2. ADD A FOOTER 2
Filsafat secara Etimologi
Kata filsafat, yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah
falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
philosophy adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia.
Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta
(love) dan sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom),
sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta
kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-
dalamnya. Dengan demikian, seorang filsuf adalah pencinta
atau pencari kebijaksanaan. Kata filsafat pertama kali
digunakan oleh Pythagoras (582-496 SM). Arti filsafat pada
saat itu belum begitu jelas, kemudian pengertian filsafat itu
diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga
digunakan oleh Socrates (470-399 M) dan para filsuf
lainnya.
Filsafat secara Terminologi
filsafat adalah menyingkirkan berbagai kekaburan dengan
cara menjelaskan arti istilah atau ungkapan yang dipakai
dalam ilmu pengetahuan dan dipakai dalam kehidupan
sehari-hari. Mereka berpendirian bahwa bahasa merupakan
laboratorium para filsuf, yaitu tempat menyemai dan
mengembangkan ide-ide.
3. Tujuan berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang
sebenarnya. Jika kebenaran yang sebenarnya itu
disusun secara sistematis, jadilah ia sistematika
filsafat. Sistematika filsafat itu biasanya terbagi atas
tiga cabang besar filsafat, yaitu teori pengetahuan,
teori hakikat, dan teori nilai.
ADD A FOOTER 3
4. Filsafat islam adalah perkembangan pemikiran umat
Islam dalam masalah ketuhanan, kenabian, manusia,
dan alam semesta yang disinari ajaran Islam.
4
5. Ar-Razi
• Manusia menurut ar-Razi adalah ciptaan Allah yang unik.
Keunikannya ada pada karakteristiknya yang khas.
Manusia memang berbeda dengan makhiuk ciptaan Allah
yang lain. Bagi Fakhruddin al-Razi, manusia adalah
makhluk yang memiliki akal dan hikmah serta tabiat dan
nafsu. Ini membedakan manusia bukan hanya dengan
binatang dan tumbuhan, tetapi juga dengan malaikat.
Dalam kajian Psikologi barat, dibahas manusia dengan
malaikat dan setan tidak ditemukan. Menurut Al-Razi
malaikat hanya memiliki akal dan hikmah, tanpa tabiat dan
hawa nafsu. Karena itu, malaikat selalu bertasbih,
bertahmid, dan melakukan taqdis (QS. A-Nahl [16]: 50; QS.
Al-Tahrim [66]: 6; QS. A-Anbiya [21]: 21).
• Malaikat juga tidak akan mengingkari perintah Allah ta'ala
karena memang tidak memiliki hawa nafsu. Sebaliknya,
binatang dan tumbuhan memiliki tabiat dan nafsu, namun
tidak memiliki akal dan hikmah. Berbeda dengan malaikat,
binatang dan tumbuh-tumbuhan, manusia memiliki
kesemua karakteristik tersebut, yaitu akal, hikmah, tabiat,
dan hawa nafsu. Karena ke-empat karakteristik tersebut,
maka manusia memiliki sifat kekurangan dan kelebihan.
Jika manusia menggunakan akal dan hikmah untuk
mengatur hawa nafsu dan tabiatnya, maka manusia akan
memiliki kelebihan dibanding dengan makhluk ciptaan Allah
lainnya, dengan menggunakan akal dan hikmah yang
bersumber dari ajaran agama untuk menundukkan hawa
nafsu dan tabiatnya, maka manusia akan menjadi khalifah
Allah di bumi, sekaligus akan menjadi makhiuk yang paling
mulia. Sebaliknya, jika tabiat dan hawa nafsu yang
menguasai diri dan akalnya, maka ia akan lebih hina dari
binatang, yang memang tidak punya akal dan hikmah.
Al-Kindi
• Menurut al-Kindi, fungsi filsafat sesungguhnya
bukan untuk menggugat kebenaran wahyu atau
untuk menuntut keunggulan yang lancang atau
menuntut persamaan dengan wahyu. Fisafat
karuslah sama sekali tidak mengajukan tuntutan
sebagai jalan tertinggi menuju kebenaran dan mau
merendahkan dirinya sebagai penunjang bagi
wahyu. Ia mendefinisikan filsafat sebagai
pengetahuan tentang segala sesuatu sejauh
jangkauan pengetahuan manusia. Karena itu, al-
Kindi dengan tegas mengatakan bahwa filsafat
memiliki keterbatasan dan bahwa ia tidak dapat
mengatasi masalah semisal mukjizat, surga,
neraka, dan kehidupan akhirat. Dalam semangat
ini pula, al-Kindi mempertaharkan penciptaan
dunia ex nihilio, kebangkitan jasmani, mukjizat,
keabsahan wahyu, dan kelahiran dan kehanauran
dunia oleh Tuhan
5
6. Al-Farabi
6
Ibnu Rusyd
• Konsep psikologi al-Farabi, jika distilahkan
demikian, sungguh sangat modern dan
"manusiawi". Menurutnya, manusia tidak hanya
merangkum potensi- potensi tumbuhan (vegetatif)
dan binatang (anima) sehingga ia dapat
tumbuhdan berkembang, tetapi yang terpenting
adalah potensi-potensi nalar (rasional). Lebih dari
itu, manusia juga mempunyai potensi intelek (al-
aql al kull) sehingga mampu melepaskan diri dari
kungkungan dunia material untuk selanjutnya
menjangkau realitas-realtas metafisis non-
material. Bahkan, intelek ini pulalah yang mampu
mengantarkan manusia "bertemu" dengan
tuhannya. Disinilah nilai utama seorang manusia
dibanding makhluk lain.
• Karena itu pulalah, diskursus psikologi Isiam,
(termasuk juga sosiologi Islam, ekonomi Islam,
bank Islam, pendidikan Islam, dan yang lain yang
berlabel Islam) sesungguhnya tidak bisa berangkat
dari konsep-konsep psikologi dan keilmuan Barat
yang kemudian diberi justifikasi teks (ayat maupun
hadits), tetapi harus berdasarkan dari khazanah
Islam sendiri. Kita mempunyai ajaran, peradaban,
budaya, dan world view sendiri yang berbeda
dengan bucdaya dan peradaban orang lain.
• Abu Walid Muhammad bin Rusyd atau yang
dikenal dengan nama ibnu rusyid adalah salah
satu tokoh ilmuwan muslim yang cukup dikenal. Ia
juga merupakan salah seorang filsuf yang dikenal
dnegan aliran rasionalnya. Sebagai seorang filsuf
dan pemikir, Ibnu Rusyid menjunjung tinggi akal
dan peranananya dalam kehidupan. Ibnu
rusyid juga berpendapat bahwa akal fikiran
bekerja dengan didasari oleh pengertian umum
atau maj’ani kulliyah dandidalamnya tercakup hal-
hal yang bersifat partial atau disebut juz’iyah.
7. Ibnu Sina
7
Al-Ghazali
• Topik-topik yang dibahas dalam fisafat Islam khas
sekali dengan latar belakang fisafat abad
Pertengahan. Filsafat banyak digunakan untuk
menjelaskan iman akan agama yang mereka anut.
Para filsuf Islam menggunakan fisafat untuk
memberikan pendasaran rasional untuk
menjelaskan berbagai ajaran agama mereka,
terutama yang terdapat dalam Al-Quran. Akhimya
tidak bisa di sangkali lagi, fisafat yang ada dalam
fisafat Islam sifatnya fisafat religius spiritual.
• Muhammad bin Ahmad, Al-Imamul Jalil, Abu
Hamid Ath Thusi Al-Ghazali atau yang lebih
dikenal sebagai Al Ghazali adalah salah seorang
filsuf ternama yang berasal dari daerah Thusi yang
merupakan bagian dari Negara Persia. Al ghazali
banyak menghasilkan karya dibidang filsafat dan
ia pada mulanya berpendapat bahwa
ilmu pengetahuan sebenarnya tidak bisa
ditangkan dengan menggunakan panca indera
manusia. Al ghazali lebih cenderung percaya
terhadap akal daripada kelima panca indera.
Dizamannya, ia pernah menjadi guru besar di
Nidzamiyah, Baghdad selama empat
tahun.beberapa kitab karangan Al ghazali yang
terkenal antara lain Ihya Ulum Ad-Din, Tahafut al-
Falasifah dan Al-Munqidz min adh-Dhalal.
8. Ibnu Bajjah
8
Ibnu Miskawaih
• menetapkan bahwasannya seseorang dapat
mencapai puncak makrifat dan meleburkan diri pada
Akal Fa’al. jika ia telah terlepas dari keburukan-
keburukan masyarakat, dan menyendiri serta dapat
memakai kekuatan pikirannya untuk memperoleh
pengetahuan dan ilmu sebesar mungkin, juga dapat
memenangkan segi pikiran pada dirinya atas pikiran
hewaninya. Ia juga menyatakan masyarakat
perseorangan itulah yang mengalahkan perseorangan
dan melumpuhkan kemampuan-kemampuan
berpikirnya, serta menghalangi dari kesempurnaan,
melalui keburukannya yang membanjir dan
keinginannya yang deras. Jadi, seseorang dapat
mencapai tingkat kemulian setinggi-tingginya melalui
pemikiran dan menghasilkan makrifat yang tidak akan
terlambat, apabila akal pikiran dapat menguasai
perbuatan-perbuatan seseorang dan mengabdikan diri
untuk memperolehnya.
• Keterangan Ibu Bajjah di atas berlawanan sekali
dengan pikiran al-Ghazali yang menetapkan bahwa
akal pikiran itu lemah dan tidak dapat dipercaya, serta
semua pengetahuan manusia sia-sia belaka karena
tidak bisa menyampaikan pada suatu kebenaran,
maka cara yang paling baik untuk mencapai makrifat
yang benar adalah mendekatkan pikiran kepada
tasawuf (beribadah untuk selalu menjauhkan dunia
dan mendekatkan diri pada Allah).
• Jiwa, menurut Ibnu Miskawaih, adalah jauhar rohani yang
tidak hancur dengan sebab kematian jasad. Ia adalah satu
kesatuan yang tidak dapat terbagi bagi.ia akan hidup
selalu ia tidak dapat diraba dengan panca Indra karena ia
bukan jism dan bagian dari jisim.jiwa dapat menangkap
keberadaan zatnya dan mengetahui keaktivitasnya. Ibnu
Maskawaih untuk memahami tentang jiwa beliau
membedakan antara jiwa dan materi, jiwa sebagaimana
dapat dipahami lebih condrong kepada yang tidak dapat
ditangkap dan diraba sedangkan materi adalah yang
berbentuk dan memiliki berbagai unsur yang dapat diraba,
selanjutnya materi dapat dilihat dengan panca indra
sebaliknya jiwa manusia itu sendiri artinya jiwa tidak dapat
bermateri, sekalipun ia bertempat pada materi, karena
materi hanya menerima satu bentuk dalam waktu tertentu.
• Ibn Miskawaih dalam kitab Tahzib al-Akhlaq,
menggambarkan bagaimana bahwa jika daya-daya jiwa
manusia bekerja secara harmonis dan senantiasa merujuk
pada akal dapat melahirkan perbuatan-perbuatan moral
yang akan menguntungkan bagi manusia dalam
kehidupannya di dunia. Stabilitas fungsi daya-daya jiwa ini
pun sangat tergantung pada factor pendidikan yang
sedemikian rupa akan membentuk tata hubungan
fungsional daya-daya jiwa dalam membuat keputusan-
keputusan yang memang diperlukan manusia
dalam merealisasikan nilai-nilai moral dalam kehidupan.
Dan oleh karena penjagaan kerja akal agar selalu berjalan
sesuai dengan naturalnya merupakan prasyarat bagi
perwujudan nilai-nilai moral, maka pembinaannya
merupakan suatu kemestian dalam dunia pendidikan.
9. 9
• Secara umum, pemikiran filsafat Ibnu Thufail dapat
kita lihat dalam karyanya: Hay Ibnu Yaqhan. Roman
Filsafat itu menggambarakan orang yang
mempunyai akal fikiran sebagai fitroh bagi setiap
manusia. Absal merupakan orang yang berilmu dan
beragama islam, dimana ilmunya telah dilengkapi
dengakan wahyu. Sedangkan salman
menggambarkan tentang masyarakat.
• Sebagaimana diketahui, Ibnu Thufail tidak merasa
puas dengan filsafat Al-Ghazali untuk mencari
kebahagiaan dan kebenaran tuhan, tetapi lebih
cendrung kepada perenungan fikiran sebagaimana
dilakukan Al-Farabi. Ibnu Thufail termasuk pengikut
aliran Kontemplatif filsafat arab yang disebut isyrok,
suatu teori neo platonisme kuno dan dekat dengan
aspirasinya kepada mistik modern. Menurut Amir Ali,
sebagaimana dikutip oleh Muslim Ishak dalam
buku Tokoh‐tokoh Filsafat Islam Dari Barat, Filsafat
Kontemplatif Ibnu Thufail tidak didasarkan atas
exsaltasi mistik, tetapi atas suatu mode yang mana
intuisi digabungkan dengan pencarian akal.
Ibnu Thufail