2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
Ahlak tasawuf
1. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Ilmu Tasawuf merupakan rumusan tentang teoritis terhadap wahyu-wahyu yang berkenaan
dengan hubungan antara Tuhan dengan manusia dan apa yang harus dilakukan oleh manusia agar
dapat berhubungan sedekat mungkin dengan Tuhan baik dengan pensucian jiwa dan latihan-latihan
spiritual. Sedangkan ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan
pembicaraan tentang persoalan aqidah dan adapun filsafat adalah rumusan teoritis terhadap wahyu
tersebut bagi manusia mengenai keberadaan (esensi), proses dan sebagainya, seperti proses
penciptaan alam dan manusia. Sedangkan ilmu jiwa adalah ilmu yang membahas tentang gejala-
gejala dan aktifitas kejiwaan manusia.
Maka dalam hal ini ilmu tasawuf tentunya mempunyai hubungan-hubungan yang terkait dengan
ilmu-ilmu keislaman lainnya, baik dari segi tujuan, konsep dan konstribusi ilmu tasawuf terhadap
ilmu-ilmu tersebut dan begitu sebaliknya bagaimana konstribusi ilmu keislaman yang lain terhadap
ilmu tasawuf. Maka dalam makalah kami ini kami membahas ilmu tasawuf dengan beberapa ilmu
keislaman lainnya, diantaranya : ilmu kalam, ilmu filsafat, ilmu jiwa dan ilmu fiqih.
1.2. Tujuan
a) Mengkorelasikan ilmu kalam, ilmu filsafat, ilmu jiwa dan ilmu fiqih dengan ilmu tasawuf
dan membandingkannya.
b) Peranan ilmu tasawuf terhadap ilmu kalam, ilmu filsafat, ilmu jiwa dan ilmu fiqih.
c) Rumusan masalah
d) Bagaimana hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu kalam, ilmu filsafat, ilmu jiwa dan ilmu
fiqih?
e) Mengetahui pengertian dan pentingnya Akhlak Berpakaian
f) Mengidentifikasi bentuk Akhlak Berpakaian
g) Menunjukkan nilai – nilai positif dari Akhlak Berpakaian fenomena kehidupan sehari – hari
1
2. BAB II
PEMBAHASAN
2.1. HUBUNGAN ILMU TASAWUF DENGAN ILMU LAINNYA
2.1.1. Pengertian
Tasawuf merupakan salah satu ilmu yang tentu saja berhubungan dengan ilmu lainnya.
Keterkaitan ini kadang-kadang dilihat dari persamaan objek, persamaan sudut pandang,
persamaan sumber dan lain sebagainya. Terkadang satu ilmu menjadi pelengkap ilmu yang lain
dan bisa juga suatu ilmu lebih memberikan warna baru untuk ilmu yang lain, sehingga bila
digabungkan maka akan memberikan pemahaman yang lain bagi materi ilmu yang
bersangkutan. Untuk lebih jelasnya maka akan dijelaskan keterkaitan ilmu tasawuf dengan
beberapa disiplin ilmu keislaman.
2.1.2. Hubungan ilmu Tasawuf dengan ilmu Kalam
Ilmu kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan
pembicaraan tentang persoalan-persoalan kalam tuhan. Persoalan kalam membahas secara
mendalam dengan mengemukakan argumentasi, baik secara aqli maupun naqli. Argumentasi
secara aqli merupakan argumentasi rasional dengan landasn pemahaman yang cenderung
menggunakan metode berfikir filosofis. Sebaliknya, argumentasi naqli merupakan corak
pemberian argumentasi denga mengendepankan dalil-dalil dari al-qur’an maupun sunnah[1].
Ilmu tauhid merupakan pokok ajaran syari’at islam, karena didalamnya dibahas masalah
ketuhanan. Seseorang tidak dinamakan beragama kalau tidak bertuhan. Masalah ketuhanan atau
ilahiyat adalah masalah yang pertama harus dipelajari oleh orang yang mengaku menganut
suatu agama. Tauhid (mengesakan Allah) adalah masalah yang membedakan antara kafir
dengan mukmin. Seseorang tidak dinamakan mukmin kalau dia mengingkari adanya Allah
SWT. Orang yang mengingkari adanya Allah disebut kafir. Tetapi bila ia mengakui adanya
Allah tetapi ia sekutukan dengan sesuatu yang lain, orang yang demikian itu dinamakan
musyrik.[2]
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan
spiritual dalam pemahaan kalam. Penghayatan yang mendalam melalui hati terhadap ilmu
2
3. tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu tasawuf lebih terhayati atau teraplikasikan dalam
perilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf merupakan penyempurna ilmu tauhid jika dilihat dari
sudut pandang bahwa ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah dari ilmu tauhid. Selain itu,
ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan ilmu
kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia islam cenderung menjadi
sebuah ilmu yang mengandung muatan rasional dan muatan naqliah. Jika tidak di imbangi oleh
kesadaran rohaniah ilmu kalam dapat bergerak kearah yang lebih liberal dan bebas. Disinilah
ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam tidak dikesani sebagai
dialektika keislaman belaka yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan secara
qalbiyah(hati).[3]
Tasawuf islam tidak akan ada kalau tidak ada tauhid, tegasnya tiada guna pembersihan
hati kalau tidak beriman. Tasawuf islam yang sebenarnya adalah hasil dari aqidah yang
murni dan kuat yang sesuai dengan kehendak Allah dan Rasul-nya. Perlu diingat bahwa
lapangan tasawuf itu adalah hati.[4]
Beberapa hal yang dapat menjelaskan bagaimana sebenarnya hubungan ilmu tasawuf
dengan ilmu kalam menurut Tiswani dalam bukunya Buku Daras Akhlak Tasawuf menyatakan :
Dilihat dari materi, ilmu kalam terkesan tidak menyentuh rasa rohaniah sedangkan ilmu tasawuf
dapat menyentuh rasa rohaniah seorang hamba.
Dalam ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan defenisinya, kekufuran dan
manifestasinya, serta kemunafikan dan batasannya. Sementara itu pada ilmu tasawuf di temukan
pembahasan jalan atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, serta upaya
untuk menyelamatkan diri dari kemunafikan.
Selain itu, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebatan kalam.
2.1.3 Hubungan ilmu Tasawuf dengan ilmu Filsafat
Ilmu tasawuf yang berkembang di dunia islam tidak dapat dinafikan dari sumbangan
pemikiran kefilsafatan. Ini dapat dilihat dalam kajian-kajian tasawuf yang berbicara tentang
jiwa. Secara jujur harus diakui bahwa terminology jiwa dan roh itu sendiri sesungguhnya
terminology yang banyak dikaji dalam pemikiran-pemikiran filsafat.
3
4. Kajian-kajian tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan ternyata telah banyak
memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia
islam. Kajian-kajian kefilsafatan tentang jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam
tasawuf menurut sebagian ahli tasawuf jiwa adalah roh setelah bersatu dengan jasad. Penyatuan
roh dan jasad melahirkan pengaruh yang ditimbulkan oleh jasad terhadap roh. Pengaruh-
pengaruh ini akhirnya memunculkan kebutuhan-kebutuhan jasad yang dibangun roh.[6]
Ilmu tasawuf sangat erat kaitannya dengan ilmu filsafat menurut Tiswani dalam bukunya
Buku Daras Akhlak Tasawuf menyatakan :
Ilmu filsafat memberikan penjelasan terhadap terminologi-terminologi yang digunakan dalam
tasawuf.
Ilmu tasawuf dan ilmu filsafat sama-sama mempunyai tujuan yakni mencari kebenaran sejati
atau kebenaran tertinggi.
Ilmu filsafat lebih menitikberatkan pada teori, sedangkan ilmu tasawuf pada aplikasi.
Tasawuf landasannya berpijak dan bertolak dari perasaan sedangkan filsafat landasannya
berpijak pada rasio dan kepandaian menggunakan akal pikiran.
Filsafat turut mempengaruhi materi-materi dalam tasawuf.
2.1.4 Hubungan ilmu Tasawuf dengan ilmu Fiqih
Ilmu tasawuf dan ilmu fiqih adalah dua disiplin ilmu yang saling melengkapi. Setiap
orang harus menempuh keduanya, dengan catatan bahwa kebutuhan perseorangan terhadap
kedua disiplin ilmu sangat beragam sesuai dengan kadar kualitas ilmunya. Dari sini dapat
dipahami bahwa ilmu fiqih, yang terkesan sangat formalistic-lahiriah, menjadi sangat kering
atau kaku dan tidak mempunyai makna bagi penghambaan seseorang jika tidak diisi dengan
muatan kesadaran rohaniah yang dimiliki oleh tasawuf. Begitu juga sebaliknya, tasawuf akan
terhindar dari sikap-sikap merasa suci sehingga tidak perlu lagi memperhatikan kesucian lahir
yag diatur dalam fiqih.[8]
Keterkaitan antara ilmu fiqih dengan ilmu tasawuf :
4
5. Ilmu tasawuf mampu menumbuhkan kesiapan manusia untuk melaksanakan hukum-hukum
fiqih.
Ilmu fiqih merupakan jembatan yang harus dilalui oleh seseorang yang ingin mendalami ajaran
tasawuf.
2.1.5 Hubungan ilmu Tasawuf dengan ilmu Psikologi
Tasawuf selalu membicarakan persoalan yang berkaisar pada jiwa manusia. Hanya saja
jiwa yang dimaksud adalah jiwa muslim, yang tentunya tidak lepas dari sentuhan-sentuhan
keislaman. Dari sinilah tasawuf kelihatan identik dengan unsur kejiwaan manusia muslim.
Mengingat adanya hubungan dan relevansi yang sangat erat antara spiritualitas (tasawuf) dan
ilmu jiwa, terutama ilmu kesehatan mental, kajian tasawuf tidak dapat terlepas dari kajian
tantang kejiwaan manusia itu sendiri. Yang dikehendaki dari uraian tentang hubungan antara
jiwa dan badan dalam Tasawuf tersebut adalah terciptanya keserasian antara ke-2 nya.
Pembahasan tentang jiwa dan badan ini dikonsepsikan para sufi dalam rangka melihat sejauh
mana hubungan perilaku yang dipraktikan manusia dengan dorongan yang dimunculkan
jiwanya sehingga perbuatan itu dapat terjadi. Dari sini, baru muncul kategori-kategori perbuatan
manusia, apakah dkategorikan sebagai perbuatan jelek atau perbuatan baik. Jika perbuatan yang
ditampilkan seseorang baik, ia disebut orang yang berakhlak baik. Sebaliknya, jika perbuatan
yang ditampilkannya jelek, ia disebut sebagai orang yang berakhlak jelek. Dalalm pandangan
kaum sufi, akhlak dan sifat seseorang bergantung pada jenis jiwa yang berkuasa atas dirinya
Dalam pembahasan tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan. Dengan
demikian tujuan yang dikehendaki dari uraian tentang hubungan antara jiwa dan badan dalam
tasawuf adalah terciptanya keserasian antara keduanya.[10]
Keterkaitan antara ilmu psikologi dengan ilmu tasawuf :
Ilmu tasawuf dalam pembahasannya menekankan unsur jiwa atau bathin manusia, begitu juga
ilmu psikologi.
Ilmu psikologi membahas masalah kesehatan mental, dan hal-hal apa saja yang
membuat kerusakan pada mental sedangkan ilmu tasawuf memberikan langkah-langkah praktis
agar orang senantiasa dapat memiliki mental yang sehat dan bathin yang suci.
5
6. Ilmu tasawuf memberikan obat bagi penyakit-penyakit mental manusia. Mental menjadi
sakit bila manusia tidak tenang bathinnya dan jauh dari allah. Ketidaktenangan ini membuat
manusia menjadi sakit mental, dan akhirnya akan bermuara pada prilaku yang tidak normal dan
selalu melanggar norma-norma akhlak yang berlaku.
Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa tasawuf dan psikologi memiliki hubungan yang
erat sekali, karena melalui jiwa yang benar orang bisa mendapatkan hubungan yang baik dengan
penciptaan-Nya, seperti yang secara luas oleh Al-Ghazali melalui tahapan tasawuf takhalli,
tahlli dan tajalli. Usaha mencapai tahapan ini melalui suatu proses pendidikan dari segi
kejiwaan dengan arti takhiliyah al-nafs dan tahliyan al-nafs. Takhilliyah al-nafs, usaha
penyesuian diri dengan melalui pengosongan diri dengan sifat-sifat tercela, dan tahliyah al-nafs
penghiasan diri dengan sifat dan akhlak terpuji.
2.2. AKHLAK MENUTUPAURAT
Pakaian adalah salah satu alat pelindung fisik manusia. Tentunya pakaian tak lepas dari
kehidupan manusia. Semua kehidupan manusia haruslah sesuai syari’at Islam, yang mana telah
diatur oleh Al – Qur’an. Maka dari itu, manusia haruslah berpakaian sesuai dengan yang telah
diatur oleh Allah SWT. Berpakaian sesuai dengan syari’at Islam, akan membuat kita merasa itu
adalah sebuah kewajiban untuk menjaganya agar tetap dengan aturan yang ada.
2.2.1 Pengertian Akhlak Berpakaian
Pakaian adalah kebutuhan pokok bagi setiap orang sesuai dengan situasi dan kondisi
dimana seorang berada. Pakaian termasuk salah satu kebutuhan yang tak bisa lepas dari
kehidupan. Karena pakaian mempunyai manfaat yang sangat besar bagi kehidupan kita.
Melindungi tubuh kita agar tidak mengalami dan mendapatkan bahaya dari luar. Dalam bahasa
Arabg pakaian disebut dengan kata “Libaasun-tsiyaabun”. Dan salam kamus besar Bahasa
Indonesia, pakaian diartikan sebagai barang apa yang biasa dipakaioleh seorang baik berupa
jaket, celana, sarung, selendang, kerudung, surban dll.
Secara isltilah, pakaian adalah segala sesuatuyang dikenakan seseorang dalam berbagai
ukuran dan modenya berupa (baju, celana, sarung, jubah, ataupun yang lain), yang disesuaikan
dengan kebutuhan pemakainya untuk suatu tujuan yang bersifat khusus artinya pakaian yang
digunakan lebih berorientasi pada nilai keindahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
pemakaian.
6
7. Pakaian mempunyai tujuan umum untuk melindungi ataupun menutup tubuh manusia
agar terhindar dari bahaya yang dapat merusak tubuh kita secara langsung melalui kontak fisik.
Sedangkan menurut agama lebih mengarah kepada menutup aurat tubuh manusia, agar tidak
melanggar ketentuan syariat.
2.2.2. Bentuk akhlak berpakaian
Didalam pandangan IslamDalam pandangan Islam, pakaian terbagi menjadi 2 bentuk
pertama pakaian untuk menutupi aurat tubuh sebagai realisasi dari perintah Allah bagi wanita
seluruh tubuhnya kecuali tangan dan wajah, dan bagi pria menutup aurat dibawah lutut dan
diatas pusar. Batasan pakaian yang telah ditetapkan oleh Allah ini melahirkan kebudayaan yang
sopan dan enak dilihat oleh kita dan kita pun merasa aman dan tenang karena pakaian kita yang
memenuhi kewajaran pikiran manusia. Sedangkan yang kedua, pakaian merupakan perhiasan
yang menyatakan identitas diri sebagai konsekuensi perkembangan peradaban manusia.
Apabila berpakaian dalam tujuan menutup aurat dalam Islam, memiliki ketentuan –
ketentuan yang jelas, baik dalam hal ukuran pakaian maupun jenis pakaian yang akan dipakai.
Maka dari itu, sebagai muslim kita harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah
SWT.
Pakaian yang berfungsi sebagai perhiasan menyatakan identitas diri, sesuai dengan adat
dan tradisi dalam berpakaian, yang menjadi kebutuhan untuk menjaga dan mengaktualisasi
dirinya dalam perkembangan zaman. Setiap manusia berhak mengekspresikan dirinya lewat
pakaian yang dipakainya, tetapi tidaklah sembarangan. Tetap harus mengikuti syari’at Islam.
Didalam Islam, kita mengenal salah satu jenis pakaian yang dapat menutup salah satu
aurat wanita yaitu Jilbab. Jilbab mempunyai berbagai ragam jenisnya, tetapi walaupun banyak
ragamnya Jilbab boleh dikatakan Jilbab apabila dapat menutup aurat, dari atas kepala manusia
sampai dengan dada manusia,menutupi bagian – bagian yang harus ditutupi terkecuali muka.
Bagi wanita, aurat adalah seluruh bagian tubuh kecuali muka dan telapak tangan, yang
lainnya haram untuk diperlihatkan kepada masyarakat umum. Kecuali bagi mahram atau
maharimnya. Bagi suaminya, wanita tidak mempunyai batasan aurat.
Busana Muslimah haruslah mempunyai kriteria sebagai berikut:
7
8. 1. Tidak jarang dan Ketat
2. Tidak menyerupai laki – laki
3. Tidak menyerupai busana khusus non-muslim
4. Pantas dan sederhana (Roli A. Rahman dan M. Khamzah, 2008:30)
2.2.3 Nilai positif Akhlak Berpakaian
Pakaian sangat berfungsi bagi tubuh kita, salah satunya untuk melindungi kulit kita.
Apabila kulit kita tidak terlindungi oleh pakaian, langsung terkena pancaran sinar ultra violet,
maka kulit kita akan terbakar dan kita bisa mengalami kanker kulit.
Pakaian juga menjaga suhu tubuh menusia agar tetap stabil, dengan menggunakan jenis
bahan pakaian tertentu, kita bisa menjaga suhu tubuh kita. Pakaian juga bisa menjadi identitas
diri kita, apabila kita menggunakan pakaian yang bagus dan kelihatan nyaman, berarti kita
sudah memenuhi kriteria berpakaian yang sopan, dan kita pun bisa melakukan ibadah tanpa
harus khawatir, apakah baju kita suci dan pantas untuk dipakai.
2.2.4 Membiasakan akhlak berpakaian
Agama Islam memerintahkan pemeluknya agara berpakaian yang baik dan bagus, sesuai
dengan kemampuan masing – masing. Dalam pengertian bahwa pakaian tersebut dapat
memenuhi hajat tujuan berpakaian, yaitu menutup aurat dan keindahan.
Islam memiliki etika berbusana yang telah diatur oleh Allah SWT didalam Al – Qur’an
dan Hadits. Didalam Islam, kita sebagai umat Allah tidak diperbolehkan memakai pakaian yang
melanggar aturan Islam, tetap harus mengikuti aturan itu sampai kita meninggal. Jika kita
melanggar, dan tidak mau mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh Allah, maka sama saja
kita orang munafiq. Zaman semakin berkembang bukan berarti kita harus mengikuti
perkembangan yang ada secara keseluruhan. Pakaian merupakan pengaruh yang besar bagi
perkembangan zaman. Karena, akibat dari perkembangan zaman yang datangnya dari Dunia
Barat, sangat mempengaruhi mode pakaian kita sebagai umat muslim. Maka dari itu
biasakanlah berpakaian sesuai syari’at Islam, agar tidak terpengaruh oleh pengaruh – pengaruh
negatif, yang membuat kita lupa akan Allah serta aturanNya.
8
9. BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pada pembahasan ini dapat kita simpulkan bahwa hubungan Akhlak tasawuf sangat perlu kita
pelajari, karena hal ini membahas tentang tujuan tasawuf yaitu sebagai berikut:
bertujuan untuk memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar
bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan dan intisari dari itu adalah kesadaran akan adanya
komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dengan cara mengasingkan diri dan
berkontemplasi.
Lebih menetahui tentang Tasawuf, yang merupakan salah satu ilmu yang tentu saja berhubungan
dengan ilmu lainnya. Keterkaitan ini kadang-kadang dilihat dari persamaan objek, persamaan sudut
pandang, persamaan sumber dan lain sebagainya.
3.2. SARAN
Didalam berpakaian, kita sebagai muslim haruslah tetap berpakaian dengan mengikuti syari’at
Islam, dengan menutup aurat, tidak menggunakan pakaian yang ketat atau membentuk lekukan tubuh
9
10. BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pada pembahasan ini dapat kita simpulkan bahwa hubungan Akhlak tasawuf sangat perlu kita
pelajari, karena hal ini membahas tentang tujuan tasawuf yaitu sebagai berikut:
bertujuan untuk memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar
bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan dan intisari dari itu adalah kesadaran akan adanya
komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dengan cara mengasingkan diri dan
berkontemplasi.
Lebih menetahui tentang Tasawuf, yang merupakan salah satu ilmu yang tentu saja berhubungan
dengan ilmu lainnya. Keterkaitan ini kadang-kadang dilihat dari persamaan objek, persamaan sudut
pandang, persamaan sumber dan lain sebagainya.
3.2. SARAN
Didalam berpakaian, kita sebagai muslim haruslah tetap berpakaian dengan mengikuti syari’at
Islam, dengan menutup aurat, tidak menggunakan pakaian yang ketat atau membentuk lekukan tubuh
9