Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
et causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorder
1. Speech Delay
Et Causa Autism
Spectrum Disorder
Vinil Kiran Kalaichelvan 04084882225004
Argo Fauzan 04081882225004
Destira Eka Fatrin 04081882225005
Andrew Fabian 04081882225001
Illyas Sobri 04081882225003
Pembimbing:
dr. Nyimas Fatimah, Sp.KFR
2. Table of contents
PENDAHULUAN
Apa itu ASD?
STATUS PASIEN
An. MNR, 2 Tahun 2 Bulan, Laki-
laki
TINJAUAN PUSTAKA
Autism Spectrum Disorder (ASD)
ANALISIS KASUS
An. MNR dengan ASD
02
03
01
04
05
DAFTAR PUSTAKA
Referensi
4. Perkembangan
Kemampuan Bicara
Kemampuan seseorang dalam mengucapkan
kata untuk berinteraksi dengan orang lain:
Komponen penting dalam perkembangan
Proses perubahan dari waktu
ke waktu yang mencakup
pertumbuhan fisik, kognitif,
emosional, dan sosial sejak
lahir hingga dewasa.
5. ● Keterlambatan Bicara/Speech Delay:
à Ucapan percakapan anak menjadi lebih tidak koheren dibandingkan yang
diharapkan sesuai usianya atau ditandai dengan pola kesalahan bunyi ucapan
yang tidak sesuai dengan usianya.
● Autism Spectrum Disorder gangguan perkembangan saraf yang
ditandai dengan kurangnya kemampuan komunikasi sosial dan adanya minat
yang terbatas serta perilaku yang berulang.
● Hampir 50% anak-anak penderita ASD juga mengalami Speech Delay
7. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MNR
Tanggal Lahir : 21 Desember 2021
Usia : 2 Tahun 2 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Belum Bekerja
Agama : Islam
Alamat : Talang Jambi,
Tanjung Api-api
No. RM : 0001453583
Kunjungan : 12 Februari 2024
8. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien belum bisa merespons saat dipanggil
Pasien datang dibawa oleh Ibu ke Rehabilitasi Medik RSMH dengan
keluhan pasien belum bisa merespon saat dipanggil. Orang tua
pasien merasa pasien memiliki keterlambatan dibandingkan anak-
anak lain seusianya, kecurigaan dimulai saat pasien berusia 1,5
tahun.
9. ANAMNESIS
Saat ini pasien bisa tengkurap, merangkak, duduk, berdiri, dan
berjalan, namun belum bisa bicara dengan jelas, cooing tidak,
babbling tidak ada, bahasa planet ada, seperti ’papapa’ atau
’tatata’. Pasien tidak menoleh saat dipanggil, responnya kurang dan
lambat, serta pasien belum dapat mematuhi perintah sederhana.
Kontak mata ada tapi tidak adekuat. Pasien suka mengalihkan
perhatian ke Youtube, sehari 2x, dan sudah berlangsung
selama 6 bulan. Jika menginginkan sesuatu, pasien tidak
menunjuk dengan jari telunjuk barang diinginkannya, melainkan
menarik tangan ibu dan menaruh barang di tangan ibu. Pasien
kadang suka menyilangkan jari telunjuk dan jari tengah. dengan
orang sekitar minim. Kemampuan untuk membedakan orang atau
benda (stereotype) tidak ada.
10. ANAMNESIS
Riwayat Kelahiran
Riwayat Antenatal
Ibu tidak rutin kontrol per bulan selama kehamilan di dokter
kandungan. Pasien pernah tidak periksa kehamilan selama 2x.
Riwayat darah tinggi (-), kencing manis (-), kejang (-), asma (-), dan
stress saat hamil (-), riwayat demam tinggi dan keputihan ada
pada saat usia kehamilan 3 bulan dan dibawa berobat. Obat yang
dikonsumsi selama masa kehamilan berupa asam folat, besi, dan
kalsium. Riwayat merokok (-) dan minum alkohol (-).
11. ANAMNESIS
Riwayat Kelahiran
Bayi laki-laki lahir dari ibu P1A0, hamil 38 minggu lahir dengan
operasi sectio caesarea oleh dokter spesialis kebidanan.
Operasi SC dikarenakan plasenta yang terdapat tepat di jalan
lahir. Bayi lahir langsung menangis. Berat badan lahir 2900
gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala ibu pasien lupa.
Usia ibu saat hamil pasien 24 tahun. Telah diberikan injeksi
vitamin K saat lahir, dan imunisasi Hb 0.
12. ANAMNESIS
Riwayat Post Natal
Imunisasi Dasar
BCG 10 hari
DPT 1 2 bulan DPT 2 3 bulan DPT 3 4 bulan
Hep.B 1 1 bulan Hep.B 2 2 bulan Hep.B 3 3 bulan Hep.B 4 4 bulan
HiB 1 2 bulan HiB 2 3 bulan HiB 3 4 bulan
Polio 1 7 hari Polio 2 2 bulan Polio 3 3 bulan Polio 4 4 bulan
MR 9 bulan
Kesan: Imunisasi Dasar Lengkap
13. ANAMNESIS
Riwayat Perkembangan Riwayat
Penyakit/Operasi
Dahulu
• Gigi pertama : 6 bulan
• Duduk : 7 bulan
• Tengkurap : 4 bulan
• Merangkak : 8 bulan
• Berdiri dengan bantuan: 10 bulan
• Berjalan : 1 tahun
• Berlari : 1 tahun 1 bulan
• Berbicara : belum bisa bicara
jelas, bahasa planet (+)
• Kesan : Terdapat keterlambatan
berbicara
• Pasien suka terjatuh dari
tempat tidur sejak berusia 8
bulan, sebanyak 6 kali,
pernah terbentur di kepala,
tidak dibawa berobat.
14. ANAMNESIS
Riwayat Penyakit pada
Keluarga
Riwayat Pekerjaan
dan Sosial Ekonomi
• Riwayat hipertensi: nenek dari ibu
• Riwayat diabetes mellitus : disangkal
• Riwayat penyakit jantung : disangkal
• Riwayat alergi obat/ makanan: ibu
memiliki alergi makanan (+) pada
seafood udang dan cumi, alergi obat (-)
• Riwayat asma : kakak laki-laki dari ibu
• Riwayat keluhan serupa dengan pasien :
tidak ada
• Ayah seorang pekerja
pengawai swasta, dan ibu
bekerja sebagai ibu rumah
tanggal. Pasien tinggal di
rumah sendiri dengan
penghasilan dari ayah
sebanyak Rp 6.000.000,- per
bulan. Kesan sosial ekonomi
menengah kebawah
15. ANAMNESIS
Riwayat Kebiasaan Keluarga
• Riwayat merokok: kakek suka
merokok, dan sering terpapar saat
pasien di rumah kakek.
• Riwayat minum alkohol: disangkal
16. a. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : GCS E4M6V5
Nadi : 95 x/menit,
regular, isi dan tegangan
cukup
Pernapasan : 19 x/menit
Suhu : 36,5 °C
Berat Badan : 12 kg
Tinggi Badan : 78 cm
b.Cara Berjalan/Gait
Antalgic gait : -
Hemiparesis Gait : -
Steppage gait : -
Parkinson gait : -
Tredelenburg gait: -
Waddle gait : -
Lain-lain : -
PEMERIKSAAN FISIK
17. c. Bahasa/Bicara
Komunikasi verbal :
bahasa planet (+)
Komunikasi non verbal :
ada tapi tidak adekuat
d. Kulit
Tidak ada
kelainan
PEMERIKSAAN FISIK
18. e. Status Psikis
Sikap : Hiperaktif
Orientasi : inadekuat
Ekspresi wajah : ada respon
tapi inadekuat
Perhatian : kurang
PEMERIKSAAN FISIK
20. g. Pemeriksaan Fisik Kepala
Bentuk : normal, terdapat benjolan
lunak di kepala bagian belakang
Ukuran: normosefali
Mata : normal
Hidung : normal, simetris
Telinga: normal, simetris
Mulut : simetris
Wajah : normal
Gerakan abnormal : tidak ada
h. Pemeriksaan Fisik Leher
Inspeksi : statis, simetris,
struma (-), trakea di tengah
Palpasi : tidak teraba
pembesaran KGB, kaku kuduk
(-), tumor (-)
PEMERIKSAAN FISIK
21. Luas Gerak Sendi
Ante /retrofleksi (n 65/50): Tidak
dilakukan
Lateroflexie (D/S) (n 40/40): Tidak
dilakukan
Rotasi (D/S) (n 45/45) : Tidak
dilakukan
Tes Provokasi
Lhermitte test/ Spurling: Tidak
dilakukan
Test Valsava: Tidak dilakukan
Distraksi test: Tidak dilakukan
Test Nafziger: Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN FISIK
22. i. Pemeriksaan Fisik Thoraks
● Bentuk : simetris
● Pemeriksaan Ekspansi Thoraks : ekspirasi dan inspirasi maksimum (tidak
dilakukan)
Paru-paru
● Inspeksi : statis dan dinamis simetris, retraksi (-)
● Palpasi : stem fremitus kanan=kiri, pelebaran sela iga (-)
● Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
● Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
● Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
● Palpasi : iktus kordis tidak teraba
● Perkusi : batas-batas jantung normal
● Auskultasi : BJ I & II (+) normal, HR 84x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
23. j. Pemeriksaan Abdomen
● Inspeksi : datar
● Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar & lien tidak
teraba
● Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
● Auskultasi : bising usus (+) normal
PEMERIKSAAN FISIK
24. k. Pemeriksaan Fisik Trunkus
Inspeksi
● Simetris : simetris
● Deformitas : tidak ada
● Lordosis : tidak ada
● Scoliosis : tidak ada
● Gibbus : tidak ada
● Hairy spot : tidak ada
● Pelvic tilt : tidak ada
Palpasi
● Spasme otot-otot para vertebrae : tidak ada
● Nyeri tekan (lokasi) : tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
45. DIAGNOSIS BANDING
- Speech delay et causa Autism Spectrum
Disorder
- Speech delay et causa Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD)
- Speech delay et causa Specific
Language Impairment (SLI)
46. PROGRAM REHABILITASI MEDIK
Medikamentosa
- Risperidone 2 x 0,1 mg
Edukasi :
- Hindari screen time berlebihan pada pasien
- Motivasi untuk kunjungan rutin
Fisioterapi :
- Terapi Okupasi: Terapi Sensori Integrasi, Snoezelen
- Terapi wicara: Oromotor Exercise, latihan artikulasi dan
kosakata
49. Penegakkan Diagnosis ASD
● Deteksi Dini Sejak Dalam Kandungan
Sampai sejauh ini dengan kemajuan tehnologi kesehatan di
dunia masih juga belum mampu mendeteksi risiko autism sejak
dalam kandungan. Terdapat beberapa pemeriksaan biomolekular
pada janin bayi untuk mendeteksi autism sejak dini (terbatas)
● Deteksi Dini Sejak Lahir hingga Usia 5 tahun
Pada usia bayi sulit, tetapi penting untuk mengetahui gejala dan
tanda penyakit ini sejak dini
50. Penegakkan Diagnosis ASD
a. Usia 0-6 bulan
● Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
● Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
● Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
● Tidak “babbling”
● Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
● Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
● Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
51. Penegakkan Diagnosis ASD
b. Usia 6 – 12 Bulan
● Kaku bila digendong
● Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)
● Tidak mengeluarkan kata
● Tidak tertarik pada boneka
● Memperhatikan tangannya sendiri
● Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motoric
kasar/halus
● Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
52. Penegakkan Diagnosis ASD
c. Usia 2 – 3 tahun
● Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
● Melihat orang sebagai “benda”
● Kontak mata terbatas
● Tertarik pada benda tertentu
● Kaku bila digendong
d. Usia 4 – 5 Tahun
● Sering didapatkan ekolalia (membeo)
● Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
● Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
● Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
● Temperamen tantrum atau agresif
53. Diagnosis ASD
DSM-V, ICD-10, M-CHAT
a) Hambatan komunikasi dan interaksi sosial, dengan semua gejala:
● Defisit dalam hubungan sosial-emosional secara timbal balik:
pendekatan sosial yang aneh; percakapan tidak bisa dua arah; tidak
bisa berbagi minat, emosi, afek; tidak bisa memulai/ merespons
interaksi sosial
● Defisit dalam komunikasi non verbal dalam interaksi sosial: kurang
dapat menggunakan/ mengartikan bentuk mata, gestur tubuh, ekspresi
wajah, dan komunikasi non verbal.
● Defisit untuk mengembangkan, mempertahankan, dan mengerti suatu
relasi sosial: sulit beradaptasi di lingkungan tertentu, sulit berteman,
berbagi minat/ permainan.
54. Diagnosis ASD
DSM-V
b) Perilaku, minat, aktifitas yang terbatas dan repetitif/ monoton,
minimal 2 gejala:
● Gerak motorik/ perkataan yang repetitif/ streotipi: deret-deret
mainan, ekolalia, flapping. Perilaku verbal/ non verbal yang ritual,
tidak fleksibel, tidak suka perubahan, pola pikir yang kaku,
makanan/ kebiasaan yang monoton
● Minat yang terbatas, terfiksasi, yang tidak normal dalam intensitas/
fokus.
● Hiper/ hiporeaktifitas terhadap sensori atau minat/ respon yang
tidak biasa terhadap obyek.
55. Diagnosis ASD
DSM-V
c) Gejala timbul dalam tahap perkembangan awal, dapat tidak
tampak sampai tuntutan sosial melebihi kemampuan anak
d) Gejala menyebabkan hambatan yang bermakna dalam
kehidupan sosial dan fungsional sehari-hari.
e) Hambatan tersebut bukan disebabkan oleh disabilitas intelektual/
global developmental delayed.
Kriteria diagnosis ASD menurut DSM-5 adalah adanya gejala yang
memenuhi kriteria A, B, C, dan D yang ditemukan saat ini atau dari
riwayat sebelumnya.
56. Diagnosis ASD
Anamnesa
1. Gangguan dalam bidang komunikasi verbal maupun non verbal
● Telambat bicara
● Meracau dengan bahasa yang tidak dimengerti orang lain
● Bicara tidak dipakai untuk berkomunikasi
● Meniru atau membeo (echolalia)
● Pandai meniru nyanyian, nada maupun kata-katanya tanpa mengerti
artinya
● Sebagian (20 %) anak-anak ini tetap tak dapat bicara sampai dewasa
● Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan yang terdekat dan
mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya
57. Diagnosis ASD
Anamnesa
2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial
● Menolak / menghindar untuk bertatap mata (kontak mata tidak ada)
● Tak mau menengok bila dipanggil
● Seringkali menolak untuk dipeluk
● Tidak ada usaha melakukan interaksi dengan orang lain, asyik
main sendiri
● Bila didekati untuk diajak main malah menjauh
58. Diagnosis ASD
Anamnesa
3. Gangguan dalam bidang perilaku
● Pada anak autis terdapat perilaku yang berlebihan dan kekurangan
Contoh perilaku yang berlebihan:
● Hiperaktivitas motorik seperti tidak bisa diam, lari ke sana ke mari tak terarah,
melompat-lompat, berputar-putar, memukul-mukul pintu atau meja, mengulang-
ulang gerakan tertentu. Perilaku ini dapat membahayakan diri sendiri dan dapat
berupa agresifitas melawan orang lain
Perilaku yang kekurangan, contohnya:
● Duduk dia bengong dengan tatap mata yang kosong, bermain secara monoton dan
kurang variatif secara berulang-ulang.
● Duduk diam terpaku oleh sesuatu hal, misalnya bayangan atau benda yang
berputar. Kadang-kadang ada kelekatan pada benda tertentu seperti sepotong tali,
kartu, kertas, gambar, gelang karet atau apa saja yang terus dipegangnya dan
dibawa ke mana-mana
59. Diagnosis ASD
Anamnesa
4. Gangguan dalam bidang perasaan/ emosi
● Tidak ada atau kurangnya empati, misalnya melihat anak
menangis tidak merasa kasihan melainkan merasa terganggu
sehingga anak yang menangis tersebut mungkin didatangi dan
dipukulnya
● Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab
yang nyata
● Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum). Terutama bila
tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, ia bisa menjadi agresif
dan destruktif (merusak)
60. Diagnosis ASD
Anamnesa
5. Gangguan dalam persepsi sensoris (tactile, auditory hipersensity )
● Mencium-cium, menggigit atau menjilat mainan atau benda apa saja
● Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
● Tidak menyukai rabaan atau pelukan
● Merasa sangat tidak nyaman bila memakai pakaian dari bahan yang
kasar
6. Gangguan tidur dan makan
7. Gangguan efek dan mood (suasana hati)
8. Gangguan kejang
9. Aktivitas dan minat yang terbatas
10. Gangguan kognitif : 75-80% anak autis mengalami retardasi mental.
61. Diagnosis ASD
Pemeriksaan fisik dan tambahan
1) Berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dapat normal atau abnormal
2) Pemeriksaan beberapa fungsi syaraf kranial, sistem motorik (kekuatan
otot, tonus otot, refleks-refleks), sistem sensorik, cara berjalan dan lain-
lain dapat mendeteksi adanya gangguan tumbuh kembang anak
3) Temuan khas yaitu tidak adanya kontak mata pada anak, adanya
gerakan repetitif , stereotipik, hiperaktif, dan hipoaktif
4) Melakukan skrining perkembangan DENVER, Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP), CHAT (Checklist Autism in Toddlers), dan
CARS rating system (Childhood Autism Rating Scale)
62. Diagnosis ASD
Komorbiditas
● Prevalensi ADHD pada mereka dengan ASD berkisar antara 14% sampai
78%. Dalam penelitian terbaru menemukan bahwa 18% anak-anak dan
remaja dengan ASD juga memiliki diagnosis komorbid AD/HD.
● Prevalensi epilepsi di antara semua anak diperkirakan 2-3% dibandingkan
dengan sekitar 30% pada autisme.
● Pada anak dengan ASD pun dapat ditemukan gangguan gastrointestinal
dengan konstipasi sbagai gejala yang paling umum, dengan 85% dari
mereka dengan ASD dan gejala gastrointestinal menyertainya.
● 34% hingga 80% anak-anak dengan disabilitas intelektual (ID), dan
sebagian lagi memiliki gangguan tidur, ganggan makan, toileting problem
63. Tatalaksana ASD
● Nutrisi
Dalam beberapa tahun terakhir, intervensi diet termasuk diet bebas
gluten atau diet bebas kasein (gluten-free or casein-free diets/ GFCF)
telah diketahui signifikan untuk managemen pada ASD. Pada kasus ini
juga, anak dapat diberi suplemen makanan, termasuk suplementasi
mineral (misalnya kalsium, seng, besi), serta asam folat.
● Terapi edukasi
Intervensi dalam bentuk pelatihan keterampilan sosial, keterampilan
sehari-hari agar anak menjadi mandiri. Tedapat berbagai metode
pengajaran antara lain metode TEACHC (Treatment and Education of
Autistic and related Communication Handicapped Children).
64. Tatalaksana ASD
● Terapi perilaku
Intervensi terapi perilaku sangat diperlukan pada autisme. Apapun metodenya
sebaiknya harus sesegera mungkin dan seintensif mungkin yang dilakukan
terpadu dengan terapi-terapi lain. Metode yang banyak dipakai adalah ABA
(Applied Behaviour Analisis) dimana keberhasilannya sangat tergantung dari
usia saat terapi itu dilakukan (terbaik sekitar usia 2 – 5 tahun).
● Terapi wicara dan okupasi
Terapi wicara sangat perlu dilakukan, mengingat tidak semua individu dengan
autisme dapat berkomunikasi secara verbal. Terapi ini harus diberikan sejak
dini dan dengan intensif dengan terapi-terapi yang lain. Terapi okupasi agar
individu dengan autisme dapat melakukan gerakan, memegang, menulis,
melompat dengan terkontrol dan teratur sesuai kebutuhan saat itu.
65. Tatalaksana ASD
● Sensori integrasi
Adalah pengorganisasian informasi semua sensori yang ada (gerakan,
sentuhan, penciuman, pengecapan, penglihatan, pendengaran)untuk
menghasilkan respon yang bermakna. Melalui semua indera yang ada otak
menerima informasi mengenai kondisi fisik dan lingkungan sekitarnya, sehingga
diharapkan semua gangguan akan dapat teratasi.
● AIT (Auditory Integration Training)
Diberikan kepada individu yang hipersensitif terhadap suara dan
mengganggu pendengaran mereka. Mulanya ditentukan suara yang
mengganggu pendengaran dengan perangkat audiometer. lalu diikuti seri terapi
yang memperdengarkan suara-suara yang direkam, tetapi tidak disertai dengan
suara yang menyakitkan. Selanjunya dilakukan desnsitisasi terhadap suara yang
menyakitkan tersebut.
66. Tatalaksana ASD
● Hyperbaric oxygen
Terapi oksigen hiperbarik (hyperbaric oxygen therapy/HBOT) memberikan
konsentrasi oksigen yang lebih tinggi dengan mengirimkan oksigen ke ruangan
dengan tekanan atmosfer yang tinggi. Alasan untuk HBOT pada individu
dengan autisme termasuk potensinya untuk meningkatkan perfusi otak,
mengurangi peradangan dan stres oksidatif.
● Terapi farmakologis
FDA telah menyetujui dua obat antipsikotik atipikal, risperidone dan
aripiprazole untuk terapi ini. SSRI juga sering diresepkan untuk mengobati
gejala komorbiditas pada ASD. Komorbiditas iritabilitas, agresi, dan hiperaktif
pada individu ASD
67. Tatalaksana ASD
● Risperidon, dimulai dengan dosis 2 x 0,1 mg, dapat dinaikkan 0,05 mg
setiap 1 – 2 minggu, dosis bisa mencapai 1-2 mg/hari. Dapat memperbaiki
hubungan sosial, atensi, agresifitas, hiperaktifitas dan perilaku menyakiti diri
sendiri.
● Aripiprazole, dimulai dengan dosis 2 mg sekali sehari, dapat dinaikkan
bertahap hingga maksimal 10 mg/hari.Dapat mengurangi gangguan
iritabilitas yang berhubungan dengan autis (tantrum, agresivitas, perubahan
mood tiba-tiba, perilaku yang merugikan diri sendiri). Digunakan pada anak
usia 6-17 tahun.
● Haloperidol, dosis 0,25-3 mg/ hari, dibagi 2-3 dosis. Dapat memperbaiki
agresifitas, hiperaktifitas, iritabilitas dan stereotifik.
● Thioridazine, dosis 0,5-3 mg/ kg/ hari dibagi 2-3 dosis. Dapat menurunkan
agresifitas dan agitasi.
68. Prognosis ASD
Prognosis
● Prognosis untuk penderita autisme tidak selalu buruk. Pada
gangguan autisme, anak yang mempunyai IQ di atas 70 dan
mampu menggunakan komunikasi bahasa mempunyai prognosis
yang baik. Pasien dengan IQ rendah mungkin tidak pernah hidup
mandiri; mereka biasanya membutuhkan perawatan di rumah atau
tempat tinggal selama mereka hidup. Berdasarkan gangguan pada
otak, autisme tidak dapat sembuh total tetapi gejalanya dapat
dikurangi, perilaku dapat di ubah ke arah positif dengan
berbagai terapi
69. Terapi Rehabilitasi Medik ASD
● Prinsip latihan pada anak
a. Program latihan pada anak sangat perlu melibatkan peran serta
orang tua.
b. Orang tua diajak berdialog tentang apa yang ada pada anak, apa
yang masih bisa diharapkan, dan apa tujuan akhir dan latihan-
latihan yang akan diberikan secara bertahap.
c. Jangan memberikan harapan yang terlalu muluk-muluk, padahal
kita tahu anak akan sangat sulit mencapainya sehingga orangtua
maupun terapisnya menjadi patah semangat.
70. Terapi Rehabilitasi Medik ASD
● Diantara sesi terapi yang dilakukan, terkadang perlu diselingi
penghargaan atau pujian tetapi tidak memanjakan anak.
● Disiplin ditegakkan tetapi tidak dipaksakan pada saat memberikan
latihan. Dalam hal ini diperlukan wali tas terapis dalam
memberikan latihan.
● Faktor nutrisi tetap harus dipertahankan untuk menunjang kalori
yang diperlukan selama latihan.
● Semua latihan yang diberikan harus dapat dinikmati oleh anak,
sehingga anak mau melakukan semua latihan secara berulang-
ulang sambil bermain di manapun anak berada.
71. Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Perencanaan program terapi latihan
● Program latihan sebaiknya dirancang sebagai berikut
a. Latihan harus komprehensif
b. Diberikan penilaian untuk terapi latihan tertentu misalnya
fisioterapi, terapi okupasi atau keterampilan atau terapi wicara
c. Tujuan terapi sesuai dengan dasar-dasar terapi tersebut
d. Teknik terapi dipilih sesuai dengan masalah masing-masing anak
e. Pemeriksaan secara berkala mengenai perkembangan anak
72. Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Perencanaan program terapi latihan
● Program latihan sebaiknya dirancang sebagai berikut
a. Latihan harus komprehensif
b. Diberikan penilaian untuk terapi latihan tertentu misalnya fisioterapi,
terapi okupasi atau keterampilan atau terapi wicara
c. Tujuan terapi sesuai dengan dasar-dasar terapi tersebut
d. Teknik terapi dipilih sesuai dengan masalah masing-masing anak
e. Pemeriksaan secara berkala mengenai perkembangan anak
Waktu pemeriksaan anak bervariasi. pemeriksaan secara lengkap tidak
selalu mungkin dilakukan pada 1 hari pertama. Jika anak tidak terbiasa
terhadap lingkungan baru atau merasa tertekan anak justru tidak bisa
menunjukkan potensi yang sebenarnya.
73. Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Tujuan Terapi Latihan
● Tujuan terapi latihan adalah mengembangkan bentuk
komunikasi (wicara, isyarat, tulis, tanda, bahasa, ketikan).
Mengembangkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari untuk
makan, berpakaian, dan ke toilet dan mengembangkan beberapa
untuk gerakan yang terpola.
● Rehabilitasi medik: Mengembangkan kemampuan fungsional dan
psikologis seorang individu dan mekanismenya sehingga dapat
mencapai kemandirian dan menjalani hidup secara aktif
74. Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Pelaksanaan Terapi Latihan dan Kerja Tim
● Diperlukan kerja tim yang baik antara spesialis
anak spesialis dokter rehabilitasi medis,
pisikiater, spesialis ortopedi, spesialis THT,
fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, guru,
pekerja sosial psikologi dan orang tua.
75. Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Program rehabilitasi medik pada anak dengan speech delay ec ASD
● Terapi edukasi
TEACCH mulai dikembangkan tahun 1972. Metode ini dilakukan
dengan menciptakan situasi belajar yang sesuai dengan kondisi anak
autis: kemampuan visual baik, perhatian mudah teralih, membutuhkan
struktur yang jelas. Orangtua perlu menerapkan juga terapi di rumah,
15 menit - 1 jam setiap harinya
76. Terapi Rehabilitasi Medik ASD
2. Terapi perilaku
Metode yang banyak dipakai adalah ABA (Applied Behaviour
Analysis) dimana metode ini merupakan metode yang terstruktur dan
mudah diukur hasilnya, dan keberhasilannya sangat tergantung dari
usia saat terapi itu dilakukan (terbaik sekitar usia 2-5 tahun).
79. Terapi Rehabilitasi Medik ASD
3. Terapi wicara
● Terapi wicara adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
gangguan bahasa, wicara dan suara yang bertujuan untuk
digunakan sebagai landasan membuat diagnosis dan penanganan.
● Terapis wicara adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
terapi wicara baik di dalam maupun luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
(Peraturan MENKES RI No: 867/MENKES/PER/VIII/2004).
81. Terapi Rehabilitasi Medik ASD
4. Terapi okupasi
Terapi okupasi merupakan salah satu bentuk psikoterapi suportif
yang penting dilakukan meningkatkan kesembuhan untuk pasien,
Terapi okupasi adalah prosedur rehabilitasi yang di dalam aturan
medis menggunakan aktivitas yang membangkitkan kemandirian
secara manual, kreatif, rekreasional, edukasional, dan sosial serta
industrial untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan atas fungsi
fisik dan respon-respon mental pasien.
83. Terapi Rehabilitasi Medik ASD
5. Terapi sensori integrasi
● Sejarah sensori Integrasi (SI) diterbitkan kepada publik
pertama kali tahun 1966 oleh Jean Ayres Phd OTR tentang
intervensi metode SI dan peran OT dalam metode tersebut.
Ayres mengembangkan teori Sensori Iintegrasi untuk
menjelaskan masalah penginterpretasian sensasi dari tubuh
dan lingkungan serta kesulitan pada akademik dan motor
learning dalam memenuhi tuntutan lingkungan yang
mempengaruhi manusia untuk melakukan occupation.
85. Terapi Rehabilitasi Medik ASD
6. Auditory Integration Training (AIT)
Diberikan kepada individu yang hipersensitif terhadap suara dan
mengganggu pendengaran mereka. Mulanya ditentukan suara
yang mengganggu pendengaran dengan perangkat audiometer.
lalu diikuti seri terapi yang memperdengarkan suara-suara yang
direkam, tetapi tidak disertai dengan suara yang menyakitkan.
Selanjunya dilakukan desnsitisasi terhadap suara yang
menyakitkan tersebut.
87. Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Evaluasi program latihan
• Tujuan terapi selalu berubah sesuai dengan tumbuh kembang anak
• Metode testing refleks digunakan untuk mengevaluasi perkembangan fungsi sistem
saraf pusat: level spinal, level brainstem, level midbrain, level kortikal, reaksi otomatis
(automatic movement reaction)
• Diperlukan tes intelegensi (terutama pada palsi serebral, sindrom Down)
• Lamanya/waktu evaluasi sangat bervariasi
• Dipakai instrument khusus untuk skrining, misalnya Denver II atau yang
lainnya
• Perlu perencanaan program lainnya (missal perlu tindakan bedah)
• Perlu dicermati kondisi lain yang muncul selama program latihan (over training,
penyakit lain)
89. Definisi
Bahasa adalah pengolahan secara konseptual dari komunikasi yang meliputi pemahaman dan pengekspresian informasi, perasaan,
ide, dan pikiran. Berbicara adalah produk verbal dari bahasa dengan ekspresi artikulasi verbal. Seorang anak dinilai memiliki
keterlambatan bicara dan bahasa jika perkembangan bicara dan bahasanya secara signifikan berada di bawah milestone anak seusianya.
erkembangan bicara dan bahasa anak tersebut masih dalam sekuen/urutan yang benar, namun lebih lambat dari yang diharapkan. Sedangkan
anak-anak dengan gangguan bicara dan bahasa, perkembangan bicara dan bahasanya secara kualitatif berbeda dari anak pada umumnya.4,5
90. Terdapat berbagai macam definisi untuk menjelaskan gangguan bicara danbahasa pada anak, tergantung pada alat skrining dan diagnostik
1. Terdapat keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa, bila dibandingkan dengan anak lain yang sama umur, jenis kelamin, adat istiadat, d
2. Terdapat kesenjangan antara potensi anak untuk bicara dengan penampilan anak yang kita observasi.
91. Epidemiologi
Prevalensi keterlambatan bicara pada anak usia 2-7 tahun di Amerika Serikat berkisar antara 2,3-19%. Keterlambatan bicara 1,5
kali lebih sering ditemukan pada anak laki-laki. Di Klinik khusus Tumbuh Kembang, RS Harapan Kita Jakarta (2008-2009), pasien
yang datang dengan keluhan utama keterlambatan bicara sebagian besar (69,6%) terdiagnosis pada usia antara 13-36 bulan, lebih
banyak (71,2%) pada anak laki-laki. Kemungkinan anak mengalami keterlambatan bicara dan bahasa meningkat jika ada riwayat
keterlambatan bahasa, membaca, menulis, dan kesulitan belajar pada keluarga. Faktor sosial, ekonomi, dan pendidikan orang tua juga
menjadi faktor terjadinya keterlambatan bicara dan bahasa pada anak. Studi kohort di Inggris yang melibatkan 18.000 anak menemukan
bahwa anak dengan tingkat sosio-ekonomi rendah memiliki risiko keterlambatan bicara dan bahasa 2 kali lipat.7
92. Etiologi
Keterlambatan bicara primer termasuk keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa, gangguan bahasa ekspresif, gangguan
bahasa reseptif (Wernicke’s aphasia). Keterlambatan bicara dan bahasa sekunder merupakan atribut kondisi lain seperti gangguan
pendengaran, disabilitas intelektual, gangguan autism, retardasi mental, kelainan fisik, mutism, dan gangguan psikososial. Anak yang
seharihari menggunakan dua bahasa (bilingual) mengalami ketertinggalan dalam bahasa dibandingkan anak yang berbahasa tunggal
(monolingual) karena anak dengan dua bahasa perlu membedakan aturan dan susunan kata masing-masing bahasa, menghasilkan pola
perkembangan bahasa yang berbeda dengan anak berbahasa tunggal.7
Penyebab gangguan bicara dan bahasa bermacam-macam, yang melibatkan berbagai faktor yang saling mempengaruhi, seperti
lingkungan, kemampuan pendenganran, kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis, dan lain sebagainya (Tabel 1).6
93.
94.
95. Klasifikasi dan Gejala
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa etiologi gangguan bicara dapat bersifat primer maupun sekunder, berikut ini temuan
klinis sesuai kelainan yang terjadi.7
98. Klasifikasi dan Gejala
Klasifikasi menurut DSM-IV, gangguan komunikasi (communicationdisorders) pada anak dibagi menjadi:6
1. Gangguan bahasa ekspresif (expressive language disorder)
2. Gangguan bahasa campuran repetitif-ekspresif (mixed receptive-expressivelanguage disorder)
3. Gangguan fonologi (phonological disorder)
4. Gagap (stuttering)
5. Gangguan komunikasi yang lain (communication disorder not otherwisespecified)
Rutter membuat klasifikasi kelainan bahasa pada anak berdasarkan atasberat ringannya gangguan bahasa, yang dapat dilihat
pada Tabel 3.
100. Klasifikasi dan Gejala
Sementara itu, Rapin dan Allen berdasarkan patofisiologinya, membagi kelainan bahasa pada anak menjadi 6 subtipe, yaitu:6
1. Primer ekspresif
a. Disfraksia verbal
Anak dengan disfraksia verbal (afraksia verbal atau gangguan perkembangan bicara ekspresif) mengerti segala
sesuatu yang dikatakan padanya. Mereka lebih sering menunjuk daripada bicara. Banyak di antara mereka yang mempunyai
riwayat prematur; beberapa menderita disfraksi oromotor (anak mengeluarkan air liur dan mempunyai kesulitan mengikuti
gerakan mulut). Jika bicara, mereka lebih banyak menggunakan suara vokal dengan gangguan pengucapan konsonan. Anak
stelah dewasa menjadi afremia. Anak dengan disfraksia verbal kadang-kadang disertai dengan gangguan tingkah laku
(autisme). Pada anak ini, rehabilitasi lebih memerlukan terapi wicara yang intensif.
b. Gangguan defisit produksi fonologi
Beberapa anak bicara dengan kata-kata dan frase yang sulit dimengerti, sekalipun berbicara pada orang-orang yang
selalu kontak dengannya, sehingga mereka sering marah dan frustasi karena merasa bahwa kata-katanya sulit dimengerti
oleh sekitarnya. Anak ini tidakmengalami gangguan dalam pengertian, tetapi terdapat gangguan berupa defisit produksi
fonologi.
101. Klasifikasi dan Gejala
2. Defisit Represif dan ekspresif
a. Gangguan campuran ekspresif-represif
Anak yang berbicara sulit dipahami dan juga menunjukkan adanya gangguan pemahaman terhadap apa yang dikatakan kepadanya m
b. Disfasia verbal auditori agnosia
Beberapa anak mengerti sedikit pada apa yang dikapatakn kepadanya, walaupun kadang mereka mengikuti suatu pembicaraandeng
102. Klasifikasi dan Gejala
1. Defisit bahasa yang lebih berat
a. Gangguan leksikal-sintaksis
Anak dengan gangguan leksikal-sintaksis mempunyai kesulitan menemukan kata-kata yang tepat, khususnya saat bercakap-cakap. M
b. Gangguan sematik-pragmatik
Ada beberapa anak yang berbicara lancar dan dapat menggunkan kata-kata yang tepat, tetapi mereka berbicara tanpa henti mengena
103. Deteksi Dini
Tenaga pendidik anak usia dini, tenaga medis, dan profesi lainnya dapat mengidentifikasi risiko keterlambatan bicara dan bahasa pada ana
American Academy of Pediatrics (AAP) membuat panduan klinis yang merekomendasikan kunjungan anak saat berusia <36 bulan untuk d
106. Deteksi Dini
Skrining dapat menggunakan instrumen yang dinilai oleh orangtua, sepertiASQ (Ages and Stages Questionnaire), CDI (Communicative D
Capute scales terdiri dari CLAMS untuk skrining gangguan bicara dan CAT untuk menilai kemampuan kognitif (visual-motor). Pada CLA
108. Diagnosis
Keterlambatan maupun gangguan bicara dan bahasa dapat dideteksi secaraklinis dengan mengacu pada milestone perkembangan bicara
Beberapa instrumen khusus telah tersedia, misalnya The Early Language Milestone Scale (ELMS), The Clinical Adaptive Test/Clinical Ling
● Tidak menunjukkan babbling, menunjuk, atau mimik yang baik pada umur12 bulan
● Tidak ada kata pada umur 16 bulan
● Tidak ada 2 kata spontan pada umur 2 tahun
● Hilangnya kemampuan bicara atau kemampuan sosial pada umur berapapun
109.
110. Untuk mendiagnosis gangguan bicara dan bahasa pada anak, harus dilakukan anamnesis yang baik terhadap faktor-faktor risiko yang mungkin
Tabel 6. Riwayat Anak yang Mengalami Keterlambatan Bicara 6
111.
112. Pemeriksaan fisik yang teliti (Tabel 7) harus
dilakukan untuk mencari adanya gejala-gejala dari sindrom
tertentu atau kelaina dismorfik yang mungkin ada.6
Tabel 7. Kelainan Fisik yang
Sering Ditemukan pada Anak
dengan GangguanBicara dan
Bahasa.6
113. Semua anak dengan gangguan bahasa harus menjalani pemeriksaan
audiologi, untuk mengetahui adanya ketulian . periksa semua bayi atau anak
dengan gangguan bicara dan bahasa yang berat dengan Brainstem Evoked
Response Audiometry (BERA) dan atau Otoacoustic Emissions (OAE). Pada
anak yang lebih besar dapat dilakukan pemeriksaan audiometri konvensional
dari pemeriksaan audiologi, dapat diketahui adanya ketulian atau pendengaran
normal.
114. Tatalaksana
Target utama terapi keterlambatan bicara adalah mengajarkan anak strategi untuk memahami secara komprehensif bahasa
yang diucapkan orang lain dan menghasilkan sikap komunikasi yang baik, serta membantu orang tua mempelajari cara mendorong
keterampilan komunikasi anak. Studi Wallace
mendukung adanya efektivitas terapi bicara (speech-language therapy), terutama pada anak dengan gangguan bahasa ekspresif
primer.7
Anak-anak yang memiliki gangguan bicara dan bahasa harus sesegera mungkin dirujuk ke ahli patologi bicara dan bahasa
sebelum usia perkembangan bahasa, yaitu 2- 3 tahun. Periode 36 bulan pertama kehidupan adalah periode kritis perkembangan
bahasa. Kecepatan perkembangan bahasa selama periode ini tidak pernah diulang pada waktu lain di kehidupan. Intervensi dini
sangat penting,risiko gangguan bicara dan bahasa permanen meningkat dibandingkan dengan teman seusianya yang normal.7
115.
116. Intervensi atau terapi disesuaikan dengan masalah atau kelainan yang diderita anak (Tabel 9). Intervensi ini diperlukan untuk
mengoptimalkankemampuan komunikasi anak yang kelak dapat mempengaruhi kualitas hidupanak. Pada anak yang mengalami deprivasi
berat diperlukan penelusuran riwayat sosial dan dilakukan rujukan untuk mendapatkan pelayanan sosial, kesehatanmental dan tumbuh
kembang yang memadai.6
119. Prognosis
Anak-anak usia 2 tahun dengan keterlambatan bahasa ekspresif, 2-5 kali lebih berisiko gangguan bahasa menetap
pada akhir prasekolah sampai sekolah dasar dibandingkan anak tanpa keterlambatan bahasa ekspresif.3 Gangguan perhatian
dan kesulitan berinteraksi sosial lebih sering terjadi pada anak dengan gangguan bicara dan bahasa yang menetap sampai
melewati usia 5,5 tahun. Anak dengan gangguan bicara dan bahasa pada usia 7,5 sampai 13 tahun terbukti memiliki
gangguan keterampilan menulis, kesulitan pengejaan, dan penggunaan tanda baca dibandingkan anak-anak tanpa gangguan
bicara dan bahasa.5,12
124. Our teaching method
Despite being red, Mars
is a cold place
Activities
Venus is the second
planet from the Sun
Feedback
Jupiter doesn’t have a
solid surface
Evaluation Goals
Saturn is a gas giant and
has several rings
125. —Someone Famous
“This is a quote, words full of
wisdom that someone important
said and can make the reader
get inspired.”
126. Areas Hours Contents Skills
Area 1 10 hours
Mercury is the
smallest planet
Area 2 15 hours
Venus has a
beautiful name
Area 3 5 hours
Mars is actually a
cold place
The curriculum
127.
128. Despite being red, Mars is
actually a cold place
It's the fourth-largest object in
the Solar System
Mars
Neptune
Our academic areas
Mercury
It’s the closest planet to the
Sun and the smallest one
Venus
Venus has a beautiful name
and is the second planet
Jupiter
Jupiter is a gas giant and the
biggest in the Solar System
Saturn
Saturn is composed mostly of
hydrogen and helium
129. Our mission and vision
Mission
Mercury is the closest planet to the Sun and
it’s very small
Vision
Venus has a beautiful name and is the second
planet from the Sun
131. Our values
Loyalty
Venus is the second
planet from the Sun
Efficiency
Despite being red, Mars
is a cold place
Reliability
Jupiter doesn’t have a
solid surface
Commitment
Saturn is a gas giant
and has several rings
132. 95%
Saturn is a gas giant
and has several rings
9/10
Jupiter doesn’t have a
solid surface
2,500
Venus is the second
planet from the Sun
Our success
134. Statistics
Follow the link in the graph to modify its data and then paste the new one here. For more info, click here
4,350,000,000
Venus
It has a very
nice name
Mercury
It’s a very
small planet
60% 30%
136. This is an infographic
Despite being red,
Mars is a cold place
Venus
Venus is the second
planet from the Sun
Jupiter
It’s the biggest planet
in the Solar System
Mars Saturn
Saturn is a gas giant
and has several rings
137. Our teachers
Jenna Doe
Here you can talk a bit about
this person
Timmy Jimmy
Here you can talk a bit about
this person
Susan Bones
Here you can talk a bit about
this person
138. Our goals
Mercury
Mercury is the
smallest planet
Venus
Venus is the
second planet
Jupiter
Jupiter is the
biggest planet
1
2
3
139. Student progress
1st Term
Mercury is the
smallest planet
2nd Term
Venus is the
second planet
3rd Term
Jupiter is the
biggest planet
4th Term
Neptune is the
farthest planet
Evaluation
140. Step 2
Despite being red,
Mars is a cold
place
Step 1
Venus is the
second planet
from the Sun
Step 3
Neptune is the
farthest planet
from the Sun
Enrollment process