SlideShare a Scribd company logo
1 of 140
Speech Delay
Et Causa Autism
Spectrum Disorder
Vinil Kiran Kalaichelvan 04084882225004
Argo Fauzan 04081882225004
Destira Eka Fatrin 04081882225005
Andrew Fabian 04081882225001
Illyas Sobri 04081882225003
Pembimbing:
dr. Nyimas Fatimah, Sp.KFR
Table of contents
PENDAHULUAN
Apa itu ASD?
STATUS PASIEN
An. MNR, 2 Tahun 2 Bulan, Laki-
laki
TINJAUAN PUSTAKA
Autism Spectrum Disorder (ASD)
ANALISIS KASUS
An. MNR dengan ASD
02
03
01
04
05
DAFTAR PUSTAKA
Referensi
PENDAHULUAN
01
Apa itu ASD?
Perkembangan
Kemampuan Bicara
Kemampuan seseorang dalam mengucapkan
kata untuk berinteraksi dengan orang lain:
 Komponen penting dalam perkembangan
Proses perubahan dari waktu
ke waktu yang mencakup
pertumbuhan fisik, kognitif,
emosional, dan sosial sejak
lahir hingga dewasa.
● Keterlambatan Bicara/Speech Delay:
à Ucapan percakapan anak menjadi lebih tidak koheren dibandingkan yang
diharapkan sesuai usianya atau ditandai dengan pola kesalahan bunyi ucapan
yang tidak sesuai dengan usianya.
● Autism Spectrum Disorder  gangguan perkembangan saraf yang
ditandai dengan kurangnya kemampuan komunikasi sosial dan adanya minat
yang terbatas serta perilaku yang berulang.
● Hampir 50% anak-anak penderita ASD juga mengalami Speech Delay
STATUS PASIEN
02
An. MNR, 2 Tahun 2 Bulan
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MNR
Tanggal Lahir : 21 Desember 2021
Usia : 2 Tahun 2 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Belum Bekerja
Agama : Islam
Alamat : Talang Jambi,
Tanjung Api-api
No. RM : 0001453583
Kunjungan : 12 Februari 2024
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien belum bisa merespons saat dipanggil
Pasien datang dibawa oleh Ibu ke Rehabilitasi Medik RSMH dengan
keluhan pasien belum bisa merespon saat dipanggil. Orang tua
pasien merasa pasien memiliki keterlambatan dibandingkan anak-
anak lain seusianya, kecurigaan dimulai saat pasien berusia 1,5
tahun.
ANAMNESIS
Saat ini pasien bisa tengkurap, merangkak, duduk, berdiri, dan
berjalan, namun belum bisa bicara dengan jelas, cooing tidak,
babbling tidak ada, bahasa planet ada, seperti ’papapa’ atau
’tatata’. Pasien tidak menoleh saat dipanggil, responnya kurang dan
lambat, serta pasien belum dapat mematuhi perintah sederhana.
Kontak mata ada tapi tidak adekuat. Pasien suka mengalihkan
perhatian ke Youtube, sehari 2x, dan sudah berlangsung
selama 6 bulan. Jika menginginkan sesuatu, pasien tidak
menunjuk dengan jari telunjuk barang diinginkannya, melainkan
menarik tangan ibu dan menaruh barang di tangan ibu. Pasien
kadang suka menyilangkan jari telunjuk dan jari tengah. dengan
orang sekitar minim. Kemampuan untuk membedakan orang atau
benda (stereotype) tidak ada.
ANAMNESIS
Riwayat Kelahiran
Riwayat Antenatal
Ibu tidak rutin kontrol per bulan selama kehamilan di dokter
kandungan. Pasien pernah tidak periksa kehamilan selama 2x.
Riwayat darah tinggi (-), kencing manis (-), kejang (-), asma (-), dan
stress saat hamil (-), riwayat demam tinggi dan keputihan ada
pada saat usia kehamilan 3 bulan dan dibawa berobat. Obat yang
dikonsumsi selama masa kehamilan berupa asam folat, besi, dan
kalsium. Riwayat merokok (-) dan minum alkohol (-).
ANAMNESIS
Riwayat Kelahiran
Bayi laki-laki lahir dari ibu P1A0, hamil 38 minggu lahir dengan
operasi sectio caesarea oleh dokter spesialis kebidanan.
Operasi SC dikarenakan plasenta yang terdapat tepat di jalan
lahir. Bayi lahir langsung menangis. Berat badan lahir 2900
gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala ibu pasien lupa.
Usia ibu saat hamil pasien 24 tahun. Telah diberikan injeksi
vitamin K saat lahir, dan imunisasi Hb 0.
ANAMNESIS
Riwayat Post Natal
Imunisasi Dasar
BCG 10 hari
DPT 1 2 bulan DPT 2 3 bulan DPT 3 4 bulan
Hep.B 1 1 bulan Hep.B 2 2 bulan Hep.B 3 3 bulan Hep.B 4 4 bulan
HiB 1 2 bulan HiB 2 3 bulan HiB 3 4 bulan
Polio 1 7 hari Polio 2 2 bulan Polio 3 3 bulan Polio 4 4 bulan
MR 9 bulan
Kesan: Imunisasi Dasar Lengkap
ANAMNESIS
Riwayat Perkembangan Riwayat
Penyakit/Operasi
Dahulu
• Gigi pertama : 6 bulan
• Duduk : 7 bulan
• Tengkurap : 4 bulan
• Merangkak : 8 bulan
• Berdiri dengan bantuan: 10 bulan
• Berjalan : 1 tahun
• Berlari : 1 tahun 1 bulan
• Berbicara : belum bisa bicara
jelas, bahasa planet (+)
• Kesan : Terdapat keterlambatan
berbicara
• Pasien suka terjatuh dari
tempat tidur sejak berusia 8
bulan, sebanyak 6 kali,
pernah terbentur di kepala,
tidak dibawa berobat.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit pada
Keluarga
Riwayat Pekerjaan
dan Sosial Ekonomi
• Riwayat hipertensi: nenek dari ibu
• Riwayat diabetes mellitus : disangkal
• Riwayat penyakit jantung : disangkal
• Riwayat alergi obat/ makanan: ibu
memiliki alergi makanan (+) pada
seafood udang dan cumi, alergi obat (-)
• Riwayat asma : kakak laki-laki dari ibu
• Riwayat keluhan serupa dengan pasien :
tidak ada
• Ayah seorang pekerja
pengawai swasta, dan ibu
bekerja sebagai ibu rumah
tanggal. Pasien tinggal di
rumah sendiri dengan
penghasilan dari ayah
sebanyak Rp 6.000.000,- per
bulan. Kesan sosial ekonomi
menengah kebawah
ANAMNESIS
Riwayat Kebiasaan Keluarga
• Riwayat merokok: kakek suka
merokok, dan sering terpapar saat
pasien di rumah kakek.
• Riwayat minum alkohol: disangkal
a. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : GCS E4M6V5
Nadi : 95 x/menit,
regular, isi dan tegangan
cukup
Pernapasan : 19 x/menit
Suhu : 36,5 °C
Berat Badan : 12 kg
Tinggi Badan : 78 cm
b.Cara Berjalan/Gait
Antalgic gait : -
Hemiparesis Gait : -
Steppage gait : -
Parkinson gait : -
Tredelenburg gait: -
Waddle gait : -
Lain-lain : -
PEMERIKSAAN FISIK
c. Bahasa/Bicara
Komunikasi verbal :
bahasa planet (+)
Komunikasi non verbal :
ada tapi tidak adekuat
d. Kulit
Tidak ada
kelainan
PEMERIKSAAN FISIK
e. Status Psikis
Sikap : Hiperaktif
Orientasi : inadekuat
Ekspresi wajah : ada respon
tapi inadekuat
Perhatian : kurang
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Saraf Kepala (Nervus Cranialis)
g. Pemeriksaan Fisik Kepala
Bentuk : normal, terdapat benjolan
lunak di kepala bagian belakang
Ukuran: normosefali
Mata : normal
Hidung : normal, simetris
Telinga: normal, simetris
Mulut : simetris
Wajah : normal
Gerakan abnormal : tidak ada
h. Pemeriksaan Fisik Leher
Inspeksi : statis, simetris,
struma (-), trakea di tengah
Palpasi : tidak teraba
pembesaran KGB, kaku kuduk
(-), tumor (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Luas Gerak Sendi
Ante /retrofleksi (n 65/50): Tidak
dilakukan
Lateroflexie (D/S) (n 40/40): Tidak
dilakukan
Rotasi (D/S) (n 45/45) : Tidak
dilakukan
Tes Provokasi
Lhermitte test/ Spurling: Tidak
dilakukan
Test Valsava: Tidak dilakukan
Distraksi test: Tidak dilakukan
Test Nafziger: Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN FISIK
i. Pemeriksaan Fisik Thoraks
● Bentuk : simetris
● Pemeriksaan Ekspansi Thoraks : ekspirasi dan inspirasi maksimum (tidak
dilakukan)
Paru-paru
● Inspeksi : statis dan dinamis simetris, retraksi (-)
● Palpasi : stem fremitus kanan=kiri, pelebaran sela iga (-)
● Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
● Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
● Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
● Palpasi : iktus kordis tidak teraba
● Perkusi : batas-batas jantung normal
● Auskultasi : BJ I & II (+) normal, HR 84x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
j. Pemeriksaan Abdomen
● Inspeksi : datar
● Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar & lien tidak
teraba
● Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
● Auskultasi : bising usus (+) normal
PEMERIKSAAN FISIK
k. Pemeriksaan Fisik Trunkus
Inspeksi
● Simetris : simetris
● Deformitas : tidak ada
● Lordosis : tidak ada
● Scoliosis : tidak ada
● Gibbus : tidak ada
● Hairy spot : tidak ada
● Pelvic tilt : tidak ada
Palpasi
● Spasme otot-otot para vertebrae : tidak ada
● Nyeri tekan (lokasi) : tidak ada
PEMERIKSAAN FISIK
Anggota Gerak Atas
PEMERIKSAAN FISIK
Anggota Gerak Bawah
PEMERIKSAAN FISIK
SKRINING PERKEMBANGAN
A.KPSP (Kuesioner Pra Skining
Perkembangan)
B.Denver II
C.Abbreviated Conner’s Teacher
D.Modified Checklist for Autism in
Toddler
Interpretasi:
• Personal Sosial = 9D 3C 
Suspek
• Motorik Halus = 1D 4C  Suspek
• Bahasa = 16D 7C  Suspek
• Motorik Kasar = 3D 5C  Suspek
Risiko rendah
mengalami GPPH
Risiko Tinggi ASD
Terdapat gejala yang
memenuhi kriteria A, B, C, dan
D yang ditemukan saat ini
atau dari riwayat.
DIAGNOSIS KLINIS
Speech Delay Et Causa Autism Spectrum
Disorder
DIAGNOSIS BANDING
- Speech delay et causa Autism Spectrum
Disorder
- Speech delay et causa Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD)
- Speech delay et causa Specific
Language Impairment (SLI)
PROGRAM REHABILITASI MEDIK
Medikamentosa
- Risperidone 2 x 0,1 mg
Edukasi :
- Hindari screen time berlebihan pada pasien
- Motivasi untuk kunjungan rutin
Fisioterapi :
- Terapi Okupasi: Terapi Sensori Integrasi, Snoezelen
- Terapi wicara: Oromotor Exercise, latihan artikulasi dan
kosakata
PROGNOSIS
Medik : dubia
Fungsional : dubia
TINJAUAN
PUSTAKA
03
Autism Spectrum Disorder (ASD)
Penegakkan Diagnosis ASD
● Deteksi Dini Sejak Dalam Kandungan
Sampai sejauh ini dengan kemajuan tehnologi kesehatan di
dunia masih juga belum mampu mendeteksi risiko autism sejak
dalam kandungan. Terdapat beberapa pemeriksaan biomolekular
pada janin bayi untuk mendeteksi autism sejak dini (terbatas)
● Deteksi Dini Sejak Lahir hingga Usia 5 tahun
Pada usia bayi sulit, tetapi penting untuk mengetahui gejala dan
tanda penyakit ini sejak dini
Penegakkan Diagnosis ASD
a. Usia 0-6 bulan
● Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis)
● Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik
● Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi
● Tidak “babbling”
● Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu
● Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
● Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
Penegakkan Diagnosis ASD
b. Usia 6 – 12 Bulan
● Kaku bila digendong
● Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da)
● Tidak mengeluarkan kata
● Tidak tertarik pada boneka
● Memperhatikan tangannya sendiri
● Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motoric
kasar/halus
● Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
Penegakkan Diagnosis ASD
c. Usia 2 – 3 tahun
● Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain
● Melihat orang sebagai “benda”
● Kontak mata terbatas
● Tertarik pada benda tertentu
● Kaku bila digendong
d. Usia 4 – 5 Tahun
● Sering didapatkan ekolalia (membeo)
● Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar)
● Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah
● Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala)
● Temperamen tantrum atau agresif
Diagnosis ASD
DSM-V, ICD-10, M-CHAT
a) Hambatan komunikasi dan interaksi sosial, dengan semua gejala:
● Defisit dalam hubungan sosial-emosional secara timbal balik:
pendekatan sosial yang aneh; percakapan tidak bisa dua arah; tidak
bisa berbagi minat, emosi, afek; tidak bisa memulai/ merespons
interaksi sosial
● Defisit dalam komunikasi non verbal dalam interaksi sosial: kurang
dapat menggunakan/ mengartikan bentuk mata, gestur tubuh, ekspresi
wajah, dan komunikasi non verbal.
● Defisit untuk mengembangkan, mempertahankan, dan mengerti suatu
relasi sosial: sulit beradaptasi di lingkungan tertentu, sulit berteman,
berbagi minat/ permainan.
Diagnosis ASD
DSM-V
b) Perilaku, minat, aktifitas yang terbatas dan repetitif/ monoton,
minimal 2 gejala:
● Gerak motorik/ perkataan yang repetitif/ streotipi: deret-deret
mainan, ekolalia, flapping. Perilaku verbal/ non verbal yang ritual,
tidak fleksibel, tidak suka perubahan, pola pikir yang kaku,
makanan/ kebiasaan yang monoton
● Minat yang terbatas, terfiksasi, yang tidak normal dalam intensitas/
fokus.
● Hiper/ hiporeaktifitas terhadap sensori atau minat/ respon yang
tidak biasa terhadap obyek.
Diagnosis ASD
DSM-V
c) Gejala timbul dalam tahap perkembangan awal, dapat tidak
tampak sampai tuntutan sosial melebihi kemampuan anak
d) Gejala menyebabkan hambatan yang bermakna dalam
kehidupan sosial dan fungsional sehari-hari.
e) Hambatan tersebut bukan disebabkan oleh disabilitas intelektual/
global developmental delayed.
Kriteria diagnosis ASD menurut DSM-5 adalah adanya gejala yang
memenuhi kriteria A, B, C, dan D yang ditemukan saat ini atau dari
riwayat sebelumnya.
Diagnosis ASD
Anamnesa
1. Gangguan dalam bidang komunikasi verbal maupun non verbal
● Telambat bicara
● Meracau dengan bahasa yang tidak dimengerti orang lain
● Bicara tidak dipakai untuk berkomunikasi
● Meniru atau membeo (echolalia)
● Pandai meniru nyanyian, nada maupun kata-katanya tanpa mengerti
artinya
● Sebagian (20 %) anak-anak ini tetap tak dapat bicara sampai dewasa
● Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan yang terdekat dan
mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya
Diagnosis ASD
Anamnesa
2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial
● Menolak / menghindar untuk bertatap mata (kontak mata tidak ada)
● Tak mau menengok bila dipanggil
● Seringkali menolak untuk dipeluk
● Tidak ada usaha melakukan interaksi dengan orang lain, asyik
main sendiri
● Bila didekati untuk diajak main malah menjauh
Diagnosis ASD
Anamnesa
3. Gangguan dalam bidang perilaku
● Pada anak autis terdapat perilaku yang berlebihan dan kekurangan
Contoh perilaku yang berlebihan:
● Hiperaktivitas motorik seperti tidak bisa diam, lari ke sana ke mari tak terarah,
melompat-lompat, berputar-putar, memukul-mukul pintu atau meja, mengulang-
ulang gerakan tertentu. Perilaku ini dapat membahayakan diri sendiri dan dapat
berupa agresifitas melawan orang lain
Perilaku yang kekurangan, contohnya:
● Duduk dia bengong dengan tatap mata yang kosong, bermain secara monoton dan
kurang variatif secara berulang-ulang.
● Duduk diam terpaku oleh sesuatu hal, misalnya bayangan atau benda yang
berputar. Kadang-kadang ada kelekatan pada benda tertentu seperti sepotong tali,
kartu, kertas, gambar, gelang karet atau apa saja yang terus dipegangnya dan
dibawa ke mana-mana
Diagnosis ASD
Anamnesa
4. Gangguan dalam bidang perasaan/ emosi
● Tidak ada atau kurangnya empati, misalnya melihat anak
menangis tidak merasa kasihan melainkan merasa terganggu
sehingga anak yang menangis tersebut mungkin didatangi dan
dipukulnya
● Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab
yang nyata
● Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum). Terutama bila
tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, ia bisa menjadi agresif
dan destruktif (merusak)
Diagnosis ASD
Anamnesa
5. Gangguan dalam persepsi sensoris (tactile, auditory hipersensity )
● Mencium-cium, menggigit atau menjilat mainan atau benda apa saja
● Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
● Tidak menyukai rabaan atau pelukan
● Merasa sangat tidak nyaman bila memakai pakaian dari bahan yang
kasar
6. Gangguan tidur dan makan
7. Gangguan efek dan mood (suasana hati)
8. Gangguan kejang
9. Aktivitas dan minat yang terbatas
10. Gangguan kognitif : 75-80% anak autis mengalami retardasi mental.
Diagnosis ASD
Pemeriksaan fisik dan tambahan
1) Berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dapat normal atau abnormal
2) Pemeriksaan beberapa fungsi syaraf kranial, sistem motorik (kekuatan
otot, tonus otot, refleks-refleks), sistem sensorik, cara berjalan dan lain-
lain dapat mendeteksi adanya gangguan tumbuh kembang anak
3) Temuan khas yaitu tidak adanya kontak mata pada anak, adanya
gerakan repetitif , stereotipik, hiperaktif, dan hipoaktif
4) Melakukan skrining perkembangan DENVER, Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP), CHAT (Checklist Autism in Toddlers), dan
CARS rating system (Childhood Autism Rating Scale)
Diagnosis ASD
Komorbiditas
● Prevalensi ADHD pada mereka dengan ASD berkisar antara 14% sampai
78%. Dalam penelitian terbaru menemukan bahwa 18% anak-anak dan
remaja dengan ASD juga memiliki diagnosis komorbid AD/HD.
● Prevalensi epilepsi di antara semua anak diperkirakan 2-3% dibandingkan
dengan sekitar 30% pada autisme.
● Pada anak dengan ASD pun dapat ditemukan gangguan gastrointestinal
dengan konstipasi sbagai gejala yang paling umum, dengan 85% dari
mereka dengan ASD dan gejala gastrointestinal menyertainya.
● 34% hingga 80% anak-anak dengan disabilitas intelektual (ID), dan
sebagian lagi memiliki gangguan tidur, ganggan makan, toileting problem
Tatalaksana ASD
● Nutrisi
Dalam beberapa tahun terakhir, intervensi diet termasuk diet bebas
gluten atau diet bebas kasein (gluten-free or casein-free diets/ GFCF)
telah diketahui signifikan untuk managemen pada ASD. Pada kasus ini
juga, anak dapat diberi suplemen makanan, termasuk suplementasi
mineral (misalnya kalsium, seng, besi), serta asam folat.
● Terapi edukasi
Intervensi dalam bentuk pelatihan keterampilan sosial, keterampilan
sehari-hari agar anak menjadi mandiri. Tedapat berbagai metode
pengajaran antara lain metode TEACHC (Treatment and Education of
Autistic and related Communication Handicapped Children).
Tatalaksana ASD
● Terapi perilaku
Intervensi terapi perilaku sangat diperlukan pada autisme. Apapun metodenya
sebaiknya harus sesegera mungkin dan seintensif mungkin yang dilakukan
terpadu dengan terapi-terapi lain. Metode yang banyak dipakai adalah ABA
(Applied Behaviour Analisis) dimana keberhasilannya sangat tergantung dari
usia saat terapi itu dilakukan (terbaik sekitar usia 2 – 5 tahun).
● Terapi wicara dan okupasi
Terapi wicara sangat perlu dilakukan, mengingat tidak semua individu dengan
autisme dapat berkomunikasi secara verbal. Terapi ini harus diberikan sejak
dini dan dengan intensif dengan terapi-terapi yang lain. Terapi okupasi agar
individu dengan autisme dapat melakukan gerakan, memegang, menulis,
melompat dengan terkontrol dan teratur sesuai kebutuhan saat itu.
Tatalaksana ASD
● Sensori integrasi
Adalah pengorganisasian informasi semua sensori yang ada (gerakan,
sentuhan, penciuman, pengecapan, penglihatan, pendengaran)untuk
menghasilkan respon yang bermakna. Melalui semua indera yang ada otak
menerima informasi mengenai kondisi fisik dan lingkungan sekitarnya, sehingga
diharapkan semua gangguan akan dapat teratasi.
● AIT (Auditory Integration Training)
Diberikan kepada individu yang hipersensitif terhadap suara dan
mengganggu pendengaran mereka. Mulanya ditentukan suara yang
mengganggu pendengaran dengan perangkat audiometer. lalu diikuti seri terapi
yang memperdengarkan suara-suara yang direkam, tetapi tidak disertai dengan
suara yang menyakitkan. Selanjunya dilakukan desnsitisasi terhadap suara yang
menyakitkan tersebut.
Tatalaksana ASD
● Hyperbaric oxygen
Terapi oksigen hiperbarik (hyperbaric oxygen therapy/HBOT) memberikan
konsentrasi oksigen yang lebih tinggi dengan mengirimkan oksigen ke ruangan
dengan tekanan atmosfer yang tinggi. Alasan untuk HBOT pada individu
dengan autisme termasuk potensinya untuk meningkatkan perfusi otak,
mengurangi peradangan dan stres oksidatif.
● Terapi farmakologis
FDA telah menyetujui dua obat antipsikotik atipikal, risperidone dan
aripiprazole untuk terapi ini. SSRI juga sering diresepkan untuk mengobati
gejala komorbiditas pada ASD. Komorbiditas iritabilitas, agresi, dan hiperaktif
pada individu ASD
Tatalaksana ASD
● Risperidon, dimulai dengan dosis 2 x 0,1 mg, dapat dinaikkan 0,05 mg
setiap 1 – 2 minggu, dosis bisa mencapai 1-2 mg/hari. Dapat memperbaiki
hubungan sosial, atensi, agresifitas, hiperaktifitas dan perilaku menyakiti diri
sendiri.
● Aripiprazole, dimulai dengan dosis 2 mg sekali sehari, dapat dinaikkan
bertahap hingga maksimal 10 mg/hari.Dapat mengurangi gangguan
iritabilitas yang berhubungan dengan autis (tantrum, agresivitas, perubahan
mood tiba-tiba, perilaku yang merugikan diri sendiri). Digunakan pada anak
usia 6-17 tahun.
● Haloperidol, dosis 0,25-3 mg/ hari, dibagi 2-3 dosis. Dapat memperbaiki
agresifitas, hiperaktifitas, iritabilitas dan stereotifik.
● Thioridazine, dosis 0,5-3 mg/ kg/ hari dibagi 2-3 dosis. Dapat menurunkan
agresifitas dan agitasi.
Prognosis ASD
Prognosis
● Prognosis untuk penderita autisme tidak selalu buruk. Pada
gangguan autisme, anak yang mempunyai IQ di atas 70 dan
mampu menggunakan komunikasi bahasa mempunyai prognosis
yang baik. Pasien dengan IQ rendah mungkin tidak pernah hidup
mandiri; mereka biasanya membutuhkan perawatan di rumah atau
tempat tinggal selama mereka hidup. Berdasarkan gangguan pada
otak, autisme tidak dapat sembuh total tetapi gejalanya dapat
dikurangi, perilaku dapat di ubah ke arah positif dengan
berbagai terapi
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
● Prinsip latihan pada anak
a. Program latihan pada anak sangat perlu melibatkan peran serta
orang tua.
b. Orang tua diajak berdialog tentang apa yang ada pada anak, apa
yang masih bisa diharapkan, dan apa tujuan akhir dan latihan-
latihan yang akan diberikan secara bertahap.
c. Jangan memberikan harapan yang terlalu muluk-muluk, padahal
kita tahu anak akan sangat sulit mencapainya sehingga orangtua
maupun terapisnya menjadi patah semangat.
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
● Diantara sesi terapi yang dilakukan, terkadang perlu diselingi
penghargaan atau pujian tetapi tidak memanjakan anak.
● Disiplin ditegakkan tetapi tidak dipaksakan pada saat memberikan
latihan. Dalam hal ini diperlukan wali tas terapis dalam
memberikan latihan.
● Faktor nutrisi tetap harus dipertahankan untuk menunjang kalori
yang diperlukan selama latihan.
● Semua latihan yang diberikan harus dapat dinikmati oleh anak,
sehingga anak mau melakukan semua latihan secara berulang-
ulang sambil bermain di manapun anak berada.
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Perencanaan program terapi latihan
● Program latihan sebaiknya dirancang sebagai berikut
a. Latihan harus komprehensif
b. Diberikan penilaian untuk terapi latihan tertentu misalnya
fisioterapi, terapi okupasi atau keterampilan atau terapi wicara
c. Tujuan terapi sesuai dengan dasar-dasar terapi tersebut
d. Teknik terapi dipilih sesuai dengan masalah masing-masing anak
e. Pemeriksaan secara berkala mengenai perkembangan anak
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Perencanaan program terapi latihan
● Program latihan sebaiknya dirancang sebagai berikut
a. Latihan harus komprehensif
b. Diberikan penilaian untuk terapi latihan tertentu misalnya fisioterapi,
terapi okupasi atau keterampilan atau terapi wicara
c. Tujuan terapi sesuai dengan dasar-dasar terapi tersebut
d. Teknik terapi dipilih sesuai dengan masalah masing-masing anak
e. Pemeriksaan secara berkala mengenai perkembangan anak
Waktu pemeriksaan anak bervariasi. pemeriksaan secara lengkap tidak
selalu mungkin dilakukan pada 1 hari pertama. Jika anak tidak terbiasa
terhadap lingkungan baru atau merasa tertekan anak justru tidak bisa
menunjukkan potensi yang sebenarnya.
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Tujuan Terapi Latihan
● Tujuan terapi latihan adalah mengembangkan bentuk
komunikasi (wicara, isyarat, tulis, tanda, bahasa, ketikan).
Mengembangkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari untuk
makan, berpakaian, dan ke toilet dan mengembangkan beberapa
untuk gerakan yang terpola.
● Rehabilitasi medik: Mengembangkan kemampuan fungsional dan
psikologis seorang individu dan mekanismenya sehingga dapat
mencapai kemandirian dan menjalani hidup secara aktif
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Pelaksanaan Terapi Latihan dan Kerja Tim
● Diperlukan kerja tim yang baik antara spesialis
anak spesialis dokter rehabilitasi medis,
pisikiater, spesialis ortopedi, spesialis THT,
fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, guru,
pekerja sosial psikologi dan orang tua.
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Program rehabilitasi medik pada anak dengan speech delay ec ASD
● Terapi edukasi
TEACCH mulai dikembangkan tahun 1972. Metode ini dilakukan
dengan menciptakan situasi belajar yang sesuai dengan kondisi anak
autis: kemampuan visual baik, perhatian mudah teralih, membutuhkan
struktur yang jelas. Orangtua perlu menerapkan juga terapi di rumah,
15 menit - 1 jam setiap harinya
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
2. Terapi perilaku
Metode yang banyak dipakai adalah ABA (Applied Behaviour
Analysis) dimana metode ini merupakan metode yang terstruktur dan
mudah diukur hasilnya, dan keberhasilannya sangat tergantung dari
usia saat terapi itu dilakukan (terbaik sekitar usia 2-5 tahun).
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
3. Terapi wicara
● Terapi wicara adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
gangguan bahasa, wicara dan suara yang bertujuan untuk
digunakan sebagai landasan membuat diagnosis dan penanganan.
● Terapis wicara adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
terapi wicara baik di dalam maupun luar negeri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
(Peraturan MENKES RI No: 867/MENKES/PER/VIII/2004).
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
4. Terapi okupasi
Terapi okupasi merupakan salah satu bentuk psikoterapi suportif
yang penting dilakukan meningkatkan kesembuhan untuk pasien,
Terapi okupasi adalah prosedur rehabilitasi yang di dalam aturan
medis menggunakan aktivitas yang membangkitkan kemandirian
secara manual, kreatif, rekreasional, edukasional, dan sosial serta
industrial untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan atas fungsi
fisik dan respon-respon mental pasien.
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
5. Terapi sensori integrasi
● Sejarah sensori Integrasi (SI) diterbitkan kepada publik
pertama kali tahun 1966 oleh Jean Ayres Phd OTR tentang
intervensi metode SI dan peran OT dalam metode tersebut.
Ayres mengembangkan teori Sensori Iintegrasi untuk
menjelaskan masalah penginterpretasian sensasi dari tubuh
dan lingkungan serta kesulitan pada akademik dan motor
learning dalam memenuhi tuntutan lingkungan yang
mempengaruhi manusia untuk melakukan occupation.
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
6. Auditory Integration Training (AIT)
Diberikan kepada individu yang hipersensitif terhadap suara dan
mengganggu pendengaran mereka. Mulanya ditentukan suara
yang mengganggu pendengaran dengan perangkat audiometer.
lalu diikuti seri terapi yang memperdengarkan suara-suara yang
direkam, tetapi tidak disertai dengan suara yang menyakitkan.
Selanjunya dilakukan desnsitisasi terhadap suara yang
menyakitkan tersebut.
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Terapi Rehabilitasi Medik ASD
Evaluasi program latihan
• Tujuan terapi selalu berubah sesuai dengan tumbuh kembang anak
• Metode testing refleks digunakan untuk mengevaluasi perkembangan fungsi sistem
saraf pusat: level spinal, level brainstem, level midbrain, level kortikal, reaksi otomatis
(automatic movement reaction)
• Diperlukan tes intelegensi (terutama pada palsi serebral, sindrom Down)
• Lamanya/waktu evaluasi sangat bervariasi
• Dipakai instrument khusus untuk skrining, misalnya Denver II atau yang
lainnya
• Perlu perencanaan program lainnya (missal perlu tindakan bedah)
• Perlu dicermati kondisi lain yang muncul selama program latihan (over training,
penyakit lain)
Speech Delay
Definisi
Bahasa adalah pengolahan secara konseptual dari komunikasi yang meliputi pemahaman dan pengekspresian informasi, perasaan,
ide, dan pikiran. Berbicara adalah produk verbal dari bahasa dengan ekspresi artikulasi verbal. Seorang anak dinilai memiliki
keterlambatan bicara dan bahasa jika perkembangan bicara dan bahasanya secara signifikan berada di bawah milestone anak seusianya.
erkembangan bicara dan bahasa anak tersebut masih dalam sekuen/urutan yang benar, namun lebih lambat dari yang diharapkan. Sedangkan
anak-anak dengan gangguan bicara dan bahasa, perkembangan bicara dan bahasanya secara kualitatif berbeda dari anak pada umumnya.4,5
Terdapat berbagai macam definisi untuk menjelaskan gangguan bicara danbahasa pada anak, tergantung pada alat skrining dan diagnostik
1. Terdapat keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa, bila dibandingkan dengan anak lain yang sama umur, jenis kelamin, adat istiadat, d
2. Terdapat kesenjangan antara potensi anak untuk bicara dengan penampilan anak yang kita observasi.
Epidemiologi
Prevalensi keterlambatan bicara pada anak usia 2-7 tahun di Amerika Serikat berkisar antara 2,3-19%. Keterlambatan bicara 1,5
kali lebih sering ditemukan pada anak laki-laki. Di Klinik khusus Tumbuh Kembang, RS Harapan Kita Jakarta (2008-2009), pasien
yang datang dengan keluhan utama keterlambatan bicara sebagian besar (69,6%) terdiagnosis pada usia antara 13-36 bulan, lebih
banyak (71,2%) pada anak laki-laki. Kemungkinan anak mengalami keterlambatan bicara dan bahasa meningkat jika ada riwayat
keterlambatan bahasa, membaca, menulis, dan kesulitan belajar pada keluarga. Faktor sosial, ekonomi, dan pendidikan orang tua juga
menjadi faktor terjadinya keterlambatan bicara dan bahasa pada anak. Studi kohort di Inggris yang melibatkan 18.000 anak menemukan
bahwa anak dengan tingkat sosio-ekonomi rendah memiliki risiko keterlambatan bicara dan bahasa 2 kali lipat.7
Etiologi
Keterlambatan bicara primer termasuk keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa, gangguan bahasa ekspresif, gangguan
bahasa reseptif (Wernicke’s aphasia). Keterlambatan bicara dan bahasa sekunder merupakan atribut kondisi lain seperti gangguan
pendengaran, disabilitas intelektual, gangguan autism, retardasi mental, kelainan fisik, mutism, dan gangguan psikososial. Anak yang
seharihari menggunakan dua bahasa (bilingual) mengalami ketertinggalan dalam bahasa dibandingkan anak yang berbahasa tunggal
(monolingual) karena anak dengan dua bahasa perlu membedakan aturan dan susunan kata masing-masing bahasa, menghasilkan pola
perkembangan bahasa yang berbeda dengan anak berbahasa tunggal.7
Penyebab gangguan bicara dan bahasa bermacam-macam, yang melibatkan berbagai faktor yang saling mempengaruhi, seperti
lingkungan, kemampuan pendenganran, kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis, dan lain sebagainya (Tabel 1).6
Klasifikasi dan Gejala
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa etiologi gangguan bicara dapat bersifat primer maupun sekunder, berikut ini temuan
klinis sesuai kelainan yang terjadi.7
Klasifikasi dan Gejala
Klasifikasi dan Gejala
Klasifikasi dan Gejala
Klasifikasi menurut DSM-IV, gangguan komunikasi (communicationdisorders) pada anak dibagi menjadi:6
1. Gangguan bahasa ekspresif (expressive language disorder)
2. Gangguan bahasa campuran repetitif-ekspresif (mixed receptive-expressivelanguage disorder)
3. Gangguan fonologi (phonological disorder)
4. Gagap (stuttering)
5. Gangguan komunikasi yang lain (communication disorder not otherwisespecified)
Rutter membuat klasifikasi kelainan bahasa pada anak berdasarkan atasberat ringannya gangguan bahasa, yang dapat dilihat
pada Tabel 3.
Klasifikasi dan Gejala
Klasifikasi dan Gejala
Sementara itu, Rapin dan Allen berdasarkan patofisiologinya, membagi kelainan bahasa pada anak menjadi 6 subtipe, yaitu:6
1. Primer ekspresif
a. Disfraksia verbal
Anak dengan disfraksia verbal (afraksia verbal atau gangguan perkembangan bicara ekspresif) mengerti segala
sesuatu yang dikatakan padanya. Mereka lebih sering menunjuk daripada bicara. Banyak di antara mereka yang mempunyai
riwayat prematur; beberapa menderita disfraksi oromotor (anak mengeluarkan air liur dan mempunyai kesulitan mengikuti
gerakan mulut). Jika bicara, mereka lebih banyak menggunakan suara vokal dengan gangguan pengucapan konsonan. Anak
stelah dewasa menjadi afremia. Anak dengan disfraksia verbal kadang-kadang disertai dengan gangguan tingkah laku
(autisme). Pada anak ini, rehabilitasi lebih memerlukan terapi wicara yang intensif.
b. Gangguan defisit produksi fonologi
Beberapa anak bicara dengan kata-kata dan frase yang sulit dimengerti, sekalipun berbicara pada orang-orang yang
selalu kontak dengannya, sehingga mereka sering marah dan frustasi karena merasa bahwa kata-katanya sulit dimengerti
oleh sekitarnya. Anak ini tidakmengalami gangguan dalam pengertian, tetapi terdapat gangguan berupa defisit produksi
fonologi.
Klasifikasi dan Gejala
2. Defisit Represif dan ekspresif
a. Gangguan campuran ekspresif-represif
Anak yang berbicara sulit dipahami dan juga menunjukkan adanya gangguan pemahaman terhadap apa yang dikatakan kepadanya m
b. Disfasia verbal auditori agnosia
Beberapa anak mengerti sedikit pada apa yang dikapatakn kepadanya, walaupun kadang mereka mengikuti suatu pembicaraandeng
Klasifikasi dan Gejala
1. Defisit bahasa yang lebih berat
a. Gangguan leksikal-sintaksis
Anak dengan gangguan leksikal-sintaksis mempunyai kesulitan menemukan kata-kata yang tepat, khususnya saat bercakap-cakap. M
b. Gangguan sematik-pragmatik
Ada beberapa anak yang berbicara lancar dan dapat menggunkan kata-kata yang tepat, tetapi mereka berbicara tanpa henti mengena
Deteksi Dini
Tenaga pendidik anak usia dini, tenaga medis, dan profesi lainnya dapat mengidentifikasi risiko keterlambatan bicara dan bahasa pada ana
American Academy of Pediatrics (AAP) membuat panduan klinis yang merekomendasikan kunjungan anak saat berusia <36 bulan untuk d
Deteksi Dini
Deteksi Dini
Deteksi Dini
Skrining dapat menggunakan instrumen yang dinilai oleh orangtua, sepertiASQ (Ages and Stages Questionnaire), CDI (Communicative D
Capute scales terdiri dari CLAMS untuk skrining gangguan bicara dan CAT untuk menilai kemampuan kognitif (visual-motor). Pada CLA
Gambar 1. Contoh lembar Capute Scales(CAT/CLAMS)7
Diagnosis
Keterlambatan maupun gangguan bicara dan bahasa dapat dideteksi secaraklinis dengan mengacu pada milestone perkembangan bicara
Beberapa instrumen khusus telah tersedia, misalnya The Early Language Milestone Scale (ELMS), The Clinical Adaptive Test/Clinical Ling
● Tidak menunjukkan babbling, menunjuk, atau mimik yang baik pada umur12 bulan
● Tidak ada kata pada umur 16 bulan
● Tidak ada 2 kata spontan pada umur 2 tahun
● Hilangnya kemampuan bicara atau kemampuan sosial pada umur berapapun
Untuk mendiagnosis gangguan bicara dan bahasa pada anak, harus dilakukan anamnesis yang baik terhadap faktor-faktor risiko yang mungkin
Tabel 6. Riwayat Anak yang Mengalami Keterlambatan Bicara 6
Pemeriksaan fisik yang teliti (Tabel 7) harus
dilakukan untuk mencari adanya gejala-gejala dari sindrom
tertentu atau kelaina dismorfik yang mungkin ada.6
Tabel 7. Kelainan Fisik yang
Sering Ditemukan pada Anak
dengan GangguanBicara dan
Bahasa.6
Semua anak dengan gangguan bahasa harus menjalani pemeriksaan
audiologi, untuk mengetahui adanya ketulian . periksa semua bayi atau anak
dengan gangguan bicara dan bahasa yang berat dengan Brainstem Evoked
Response Audiometry (BERA) dan atau Otoacoustic Emissions (OAE). Pada
anak yang lebih besar dapat dilakukan pemeriksaan audiometri konvensional
dari pemeriksaan audiologi, dapat diketahui adanya ketulian atau pendengaran
normal.
Tatalaksana
Target utama terapi keterlambatan bicara adalah mengajarkan anak strategi untuk memahami secara komprehensif bahasa
yang diucapkan orang lain dan menghasilkan sikap komunikasi yang baik, serta membantu orang tua mempelajari cara mendorong
keterampilan komunikasi anak. Studi Wallace
mendukung adanya efektivitas terapi bicara (speech-language therapy), terutama pada anak dengan gangguan bahasa ekspresif
primer.7
Anak-anak yang memiliki gangguan bicara dan bahasa harus sesegera mungkin dirujuk ke ahli patologi bicara dan bahasa
sebelum usia perkembangan bahasa, yaitu 2- 3 tahun. Periode 36 bulan pertama kehidupan adalah periode kritis perkembangan
bahasa. Kecepatan perkembangan bahasa selama periode ini tidak pernah diulang pada waktu lain di kehidupan. Intervensi dini
sangat penting,risiko gangguan bicara dan bahasa permanen meningkat dibandingkan dengan teman seusianya yang normal.7
Intervensi atau terapi disesuaikan dengan masalah atau kelainan yang diderita anak (Tabel 9). Intervensi ini diperlukan untuk
mengoptimalkankemampuan komunikasi anak yang kelak dapat mempengaruhi kualitas hidupanak. Pada anak yang mengalami deprivasi
berat diperlukan penelusuran riwayat sosial dan dilakukan rujukan untuk mendapatkan pelayanan sosial, kesehatanmental dan tumbuh
kembang yang memadai.6
Tabel 9. Penatalaksanaan Gangguan Bicara pada Anak.6
Tabel 9. Penatalaksanaan Gangguan Bicara pada Anak.6
Prognosis
Anak-anak usia 2 tahun dengan keterlambatan bahasa ekspresif, 2-5 kali lebih berisiko gangguan bahasa menetap
pada akhir prasekolah sampai sekolah dasar dibandingkan anak tanpa keterlambatan bahasa ekspresif.3 Gangguan perhatian
dan kesulitan berinteraksi sosial lebih sering terjadi pada anak dengan gangguan bicara dan bahasa yang menetap sampai
melewati usia 5,5 tahun. Anak dengan gangguan bicara dan bahasa pada usia 7,5 sampai 13 tahun terbukti memiliki
gangguan keterampilan menulis, kesulitan pengejaan, dan penggunaan tanda baca dibandingkan anak-anak tanpa gangguan
bicara dan bahasa.5,12
ANALISIS KASUS
04
An. MNR dengan ASD
TERIMA KASIH
DAFTAR PUSTAKA
05
Our teaching method
Despite being red, Mars
is a cold place
Activities
Venus is the second
planet from the Sun
Feedback
Jupiter doesn’t have a
solid surface
Evaluation Goals
Saturn is a gas giant and
has several rings
—Someone Famous
“This is a quote, words full of
wisdom that someone important
said and can make the reader
get inspired.”
Areas Hours Contents Skills
Area 1 10 hours
Mercury is the
smallest planet
Area 2 15 hours
Venus has a
beautiful name
Area 3 5 hours
Mars is actually a
cold place
The curriculum
Despite being red, Mars is
actually a cold place
It's the fourth-largest object in
the Solar System
Mars
Neptune
Our academic areas
Mercury
It’s the closest planet to the
Sun and the smallest one
Venus
Venus has a beautiful name
and is the second planet
Jupiter
Jupiter is a gas giant and the
biggest in the Solar System
Saturn
Saturn is composed mostly of
hydrogen and helium
Our mission and vision
Mission
Mercury is the closest planet to the Sun and
it’s very small
Vision
Venus has a beautiful name and is the second
planet from the Sun
Awesome
Words
Our values
Loyalty
Venus is the second
planet from the Sun
Efficiency
Despite being red, Mars
is a cold place
Reliability
Jupiter doesn’t have a
solid surface
Commitment
Saturn is a gas giant
and has several rings
95%
Saturn is a gas giant
and has several rings
9/10
Jupiter doesn’t have a
solid surface
2,500
Venus is the second
planet from the Sun
Our success
150,000
Big numbers catch your audience’s attention
Statistics
Follow the link in the graph to modify its data and then paste the new one here. For more info, click here
4,350,000,000
Venus
It has a very
nice name
Mercury
It’s a very
small planet
60% 30%
Our locations
+5,000
Neptune is the farthest
planet from the Sun
+10,000
Mercury is the closest
planet to the Sun
This is an infographic
Despite being red,
Mars is a cold place
Venus
Venus is the second
planet from the Sun
Jupiter
It’s the biggest planet
in the Solar System
Mars Saturn
Saturn is a gas giant
and has several rings
Our teachers
Jenna Doe
Here you can talk a bit about
this person
Timmy Jimmy
Here you can talk a bit about
this person
Susan Bones
Here you can talk a bit about
this person
Our goals
Mercury
Mercury is the
smallest planet
Venus
Venus is the
second planet
Jupiter
Jupiter is the
biggest planet
1
2
3
Student progress
1st Term
Mercury is the
smallest planet
2nd Term
Venus is the
second planet
3rd Term
Jupiter is the
biggest planet
4th Term
Neptune is the
farthest planet
Evaluation
Step 2
Despite being red,
Mars is a cold
place
Step 1
Venus is the
second planet
from the Sun
Step 3
Neptune is the
farthest planet
from the Sun
Enrollment process

More Related Content

Similar to et causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorder

172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjo172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjohomeworkping8
 
TUBERKULOSIS PARU - DIANA FADHILAH SARI 2110221100.pptx
TUBERKULOSIS PARU - DIANA FADHILAH SARI 2110221100.pptxTUBERKULOSIS PARU - DIANA FADHILAH SARI 2110221100.pptx
TUBERKULOSIS PARU - DIANA FADHILAH SARI 2110221100.pptxDianaFadhilahSari2
 
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiKedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiZollananda
 
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)Adeline Dlin
 
Asuhan pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita Normal dan Abnormal
Asuhan pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita Normal dan AbnormalAsuhan pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita Normal dan Abnormal
Asuhan pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita Normal dan AbnormalGita Kostania
 
Laporan Kasus 1_Abortus Spontan Inkomplit_Yusra Faisal Hamid.pptx
Laporan Kasus 1_Abortus Spontan Inkomplit_Yusra Faisal Hamid.pptxLaporan Kasus 1_Abortus Spontan Inkomplit_Yusra Faisal Hamid.pptx
Laporan Kasus 1_Abortus Spontan Inkomplit_Yusra Faisal Hamid.pptxTiffanieAlmas
 
177141336 case-status-asmatikus
177141336 case-status-asmatikus177141336 case-status-asmatikus
177141336 case-status-asmatikushomeworkping9
 
Atresia Ani Case Report
Atresia Ani Case ReportAtresia Ani Case Report
Atresia Ani Case ReportAhmad Hafid
 
Laporan Kasus Gangguan Perkembangan_Rizqi Fawazullah_2210221059.pptx
Laporan Kasus Gangguan Perkembangan_Rizqi Fawazullah_2210221059.pptxLaporan Kasus Gangguan Perkembangan_Rizqi Fawazullah_2210221059.pptx
Laporan Kasus Gangguan Perkembangan_Rizqi Fawazullah_2210221059.pptxRizqiFawazullah1
 
LAPORAN KASUS_KELOMPOK 3.pptx
LAPORAN KASUS_KELOMPOK 3.pptxLAPORAN KASUS_KELOMPOK 3.pptx
LAPORAN KASUS_KELOMPOK 3.pptxRiswandaYarYara
 
106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsi106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsihomeworkping7
 
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdf
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdfLaporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdf
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdfKikiFricila
 
106418283 case-ika-epilepsi
106418283 case-ika-epilepsi106418283 case-ika-epilepsi
106418283 case-ika-epilepsihomeworkping7
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Adeline Dlin
 

Similar to et causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorder (20)

172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjo172428176 kejang-demam-case-surjo
172428176 kejang-demam-case-surjo
 
TUBERKULOSIS PARU - DIANA FADHILAH SARI 2110221100.pptx
TUBERKULOSIS PARU - DIANA FADHILAH SARI 2110221100.pptxTUBERKULOSIS PARU - DIANA FADHILAH SARI 2110221100.pptx
TUBERKULOSIS PARU - DIANA FADHILAH SARI 2110221100.pptx
 
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case HipertensiKedokteran Komunitas Case Hipertensi
Kedokteran Komunitas Case Hipertensi
 
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
Persalinan Sungsang (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOg)
 
Cbd kd dr.sri
Cbd kd dr.sriCbd kd dr.sri
Cbd kd dr.sri
 
Asuhan pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita Normal dan Abnormal
Asuhan pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita Normal dan AbnormalAsuhan pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita Normal dan Abnormal
Asuhan pada Neonatus, Bayi, dan Anak Balita Normal dan Abnormal
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Laporan Kasus 1_Abortus Spontan Inkomplit_Yusra Faisal Hamid.pptx
Laporan Kasus 1_Abortus Spontan Inkomplit_Yusra Faisal Hamid.pptxLaporan Kasus 1_Abortus Spontan Inkomplit_Yusra Faisal Hamid.pptx
Laporan Kasus 1_Abortus Spontan Inkomplit_Yusra Faisal Hamid.pptx
 
177141336 case-status-asmatikus
177141336 case-status-asmatikus177141336 case-status-asmatikus
177141336 case-status-asmatikus
 
Inc hikmat 2
Inc hikmat 2Inc hikmat 2
Inc hikmat 2
 
Anc linda charli
Anc  linda charliAnc  linda charli
Anc linda charli
 
Atresia Ani Case Report
Atresia Ani Case ReportAtresia Ani Case Report
Atresia Ani Case Report
 
Laporan Kasus Gangguan Perkembangan_Rizqi Fawazullah_2210221059.pptx
Laporan Kasus Gangguan Perkembangan_Rizqi Fawazullah_2210221059.pptxLaporan Kasus Gangguan Perkembangan_Rizqi Fawazullah_2210221059.pptx
Laporan Kasus Gangguan Perkembangan_Rizqi Fawazullah_2210221059.pptx
 
LAPORAN KASUS_KELOMPOK 3.pptx
LAPORAN KASUS_KELOMPOK 3.pptxLAPORAN KASUS_KELOMPOK 3.pptx
LAPORAN KASUS_KELOMPOK 3.pptx
 
ANC Berkualitas
ANC BerkualitasANC Berkualitas
ANC Berkualitas
 
Asuhan keperawatan neuromaakustik
Asuhan keperawatan neuromaakustikAsuhan keperawatan neuromaakustik
Asuhan keperawatan neuromaakustik
 
106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsi106418371 case-ika-epilepsi
106418371 case-ika-epilepsi
 
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdf
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdfLaporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdf
Laporan Kasus Stunting-Kiki Fricila.pdf
 
106418283 case-ika-epilepsi
106418283 case-ika-epilepsi106418283 case-ika-epilepsi
106418283 case-ika-epilepsi
 
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)Placenta Previa  (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
Placenta Previa (Pembimbing : dr. Arie Widiyasa,spOG)
 

et causa autism spectrum disorder et cause autism spectrum disorder

  • 1. Speech Delay Et Causa Autism Spectrum Disorder Vinil Kiran Kalaichelvan 04084882225004 Argo Fauzan 04081882225004 Destira Eka Fatrin 04081882225005 Andrew Fabian 04081882225001 Illyas Sobri 04081882225003 Pembimbing: dr. Nyimas Fatimah, Sp.KFR
  • 2. Table of contents PENDAHULUAN Apa itu ASD? STATUS PASIEN An. MNR, 2 Tahun 2 Bulan, Laki- laki TINJAUAN PUSTAKA Autism Spectrum Disorder (ASD) ANALISIS KASUS An. MNR dengan ASD 02 03 01 04 05 DAFTAR PUSTAKA Referensi
  • 4. Perkembangan Kemampuan Bicara Kemampuan seseorang dalam mengucapkan kata untuk berinteraksi dengan orang lain:  Komponen penting dalam perkembangan Proses perubahan dari waktu ke waktu yang mencakup pertumbuhan fisik, kognitif, emosional, dan sosial sejak lahir hingga dewasa.
  • 5. ● Keterlambatan Bicara/Speech Delay: à Ucapan percakapan anak menjadi lebih tidak koheren dibandingkan yang diharapkan sesuai usianya atau ditandai dengan pola kesalahan bunyi ucapan yang tidak sesuai dengan usianya. ● Autism Spectrum Disorder  gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan kurangnya kemampuan komunikasi sosial dan adanya minat yang terbatas serta perilaku yang berulang. ● Hampir 50% anak-anak penderita ASD juga mengalami Speech Delay
  • 6. STATUS PASIEN 02 An. MNR, 2 Tahun 2 Bulan
  • 7. IDENTITAS PASIEN Nama : An. MNR Tanggal Lahir : 21 Desember 2021 Usia : 2 Tahun 2 bulan Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan : Belum Bekerja Agama : Islam Alamat : Talang Jambi, Tanjung Api-api No. RM : 0001453583 Kunjungan : 12 Februari 2024
  • 8. ANAMNESIS Keluhan Utama Riwayat Penyakit Sekarang Pasien belum bisa merespons saat dipanggil Pasien datang dibawa oleh Ibu ke Rehabilitasi Medik RSMH dengan keluhan pasien belum bisa merespon saat dipanggil. Orang tua pasien merasa pasien memiliki keterlambatan dibandingkan anak- anak lain seusianya, kecurigaan dimulai saat pasien berusia 1,5 tahun.
  • 9. ANAMNESIS Saat ini pasien bisa tengkurap, merangkak, duduk, berdiri, dan berjalan, namun belum bisa bicara dengan jelas, cooing tidak, babbling tidak ada, bahasa planet ada, seperti ’papapa’ atau ’tatata’. Pasien tidak menoleh saat dipanggil, responnya kurang dan lambat, serta pasien belum dapat mematuhi perintah sederhana. Kontak mata ada tapi tidak adekuat. Pasien suka mengalihkan perhatian ke Youtube, sehari 2x, dan sudah berlangsung selama 6 bulan. Jika menginginkan sesuatu, pasien tidak menunjuk dengan jari telunjuk barang diinginkannya, melainkan menarik tangan ibu dan menaruh barang di tangan ibu. Pasien kadang suka menyilangkan jari telunjuk dan jari tengah. dengan orang sekitar minim. Kemampuan untuk membedakan orang atau benda (stereotype) tidak ada.
  • 10. ANAMNESIS Riwayat Kelahiran Riwayat Antenatal Ibu tidak rutin kontrol per bulan selama kehamilan di dokter kandungan. Pasien pernah tidak periksa kehamilan selama 2x. Riwayat darah tinggi (-), kencing manis (-), kejang (-), asma (-), dan stress saat hamil (-), riwayat demam tinggi dan keputihan ada pada saat usia kehamilan 3 bulan dan dibawa berobat. Obat yang dikonsumsi selama masa kehamilan berupa asam folat, besi, dan kalsium. Riwayat merokok (-) dan minum alkohol (-).
  • 11. ANAMNESIS Riwayat Kelahiran Bayi laki-laki lahir dari ibu P1A0, hamil 38 minggu lahir dengan operasi sectio caesarea oleh dokter spesialis kebidanan. Operasi SC dikarenakan plasenta yang terdapat tepat di jalan lahir. Bayi lahir langsung menangis. Berat badan lahir 2900 gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala ibu pasien lupa. Usia ibu saat hamil pasien 24 tahun. Telah diberikan injeksi vitamin K saat lahir, dan imunisasi Hb 0.
  • 12. ANAMNESIS Riwayat Post Natal Imunisasi Dasar BCG 10 hari DPT 1 2 bulan DPT 2 3 bulan DPT 3 4 bulan Hep.B 1 1 bulan Hep.B 2 2 bulan Hep.B 3 3 bulan Hep.B 4 4 bulan HiB 1 2 bulan HiB 2 3 bulan HiB 3 4 bulan Polio 1 7 hari Polio 2 2 bulan Polio 3 3 bulan Polio 4 4 bulan MR 9 bulan Kesan: Imunisasi Dasar Lengkap
  • 13. ANAMNESIS Riwayat Perkembangan Riwayat Penyakit/Operasi Dahulu • Gigi pertama : 6 bulan • Duduk : 7 bulan • Tengkurap : 4 bulan • Merangkak : 8 bulan • Berdiri dengan bantuan: 10 bulan • Berjalan : 1 tahun • Berlari : 1 tahun 1 bulan • Berbicara : belum bisa bicara jelas, bahasa planet (+) • Kesan : Terdapat keterlambatan berbicara • Pasien suka terjatuh dari tempat tidur sejak berusia 8 bulan, sebanyak 6 kali, pernah terbentur di kepala, tidak dibawa berobat.
  • 14. ANAMNESIS Riwayat Penyakit pada Keluarga Riwayat Pekerjaan dan Sosial Ekonomi • Riwayat hipertensi: nenek dari ibu • Riwayat diabetes mellitus : disangkal • Riwayat penyakit jantung : disangkal • Riwayat alergi obat/ makanan: ibu memiliki alergi makanan (+) pada seafood udang dan cumi, alergi obat (-) • Riwayat asma : kakak laki-laki dari ibu • Riwayat keluhan serupa dengan pasien : tidak ada • Ayah seorang pekerja pengawai swasta, dan ibu bekerja sebagai ibu rumah tanggal. Pasien tinggal di rumah sendiri dengan penghasilan dari ayah sebanyak Rp 6.000.000,- per bulan. Kesan sosial ekonomi menengah kebawah
  • 15. ANAMNESIS Riwayat Kebiasaan Keluarga • Riwayat merokok: kakek suka merokok, dan sering terpapar saat pasien di rumah kakek. • Riwayat minum alkohol: disangkal
  • 16. a. Status Generalis Keadaan umum : Baik Kesadaran : GCS E4M6V5 Nadi : 95 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup Pernapasan : 19 x/menit Suhu : 36,5 °C Berat Badan : 12 kg Tinggi Badan : 78 cm b.Cara Berjalan/Gait Antalgic gait : - Hemiparesis Gait : - Steppage gait : - Parkinson gait : - Tredelenburg gait: - Waddle gait : - Lain-lain : - PEMERIKSAAN FISIK
  • 17. c. Bahasa/Bicara Komunikasi verbal : bahasa planet (+) Komunikasi non verbal : ada tapi tidak adekuat d. Kulit Tidak ada kelainan PEMERIKSAAN FISIK
  • 18. e. Status Psikis Sikap : Hiperaktif Orientasi : inadekuat Ekspresi wajah : ada respon tapi inadekuat Perhatian : kurang PEMERIKSAAN FISIK
  • 19. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan Saraf Kepala (Nervus Cranialis)
  • 20. g. Pemeriksaan Fisik Kepala Bentuk : normal, terdapat benjolan lunak di kepala bagian belakang Ukuran: normosefali Mata : normal Hidung : normal, simetris Telinga: normal, simetris Mulut : simetris Wajah : normal Gerakan abnormal : tidak ada h. Pemeriksaan Fisik Leher Inspeksi : statis, simetris, struma (-), trakea di tengah Palpasi : tidak teraba pembesaran KGB, kaku kuduk (-), tumor (-) PEMERIKSAAN FISIK
  • 21. Luas Gerak Sendi Ante /retrofleksi (n 65/50): Tidak dilakukan Lateroflexie (D/S) (n 40/40): Tidak dilakukan Rotasi (D/S) (n 45/45) : Tidak dilakukan Tes Provokasi Lhermitte test/ Spurling: Tidak dilakukan Test Valsava: Tidak dilakukan Distraksi test: Tidak dilakukan Test Nafziger: Tidak dilakukan PEMERIKSAAN FISIK
  • 22. i. Pemeriksaan Fisik Thoraks ● Bentuk : simetris ● Pemeriksaan Ekspansi Thoraks : ekspirasi dan inspirasi maksimum (tidak dilakukan) Paru-paru ● Inspeksi : statis dan dinamis simetris, retraksi (-) ● Palpasi : stem fremitus kanan=kiri, pelebaran sela iga (-) ● Perkusi : sonor di kedua lapangan paru ● Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-) Jantung ● Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat ● Palpasi : iktus kordis tidak teraba ● Perkusi : batas-batas jantung normal ● Auskultasi : BJ I & II (+) normal, HR 84x/menit, reguler, murmur (-), gallop (-) PEMERIKSAAN FISIK
  • 23. j. Pemeriksaan Abdomen ● Inspeksi : datar ● Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar & lien tidak teraba ● Perkusi : timpani, shifting dullness (-) ● Auskultasi : bising usus (+) normal PEMERIKSAAN FISIK
  • 24. k. Pemeriksaan Fisik Trunkus Inspeksi ● Simetris : simetris ● Deformitas : tidak ada ● Lordosis : tidak ada ● Scoliosis : tidak ada ● Gibbus : tidak ada ● Hairy spot : tidak ada ● Pelvic tilt : tidak ada Palpasi ● Spasme otot-otot para vertebrae : tidak ada ● Nyeri tekan (lokasi) : tidak ada PEMERIKSAAN FISIK
  • 26.
  • 27.
  • 28.
  • 29.
  • 30.
  • 31.
  • 33.
  • 34.
  • 35.
  • 36.
  • 37.
  • 38. SKRINING PERKEMBANGAN A.KPSP (Kuesioner Pra Skining Perkembangan) B.Denver II C.Abbreviated Conner’s Teacher D.Modified Checklist for Autism in Toddler
  • 39. Interpretasi: • Personal Sosial = 9D 3C  Suspek • Motorik Halus = 1D 4C  Suspek • Bahasa = 16D 7C  Suspek • Motorik Kasar = 3D 5C  Suspek
  • 42.
  • 43. Terdapat gejala yang memenuhi kriteria A, B, C, dan D yang ditemukan saat ini atau dari riwayat.
  • 44. DIAGNOSIS KLINIS Speech Delay Et Causa Autism Spectrum Disorder
  • 45. DIAGNOSIS BANDING - Speech delay et causa Autism Spectrum Disorder - Speech delay et causa Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) - Speech delay et causa Specific Language Impairment (SLI)
  • 46. PROGRAM REHABILITASI MEDIK Medikamentosa - Risperidone 2 x 0,1 mg Edukasi : - Hindari screen time berlebihan pada pasien - Motivasi untuk kunjungan rutin Fisioterapi : - Terapi Okupasi: Terapi Sensori Integrasi, Snoezelen - Terapi wicara: Oromotor Exercise, latihan artikulasi dan kosakata
  • 49. Penegakkan Diagnosis ASD ● Deteksi Dini Sejak Dalam Kandungan Sampai sejauh ini dengan kemajuan tehnologi kesehatan di dunia masih juga belum mampu mendeteksi risiko autism sejak dalam kandungan. Terdapat beberapa pemeriksaan biomolekular pada janin bayi untuk mendeteksi autism sejak dini (terbatas) ● Deteksi Dini Sejak Lahir hingga Usia 5 tahun Pada usia bayi sulit, tetapi penting untuk mengetahui gejala dan tanda penyakit ini sejak dini
  • 50. Penegakkan Diagnosis ASD a. Usia 0-6 bulan ● Bayi tampak terlalu tenang ( jarang menangis) ● Terlalu sensitif, cepat terganggu/terusik ● Gerakan tangan dan kaki berlebihan terutama bila mandi ● Tidak “babbling” ● Tidak ditemukan senyum sosial diatas 10 minggu ● Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan ● Perkembangan motor kasar/halus sering tampak normal
  • 51. Penegakkan Diagnosis ASD b. Usia 6 – 12 Bulan ● Kaku bila digendong ● Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba, da-da) ● Tidak mengeluarkan kata ● Tidak tertarik pada boneka ● Memperhatikan tangannya sendiri ● Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motoric kasar/halus ● Mungkin tidak dapat menerima makanan cair
  • 52. Penegakkan Diagnosis ASD c. Usia 2 – 3 tahun ● Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan anak lain ● Melihat orang sebagai “benda” ● Kontak mata terbatas ● Tertarik pada benda tertentu ● Kaku bila digendong d. Usia 4 – 5 Tahun ● Sering didapatkan ekolalia (membeo) ● Mengeluarkan suara yang aneh (nada tinggi atau datar) ● Marah bila rutinitas yang seharusnya berubah ● Menyakiti diri sendiri (membenturkan kepala) ● Temperamen tantrum atau agresif
  • 53. Diagnosis ASD DSM-V, ICD-10, M-CHAT a) Hambatan komunikasi dan interaksi sosial, dengan semua gejala: ● Defisit dalam hubungan sosial-emosional secara timbal balik: pendekatan sosial yang aneh; percakapan tidak bisa dua arah; tidak bisa berbagi minat, emosi, afek; tidak bisa memulai/ merespons interaksi sosial ● Defisit dalam komunikasi non verbal dalam interaksi sosial: kurang dapat menggunakan/ mengartikan bentuk mata, gestur tubuh, ekspresi wajah, dan komunikasi non verbal. ● Defisit untuk mengembangkan, mempertahankan, dan mengerti suatu relasi sosial: sulit beradaptasi di lingkungan tertentu, sulit berteman, berbagi minat/ permainan.
  • 54. Diagnosis ASD DSM-V b) Perilaku, minat, aktifitas yang terbatas dan repetitif/ monoton, minimal 2 gejala: ● Gerak motorik/ perkataan yang repetitif/ streotipi: deret-deret mainan, ekolalia, flapping. Perilaku verbal/ non verbal yang ritual, tidak fleksibel, tidak suka perubahan, pola pikir yang kaku, makanan/ kebiasaan yang monoton ● Minat yang terbatas, terfiksasi, yang tidak normal dalam intensitas/ fokus. ● Hiper/ hiporeaktifitas terhadap sensori atau minat/ respon yang tidak biasa terhadap obyek.
  • 55. Diagnosis ASD DSM-V c) Gejala timbul dalam tahap perkembangan awal, dapat tidak tampak sampai tuntutan sosial melebihi kemampuan anak d) Gejala menyebabkan hambatan yang bermakna dalam kehidupan sosial dan fungsional sehari-hari. e) Hambatan tersebut bukan disebabkan oleh disabilitas intelektual/ global developmental delayed. Kriteria diagnosis ASD menurut DSM-5 adalah adanya gejala yang memenuhi kriteria A, B, C, dan D yang ditemukan saat ini atau dari riwayat sebelumnya.
  • 56. Diagnosis ASD Anamnesa 1. Gangguan dalam bidang komunikasi verbal maupun non verbal ● Telambat bicara ● Meracau dengan bahasa yang tidak dimengerti orang lain ● Bicara tidak dipakai untuk berkomunikasi ● Meniru atau membeo (echolalia) ● Pandai meniru nyanyian, nada maupun kata-katanya tanpa mengerti artinya ● Sebagian (20 %) anak-anak ini tetap tak dapat bicara sampai dewasa ● Bila menginginkan sesuatu ia menarik tangan yang terdekat dan mengharapkan tangan tersebut melakukan sesuatu untuknya
  • 57. Diagnosis ASD Anamnesa 2. Gangguan dalam bidang interaksi sosial ● Menolak / menghindar untuk bertatap mata (kontak mata tidak ada) ● Tak mau menengok bila dipanggil ● Seringkali menolak untuk dipeluk ● Tidak ada usaha melakukan interaksi dengan orang lain, asyik main sendiri ● Bila didekati untuk diajak main malah menjauh
  • 58. Diagnosis ASD Anamnesa 3. Gangguan dalam bidang perilaku ● Pada anak autis terdapat perilaku yang berlebihan dan kekurangan Contoh perilaku yang berlebihan: ● Hiperaktivitas motorik seperti tidak bisa diam, lari ke sana ke mari tak terarah, melompat-lompat, berputar-putar, memukul-mukul pintu atau meja, mengulang- ulang gerakan tertentu. Perilaku ini dapat membahayakan diri sendiri dan dapat berupa agresifitas melawan orang lain Perilaku yang kekurangan, contohnya: ● Duduk dia bengong dengan tatap mata yang kosong, bermain secara monoton dan kurang variatif secara berulang-ulang. ● Duduk diam terpaku oleh sesuatu hal, misalnya bayangan atau benda yang berputar. Kadang-kadang ada kelekatan pada benda tertentu seperti sepotong tali, kartu, kertas, gambar, gelang karet atau apa saja yang terus dipegangnya dan dibawa ke mana-mana
  • 59. Diagnosis ASD Anamnesa 4. Gangguan dalam bidang perasaan/ emosi ● Tidak ada atau kurangnya empati, misalnya melihat anak menangis tidak merasa kasihan melainkan merasa terganggu sehingga anak yang menangis tersebut mungkin didatangi dan dipukulnya ● Tertawa-tawa sendiri, menangis atau marah-marah tanpa sebab yang nyata ● Sering mengamuk tak terkendali (temper tantrum). Terutama bila tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, ia bisa menjadi agresif dan destruktif (merusak)
  • 60. Diagnosis ASD Anamnesa 5. Gangguan dalam persepsi sensoris (tactile, auditory hipersensity ) ● Mencium-cium, menggigit atau menjilat mainan atau benda apa saja ● Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga ● Tidak menyukai rabaan atau pelukan ● Merasa sangat tidak nyaman bila memakai pakaian dari bahan yang kasar 6. Gangguan tidur dan makan 7. Gangguan efek dan mood (suasana hati) 8. Gangguan kejang 9. Aktivitas dan minat yang terbatas 10. Gangguan kognitif : 75-80% anak autis mengalami retardasi mental.
  • 61. Diagnosis ASD Pemeriksaan fisik dan tambahan 1) Berat badan, tinggi badan, lingkar kepala dapat normal atau abnormal 2) Pemeriksaan beberapa fungsi syaraf kranial, sistem motorik (kekuatan otot, tonus otot, refleks-refleks), sistem sensorik, cara berjalan dan lain- lain dapat mendeteksi adanya gangguan tumbuh kembang anak 3) Temuan khas yaitu tidak adanya kontak mata pada anak, adanya gerakan repetitif , stereotipik, hiperaktif, dan hipoaktif 4) Melakukan skrining perkembangan DENVER, Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP), CHAT (Checklist Autism in Toddlers), dan CARS rating system (Childhood Autism Rating Scale)
  • 62. Diagnosis ASD Komorbiditas ● Prevalensi ADHD pada mereka dengan ASD berkisar antara 14% sampai 78%. Dalam penelitian terbaru menemukan bahwa 18% anak-anak dan remaja dengan ASD juga memiliki diagnosis komorbid AD/HD. ● Prevalensi epilepsi di antara semua anak diperkirakan 2-3% dibandingkan dengan sekitar 30% pada autisme. ● Pada anak dengan ASD pun dapat ditemukan gangguan gastrointestinal dengan konstipasi sbagai gejala yang paling umum, dengan 85% dari mereka dengan ASD dan gejala gastrointestinal menyertainya. ● 34% hingga 80% anak-anak dengan disabilitas intelektual (ID), dan sebagian lagi memiliki gangguan tidur, ganggan makan, toileting problem
  • 63. Tatalaksana ASD ● Nutrisi Dalam beberapa tahun terakhir, intervensi diet termasuk diet bebas gluten atau diet bebas kasein (gluten-free or casein-free diets/ GFCF) telah diketahui signifikan untuk managemen pada ASD. Pada kasus ini juga, anak dapat diberi suplemen makanan, termasuk suplementasi mineral (misalnya kalsium, seng, besi), serta asam folat. ● Terapi edukasi Intervensi dalam bentuk pelatihan keterampilan sosial, keterampilan sehari-hari agar anak menjadi mandiri. Tedapat berbagai metode pengajaran antara lain metode TEACHC (Treatment and Education of Autistic and related Communication Handicapped Children).
  • 64. Tatalaksana ASD ● Terapi perilaku Intervensi terapi perilaku sangat diperlukan pada autisme. Apapun metodenya sebaiknya harus sesegera mungkin dan seintensif mungkin yang dilakukan terpadu dengan terapi-terapi lain. Metode yang banyak dipakai adalah ABA (Applied Behaviour Analisis) dimana keberhasilannya sangat tergantung dari usia saat terapi itu dilakukan (terbaik sekitar usia 2 – 5 tahun). ● Terapi wicara dan okupasi Terapi wicara sangat perlu dilakukan, mengingat tidak semua individu dengan autisme dapat berkomunikasi secara verbal. Terapi ini harus diberikan sejak dini dan dengan intensif dengan terapi-terapi yang lain. Terapi okupasi agar individu dengan autisme dapat melakukan gerakan, memegang, menulis, melompat dengan terkontrol dan teratur sesuai kebutuhan saat itu.
  • 65. Tatalaksana ASD ● Sensori integrasi Adalah pengorganisasian informasi semua sensori yang ada (gerakan, sentuhan, penciuman, pengecapan, penglihatan, pendengaran)untuk menghasilkan respon yang bermakna. Melalui semua indera yang ada otak menerima informasi mengenai kondisi fisik dan lingkungan sekitarnya, sehingga diharapkan semua gangguan akan dapat teratasi. ● AIT (Auditory Integration Training) Diberikan kepada individu yang hipersensitif terhadap suara dan mengganggu pendengaran mereka. Mulanya ditentukan suara yang mengganggu pendengaran dengan perangkat audiometer. lalu diikuti seri terapi yang memperdengarkan suara-suara yang direkam, tetapi tidak disertai dengan suara yang menyakitkan. Selanjunya dilakukan desnsitisasi terhadap suara yang menyakitkan tersebut.
  • 66. Tatalaksana ASD ● Hyperbaric oxygen Terapi oksigen hiperbarik (hyperbaric oxygen therapy/HBOT) memberikan konsentrasi oksigen yang lebih tinggi dengan mengirimkan oksigen ke ruangan dengan tekanan atmosfer yang tinggi. Alasan untuk HBOT pada individu dengan autisme termasuk potensinya untuk meningkatkan perfusi otak, mengurangi peradangan dan stres oksidatif. ● Terapi farmakologis FDA telah menyetujui dua obat antipsikotik atipikal, risperidone dan aripiprazole untuk terapi ini. SSRI juga sering diresepkan untuk mengobati gejala komorbiditas pada ASD. Komorbiditas iritabilitas, agresi, dan hiperaktif pada individu ASD
  • 67. Tatalaksana ASD ● Risperidon, dimulai dengan dosis 2 x 0,1 mg, dapat dinaikkan 0,05 mg setiap 1 – 2 minggu, dosis bisa mencapai 1-2 mg/hari. Dapat memperbaiki hubungan sosial, atensi, agresifitas, hiperaktifitas dan perilaku menyakiti diri sendiri. ● Aripiprazole, dimulai dengan dosis 2 mg sekali sehari, dapat dinaikkan bertahap hingga maksimal 10 mg/hari.Dapat mengurangi gangguan iritabilitas yang berhubungan dengan autis (tantrum, agresivitas, perubahan mood tiba-tiba, perilaku yang merugikan diri sendiri). Digunakan pada anak usia 6-17 tahun. ● Haloperidol, dosis 0,25-3 mg/ hari, dibagi 2-3 dosis. Dapat memperbaiki agresifitas, hiperaktifitas, iritabilitas dan stereotifik. ● Thioridazine, dosis 0,5-3 mg/ kg/ hari dibagi 2-3 dosis. Dapat menurunkan agresifitas dan agitasi.
  • 68. Prognosis ASD Prognosis ● Prognosis untuk penderita autisme tidak selalu buruk. Pada gangguan autisme, anak yang mempunyai IQ di atas 70 dan mampu menggunakan komunikasi bahasa mempunyai prognosis yang baik. Pasien dengan IQ rendah mungkin tidak pernah hidup mandiri; mereka biasanya membutuhkan perawatan di rumah atau tempat tinggal selama mereka hidup. Berdasarkan gangguan pada otak, autisme tidak dapat sembuh total tetapi gejalanya dapat dikurangi, perilaku dapat di ubah ke arah positif dengan berbagai terapi
  • 69. Terapi Rehabilitasi Medik ASD ● Prinsip latihan pada anak a. Program latihan pada anak sangat perlu melibatkan peran serta orang tua. b. Orang tua diajak berdialog tentang apa yang ada pada anak, apa yang masih bisa diharapkan, dan apa tujuan akhir dan latihan- latihan yang akan diberikan secara bertahap. c. Jangan memberikan harapan yang terlalu muluk-muluk, padahal kita tahu anak akan sangat sulit mencapainya sehingga orangtua maupun terapisnya menjadi patah semangat.
  • 70. Terapi Rehabilitasi Medik ASD ● Diantara sesi terapi yang dilakukan, terkadang perlu diselingi penghargaan atau pujian tetapi tidak memanjakan anak. ● Disiplin ditegakkan tetapi tidak dipaksakan pada saat memberikan latihan. Dalam hal ini diperlukan wali tas terapis dalam memberikan latihan. ● Faktor nutrisi tetap harus dipertahankan untuk menunjang kalori yang diperlukan selama latihan. ● Semua latihan yang diberikan harus dapat dinikmati oleh anak, sehingga anak mau melakukan semua latihan secara berulang- ulang sambil bermain di manapun anak berada.
  • 71. Terapi Rehabilitasi Medik ASD Perencanaan program terapi latihan ● Program latihan sebaiknya dirancang sebagai berikut a. Latihan harus komprehensif b. Diberikan penilaian untuk terapi latihan tertentu misalnya fisioterapi, terapi okupasi atau keterampilan atau terapi wicara c. Tujuan terapi sesuai dengan dasar-dasar terapi tersebut d. Teknik terapi dipilih sesuai dengan masalah masing-masing anak e. Pemeriksaan secara berkala mengenai perkembangan anak
  • 72. Terapi Rehabilitasi Medik ASD Perencanaan program terapi latihan ● Program latihan sebaiknya dirancang sebagai berikut a. Latihan harus komprehensif b. Diberikan penilaian untuk terapi latihan tertentu misalnya fisioterapi, terapi okupasi atau keterampilan atau terapi wicara c. Tujuan terapi sesuai dengan dasar-dasar terapi tersebut d. Teknik terapi dipilih sesuai dengan masalah masing-masing anak e. Pemeriksaan secara berkala mengenai perkembangan anak Waktu pemeriksaan anak bervariasi. pemeriksaan secara lengkap tidak selalu mungkin dilakukan pada 1 hari pertama. Jika anak tidak terbiasa terhadap lingkungan baru atau merasa tertekan anak justru tidak bisa menunjukkan potensi yang sebenarnya.
  • 73. Terapi Rehabilitasi Medik ASD Tujuan Terapi Latihan ● Tujuan terapi latihan adalah mengembangkan bentuk komunikasi (wicara, isyarat, tulis, tanda, bahasa, ketikan). Mengembangkan kemandirian dalam aktivitas sehari-hari untuk makan, berpakaian, dan ke toilet dan mengembangkan beberapa untuk gerakan yang terpola. ● Rehabilitasi medik: Mengembangkan kemampuan fungsional dan psikologis seorang individu dan mekanismenya sehingga dapat mencapai kemandirian dan menjalani hidup secara aktif
  • 74. Terapi Rehabilitasi Medik ASD Pelaksanaan Terapi Latihan dan Kerja Tim ● Diperlukan kerja tim yang baik antara spesialis anak spesialis dokter rehabilitasi medis, pisikiater, spesialis ortopedi, spesialis THT, fisioterapi, terapi okupasi, terapi wicara, guru, pekerja sosial psikologi dan orang tua.
  • 75. Terapi Rehabilitasi Medik ASD Program rehabilitasi medik pada anak dengan speech delay ec ASD ● Terapi edukasi TEACCH mulai dikembangkan tahun 1972. Metode ini dilakukan dengan menciptakan situasi belajar yang sesuai dengan kondisi anak autis: kemampuan visual baik, perhatian mudah teralih, membutuhkan struktur yang jelas. Orangtua perlu menerapkan juga terapi di rumah, 15 menit - 1 jam setiap harinya
  • 76. Terapi Rehabilitasi Medik ASD 2. Terapi perilaku Metode yang banyak dipakai adalah ABA (Applied Behaviour Analysis) dimana metode ini merupakan metode yang terstruktur dan mudah diukur hasilnya, dan keberhasilannya sangat tergantung dari usia saat terapi itu dilakukan (terbaik sekitar usia 2-5 tahun).
  • 79. Terapi Rehabilitasi Medik ASD 3. Terapi wicara ● Terapi wicara adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang gangguan bahasa, wicara dan suara yang bertujuan untuk digunakan sebagai landasan membuat diagnosis dan penanganan. ● Terapis wicara adalah seseorang yang telah lulus pendidikan terapi wicara baik di dalam maupun luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. (Peraturan MENKES RI No: 867/MENKES/PER/VIII/2004).
  • 81. Terapi Rehabilitasi Medik ASD 4. Terapi okupasi Terapi okupasi merupakan salah satu bentuk psikoterapi suportif yang penting dilakukan meningkatkan kesembuhan untuk pasien, Terapi okupasi adalah prosedur rehabilitasi yang di dalam aturan medis menggunakan aktivitas yang membangkitkan kemandirian secara manual, kreatif, rekreasional, edukasional, dan sosial serta industrial untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan atas fungsi fisik dan respon-respon mental pasien.
  • 83. Terapi Rehabilitasi Medik ASD 5. Terapi sensori integrasi ● Sejarah sensori Integrasi (SI) diterbitkan kepada publik pertama kali tahun 1966 oleh Jean Ayres Phd OTR tentang intervensi metode SI dan peran OT dalam metode tersebut. Ayres mengembangkan teori Sensori Iintegrasi untuk menjelaskan masalah penginterpretasian sensasi dari tubuh dan lingkungan serta kesulitan pada akademik dan motor learning dalam memenuhi tuntutan lingkungan yang mempengaruhi manusia untuk melakukan occupation.
  • 85. Terapi Rehabilitasi Medik ASD 6. Auditory Integration Training (AIT) Diberikan kepada individu yang hipersensitif terhadap suara dan mengganggu pendengaran mereka. Mulanya ditentukan suara yang mengganggu pendengaran dengan perangkat audiometer. lalu diikuti seri terapi yang memperdengarkan suara-suara yang direkam, tetapi tidak disertai dengan suara yang menyakitkan. Selanjunya dilakukan desnsitisasi terhadap suara yang menyakitkan tersebut.
  • 87. Terapi Rehabilitasi Medik ASD Evaluasi program latihan • Tujuan terapi selalu berubah sesuai dengan tumbuh kembang anak • Metode testing refleks digunakan untuk mengevaluasi perkembangan fungsi sistem saraf pusat: level spinal, level brainstem, level midbrain, level kortikal, reaksi otomatis (automatic movement reaction) • Diperlukan tes intelegensi (terutama pada palsi serebral, sindrom Down) • Lamanya/waktu evaluasi sangat bervariasi • Dipakai instrument khusus untuk skrining, misalnya Denver II atau yang lainnya • Perlu perencanaan program lainnya (missal perlu tindakan bedah) • Perlu dicermati kondisi lain yang muncul selama program latihan (over training, penyakit lain)
  • 89. Definisi Bahasa adalah pengolahan secara konseptual dari komunikasi yang meliputi pemahaman dan pengekspresian informasi, perasaan, ide, dan pikiran. Berbicara adalah produk verbal dari bahasa dengan ekspresi artikulasi verbal. Seorang anak dinilai memiliki keterlambatan bicara dan bahasa jika perkembangan bicara dan bahasanya secara signifikan berada di bawah milestone anak seusianya. erkembangan bicara dan bahasa anak tersebut masih dalam sekuen/urutan yang benar, namun lebih lambat dari yang diharapkan. Sedangkan anak-anak dengan gangguan bicara dan bahasa, perkembangan bicara dan bahasanya secara kualitatif berbeda dari anak pada umumnya.4,5
  • 90. Terdapat berbagai macam definisi untuk menjelaskan gangguan bicara danbahasa pada anak, tergantung pada alat skrining dan diagnostik 1. Terdapat keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa, bila dibandingkan dengan anak lain yang sama umur, jenis kelamin, adat istiadat, d 2. Terdapat kesenjangan antara potensi anak untuk bicara dengan penampilan anak yang kita observasi.
  • 91. Epidemiologi Prevalensi keterlambatan bicara pada anak usia 2-7 tahun di Amerika Serikat berkisar antara 2,3-19%. Keterlambatan bicara 1,5 kali lebih sering ditemukan pada anak laki-laki. Di Klinik khusus Tumbuh Kembang, RS Harapan Kita Jakarta (2008-2009), pasien yang datang dengan keluhan utama keterlambatan bicara sebagian besar (69,6%) terdiagnosis pada usia antara 13-36 bulan, lebih banyak (71,2%) pada anak laki-laki. Kemungkinan anak mengalami keterlambatan bicara dan bahasa meningkat jika ada riwayat keterlambatan bahasa, membaca, menulis, dan kesulitan belajar pada keluarga. Faktor sosial, ekonomi, dan pendidikan orang tua juga menjadi faktor terjadinya keterlambatan bicara dan bahasa pada anak. Studi kohort di Inggris yang melibatkan 18.000 anak menemukan bahwa anak dengan tingkat sosio-ekonomi rendah memiliki risiko keterlambatan bicara dan bahasa 2 kali lipat.7
  • 92. Etiologi Keterlambatan bicara primer termasuk keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa, gangguan bahasa ekspresif, gangguan bahasa reseptif (Wernicke’s aphasia). Keterlambatan bicara dan bahasa sekunder merupakan atribut kondisi lain seperti gangguan pendengaran, disabilitas intelektual, gangguan autism, retardasi mental, kelainan fisik, mutism, dan gangguan psikososial. Anak yang seharihari menggunakan dua bahasa (bilingual) mengalami ketertinggalan dalam bahasa dibandingkan anak yang berbahasa tunggal (monolingual) karena anak dengan dua bahasa perlu membedakan aturan dan susunan kata masing-masing bahasa, menghasilkan pola perkembangan bahasa yang berbeda dengan anak berbahasa tunggal.7 Penyebab gangguan bicara dan bahasa bermacam-macam, yang melibatkan berbagai faktor yang saling mempengaruhi, seperti lingkungan, kemampuan pendenganran, kognitif, fungsi saraf, emosi psikologis, dan lain sebagainya (Tabel 1).6
  • 93.
  • 94.
  • 95. Klasifikasi dan Gejala Telah dijelaskan sebelumnya bahwa etiologi gangguan bicara dapat bersifat primer maupun sekunder, berikut ini temuan klinis sesuai kelainan yang terjadi.7
  • 98. Klasifikasi dan Gejala Klasifikasi menurut DSM-IV, gangguan komunikasi (communicationdisorders) pada anak dibagi menjadi:6 1. Gangguan bahasa ekspresif (expressive language disorder) 2. Gangguan bahasa campuran repetitif-ekspresif (mixed receptive-expressivelanguage disorder) 3. Gangguan fonologi (phonological disorder) 4. Gagap (stuttering) 5. Gangguan komunikasi yang lain (communication disorder not otherwisespecified) Rutter membuat klasifikasi kelainan bahasa pada anak berdasarkan atasberat ringannya gangguan bahasa, yang dapat dilihat pada Tabel 3.
  • 100. Klasifikasi dan Gejala Sementara itu, Rapin dan Allen berdasarkan patofisiologinya, membagi kelainan bahasa pada anak menjadi 6 subtipe, yaitu:6 1. Primer ekspresif a. Disfraksia verbal Anak dengan disfraksia verbal (afraksia verbal atau gangguan perkembangan bicara ekspresif) mengerti segala sesuatu yang dikatakan padanya. Mereka lebih sering menunjuk daripada bicara. Banyak di antara mereka yang mempunyai riwayat prematur; beberapa menderita disfraksi oromotor (anak mengeluarkan air liur dan mempunyai kesulitan mengikuti gerakan mulut). Jika bicara, mereka lebih banyak menggunakan suara vokal dengan gangguan pengucapan konsonan. Anak stelah dewasa menjadi afremia. Anak dengan disfraksia verbal kadang-kadang disertai dengan gangguan tingkah laku (autisme). Pada anak ini, rehabilitasi lebih memerlukan terapi wicara yang intensif. b. Gangguan defisit produksi fonologi Beberapa anak bicara dengan kata-kata dan frase yang sulit dimengerti, sekalipun berbicara pada orang-orang yang selalu kontak dengannya, sehingga mereka sering marah dan frustasi karena merasa bahwa kata-katanya sulit dimengerti oleh sekitarnya. Anak ini tidakmengalami gangguan dalam pengertian, tetapi terdapat gangguan berupa defisit produksi fonologi.
  • 101. Klasifikasi dan Gejala 2. Defisit Represif dan ekspresif a. Gangguan campuran ekspresif-represif Anak yang berbicara sulit dipahami dan juga menunjukkan adanya gangguan pemahaman terhadap apa yang dikatakan kepadanya m b. Disfasia verbal auditori agnosia Beberapa anak mengerti sedikit pada apa yang dikapatakn kepadanya, walaupun kadang mereka mengikuti suatu pembicaraandeng
  • 102. Klasifikasi dan Gejala 1. Defisit bahasa yang lebih berat a. Gangguan leksikal-sintaksis Anak dengan gangguan leksikal-sintaksis mempunyai kesulitan menemukan kata-kata yang tepat, khususnya saat bercakap-cakap. M b. Gangguan sematik-pragmatik Ada beberapa anak yang berbicara lancar dan dapat menggunkan kata-kata yang tepat, tetapi mereka berbicara tanpa henti mengena
  • 103. Deteksi Dini Tenaga pendidik anak usia dini, tenaga medis, dan profesi lainnya dapat mengidentifikasi risiko keterlambatan bicara dan bahasa pada ana American Academy of Pediatrics (AAP) membuat panduan klinis yang merekomendasikan kunjungan anak saat berusia <36 bulan untuk d
  • 106. Deteksi Dini Skrining dapat menggunakan instrumen yang dinilai oleh orangtua, sepertiASQ (Ages and Stages Questionnaire), CDI (Communicative D Capute scales terdiri dari CLAMS untuk skrining gangguan bicara dan CAT untuk menilai kemampuan kognitif (visual-motor). Pada CLA
  • 107. Gambar 1. Contoh lembar Capute Scales(CAT/CLAMS)7
  • 108. Diagnosis Keterlambatan maupun gangguan bicara dan bahasa dapat dideteksi secaraklinis dengan mengacu pada milestone perkembangan bicara Beberapa instrumen khusus telah tersedia, misalnya The Early Language Milestone Scale (ELMS), The Clinical Adaptive Test/Clinical Ling ● Tidak menunjukkan babbling, menunjuk, atau mimik yang baik pada umur12 bulan ● Tidak ada kata pada umur 16 bulan ● Tidak ada 2 kata spontan pada umur 2 tahun ● Hilangnya kemampuan bicara atau kemampuan sosial pada umur berapapun
  • 109.
  • 110. Untuk mendiagnosis gangguan bicara dan bahasa pada anak, harus dilakukan anamnesis yang baik terhadap faktor-faktor risiko yang mungkin Tabel 6. Riwayat Anak yang Mengalami Keterlambatan Bicara 6
  • 111.
  • 112. Pemeriksaan fisik yang teliti (Tabel 7) harus dilakukan untuk mencari adanya gejala-gejala dari sindrom tertentu atau kelaina dismorfik yang mungkin ada.6 Tabel 7. Kelainan Fisik yang Sering Ditemukan pada Anak dengan GangguanBicara dan Bahasa.6
  • 113. Semua anak dengan gangguan bahasa harus menjalani pemeriksaan audiologi, untuk mengetahui adanya ketulian . periksa semua bayi atau anak dengan gangguan bicara dan bahasa yang berat dengan Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA) dan atau Otoacoustic Emissions (OAE). Pada anak yang lebih besar dapat dilakukan pemeriksaan audiometri konvensional dari pemeriksaan audiologi, dapat diketahui adanya ketulian atau pendengaran normal.
  • 114. Tatalaksana Target utama terapi keterlambatan bicara adalah mengajarkan anak strategi untuk memahami secara komprehensif bahasa yang diucapkan orang lain dan menghasilkan sikap komunikasi yang baik, serta membantu orang tua mempelajari cara mendorong keterampilan komunikasi anak. Studi Wallace mendukung adanya efektivitas terapi bicara (speech-language therapy), terutama pada anak dengan gangguan bahasa ekspresif primer.7 Anak-anak yang memiliki gangguan bicara dan bahasa harus sesegera mungkin dirujuk ke ahli patologi bicara dan bahasa sebelum usia perkembangan bahasa, yaitu 2- 3 tahun. Periode 36 bulan pertama kehidupan adalah periode kritis perkembangan bahasa. Kecepatan perkembangan bahasa selama periode ini tidak pernah diulang pada waktu lain di kehidupan. Intervensi dini sangat penting,risiko gangguan bicara dan bahasa permanen meningkat dibandingkan dengan teman seusianya yang normal.7
  • 115.
  • 116. Intervensi atau terapi disesuaikan dengan masalah atau kelainan yang diderita anak (Tabel 9). Intervensi ini diperlukan untuk mengoptimalkankemampuan komunikasi anak yang kelak dapat mempengaruhi kualitas hidupanak. Pada anak yang mengalami deprivasi berat diperlukan penelusuran riwayat sosial dan dilakukan rujukan untuk mendapatkan pelayanan sosial, kesehatanmental dan tumbuh kembang yang memadai.6
  • 117. Tabel 9. Penatalaksanaan Gangguan Bicara pada Anak.6
  • 118. Tabel 9. Penatalaksanaan Gangguan Bicara pada Anak.6
  • 119. Prognosis Anak-anak usia 2 tahun dengan keterlambatan bahasa ekspresif, 2-5 kali lebih berisiko gangguan bahasa menetap pada akhir prasekolah sampai sekolah dasar dibandingkan anak tanpa keterlambatan bahasa ekspresif.3 Gangguan perhatian dan kesulitan berinteraksi sosial lebih sering terjadi pada anak dengan gangguan bicara dan bahasa yang menetap sampai melewati usia 5,5 tahun. Anak dengan gangguan bicara dan bahasa pada usia 7,5 sampai 13 tahun terbukti memiliki gangguan keterampilan menulis, kesulitan pengejaan, dan penggunaan tanda baca dibandingkan anak-anak tanpa gangguan bicara dan bahasa.5,12
  • 121.
  • 124. Our teaching method Despite being red, Mars is a cold place Activities Venus is the second planet from the Sun Feedback Jupiter doesn’t have a solid surface Evaluation Goals Saturn is a gas giant and has several rings
  • 125. —Someone Famous “This is a quote, words full of wisdom that someone important said and can make the reader get inspired.”
  • 126. Areas Hours Contents Skills Area 1 10 hours Mercury is the smallest planet Area 2 15 hours Venus has a beautiful name Area 3 5 hours Mars is actually a cold place The curriculum
  • 127.
  • 128. Despite being red, Mars is actually a cold place It's the fourth-largest object in the Solar System Mars Neptune Our academic areas Mercury It’s the closest planet to the Sun and the smallest one Venus Venus has a beautiful name and is the second planet Jupiter Jupiter is a gas giant and the biggest in the Solar System Saturn Saturn is composed mostly of hydrogen and helium
  • 129. Our mission and vision Mission Mercury is the closest planet to the Sun and it’s very small Vision Venus has a beautiful name and is the second planet from the Sun
  • 131. Our values Loyalty Venus is the second planet from the Sun Efficiency Despite being red, Mars is a cold place Reliability Jupiter doesn’t have a solid surface Commitment Saturn is a gas giant and has several rings
  • 132. 95% Saturn is a gas giant and has several rings 9/10 Jupiter doesn’t have a solid surface 2,500 Venus is the second planet from the Sun Our success
  • 133. 150,000 Big numbers catch your audience’s attention
  • 134. Statistics Follow the link in the graph to modify its data and then paste the new one here. For more info, click here 4,350,000,000 Venus It has a very nice name Mercury It’s a very small planet 60% 30%
  • 135. Our locations +5,000 Neptune is the farthest planet from the Sun +10,000 Mercury is the closest planet to the Sun
  • 136. This is an infographic Despite being red, Mars is a cold place Venus Venus is the second planet from the Sun Jupiter It’s the biggest planet in the Solar System Mars Saturn Saturn is a gas giant and has several rings
  • 137. Our teachers Jenna Doe Here you can talk a bit about this person Timmy Jimmy Here you can talk a bit about this person Susan Bones Here you can talk a bit about this person
  • 138. Our goals Mercury Mercury is the smallest planet Venus Venus is the second planet Jupiter Jupiter is the biggest planet 1 2 3
  • 139. Student progress 1st Term Mercury is the smallest planet 2nd Term Venus is the second planet 3rd Term Jupiter is the biggest planet 4th Term Neptune is the farthest planet Evaluation
  • 140. Step 2 Despite being red, Mars is a cold place Step 1 Venus is the second planet from the Sun Step 3 Neptune is the farthest planet from the Sun Enrollment process