2. Penelitian kwalitatif pada dasarnya penelitian yang
ingin memahami interaksi manusia dengan
lingkungannya. Setiap interaksi manusia selalu
dipenuhi dengan symbol-simbol, baik dalam
kehidupan diri sendiri maupun kehidupan sosial.
Simbol-simbol itu dimaknai dan dispakati oleh diri
dan lingkungan sosialnya. Interaksi simbolik
merupakan perspektif yang memperlakukan individu
sebagai diri sendiri sekaligus sebagai diri sosial.
3. Manusia melakukan berbagai hal atas dasar makna
yang diberikan oleh berbagai hal itu kepada mereka.
Dasar interaksionisme simbolik adalah “makna
berbagai hal itu berasal dari, atau muncul dari
interaksi sosial seorang dengan orang lain.
Dari interaksionisme simbolik bahwa makna ditangani
atau dimodifikasi melalui suatu proses penafsiran
yang digunakan oleh orang dalam kaitannya dengan
berbagai hal yang dia hadapi.
4. CIRI-CIRI PENELITIAN INTERAKSI
SIMBOLIK
Setiap individu selalu merespon situasi
berdasarkan symbol-simbol.
Individu merespon suatu situasi atau
lingkungan berdasarka symbol dan makna
yang dikandung dalam komponen-komponen
lingkungan tersebut; ketika mereka merespon,
tidaklah bersifat mekaniss dan tidak pula
ditentukan oleh faktor-faktor eksternal.
5. LANJUTAN
Makna adalah produk dari interaksi sosial,
karena itu makna tidak melekat pada
objek, melainkan dinegosiasikan melalui
penggunaan bahasa simbol.
Makna yang diinterprestasikan oleh individu
bisa berubah oleh waktu ke waktu,
sejalan dengan perubahan situasi yang di
temukan dalam interaksi sosial.
6. Strategi Penelitian dengan Interaksi Simbolik
Menterjemahkan (translation). Menterjemahkan
dilakukan dengan cara mengalih bahasakan dari
bahasa penduduk asli (sebagai subjek yang diteliti)
dan memindahkan rekaman ketulisan.
Memaknakan (meaning). Pemaknaan maksudnya
peneliti dapat memaknai prilaku yang ditunjukan oleh
subjek ,prilaku dan akal budinya.
Menafsirkan (interpreted). Untuk dapat menafsirkan
prilaku atau symbol-simbol yang ditunjukan oleh
subjek, maka perlu dicari latar belakang dan
konteksnya, agar terangkum konsep yang jelas
7. Pikiran (mind,intelligence,idea,thought).
Suatu proses yang di lakukan oleh manusia
sebagai kemampuan untuk menggunakan
simbol yang mempunyai makna sosial yang
sama, menurut George Herbert Mead
(1934) pikiran memungkinkan manusia
berkomunikasi dengan orang lain, bahkan
dengan dirinya sendiri dan dapat
mengambil peran orang lain, (Deddy,
Mulyana,2008:115).
8. Lanjutan
Diri (self). mendefinisikan diri sebagai
kemampuan untuk merefleksikan diri
kita sendiri dari perspektif orang lain.
Masyarakat (society). bahwa interaksi
mengambil tempat di dalam sebuah
struktur sosial yang dinamis, budaya,
masyarakat dan sebagainya.yang
merupakan sebagai jejaring hubungan
sosial yang diciptakan manusia.
9. Penelitian yang terkait dengan bias gender dalam
pendidikan
Penelitian yang mempelajari pilihan manager,
pemimpin atau administrator dan supervisor
(misalnya kepala sekolah) untuk berkomunikasi
bertatap muka, komunkasi tertulis dan komunikasi
elektronik,
Penelitian yang mengkaji organisasi (misalnya
sekolah) sebagai system interprestasi yang
dipengaruhi oleh interaksi simbolik dan budaya oleh
warga organisasinya dan sebagainya.
10. Denzin mengemukakan tujuh prinsip metodologis
berdasarkan teori interaksi simbolik, yaitu:
Simbol dan interaksi harus dipadukan sebelum
penelitian tuntas.
Peneliti harus mengambil perspektif atau peran
orang lain yang bertindak (the acting other) dan
memandang dunia dari sudut pandang subjek,
namun dalam berbuat demikian peneliti harus
membedakan antara konsepsi realitas kehidupan
sehari-hari dengan konsepsi ilmiah mengenai
realitas tersebut.
Peneliti harus mengaitkan simbol dan definisi
subjek hubungan sosial dan kelompok-kelompok
yang memberikan konsepsi demikian.
11. LANJUTAN
Setting perilaku dalam interaksi tersebut dan
pengamatan ilmiah harus dicatat.
Metode penelitian harus mampu mencerminkan
proses atau perubaha, juga bentuk perilaku yang
yang statis.
Pelaksanan penelitian paling baik dipandang sebagai
suatu tindakan interaksi simbolik.
Penggunaaan konsep-konsep yang layak adalah
pertama-tama mengarahkan (sensitizing) dan
kemudian operasional, teori yang layakmenjadi teori
formal, bukan teori agung (grand theory) atau teori
menegah (middle-range theory), dan proposisi yang
dibangun menjadi interaksional dan universal.
12. Model interaksionis simbolik akan menganalisis
berbagai hal tentang simbol yang terdapat dalam
interaksi pelaku. Mungkin sekali pelaku budaya
menggunakan simbol-simbol , unik atau spesial yang
hanya dapat dipahami ketika mereka saling ber-
interaksi. Katakan saja, kemenyan dan bunga
kantil, keduanya kalau berdiri sendiri belum
mewujudkan sebuah simbol bermakna. Namun,
ketika benda tersebut diletakkan pada salah satu
prosesi budaya, diberi mantra oleh seorang dukun
dan sebagainya, barulah benda simbolik ‘ itu
bermakna.
13. Beberapa catatan penting yang perlu diperhatikan bagi
peneliti interaksionis simbolik, yaitu:
symbol akan bermakna penuh ketika
berada dalam konteks interaksi aktif,
pelaku budaya akan mampu merubah
symbol dalam interaksi sehingga
menimbulkan makna yang
berbeda dengan makna yang lazim,
pemanfaatan symbol dalam interaksi
budaya kadang-kadang lentur dan
tegantung permainan bahasa si pelaku,
Makna symbol dalam interaksi dapat
bergeser dari tempat dan waktu
tertentu.