Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang globalisasi ekonomi dan daya saing ekonomi Indonesia.
2. Kondisi daya saing Indonesia saat ini telah meningkat namun masih lemah dibanding negara ASEAN lainnya.
3. Strategi peningkatan daya saing yang disarankan adalah meningkatkan ekspor dan mendorong diversifikasi produk dan pasar.
SIKLUS AKUNTANSI (Identifkasi dan analisis transaksi).ppt
MENINGKATKAN DAYA SAING EKONOMI
1. DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK I
TEUKU MUHAMMAD AZHAR
FAUZAN
MAULANA EFENDI
2. LATAR BELAKANG
Perkembangan ekonomi dalam suatu negara
sangat mempengaruhi kemajuan dan
perkembangan negara tersebut khususnya
dalam bidang perekonomian. Berbicara
masalah perkembangan ekonomi, berarti kita
dihadapkan pada masalah – masalah ekonomi
yang terjadi dalam negara,termaksud salah
satunya adalah permasalahan globalisasi
ekonomi, dimana kita harus siap menghadapi
perkembangan ekonomi dunia yang semakin
tinggi.
PENGERTIAN GLOBALISASI EKONOMI
• Menurut Istilah
Kata globalisasi dipopulerkan oleh
Theodore Lavitte pada tahun 1985. Istilah
itu menunjukan pada sebuah proses
tumbuhnya kesadaran global bahwa dunia
adalah sebuah lingkungan yang terbangun
secara utuh. Di Perancis, kata itu disebut
dengan “Mondialisation”. Di Spanyol dan
Amerika Serikat disebut “Globalizacion”.
Globalisasi berasal dari kata globe dan
ization. Globe diartikan sebagai bola bumi
atau peta bumi yang bulat. Kata globe
kemudian berubah menjadi global. Artinya,
secara umum dan keseluruhan, secara bulat
atau bersangkut paut mengenai dan
meliputi seluruh dunia. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, globalisasi berasal
dari kata "global" yang berarti meliputi
seluruh dunia.
3. • Menurut Para Ahli
Emanuel Ritcher, Guru Besar ilmu
politik Universitas Aachen, Jerman,
berpendapat bahwa globalisasi adalah
jaringan kerja global secara bersamaan
yang menyatukan masyarakat, yang
sebelumnya terpencar-pencar dan
terisolasi, ke dalam sating ketergantungan
dan persatuan dunia.
Thomas L. Friedman, seorang jurnalis
dan pengamat hubungan internasional dari
Maryland, Amerika Serikat, berpendapat
bahwa globalisasi memiliki dimensi
ideologi dan teknologi. Dimensi ideologi,
yaitu kapitalisme dan pasar bebas,
sedangkan dimensi teknologi, yaitu
teknologi informasi yang telah
menyatukan dunia.
Ahmad Suparman menyatakan
globalisasi adalah suatu proses
menjadikan sesuatu (benda atau perilaku)
sebagai ciri dari setiap individu di dunia
ini tanpa dibatasi oleh wilayah.
Dalam globalisasi ada 3
pengertian kunci yaitu :
Deteritorialisasi
transnasionalisme, dan
multilokal/translokal
diungkapkan oleh
Sindhunata, 2003.
4. DAYA SAING
• Pengertian Daya Saing
Daya saing adalah Kapasitas
bangsa untuk menghadapi
tantangan persaingan pasar
internasional dan tetap menjaga
atau meningkatkan pendapatan
riil-nya (Council of
Competitiveness, Washington, DC,
2006) Daya saing merupakan
kemampuan menghasilkan produk
barang dan jasa yang memenuhi
pengujian internasional, dan dalam
saat bersamaan juga dapat
memelihara tingkat pendapatan
yang tinggi dan berkelanjutan,
atau kemampuan daerah
menghasilkan tingkat pendapatan
dan kesempatan kerja yang tinggi
dengan tetap terbuka terhadap
persaingan eksternal (European
Commission, 1999).
Daya saing didefinisikan sebagai
posisi relatif dari salah satu
pesaing terhadap para pesaing
yang lain.
Posisi relatif ini ada dua:
Posisi relatif masa kini, melihat ke
masa depan
Posisi relatif masa kini, dari dari
masa lalu ke masa kini
5. Keadaan Daya Saing Indonesia
Menurut World Economic Forum
(WEF) mengotrol peringkat Indonesia
dalam daftar daya saing global (Global
Competitiveness Index--GCI) 2013.
Dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 4
September 2013, WEF menyatakan
posisi Indonesia naik dari urutan 50
menjadi 38 dengan skor 4,53.
"Indonesia merupakan salah satu
negara yang mengalami peningkatan
daya saing secara cepat dan dinamis di
kawasan Asia-Pasifik," demikian
pernyataan WEF.
Kenaikan peringkat hingga 12 takik ini
menjadi obat setelah daya saing
Indonesia menurun dalam tiga tahun
terakhir. WEF menobatkan Indonesia
sebagai negara dengan lompatan tinggi.
Prestasi ini akan membantu Indonesia
mempertahankan momentum
pertumbuhan yang impresif. Dengan
kenaikan produk domestik bruto 5,2
persen setiap tahun, Indonesia
menunjukkan kemajuan dalam 10 dari 12
pilar indeks penilaian. Meski demikian,
WEF menilai performa Indonesia masih
belum merata. Indonesia memperoleh
nilai baik pada pembangunan
infrastruktur, seperti peningkatan kualitas
jalan, penyediaan air bersih, pelabuhan,
pembangkit listrik, dan fasilitas lain.
Namun Indonesia dianggap lemah dalam
menangani suap di sektor pelayanan
publik, menjamin keamanan, serta
menyediakan fasilitas kesehatan.
Peringkat kepuasan terhadap efisiensi
birokrasi Indonesia menempati peringkat
45.
6. STRATEGI MENINGKATKAN DAYA
SAING EKONOMI INDONESIA
Di era globalisasi, faktor daya saing
memegang peranan kunci. Laju
globalisasi bakal menggusur mereka
yang lemah dan menguntungkan mereka
yang perkasa. Terkait hal tersebut, ramai
diperbincangkan soal daya saing
Indonesia. Hal itu terlihat dari
melemahnya kinerja ekspor kita pada
tahun lalu. Bahkan, neraca perdagangan
kita mengalami defisit. Hal itu terjadi
karena ekspor kita menurun, sementara
produk impor terus membanjiri pasar
dalam negeri. Ekspor turun 4,6 persen,
sedangkan impor membengkak 9,92
persen. Data terbaru statistik
perekonomian Indonesia menunjukkan
pertumbuhan produk domestik bruto
(PDB) tahunan juga melambat menjadi
5,8 persen pada kuartal II-2013. Ini
merupakan catatan pertumbuhan
terlambat selama hampir tiga tahun
terakhir.
Banyak faktor tentunya yang
mempengaruhi kondisi ini. Salah satunya,
seperti yang kini sedang ramai
diperbincangkan, yaitu lemahnya daya
saing produk ekspor kita. Pertanyaannya
yang semestinya harus ditelusuri dan
dicarikan jalan keluarnya adalah
mengapa daya saing kita lemah? Apa
faktor yang menyebabkannya? Beberapa
pengamat ekonomi mengatakan
kelemahan dari pengelolaan ekspor
selama ini adalah pemerintah tidak
membantu peningkatan daya saing
produk nasional. Pemerintah bahkan
tidak memikirkan ketersediaan
infrastruktur yang memadai serta
membiarkan ekonomi biaya tinggi. Tak
mengherankan, produk lokal tidak dapat
bersaing dengan produk impor,
khususnya dari sisi harga.
7. Ada berbagai macam penyebab
timbulnya ekonomi biaya tinggi, di
antaranya maraknya pungli (pungutan
liar), korupsi, kolusi, dan berbelitnya
perizinan. Kemudahan pemberian izin
sesungguhnya dapat menjadi solusi
mengurangi praktik ekonomi biaya tinggi.
Semakin banyak peraturan akan semakin
memberi peluang untuk korupsi, kolusi,
dan pungli yang berujung pada ekonomi
biaya tinggi. Bank Dunia, tahun lalu,
pernah melansir bahwa dibandingkan
dengan China dan Singapura,
pengurusan izin memulai bisnis baru di
Indonesia membutuhkan waktu yang jauh
lebih lama. Di China butuh waktu 41 hari,
Singapura bahkan hanya butuh 8 hari,
sementara di Indonesia butuh 151 hari.
Istilah “kalau bisa dipersulit kenapa harus
dipermudah” sepertinya masih menjadi
jargon bagi mereka yang bermental
korup.
Faktor lain yang turut mempengaruhi
kondisi ini, salah satunya, seperti yang
kini sedang ramai diperbincangkan,
adalah lemahnya daya saing produk
ekspor kita. Pertanyaan yang semestinya
harus ditelusuri dan dicarikan jalan
keluarnya adalah mengapa daya saing
kita lemah? Apa faktor yang
menyebabkannya? Beberapa pengamat
ekonomi mengatakan kelemahan dari
pengelolaan ekspor selama ini adalah
pemerintah tidak membantu peningkatan
daya saing produk nasional. Indonesia
juga disarankan menata ulang strategi
pembangunan ekonomi dengan titik berat
meningkatkan daya saing global sehingga
bisa lebih bertahan ketika muncul
guncangan dari eksternal dan internal.
8. Namun, sektor ekspor Indonesia terpukul
akibat terkena dampak negatif dari
pelambatan pertumbuhan ekonomi China.
Selama ini, China importir terbesar untuk
komoditas batu bara, minyak kelapa
sawit, dan karet dari Indonesia. Jadi,
diversifikasi jenis produk dan pasar
ekspor merupakan langkah yang tepat
dalam situasi semacam ini. Dalam Forum
Ekspor yang dilaksanakan di Hotel Gran
Melia, Jakarta, pada akhir Agustus lalu,
dibahas mengenai hal itu. Forum yang
mengusung tema “Peningkatan Ekspor
Melalui Diversifikasi dan Peningkatan
Daya Saing Nasional” ini bertujuan
mengembangkan pola kemitraan dalam
rangka meningkatkan daya saing dan
nilai tambah ekspor dan menyusun
rekomendasi untuk penyelesaian
permasalahan ekspor.
Dalam pengarahannya di forum ini,
Menteri Perdagangan RI, Gita Wirjawan,
menjelaskan bahwa kondisi ekonomi
global saat ini terus menekan kinerja
ekspor nasional. Oleh karena itu,
diperlukan strategi peningkatan daya
saing dengan mendorong hilirisasi produk
dan diversifikasi pasar tujuan ekspor. Hal
ini harus segera dipikirkan dan dilakukan
demi menjaga daya saing nasional agar
dapat meningkat di masa yang akan
datang.
9. KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah kami
paparkan maka dapatlah kami ambil
beberapa poin penting sebagai
kesimpulan yaitu sebagai berikut :
Daya saing ekonomi adalah
adalah Kapasitas bangsa
untuk menghadapi tantangan
persaingan pasar
internasional dan tetap
menjaga atau meningkatkan
pendapatan riil-nya.
Kondisi daya saing indonesia saat ini
adalah pada saat ini kondisi daya
saing indonesia telah meningkat
beberapa tahapan setelah tiga tahun
ke belakang mengalami penurunan.
Meskipun telah meningkat, namun
indonesia masih berada di bawah
negara-negara asia tenggara lainnya,
indonesia masih berada di bawah
Singapura, Malaysia, Brunei
Darussalam, dan Thailand.
Strategi yang harus dilakukan untuk
meningkatkan daya saing indonesia
salah satunya adalah meningkatkan
ekspor, karena dengan adanya
peningkatan ekspor maka ekonomi
indonesia akan di dorong menuju
pertumbuhan yang positif. Dengan
adanya ekspor pula indonesia akan di
akui keberadaannya.
10. SARAN
Adapun yang menjadi saran kami adalah sebagai berikut:
Pemerintah indonesia sebaiknya harus lebih memerhatikan para
pengusaha dan mendorongnya untuk melakukan ekspor, karena
dengan adanya kenaikan volume ekspor maka daya saing
indonesia akan semakin miningkat dan dapat mengalahkan
negara-negara asia tenggara lainnya yang berada di atas.
Pemerintah indonesia juga harus memerhatikan tantangan
globalisasi yang menganggap semua negara adalah sama karena
berada di dalam dunia yang sama, meskipun pada dasarnya jauh
berbeda, misalnya saja pada faktor produksi, setiap negara pasti
memiliki faktor produksi yang berbeda, begitu juga tentang iklim,
dimana ini akan menentukan produk-produk yang akan di
hasilkan dan bernilai di suatu negara tersebut.