1. Manajemen Syariah
March 3, 2013
Manajemen syariah adalah suatu pengelolaan untuk memperoleh hasil optimal yang bemuara pada
pencarian keridhaan Allah. Oleh sebab itu maka segala sesuatu langkah yang diambil dalam
menjalankan manjemen tersebut harus berdasarkan aturan-aturan Allah. Aturan-aturan itu tertuang
dalam Al-Quran, hadis dan beberapa contoh yang dilakukan oleh para sahabat. Sehubungan dengan
itu maka isi dari manajemen syariah adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu
manajemen konvensional yang diwarnai dengan aturan Al-Quran, hadis dan beberapa contoh yang
dilakukan oleh para sahabat.
Dari definisi tersebut diatas. maka lingkup manajemen syariah sangatlah luas, antara lain mencakup
tentang pemasaran, produksi, mutu, keuangan, sumber daya alam, sumber daya manusia, dan masih
banyak hal lagi yang belum tersebutkan. Bahkan manajemen qalbu (MQ) yang dikembangkan oleh
Aa’ Gim juga merupakan rumpun yang sama dengan manajemen syariah. Agar tidak terlalu luas
pembahasan dalam buku ini, sengaja dibatasi hanya dalam bidang ekonomi dan pemerintahan yang
berhubungan dengan pemasaran, produksi, keuangan, sumber daya manusia, mutu, sumber daya
alam dan pengaturan pemerintahan.
1. Perbedaan Antara Manajemen Konvensional dan Syariah
Semua orang telah mengetahui bahwa prinsip-prinsip ekonomi pada umumnya dan manajemen
pada khususnya selalu mengagungkan perolehan hasil sebesar-besarnya dengan kerja sekecilkecilya. Prinsip konvensional ini berkembang pesat di dunia barat. Islam tidak menentang prinsip
konvensional ini bahkan mendorong prinsip itu. Masalahnya adalah manajemen syariah hanya
menambahkan rambu-rambu penerapan prinsip konvensional agar tidak hanya ditujukan untuk
memperoleh hasil di dunia saja melainkan harus dibarengi dengan perolehan hasil di akherat.
Adanya rambu-rambu ini diharapkan para pelaku ekonomi pada umumnya dan manajemen pada
khususnya mempunyai rem yang cukup pakem untuk tidak merugikan orang lain.
Untuk memahami manajemen syariah ini harus terlebih dahulu mengetahui pandangan Islam
tentang harta dan dasar-dasar sistem ekonominya. Diterangkan dalam AI-Quran bahwa harta adalah
sebuah obyek yang digunakan menguji manusia dan harta juga sebuah sarana untuk melaksanakan
taqwa. Selain itu diperingatkan pula bahwa harta dapat membawa mala petaka manusia di akherat
nanti bila salah menyikapinya. Ada dua pandangan Islam dalam melihat harta; sebagai suatu hak
atau kepemilikan sesama manusia, Islam sangat menghargainya sedang dalam hubungan manusia
terhadap tuhannya, manusia tidak mempunyai hak sama sekali.
Bertolak dari dasar-dasar tersebut diatas maka semua yang dilakukan dalam manajemen syariah
yang dititik beratkan pada bidang ekonomi tidak akan lepas dari kehati-hatian dalam menyikapi
2. harta. Maka penerapan manajemen syariah secara utuh tidak akan membuat orang saling menindas
dalam menjalankan roda perekonomian. Semua orang akan merasa diuntungkan karenanya.
2. Sebagai Alternatif Pilihan Untuk Menunjang Perbaikan Ekonomi di Indonesia
Salah satu faktor utama jatuhnya perekonomian di Indonesia adalah dibangun oleh mereka yang
kurang mempertimbangkan akhlak berekonomi. Selain mengikuti sistem ekonomi liberal
(konvensional) yang didalamnya juga mengikuti manajemen liberal (konvensional), mereka juga
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kejujuran. Hasilnya dapat dilihat sekarang ini. Apa
yang dilakukan para pelaku ekonomi kelas atas dampaknya dipikul oleh seluruh rakyat Indonesia.
Dengan adanya sistem ekonomi syariah pada umumnya dan manajemen syariah pada khususnya
diharapkan para pelaku ekonomi dan manajer mempunyai rambu-rambu yang mungkin selama ini
belum dikenalnya. Rambu-rambu itu dapat meratakan kemakmuran kesegala lapisan masyarakat.
Sebagai contoh, manajemen syariah memberikan rambu-rambu pada sistem jual-beli. Dikatakan
dalam rambu-rambu itu bahwa orang kota dilarang mencegat dan memborong dagangan orang desa
dengan maksud agar orang desa tidak bisa mengetahui harga pasar. Dikatakan juga bahwa Islam
tidak boleh mematok harga sehingga pasar tidak bisa mengikuti hukum “permintaan dan
penyediaan”. Untuk mendorong kegigihan berusaha, dalam manajemen syariah terdapat sebuah
dorongan yang mengatakan bahwa “di dalam kesulitan ada kemudahan”. Contoh-contoh kecil
tersebut menunjukkan adanya sistem yang gigih dan berpihak pada mereka yang sering dirugikan
untuk menuju suatu sistem pasar bebas.
Dengan dikenalnya berbagai rambu-rambu yang ada dalam manajeman syariah diharapkan gema
kegigihan, kejujuran, pemerataan, dan perlindungan pada mereka yang lemah akan mewamai
perekonomian dan pemerintahan di Indonesia.