2. Kematian sel
Kematian sel merupakan perwujudan sel yang
mengalami jejas yang irreversibel
Terdapat 2 kriteria untuk keadaan irreversibel yaitu :
Mitokondria rusak sehingga menyebabkan gagalnya
reperfusi dan reoksigenasi yang selanjutnya
menyebabkan penurunan produksi ATP dan
penggumpalan inti sel
Fungsi membran sel rusak berat, yang merupakan faktor
sentral dari patogenesis dari jejas irreversibel
3. Mekanisme biokimia yang menimbulkan kerusakan
membran sel pada hipoksia antara lain :
Kehilangan fosfolipid secara progresif
Abnormalitas cytoskeletal
Spesies oksigen yang reaktif
Hasil pemecahan lipid
Kehilangan asam amino intra lipid
4. Patogenesis
Jika pengaruh berbahaya pada sebuah sel cukup hebat
atau berlangsung cukup lama, maka sel akan
mencapai suatu titik di mana sel tidak lagi dapat
mengkompensasi dan tidak dapat melangsungkan
metabolism, proses ini menjadi irrevesibel, dan sel
sebetulnya mati. Bila sebuah sel atau sekelompok sel
atau jaringan dalam hospes yang hidup diketahui
mati, mereka disebut nekrotik. Nekrosis merupakan
kematian sel local.
5. Secara morfologik, ada 2 bentuk kematian sel yaitu :
Nekrosis
Terjadi pada sel yang mengalami jejas/ cedera
Ada 2 perubahan penting pada proses nekrosis yaitu :
Pencernaan enzimatik
Denaturasi protein
Apoptosis
Terjadi pada proses perkembangan sel
Sangat diperlukan dalam regulasi kepadatan populasi
sel normal
Dipicu oleh penambahan atau penurunan hormon
mendadak atau faktor tropik lain
6. Jenis Nekrosis
• Nekrosis koagulativa. Pola nekrosis iskemik yang lazim ini
yang diuraikan sebelumnya, terjadi pada miokard, ginjal,
hati, dan organ lain. sel nekrotik bentuknya tetap, akibat
sel litik dihambat kondisi lokal. Proses denaturasi protein
lebih menonjol drpd pencernaan enzimatik
• Nekrosis mencair./ liqu0efektif Terjadi bila autolisis dan
heterolysis melebihi denaturasi protein. Daerah nekrotik
melunak dan terisi dengan cairan. Paling sering terlihat
dalam otak infeksi bakteri local (abses). sel nekrosik
mengalami pencairan akibat kerja enzim → pada otak dan
medulla spinalis
7. • Nekrosis pengejuan/ kaseosa. Khas pada lesi tuberculosis,
makrokopik terlihat sebagai bahan lunak, rapuh dan
menyerupai kiju dan secara mikroskopik sebagai bahan
amorf eosinofilik dengan debris sel. Sel nekrotik hancur,
tetapi pecahanya tetap berada disekitarnya → pada paru
• Nekrosis lemak. Yang dimaksudkan ialah nekrosis pada
jaringan lemak, disebabkan oleh kerja lipase (yang berasal
dari sel pancreas rusak atau makrofag) yang mengkatalisis
dekomposisi trigliserid menjadi asam lemak, yang
kemudian bereaksi dengan kalsium membentuk sabun
kalsium. Secara histologik lemak nekrotik menunjukkan
baying-bayang sel dan bintik-bintik basofilik karena
deposisi kalsium.Pada pankreas nekrosis terjadi akibat
enzim pankreas mengalir diluar duktus
8. Inti sel yang mengalami penghancuran progresif urutanya adalah:
Piknosis → inti sel menyusut, batas tidak teratur,
berwarna gelap (inti piknotik)
Karioreksis → inti hancur, membentuk fragmen
kromatin yang menyebar (inti kariorektik)
Kariolisis → inti tidak dapat diwarnai, dan inti hilang
10. Apoptosis dapat terjadi pada proses- proses berikut ini :
Kematian sel yang diprogram selama proses
embriogenesis
Involusi yang tergantung pada hormon
Delesi sel pada populasi proliferatif
Kematian pada sel kanker
Kematian sel imun pada penurunan sitokin
Atrofi organ yang menjadi sasaran hormonal
Atrofi organ karena proses obstruktif
Kematian sel pada graft vs tissue diseases
Kematian sel karena infeksi virus
11. Perubahan morfologi sel apoptosis :
Pengkerutan sel
Kondensasi kromatin
Pembentukan blebs sitoplasmik dan apoptosis bodies
Fagositosis apoptosis bodies oleh makrofag
12. Perbandingan nekrosis vs apoptosis
Perbedaan Apoptosis Nekrosis
Induksi Fisiologis >>/
patologis
Patologis
Perluasan Sel tunggal Kelompok sel
Biokimia Fragmentasi DNA oleh
endonuklease
Ketidakseimbangan
ion
Membran sel Utuh Hilang
Morfologi Sel kisut, kromatin
tebal, fragmented
Bengkak dan lisis
Respon radang Tidak ada Biasa
Sel yang mati Difagosit oleh sel
terdekat
Difagosit oleh
neutrofil dan
makrofag
13. Radikal bebas berasal dari oksigen yang terbentuk pada
banyak keadaan patologik dan menyebabkan efek yang
merusak pada struktur danfungsi sel.
Hilangnya homeostasis kalsium, dan meningkatnya
kalsium intrasel. Iskemi dan toksin tertentu
menyebabkan masuknya ion kalsium ke dalam sel dan
lepasnnya ion kalsium sistolik mengaktifkan fosfolipase
yang memecah fosfolipid membrane, protease yang
menguraikan protein membrane dan sitoskletal, ATPase
yang memeprcepat pengurangan ATP, dan endonuklease
yang terkait dengan fragmnetasi kromatin.
aspek biokimia yang penting sebagai perantara
jejas dan kematian sel
14. Deplesi ATP, karena dibutuhkan untuk proses
yang penting seperti transportasi pada
membrane, sintesis protein, dan pertukaran
fosfolipid.
Defek permebilitas membrane. Membrane
dapat dirusak langsung oleh toksin, agen fisik
dan kimia, komponen komplemen litik, dan
perforin, atau secara tidak langsung seperti yang
diuraikan pada kejadian sebelumnya.
15. Dengan bertambahnya usia, terjadi perubahan fisiologik
dan structural pada hampir semua organ.
Penuaan terjadi karena factor genetic, diet, keadaan
social, dan adanya penyakit yang berhubungan dengan
ketakutan seperti arterioklerosis, diabetes, dan
arthiritis.
Selain itu, perubahan sel dirangsang oleh usia yang
menggambrkan akumulasi progresif dari jejas subletal
atau kematian sel selama bertahun-tahun,
diperkirakan merupakan komponen penting dalam
penuaan.
Penuaan Seluler
16. Penuaan sel dimulai sejak dari masa konsepsi,
diferensiasi dan maturasi sel
Terjadi penurunan kemampuan terhadap fungsi yang
khas pada pertumbuhan menjadi tua/ penuaan secara
progresif dan berakhir dengan kematian
17. Perubahan fungsional dan morfologik yang terjadi pada
sel yang menua adalah:
Penurunan fosforilasi oksidatif pada mitokondria
Berkurangnya sintesis DNA dan RNA untuk protein
dan reseptor sel structural dan enzimatik
Menurunnya kemampuan ambilan makanan dan
perbaikan kerusakan kromosom
Nucleus berlobus tidak tertaur dan abnormal.
Mitokondria pleomorfik, reticulum endoplasma
menurun dan badan Golgi berubah bentuk
Akumulasi pigmen lipofusin secara menetap.
18. Perubahan morfologik sel pada proses penuaan:
Inti berlobus- lobus dan bentuk tidak teratur
Mitokondria yang pleimorfik dan bervakuole
Penurunan jumlah RE
Penyimpangan apparatus golgi
Penimbunan pigmen lipofuscin
19. Sebab penuaan :
Aktivitas gen tertentu menyebabkan aktivitas gen yang
meregulasi pertumbuhan menjadi hilang
Induksi inhibitor pertumbuhan sehingga proliferasi
menurun
Kerusakan gen akibat radikal bebas dan penurunan
progresif dari fungsi anti oksidant
Modifikasi setelah translasi dan protein akstra seluler
Penyimpangan yang diinduksi oleh heat shock protein
20. Kematian Somatik
Kriteria kematian somatik adalah:
Terhentinya fungsi sirkulasi secara ireversibel (denyut
jantung),
Terhentinya fungsi pernafasan dan
Terhentinya fungsi otak (tidak ada reflek batang otak)
Perubahan post mortem: rigor mortis (kekakuan) →
livor mortis (warna ungu kebiruan) → algor mortis
(pendinginan), → autolisis (pencairan)