwood JCE, 2009. General and
Systematic Pathology. Fifth Ed.
Churchill Livingstone, New York-
London : p 117- 119.
Volkmann N, Marassiz FM, Newmeyers
DD, and Hanein D 2014. The Rheostat
in the Membrane : Bcl-2 family
Proteins and apoptosis. Cell Death and
Deff 21: 206 – 2015.
Wong IM Collins K 2003. Telomere
maintenance and disease. Lancet 362:
983-988.
Wright WE and Shay JW 2001. Cellular
Senescence as a Tumor protection
mechanism: the essential role of
counting. Current Opinion in Genetics
& Development 11: 98-103.
Wyllie A, Donahue V, Fischer B, Hill D,
Keesey J, and Manzow S 2000. Cell
Death Apoptosis and Necrosis, Rosche
Diagnostic Corporation.

More Related Content

Similar to 103606-ID-pemendekan-telomer-dan-apoptosis.pdf

Degenerasi dan Nekrosis
Degenerasi dan NekrosisDegenerasi dan Nekrosis
Degenerasi dan NekrosisYaner Yeverson
 
1 pengetian patologi
1 pengetian patologi1 pengetian patologi
1 pengetian patologiWarnet Raha
 
2. Biologi pertemuan dua bioogi dasar ke dua
2. Biologi pertemuan dua bioogi dasar ke dua2. Biologi pertemuan dua bioogi dasar ke dua
2. Biologi pertemuan dua bioogi dasar ke duaandiutamibatariputri
 
410212514-MUTASI-PPT-Kelas-12-IPA.pptx
410212514-MUTASI-PPT-Kelas-12-IPA.pptx410212514-MUTASI-PPT-Kelas-12-IPA.pptx
410212514-MUTASI-PPT-Kelas-12-IPA.pptxTiaraDwiNintani
 
Presentasi patklin Siklus Sel Normal
Presentasi patklin Siklus Sel NormalPresentasi patklin Siklus Sel Normal
Presentasi patklin Siklus Sel NormalSiti Avirda
 
Pembelahan sel (Ramandhika Abi Karami)
Pembelahan sel (Ramandhika Abi Karami)Pembelahan sel (Ramandhika Abi Karami)
Pembelahan sel (Ramandhika Abi Karami)RamandhikaAbiKarami
 
Kultur Jaringan, Transplantasi, dan Kloning
Kultur Jaringan, Transplantasi, dan KloningKultur Jaringan, Transplantasi, dan Kloning
Kultur Jaringan, Transplantasi, dan KloningMuhammad Fitra Saputra
 
Mekanisme dan Ciri Kematian Sel
Mekanisme dan Ciri Kematian SelMekanisme dan Ciri Kematian Sel
Mekanisme dan Ciri Kematian SelFebry Salsinha
 
TEORI MENUA.pptx
TEORI MENUA.pptxTEORI MENUA.pptx
TEORI MENUA.pptxheri sos
 
Mutasi gen change basa nitrogen EVID ARFAN, SAROLANGUN
Mutasi gen change basa nitrogen EVID ARFAN, SAROLANGUNMutasi gen change basa nitrogen EVID ARFAN, SAROLANGUN
Mutasi gen change basa nitrogen EVID ARFAN, SAROLANGUNEvid Ghozah
 
laporan genetika mitosis
laporan genetika mitosislaporan genetika mitosis
laporan genetika mitosisKris Wu
 
Pembelahn Sel mitosis-meiosis.ppt
Pembelahn Sel mitosis-meiosis.pptPembelahn Sel mitosis-meiosis.ppt
Pembelahn Sel mitosis-meiosis.pptyenniernita51
 
Ilmu alam dasar
Ilmu alam dasar Ilmu alam dasar
Ilmu alam dasar Ayra Auliya
 
KELAINAN KONGENITAL DAN PENYAKIT KETURUNAN_new.pptx
KELAINAN KONGENITAL DAN PENYAKIT KETURUNAN_new.pptxKELAINAN KONGENITAL DAN PENYAKIT KETURUNAN_new.pptx
KELAINAN KONGENITAL DAN PENYAKIT KETURUNAN_new.pptxSyaifuddinKurnianto1
 

Similar to 103606-ID-pemendekan-telomer-dan-apoptosis.pdf (20)

Degenerasi dan Nekrosis
Degenerasi dan NekrosisDegenerasi dan Nekrosis
Degenerasi dan Nekrosis
 
1 pengetian patologi
1 pengetian patologi1 pengetian patologi
1 pengetian patologi
 
2. Biologi pertemuan dua bioogi dasar ke dua
2. Biologi pertemuan dua bioogi dasar ke dua2. Biologi pertemuan dua bioogi dasar ke dua
2. Biologi pertemuan dua bioogi dasar ke dua
 
Mutasi
MutasiMutasi
Mutasi
 
410212514-MUTASI-PPT-Kelas-12-IPA.pptx
410212514-MUTASI-PPT-Kelas-12-IPA.pptx410212514-MUTASI-PPT-Kelas-12-IPA.pptx
410212514-MUTASI-PPT-Kelas-12-IPA.pptx
 
Presentasi patklin Siklus Sel Normal
Presentasi patklin Siklus Sel NormalPresentasi patklin Siklus Sel Normal
Presentasi patklin Siklus Sel Normal
 
Pembelahan sel (Ramandhika Abi Karami)
Pembelahan sel (Ramandhika Abi Karami)Pembelahan sel (Ramandhika Abi Karami)
Pembelahan sel (Ramandhika Abi Karami)
 
Makalah pembelahan sel
Makalah pembelahan selMakalah pembelahan sel
Makalah pembelahan sel
 
TUGAS BIOKIMIA.pptx
TUGAS BIOKIMIA.pptxTUGAS BIOKIMIA.pptx
TUGAS BIOKIMIA.pptx
 
Kultur Jaringan, Transplantasi, dan Kloning
Kultur Jaringan, Transplantasi, dan KloningKultur Jaringan, Transplantasi, dan Kloning
Kultur Jaringan, Transplantasi, dan Kloning
 
Mekanisme dan Ciri Kematian Sel
Mekanisme dan Ciri Kematian SelMekanisme dan Ciri Kematian Sel
Mekanisme dan Ciri Kematian Sel
 
Pembelahan sel
Pembelahan selPembelahan sel
Pembelahan sel
 
TEORI MENUA.pptx
TEORI MENUA.pptxTEORI MENUA.pptx
TEORI MENUA.pptx
 
Mutasi gen change basa nitrogen EVID ARFAN, SAROLANGUN
Mutasi gen change basa nitrogen EVID ARFAN, SAROLANGUNMutasi gen change basa nitrogen EVID ARFAN, SAROLANGUN
Mutasi gen change basa nitrogen EVID ARFAN, SAROLANGUN
 
laporan genetika mitosis
laporan genetika mitosislaporan genetika mitosis
laporan genetika mitosis
 
Pembelahn Sel mitosis-meiosis.ppt
Pembelahn Sel mitosis-meiosis.pptPembelahn Sel mitosis-meiosis.ppt
Pembelahn Sel mitosis-meiosis.ppt
 
Sel
SelSel
Sel
 
Ilmu alam dasar
Ilmu alam dasar Ilmu alam dasar
Ilmu alam dasar
 
KELAINAN KONGENITAL DAN PENYAKIT KETURUNAN_new.pptx
KELAINAN KONGENITAL DAN PENYAKIT KETURUNAN_new.pptxKELAINAN KONGENITAL DAN PENYAKIT KETURUNAN_new.pptx
KELAINAN KONGENITAL DAN PENYAKIT KETURUNAN_new.pptx
 
Biologi
BiologiBiologi
Biologi
 

Recently uploaded

soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 

Recently uploaded (20)

soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 

103606-ID-pemendekan-telomer-dan-apoptosis.pdf

  • 1. 132 JURNAL KEDOKTERAN YARSI 22 (2) : 132-141 (2014) Pemendekan Telomer Dan Apoptosis Telomere Shorthening And Apoptosis Endang Purwaningsih Department of Anatomy, Faculty of Medicine, YARSI University, Jakarta KATA KUNCI KEYWORDS ABSTRAK Apoptosis; pemendekan telomer; penuaan; kerusakan DNA Apoptosis; telomere shortening; aging; DNA damage Sel normal akan mengalami kematian sel yang terprogram atau apoptosis.Apoptosis ini merupakan proses penting dalam pengaturan homeostasis normal sel, yang menghasilkan keseimbangan dalam jumlah sel jaringan tertentu melalui eliminasi sel yang rusak dan proliferasi sel. Terjadinya deregulasi apoptosis dapat menimbulkan keadaan patologis, termasuk proliferasi yang tidak terkontrol seperti dijumpai pada sel kanker atau keadaan yang berhubungan proses penuaan dan kematian sel. Penuaan atau kematian sel berhubungan dengan struktur nukleotida di ujung kromosom di dalam inti sel eukariot yang disebut telomer. Pada sel somatik normal terjadi pemendekan telomer seiring meningkatnya usia, termasuk stem cell yang dimaksudkan untuk pembaharuan sel. Sel somatik mempunyai program proses penuaan (aging). Telomer dipelihara dan dipertahankan oleh enzim telomerase. Stabilitas dan viabilitas kromosom memerlukan fungsi telomer yang baik dan stabil. Gangguan fungsi telomer dapat disebabkan oleh pemendekan telomer atau adanya mutasi protein telomer yang dapat mengakibatkan peningkatan apoptosis. Sebaliknya, apoptosis yang diakibatkan oleh adanya kerusakan DNA, dapat memicu terjadinya pemendekan telomer. ABSTRACT Normal cells will undergo programmed cell death or apoptosis. Apoptosis is an important process in the regulation of normal cell homeostasis, which produces a balance in the number of cells of certain tissues through elimination of damaged cells and cell proliferation. The deregulation of apoptosis can lead to pathological conditions, including uncontrolled proliferation as found in cancer cells or circumstances related aging and cell death. Aging or cell death associated with the structure of the nucleotide at the ends of chromosomes in the nucleus of eukaryotic cells. called telomeres. In normal somatic cell, telomere shorthening occurs in accordance with increasing age, including stem cells intended for cell renewal. Somatic cells have a program aging. Telomeres are
  • 2. PEMENDEKAN TELOMER DAN APOPTOSIS 133 maintained and preserved by the enzyme telomerase. The stability and viability of chromosomal requires telomere function a good and stable. Disruption of telomere function can be caused by telomere shortening or mutations of telomere proteins that can lead to increased apoptosis. In contrast, apoptosis caused by the presence of DNA damage, can lead to telomere shortening. Setiap organisme hidup terdiri atas ratusan tipe sel, yang semuanya berasal dari fertilisasi sel telur. Selama perkembangannya sejumlah sel ber- tambah secara dramatis yang kemudian akan membentuk berbagai jenis jaringan dan organ. Seiring dengan pembentukan sel yang baru tersebut, sel yang mati merupakan proses regulasi normal pada sejumlah jarring- an. Pengendalian terhadap eliminasi sel-sel yang mati ini dikenal sebagai kematian sel yang terprogram atau apoptosis (Lumongga, 2008). Kematian sel yang terprogram atau apoptosis ini merupakan suatu kejadian yang normal pada per- kembangan dan pemeliharaan kesehat- an pada organisme multiseluler. Sel yang mati ini merupakan respon terhadap berbagai stimulus, dan selama apoptosis, sel ini dikontrol dan diatur; dan sel yang mati kemudian di fagosit oleh sel makrofag (Gregory and Devitt, 2004). Pada apoptosis, sel-sel yang mati memberikan sinyal yang diperantarai oleh caspase. Gen caspase ini merupakan bagian dari cysteine protease yang akan aktif pada perkembangan sel maupun sinyal aktif pada destruksi atau kerusakan sel. Selain itu, apoptosis dapat dipicu/berhubungan dengan terjadinya pemendekan telomer, suatu replikasi nukleotida di ujung kromosom di dalam inti sel eukariotik. Telomer ini mempunyai fungsi utama yaitu untuk melindungi DNA dari kerusakan dan juga berperan penting pada replikasi DNA sehingga telomer berperan dalam mempertahankan ke- stabilan kromosom pada setiap pem- belahan sel.dan mencegah kromosom supaya tidak bergandengan (Wong and Collins, 2003). Telomer dipelihara keutuhannya oleh enzim telomerase yaitu Ribonucleoprotein DNA polymerase yang berperan dalam proses elongasi telomer di dalam sel eukariot. Pada sel somatik normal terjadi pemendekan telomer, termasuk stem cell yang dimaksudkan untuk pembaharuan sel. Jadi pada sel somatik mempunyai program proses penuaan (aging) (Shay et al, 2001). Penuaan sel sering dikaitkan pula dengan pemendekan telomer pada setiap kali sel membelah yang berperan sebagai penyebab penuaan sel dan merupakan komponen pada jam mitosis (mitotic clocks) (Jones et al, 2000). Setelah sel mengalami penuaan, sel akan mengalami apoptosis dan akhirnya mengalami kematian. Tujuan penulisan makalah ini adalah mencoba menguraikan tentang bagaimana kejadian apotosis, apa itu telomer serta bagaimana hubungan apoptosis dengan terjadinya pemen- dekan telomer. Correspondence: Prof. DR. Endang Purwaningsih, MS,PA., Department of Anatomy, Fakulty of Medicine, YARSI University, Jakarta, Jalan Letjen. Suprapto, Cempaka Putih, Jakarta Pusat 10510, Tel. 021-4206674-76, Facksimile: 021-4244574
  • 3. ENDANG PURWANINGSIH 134 PEMBAHASAN Apoptosis: Definisi, Fungsi dan Proses Apoptosis Apoptosis adalah suatu proses kematian sel yang terprogram, diatur secara genetik, bersifat aktif, ditandai dengan adanya kondensasi kromatin, fragmentasi sel dan fagositosis sel tersebut oleh sel tetangganya. Istilah apoptosis berasal dari Bahasa Yunani, yang artinya gugurnya putik bunga atau daun dari batangnya. Apoptosis pertama kali diidentifikasikan sebagai bentuk kematian sel berdasarkan kepada morfologinya. Penelitian mengenai kejadian biokimiawi apoptosis dapat merupakan prediksi dari peranannya dalam mengontrol sel yang ditentukan secara genetik dan alamiah, sehingga kontrol genetik dan mekanisme biokimiawi dari apoptosis menjadi lebih dimengerti dalam perkembangan dan strategi terapi yang mengatur kejadian proses penyakit (Cotran et al, 1999 cit Lumongga, 2008). Apoptosis merupakan bentuk atau mekanisme kematian sel yang terprogram (programmed cell death) atau karena bunuh diri sel (suicide), yang ditandai dengan gambaran morfologi dan biokimiawi yang khas, yaitu adanya kondensasi kromatin, fragmentasi sel dan pagositosis sel tersebut oleh sel tetangganya. Hal ini akan memiliki peran kunci dalam kesehatan dan kejadian penyakit pada manusia (Volkmann et al, 2014). Terjadinya deregulasi apoptosis dapat menyebabkan keadaan patologis, termasuk proliferasi secara tidak terkontrol seperti dijumpai pada sel kanker.Kontrol apoptosis umumnya dikaitkan dengan gen yang mengatur berlangsungnya siklus sel, di antaranya melibatkan gen p53, Rb, Myc dan keluarga BcL2. Gangguan regulasi dan proliferasi sel baik aktivitas onkogen dominan maupun in aktivasi gen tumor supresor p53, ada hubungannya dengan kontrol apoptosis. Beberapa jenis virus seperti SV50, Herpes dan adenovirus dapat mengalami proses transformasi dengan cara mengganggu fungsi apoptosis di dalam sel (Underwood, 2009). Apoptosis ini merupakan proses penting dalam pengaturan homeostasis normal, yang menghasilkan ke- seimbangan dalam jumlah sel jaringan tertentu melalui eliminasi sel yang rusak dan proliferasi fisiologi. Dengan demikian apoptosis dapat memelihara fungsi jaringan normal. Apoptosis berfungsi mengeliminasi sel yang tidak diinginkan atau sel yang tidak berguna lagi selama proses pertumbuhan sel dan proses biologi normal lainnya (Wyllie et al 2000; Alenzi, 2004). Selain itu apoptosis juga dapat berperan pada perkembangan embrio, perkembangan suatu jaringan atau organ yang didahului oleh pembelahan sel dan diferensiasi sel yang besar-besaran dan kemudian diseleksi atau dikoreksi melalui apoptosis. Proses apoptosis juga dapat ter- jadi misalnya pada pelepasan sel endometrium selama siklus menstruasi, regresi payudara selama masa me- nyusui, dan atresia folikel ovarium pada masa menopause (Lumongga, 2008). Pada pengamatan secara fisio- logis, beberapa karakteristik yang di- tunjukkan pada sel yang mengalami apoptosis, antara lain berupa pengkeru- tan sel, kerusakan membran plasma di mana membran menjadi ber-lekuk- lekuk namun tidak mengalami peruba- han integritas, terjadinya kondensasi atau agregasi kromatin pada membran inti, dimulai dengan penciutan sito- plasma dan kondensasi inti yang di- akhiri dengan fragmentasi sel, fragmen-
  • 4. PEMENDEKAN TELOMER DAN APOPTOSIS 135 tasi protein dan DNA. Sel yang telah mati melalui proses ini tidak kehi- langan kandungan internal sel dan tidak menyebabkan respon inflamasi. Jika program apoptosis suatu sel telah selesai, maka akan tertinggal kepingan sel mati yang disebut badan apoptosis dan terjadi kebocoran mitokondria karena pembentukan pori-pori yang melibatkan protein keluarga Bcl-2. Badan apoptosis akan segera dikenali oleh sel-sel makrofag dan dimakan (engulfed) (Wyllie et al, 2000; Fridman and Lowe, 2003). Proses apoptosis berbeda dengan nekrosis. Nekrosis merupakan proses kematian sel yang terjadi pada organisme hidup yang disebabkan oleh kondisi patologis, seperti infeksi atau inflamasi. Pada nekrosis terjadi per- ubahan pada inti yang menyebabkan inti menjadi lisis dan membran plasma menjadi ruptur atau patah-patah. Nekrosis merupakan proses kerusakan sel akibat peningkatan volume sel dan hilangnya tekanan membran yang disebabkan pelepasan enzim pelisis lisosomal seperti protease dan nuklease, sehingga sel mengalami lisis yang diikuti dengan respon inflamasi. Nekrosis merupakan proses patologis, yakni terjadi karena adanya pemaparan melalui tekanan fisik maupun pema- paran kimia yang berpengaruh ter- hadap sel secara cukup signifikan (Wyllie et al., 2000). Apoptosis adalah kematian sel per individu sel, sedangkan nekrosis melibatkan sekelompok sel. Membran sel yang mengalami apoptosis akan mengalami penonjolan-penonjolan ke luar tanpa disertai hilangnya integritas membran. Sedangkan sel yang meng- alami nekrosis mengalami kehilangan integritas membran. Sel yang meng- alami apoptosis terlihat menciut, dan akan membentuk badan apoptosis. Sedangkan sel yang mengalami nekrosis akan terlihat membengkak untuk kemudian mengalami lisis. Sel yang mengalami apoptosis lisosomnya utuh, sedangkan sel yang mengalami nekrosis terjadi kebocoran lisosom. Dengan mikroskop akan terlihat kromatin sel yang mengalami apoptosis terlihat bertambah kompak dan mem- bentuk massa padat yang uniform. Sedangkan sel yang mengalami nekrosis kromatinnya bergerombol dan terjadi agregasi (Gambar 1 dan 2). Sel anjutnya badan apoptosis akan di fagosit oleh sel makrofag (Gambar 3). Gambar 1. Gambaran sel yang mengalami apoptosis
  • 5. ENDANG PURWANINGSIH 136 Gambar 2. Perbedaan gambaran sel yang mengalami apoptosis dan nekrosis Gambar 3. Badan apoptosis yang di fagosit oleh sel makrofag Proses apoptosis dikendalikan oleh berbagai tingkat sinyal sel, yang dapat berasal dari pencetus ektrinsik atau intrinsik. Jalur ekstrinsik di- perantarai reseptor kematian (death receptors) misalnya reseptor TNF (Tumour Necrosis Factor), TNF-Related Apoptosis Inducing Ligand (TRAIL) atau
  • 6. PEMENDEKAN TELOMER DAN APOPTOSIS 137 CD95, yang mengakibatkan activator caspases (caspase 8 dan 10) akan mengaktifkan efector caspases. Selain itu apoptosis juga dapat distimulasi ketika terjadi kerusakan DNA dan jika tidak ada faktor pertumbuhan (King, 2000). Jalur intrinsik melibatkan perubahan pada membran mitokondria sehingga sitokrom c terlepas. Sitokrom c akan mengaktifkan caspase 9 dan caspase- caspase lainnya. Jalur intrinsik ini terjadi karena adanya permeabilitas mitokondria dan pelepasan molekul pro-apoptosis ke dalam sitoplasma, tanpa memerlukan reseptor kematian. Faktor pertumbuhan dan sinyal lainnya dapat merangsang pembentukan protein anti apoptosis BcL2, yang berfungsi sebagai regulasi apoptosis. Protein anti apoptosis yang utama adalah BcL2 dan Bax, yang pada keadaan normal terdapat pada membran mitokondria dan sitoplasma (Syeed et al, 2001, Lumongga, 2008) TELOMER DAN TELOMERASE Kromosom merupakan lilitan atau untaian DNA pembawa sifat genetik. Dahulu diduga kromosom bersifat statis tetapi ternyata selalu berubah, memendek atau memanjang. Adanya perubahan pada segmen terminal DNA inilah yang oleh para ahli dikatakan berhubungan dengan proses menua (aging) dan perkembang- an sel kanker (Ratnawati, 2002). Segmen DNA pada ujung kromosom inilah yang dikenal sebagai telomer dan merupakan salah satu faktor untuk terjadinya kanker. Telomer terdiri dari urutan nukleotida yang sangat spesifik, yang pada manusia urutannya adalah TTAGGG yang berulang ratusan bahkan ribuan kali. Pada manusia terdapat 2.000 pengulangan pada unit dasarnya Dalam satu organisme pada jenis sel yang berbeda, jumlah pengulangan nukleotidapun berbeda. (Greider and Blackburn, 1996; Artandi and DePinho, 2010). Pada waktu sel bereplikasi, maka sel anak (daughter cell ) akan menerima satu set gen yang lengkap sehingga sel anak hasil pembelahan tersebut memiliki kode genetik yang sama persis dengan sel inangnya. Bila ada beberapa unit gen yang hilang, maka sel tersebut akan mengalami gangguan fungsi dan bahkan bisa sampai mati Ada satu daerah di bagian ujung kromosom (telomer) yang tidak di copy sehingga telomer akan bertambah pendek pada setiap sel anak, akibatnya akan mengancam kehidupan dan proses replikasi sel (Gambar 4). Oleh karena itu pada telomer terdapat subunit DNA yang harus tetap dibuat copy nya agar panjang kromosom tetap dan sel dapat bertahan untuk terus mengalami mitosis. Keadaan ini disebut sebagai end replication problem dan hal ini dapat diatasi oleh enzim telomerase (Greider & Blackburn. 1996; Blackburn, 2005).
  • 7. ENDANG PURWANINGSIH 138 Gambar 3. Struktur telomere Telomer ini merupakan segmen DNA yang terletak pada bagian terminal kromosom sel eukariot (Wong and Collins, 2003). Telomer terdiri dari urutan nukleotida yang spesifik, yang pada manusia urutannya adalah TTAGGG yang berulang ratusan bahkan ribuan kali, sehingga rumus umum struktur nukleotida telomer adalah (TTAGGG)n. T, A dan G me- nunjukkan nukleotida yang berisi basa thymin, adenin dan guanin. Pada manusia terdapat 2.000 pengulangan pada unit dasarnya (Greider & Blackburn, 1996). Dalam satu organisme pada jenis sel yang berbeda, maka jumlah pengulangan nukleotidanyapun berbeda. Panjang telomer juga bervariasi pada beberapa species mamalia. Pada manusia panjang telomer antara 12 -15 kb, sedangkan pada mencit dan tikus telomernya jauh lebih panjang yaitu lebih dari 150 kb (Ludlow and Roth, 2011). Telomer mempunyai fungsi utama yaitu untuk melindungi DNA dari kerusakan dan juga berperan penting pada replikasi DNA sehingga telomer berperan dalam mempertahan- kan kestabilan kromosom pada setiap pembelahan sel. Telomer dipelihara keutuhannya oleh enzim telomerase yaitu Ribonucleoprotein DNA polymerase yang berperan dalam proses elongasi telomer di dalam sel eukariot. Enzim telomerase pertama kali ditemukan ketika peneliti mengetahui, bahwa panjang telomer berbeda-beda antara organisme satu dengan lainnya, bahkan antara satu sel dengan dengan sel lainnya pada satu organisme. Bentuk yang tepat dari enzim ini bisa berbeda antara satu species dengan species lainnya, tetapi masing-masing versi mempunyai RNA specific template untuk membentuk subunit telomer yang baru (Greider & Blackburn. 1996; Shay et al, 2001 ).
  • 8. PEMENDEKAN TELOMER DAN APOPTOSIS 139 Dalam keadaan normal telomerase dibuat secara rutin oleh embrio yang sedang berkembang. Pada saat tubuh telah terbentuk dengan sempurna, maka aktivitas telomerase ditekan pada sebagian besar sel-sel somatik dan telomer makin memendek setelah sel-sel tersebut bereplikasi/ berproliferasi. Jika telomer telah memendek sampai batas tertentu, maka suatu tanda/sinyal akan ditimbulkan pada sel untuk berhenti membelah. Batas ini disebut Treshold to senescence, selanjutnya sel akan mengalami penuaan dan akhirnya mati (Wright and Shay, 2001). PEMENDEKAN TELOMER DAN APOPTOSIS Kromosom mamalia mempunyai bangunan khusus yang disebut telomer di ujung setiap lengan kromosom, yang terdiri dari sekuen pendek DNA nontranskripsi yang dapat diulang berkali-kali dan diduga dapat men- cegah terjadinya aberasi kromosom tertentu. Pada manusia panjang telomer sel-sel darah memendek secara proporsional sesuai dengan umur. Sel- sel kelenjar dan jaringan fetus diketahui mempunyai telomer yang lebih panjang dibanding jaringan somatik orang dewasa, sedangkan sel-sel tumor kolon mempunyai telomer yang lebih pendek daripada mukosa kolon normal. Pengamatan-pengamatan ini menunjukkan bahwa ada pemendekan telomer terkait umur (Rochmah & Aswin, 2001; Shlush et al, 2011). Menurut Hayflick, sel-sel manusia dan binatang mempunyai kapasitas replikasi terbatas, yang di- interpretasikan sebagai ekspresi pe- nentuan menua tingkat sel. Hal ini mempunyai implikasi adanya mekanisme perhitungan di dalam sel, dan mekanisme ini ternyata dikendali- kan oleh pemendekan telomer pada setiap putaran replikasi DNA. Akumulasi pemendekan telomer pada stem sel dan sel limfosit dapat ber- kontribusi terhadap umur seseorang. Terjadinya pemendekan telomer ini bervariasi antara setiap jaringan, antara species dan individu pada tingkat umur yang sama. (Aubert and Landsdorp, 2007). Pemendekan telomer yang ter- jadi pada sel-sel somatik normal yang membelah mungkin sebagai repliko- meter yang menentukan berapa kali satu sel normal dapat membelah. Sekali jumlah kritis atau ambang pengulangan sekuen DNA (TTAGGG) telomer dicapai, maka sel tersebut tidak akan membelah lagi dan selanjutnya mengalami proses menua. Sebagai contoh dari pengamatan jangka panjang, fibroblas manusia dewasa normal pada kultur sel, memiliki rentang waktu hidup tertentu; fibroblas berhenti membelah dan menjadi menua setelah kira-kira 50 kali pengggandaan Fibroblas neonatus mengalami sekitar 65 kali penggandaan sebelum berhenti membelah ( Lubis & Delyuzar, 2010; Shlush et al, 2011). Di sisi lain diketahui, bahwa stabilitas dan viabilitas kromosom memerlukan fungsi telomer yang baik dan stabil. Gangguan fungsi telomer dapat disebabkan oleh pemendekan telomer atau adanya mutasi protein telomer yang dapat mengakibatkan peningkatan apoptosis. Sebaliknya, apoptosis yang diakibatkan oleh adanya kerusakan DNA, dapat memicu terjadinya pemendekan telomer. Sel yang mengalami apoptosis akibat kerusakan DNA menunjukkan pemen- dekan telomer yang dramatis di-
  • 9. ENDANG PURWANINGSIH 140 bandingkan dengan sel yang tidak mengalami apoptosis. Lebih lanjut, pemendekan telomer tidak memerlu- kan aktivasi caspase-3 dan dapat secara langsung diinduksi oleh depolarisasi membran mitokondria. Pemendekan telomer merupakan salah satu peristiwa awal terjadinya kerusakan DNA yang disebabkan oleh apoptosis (Ramirez et al, 2003). Pada sel-sel kanker terjadi pemendekan telomer, peningkatan aktivitas telomerase dan peningkatan stres oksidatif. Peningkat- an stres oksidatif bertanggung jawab terhadap percepatan pemendekan telomer. Telomer dapat menjadi sensor kunci pada kejadian apoptosis yang disebabkan oleh peningkatan stres oksidatif. Senyawa yang berpotensi sebagai inhibitor telomerase dapat meningkatkan apoptosis sel kanker dalam upaya pencegahan dan penngobatan sel kanker (Shammas et al, 2004; Granato et al, 2009) SIMPULAN Apoptosis merupakan proses kematian sel yang terprogram, yang dapat disebabkan oleh kerusakan atau fragmentasi DNA. Kerusakan ini berhubungan dengan struktur nukelotida di ujung kromosom yang disebut telomer. Apoptosis sel akan menyebabkan terjadinya pemendekan telomer, atau sebaliknya pemendekan telomer akan menyebabkan sel mengalami apoptosis. KEPUSTAKAAN Alenzi FQB 2004. Links between apoptosis, proliferation, the cell cycle. British J Biomed Sci 61 (2); 1- 4 Artandi SE, and DePinho RA 2010. Telomeres and telomerase in cancer. Carcinogenesis 3 (1): 9-18 AubertG and Lansdorp P 2007. Telomeres and Aging. Physiol Rev 88: 557-570 Blackburn E 2005. Telomerase and Cancer. Mol Cancer Res 3 (9) as DOI: 110.1158/1541-7786-MCR-05-0147 Granato T, Muscoli, Sgura A et al., 2009. Apoptosis and telomere shortening related to HIV-1 induced oxidative stress in an astrocytoma cell line. BMC Neuroscience 10: 51 doi:10.1186/471:- 2202-10-51 Gregory CD and Devitt A 2004. The Macrophage and the apoptotic cell: an innate immune interaction viewed simplistically?. Immunology 113: 1 – 14 Greider CW and Blackburn EH 1996. Telomeres, Telomerase and Cancer. Scientific American, p: 92. http://www.genethik.de/telomerase. htm Jones CJ, Kipling D, Morris M et al, 2000. Evidence for a telomere-independent “clock” limiting RAS oncogenic driven proliferation of human tyroid epithelial cells Mol cell Biol 20: 5690- 5699 King RJB 2000 Cancer Biology, Second Ed, Pearson Ecucation Limited, London, Lubis SL and Delyuzar H, 2010. Proses Penuaan. Departemen Patologi Anatomi, FK USU. Medan. http://proses penuaan. com Diakses pada tanggal 27 Oktober 2010. Ludlow AT and Roth SM 2011. Review Article. Physical activity and Tlomere Biology: Exploring the Link with Aging-Releted Disease Prevention. J of Aging Res. As doi:10.4061/2011/790378. Lumongga F 2008. Apoptosis. USU Repository, Medan. Ramirez R, Carracedo J, Jimenez et al., 2003. Massive Telomere Loss Is an Early Event of DNA Damage-induced Apoptosis. J Bio Chem 272 (2): 836-842 Ratnawati H 2002. Enzim Telomerase dan Karsinogenesis. JKM 2 (1): 39-50
  • 10. PEMENDEKAN TELOMER DAN APOPTOSIS 141 Rochmah W and Aswin S 2001. Tua dan Proses menua. Berkala ilmu Kedokteran 33 (4): 221-227 Shammas MA, Koley H, Beer DG, Li C, Goyal AK, and Munshi 2004. Growth Arrest, Apoptosis, and Telomere Shorttening of Barrett’s Associated Adenocarcinoma Cells by a Telomerase Inhibitor. Gastroenterology 126: 1337-1346 Shay JW, Zou Y, Hiyama E, and Wright WE 2001. Telomerase and Cancer. Hum Mol Gen 10 (7): 677-685. Shlush LI, Skorecki KL, Yehezkel S et al ., 2011. Telomere elongation followed by telomere length reduction, in Leukocytes from divers exposed to intense oxidative stress-Implications for tissue and Organismal aging. Mech Ageing Dev 132: 123-130. Syeed SA, Vohra H, Gupta A, Ganguly NK 2001. Apoptosis: Molecular Machinary, Current Sci 80(3): 349 – 360. Underwood JCE, 2009. General and Systematic Pathology. Fifth Ed. Churchill Livingstone, New York- London : p 117- 119. Volkmann N, Marassiz FM, Newmeyers DD, and Hanein D 2014. The Rheostat in the Membrane : Bcl-2 family Proteins and apoptosis. Cell Death and Deff 21: 206 – 2015. Wong IM Collins K 2003. Telomere maintenance and disease. Lancet 362: 983-988. Wright WE and Shay JW 2001. Cellular Senescence as a Tumor protection mechanism: the essential role of counting. Current Opinion in Genetics & Development 11: 98-103. Wyllie A, Donahue V, Fischer B, Hill D, Keesey J, and Manzow S 2000. Cell Death Apoptosis and Necrosis, Rosche Diagnostic Corporation.