Menjelaskan peran penting kucing dalam penyebaran Toksoplasma, termasuk kaitan dengan hewan-hewan lain dalam penyakit zoonosis, mengenali gejala klinis, pengobatan dan pencegahan.
Presentasi ini pernah diberikan pada kegiatan Program Kreatifitas Mahasiswa, khususnya mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga pada bulan Maret 2012 di Surabaya
2. Toksoplasmosis
• Toksoplasmosis adalah penyakit yang
disebabkan parasit, Toxoplasma gondii
• Parasit intraselular
• Penyakit zoonosis
• Menyerang pada semua hewan, termasuk
manusia
• Felidae adalah induk semang definitif
• Hewan lain adalah induk semang intermediate
(antara)
3. Prevalensi
• Toxoplamosis merupakan salah satu penyakit
zoonosis yang tersebar luas di dunia
• Seroprevalensi bervariasi, 20-60%
• Prevalensi oosit pada kucing sangat kecil (0-1%)
• Bergantung pakan yang diberikan dan tempat
dipelihara
• Peluang terinfeksi sangat besar bila hewan
berada di luar rumah, berburu atau makan
daging mentah
4. Prevalensi
• Republik Czech (2006) sera 413 anjing dan 286
kucing
• Antibodi IgM : anjing 2,4% dan kucing 2,8%
• Antibodi IgG : anjing 25,9% dan kucing 44,1%
• Tidak ada perbedaan prevalensi pada hewan
tampak sehat (115) dan sakit (80)
– IgM, sehat 0,87% dan sakit 1,25%
– IgG, sehat 33,9% dan sakit 33,75%
• Pada anjing peliharaan tertinggi, diikuti anjing
polisi
• Tidak ditemukan gejala klinis
5. Prevalensi
• Turki (2007), 150 sera anjing dengan uji indirect
fluorescence antibody test
– Hasil, positif 51,3% (77/150)
– Umur dan jenis kelamin tidak berpengaruh
• Belgia (2008), 567 sera kucing rumahan diuji
indirect immunofluorescence assay
– Hasil, positif 25%.
– 12% umur <1tahun, meningkat 44% umur 7 tahun
– Seroprevalensi berkaitan dengan titer IgG
6. Prevalensi
• Seoul, Korea (2010), sera 72 kucing liar dan rumahan
menggunakan ELISA dan PCR. Kucing liar 38,9%
(28/72) positif, jantan lebih tinggi dibanding betina.
Kucing rumahan, bebas Toxoplasma
• Seoul, Korea (2011) 456 sera kucing liar menggunakan
ELISA dan PCR
– ELISA = 15,8% (69/456) dan PCR = 17,5% (80/456)
– Jantan : ELISA, 17% (44/259) ELISA dan PCR,16.2% (42/259)
– Betina : ELISA, 14.3% (28/196) dan PCR, 19.4% (38/196)
• Di Han River, prevalensi 15,1% (29/192) dengan ELISA
and 15,6% (30/192) dengan PCR di dataran tinggi dan
16,4% (43/264) dengan ELISA and 18,9% (50/264)
dengan PCR di dataran rendah
7. Prevalensi
• Urmia, Iran (2011) uji modified agglutination test
(MAT) 130 sera kucing liar dan rumahan
– Hasil, positif 35,3% (46/130). Titer antibodi berkisar
1:20 -1:1280
– 3 ekor kucing mengeluarkan T. gondii-like size
oocysts (seronegatif MAT)
– Tidak berbeda jenis kelamin dan umur
• Surabaya (2004)
– Tidak ditemukan ookista dari 100 ekor kucing yg
diperiksa
8. Prevalensi
• Asimptomatis : sapi, unta, rusa, ayam
• Fatal pada monyet, marsupialia, terwelu (Lepus
europaeus), rubah artik, mamalia laut, burung (Magpie
geese)
• Kista (di jaringan) sering ditemukan pada kambing,
domba, babi, kuda. Sasmita (1991) 42,4% kambing RPH
Surabaya positif, RPH Malang 40%, Kediri 20%, KalSel,
61% (Dafee et al., 1976)
• Prevalensi ayam (umbaran) sangat tinggi (~ 100%)
• Ayam, seroprevalensi : Costa Rica (40,5%); Iran (2256%); Amerika (~100%)
9.
10. Anamnesis
•
•
•
•
•
•
•
Umumnya penderita tidak menunjukan gejala
Gejala yang tidak khas : lethargy, depresi, anoreksia
Kehilangan berat badan (weight loss)
Demam
Discharge okular, fotophobia, miosis pupil (kucing)
Distress respirasi
Neurologis—ataksia; seizure; tremor; paresis/paralisis;
defisit syaraf kranial
• Pencernaan—muntah; diarrhea; sakit abdominal;
ikhterus
• Stillborn kittens
11. Klinik
• Gejala awal lesu dan depresi. Anoreksia, demam ringan,
pireksia, lethargy. Batuk, takipnea, atau dispnea
• Gejala lain kehilangan berat badan, diare, muntah,
dermatitis, ikhterus, hiperesthesia, pincang dan
pembesaran abdomen. Pembesaran kelenjar limfe
• Kadang disertai gejala syaraf dan mata menyebabkan
buta, inkoordinasi, jalan berputar, ataxia, seizure,
perubahan perilaku, tidak bisa mengontrol defekasi,
urinasi
• Gejala SSP mirip rabies, intoksikasi timbal, arsenik
12. Pemeriksaan fisik
• Paling parah anak kucing terinfeksi transplasental
[stillborn atau mati prasapih]
• Anakan kucing hidup
– Anoreksia; lethargy; demam tinggi non respon antibiotik;
nekrosis/inflamasi paru (dyspnea, suara respirasi abnormal),
liver (ikhterus, ascites), and CNS (encephalopati)
• Respirasi dan gastrointestinal (postnatal)
– Sangat sering; anoreksia; lethargy; demam tinggi non respon
antibiotik; dyspnea; kurus; ikhterus; muntah; diarrhea; abdominal
effusion
• Neurologis (postnatal)
– < 10% pasien; kebutaan; stupor; inkoordinasi; circling; tortikollis;
anisocoria; seizures
• Gejala Okular (postnatal)
– Sering; uveitis (aqueous flare, hyphema, mydriasis); iritis; lepas
retina; iridocyclitis; keratic precipitates
13. Pemeriksaan fisik
• Muda
– Umumnya sistemik; demam; kurus; anoreksia; tonsillitis;
dyspnea; diarrhea; muntah
• Dewasa
– Cenderung infeksi terlokalisir; terutama berkiatan dengan gejala
syaraf dan muskular
• Neurologis
– Bervariasi; refleksi gejala neurologis difus; seizures; tremors;
ataksia; paresis; paralysis; kelemahan muskulus; tetraparesis
• Okular
– Jarang; pada anjing mirip gejala pada kucing
• Jantung
– Umumnya gejala tidak jelas
14. Klinis
• Kucing yang terinfeksi Toksoplasma seringkali tidak
menunjukkan gejala klinis (asimptomatik)
• Imunitas rendah
– Kucing anakan
– Stress
– Menderita feline immunodeficiency virus(FIV) atau
feline leukemia virus (FeLV)
• Gejala klinis tidak spesifik
– Akibat penyakit lain / infeksi primer akibat respon imun yang
tidak bagus sehingga tidak mampu melawan invasi tachyzoite
– Reaktivasi infeksi subklinis pada individu yang kekebalan
menurun sehingga cyst bradizoite berubah dan mengalami
multiplikasi cepat menjadi tachyzoid
15. Klinik
• Penyakit sering tampak pada kucing <2 tahun, berkaitan
dengan insufisiensi respon imun. Anak kucing
menunjukkan encephalitis, liver insufficiency,
atau pneumonia
• Infeksi prenatal akan menimbulkan abortus, stillbirth, dan
kematian perinatal (tanpa sebab yg jelas), termasuk the
fading kitten syndrome
• Infeksi T. gondii secara eksperimental (neonatal)
terhadap 25 ekor anak kucing
– 3 anak kucing stillborn
– 22 ekor anak kucing yg hidup, 95% menunjukkan proliferative
interstitial pneumonia, necrotizing hepatitis, myocarditis, dan
skeletal myositis
– Infeksi pada tahap neonatus juga menyerang sistem syaraf
pusat (SSP)
16. Klinikopatologi
• Anemia non regeneratif, disertai leukositosis neutrofilik,
limfositosis, monositosis dan eosinofilia [akut sistemik]
• Hyperglobulinemia akibat stimulasi antigenik yang
kronik [kronis]
• Peningkatan alanine aminotransferase (ALT) [penyakit
hepatoseluler]
• Peningkatan asparate aminotransferase (AST) dan
kreatin kinase (CK) [kerusakan otot]
• Hiperbilirubinemia [cholangiohepatitis atau hepatik
lipidosis akibat disfungsi hepat sekunder]
17. Klinikopatologi
• Histologis : lesi terjadi kerusakan/kematian sel akibat
replikasi intraseluler T. gondii
• Reaksi inflamasi pada hewan dewasa : makrofag
• Reaksi inflamasi pada neonatus : neutrophil and
makrofag (pyogranulomatous), dengan atau tanpa
komponen limfoplasmasitik
• Kista akan menetap (persisten) di jaringan
18. Klinikopatologi
• SSP, encephalitis akibat tachyzoites menginfeksi
astrocytes.Nekrosis difus dan infiltrasi limfositik non
suppuratif terjadi di otak dan meluas hingga meningens
• Hepatitik nekrotik dengan nekrosis koagulatif pada
lobular
• Paru, kongesti dan edema pulmonum disertai kolaps
paru dengan area multifokal keras berwarna putih,kuning
atau keabuan pada parenkim
paru. Toxoplasma menginvasi pneumocyte tipe 1 dan 2,
makrofag alveolar, fibroblas, sel endotelial dan sel otot
polos. Reaksi proliferatif pada dinding alveolar
menimbulkan adenomatosis.
• Limfadenopati yang parah juga terjadi
19. Klinikopatologi
• Pericardial effusion akibat tachyzoid menginfeksi
myocardium
• Invasi pada jaringan limfatik intestinal menimbulkan
radang ulseratif usus halus
• Muskulus, biasanya terjadi proses nekrosis kronis
sehingga terbentuk nodul granulomatus yang besar
• Mata, cukup sering dan menyebabkan inflamasi retina
atau bagian anterior (anterior uveitis) disertai inflamasi
granulomatus
• Plasenta, nekrosis lokal dengan atau tanpa foki
mineralisasi
• Kulit, nodule tunggal 3 cm di sekitar kelenjar mamaria
pada kucing Jepang 16 tahun.
20.
21. Siklus hidup
• Pada kucing
– Enteroepitelial (generative)
– Extraintestinal (non generative)
• Pada individu lain
– Extraintestinal (non generative)
22. Siklus Hidup
•
Ookista
– Hanya dikeluarkan oleh kucing
– Ookista dikeluarkan 3-5 hari setelah kucing terinfeksi (cyste) atau 20-34
hari (ookista), selama 10-14 hari pada infeksi primer
– Ookista yang tidak bersporulasi tidak berbahaya (not infective).
Sporulasi membutuhkan oksigen, kelembaban dan suhu yang
mendukung (1-5 hari)
•
Tachyzoite, sangat infektif
– Ditemukan pada jaringan hewan yang terinfeksi akut, juga pada susu,
dan telur
– Mudah mati dengan pasteurisasi, asam lambung dan enzim pencenaan
•
Bradyzoite
– Karnivora terinfeksi Toksoplasma dari memakan daging yang
mengandung cyst bradyzoite, termasuk manusia (babi, kambing,
domba)
23.
24.
25.
26.
27.
28. Diagnosis
•
Pemeriksaan ookista (feses)
– Memerlukan teknik dan pengalaman.
– Umumnya tidak memuaskan. Ookista dikeluarkan 1-3 minggu setelah
infeksi
– Gejala klinik muncul setelah ookista selesai dikeluarkan
•
•
Pemeriksaan klinis juga tidak spesifik
Serologis (memeriksa antibodi terhadap Toxoplasma). Titer serum
IgM, IgG, dan antigen — merupakan sumber informasi definitif dari
sampel tunggal. Menentukan tipe infeksi (aktif, akut, kronik) dengan
pengambilan 3 mgg kemudian (pairing sample)
– ELISA, indirect fluorescence antibody assay, indirect hemagglutination
assay, modified agglutination test, latex agglutination test
•
•
•
Biologis
PCR
Histologis
29. Diagnosis
• Antibodi IgM
– Alat diagnosis infeksi aktif
– meningkat 1-2 mgg pasca infeksi
– menurun hingga 2-3 bulan pasca infeksi. Titer
antibodi IgM (>1:256) = positif
– prolonged titer : reaktivasi atau IgG lambat akibat
imunosupresi (FIV, FIP atau pemberian steroid)
– false negatif (infeksi akut)
– 80-90% penderita
– penderita FIV tidak menunjukkan IgM
30. Diagnosis
• Antibodi IgG muncul 4-6 mgg setelah infeksi, bertahan
hingga setahun atau lebih (6 tahun)
• Titer tunggal IgG tinggi tidak bersifat diagnostik
• IgG diukur ulang (stadium akut dan convalescence,
interval 3-4 mgg). Hasilnya meningkat 4 kali = positif
• Seropositif IgG
– Tidak mengeluarkan ookista
– Infeksi ulang, ookista sedikit
• Seronegatif IgG
– Tidak mengeluarkan ookista
– Dalam tahap perkembangan, bila terifeksi Toksoplasma
• Antigen : positif 1–4 mgg pasca infeksi; antigen tetap
positif dalam kondisi infeksi aktif atau kronik persisten,
tidak berpengaruh terhadap titer antibodi
31. Diagnosis
• CSF dan aqueous humor dianalisa terhadap adanya
tachyzoite atau antibodi anti-T. gondii. Pemeriksaan
postmortem, tachyzoite tampak dengan teknik tissue
impression smears
• Pemeriksaan histologis menunjukkan adanya tachyzoite
atau bradyzoite. Morfologi T. gondii mirip dengan
protoza lain dan harus dibedakan dengan
Sarcocystis spp (sapi), S. neurona (kuda),
Neospora caninum (anjing)
32. Diagnosis
• Definitif :
– Deteksi tachyzoite (Dye test, gold standart
pada manusia)
– DNA (PCR, polymerase chain reaction)
– Cairan tubuh, cairan respirasi, biopsi jaringan
(metode sitologi, histologi, imunohistokimia,
PCR)
35. Terapi
• Terapi umumnya sulit. Efikasi obat tidak banyak
diketahui
• Clindamycin HCl, 25-50 mg/kg/hari IM/PO (dosis
terbagi), 2-4 minggu
– Respon bervariasi
– Periksa 2 hari pasca terapi – gejala klinis (demam, hiperestesia,
anoreksia, uveitis). Uveitis sembuh dg baik dalam 1 minggu
– Periksa 2 minggu pasca terapi – neuromuskular mulai membaik,
(defisit neurologis bisa permanen – SSP atau kerusakan
neuromuskular perifer)
– Periksa 2 minggu pasca pemilik menyatakan membaik –
memutuskan pengobatan dihentikan; defisit neuromuskular
permanen
– Efek samping : anoreksia, muntah, diare (dose dependent)
– Clindamycin dan Pyrimethamine (1 mg/kg/hari)
36. Terapi
• Azithromycin (10 mg/kb PO q24h)
• Kombinasi Sulfadiazine (30 mg/kg PO q12h) dengan
Pyrimethamine (0,5 mg/kg PO q12h) selama 2 minggu;
[depresi, anemia, leukopenia, thrombositopenia,
terutama pada kucing]
• Asam folat (5 mg/hari) selama terapi, memperbaiki efek
supresi sum-sum tulang
• Trimethoprime/Sulfadiazine
• Antikoksidia lain, Monensin atau Toltrazuril dapat
menurunkan oocyte shedding
• Belum ada vaksin (Live vaccine untuk domba [Tovovax,
Intervet BV, The Netherlands; AgVax, AgResearch, New
Zealand])
37. Terapi
• Tidak ada obat yang dapat mengatasi penyakit
(menghilangkan Toxoplasma) secara sempurna
• Prognosis infausta pada penderita yang disertai
gangguan pada hepar, paru, SSP
• Enukelasi mata pada penderita luksasio lensa dan
glaucoma
• Penderita disertai gejala SSP tidak bisa pulih
38. Pencegahan
• Jaga agar kucing tidak defekasi di sembarang tempat
• Ganti kotak pasir tiap hari. Desinfeksi kotak pasir
• Jauhkan kucing dari kotak pasir (tutup jika tidak
digunakan) atau tempat bermain dimana kucing
kemungkinan defekasi
• Jangan mengunakan pasir bekas kotak pasir untuk
pupuk, media tanam
• Jaga agar kucing tidak berburu, mencari makan di luar
rumah
• Beri pakan komersial atau makanan matang
• Diduga kecoak dan lalat bertindak sebagai vektor
mekanik
39. Pencegahan
• Hindari makan makanan mentah
–
–
–
–
Sayuran
Daging
Susu
Telur
• Cuci dengan baik sayuran atau buah yang akan dimakan
(air mengalir)
• Gunakan sarung tangan bila berkebun dan cuci tangan
• Bila merencanakan hamil, periksa sebelumnya (TORCH)
• Ibu hamil sebaiknya tidak mengganti kotak pasir
• Ibu hamil sebaiknya menghindari kontak dengan tanah,
kotak pasir, daging segar
40. Pencegahan
• Memasak menggunakan mikrowave, pengasapan,
penggaraman tidak mampu membunuh Toksoplasma
dengan baik
• T. gondii di dalam daging, mati pada panas (>67 oC) atau
dingin (-13 oC) yang ekstrim
• Pembekuan bahan makanan hingga -10 oC selama 24
jam dapat membunuh cyste Toksoplasma di jaringan,
namun oocyte yang bersporulasi bertahan hidup pada
-20 oC dalam 28 hari
41. Reference
•
•
•
•
•
•
Lappin, MR, Greene CE, Winston S, Tool S, Epstein ME. (1989) Clinical feline
toxoplasmosis. Serological diagnosis and therapeutic management in 15 cases. J
Vet.Int.Med. 3(3):139-143
Sedlak K, E Bartova. (2006) The prevalence of Toxoplasmosis gondii IgM and IgG
antibodies in dogs and cats from Chezch Republic. Vet.Med. 51(12):555-558
De Craeye S,A Fracart, J Chabauty, V de Vreen (2008) Prevalence Toxoplasma
gondii infection in Belgian house cats. Vet.Par. 157(1):128-132
Oncel, T., E Handemir, K Kamburgl, S Yurtalan (2007) Determination of Seropositivity
for Toxoplasma gondii in Stray Dog in Istanbul Turkey.Revue.Med.Vet. 158(5):223228
Park. et al. 2012. Cutaneous Toxoplasmosis in a Female Japanese Cats. Vet.Pathol.
49(20):
Lingard, A. 2011. Update On Toxoplasmosis Diagnosis : Serology. ACVSc
Week.Melbourne. 83-84