teologi islam muncul pada masa nabi muhammad saw wafat sehingga menimbulkan banyak masalah pada umat islam kala itu sahabat-sahabt rasullullah yaitu pada masa sahabat umar bin khatab berakhir sehingga terjadi kekosongan kepemimpinan muncul dua kelompok besar yang dipimpin oleh sahabat nabi yaitu usman bin afwan dan ali bin abi thalib kedua kelompok besar ini melakukan musyawarah yang akhirnya usman bin affan lah yang mendapat suara terbanyak untuk menjadi pemegang kekuasaan namun, dilain pihak kelompok ali sangat tidak terima dengan hasil musyawarah akhirnya terjadilah perang antara mereka itulah awal mula munculnya teologi islam.
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menjalani kehidupan suatu hal yang kita mantapkan adalah
aqidah/keyakinan kepada allah SWT. Rasanya aktifitas sehari-hari tak ada
gunanya jika tidak di dasari dengan keimanan yang kuat. Dalam kajian ini kita
telah mengenal Teologi Islam yang membahas tentang pemikiran dan
kepercayaan tentang ketuhanan. Teologi Islam ini sudah sepantasnya kita
ketahui agar dalam menjalani kehidupan ini kita mengetahaui dan menjadi
idealnya orang Islam. Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menjumpai
perbedaan-perbedaan pemikiran dan aqidah yang mengiringi, dan kita harus
pandai dalam memilih dan memilahnya dengan berlandaskan Al-qur’an dan
Al-hadist.
Perbedaan pemikiran tersebut membuat mereka saling menyalahkan.
Semuanya memiliki pendapat masing-masing tentang Tauhid/keyakinan atau
tentang hal ketuhanan. Dan kita sebagai orang yang memegang agama Allah
harus mengetahui manakah pemikiran yang benar dal yang salah, dalam
memandangnya kita harus berpegang teguh pada Al-qur’an dan Al-hadist. Hal
ini merupakan hal penting yang harus di pelajari agar apa yang menjadi
keyakinan kita tentang Allah tidak salah, dan seaandainya apabila keyakinan
kita salah tentang-Nya maka kita bisa saja kita di anggap orang keluar agama
Islam.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian teologi islam?
2. Bagaimana sejarah timbulnya teologi islam ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
2. 2
1. Untuk mengetahui pengertian dalam teologi islam.
2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah timbulnya teologi islam.
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teologi Islam
Teologi berasal dari bahasa Inggris, theos yang berarti Tuhan, dan logos
yang berarti ilmu atau wacana. Dalam bahasa Yunani Theologia, yang
mempunyai beberapa pengertian, yakni ilmu tentang hubungan dunia ilahi
dengan dunia fisik, tentang hakikat dan kehendak Tuhan, doktrin atau
keyakinan tentang Tuhan, dan usaha yang sistematis untuk meyakinkan,
menafsirkan dan membenarkan secara konsisten keyakinan tentang Tuhan.
Ahmad Hanafi menjelaskan dalam pengantarnya, bahwa teologi memiliki
banyak dimensi pengertian, namun secara umum teologi ialah “the science
which treats of the facts and phenomena of religion, and the relations between
God and man”, atau ilmu yang membicarakan kenyataan-kenyataan dan gejala-
gejala agama dan membicarakan hubungan Tuhan dan manusia, baik dengan
jalan penyelidikan maupun pemikiran murni, atau dengan jalan wahyu.
Teologi merupakan “ilmu tentang Ketuhanan”, yaitu membicarakan zat
Tuhan dari segala seginya dan hubungannya dengan alam. Teologi yang
bercorak. agama dipahami sebagai intellectual expression of religion, atau
keterangan tentang kata-kata agama yang bersifat pikiran. Karena itu teologi
biasanya diikuti dengan kualifikasi tertentu seperti Teologi Yahudi, Teologi
Kristen dan juga Teologi Islam (Ilm Kalam).
B. Sejarah Munculnya Teologi Islam
Dalam buku Ilmu Kalam karya Ahmad Hanafi ini, merupakan gagasan
untuk memperkenalkan ilmu kalam sebagai Teologi Islam. Suatu istilah yang
belum begitu banyak dikenal oleh pembaca di Indonesia, untuk Ilmu Kalam
atau Ilmu Tauhid. Ahmad Hanafi menjelaskan, bahwa ruang lingkup
pembahasan ilmu kalam sama dengan ruang lingkup pembahasan teologi.
Sebagaimana ilmu kalam juga berbicara tentang sekitar Tuhan, ada-Nya,
4. 4
keesaan-Nya, sifat-sifatNya dari segala segi hubungan Tuhan dengan manusia
dan alam, berupa keadilan dan kebijaksanaan, qadla dan qadar, pengutusan
rasul-rasul sebagai penghubung antara Tuhan dan manusia dan soal-soal yang
bertalian dengan kenabian, kemudian tentang keakhiratan. Dari kajian tersebut,
sangat tampak bahwa Hanafi, banyak memfokuskan kajian pada perkembangan
pemikiran akidah atau metafisika. Ruang lingkup pembahasan ilmu kalam
tentang keyakinan ber-Tuhan inilah yang juga dinamakan “teologi”. Hanya saja
karena ruang lingkup pembahasannya berdasarkan prinsip dasar ajaran agama,
maka dinamakan teologi agama. Untuk itu, ilmu kalam yang memiliki dimensi
bahasan tentang ketuhanan (keyakinan atau teologi), yang berdasarkan dan
bersumber pada prinsip-prinsip ajaran agama islam maka dinamakan sebagai
Teologi Islam. Perubahan dari ilmu kalam ke teologi Islam ini menurut Prof.
Amin Abdullah, bahwasannya telah terjadi akulturasi dan inkulturasi
(pergeseran pemikiran) keagamaan yang begitu jelas terutama di Indonesia.
Menurut Ibn Khaldun, Ilmu Kalam adalah ilmu yang mengandung
argumentasi rasional yang digunakan untuk membela akidah-akidah imaniyyah
dan mengandung penolakan terhadap pandangan ahli bid‟ah yang di dalam
akidah-akidahnya menyimpang dari mazhab al-Salaf al-Sa lih dan ahl sunnah,
untuk kemudian masuk pada keyakinan hakiki yang menjadi rahasia dari
tauhid.
Secara lebih jelas, beberapa argumentasi mengapa keilmuan ini dinamakan
ilmu kalam. Al-Taftazani menerangkan, bahwa disebut ilmu kalam karena
persoalan-persoalan pertama yang dibahas, dalam sejarahnya, adalah
berkenaan dengan Kalam Allah, yaitu apakah kalam Allah bersifat hadis atau
qadim.
Hasbie ash-Shiddieqy menyebutkan beberapa alasan, problematika yang
diperselihkan sehingga menyebabkan umat Islam terpecah ke dalam beberapa
golongan, materi-materi ilmu kalam tidak ada yang diwujudkan dalam
kenyataan atau diamalkan, dalam menerangkan cara atau jalan ilmu kalam
5. 5
serupa dengan mantiq, dan terakhir ulama-ulama muta‟akhirin membicarakan
dalam ilmu ini halhal yang tidak dibicarakan oleh ulama salaf, seperti
penakwilan ayat-ayat mutasha bihat, pengertian qada , kalam, dan lain lain.
Teologi bertumpu pada tiga hal, yaitu “pembicaraan”, “pengetahuan”, dan
“kebenaran”. Ketiga matra ini tidaklah terpisahkan. Ketiganyalah yang
menjadikan teologi sebagai sebuah disiplin ilmu tentang Tuhan yang berbeda
dengan ilmu-ilmu lainnya. Perbedaan ini sangatlah fundamental dan mendasar,
karena, sebagai sebuah disiplin ilmu, teologi mempunyai objeknya yang khas
untuk dibicarakan, dan objek tersebut adalah sesuatu yang transendental
(Tuhan). Karena ketransendentalannya, maka teologi, sebagai akibatnya, juga
mempunyai status transendental dan menduduki posisi istimewa di antara
ilmu-ilmu lain. Dilihat dari aspek metodologis, teologi menurut Muhammad Al
Fayyadl dapat dibagi ke dalam dua hal, yaitu teologi sebagai “sistem
keyakinan” dan teologi sebagai “kajian”.6 Pertama, sebagai sistem keyakinan,
teologi menunjuk pada pandangan dunia yang dibentuk oleh cita-cita
ketuhanan (ideals of divinity) yang secara intrinsic terkandung di dalam praktik
keberagamaan itu sendiri.
Sebagai sistem keyakinan, teologi adalah seperangkat doktrin yang
diyakini dalam suatu agama, dan dijalankan secara penuh sadar oleh
pemeluknya. Karenanya, teologi merupkan sesuatu yang historis dan
kontekstual. Ia bersifat historis karena terjadi di dalam suatu lingkup
kesejarahan tertentu (misalnya, kemunculan Gereja dalam agama Kristen, atau
peristiwa tahkim dalam Islam, yang kemudia melahirkan ilmu kalam.
Selanjutnya, ia bersifat kontekstual karena disituasikan oleh konteks tertentu,
yang historis dan partikular. Kedua, sebagai sebuah kajian, teologi menunjuk
pada wacana yang dikembangkan dari studi, telaah, dan pendekatan atas
konsep-konsep ketuhanan. Dalam konteks ini, sebagai sebuah kajian, teologi
lebih bersifat kritis daripada normatif. Karena ia terdiri dari sekumpulan
wacana, maka teologi dalam pengertian ini adalah sebuah diskursus filosofis
tentang konsep ketuhanan.
6. 6
Teologi ini mengkaji pandangan-pandangan ketuhanan yang sangat inti
dan pelik, dan karena itu pendekatannya tidak lagi bersifat historis
sebagaimana teologi dalam pengertian pertama, melainkan bersifat
epistemolopgis dan ontologis. Dalam perkembangannya, rumusan teologi
kemudian dimaknai secara variatif sesuai dengan masing-masing agama. St.
Eusebius, seorang peletak teologi Kristen setelah St. Origenes, misalnya,
merumuskan definisi teologi sebagai pengetahuan tentang Tuhan umat Kristen
dan tentang Kristus. Ia mengemukakan definisi ini untuk membersihkan teologi
dari mitos-mitos pagan yang diwariskan oleh Neo-Platonisme dan para filusuf
Yunani Kuno. Pendapat ini kemudian diikuti oleh St. Thomas Aquinas di Abad
Pertengahan yang mendefinisikan teologi sebagai sacra doctrina, pengetahuan
suci dan sacral tentang ajaran-ajaran utama agama Kristen.
Agama Yahudi juga memiliki definisi tersendiri tentang teologi. Kaum
Yahudi menyebut teologinya sebagaimana umat Islam menamainya sebagai
ilmu kalam—sebagaimana akan dibahas dalam sub bab berikutnya—sebab
perkembangan teologi Yahudi dipengaruhi oleh perkembangan kalam dalam
Islam. Saadia bin Joseph (w. 942), tokoh kalam Yahudi, mendefinisikan teologi
Yahudi sebagai pengetahuan tentang dasar-dasar keimanan yang bersumber
dari kebenaran kitab suci dan penalaran akal Dalam Islam, definisi teologi juga
berkembang sedemikian rupa dan beragam, dengan berbagai dimensi dan
variasinya. Istilah “teologi” atau “teologi Islam” disepadankan dengan
beberapa istilah berikut ini.
Pertama, ilmu kalam. Disebut ilmu kalam setidaknya karena dua hal; 1).
Persoalan terpenting yang menjadi pembicaraan pada abad-abad permulaan
Hijriyah ialah apakah kalam Allah (al-Qur’an) itu qodim atau hadits. 2). Dasar
ilmu kalam ialah dalil-dalil pikiran dan pengaruh dalil pikiran ini tampak jelas
dalam pembicaraan para mutakallimin. Mereka jarang mempergunakan dalil
naqli (al-Qur’an dan hadis), kecuali sesudah menetapkan benarnya pokok
persoalan terlebih dahulu berdasarkan dalil-dalil pikiran.
7. 7
Hal senada juga dijelaskan oleh Hasbi Ash-Shiddieq yang menyebutkan
alasan ilmu ini disebut ilmu kalam, yaitu: 1). problema yang diperselisihkan
para ulama dalam ilmu ini yang menyebabkan umat Islam terpecah ke dalam
beberapa golongan adalah masalah kalam Allah (al-Qur’an), apakah ia
diciptakan (makhluk) atau tidak (qodim); 2). Materi-materi ilmu ini adalah
teori-teori (kalam); tidak ada yang diwujudkan ke dalam kenyataan atau
diamalkan dengan anggota; 3). ilmu ini, di dalam menerangkan cara atau jalan
menetakan dalil pokok-pokok akidah serupa dengan ilmu mantiq; 4). ulama-
ulama mutaakhirin membicarakan di dalam ilmu ini hal-hal yang tidak
dibicarakan oleh ulama salaf, seperti penakwilan ayat-ayat mutasyuabihat,
pembahasan tentang qadha’, kalam, dan lain-lain.
Kedua, ilmu tauhid. Dinamakan ilmu tauhid karena pokok pembahasannya
menitikberatkan pada ke-Esa-an Allah Swt. Tauhid adalah percaya kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan mempercayai tidak ada yang menjadi sekutu bagi-
Nya. Tujuan tauhid adalah menetapkan ke-Esa-an Allah dalam Dzat, sifat, dan
perbuatan-Nya. Karena itulah pembahasan yang berhubungan dengan-Nya
dinamakan ilmu tauhid. Muhammad Abduh, mendefinisikan tauhid sebagai
ilmu yang membahas tentang wujud Allah tentang sifat-sifat yang wajib tetap
bagi Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan sifat-sifat yang
sama sekali wajib ditiadakan kepada-Nya. Membahas juga tentang Rasul-rasul
Allah untuk menetapkan kebenaran risalahnya, apa yang wajib ada pada
dirinya, hal-hal yang boleh dihubungkan (dinisbatkan) pada diri mereka, dan
hal-hal yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.
Ketiga, ilmu ushuluddin. Disedut demikian karena objek pembahasan
utamanya adalah dasar-dasar agama yang merupakan masalah esensial dalam
ajaran Islam. Masalah kepercayaan itu betul-betul menjadi dasar pokok dari
persoalan lain dalam agama Islam. Ilmu ushuluddin adalah ilmu yang
membahas tentang prinsip-prinsip kepercayaan agama dengan dalil-dalil yang
qath’i (al-Qur’an dan hadis) dan dalil-dalil akal pikiran.13 Keempat, ilmu aqaid
(akidah), yang membicarakan tentang kepercayaan Islam. Penamaan dan
8. 8
makna istilah ini mirip dengan ilmu tauhid. Syaikh Thahir al-Jazary
mendefinisikan akidah adalah hal-hal yang diyakini oleh orang-orang Islam,
artinya mereka menetapkan atas kebenarannya.14 Istilah ilmu akidah yang
diidentikkan dengan teologi Islam menurut Hassan Hanafi, merupakan nama
paling tidak popular di kalangan pengkaji Islam.
Kelima, al-fiqh al-akbar. Nama ini tidak banyak muncul kecuali di dalam
perkembangan ilmu itu. Kemunculannya juga tidak berlangsung lama setalah
ilmu akidah berkembang dan mencapai kesempurnaannya. Istilah al-fiqh al-
akbar dicetuskan oleh Abu Hanifah, yang sebenarnya mengacu pada persoalan
hukum Islam (fikih).
Menurut Abu Hanifah, hukum Islam terbagi atas dua bagian. Pertama, fal-
fiqh al-akbar, membahas keyakinan pokok atau pokok-pokok agama atau ilmu
tauhid. Kedua, al-fiqh al-ashghar, membahas hal-hal yang berkaitan dengan
masalah muamalah, bukan pokok-pokok agama, tetapi hanya cabang saja.
Kelima istilah tersebut telah lazim dikenal masyarakt luas dan banyak
dikutip oleh para pengkaji studi Islam,18 meskipun sebenarnya masih ada
istilah lain, tetapi kurang populer, yaitu “ilmu hakikat”19 dan “ilmu makrifat”.
Meskipun nama yang diberikan berbeda-beda, tetapi inti pokok
pembahasannya sama, yaitu berusaha memahami tentang segala hal terkait
dengan ke-Tuhan-an. Teologi Islam atau ilmu kalam atau istilah-istilah lain
sebagaimana telah dijelaskan di atas, dikenal sebagai ilmu keislaman yang
berdiri sendiri, yakni pada masa Khalifah al-Makmun (813-833) dari bani
Abbasiyah. Sebelum itu pembahasan terhadap kepercayaan Islam disebut al-
fiqhu fi al ddin sebagai lawan dari al-fiqhu fi al-‘ilmi.
9. 9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan dari pembahasan diatas, teologi merupakan ilmu yang
membahas tentang Tuhan, yang terkait dengan segala aspeknya, sifat, zat dan
perbuatan Tuhan yang menggunakan argumentasi filosofis, ilmu ini berbeda
dengan ilmu lainnya, dikenal sebagai ilmu keislaman yang berdiri sendiri,
yakni pada masa Khalifah al-Makmun (813-833) dari bani Abbasiyah. Sebelum
itu pembahasan terhadap kepercayaan Islam disebut alfiqhu fi al-ddin sebagai
lawan dari al-fiqhu fi al-‘ilmi. Penamaan teologi yang lebih dikenal dengan
ilmu tauhid dipengaruhi oleh bahasa asing. Sejarah perkembangan teologi
mulai dari masa klasik hingga zaman modern dan kontemporer, mengalami
perubahan yang sangat signifikan, hal ini merupakan pengaruh dari
perkembangan zaman yang senantiasa berubah, pemahaman keagaamaan Islam
harus termodernkan untuk mengatasi masalah kehidupan sosial umat islam
yang kompleks.
10. 10
DAFTAR PUSTAKA
Dja’far, Halimah. 2014. Memahami Teologi Islam. NAZHARAT, XV(1):101-
123
Abu Fattah Muhammad Abdul Karim Asy-Syarastani , Milal wa al-Nihal,
(Kairo: Muassasah al-Malaby, 1968)
Ahmad Hanafi, Teologi Islam (Ilmu Kalam), (Jakarta, 1974, Bulan Bintang)
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan,
(Jakarta: UI Press, cet. 5, 2012)
Hassan Hanafi, Dari Aqidah ke Revolusi: Sikap Kita terhadap Tradisi Lama,
terj. Asep Usman Ismail, dkk, (Jakarta: Paramadina, 2003)
Muhammad bin Abdurrahman al-Khumais, I’tiqad Ahlissunnah Ashhab
alHadits, edisi terjemah an ,Pokok-Pokok Akidah Salaf yang diikrarkan
Imam al-Asy’ari, (Jakarta Darul Haq , 2006)