2. • Unggas adalah hewan dari keluarga burung yang memiliki sayap, berbulu,
berkaki dua, memiliki paruh dan berkembang biak dengan cara bertelur
• Unggas merupakan salah satu komoditas ternak yang sudah banyak
dikembangbiakkan oleh masyarakat Indonesia
• Unggas sebagai salah satu komoditas penghasil sumber protein terbesar di
dunia (daging dan telur)
• Dibudidayakan dalam skala kecil – skala besar
Pendahuluan
4. SIFAT PENYAKIT PADA UNGGAS
• Penyakit menular menyerang secara bersama
• Sering terjadi komplikasi (> dari 1 penyakit)
• Kejadiannya sangat spesifik (umur tertentu,
maupun pada cuaca tertentu)
5. CIRI-CIRI UNGGAS YANG SEHAT
• Ayam tampak aktif bergerak, lincah dan tidak menyendiri
• Nafsu makannya bagus
• Bulunya bersih dan mengkilat
• Feses lunak dan berbentuk bulat panang
• Jengger/pial berwarna merah muda
• Pertumbuhannya bagus, homogen dan sesuai standar
• Produktifitasnya bagus dan sesuai standar
7. AVIAN INFLUENZA (AI)
• Merupakan penyakit viral akut pada unggas yang disebabkan oleh
virus influenza dari family Orthomyxoviridae, subtipe H5 dan H7.
• Virus influenza dibedakan atas 3 tipe antigenik berbeda, yakni tipe
A, B dan C. Tipe A ditemukan pada unggas, manusia, babi, kuda
dan mamalia, Tipe B da C hanya ditemukan pada manusia
• mudah mati oleh panas, sinar matahari dan
desinfektan (deterjen, ammonium kuartener,
formalin 2-5%, iodium kompleks, senyawa
fenol, natrium/alium hipoklorit)
• bersifat zoonosis dan angka kematian sangat
tinggi (100%), di Indonesia (2003)
8. Gejala Klinis
HPAI
• Adanya warna kebiruan pada jengger, pial, kelopak mata, telapak kaki
dan perut yang tidak ditumbuhi bulu.
• Adanya perdarahan pada kaki berupa bitnik bintik merah (ptekhie).
• Keluarnya cairan dari mata dan hidung dan adanya pembengkakan
pada muka serta kepala,
• Nafsu makanmenurun, diare, batuk, bersin dan ngorok,
• penurunan produksi telur, kerabang telur lembek. Adanya gangguan
syaraf, tortikolis, lumpuh dan gemetaran. Kematian terjadi dengan
cepat. Sementara itu pada LPAI, kadang gejala klinis tidak terlihat
dengan jelas
• gejala klinis tidak terlihat dengan jelas
LPAI
9. Ket: a) cyanosis pada kepala, b) perdarahan pada kaki, c) keluarnya cairan dari
hidung dan paruh, d) pebengkakan pada kepala. (Sumber. http://spc.int/ltd/
ext/Disease_Manual_Final/a150_avian_ influenzahtml)
10.
11. Ket: a) perdarahan pada otot, b) kongesti paru, c) petechie pada kloaka
(Sumber:http://en.engormix.com/PhotoGallery/view.aspx?id=15771)
Patologi Anatomi
12. Perdarahan pada jaringan lemak, perdarahan pada bakal telur, radang
nekrotik pada proventikulus,
13. • Biosekuriti
• Vaksinasi
• Pengendalian lalu lintas
• Pemusnahan unggas selektif
(depopulasi) di daerah tertular
• Surveilans dan Penelusuran
• Peningkatan kesadaran masyarakat
(Public Awareness)
Pencegahan, Pengendalian
dan Pemberantasan
14. • Belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan Avian
Influenza.
• Usaha yang dapat dilakukan adalah membuat kondisi badan
ayam cepat membaik dan merangsang nafsu makannya
dengan memberikan tambahan vitamin dan mineral,
• Mencegah infeksi sekunder dengan pemberian antibiotik.
Dapat pula diberikan pemanasan tambahan pada kandang.
Pengobatan
15. NEWCASTLE DISEASE ND
• Merupakan penyakit menular akut yang menyerang ayam dan jenis
unggas lainnya
• Disebabkan oleh virus avian paramyxovirus, termasuk genus
Avulavirus, family Paramyxoviridae
• Pada tahun 1927 Doyle memberi nama Newcastle Disease yang
merupakan nama dari suatu daerah di Inggris “Newcastle on Tyne”
yang terjangkit penyakit serupa
• Di Indonesia penyakit ini ditemukan pertama kalinya oleh Kreneveld
pada tahun 1926
• Penyakit akut yang besifat fatal pada ayam semua umur
16. 1. Strain velogenik tipe Asia
Strain velogenik tipe Amerika
2. Strain mesogenic (virulensi sedang)
3. Strain lentogenic (avirulen)
Sangat virulen→ Kematian
Penurunan produksi telur dan menghambat pertumbuhan
Strain ND
18. • Ditandai dengan hilangnya nafsu makan
• Diare yang kadang disertai darah
• Lesu, sesak nafas, megap-megap, ngorok, bersin, batuk,
• Pparalysis partialis atau komplit dan sekali-sekali tortikolis.
• Produksi telur turun atau terhenti sama sekali.
• Warna balung dan pial cyanosis.
• Angka kematian 80 - 100% (velogenik), Angka kematian
mencapai 10%, Mesogenik) dan Tidak menimbulkan
kematian pada ayam dewasa maupun anak ayam
(lentogenik)
Gejala Klinis
20. Perdarahan pada sekal tonsil, Petechie pada proventrikulus, Nekrosa pada usus.
(Sumber : http://www.thepoultrysite.com/publications/6/diseasesof-poultry/199/
newcastle-disease)
Patologi Anatomi
21.
22. • Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan vaksinasi secara
teratur
• Menjaga kebersihan dan sanitasi kandang
• Menjaga kualitas pakan
• Meminimalisir sress
Pencehahan
23. • Belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan ND.
• Usaha yang dapat dilakukan adalah membuat kondisi badan ayam
cepat membaik
• Merangsang nafsu makannya (vitamin dan mineral)
• Mencegah infeksi sekunder dengan pemberian antibiotik.
• Berikan pemanasan tambahan pada kandang
Pengobatan
24. COCCIDIOSIS
• Merupakan penyakit parasiter pada
sistem pencernaan unggas akibat infeksi
protozoa genus Emeria
• Setidaknya ada 9 spesies Eimeria yang
dapat menyebabkan Coccidiosis pada
ayam antara lain, E.acervulina, E.brunetti,
E.maxima, E.mitis, E.mivati, E.necatrix,
E.praecox, E.hagani, dan E.tenella
• Infeksi masing-masing spesies Eimeria
memiliki karakteristik tersendiri sehingga
dapat dibedakan satu sama lain.
25. • Identifikasi spesies Eimeria yang menginfeksi dapat ditentukan dengan
melihat keparahan lesi, lokasi lesi pada saluran intestine,
• Coccidiosis menyebabkan pertumbuhan unggas yang tidak optimal
akibat menurunnya efisiensi penyerapan nutrisi pakan
• Penyakit ini tersebar di seluruh dunia dan menyebabkan kerugian
ekonomi yang besar
• Pada kejadian kronis, penyakit ini dapat menyebabkan kematian yang
cukup tinggi pada unggas
26. • Penyakit Coccidiosis dapat menyerang unggas pada ayam (4-5
minggu), itik dan kalkun (6-8 minggu), maupun angsa (3-12 minggu).
• Perlu diketahui bahwa Eimeria sp. memiliki host specificity (inang
spesifik) yang tinggi sehingga kejadian Coccidiosis pada bangsa
hewan yang berbeda disebabkan oleh spesies Eimeria yang berbeda
pula.
• Selain unggas, hewan mamalia seperti anjing, kucing, sapi, domba,
kambing, dan babi juga dapat terinfeksi penyakit Coccidiosis ini.
Spesies Rentan
27. • Penularan Coccidiosis terjadi ketika (menelan) oocyst infektif dalam
pakan atau air minum.
• Tidak ada vektor biologis yang membantu penyebaran penyakit ini,
namun terdapat vektor mekanik (lalat) yang membantu menyebarkan
oocyst dalam feses.
• Fasilitas peternakan yang terkontaminasi dan migrasi burung liar juga
dapat membantu penyebaran penyakit.
• Oocyst bersporulasi yang tertelan akan berkembang biak di dalam sel
epitel saluran pencernaan usus halus dan menghasilkan oocyst yang
belum bersporulasi dan akan dikeluarkan ke lingkungan bersama
feses
Cara Penularan
28. Terdapat beberapa faktor yang mendukung terjadinya Coccidiosis di dalam suatu
peternakan yaitu antara lain :
a. Kelembaban litter/sekam yang melebihi 30 %
b. Periode penggantian litter/sekam.
c. Kejadian imunosupressi akibat penyakit Marek, Gumboro, dan Mycotoxin
d. Ketidak-merataan distribusi anticoccidial sebagai feed additive di dalam pakan
e. Pergantian pemakaian anticoccidia secara periodic
f. Lingkungan dan tingkat stres hewan akibat terlalu padat dan minimnya
ventilasi
g. Kering kandang
Faktor Predisposisi
33. • Anoreksia
• Bulu berdiri
• Kepucatan pada pial dan
jengger
• Kekurusan
• Perdarahan/mdiare berdarah
dan kematian (4 sampai 6 hari
post infeksi)
Gejala Klinis
37. • Penerapan tindakan biosecurity
• Perbaikan manejemen kandang.
• Pemisahan flok antara unggas muda dari unggas tua. Unggas muda ditempatkan pada flok
tertentu yang bebas dari litter yang mengandung oocyst.
• Meningkatkan sanitasi dan kebersihan kandang. Sanitasi difokuskan pembuangan atau
pembersihan peralatan kandang yang tercemar karena oocyst coccidia resisten terhadap
desinfektan. Tempat minum ditinggikan agar unggas tidak tercemar ekskreta unggas saat
defekasi
• Pembersihan dan kontrol litter/sekam. Litter sebaiknya diganti atau ditambah secara teratur
dengan tujuan mengurangi konsentrasi feses atau cemaran oocys dalam litter. Litter
diusahakan selalu dalam keadaan kering untuk mencegah oocyst bersporulasi
• Menjaga kecukupan udara dan ruang bagi unggas dengan mengatur ventilasi udara dan
kepadatan ternak
• Solasi dan mengobati unggas pada flok yang sakit dan memberikan pakan ternak yang
mengandung coccidiocidal /coccidiostat tergantung tingkat keparahan penyakit pada satu
flok.
Pencegahan dan Pengendalian
38. • Pengobatan Coccidiosis dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan
yang bersifat coccidiostat atau coccidiocidal untuk menekan jumlah parasit
yang ada di dalam tubuh. Dengan jumlah parasit yang terkontrol, tubuh
diharapkan mampu merespon dengan membentuk antibodi/kekebalan tubuh.
Biasanya pemberian obat-obatan coccidiostat dilakukan dengan
mencampurkannya ke dalam pakan atau air minum (feed additive).
• Terdapat banyak sediaan yang dapat digunakan untuk mengobati
Coccidiosis pada unggas antara lain amprolium, clopidol, asam folat
antagonis, halofuginone hydrobromida, ionophore, nicarbazine,
nitrobenzamida, sulfaquinoxalin dan robenidine.
• Setiap produk obat yeng beredar di pasaran memiliki kandungan dan cara
aplikasi yang berbeda sehingga sebelum menggunakan produk tersebut
perlu dilihat dosis dan cara pemakaiannya.
Pengobatan
39.
40. ASPERGILOSIS
• Suatu penyakit yang disebabkan oleh jamur atau cendawan dari genus
Aspergillus (Aspergillus fumigatus, Aspergillus flavus dan Aspergillus
niger)
• Hewan rentan terhadap aspergillosis adalah unggas seperti ayam, itik,
angsa, penguin, merpati, kalkun dan burung liar lainnya.
• Selain unggas, hewan lain yang rentan adalah kuda, sapi, domba,
babi, kucing, anjing, kelinci, kambing dan kera.
41. • Penyakit bersifat akut hingga kronik. Kematian terjadi
dalam waktu 1-2 hari. Morbiditas dan mortalitas pada
anak ayam cukup tinggi.
• Penularan aspergillosis terjadi melalui udara, debu dan
bahan ternak seperti pakan, air minum dan lain-lain yang
tercemar spora
• Aspergillosis pertama kali ditemukan pada ayam di
Indonesia pada tahun 1952 yang dilaporkan oleh
Kraneveld dan Jaenodin
42. • Dalam bentuk akut, aspergillosis
menyebabkan hewan tidak mau makan,
kelihatan mengantuk, kadang membuka mulut
karena kesulitan bernapas, bahkan mengalami
kejang.
• Apabila cendawan menginfeksi otak, akan
menimbulkan gejala kelumpuhan dan
gangguan syaraf lainnya.
• Jika terjadi infeksi pada mata umumnya hanya
menyerang salah satu matanya, hingga
matanya tertutup oleh cairan kental berwarna
kuning dan ayam tumbuh lambat
Gejala Klinis
47. • Penerapan manajemen, higiene dan sanitasi lingkungan yang baik
untuk mencegah aspergillosis
• Hewan penderita sebaiknya diisolasi. Pakan ternak dijaga jangan
sampai terkontaminasi cendawan
Pencegahan dan Pengendalian
• Hewan tersangka dan penderita aspergillosis harus diisolasi dan
diobati.
• Tempat bekas hewan penderita didesinfeksi, dan ayam penderita
sebaiknya dibakar karena dapat menjadi sumber spora.
• Pemusnahan sumber cendawan dan spora,
48. Belum ada obat yang efektif dan ekonomis untuk aspergillosis
pada unggas
Pengobatan
49. PULLORUM
• Penyakit Pullorum merupakan penyakit menular pada ayam
• Menimbulkan kerugian ekonomi yang besar (meliputi penurunan produksi
telur, penurunan daya tunas, kematian (embrio dan anak ayam)
• Pullorum disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum
• Spesies Rentan adalah ayam dan kalkun, selain itu juga burung gereja, itik,
angsa, merpati, burung puyuh, termasuk juga burung liar
• Banyak menyerang pada anak ayam yang baru menetas (2-3 minggu)
dengan angka morbiditas mencapai lebih dari 40% dan angka mortalitas
tinggi dapat mencapai 85-100%
50. 1. Secara vertikal atau kongenital yaitu penularan dari induk ayam betina
kepada anaknya melalui telur
2. Secara horizontal penularan terjadi melalui kontak langsung yaitu antara
unggas yang secara klinis sakit dengan ayam carrier atau ayam sehat
3. Secara tidak langsung (terjadi melalui oral yakni melalui makanan dan
minuman yang tercemar, peralatan, kandang, litter, dan pakaian dari
pegawai kandang yang terkontaminasi)
4. Secara aerogen, biasanya penularan terjadi dalam mesin tetas melalui
debu, bulu-bulu anak ayam, pecahan kulit telur dan sebagainya.
Cara Penularan
51. • Anak ayam: Nafsu makan berkurang. Kotoran encer berwarna putih
berlendir atau coklat kehijau-hijauan dan terdapat gumpalan seperti
pasta di sekitar kloaka. Ayam terlihat pucat, lemah, kedinginan dan suka
bergerombol mencari tempat hangat. Sayap tampak kusut dan
menggantung, jengger pucat dan berkerut berwarna keabu-abuan,
lumpuh karena arthritis, dan nampak sesak nafas. Terjadi
pembengkakan pada sendi merupakan gambaran umum pada pullorum.
Ayam-ayam yang tahan hidup mengalami hambatan pertumbuhan
Gejala Klinis
• Ayam dewasa : Menurunnya
kesuburan dan daya tetas, depresi,
anemia dan kotoran encer warna
kuning
53. Lesi nodul pada jantung Fokal nekrosa pada paru,
hati dan jantung
Patologi
54. 1. Secara kongenital/vertikal: dari induk
ke anak (saat telur di ovarium, oviduk
atau kloaka)
2. Secara horisontal :
• Oral, melalui pakan, air minum dan litter
yg terkontaminasi.
• Erogen/udara pernapasan: dalam
mesin tetas melalui: debu, bulu-bulu,
anak ayam dan pecahan cangkang
Cara Penularan
55. 1. Menjaga sanitasi kandang dan mesin tetas. Fumigasi dengan
formaldelhida 40%.
2. Pemberian vaksinasi sama halnya pada kolera.
3. Bila ayam terkena sudah parah, sebaiknya dimusnahkan
Penangulangan
KERUGIAN EKONOMI
Turunnya produksi telur dan daya tetas,
kematian embrio, kematian pada anak ayam maupun
ayam dewasa
56. • Perusahaan pembibit yg terserang salmonellosis dilarang keluarkan
telur tetas, ayam mati ataupun hidup, kecuali untuk diagnosis.
• Ayam yang mati dibakar dan dikubur.
• Uji masal pada unggas di atas 4 bulan, yg positif dimusnahkan.
• Peternakan yg positif mengandung penyakit dilarang lalu lintas orang,
kecuali petugas dan orang yg keluar dari peternakan tersebut harus di
suci hamaka
Pengendalian
57. • Pengobatan pullorum kurang menguntungkan.
• Pengobatan pullorum dapat dilakukan dengan penyuntikan antibiotik
seperti cocillin, neo terramycin ke dada ayam, namun obat-obat ini
hanya efektif untuk pencegahan kematian anak ayam, tetapi tidak
dapat menghilangkan penyakit tersebut.
• Sebaiknya ayam yang sudah terlanjur terinfeksi parah dimusnahkan
untuk menghindari adanya carrier yang bersifat kronis
Pengobatan