Dokumen tersebut membahas tentang kasus bayi perempuan berusia 6 hari dengan keluhan utama tampak kuning. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium didiagnosis dengan hiperbilirubinemia Kramer III dan neonatus cukup bulan. Tindakan yang direncanakan adalah pemberian ASI, fototerapi, dan pemantauan kondisi serta kadar bilirubin pasien.
Materi Sosialisasi Kompetensi Kader Kesehatan di Puskesmas materi 25 kompeten...
asasdwadw
1. Pembimbing :
Dr. dr. Sri Priyantini, Sp. A
CASE BASED DISCUSSION
Disusun oleh :
Laslananda Rizkinata
2. Nama pasien : By. Ny. S
Tanggal Lahir : 1 Oktober 2021
Umur : 6 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Desa Tambirejo, Rt 003 Rw 005,
Toroh, Grobogan
Masuk RS : 1 Oktober 2021, Jam 10.05 WIB
Ruang : Peristi
Status Pasien : JKN – non PBI
Nama Ayah : Tn. A
Usia : 26 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : TNI
Nama Ibu : Ny.S
Usia : 25 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Bidan
Identitas
Pasien
4. Alloanamnesis dengan ibu penderita dilakukan
pada tanggal 6 Oktober 2021 dengan Ibu
pasien di ruang Peristi dan didukung dengan
catatan medis.
Keluhan Utama :
Bayi tampak
kuning
5. Riwayat Penyakit Sekarang
• Seorang bayi perempuan lahir dari ibu G1P1A0 usia kehamilan 40 minggu 1
hari lahir secara Sectio Caesarea pada tanggal 1 Oktober 2020 jam 10.05 WIB
di Rumah Sakit Islam Sultan Agung. Bayi tampak normal. Saturasi oksigen
100%,dengan APGAR Score 10-10-10 berat badan lahir 2900 gram, panjang
badan 48 cm, lingkar kepala 31 cm, dan lingkar dada 30 cm Ibu mengatakan
tidak ada Riwayat tekanan darah tinggi, diabetes melitus, Riwayat jantung,
penyakit infeksi selama kehamilan maupun trauma selama kehamilan disangkal.
Ketuban pecah dini (-), ketuban berwarna jernih dan jumlah ketuban banyak
• 3 hari pasca kelahiran bayi tampak kuning, kuning terlihat di bagian wajah,
dada dan perut bayi yang tidak menghilang setelah 24 jam
• Ibu pasien tidak bisa memberikan cukup ASI kepada bayi dikarenakan
keterbatasan ASI yang di produksi
• Tidak ada keluhan lain seperti : BAB dempul (-), BAK berwarna seperti teh (-),
muntah berwarna hijau (-)
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat riwayat penyakit keluarga yang berhubungan dengan
penyakit sekarang.
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah anak kedua, hidup bersama kedua orangtuanya . Ayah
bekerja sebagai TNI dan ibu sebagai bidan. Biaya pengobatan
menggunakan JKN – Non PBI
Kesan : Sosial baik, Ekonomi cukup
7. Riwayat Kehamilan dan Pemeliharaan Prenatal
Ibu rutin memeriksakan kehamilannya tiap 1 bulan sekali. Riwayat
antenatal care teratur di dokter kandungan. Nafsu makan ibu cukup
baik dengan nasi, lauk dan pauk yang cukup. Selama hamil, ibu
mengaku tidak mual disertai muntah, ibu tidak mengalami gangguan
kesehatan seperti tensi tinggi (-), dan demam tinggi (-). Riwayat trauma
selama kehamilan disangkal.Riwayat minum obat atau jamu
disangkal. Riwayat perdarahan dan penyakit kehamilan lainnya
disangkal.
Kesan: riwayat kehamilan dan pemeliharaan prenatal baik
8. Riwayat Persalinan dan Kehamilan :
Pada tanggal 1 oktober 2021 ibu P1A0 hamil 40 minggu 1 hari,
melahirkan bayinya dengan section secaria di RSUD Dr. R. Soedjati
Soemodiardjo Purwodadi dengan indikasi letak bayi melintang, jenis
kelamin laki- laki, ketuban berwarna jernih berat badan 2900 gram,
panjang badan : 48 cm, lingkar kepala : 31 cm, dan lingkar dada 30 cm
LILA 12 cm. Saat lahir, bayi menangis kuat, tonus otot baik,
pernafasan teratur, HR 140, dengan warna merah jambu. APGAR
Score 10-10-10 retraksi dada (-), bising (-) dan nafas cuping hidung (-),
meconium (-), sianosis (-). GDS setelah lahir 53mg/dL
Kesan : Bayi Aterm
9. Riwayat Pemelihara Post-Natal
Pemelihara postnatal dilakukan di ruang Peristi RSUD Dr. R. Soedjati
Soemodiardjo
Kesan: Riwayat Pemeliharaan postnatal baik
Riwayat Makan dan Minum
ASI: Sejak lahir, namun produksi ASI dari ibu kurang
Kesan: kualitas dan kuantitas makanan kurang
10. Riwayat Imunisasi Dasar
Kesan: Imunisasi dasar lengkap belum diberikan
No Jenis Imunisasi Jumlah Dasar
1. BCG 0x -
2. Polio 0x -
3. Hepatitis B 0x -
4. DPT 0x -
5. Campak 0x -
11. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
• Berat badan lahir : 2900 gram
• Berat badan saat ini : 2880 gram
• Panjang badan : 48 cm
• Lingkar kepala : 31 cm
• Lingkar dada : 30 cm
• Lingkar lengan : 12 cm
Pemeriksaan status gizi ( Z score ) :
Diketahui : Anak perempuan, umur 0 tahun
BB = 2880 gram
TB = 48 cm
Kesan : Gizi baik
19. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : gerak aktif, menangis, bayi terlihat kuning di wajah,
dada dan perut
Tanda Vital
• Tekanan darah : -
• HR : 138 x/menit, irama regular, tegangan kuat
• Suhu : 36,70C
• RR : 48 x/menit
• Saturasi : 98%
Refleks primitive
• Refleks rooting : (+)
• Refleks sucking : (+)
• Refleks moro : (+)
• Refleks palmar grasp : (+)
• Refleks plantar grasp : (+)
20. Kepala : Microcephal, ukuran lingkar kepala 31 cm, ubun-ubun besar
tidak menonjol dan tidak tegang, caput suksadenum (-),
hematoma (-), fontanela tidak lebar dan datar, sutura datar,.
Wajah : simetris, tampak kuning (+), penampakan sindrom down (-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+), Refleks cahaya
(+/+), isokor (± 2mm), strabismus (-/-), katarak kongenital (-/-),
koloboma (-/-), secret (-/-)
Telinga : jumlah 2 buah, bentuk normal, discharge (-/-), aurikel (-/-), tulang
rawan bentuk normal
Hidung : bentuk normal, secret (-), napas cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), trismus (-), labioschizis (-), palatoschizis (-)
Leher : pembesaran KGB (-), trachea terdorong (-)
21. Pemeriksaan Thorax
• Paru-paru
Inspeksi : Tampak kuning (+), Hemithorax dextra dan sinistra
simetris inspirasi dan ekspirasi, retraksi suprasternal,
intercostal dan subcostal (-)
Palpasi : Tidak dilakukan
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Suara dasar vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-
22. Pemeriksaan Thorax
• Jantung :
Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS V, 2cm medial linea mid clavicula
sinistra, tidak melebar, tidak kuat angkat
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
23. Pemeriksaan Abdomen
• Abdomen
Inspeksi : Tampak kuning (+), permukaan datar, nafas perut (+), tali
pusat normal, hernia (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani di seluruh abdomen
Palpasi : Supel, turgor kembali cepat, massa (-) hepar dan lien tidak
teraba
24. VERTEBRA
Spina bifida (-), meningokel (-)
GENITALIA
Jenis kelamin perempuan
ANOREKTAL
Anus (+) dalam batas normal
Ekstremitas
Superior Inferior
Jari lengkap +/+ +/+
Kelainan kongenital -/- -/-
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capillary refill time < 2”/ < 2” < 2”/ < 2”
25. KULIT
Lanugo (-), sianotik (-), pucat (-),
ikterik (+) pada wajah, dada dan
perut, sklerema (-)
Kesan : Ikterus Kramer III
32. Assessment : HIPERBILIRUBINEMIA
DD :
Infeksi
Peningkatan produksi bilirubin, yang disebabkan oleh:
Masa hidup eritrosit yang lebih singkat
Peningkatan eritropoiesis inefektif
Gangguan uptake dan konjugasi oleh hepar
Ip..Dx :
S : -
O : Kadar bilirubin serum, Darah lengkap, Coombs test
Ip.Tx :
Diit ASI, 8x5-8 mL
Fototerapi 2 x 24 jam
Ip. Mx :
Keadaan umum
Tanda-tanda vital (nadi, HR, suhu)
Reflek hisap
Tonus otot
Observasi Ikterik
Cek kadar bilirubin serial 2 hari sekali
Tanda bahaya BBL
Ip. Ex :
• Setelah pulang, setiap pagi bayi dijemur
secara rutin kurang lebih 30 menit untuk
mencegah bayi kuning
• Mengikuti imunisasi sesuai jadwal
• Pemantauan tumbuh kembang
• Menjelaskan pentingnya ASI eksklusif dan
cara pemberian asi untuk bayi dengan
ikterus
• Meminta ibu pasien untuk cuci tangan
seblum memegang dan menyusui bayi
• Memberi informasi tentang kondisi bayi
kuning kepada ibu dan keluarga
33. Assessment : Neonatus Cukup Bulan
DD : - Kurang bulan
- Lebih bulan
Ip. Dx :
S: -
O: The new ballard score
Ip. Tx : -
Ip. Mx :
Observasi TTV (evaluasi suhu, RR)
Evaluasi BB bayi
Ip. Ex :
Pemantauan tumbuh kembang
Menjaga bayi tetap hangat
Menjelaskan pentingnya ASI eksklusif
Menjelaskan pemberian ASI yang benar dan cara menyusui yang benar
39. Definisi
• ikterus neonatarum adalah keadaan klinis pada bayi yang
ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat
akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih yang
ditandai dengan warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan
mukosa akibat penumpukan bilirubin tak terkonjugasi pada
jaringan.
• Hiperbilirubinemia didefinisikan sebagai kadar bilirubin serum
total ≥5 mg/dL (86 μmol/L).
40. Derajat ikterus
Derajat
Ikterus
Derajat Ikterus Perkiran
kadar
bilirubin
I Kepala dan Leher 5 mg/dL
II Sampai badan atas (diatas umbilikus) 9 mg/dL
III Di bawah umbilikus dan diatas lutut 11,4 mg/dL
IV Sampai pada lengan dan tungkai
bawah lutut
12,4 mg/dL
V Sampai telapak tangan dan kaki 16 mg/dL
44. KLASIFIKASI
1. Ikterus fisiologis
disebabkan oleh kombinasi peningkatan ketersediaan bilirubin dan
penurunan clearance bilirubin. Peningkatan ketersediaan bilirubin
merupakan hasil dari produksi bilirubin dan early bilirubin yang lebih
besar serta penurunan usia sel darah merah
45. 2. Ikterus patlogis
• Breastfeeding jaundice adalah ikterus yang disebabkan oleh kekurangan
asupan ASI. Biasanya timbul pada hari ke-2 atau ke-3 pada waktu
produksi ASI belum banyak
46. • Breast-milk jaundice adalah ikterus yang disebabkan oleh air susu ibu
(ASI).
Mekanisme sesungguhnya yang menyebabkan breast-milk
jaundice belum diketahui, tetapi diduga timbul akibat terhambatnya uridine
diphosphoglucuronic acid glucuronyl transferase (UDGPA) oleh hasil
metabolisme progesteron, yaitu pregnane-3-alpha 2-beta-diol yang ada di
dalam ASI sebagian ibu Mekanisme sesungguhnya yang menyebabkan
breast-milk jaundice belum diketahui, tetapi diduga timbul akibat
terhambatnya uridine diphosphoglucuronic acid glucuronyl transferase
(UDGPA) oleh hasil metabolisme progesteron, yaitu pregnane-3-alpha 2-
beta-diol yang ada di dalam ASI sebagian ibu
47.
48. Tatalaksana
Breastfeeding jaundice.
Tata laksana meliputi:
• Pantau jumlah ASI yang diberikan, apakah sudah mencukupi atau
belum.
• Pemberian ASI sejak lahir minimal 8 kali sehari.
• Pemberian air putih, air gula, dan formula pengganti tidak diperlukan.
• Pemantauan kenaikan berat badan serta frekuensi buang air kecil dan
buang air besar.
• Jika kadar bilirubin mencapai 15 mg/dL, perlu dilakukan penambahan
volume cairan dan stimulasi produksi ASI dengan melakukan pemerasan
payudara.
• Pemeriksaan komponen ASI dilakukan bila hiperbilirubinemia menetap
>6 hari, kadar bilirubin >20 mg/dL, atau riwayat terjadi breastfeeding
jaundice pada anak sebelumnya
49.
50. Tatalaksana
Breastmilk jaundice.
Terdapat dua pendapat mengenai tata laksana breastmilk jaundice :
• American Academy of Pediatrics tidak menganjurkan penghentian ASI
dan merekomendasikan agar ASI terus diberikan.
• Gartner dan Aurbach menyarankan penghentian ASI sementara untuk
memberi kesempatan hati mengkonjugasi bilirubin indirek yang
berlebihan. Apabila kadar bilirubin tidak turun maka penghentian ASI
dilanjutkan sampai 24 jam dan dilakukan pengukuran kadar bilirubin tiap
6 jam. Bila kadar bilirubin tetap meningkat setelah penghentian ASI
selama 24 jam, maka jelas penyebabnya bukan karena ASI
51. Terapi sinar
Terapi sinar untuk bayi prematur
Berat Indikasi terapi sinar
Bilirubin serum total (mg/dL)
Indikasi transfusi tukar
Bilirubin serum total (mg/ dL)
<1000 g Dimulai dalam 24 jam
pertama
10-12
1000-1500 g 7-9 12-15
1500-2000 g 10-12 15-18
2000-2500 g 13-15 18-20
Sumber: dimodifikasi dari Cloherty JP, et al. Manual of neonatal care. Edisi ke-6. Philadelphia:
Lippincot Williams & Wilkins; 2008.
54. Preventif
PENCEGAHAN PRIMER
• menganjurkan ibu menyusui paling sedikit 8-12 kali perhari untuk
beberapa hari pertama
• tidak memberikan cairan tambahan rutin seperti dektrose atau air pada
bayi yang mendapat ASI dan tidak dehidrasi
PENCEGAHAN SEKUNDER
• melakukan penilaian sistematis terhadap resiko kemungkinan terjadinya
hiperbilirubinemia berat selama periode neonatal.
• Semua wanita hamil harus diperiksa golongan darah ABO dan rhesus
serta penyaringan serum untuk antibodi isoimun yang tidak biasa
• Monitor timbulnya ikterus saat memeriksa tanda vital bayi tidak kurang
dari 8-12jam (Purba et al., 2020)
Editor's Notes
Bilirubin yang digunakan adalah bilirubin serum total. Jangan menggunakan nilai bilirubin tak terkonjugasi ataupun bilirubin terkonjugasi.
Faktor risiko: penyakit hemolitik isoimun, defisiensi G6PD, asfiksia, letargi, instabilitas suhu, sepsis, asidosis, atau albumin <3 g/dL
Untuk bayi dengan usia gestasi 35-37 6/7 minggu, digunakan kurva risiko medium (medium risk). Untuk bayi dengan usia gestasi mendekati 35 minggu, dapat dipertimbangkan untuk mengintervensi pada kadar bilirubin serum total yang lebih rendah dari cut-off point, sedangkan untuk bayi dengan usia gestasi mendekati 37 6/7 minggu dapat dipertimbangkan untuk mengintervensi pada kadar bilirubin serum total yang lebih tinggi dari cut-off point.
Pada kadar bilirubin serum total lebih rendah 2-3 mg/dL dari cut-off point, dapat dipertimbangkan terapi sinar konvensional di rumah. Namun, terapi sinar di rumah tidak boleh dilakukan pada bayi yang memiliki faktor risiko
Transfusi tukar segera direkomendasikan untuk bayi yang menunjukkan tanda ensefalopati bilirubin akut (hipertoni, arching, retrocollis, opistotonus, demam, high pitched cry) atau bila bilirubin serum total ≥5 mg/dL di atas garis yang ditentukan.
Faktor risiko: penyakit hemolitik isoimun, defisiensi G6PD, asfiksia, letargi, instabilitas suhu, sepsis, asidosis
Periksa albumin serum dan hitung rasio bilirubin/albumin.
Bilirubin yang digunakan adalah bilirubin serum total.