2. Penjelasan Singkat
Teori perkembangan kepribadian yang
dikemukakan Erik Erikson merupakan
salah satu teori yang memiliki pengaruh
kuat dalam psikologi. Bersama dengan
Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi
penting dalam psikologi. Hal ini
dikarenakan ia menjelaskan tahap
perkembangan manusia mulai dari lahir
hingga lanjut usia. Selain, teori Erikson
juga membawa aspek kehidupan sosial
dan fungsi budaya yang dianggap lebih
realistis.
3. PANDANGAN DASAR DAN PRINSIP DASAR
Prinsip Epigenetik
Erikson membagi delapan tahap perkembangan manusia dari lahir hingga
meninggal. Menurut Erikson, urutan kedelapan tahap perkembangan ini
ditentukan secara genetik dan tidak bisa diubah-ubah. Urutan yang ditentukan
secara genetik bagi perkembangan kepribadian manusia disebut Erikson
sebagai Prinsip Epigenetik. Tahap perkembangan yang satu terbentuk dan
dikembangkan atas perkembangan sebelumnya, tetapi tidak mengganti
perkembangan di tahap sebelumnya. Dengan kata lain, setiap tahap, ketika
karakteristik-karakteristik baru muncul, dibangun dari karakeristik yang sudah
mendahuluinya, dan menjadi dasar bagi pembentukan yang akan muncul
sesudahnya. Erikson (1968) menyatakan, "semuanya yang berkembang
mempunyai rencana dasar, dan dari perencanaan ini muncul bagian-bagian,
masing-masing bagian mempunyai waktu khusus untuk menjadi pusat
perkembangan, sampai semua bagian muncul untuk membentuk keseluruhan
fungsi.” Menurut prinsip epigenetik, karakeristik kepribadian yang jadi
mengemuka di suatu tahap perkembangan, sudah eksis sebelum tahap itu
muncul, dan akan terus eksis setelah tahap itu dilalui.
4. Empat macam sifat instink :
1. Sumber
2. Tujuan
3. Objek instink
4. Pendorong atau Penggerak
5. Teori Psikososial
• Tokoh: Erik H.Erikson
• Asumsi:
a) perkembangan kepribadian manusia terjadi sepanjang rentang
kehidupan
b) perkembangan kepribadian manusia dipengaruhi oleh interaksi sosial—
hubungan dgn orang lain
c) perkembangan kepribadian manusia ditentukan oleh keberhasilan atau
kegagalan seseorang mengatasi krisis yang terjadi pd setiap tahapan
sepanjang rentang kehidupan.
6. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
• Pemahaman akan delapan tahapan perkembangan psikoseksual Erikson
membutuhkan pemahaman terhadap beberapa poin penting
1. Prinsip Epigenetik
Menurut Erikson, ego berkembang melalui berbagai tahap kehidupan
mengikuti prinsip epigenetik, istilahyang dipinjam dari embriologi.
Perkembangan epigenetik adalah perkembangan tahap demi tahap dari
organ-organ embrio.
Ego berkembang mengikuti prinsip epigenetik. prinsip epigenetik dengan
fisik anak adalah dimulai dari merangkak – duduk – berdiri – berjalan –
berlari.
Erikson menjelaskan prinsip epigenetiknya sebagai berikut : “semuanya
yang berkembang mempunyai rencana dasar, dan dari perencanaan ini
muncul bagian-bagian, masing-masing bagian mempunyai waktu khusus
untuk menjadi pusat perkembangan, sampai semua bagian muncul untuk
membentuk keseluruhan fungsi.”
7. 2.Aspek Psikoseksual
Teori perkembangan dari Erikson melengkapi dan
menyempurnakan teori Freud dalam dua hal, pertama melengkapi
tahapan perkembangan menjadi delapan tahap yakni tahap bayi
(infancy), anak (early childhood), bermain (play age), sekolah (shool
age), remaja (adolescence), dewasa awal (young adulthood),
dewasa (adulthood), dan tua (mature). Kedua, memakai analisis
konflik untuk mendiskripsi mengenai perkembangan kepribadian.
8. 3.Konflik Psikososial
Terdapat enam pokok fikiran yang dapat dipakai untuk memahami
teori perkembangan psikososial Erikson :
1. Prinsip Epigenetik
2. Interaksi Bertentangan
3. Kekuatan Ego
4. Konflik dan peristiwa pancaragam
5. Di setiap tahap perkembangan
9. Ritualisasi versus Ritualisme
• Pengertian ritualisasi dapat disingkat sebagai berikut :
• Ritualisasi adalah pola-kultural berinteraksi dengan orang dan objek
lainnya, yang membuat interaksi menjadi menyenangkan.
• Ritualisasi adalah kesepakatan saling hubungan antara dua orang (atau
lebih) yang terus menerus berlangsung dan memiliki nilai yang adaptif
(dapat dipakai dalam berbagai kesempatan).
• Ritualisasi membuat individu dapat bertingkah laku secara efektif dan
tidak canggung di masyarakat.
• Ritualisasi memasukkan orang kedalam masyarakat dengan mengajarkan
kepada mereka memuaskan keinginan memakai cara-cara yang dapat
diterima budaya.
10. Ciri-ciri ritualisme adalah sebagai berikut:
1. Perhatian orang dalam ritualisme terfokus pada dirinya sendiri. Orang
menjadi lebih peduli dengan performansi dirinya daripada
mempedulikan hubungannya dengan orang lain atau dengan makna
apa yang mereka lakukan.
2. Sifatnya tidak menyenangkan, tetapi terpaksa dilakukan. Ritualisme
juga terpola secara cultural, menjadi perilaku yang menyimpang,
abnormal, dan aneh.
3. Ritualisme sering melibatkan orang lain. Orang yang didominasi oleh
ritualisme tidak dapat berinteraksi dengan orang lain dalam cara yang
saling mendapat kepuasan.
11. Struktur Kepribadian
Sebagai pusat kepribadian, ego membantu kita beradaptasi dengan
beragam konflik dan krisis kehidupan. Selama masa kanak-kanak, ego
sangatlah lemah, fleksibel dan rapuh, tetapi pada masa remaja, ego mulai
mengambil bentuk tertentu dan memperoleh kekuatannya.
Erickson meluaskan tahap perkembangan Freud sampai usia senja dan
pusat dari teorinya lebih banyak menekankan peranan ego. Erikson yakin
bahwa ego merupakan kekutan positif yang menciptakan identitas diri.
Ego berdasarkan Erikson lebih mengarah kepada pentingnya perubahan
yang terjadi pada tahap perkembangan kehidupan (tertuju pada
masyarakat dan kebudayaan).
12. Erickson mendefinisikan ego sebagai kemampuan pribadi untuk menyatukan
pengalaman dan tindakan dengan cara yang adaptif.
Erikson menganggap ego sebagai sumber kesadaran diri seseorang. Selama
menyesuaikan diri dengan realita, maka ego mengembangkan perasaan
keberkelanjutan diri dengan masa lalu dan masa yang akan datang.
Erickson mengidentifikasikan tiga aspek ego yang saling berkaitan:
ego-tubuh, ideal-ego, dan identitas ego.
13. Mengacu pada pengalaman-
pengalaman dengan tubuh.
Melihat fisik kita sebagai hal
yang berbeda dari milik
oranglain.
Imajinasi yang kita miliki tentang
diri kita di beragam peran sosial
yang kita mainkan
Imajinasi yang kita miliki tentang
diri kita sendiri yang
dibandingkan dengan gambaran
ideal ego yang lain.
Ideal-ego bertanggung jawab
bagi rasa puas atau tidak,
terhadap seluruh identitas
personal kita
Ego - tubuh Ideal - ego
Identitas - ego
14. Dinamika Kepribadian
Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi
antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai
tindakan-tindakan sosial. Hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan
seseorang dari lahir dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang
berinteraksi dengan suatu organisme. Sehingga seseorang tersebut menjadi
matang secara fisik dan psikologi.
Kemampuan bawaan penting dalam perkembangan kepribadian namun, ego
muncul karena dibentuk oleh masyarakat. Bagi Erickson , pada waktu
manusia lahir, ego hadir hanya sebagai potensi namun, untuk menjadi
aktual dia harus hadir dalam lingkungan kultural.
15. Masyarakat yang berbeda, dengan perbedaan kebiasaan cara mengasuh
anak, cenderung membentuk kepribadian yang sesuai dengan kebutuhan
dan nilai-nilai budayanya
Erikson menganggap ego sebagai sumber kesadarn diri seseorang.
Selama menyesuaikan diri dengan realita, maka ego mengembangkan
perasaan keberkelanjutan diri dengan masa lalu dan masa yang akan
datang.
Menurut Erikson, ego berkembang melalui berbagai tahap kehidupan
mengikuti prinsip epigenetik, artinya tiap bagian dari ego berkembang
pada tahap perkembangan tertentu dalam rentangan waktu tertentu.
Tahap perkembangan yang satu terbentuk dan dikembangkan di atas
perkembangan sebelumnya (tetapi tidak mengganti perkembangan tahap
sebelumnya itu).
16. Perkembangan Kepribadian
Delapan tahap/fase perkembangan kepribadian menurut
Erikson memiliki ciri utama setiap tahapnya yaitu di satu
pihak bersifat biologis dan di lain pihak bersifat sosial, dan
setiap tahap mempuyai masa optimal atau masa kritis yang
harus dikembangkan dan diselesaikan.
17. Kedelapan tahapan perkembangan kepribadian dapat digambarkan dalam
tabel berikut ini :
Developmental stage
Fase Bayi ( 0-1 tahun )
Fase anak-anak ( 2-3 tahun )
Fase Pra sekolah(4-6 tahun)
Usia Sekolah ( 6 -11 tahun )
Remaja ( 12 – 20 tahun )
Dewasa Awal (21-40 tahun)
Dewasa ( 41-65 tahun )
Usia tua ( >65 tahun )
Basic Components
Kepercayaan vs Kecurigaan
Otonomi vs Perasaan malu, ragu-ragu
Inisiatif vs Kesalahan
Kerajinan vs Inferioritas
Identitas vs Kekacauan Identitas
Keintiman vs Isolasi
Generativitas vs Stagnasi
Integritas vs Keputusasaan
18. Teori Psikososial
Stadium Krisis Psikososial Hasil yang baik
Infancy Kepercayaan vs
Ketidakpercayaa
n
Kepercayaan dan optimisme
Toddlerhood Otonomi vs
Keraguan
Pengendalian dan adekuasi diri
Early
Childhood
Inisiatif vs Rasa
Bersalah
Kemampuan memulai aktivitas sendiri
Middle & Late
Childhood
Industri vs Inferioritas Kompetensi dalam kemampuan intelektual. Sosial
dan fisik
Remaja Identitas vs
Kebingungan
Identitas
Citra diri yang terintegrasi sebagai pribadi unik
Dewasa awal Intimasi vs Isolasi Kemampuan membentuk hubungan erat, komitmen
karier
Dewasa
madya
Generativitas vs
Menarik diri
Perhatian terhadap keluarga, masy & generasi pen.
Dewasa akhir Integritas vs Putus Puas dengan kehidupan, siap menghadapi
19. Fase Bayi ( 0-1 tahun )
Kepercayaan vs Kecurigaan
Masa bayi (infancy) ditandai adanya kecenderungan trust – mistrust. Perilaku bayi
didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang di
sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang yang dianggap
asing dia tidak akan mempercayainya. Tahap ini berlangsung pada masa oral. Tugas
yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan
kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu
ketidakpercayaan. Kepercayaan ini akan terbina dengan baik apabila dorongan oralis
pada bayi terpuaskan
Oleh sebab itu, pada tahap ini ibu memiliki peranan yang secara kwalitatif sangat
menentukan perkembangan kepribadian anaknya yang masih kecil
Perkembangan pada masa ini, sangat tergantung pada kualitas pemiliharaan ibu.
Apabila kualitas pemeliharaan atau pengetahuan tentang perawatan anak ibu cukup
maka akan dapat menumbuhkan kepribadian yang penuh kepercayaan, baik terhadap
dunia luar maupun terhadap diri sendiri. Sebaliknya, jika tidak terpenuh anak akan
memungkinkan jadi penakut, ragu – ragu dan khawatir terhadap dunia luar, terutama
kepada manusia yang lain.
20. Fase anak-anak(2-3tahun)
Otonomi vs Perasaan malu, ragu-ragu
Masa kanak-kanak awal ditandai adanya kecenderungan otonomi–
perasaan malu, ragu-ragu Pada masa ini sampai batas-batas tertentu anak
sudah bisa berdiri sendiri (dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain,
minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya)tetapi di pihak
lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat,
sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya
Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi)
sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu.
21. Apabila dalam menjalin suatu relasi antara anak dan orangtuanya terdapat
suatu sikap/tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu
kemandirian. Namun, sebaliknya jika orang tua dalam mengasuh anaknya
bersikap salah (membatasi ruang gerak/eksplorasi lingkungan dan
kemandirian), maka anak dalam perkembangannya akan mengalami sikap
malu dan ragu-ragu.
Orang tua dalam mengasuh anak pada usia ini tidak perlu mengobarkan
keberanian anak dan tidak pula harus mematikannya. Dengan kata lain,
keseimbanganlah yang diperlukan di sini. Ada sebuah kalimat yang
seringkali menjadi teguran maupun nasihat bagi orang tua dalam mengasuh
anaknya yakni “tegas namun toleran”.
22. Fase Pra sekolah(4-6tahun)
Inisiatif vs Kesalahan
Usia bermain ditandai adanya kecenderungan inisiatif– kesalahan. Pada
masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan kecakapan-
kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan, tetapi
karena kemampuan anak tersebut masih terbatas adakalanya dia
mengalami kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia
memiliki perasaan bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau
berinisatif atau berbuat.
Tahap ini juga dikatakan sebagai tahap bermain. Tugas yang harus dijalani
seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif)
tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan.
23. Masa-masa bermain merupakan masa di mana seorang anak ingin belajar dan mampu
belajar terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan
baru. Dikarenakan sikap inisiatif merupakan usaha untuk menjadikan sesuatu yang
belum nyata menjadi nyata, sehingga pada usia ini orang tua dapat mengasuh anaknya
dengan cara mendorong anak untuk mewujudkan gagasan dan ide-idenya.
Jika orang tua mampu mendorong atau memperkuat kreativitas inisiatif dari anak,
maka anak akan menampilkan diri lebih maju dan lebih seimbang secara fisik maupun
kejiwaan. Akan tetapi jika orang tua tidak memberikan kesempatan anak untuk
menyelesaikan tugas – tugasnya atau terlalu banyak menggunakan hukuman verbal
atas inisiatif anak, maka anak akan tumbuh sebagai pribadi yang selalu takut salah
rangakain kata yang tepat untuk menggambarkan masa ini pada akhirnya bahwa
keberanian, kemampuan untuk bertindak tidak terlepas dari kesadaran dan
pemahaman mengenai keterbatasan dan kesalahan yang pernah dilakukan
sebelumnya.
24. Usia Sekolah (6 -11tahun)
Kerajinan vs Inferioritas
Masa Sekolah ditandai adanya kecenderungan kerajinan–
inferioritas. Pada masa ini anak sangat aktif mempelajari
apa saja yang ada di lingkungannya. Dorongan untuk
mengatahui dan berbuat terhadap lingkungannya sangat
besar,.
Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah
adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras
dan menghindari perasaan rasa rendah diri.
25. Saat anak-anak berada tingkatan ini area sosialnya bertambah luas dari lingkungan
keluarga merambah sampai ke sekolah, sehingga semua aspek memiliki peran
Tingkatan ini menunjukkan adanya pengembangan anak terhadap rencana yang pada
awalnya hanya sebuah fantasi semata, namun berkembang seiring bertambahnya usia
bahwa rencana yang ada harus dapat diwujudkan yaitu untuk dapat berhasil dalam
belajar. Anak pada usia ini dituntut untuk dapat merasakan bagaimana rasanya
berhasil, apakah itu di sekolah atau ditempat bermain.
Melalui tuntutan tersebut anak dapat mengembangkan suatu sikap rajin. Berbeda
kalau anak tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak mampu
(inferioritas), sehingga anak juga dapat mengembangkan sikap rendah diri.
26. Oleh sebab itu, peranan orang tua maupun guru sangatlah penting untuk
memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan anak pada usia seperti ini. Kegagalan di
bangku sekolah yang dialami oleh anak-anak pada umumnya menimpa anak-anak
yang cenderung lebih banyak bermain bersama teman-teman dari pada belajar, dan
hal ini tentunya tidak terlepas dari peranan orang tua maupun guru dalam
mengontrol mereka.
Apabila lingkungan orang tua dan sekitarnya, termasuk sekolah dapat menunjang
akan menumbuhkan pribadi yang rajin dan ulet serta kompeten. Akan tetapi
lingkungan yang tidak menunjang menumbuhkan pribadi – pribadi anak yang penuh
ketidakyakinan atas kemampuannya ( inkompeten atau inferior ).
27. Remaja ( 12 – 20 tahun )
Identitas vs Kekacauan Identitas
Tahap remaja, dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau
20 tahun. Masa remaja ditandai adanya kecenderungan identitas – kekacaun
identitas.
Selama masa ini individu mulai merasakan suatu perasaan tentang
identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah manusia unik, namun siap
untuk memasuki suatu peranan yang berarti ditengah masyarakat, entah
peranan ini bersifat menyesuaikan diri atau sifat memperbaharui, mulai
menyadari sifat – sifat yang melekat pada dirinya sendiri.
28. Selain itu, didukung pula oleh kemampuan dan kecakapan-kecakapan yang
dimilikinya untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas
dari dirinya. Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini, pada para
remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang
oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan.
Tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini yaitu pencapaian identitas pribadi dan
menghindari peran ganda. Menurut Erikson masa ini merupakan masa yang
mempunyai peranan penting, karena melalui tahap ini orang harus mencapai tingkat
identitas ego, berarti mengetahui siapa dirinya dan bagaimana cara seseorang terjun
ke tengah masyarakat.
Jikalau antara identitas ego dan kekacauan identitas dapat berlangsung secara
seimbang, maka kesetiaan akan diperoleh sebagi nilai positif yang dapat dipetik.
Kesetiaan yang dimaksudkan yaitu setia dalam beberapa pandangan idiologi atau visi
masa depan
29. Dewasa Awal (21-40tahun)
Keintiman vs Isolasi
Masa Dewasa Awal ditandai adanya kecenderungan keintiman – isolasi.
Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan yang kuat dengan
kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok sudah mulai
longgar. Mereka sudah mulai selektif dengan membina hubungan yang
intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham.
Jadi pada tahap ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang
intim dengan orang-orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan
yang lainnya.
30. Pada jenjang ini menurut Erikson, adanya suatu keingin mencapai kedekatan dengan
orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri. Diperlihatkan dengan
adanya hubungan spesial dengan orang lain yang biasanya disebut dengan istilah
pacaran guna memperlihatkan dan mencapai kelekatan dan kedekatan.
Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang berbeda apabila seseorang
dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin relasi dengan orang lain
secara baik sehingga akan tumbuh sifat merasa terisolasi (cenerung menutup diri)
Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman dan isoalasi harus berjalan dengan
seimbang guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta. Dalam konteks teorinya,
cinta berarti kemampuan untuk mengenyampingkan segala bentuk perbedaan dan
keangkuhan lewat rasa saling membutuhkan. Wilayah cinta yang dimaksudkan di sini
tidak hanya mencakup hubungan dengan kekasih namun juga hubungan dengan
orang tua, tetangga, sahabat, dan lain-lain.
31. Dewasa ( 41-65 tahun )
Generativitas vs Stagnasi
Masa Dewasa ditandai adanya kecenderungan generativitas –stagnasi. Pada tahap
ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya.
Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan
individu sangat pesat.
Tugas yang harus dicapai pada tahap ini ialah dapat mengabdikan diri guna
keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak berbuat
apa-apa (stagnasi)
32. Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan. Sifat ini
adalah kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui
generativitas akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan orang
lain. Pemahaman ini sangat jauh berbeda dengan arti kata
stagnasi yaitu pemujaan terhadap diri sendiri dan sikap yang
dapat digambarkan dalam stagnasi ini adalah tidak perduli
terhadap siapapun.
Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya
keseimbangan antara generativitas dan stagnansi guna
mendapatkan nilai positif yang dapat dipetik yaitu kepedulian.
Kepeduliaan yang dimaksudkan yaitu, perhatian terhadap apa
yang dihasilkan, keturunan, produk – produk, ide – ide, dan
keadaan masyarakat yang berkaitan dengan kehidupan generasi –
generasi mendatang
33. Usia tua ( >65 tahun )
Integritas vs Keputusasaan
yang menjadi tugas pada usia senja ini adalah integritas dan
berupaya menghilangkan putus asa dan kekecewaan.
Masa hari tua ditandai adanya kecenderungan ego integritas –
keputusasaan Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan
atau intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya
telah menjadi milik pribadinya.
34. Namun, sikap ini akan bertolak belakang jika didalam diri mereka
tidak terdapat integritas sehingga dapat memunculkan sikap yang
terlalu cemas, timbul keputusasaan, penyesalan terhadap apa yang
telah dan belum dilakukannya, ketakutan dalam menghadapi
kematian.
Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya
keseimbangan antara integritas dan keputusasaan guna mendapatkan
nilai positif yang dapat dipetik yaitu sikap bijaksana. Bijaksana yanng
dimaksudkan yaitu, rasa puas terhadap masa hidupnya dan tidak
takut menghadapi kematian.
Tahap ini merupakan tahap yang sulit dilewati menurut
pemandangan sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa
terasing dari lingkungan kehidupannya, karena orang pada usia senja
dianggap tidak dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak berguna.
Kesulitan tersebut dapat diatasi jika di dalam diri seseorang memiliki
integritas yang baik yakni dapat menerima hidup dan oleh karena itu
juga dapat menerima akhir dari hidup itu sendiri.
35. Revisi
Menurut Erikson, lingkungan dimana anak-anak tinggal sangat
menentukan perkembangan, penyesuaian, dan sumber dari kesadaran
diri dan identitas.
Erikson berpendapat bahwa kepribadian seseorang tidak hanya apa
yang dibawanya sejak lahir, tapi dalam perkembangannya muncul
sifat-sifat baru, karena pengaruh lingkungan
Menurut Erikson, perluasan ego dipengaruhi oleh interaksi
lingkungan sosial dimana semakin luas lingkungan sosialnya,
semakin luas perkembangan egonya.
36. Fase-fase Tujuan Akibatnya
Fase Bayi ( 0-1 tahun )
Kepercayaan vs Kecurigaan
pengharapan dan kepercayaan rasa curiga, distorsi indrawi dan penakut
Fase anak-anak ( 2-3 tahun )
Otonomi vs Perasaan malu, ragu-
ragu
kehendak dan kemandirian tergantung pada orang lain, kurangnya harga
diri, dan merasa malu atau ragu-ragu
Fase Pra sekolah(4-6 tahun)
Inisiatif vs Kesalahan
tujuan dan keberanian malignasi berdiam diri, ketidakpedulian,
takut mengambil resiko.
Usia Sekolah ( 6 -11 tahun )
Kerajinan vs Inferioritas
kompetensi Rendah diri, keahlian sempit dan lamban.
Remaja ( 12 – 20 tahun )
Identitas vs Kekacauan
Identitas
kesetiaan dan loyalitas kejahatan, diskriminasi kelompok, fanatisme
dan penolakan.
Dewasa Awal (21-40 tahun)
Keintiman vs Isolasi
cinta
Dewasa ( 41-65 tahun )
Generativitas vs Stagnasi
kepedulian mandeg dan tidak produktif, penolakan.
Usia tua ( >65 tahun )
Integritas vs Keputusasaan
kebijaksanaan depresi dan keputusasaan.