SlideShare a Scribd company logo
1 of 132
ISLAMIC FINANCIAL MANAGEMENT
BAB 11
PROTEKSI PEMBIAYAAN

Prof.Dr.H. Veitzhal Rivai, M.B.A.
Andria Permata Veitzhal. B.Acct., M.B.A.
Pendahuluan
Dalam bab ini secara khusus akan dijelaskan
berbagai rambu yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan oleh account officer atau
petugas lainnya. Dengan adanya ramburambu ini, diharapkan setiap bank lebih
meningkatkan kehati-hatiannya dalam
penyaluran pembiayaan, sehingga tidak
mengalami kerugian di kemudian hari.
Prinsip Kehati-hatian
Prinsip Kehati-hatian
Firman AllaH swt




Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara
mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah
kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan
kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah
kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah
diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya
Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada
mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan
sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang
yang fasik. (QS Al-Maa’idah [5]: 49)
Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada
Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling,
maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul
Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan
terang. (QS Al-Maa’idah [5]: 92)
Prinsip Mengenal Customer




Salah satu kewajiban yang wajib dipenuhi adalah tentang
keharusan penerapan “prinsip mengenal customer” (Know
Your Customer Principles). Prinsip mengenal customer
merupakan suatu hal yang baru. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu pedoman dalam rangka pelaksanaannya.
Menyadari adanya kebutuhan tersebut, perlu dibentuk task
force untuk menyusun suatu pedoman standar penerapan
prinsip mengenal customer yang untuk selanjutnya disebut
dengan ”pedoman standar”.
Dalam menyusun pedoman standar ini, task force banyak
mengacu kepada international best practises. Dengan
adanya pedoman standar ini, diharapkan dapat menyusun
suatu pedoman pelaksanaan yang memenuhi persyaratan
minimum yang ditetapkan dalam ketentuan tentang
penerapan prinsip mengenal customer.
Salah satu syarat efektivnya penerapan
prinsip mengenal customer
kesamaan persepsi dan pemahaman oleh
perbankan, masyarakat pengguna jasa,
instansi terkait, dan aparat penegak
hukum mengenai pentingnya penerapan
prinsip tersebut
 Salah satu upaya yang saat ini tengah
dilakukan adalah komunikasi dan
sosialisasi secara intensif dan
berkesinambungan dengan masyarakat
luas.

Upaya mendukung pelaksanaan prinsip
mengenal costumer


Bank wajib membentuk unit kerja
penerapan prinsip mengenal customer
(UKPN) atau menunjuk pejabat yang
bertanggung jawab atas penerapan prinsip
mengenal customer.
Tugas pokok UKPN yang bertanggung jawab
untuk melaksanakan tugas UKPN adalah:










Memastikan ada pengembangan sistem identifikasi
customer dan transaksi keuangan mencurigakan.
Memantau penginian profil customer dan profil
transaksinya, termasuk identifikasi dan pemantauan
customer yang dianggap memunyai risiko tinggi.
Melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap
pelaksanaan kebijakan prinsip mengenal customer oleh
unit-unit kerja terkait.
Menerima dan melakukan analisis atas laporan transaksi
keuangan mencurigakan yang disampaikan oleh unit-unit
kerja terkait.
Menyusun laporan transaksi keuangan mencurigakan
untuk disampaikan kepada PPATK.
Memantau, menganalisis, dan merekomendasi kebutuhan
training prinsip mengenal customer bagi para pejabat dan
staff.
Kebijakan tentang penerimaan dan
identifikasi calon customer
1.

Permintaan informasi mengenai calon
customer antara lain:






Identitas calon customer.
Maksud dan tujuan hubungan usaha yang
akan dilakukan oleh calon customer.
Informasi lain yang memungkinkan agar
dapat mengetahui profil calon customer.
Identitas pihak lain, dalam hal calon
customer bertindak untuk dan atas nama
pihak lain
Kebijakan tentang penerimaan dan
identifikasi calon customer
2.
3.
4.

5.

Permintaan bukti-bukti identitas dan dokumen
pendukung informasi dari calon customer.
Penelitian atas kebenaran bukti-bukti identitas dan
dokumen pendukung informasi dari calon customer.
Pertemuan dengan calon customer dilakukan
sekurang-kurangnya pada saat pembukaan
rekening termasuk pembukaan rekening secara
elektronis.
Apabila dipandang perlu, dapat dilakukan
wawancara dengan calon customer untuk
memeroleh keyakinan atas kebenaran informasi,
bukti-bukti identitas dan dokumen pendukung calon
customer.
Kebijakan tentang penerimaan dan
identifikasi calon customer
6.

Menolak untuk membuka rekening
dan atau menolak melaksanakan
transaksi dengan calon customer
yang memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Diketahui menggunakan identitas dan
atau memberikan informasi yang tidak
benar; atau
b. berbentuk shell banks yang
mengizinkan rekeningnya digunakan
oleh shell banks.
Kebijakan tentang pemantauan rekening
dan transaksi customer
1.

2.

3.

Penatausahaan dokumen yang berkaitan dengan identitas
customer, termasuk perantara dan/atau kuasa pihak lain
(beneficial owner), dalam jangka waktu sekurangkurangnya 5 (lima) tahun sejak customer menutup
rekening; penatausahaan dokumen untuk customer yang
tidak memiliki rekening (walk-in customer) sekurangkurangnya 5 (lima) tahun sejak transaksi dilakukan.
Penginian (updating) data dalam hal terdapat perubahan
dokumen yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam
angka 1 di atas
Pengembangan sistem informasi yang secara efektif dapat
membantu petugas bank dalam melakukan identifikasi,
analisis, pemantauan, dan penyediaan laporan mengenai
transaksi yang dilakukan oleh customer.
Pengawasan Pembiayaan
Berdasarkan Manajemen Risiko
Tujuan








Penerapan manajemen risiko dapat meningkatkan shareholder
value,
Memberikan gambaran kepada pengelola mengenai kemungkinan
kerugian di kemudian hari,
Meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yang
sistematis yang didasarkan atas ketersediaan informasi,
Digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai
kinerja,
Digunakan untuk menilai risiko yang melekat pada instrumen atau
kegiatan usaha yang relatif kompleks serta menciptakan
insfrastruktur menajemen risiko yang kokoh dalam rangka
meningkatkan daya saing.
Bagi otoritas pengawasan, penerapan manajemen risiko akan
mempermudah penilaian terhadap kemungkinan kerugian yang
dihadapi yang dapat memengaruhi permodalan dan sebagai salah
satu dasar penilaian dalam menetapkan strategi dan fokus
pengawasan.
Esensi dari penerapan manajemen risiko
Adalah kecukupan prosedur dan
metodologi pengelolaan risiko sehingga
kegiatan usaha tetap dapat terkendali
(manageable) pada batas/limit yang dapat
diterima serta menguntungkan.
Proses penerapan manajemen risiko
1.

2.

Tahap awal harus secara tepat
mengidentifikasikan risiko dengan cara
mengenal dan memahami seluruh risiko
yang sudah ada (inherent risks) maupun
yang mungkin timbul dari suatu bisnis
baru, termasuk risiko yang bersumber
dari perusahaan terkait dan afiliasi
lainnya.
Selanjutnya secara berturut-turut perlu
melakukan pengukuran, pemantauan dan
pengendalian risiko.
Pengawasan Aktif Komisaris dan Direksi
a. Kewenangan dan Tanggung Jawab
Pengurus Lembaga Keuangan



Lembaga keuangan wajib menetapkan wewenang dan
tanggung jawab yang jelas pada setiap jenjang jabatan
yang terkait dengan penerapan manajemen risiko.
Wewenang dan tanggung jawab komisaris, sekurangnya
meliputi:
(1) menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen
risiko;
(2) mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas
pelaksanaan manajemen risiko; dan
(3) mengevaluasi dan memutuskan permohonan dan
usulan direksi yang berkaitan dengan transaksi atau
kegiatan usaha yang melampaui kewenangan direksi
untuk memutuskan sehingga memerlukan
persetujuan dewan komisaris.
a. Kewenangan dan Tanggung Jawab
Pengurus Lembaga Keuangan


Wewenang dan tanggung jawab direksi, sekurangnya meliputi:
(1) menyetujui kebijakan dan strategi manajemen risiko secara
tertulis dan komprehensif, termasuk penetapan dan
persetujuan limit risiko secara keseluruhan, per jenis risiko dan
per aktivitas fungsional (kegiatan usaha) bank;
(2) bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan manajemen
risiko dan eksposur risiko;
(3) mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang melampaui
kewenangan;
(4) mengembangkan budaya manajemen risiko pada seluruh
jenjang organisasi;
(5) memastikan peningkatan kompetensi SDM yang terkait
dengan penerapan manajemen risiko;
(6) memastikan bahwa fungsi manajemen risiko telah diterapkan
secara independen; dan
(7) melaksanakan kaji ulang secara berkala dengan frekuensi
yang disesuaikan kebutuhan.
b. Sumber Daya Manusia
 Lembaga keuangan harus menetapkan standar kualitas
SDM setiap jenjang jabatan yang terkait dengan penerapan
manajemen risiko.
 Lembaga keuangan harus meningkatkan kompetensi dan
integritas SDM dengan meningkatkan kualitas.
 Lembaga keuangan harus meningkatkan kualitas SDM yang
diterima disertai dengan pelatihan sesuai dengan
kebutuhan.
 Penempatan SDM kompeten sesuai dengan kebutuhan.
 SDM harus memahami secara baik tetang risiko operasional
bank, paham dengan baik faktor risiko yang relevan sesuai
dengan kondisi pasar, serta memiliki pengalaman yang
memadai.
Pedoman Penerapan Manajemen Risiko
Pembiayaan


Organisasi dan Fungsi Manajemen Risiko
1. Umum
a. Agar menajemen risiko efektif dalam
penerapan, bank harus menyusun struktur
organisasi yang tepat.
b. Struktur organisasi harus independen
terhadap satuan kerja yang melakukan
fungsi pengendalian intern dan terhadap
satuan kerja manajemen risiko.
c Lembaga keuangan wajib membentuk
komite manajemen risiko dan satuan kerja
manajemen risiko
Organisasi dan Fungsi Manajemen
Risiko
2. Komite Manajemen Risiko

a. Keanggotaan komite manajemen risiko dapat bersifat
tetap atau tidak tetap sesuai kebutuhan lembaga
keuangan.
b. Keanggotaan komite manajemen risiko sekurangnya
terdiri dari mayoritas direksi dan pejabat eksekurif
terkait.
c. Wewenang dan tanggung jawab komite manajemen
risiko memberikan rekomendasi kepada direktur utama,
yang sekurangnya dalam hal:
(1) penyusunan kebijakan manajemen risiko serta
perubahannya;
(2) perbaikan atau penyempurnaan penerapan
manajemen risiko yang dilakukan secara berkala
ataupun insidentil;
(3) penetapan atas hal-hal yang terkait dengan
keputusan bisnis yang menyimpang dari prosedur
normal.
Organisasi dan Fungsi Manajemen
Risiko
3. Satuan Kerja Manajemen Risiko
a. Struktur organisasi satuan kerja manajemen risiko
disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas usaha
lembaga keuangan serta risiko yang melekat pada
lembaga keuangan.
b. Struktur organisasi satuan kerja manajemen risiko
harus mencerminkan karakteristik usaha kembaga
keuangan.
c. Posisi pejabat yang memimpin satuan kerja manajemen
risiko setingkat atau tidak setingkat dengan posisi
jabatan pimpinan satuan kerja operasional, tetapi
dalam praktiknya bertanggung jawab langsung kepada
direktur utama atau direktur yang ditugaskan khusus
untuk itu.
d. Satuan kerja manajemen risiko harus independen
terhadap satuan kerja operasional.
Organisasi dan Fungsi Manajemen
Risiko
e. Wewenang dan tanggung jawab satuan kerja manajemen risiko
meliputi:
(1) memantau implementasi strategi manajemen risiko yang
direkomendasikan oleh komite manajemen risiko dan telah
disetujui oleh direksi;
(2) memantau posisi risiko secara keseluruhan;
(3) penerapan stress testing guna mengetahui dampak dari
implementasi kebijakan dan strategi manajemen risiko
terhadap setiap satuan kerja operasional;
(3) pengkajian usulan aktivitas dan atau produk baru;
(4) rekomendasi mengenai besaran atau maksimum
eksposur risiko yang wajib dipelihara bank kepada satuan kerja
operasional dan komite manajemen risiko; dan
(5) evaluasi terhadap penyampaian laporan profil risiko kepada
direktur utama dan komite manajemen risiko secara berkala.
Organisasi dan Fungsi Manajemen
Risiko
f. Satuan kerja manajemen risiko
bertanggung jawab langsung kepada
direktur utama atau kepada direktur yang
ditugaskan secara khusus.
g.Satuan kerja operasional wajib
menginformasikan eksposur risiko yang
melekat pada satuan kerja yang
bersangkutan kepada satuan kerja
manajemen risiko secara berkala.
Pedoman Penerapan Manajemen Risiko
Pembiayaan


Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit
1. Kebijakan manajemen risiko merupakan arahan tertulis
dalam menerapkan manajemen risiko dan harus sejalan
dengan visi, misi, dan rencana strategis bank, serta lebih
terfokus pada risiko yang relevan pada aktivitas
fungsional bank
2. Penerapan kebijakan manajemen risiko, antara lain
dengan menyusun strategi manajemen risiko untuk
memastikan bahwa:
(a) Lembaga keuangan harus mempertahankan
eksposur risiko yangs sesuai dengan kebijakan,
prosedur intern,dan peraturan yang berlaku.
(b) Lembaga keuangan dikelola oleh SDM yang
kompeten dan berkualitas.
Pedoman Penerapan Manajemen Risiko
Pembiayaan
3. Kebijakan manajemen risiko,sekurangnya memuat:
(a)

Penetapan risiko yang terkait dengan produk dan transaksi yang didasarkan
atas hasil analisis terhadap risiko yang melekat pada setiap produk dan
transaksi yang telah dan akan dilakukan sesuai dengan nature dan kompleksitas
usaha.
(b) Penetapan penggunaan metode pengukuran dan sistem informasi manajemen
risiko dalam mengkalkulasi secara tepat eksposur risiko pada setiap produk dan
transaksi perbankan serta aktivitas operasional
(c) Penentuan limit dan penetapan toleransi risiko yang merupakan batasan
potensi
kerugian yang mampu diserap oleh kemampuan permodalan dan
sarana
pemantauan terhadap perkembangan eksposur risiko.
(d) Penerapan sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko
guna memastikan kepatuhan terhadap ketentuan ekstern dan intern yang berlaku
(compliance risks), tersedianya informasi manajemen dan keuangan, efektivitas
dan efisiensi kegiatan operasional, serta efektivitas budaya risiko pada setiap
jenjang organisasi.
(e) Penetapan penilaian peringkat risiko sebagai dasar untuk menentukan langkah
perbaikan terhadap produk, transaksi perbankan, dan area aktivitas fungsional
tertentu, serta untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan kebijakan dan strategi
manajemen risiko.
(f) Penyusunan rencana darurat atas kemungkinan kondisi eksternal dan internal
terburuk, sehingga keberlangsungan usaha dapat dipertahankan
Pedoman Penerapan Manajemen Risiko
Pembiayaan
4. Penerapan strategi manajemen risiko juga harus
mempertimbangkan kondisi keuangan, organisasi, dan juga risiko
yang timbul akibat peubahan faktor eksternal dan fakor internal.
5. Dalam penyusunan prosedur dan penetapan limit risiko, wajib
memerhatikan risk appetite berdasarkan pengalaman yang dimiliki
dalam mengelola risiko.
6. Prosedur dan penetapan limit risiko sekurang-kurangnya
mencakup:
(a) Akuntabilitas dan jenjang delegasi wewenang yang jelas.
(b) Dokumentasi prosedur dan penetapan limit secara memadai untuk
memudahkan pelaksanaan kaji ulang dan jejak audit.
(c) Pelaksanaan kaji ulang terhadap prosedur dan penetapan limit
secara berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun atau
frekuensi yang lebih sering, sesuai dengan jenis risiko, kebutuhan,
dan perkembangan.
7. Penetapan limit didasarkan atas limit secara keseluruhan, limit per
jenis risiko, dan limit per aktivitas tertentu yang memiliki eksposur
risiko.
Proses Penerapan Manajemen Risiko
1.

Identifikasi Risiko
Tujuan dilakukannya identifikasi risiko adalah identifikasi
seluruh jenis risiko yang melekat pada setiap aktivitas
fungsional yang berpotensi merugikan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menerapkan identifikasi risiko, antara
lain:
(a) Bersifat proaktif.
(b) Mencakup seluruh aktivitas fungsional (kegiatan
operasional).
(c) Menggabungkan dan menganalisis informasi
risiko dari seluruh sumber informasi yang
tersedia.
(d) Menganalisis probabilitas timbulnya risiko serta
konsekuensinya.
Proses Penerapan Manajemen Risiko
2. Pengukuran Risiko
Pendekatan pengukuran risiko digunakan untuk mengukur
profil risiko guna memeroleh gambaran efektivtas
penerapan manajemen risiko.
(a) Pendekatan tersebut harus dapat mengukur:








Sensitivitas produk/aktivitas terhadap perubahan faktorfaktor yang memengaruhinya, baik dalam kondisi normal
maupun tidak normal.
Kecenderungan perubahan faktor-faktor dimaksud
berdasarkan fluktuasi perubahan yang terjadi di masa lalu
dan korelasinya.
Faktor risiko secara individual.
Eksposur risiko secara keseluruhan (aggregate), dengan
mempertimbangkan risk correlation.
Seluruh risiko yang melekat pada seluruh transaksi serta
produk perbankan dan dapat diintegrasikan ke dalam
sistem informasi manajemen.
Proses Penerapan Manajemen Risiko
(b) Metode pengukuran risiko dapat dilakukan secara
kuantitatif maupun kualitatif.
(c) Bagi yang memiliki ukuran dan kompleksitas usaha yang
tinggi dapat mengembangkan dan menggunakan metode
internal.
(d) Metode yang digunakan dalam pengukuran risiko harus
dikaitkan dengan jenis, skala, kompleksitas kegiatan
usaha, kemampuan sistem pengumpulan data, serta
kemampuan direksi dan pejabat eksekutif terkait
memahami keterbatasan dari hasil akhir sistem
pengukuran risiko yang digunakan.
(e) Metode pengukuran risiko harus dipahami secara jelas
oleh karyawan yang terkait dalam pengendalian risiko,
antara lain treasury manager, chief dealer, komite
manajemen risiko, satuan kerja manajemen risiko, dan
direktur bidang terkait.
Proses Penerapan Manajemen Risiko
3. Pemantauan dan Limit Risiko
(a) Sebagai bagian dari penerapan pemantauan
risiko, maka limit risiko sekurangnya:






Tersedia limit secara individual dan
keseluruhan/konsolidasi.
Memerhatikan kemampuan modal untuk menyerap
eksposur risiko atau kerugian yang timbul, dan
tinggi rendahnya eksposur.
Mempertimbangkan pengalaman kerugian di masa
lalu dan kemampuan SDM.
Memastikan bahwa posisi yang melampaui limit
yang telah ditetapkan mendapat perhatian satuan
kerja manajemen risiko, komite manajemen risiko,
dan direksi.
Proses Penerapan Manajemen Risiko
(b)Penetapan jenis limit meliputi:











Transaksi (transaction limit/product limit).
Mata uang (currency limit).
Volume transksi (turnover limit).
Posisi terbuka (open position limit).
Kerugian (cut loss limit).
Intrahari (intraday limit).
Customer dan counterparty (individual borrower and
counterparty limit).
Pihak terkait (connected parties limit).
Industri/sektor ekonomi dan wilayah (industry/economic
sector and geographic limit)
Proses Penerapan Manajemen Risiko
(c) Penetapan limit dilakukan oleh satuan kerja operasional terkait,
yang selanjutnya direkomendasikan kepada satuan kerja
manajemen risiko untuk mendapat persetujuan direksi melalui
komite manajemen risiko atau direksi sesuai dengan
kewenangannya masing-masing.
(d) Penetapan limit dilakukan dengan tetap memerhatikan ketentuan
yang berlaku.
(e) Dalam hal terjadi pelampauan limit, maka harus segera
melakukan penyesuaian dan antisipasi pelampauan tersebut
sehingga tidak memengaruhi jumlah alokasi modal atas risiko
yang telah ditetapkan sebelumnya.
(f) Setiap pelampauan limit harus dapat diidentifikasi dengan segera
dan ditindaklanjuti oleh direksi. Pelampauan limit hanya dapat
dilakukan apabila mendapat otorisasi dari direksi atau pejabat
yang berwenang, sesuai dengan ketentuan dan prosedur intern.
(g) Harus menyiapkan sistem backup dan prosedur yang efektif
untuk mencegah terjadinya gangguan dalam proses pemantauan
risiko, dan melakukan pengecekan serta penilaian kembali secara
berkala terhadap sistem backup tersebut.
Proses Penerapan Manajemen Risiko
4.

Sistem Informasi Manajemen Risiko
(a) Ini merupakan bagian dari sistem informasi manajemen
yang harus dimiliki dan dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan, dalam rangka penerapan manajemen risiko
yang efektif.
(b) Sebagai bagian dari proses manajemen risiko, maka harus
memiliki sistem informasi manajemen risiko yang dapat
memastikan:





Terukurnya eksposur risiko secara akurat, informatif, dan tepat
waktu, baik eksposur risiko secara keseluruhan/komplit,
eksposur per jenis risiko yang melekat pada kegiatan usaha,
maupun eksposur risiko per jenis aktivitas fungsional.
Dipatuhinya penerapan manajemen risiko terhadap kebijakan,
prosedur, dan penetapan limit risiko.
Tersedianya hasil (realisasi) penerapan manajemen risiko
dibandingkan dengan target yang ditetapkan sesuai dengan
kebijakan dan strategi penerapan manajemen risiko.
Proses Penerapan Manajemen Risiko
(c) Sebagai salah satu output sistem informasi manajemen risiko,
laporan eksposur risiko disusun secara berkala oleh satuan kerja
manajemen risiko atau sekelompok petugas yang diberi
wewenang dan bersifat independen terhadap unit kerja yang
melakukan kegiatan operasional.
(d) Laporan ke tingkat manajemen di luar direksi terkait dan komite
manajemen risiko dapat disampaikan dengan frekuensi yang
lebih lama, tetapi tetap harus mampu memberikan informasi
yang memadai bagi pihak-pihak tersebut untuk dapat melakukan
penilaian terhadap perubahan profil risiko.
(e) Sistem informasi manajemen risiko harus dapat menerjemahkan
risiko yang diukur dengan fromat teknis kuantitatif sehingga
menjadi format kualitatif yang mudah dipahami oleh direksi.
(f) Dalam mengembangkan teknologi sistem informasi dan software
baru, harus dipastikan bahwa penerapan sistem informasi dan
teknologi baru tersebut tidak akan menimbulkan gangguan.
Proses Penerapan Manajemen Risiko
(g) Apabila memutuskan untuk menugaskan pihak ketiga dalam
pengembangan software dan penyempurnaan sistem, harus dipastikan
bahwa keputusan menunjuk pihak ketiga itu dilakukan secara objektif
dan independen. Dalam penjanjian harus dicantumkan klausul mengenai
pemeliharaan dan upgrade serta langkah antisipasi guna mencegah
gangguan yang mungkin terjadi dalam pengoperasiannya.
(h) Sebelum penerapan sistem informasi manajemen yang baru, harus
dilakukan pengujian untuk memastikan bahwa proses dan output yang
dihasilkan telah melalui proses pengembangan, pengujian dan penilaian
kembali secara efektif dan akurat, serta harus memastikan bahwa data
historis akuntansi dan manajemen dapat diakses oleh sistem/software
baru tersebut dengan baik.
(i) Dalam hal mengembangkan suatu sistem/software baru, sistem tersebut
harus berfungsi dan dirancang sehingga secara otomatis dan efektif
dapat memenuhi keperluan pelaporan yang diwajibkan oleh otoritas
berwenang.
(j) Harus menatausahakan dan menginikan dokumentasi sistem yang
memuat perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software),
database, parameter, tahapan proses, asumsi yang digunakan, sumber
data, dan output yang dihasilkan sehingga memudahkan pengendalian
melekat (built-in controls) dan pelaksanaan jejak audit (audit trail).
Proses Penerapan Manajemen Risiko
5. Pengendalian resiko
(a) Pelaksanaan proses pengendalian
risiko harus digunakan untuk mengelola
risiko tertentu, terutama yang dapat
membahayakan kelangsungan usaha.
(b) Pengendalian risiko dapat dilakukan, antara
lain dengan cara hedging dan metode
mitigari risiko lain seperti penerbitan garansi,
sekuritisasi aset, dan credit
derivatives,
serta penambahan modal untuk menyerap
potensi kerugian.
Proses Penerapan Manajemen Risiko
6.

Penggunanaan model pengukuan resiko
(a) Jenis model pengukuran risiko utama seperti risiko
pembiayaan, risiko pasar, dan risiko operasional,
yang digunakan harus disesuaikan dengan
kebutuhan bank, ukuran, dan kompleksitas usaha, serta
manfaat yang diperoleh dalam menggunakan
model tersebut untuk proyeksi potential loss dari
setiap risiko.
(b) Apabila melakukan back-testing terhadap model
internal seperti credit scoring tools, value at risk
(VAR), dan stress testing untuk eksposur yang
mengandung risiko tertentu, maka harus
menggunakan data historis/parameters series dan
asumsi yang disusun sendiri.
Proses Penerapan Manajemen Risiko
(c) Bagi yang menggunakan model internal (internal model)
dalam pengukuran risiko, sekurang-kurangnya
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:








Isi dan kualitas data yang dibuat atau dipelihara harus
sesuai dengan standar umum yang berlaku sehingga
memungkinkan hasil statistik yang reliable.
Tersedianya sistem informasi manajemen yang
memungkinkan sistem tersebut mengambil (retrive) data
dan informasi yang layak dan akurat pada saat yang tepat.
Tersedianya sistem yang dapat meng-capture data risiko
pada seluruh posisi.
Tersedianya dokumentasi dari sumber data yang digunakan
untuk keperluan proses pengukuran risiko.
Database dan proses penyimpanan data harus merupakan
bagian dari rancangan sistem guna mencegah terputusnya
series data statistik.
Proses Penerapan Manajemen Risiko
(d) Dalam rangka mengatasi kelemahan yang
dapat timbul atas penggunaan model
pengukuran risiko tertentu, maka harus
dilakukan validasi model itu oleh pihak internal
maupun eksternal yang independen terhadap
satuan kerja yang mengaplikasikannya.
(e) Validasi model merupakan suatu proses:




Evaluasi terhadap internal logic suatu model
tertentu dengan cara verifikasi keakurasian
matematikal.
Membandingkan prediksi model dengan peritiswa
setelah tanggal posisi tertentu.

(f) Membandingkan model satu dengan model lain
yang ada, baik internal maupun eksternal,
apabila tersedia.
Proses Penerapan Manajemen Risiko
(g) Validasi juga harus dilakukan terhadap model
baru, baik yang dikembangkan sendiri harus
dilakukan evaluasi yang lebih intensif, terutama
dalam hal terjadi perubahan kondisi pasar yang
signifikan.
(h) Proses pengukuran risiko harus secara jelas
memuat proses validasi, frekuensi validasi,
persyaratan dokumentasi data dan informasi,
persyaratan evaluasi terhadap asumsi-asumsi
yang digunakan, sebelum suatu model
diaplikasikan
Proses Penerapan Manajemen Risiko
7.

Stress testing
(a) Stress testing dirancang untuk melengkapi penerapan
pengukuran risiko dengan cara mengestimasi potensi
kerugian ekonomis pada kondisi pasar yang tidak
normal guna melihat sensitivitas kinerja bank terhadap
perubahan faktor risiko mengidentifikasi pengaruh yang
berdampak signifikan terhadap portofolio.
(b) Dalam melakukan stress testing, sistem pengkuran
risiko harus cukup fleksibel untuk memfasilitasi berbagai
macam skenario yang dijalankan. Asumsi yang
digunakan dalam stress testing harus secara cermat
dikembangkan untuk menguji kecenderungan kondisi
portofolio. Perlu melakukan stress testing berdasarkan
pengalaman kerugian terbesar yang dialami pada masa
lalu (large historical market moves).
Proses Penerapan Manajemen Risiko
(c)

Analisis stress testing harus dapat menguantifikasi
besarnya potensi kerugian sehingga memungkinkan
untuk melihat dampak terburuk dari berbagai perubahan
yang terjadi terhadap pendapatan dan permodalan. Hasil
stress testing termasuk penggunaan asumsi yang
dilakukan oleh satuan kerja manajemen risiko harus
disampaikan kepada direksi secara berkala.
(d) Dalam stress testing harus dilakukan pula analisis
kuantitatif mengenai tindakan dan keputusan yang akan
diambil oleh direksi atau pejabat terkait guna
mengantisipasi kemungkinan yang terburuk (worst case
scenario).
Pengendalian Intern dalam Penerapan
Manajemen Risiko
1. Cakupan






Kesesuaian antara sistem pengendalian
intern dengan jenis dan tingkat risiko yang
melekat pada kegiatan usaha.
Penetapan wewenang dan tanggung jawab
untuk pemantauan kepatuhan kebijakan,
prosedur, dan limit.
Penetapan jalur pelaporan dan pemisah
fungsi yang dari satuan kerja operasional
kepada satuan kerja yang melaksanakan
fungsi pengendalian.
Pengendalian Intern dalam Penerapan
Manajemen Risiko









Struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas kegiatan
usaha.
Pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan
tepat waktu.
Kecukupan prosedur untuk memastikan kepatuhan terhadap
ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku.
Review yang efektif, independen, dan objektif terhadap prosedur
penilaian kegiatan operasional.
Pengujian dan review yang memadai terhadap sistem informasi
manajemen.
Dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap cakupan,
prosedur operasional, temuan audit, serta tanggapan pengurus
berdasarkan hasil audit.
Verifikasi dan review secara berkala dan berkesinambungan
terhadap penanganan kelemahan bank yang bersifat material dan
tindakan pengurus untuk memperbaiki penyimpangan yang
terjadi.
Pengendalian Intern dalam Penerapan
Manajemen Risiko
2 Kaji ulang Penerapan Manajemen
Risiko, meliputi:

(a) Penerapan manajemen risiko harus dikaji
dan dievaluasi secara berkala sekurangkurangnya setiap tahun oleh risk manager atau
petugas pada satuan kerja manajemen
risiko dan internal auditor pada satuan kerja
audit intern (SKA).
(b) Frekuensi dan cakupan kaji ulang dan
evaluasi dapat ditingkatkan intensitasnya
berdasarkan perkembangan eksposur risiko
bank, perubahan pasar, dan metode
pengukuran dan pengelolaan risiko.
Pengendalian Intern dalam Penerapan
Manajemen Risiko
(c)

Khusus untuk kaji ulang dan evaluasi terhadap
pengukuran risiko sekurang-kurangnya
mencakup:








Metode, asumsi, dan variabel yang digunakan untuk
mengukur risiko dan menetapkan limit eksposur risiko.
Perbandingan antara hasil dari metode pengukuran
risiko yang menggunakan simulasi atau proyeksi di
masa datang dengan hasil aktual.
Perbandingan antara asumsi yang digunakan dalam
metode dimaksud dan kondisi yang
sebenarnya/aktual.
Perbandingan antara limit yang ditetapkan dan
eksposur yang sebenarnya/aktual.
Penentuan kesesuaian antara pengukuran dan limit
eksposur risiko dengan kinerja di masa lalu dan posisi
permodalam saat ini.
Proses Penerapan
Manajemen Risiko
Definisi
Risiko pembiayaan adalah risiko yang
terjadi akibat kegagalan pihak lawan
(counterparty) memenuhi kewajiban. Risiko
pembiayaan dapat bersumber dari berbagai
aktivitas fungsional bank seperti
pembiayaan (penyediaan dana), treasury
dan investasi, dan pembiayaan
perdagangan, yang tercatat dalam banking
book maupun trading book
1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris
dan Direksi
a. Tanggung jawab komisaris
Bertanggung jawab dalam melakukan
persetujuan dan peninjauan berkala, atau
sekurang-kurangnya secara tahunan
mengenai strategi dan kebijakan risiko
pembiayaan.
Syarat strategi dan kebijakan dimaksud:
1. Mencerminkan batas toleransi terhadap
risiko dan tingkat profitabilitas
pendapatan yang diharapkan akan
diperoleh secara terus-menerus dengan
memerhatikan siklus dan perubahan
kondisi ekonomi.
2. Memerhatikan siklus perekonomian
domestik dan internasional, dan
perubahan yang dapat
memengaruhi
komposisi dan kualitas seluruh portofolio
pembiayaan
b. Tanggung jawab Direksi




Mengimplementasikan strategi dan kebijakan
risiko pembiayaan serta mengembangkan
prosedur identifikasi, pengukuran, pemantauan,
dan pengendalian risiko pembiayaan.
Harus mengidentifikasi dan mengelola risiko
pembiayaan yang melekat pada seluruh produk
dan aktivitas baru, serta memastikan bahwa
risiko produk dan aktivitas baru telah melalui
proses pengendalian manajemen risiko yang
layak, dan harus disetujui oleh direksi atau
direkomendasikan oleh komite manajemen risiko
terlebih dahulu.
Syarat Kebijakan dan prosedur yang
dikembangkan dan diimplementasikan:
1. Mendukung standar pemberian
pembiayaan yang sehat,
2. Memantau dan mengendalikan risiko
pembiayaan, dan
3. Mengidentifikasi dan menangani
pembiayaan bermasalah.


Harus mengidentifikasi dan mengelola
risiko pembiayaan yang melekat pada
seluruh produk dan aktivitas baru, serta
memastikan bahwa risiko produk dan
aktivitas baru telah melalui proses
pengendalian manajemen risiko yang
layak, dan harus disetujui oleh direksi atau
direkomendasikan oleh komite manajemen
risiko terlebih dahulu.
2. Kebijakan, Prosedur, dan Penetapan
limit
a. Kriteria Pemberian Pembiayaan Yang
Sehat:
 Harus memiliki informasi yang cukup
guna membantu dalam melakukan
penilaian secara komprehensif
terhadap profil risiko mudharib.
Faktor yang harus dipertimbangkan dan
didokumentasikan dalam persetujuan pembiayaan









Tujuan pembiayaan dan sumber pembayaran.
Profil risiko terkini dari mudharib dan agunan serta
tingkat sensitivitas terhadap perkembangan kondisi
ekonomi dan pasar.
Analisis kemampuan untuk membayar kembali, baik
secara historis maupun di masa yang akan datang,
berdasarkan perkembangan keuangan historis dan
proyeksi arus kas dengan berbagai skenario (ex ante
dan ex post analysis).
Kemampuan bisnis mudharib dan kondisi sektor
ekonomi/usaha peminjaman serta posisi peminjam
dalam industri tertentu.
Persyaratan pembiayaan yang diajukan, termasuk
perjanjian yang dirancang untuk membatasi perubahan
eksposur risiko mudharib di waktu yang akan datang.
b. Seleksi Transaksi Risiko Pembiayaan






Seleksi yang dilakukan terhadap transaksi pembiayaan dan komitmen
dalam mengambil eksposur risiko harus mempertimbangkan tingkat
profitabilitas. Sekurang-kurangnya dilakukan dengan cara memastikan
bahwa analisis perkiraan biaya dan pendapatan telah dilakukan secara
komprehensif: mencakup biaya operasional, biaya dana, dan biaya yang
berhubungan dengan estimasi terjadinya default dari mudharib, sampai
diperolehnya pembayaran penuh, serta perhitungan kebutuhan modal.
Penetapan harga (pricing) fasilitas pembiayaan harus dilakukan secara
konsisten dengan memperhitungkan tingkat risiko dari transaksi yang
bersangkutan, khususnya kondisi mudharib secara keseluruhan serta
kualitas dan tingkat kemudahan pencairan (marketability) agunan yang
dijadikan jaminan.
Sekurang-kurangnya setiap triwulan, direksi harus memeroleh hasil
analisis kinerja (ex-post) profitabilitas dari transaksi pembiayaan yang
diberikan. Pricing dari transaksi pembiayaan, apabila perlu, harus
diperbaiki dan seluruh tindakan perbaikan yang diperlukan harus dilakukan
untuk mencegah memburuknya kondisi keuangan bank.
c. Analisis, Persetujuan, dan Pencatatan
Pembiayaan




Prosedur pengambilan keputusan untuk pinjaman
dan atau komitmen, khususnya apabila melalui
pendelegasian wewenang, harus diformalkan
secara jelas sesuai dengan karakteristik bank
(ukuran, organisasi, jenis aktivitas, dan
kompleksitas transaksi), serta harus didukung
oleh sistem yang dimiliki.
Bank harus memastikan bahwa kerangka kerja
atau mekanisme kepatuhan prosedur
pendelegasian dalam mengambil keputusan
pemberian pembiayaan dan atau komitmen
terdapat pemisahan fungsi antara yang
melakukan persetujuan, analisis, dan administrasi
pembiayaan
Analisis, Persetujuan, dan Pencatatan
Pembiayaan




Bank harus memiliki satuan kerja, melakukan riview guna
menetapkan atau menginikan kolektibilitas atau kualitas transaksi
yang mengandung risiko pembiayaan. Proses review tersebut
sekurang-kurangnya dilakukan secara triwulan yang meliputi
klasifikasi eksposur risiko pembiayaan, penilaian kualitas
(marketability) agunan, dan penentuan besarnya provisi. Hasil
review tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
arsip pembiayaan.
Dalam mengembangkan sistem administrasi pembiayaan, bank
harus memastikan:







Efisiensi dan efektivitas operasional administrasi pembiayaan,
termasuk pemantauan dokumentasi, persyaratan kontrak, penjanjian
pembiayaan (legal aspect), dan pengikatan agunan
Akurasi dan ketepatan waktu informasi yang diberikan untuk sistem
informasi manajemen.
Pemisahan fungsi/tugas (segregation of duties) yang layak
Kelayakan pengendalian seluruh prosedur back officer, dan
Kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur intern tertulis serta
ketentuan yang berlaku.
Analisis, Persetujuan, dan Pencatatan
Pembiayaan




Harus menatausahakan dan mendokumentasikan
seluruh informasi kuantitatif dan kualitatif serta
bukti-bukti material dalam arsip (file)
pembiayaan yang digunakan dalam melakukan
penilian dan kaji ulang.
Harus melengkapi catatan pada arsip pembiayaan
sekurang-kurangnya setiap triwulan, khsusunya
bagi mudharib yang memiliki tunggakan atau
pembiayaan yang diklasifikasikan. Juga terhadap
mudharib yang mengakibatkan portofolio
pembiayaan bank ter-ekspos risiko yang tinggi
(large exposures and loan concentration).
d. Penetapan Limit




Dalam prosedur penetapan limit risiko
pembiayaan, antara lain harus menggambarkan
faktor-faktor yang dapat memengaruhi
penetapan limit risiko pembiayaan dan proses
pengambilan keputusan/penetapan limit risiko
pembiayaan
Harus memantapkan limit untuk seluruh
customer atau counterparty sebelum melakukan
transaksi dengan customer, dan limit tersebut
dapat berbeda satu sama lain.
d. Penetapan Limit


Limit untuk risiko pembiayaan ditujukan
untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan
karena adanya konsentrasi penyaluran
pembiayaan. Limit yang ditetapkan
sekurang-kurangnya mencakup:




Eksposur kepada customer atau conterparty
Eksposur kepada pihak terkait
Eksposur kepada pihak terkait Eksposur
terhadap sektor ekonomi tertentu atau area
geogrefis
d. Penetapan Limit




Limit untuk satu customer atau conterparty dapat
didasarkan atas hasil analisis data kuantitatif
yang diperoleh dari informasi laporan keuangan
maupun hasil analisis informasi kualitatif yang
dapat bersumber dari hasil interview dengan
customer
Penetapan limit risiko pembiayaan harus
didomumentasikan secara tertulis dan lengkap
yang memudahkan penetapan jejak audit (audit
trail) untuk kepentingan auditor intern maupun
ekstern.
3. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan
Sistem Informasi Manajemen Risiko Pembiayaan
a.






Identifikasi Risiko Pembiayaan

Bank harus mengidentifikasi risiko pembiayaan yang melekat pada
seluruh produk dan aktivitasnya. Identifikasi risiko pembiayaan tersebut
merupakan hasil kajian terhadap karakteristik risiko pembiayaan yang
melekat pada aktivitas fungsional tertentu, seperti pembiayaan
(penyediaan dana), treasury dan investasi, dan pembiayaan
perdagangan.
Untuk kegiatan pembiayaan dan jasa pembiayaan perdagangan,
penilaian risiko pembiayaan harus memerhatikan kondisi keuangan
mudharib, khususnya kemampuan membayar tepat waktu, serta
jaminan atau agunan yang diberikan. Untuk risiko mudharib, penilaian
harus mencakup analisis terhadap lingkungan mudharib, karakteristik
mitra usaha, kualitas pemegang saham dan manajer, kondisi laporan
keuangan terakhir, hasil proyeksi arus kas, kualitas rencana bisnis ,dan
dokumen lain yang dapat digunakan untuk mendukung analisis yang
menyeluruh terhadap kondisi dan kredibilitas mudharib.
Untuk kegiatan treasury dan investasi, penilaian risiko pembiayaan harus
memerhatikan kondisi keuangan counterparty, rating, karakteristik
instrumen, jenis transaksi yang dilakukan, dan likuiditas pasar, serta
faktor-faktor lain yang memengaruhi risiko pembiayaan.
b. Pengukuran Risiko Pembiayaan
(1) Harus memiliki prosedur tertulis untuk
melakukan pengukuran risiko yang
memungkinkan untuk:






Sentralisasi eksposur on balance sheet dan off balance
sheet yang mengandung risiko pembiayaan dari setiap
mudharib atau per kelompok mudharib dan atau
counterparty tertentu mengacu pada konsep single
obligor.
Penilaian perbedaan kategori tingkat risiko pembiayaan
dengan menggunakan kombinasi aspek kualitatif dan
kuantitatif data, dan pemilihan kriteria tertentu.
Distribusi informasi hasil pengukuran risiko secara
lengkap untuk tujuan pemantauan oleh satuan kerja
terkait.
b. Pengukuran Risiko Pembiayaan
(2)

Sistem pengukuran risiko pembiayaan sekurangkurangnya mempertimbangkan:








Karakteristik setiap jenis transaksi risiko pembiayaan,
kondisi keuangan mudharib/counterparty, serta
persyaratan dalam perjanjian pembiayaan seperti dalam
jangka waktu dan tingkat bunga
Jangka waktu pembiayaan (maturity profile) dikaitkan
dengan perubahan potensial yang terjadi di pasar.
Aspek jaminan, agunan, dan/atau garansi.
Potensi terjadinya kegagalan membayar (default), baik
berdasarkan hasil penilaian pendekatan konvensional
maupun hasil penilaian pendekatan yang menggunakan
proses pemeringkatan yang dilakukan secara intern
(internal risk rating).
Kemampuan untuk menyerap potensi kegagalan (default).
b. Pengukuran Risiko Pembiayaan
(3)Bagi yang menggunakan teknik pengukuran risiko dengan
pendekatan internal risk rating harus melakukan validasi
data secara berkala.
(4)Parameter yang digunakan dalam pengukuran risiko
pembiayaan antara lain, mencakup:









Non performing loans (NPLs).
Konsentrasi pembiayaan berdasarkan peminjaman dan sektor
ekonomi.
Kecukupan agunan.
Pertumbuhan pembiayaan.
Non performing portfolio treasury dan investasi (antarbank,
surat berharga, dan penyertaan).
Kecukupan cadangan transaksi treasury dan investasi.
Transaksi pembiayaan perdagangan yang default.
Konsentrasi pemberian fasilitas pembiayaan perdagangan
b. Pengukuran Risiko Pembiayaan
(5) Mark to Market pada Transaksi Risiko
Pembiayaan Tertentu:




Untuk mengukur risiko pembiayaan yang disebabkan
transaksi over the counter (OTC) atau pada suatu
pasar tertentu, khususnya pasar transaksi derivatif,
maka bank harus menggunakan metode penilaian
mark to market.
Eksposur risiko pembiayaan harus diukur dan
dikinikan sekurang-kurangnya setiap bulan atau lebih
intensif, khususnya apabila portofolio mudharib atau
kelompok usaha mudharib sangat signifikan dan atau
volatilitas parameter pasar yang digunakan untuk
memperhitungkan perubahan kondisi pasar dan
pengaruh replacement cost.
b. Pengukuran Risiko Pembiayaan
(6)

Penggunaan Credit Scoring Tools
a. Bank dapat menggunakan sistem dan
metodologi statistik/probabilistik untuk
mengukur risiko yang berkaitan dengan jenis
tertentu dan transaksi pembiayaan, seperti
credit scoring tools
b. Dalam penggunaan sistem tersebut
maka harus:




Melakukan kaji ulang secara berkala terhadap
akurasi model dan asumsi yang digunakan untuk
memproyeksikan kegagalan (defaults).
Menyesuaikan asumsi dengan perubahan yang
terjadi pada kondisi internal dan eksternal.
b. Pengukuran Risiko Pembiayaan
c. Apabila terdapat eksposur risiko yang besar atau
transaksi yang relatif kompleks, maka proses
pengambilan keputusan transaksi risiko
pembiayaan tidak hanya didasarkan pada sistem
tersebut sehingga harus didukung sarana
pengukuran risiko pembiayaan lainnya.
d. Lembaga keuangan harus mendokumentasikan
pembiayaan seperti asumsi, data, dan informasi
yang digunakan pada sistem, termasuk
perubahannya. Dokumentasi tersebut selanjutnya
dikirimkan secara berkala.
b. Pengukuran Risiko Pembiayaan
e. Penetapan sistem ini harus:






Mendukung proses pengambilan keputusan
dan memastikan kepatuhan terhadap
ketentuan pendelegasian wewenang.
Independen terhadap kemungkinan rekayasa
yang akan memengaruhi hasil (scoreoutputs) melalui prosedur pengamanan yang
layak dan efektif.
Dilakukan kaji ulang oleh satuan kerja atau
pihak yang independen terhadap satuan
kerja yang mengaplikasikan sistem tersebut.
Pemantauan Risiko Pembiayaan




Lembaga keuangan harus mengembangkan dan
menerapkan sistem informasi dan prosedur untuk
memantau kondisi setiap mudharib atau counterparty pada
seluruh portofolio pembiayaan.
Sistem pemantauan risiko pembiayaan sekurangkurangnya memuat ukuran-ukuran dalam rangka:





Memastikan bahwa bank mengetahui kondisi keuangan
terakhir dari mudharib atau counterparty.
Memantau kepatuhan terhadap persyaratan dalam perjanjian
pembiayaan atau kontrak transaksi risiko pembiayaan.
Menilai kecukupan agunan dibandingkan dengan kewajiban
mudharib atau counterparty.
Mengidentifikasikan ketidaktepatan pembayaran dan
mengklasifikasi pembiayaan bermasalah secara tepat waktu.
Pemantauan Risiko Pembiayaan






Lembaga keuangan juga harus melakukan pemantauan
eksposur risiko pembiayaan dibandingkan dengan limit
risiko pembiayaan yang telah ditetapkan, antara lain
dengan menggunakan kolektibilitas atau internal risk
rating.
Pemantauan eksposur risiko pembiayaan tersebut harus
dilakukan secara berkala dan terus-menerus oleh satuan
kerja manajemen risiko dengan cara membandingkan risiko
pembiayaan aktual dengan limit risiko pembiayaan yang
ditetepkan.
Untuk keperluan pemantauan eksposur risiko pembiayaan,
satuan kerja manajemen risiko harus menyusun laporan
mengenai perkembangan risiko pembiayaan secara
berkala, termasuk faktor-faktor penyebabnya, dan
disampaikan kepada komite manajemen risiko dan direksi.
Pemantauan Risiko Pembiayaan


Prinsip pokok dalam penggunaan internal risk rating adalah
sebagai berikut:









Prosedur penggunaan sistem internal risk rating harus diformulasikan
dan didokumentasikan.
Sistem ini harus dapat mengidentifikasi secara dini perubahan profil
risiko yang disebabkan oleh penurunan potensial maupun aktual dari
risiko pembiayaan.
Sistem internal risk rating harus dievaluasi secara berkala oleh pihak
yang independen terhadap satuan kerja yang mengaplikasikan internal
risk rating tersebut.

Apabila menerapkan internal risk rating untuk menentukan
kualitas aset dan besarnya provisi, harus terdapat prosedur formal
yang memastikan bahwa penetapan kualitas aset dan provisi
dengan internal rating adalah lebih prudent atau sama dengan
ketentuan terkait yang berlaku.
Laporan yang dihasilkan oleh internal risk rating, seperti laporan
kondisi portofolio pembiayaan disampaikan secara berkala kepada
direksi
Sistem Informasi Manajemen Risiko Pembiayaan








Dalam rangka meningkatkan efektivitas proses pengukuran risiko
pembiayaan, harus ada sistem informasi menajemen yang
menyediakan laporan dan data secara akurat dan tepat waktu
untuk mendukung pengambilan keputusan oleh direksi dan
pejabat lainnya.
Sistem informasi manajemen tersebut juga harus menghasilkan
laporan atau informasi dalam rangka pemantauan eksposur aktual
terhadap limit yang ditetapkan dan pelampauan eksposur limit
risiko yang perlu mendapat perhatian dari direksi.
Sistem informasi manajemen juga harus menyediakan data
secara akurat dan tepat waktu mengenai jumlah seluruh eksposur
pembiayaan peminjam individual dan counterparties, postofolio
pembiayaan, serta laporan pengecualian limit risiko pembiayaan.
Lembaga keuangan harus memiliki sistem informasi yang
memungkinkan direksi untuk mengidentifikasi adanya konsentrasi
risiko dalam portofolio pembiayaannya
Pengendalian Risiko Pembiayaan












Lembaga keuangan harus menetapkan suatu sistem penilaian (internal credit review)
yang independen dan berkelanjutan terhadap efektivitas penerapan proses
manajemen risiko pembiayaan.
Pelaksanan kaji ulang tersebut harus dilakukan oleh satuan kerja atau petugas yang
independen terhadap satuan kerja yang melakukan transaksi risiko pembiayaan.
Hasil kaji ulang tersebut selanjutnya harus dilaporkan secara langsung dan lengkap
kepada satuan kerja audit intern (SKAI), direktur kepatuhan, direksi terkait lainnya,
dan komite audit (bila ada).
Lembaga keuangan harus memastikan bahwa satuan kerja pembiayaan dan
transaksi risiko pembiayaan lain telah dikelola secara memadai, dan eksposur risiko
pembiayaan tetap konsisten dengan limit yang ditetapkan dan memenuhi standar
kehati-hatian.
Lembaga keuangan harus menetapkan dan menerapkan pengendalian intern untuk
memastikan bahwa penyimpangan (exception) terhadap kebijakan, prosedur, dan
limit telah dilaporkan tepat waktu kepada direksi atau pejabat terkait untuk
keperluan tindakan perbaikan.
Pada saat melaksanakan audit intern, SKAI harus melakukan pengujian terhadap
efektivitas pengendalian intern untuk memastikan bahwa sistem pengendalian
tersebut telah efektif, aman, serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kebijakan,
pedoman, dan prosedur intern.
Lembaga keuangan harus memiliki prosedur pengelolaan penanganan pembiayaan
bermasalah, termasuk sistem deteksi pembiayaan bermasalah secara tertulis dan
menerapkannya secara efektif.
Lembaga Penjamin
Pembiayaan
Peran Lembaga Penjamin Pembiayaan
Indonesia memiliki tiga BUMN yang
melayani jasa penjaminan pembiayaan,
yaitu:






PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo),
PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI), dan
Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU),
serta
PT Penjamin Kredit Pengusaha Indonesia
(PKPI),
perusahaan penjaminan swasta.
Dasar Hukum




Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah
(penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan
(perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah
kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan
kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat,
karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS. Shaad
[38]: 26)
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan
Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran. (QS Al-Nahl [16]: 90)


Pengembangan usaha kecil menengah dan
koperasi (UKMK) memerlukan sumber dana yang
bersifat utang dari berbagai alternatif sumber
dana. Salah satu kendala yang dihadapi oleh
UKMK dalam mengakses sumber dana yang
bersifat utang adalah keterbatasan untuk
memenuhi agunan, sehingga lembaga penjamin
pembiayaan menjadi solusi untuk mengatasi
permasalahan keterbatasan pemenuhan itu.


Lembaga penjamin menyediakan
penjaminan yang akan meng-cover risiko
kegagalan mudharib (default). Untuk
penyediaan jasa, mudharib dikenakan
sejumlah biaya/premi yang didasarkan
jumlah cakupan risiko yang ditanggung
oleh lembaga penjamin pembiayaan


Dari sudut pandang makro ekonomi,
penjaminan merupakan bentuk subsidi
kepada usaha kecil dan menengah tanpa
menciptakan distorsi pasar dengan
memberikan kemudahan akses kepada
UKM dengan persyaratan sebagaimana
yang berlaku pada umumnya.




penjaminan juga dapat digunakan sebagai media
implementasi kebijakan pemerintah terhadap
sektor-sektor prioritas.
Melalui penjaminan, arus investasi ataupun
dukungan dapat diarahkan kepada sektor-sektor
tertentu seperti industri-industri khusus, daerahdaerah tertentu yang kurang berkembang,
kelompok ekonomi tertentu seperti UKM, serta
sasaran-sasaran tertentu yang ingin dicapai
seperti perbaikan lingkungan hidup, dan lain-lain.


Dari sisi lembaga keuangan, manfaat
penggunaan asuransi pembiayaan antara
lain adalah peluang untuk
meningkatkan keuntungan sekaligus
menurunkan risiko.
Kelemahan mendasar bagi penyaluran
pembiayaan UMKM






Belum tersedianya dana/pembiayaan yang murah, mudah,
cepat, dan mekanisme sederhana untuk dapat mendukung
usaha UMKM.
Penerapan prudential banking yang mempersyaratkan
agunan pembiayaan (collateral) yang cukup sekalipun
usahanya layak. Hal ini karena agunan tersebut digunakan
untuk melindungi risiko kemacetan, yang pada gilirannya
melindungi dana para deposan, mengingat sumber dana pada
saat ini sebagian besar dari deposan.
Pada umumnya UMKM menghadapi kendala dalam penyediaan
agunan yang memadai sesuai dengan persyaratan. Selain itu,
UMKM juga menghadapi kendala adanya keterbatasan di bidang
manajemen, administrasi, teknologi, dan pemasaran.
Penggunaan jasa lembaga penjamin juga telah
dipraktikkan di beberapa negara Asia
Korea (Korea Credit Guarantee Fund),
 Malaysia (Credit Guarantee Corporation),
 Thailand (Small Industry redit Guarantee
Corporation), dan
 Jepang (Credit Guarantee Corporation dan
JASMEC).

Tujuan lembaga penjamin di beberapa
negara diatas


mendukung pemberian pembiayaan
kepada sektor industri kecil dan menengah
yang tidak memiliki kemampuan dalam
penyediaan agunan yang memadai untuk
mendapatkan akses kredit dari lembaga
keuangan.
Tujuan Lembaga Penjamin
Pembiayaan




Tujuan umum:
agar terjadi keseimbangan dalam pembangunan nasional
sehingga semua pihak dalam masyarakat dapat
memeroleh akses financial secara sama.
Tujuan-tujuan lain:
 Memberikan penjaminan kepada perusahaan yang
memunyai keterbatasan dalam menyediakan
kolateral.
 Mempermudah UKM dalam mendapatkan pendanaan.
 Memberikan stimulasi pemberian kredit secara sehat.
 Memberiakan stimulasi agar setiap perusahaan dapat
memiliki manajemen yang efisien dan pemanfaatan
credit information


Agar masyarakat atau customer
memeroleh penjaminan, maka perusahaan
penjaminan menetapkan jasa (fee)
penjaminan yang cukup rendah, berkisar
0,5%-2,5% dari nilai pembiayaan yang
diajukan.
Ada dua sistem penjaminan kepada
perusahaan penjaminan
dibayar oleh lembaga keuangan, dan
 dibayarkan oleh peminjam.

model mekanisme coverage penjaminan
perusahaan penjaminan melakukan
coverage penjaminan
 perusahaan penjaminan melakukan
coverage penjaminan dan kemudian
mengasuransikannya kepada perusahaan
asuransi (reasuransi).

Prinsip-Prinsip Penjaminan Pembiayaan







Merupakan pelengkap dari suatu sistem pembiayaan;
Penjaminan pembiayaan hanya diberikan bila proyeknya
layak;
Penjaminan pembiayaan merupakan pelengkap agunan.
Penjaminan diberikan kepada calon mudharib yang tidak
memiliki atau kekurangan agunan.
Calon mudharib yang telah cukup agunannya dapat
dimintakan penjaminan pembiayaan apabila dikehendaki.
Penarikan subrogasi tetap menjadi tugas pembiayaan.
Kesuksesan implementasi sistem penjaminan
pembiayaan dipengaruhi oleh






Dukungan pemerintah yang diwujudkan, yaitu dengan
memberikan bantuan permodalan yang disertai dengan
supervisi kepada lembaga penjaminan pembiayaan.
Terdapat lembaga reguarantee/reasuransi, agar lembaga
penjaminan pembiayaan dapat membagi risiko atas
pembiayaan yang dijaminnya.
Bank dan lembaga keuangan lainnya harus
membutuhkan lembaga jaminan. Tanpa ketertarikan
pembiayaan untuk menjaminkan pembiayaannya kepada
lembaga penjaminan pembiayaan, mustahil sistem
penjaminan pembiayaan akan berhasil.
Peserta Program Penjamin
Pembiayaan


Secara umum, lembaga keuangan yang dapat menjadi
peserta program penjaminan sebelumnya harus terdaftar
pada perusahaan penjaminan



LPK menjaminkan pembiayaan yang diberikan oleh:





bank umum,
perusahaan leasing dan factoring, perusahaan ventura,
perusahaan consumer finance,
lembaga keuangan lain seperti BPRS, yang menawarkan
pembiayaan atau penjualan dengan pembayaran mencicil.
Permasalahan Dalam Program
Penjaminan Pembiayaan








Biaya, peserta, dan mutu pembiayaan program penjaminan
Upaya yang perlu ditempuh, antara lain, sosialisasi program penjaminan
agar UMKM mengenal dan memanfaatkan layaanan.
Tujuan program penjaminan
rogram penjaminan kepada UMKM terutama untuk meningkatkan akses
UMKM yang memiliki prospek usaha yang layak kepada lembaga
keuangan, baik bank maupun nonbank, tetapi menghadapi persoalan
agunan yang kurang memenuhi persyaratan.
Keterbatasan jejaring usaha
Kemampuan jangkauan lembaga penjamin yang ada masih sangat
terbatas, baik dari sisi kapasitas penjaminan pembiayaan maupun
jaringan usaha yang dapat menjangkau hingga ke daerah
kabupaten.namun sampai saat ini belum tersedia.
Reasuransi
Bagi LPKD, reasuransi merupakan keharusan guna mengurangi risiko,
sebagaimana dipersyaratkan oleh DepKeu, tetapi sampai saat ini belum
tersedia.
Bantuan Pemerintah Kepada UKM


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat sekitar 40
juta perusahaan skala mikro, kecil, dan menengah, termasuk di
dalamnya petani dan pengusaha yang bekerja sendiri. Jumlah
UKM pemberi kerja jauh lebih kecil, yaitu sekitar 640.000
perusahaan kecil (dengan 5 – 19 pekerja) dan sekitar 70.000
perusahaan menengah (dengan 20 – 99 pekerja).



Menurut prakiraan perbankan, terdapat sekitar satu juta UKM
yang berpotensi untuk memeroleh pembiayaan dari bank,
termasuk perusahaan mikro sebagai pedagang eceran. Saat ini
hanya sekitar 50% (500.000) yang memeroleh pembiayaan dari
bank, dan umumnya pinjaman dalam skala kecil, sehingga
diperkirakan mayoritas dari UKM yang potensial sebagai
peminjam adalah perusahaan mikro.
Peran Lembaga Penjamin Pembiayaan
Membantu UMKM


Upaya mengatasi kesulitan customer
UMKM, lembaga penjamin menyediakan
agunan yang memadai sesuai dengan
persyaratan bank, dalam akses ke
perbankan. Untuk mendapatkan fasilitas
pembiayaan dapat ditempuh dengan pola
penjaminan pembiayaan
Asuransi Pembiayaan
Yaitu suatu perjanjian di mana
penanggung, dengan menikmati suatu
premi, mengikat tertanggung untuk
membebaskannya dari kerugian karena
kehilangan, kerugian, atau ketiadaan
keuntungan yang diharapkan, yang akan
dapat diminta olehnya karena suatu
kejadian yang tidak pasti.
Tujuan asuransi
(kecuali asuransi jiwa)
Mencegah atau setidak-tidaknya
mengurangi risiko karena hilang, rusak,
atau musnahnya barang yang
dipertanggungkan oleh suatu kejadian
yang tidak pasti. Dimaksud kejadian yang
tidak pasti adalah risiko (risk).
Penutupan Asuransi Jaminan
Customer
Untuk lebih memperkecil risiko atas
pembiayaan yang diberikan, maka semua
agunan (kecuali tanah) harus
diasuransikan pada maskapai asuransi.
 Untuk lebih menjamin kepentingan
finances, maka setiap penutupan asuransi
di dalam polisnya dicantumkan/dilekatkan
finances clause bank.

Finances institution institution clause
Suatu klausul atau syarat khusus yang
biasanya tertulis dan terlekat pada suatu
polis dalam hal harta benda atau barang
yang dipertanggungkan di bawah polis
tersebut telah dijadikan agunan.
Klausul yang dilekatkan pada polis
berbunyi, sebagai berikut:


Dicatat dan disetujui bahwa harta benda yang
dipertanggungkan di bawah polis ini telah
dijadikan jaminan pada …….., dan berhubungan
dengan ini, telah disepakati dengan tertanggung
bahwa dalam hal terjadi kerugian jika ada yang
dapat dibayar di bawah polis ini, maka akan
dibayarkan kepada sebesar jumlah yang menjadi
haknya, termasuk bagian pendapatan biayanya
tanpa mengurangi hak tertanggung atas
selisihnya.
Jenis-jenis Asuransi
Jenis Jaminan
•Bangunan/gedung

Jenis Pertanggungan
termasuk peralatan atau

•Asuransi Kebakaran

•Asuransi Kebakaran/Deklarasi
isinya.
•Stock atau barang persediaan barang •Konsorsium Asuransi Kebakaran
dagangan
Khusus Pasar
•Dalam hal obyek berlokasi di daerah pasar
•Asuransi Kendaraan Bermotor
•Kendaraan bermotor
•Heavy Equipment Insurance
•Alat-alat besar/berat
•Machinery Breakdown Insurance
•Mesin-mesin
•Erection All Risk Insurance
•Pemasangan mesin-mesin
•Asuransi
Pengangkutan (Marine
•Pengangkutan barang
Insurance)
•Kapal/kerangka kapal
•Marine Hull/Aviation Insurance
•Pembangunan kapal
•Builder risk insurance
•Barang-barang elektronik
•Elektronik Equipment Insurance
•Proyek pembangunan
•Contractor All Risk Insurance

Risiko

Cargo
Polis
Pertanggungan harus diadakan secara
tertulis dengan sepucuk akta yang
bernama polis
Polis kecuali yang mengenai pertanggungan
jiwa harus menegaskan










Hari dan tanggal diadakan pertanggungan.
Nama yang mengadakan pertanggungan untuk tanggungan
sendiri atau tanggungan pihak ketiga.
Perumusan yang cukup jelas mengenai benda yang
dipertanggungkan.
Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh penanggung.
Waktu di mana bahaya mulai berjalan dan berakhir untuk
tanggungan penanggung.
Premi tanggungan.
Keadaan dari benda-benda yang dipertanggungkan, yang
perlu diketahui oleh penaggung dan semua klausul yang
diadakan di antara kedua belah pihak.
Polis harus ditandatangani oleh tiap-tiap penanggung.
Premi
Yaitu sejumlah uang yang dibayar
tertanggung kepada penanggung untuk
mengikat penanggung membayar ganti
rugi atas terjadinya risiko
Tarif premi yang berlaku di Indonesia
dapat dibedakan





Tarif premi asuransi berdasarkan buku tarif, artinya tariftarif premi asuransi yang ditetapkan dan dikeularkan oleh
Dewan Asuransi Indonesia (DAI) yang sewaktu-waktu
dapat berubah. Tarif ini berlaku bagi semua anggota
maskapai-maskapai asuransi. Terhadap penyimpangan
tarif, dapat dikenakan sanksi.
Tarif premi asuransi yang ditetapkan oleh maskapai
asuransi sendiri, biasa disebut dengan istilah nontarif.
Tarif biasanya ditetapkan dalam persentase (%) atau
permil (%o).
Tarif Jangka Waktu Premi




Tarif Jangka Pendek (Short Period)
Pada dasarnya premi asuransi diperhitungkan untuk
jangka waktu satu tahun dengan pembayaran di muka.
Tarif jangka pendek biasa diberlakukan juga dalam hal
pembayaran premi secara angsuran/cicilan. Pembayaran
premi secara angsuran/cicilan, pada polis dilekatkan
klausa pembayaran premi angsuran.
Tarif Jangka Panjang (Long Period)
Diperkenankan menutup pertanggungan jangka panjang
dengan pembayaran premi sekaligus di muka.
Pembayaran Premi
a. Kewajiban Membayar Premi
Dalam penutupan asuransi milik
customer debitur, yang bertindak
sebagai tertanggung adalah customer
debitur, sehingga yang berkewajiban
membayar premi adalah customer
debitur yang bersangkutan.
b.

Jangka Waktu Pembayaran Premi








Tujuh hari terhitung mulai tanggal berlaku
pertanggungan dalam polis yang diterbitkan, untuk
penutupan pertanggungan pengangkutan (marine
cargo).
Empat belas hari terhitung mulai tanggal berlakunya
pertanggungan dalam covernote, untuk
pertanggungan kebakaran konsorsium risiko khusus
pasar.
Tiga puluh hari terhitung tanggal mulai berlakunya
pertanggungan dalam covernote, untuk
pertanggungan lainnya selain asuransi
pengangkutan dan asuransi konsorsium risiko
khusus pasar.
Sebelum premi dibayar, terlebih dahulu akan
diterbitkan covernote kecuali untuk penutupan
pertanggungan pengangkutan, langsung diterbitkan
polis.






Apabila sampai jangka waktu pembayaran premi, tertanggung
belum membayar premi, maka covernote/polis menjadi batal
dengan sendirinya dan premi yang tidak tertagih bukan
merupakan outstanding bagi penanggung. Untuk itu, cabang
harus memerhatikan jangka waktu pembayaran premi
tersebut.
Jika dalam jangka waktu pembayaran premi terjadi
risiko/kerugian, maka penanggung tetap bertanggung jawab.
Namun, untuk pembayaran ganti ruginya akan diperhitungkan
premi yang belum terbayar.
Mengingat jangka waktu pembayaran premi dihitung mulai
dari tanggal berlaku pertanggungan dalam covernote/polis,
sedangkan premi sudah dibayar dalam jangka waktu tersebut,
maka setiap permintaan penutupan/perpanjangan
pertanggungan harus diajukan lebih awal kepada penanggung
sebelum pertanggungan bersangkutan mulai berlaku.
Tujuan penetapan Ketentuan Jangka
Waktu Pembayaran Premi
Memberi kesempatan untuk menagih
premi kepada customer yang
bersangkutan.
 Agar tidak terjadi outstanding premi,
karena setelah lewat waktu,
pertanggungan menjadi batal.

Prosedur Penutupan Asuransi




Penutupan pertanggungan atas harta milik debitur
dilakukan kepada asurador melalui broker (misalnya PT
Asuransi Aman) terdekat.
Berdasarkan permintaan penutupan di atas,
broker/asurador mengadakan survey risiko ke lokasi objek
pertanggungan bersama-sama dengan customer (bila perlu
reasurador) untuk meneliti apakah data yang tercantum
dalam surat penutupan sesuai dengan data objek
pertanggungan yang sebenarnya, antara lain:





Jenis barang atau objek pertanggungan.
Nilai atau harga transaksi yang sebenarnya dari objek.
Lokasi, konstruksi, okupasinya.
Lain-lain, tergantung jenis/macam objek yang
dipertanggungkan.
Prosedur Penutupan Asuransi




Asurador akan menerbitkan covernote/polis
berikut kwitansi dan tagihan premi atas hasil
survey setelah mengadakan survey risiko.
Berkas pertanggungan tersebut oleh asurador
segera dikirim/diserahkan kepada PT Asuransi
Aman.
PT Asuransi Aman akan memisahkan berkas
pertanggungan atas penutupan asuransi nonfire untuk dibuatkan nota.
Prosedur Penutupan Asuransi
Lembaga keuangan, selaku pemegang polis/kuasa customer,
harus memeriksa berkas-berkas pertanggungan apakah telah
sesuai dengan permintaan penutupan, antara lain:













Luas pertanggungan,
syarat/kondisi polis,
risiko,
financial istitutions clause,
periode/jangka waktu,
dan sebagainya.

Diperiksa mengenai premi yang dikenakan
Berdasarkan nota-nota tagihan di atas, lembaga keuangan
memberitahukan/menagih kepada customer debitur yang
bersangkutan untuk pembayaran preminya.
Prosedur Penutupan Asuransi




Untuk keperluan penutupan pertanggungan di
atas, customer harus memberikan kuasa
kepada lembaga keuangan dengan
menandatangani surat kuasa pada saat
perjanjian pembiayaan ditandatangani.
Atas transaksi penutupan pertanggungan
barang agunan pembiayaan, termasuk apabila
terjadi perubahan pertanggungan.
Premi yang wajib dibayar customer
Sejumlah bruto premi, untuk
pertanggungan kebakaran (fire).
 Sejumlah netto premi untuk
pertanggungan selain kebakaran (nonfire)

Perpanjangan Asuransi


Masalah yang harus diperhatikan untuk perpanjangan
pertanggungan milik customer pembiayaan adalah:








Jangka waktu perpanjangan agar disesuaikan dengan
jangka waktu fasilitas pembiayaannya.
Apakah ada perubahan objek atau nilai pertanggungan.
Permintaan survey ulang kepada asurador

Broker PT Asuransi Aman biasanya memberitahukan
kepada lembaga keuangan mengenai polis-polis yang akan
berakhir.
Lembaga keuangan meneliti polis yang akan berakihir
jangka waktunya
Perpanjangan Asuransi







Pada saat pengajuan perpanjangan, agar dicantumkan
nomor polis yang lama dan perubahan yang ada.
Apabila perpanjangan asuransi dialihkan kepada asurador
lain, maka proses penutupannya sama dengan cara
penutupan pertanggungan baru.
Penyelesian premi dilaksanakan dengan memerhatikan
jangka waktu pembayaran premi dan dibukukan melalui
rekening.
Setiap perpanjangan asuransi dicatat dalam buku
pembantu/harian asuransi dan kartu asuransi jaminan
customer.
Perpanjangan Asuransi




Apabila pembiayaan customer sudah dilunasi
dalam hal asuransi berakhir, bank tidak perlu
lagi mengajukan perpanjangan asuransinya
yang masih berjalan. Sementara pembiayaan
sudah lunas, lembaga keuangan menyurati
asurador/broker memberitahukan untuk
mencabut ketentuan financial institutions clause
yang melekat pada lembaga keuangan.
Apabila terdapat kesulitan dalam penutupan
perpanjangan asuransi, agar menghubungi
broker PT Asuransi Aman
Kerjasama Asuransi
Dalam melakukan kegiatan penutupan
asuransi kerugian umum, lembaga
keuangan dapat mengadakan hubungan
kerjasama penutupan asuransi dengan
beberapa perusahaan asuransi kerugian
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
Kerjasama Asuransi










Lembaga keuangan tidak diperkenankan melakukan penutupan asuransi
di luar yang telah ditetapkan sebagai asurador rekanan lembaga
keuangan.
Dalam pelaksanaannya, tertanggung, dalam hal ini lembaga keuangan
atau customer, memunyai hak untuk memilih asurador yang diinginkan,
sepanjang asurador tersebut adalah rekanan lembaga keuangan.
Setiap asurador rekanan diwajibkan membuka rekening di lembaga
keuangan dan segala aktivitas asuransi harus disalurkan melalui
rekening tersebut.
Asurador wajib dan mengikat diri untuk memlihara saldo. Saldo minimal
tersebut baru dapat dicairkan apabila sudah tidak memunyai hubungan
kerjasama perasuransian lagi dengan lembaga keuangan.
PT Asuransi Aman ditunjuk sebagai broker untuk menjadi perantara
dalam membantu kepentingan tertanggung dalam hal penutupan
maupun penyelesaian klaim asuransi; yang diharapkan dapat
memberikan advis mengenai penempatan setiap risiko dari tertanggung
dengan baik, sehingga memeroleh proteksi yang optimal dengan biaya
premi yang rendah.
Tuntutan Ganti Rugi atau Klaim
Asuransi
Klaim adalah tuntutan ganti rugi dari
tertanggung kepada penanggung
sehubungan dengan terjadinya peristiwa
(accident) atas obyek pertangungan.
Dalam penyelesaian klaim, penanggung
akan melakukan penilaian kembali obyek
pertanggungan atas dasar harga yang
sebenarnya atau harga pasar
Klaim yang diajukan tertanggung,
berupa




Klaim Total Loss
klaim secara keseluruhan sebesar jumlah nilai
pertanggungannya. Apabila pertanggungan diasuransikan
di atas harga/over insurance, maka ganti rugi dibayar
sesuai harga pasar, sehingga kerugian yang akan diganti
lebih kecil daripada harga yang tercantum dalam polis.
Klaim Partial Loss
klaim kerugian sebagian atau klaim yang jumlahnya lebih
kecil daripada nilai pertanggungan. Apabila objek
pertanggungan diasuransikan di atas harga/over insurance,
maka ganti rugi dibayar sesuai kerugian yang diderita
Kewajiban tertanggung jika terjadi
accident






Menyelamatkan, menjaga, dan mengizinkan
orang lain untuk menolong menyelamatkan
barang.
Memberi kesempatan kepada penanggung
untuk mengadakan penelitian.
Memberikan segala keterangan dan bukti-bukti
yang diminta oleh penanggung.
Tidak mengubah atau langsung memperbaiki
barang sebelum diadakan penelitian oleh
penanggung.
Proses pengajuan klaim




Tertanggung harus segera memberitahukan kepada
lembaga keuangan secara lisan terlebih dahulu begitu
terjadi peristiwa/musibah objek pertanggungan. Pada
kesempatan pertama, lembaga keuangan akan
memberitahukan kepada broker/asurador, secara lisan
terlebih dahulu, paling lambat waktu 4 X 24 jam (atau
tergantung kesepakatan dengan asuransi).
Berdasarkan laporan lembaga keuangan, broker/asurador
akan melakukan on the spot ke lokasi kejadian. Dalam
hal kerugian cukup besar atau sulit mencari sebab
kejadian, pihak asurador biasanya menunjuk adjuster
untuk melakukan survey klaim.




Pihak tertanggung bersama dengan lembaga
keuangan (dibantu broker) mempersiapkan
segala sesuatunya mengenai data klaim,
termasuk perkiraan kerugian serta surat
pendukung klaim.
Tertanggung dapat kehilangan hak menuntut
ganti rugi (klaim) apabila pemberitahuan
adanya accident telah lewat dari 4 x 24 jam dan
akan kehilangan hak mendapat ganti rugi
apabila dalam waktu satu tahun tidak ada
tuntutan pembayaran ganti rugi.
Dokumen klaim






Asli dokumen pertangguangan (asli polis,
kwitansi, nota premi/bukti pembayaran premi).
Surat keterangan dari kepolisian RI yang
ditandatangani oleh Kapolda, berikut berita
acara pemeriksaan kejadian.
Daftar terinci atas barang yang rusak dan daftar
barang yang tersisa.
Buku-buku, invoice, daftar stok, dan cacatan
lain yang membuktikan adanya kerugian
tersebut.
Pembayaran klaim


Pembayaran klaim dilakukan melalui bank
apabila pada polis terlekat banker’s
clause. Untuk itu, bank harus selalu
memeriksa bahwa setiap polis telah
terlekat financial institutions clause untuk
PT Permata Indah. Hasil klaim tersebut
digunakan untuk menurunkan baki debet
customer


Setelah menerima nota pembayaran dari
asurador, maka:








Customer diminta menandatangani kwitansi
penerimaan klaim.
Dalam hal total loss, customer juga diminta
menandatangani surat pernyataan hak subrogasi
untuk pengalihan hak.
Seluruh hasil klaim, setelah dikurangi own risk,
dibayarkan ke rekening customer.
Diperiksa apakah agunan yang masih ada masih
cukup meng-cover sisa pembiayaannya
Pengawasan dan Laporan


Bank harus selalu melakukan monitoring
untuk memastikan bahwa:






Semua agunan customer debitur yang
insurable telah diasuransikan.
Polis asli asuransi dengan banker’s clause
telah dikuasai bank.
Pembayaran premi dipenuhi oleh customer
dengan tertib.
Pengawasan dan Laporan






Jangka waktu belum berakhir atau telah
diajukan perpanjangannya.
Buku pembantu asuransi terpelihara dengan
baik dan setiap perubahan mengenai
asuransi dicatat secara teratur.
Laporan bulanan asuransi agar dikirim secara
teratur ke kantor pusat

More Related Content

What's hot

manajemen risiko pd kontrak bank syariah
manajemen risiko pd kontrak bank syariahmanajemen risiko pd kontrak bank syariah
manajemen risiko pd kontrak bank syariahSyafril Djaelani,SE, MM
 
Manajemen Risiko Kontrak Perbankan Syariah
Manajemen Risiko Kontrak Perbankan SyariahManajemen Risiko Kontrak Perbankan Syariah
Manajemen Risiko Kontrak Perbankan SyariahSyafril Djaelani,SE, MM
 
Manajemen Risiko Bagi Hasil Bank Syariah
Manajemen Risiko Bagi Hasil Bank SyariahManajemen Risiko Bagi Hasil Bank Syariah
Manajemen Risiko Bagi Hasil Bank SyariahSyafril Djaelani,SE, MM
 
BE & ; GG , Roni Nugroho, Hapzi Ali, Ethics and Business Review, Universitas ...
BE & ; GG , Roni Nugroho, Hapzi Ali, Ethics and Business Review, Universitas ...BE & ; GG , Roni Nugroho, Hapzi Ali, Ethics and Business Review, Universitas ...
BE & ; GG , Roni Nugroho, Hapzi Ali, Ethics and Business Review, Universitas ...Roni Nugroho
 
Pengantar Manajemen Risiko Bank Syariah (2020)
Pengantar Manajemen Risiko Bank Syariah (2020)Pengantar Manajemen Risiko Bank Syariah (2020)
Pengantar Manajemen Risiko Bank Syariah (2020)Aji Erlangga Martawireja
 

What's hot (8)

manajemen risiko pd kontrak bank syariah
manajemen risiko pd kontrak bank syariahmanajemen risiko pd kontrak bank syariah
manajemen risiko pd kontrak bank syariah
 
Manajemen Resiko Operasional Perbankan
Manajemen Resiko Operasional PerbankanManajemen Resiko Operasional Perbankan
Manajemen Resiko Operasional Perbankan
 
Manajemen Risiko Kontrak Perbankan Syariah
Manajemen Risiko Kontrak Perbankan SyariahManajemen Risiko Kontrak Perbankan Syariah
Manajemen Risiko Kontrak Perbankan Syariah
 
Manajemen Risiko Bagi Hasil Bank Syariah
Manajemen Risiko Bagi Hasil Bank SyariahManajemen Risiko Bagi Hasil Bank Syariah
Manajemen Risiko Bagi Hasil Bank Syariah
 
Bab 10
Bab 10Bab 10
Bab 10
 
BE & ; GG , Roni Nugroho, Hapzi Ali, Ethics and Business Review, Universitas ...
BE & ; GG , Roni Nugroho, Hapzi Ali, Ethics and Business Review, Universitas ...BE & ; GG , Roni Nugroho, Hapzi Ali, Ethics and Business Review, Universitas ...
BE & ; GG , Roni Nugroho, Hapzi Ali, Ethics and Business Review, Universitas ...
 
Pengantar Manajemen Risiko Bank Syariah (2020)
Pengantar Manajemen Risiko Bank Syariah (2020)Pengantar Manajemen Risiko Bank Syariah (2020)
Pengantar Manajemen Risiko Bank Syariah (2020)
 
manajemen risiko operasional (1)
manajemen risiko operasional (1)manajemen risiko operasional (1)
manajemen risiko operasional (1)
 

Viewers also liked

Viewers also liked (6)

Bab 7
Bab 7Bab 7
Bab 7
 
Bab 12
Bab 12Bab 12
Bab 12
 
Bab 8
Bab 8Bab 8
Bab 8
 
Bab 9
Bab 9Bab 9
Bab 9
 
teori perkembangan managemen
teori perkembangan managementeori perkembangan managemen
teori perkembangan managemen
 
Manajemen Resiko
Manajemen ResikoManajemen Resiko
Manajemen Resiko
 

Similar to Bab 11

Sosialisasi APU - PPT BPR NBP 31
Sosialisasi APU - PPT BPR NBP 31Sosialisasi APU - PPT BPR NBP 31
Sosialisasi APU - PPT BPR NBP 31PT. BPR NBP 31
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Risk Management, U...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Risk Management, U...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Risk Management, U...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Risk Management, U...Rachmad Hidayat
 
manajemen risiko kepatuhan beserta pertanyaan dan jawaban
manajemen risiko kepatuhan beserta pertanyaan dan jawabanmanajemen risiko kepatuhan beserta pertanyaan dan jawaban
manajemen risiko kepatuhan beserta pertanyaan dan jawabanSyafril Djaelani,SE, MM
 
Sim, dihan archika, hapzi ali, conceptual framework, universitas mercu buana,...
Sim, dihan archika, hapzi ali, conceptual framework, universitas mercu buana,...Sim, dihan archika, hapzi ali, conceptual framework, universitas mercu buana,...
Sim, dihan archika, hapzi ali, conceptual framework, universitas mercu buana,...Dihan Archika
 
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Risk Management, Un...
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Risk Management, Un...BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Risk Management, Un...
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Risk Management, Un...siti muliawati
 
7, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Issues In ...
7, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Issues In ...7, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Issues In ...
7, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Issues In ...rianafitri1
 
THE INTERNAL SYARIAH CONTROL SYSTEM cha & rizal.pptx
THE INTERNAL SYARIAH CONTROL SYSTEM cha & rizal.pptxTHE INTERNAL SYARIAH CONTROL SYSTEM cha & rizal.pptx
THE INTERNAL SYARIAH CONTROL SYSTEM cha & rizal.pptxhifi22
 
Sosialisasi APU-PPT PPPSPM.pptx
Sosialisasi APU-PPT PPPSPM.pptxSosialisasi APU-PPT PPPSPM.pptx
Sosialisasi APU-PPT PPPSPM.pptxproditrkj
 
Metode Pelaksanaan FRAUD RISK ASSESSMENT
Metode Pelaksanaan FRAUD RISK ASSESSMENTMetode Pelaksanaan FRAUD RISK ASSESSMENT
Metode Pelaksanaan FRAUD RISK ASSESSMENTKanaidi ken
 
Manajemen Risiko Bank Syariah Mata Kuliah Manajemen Lembaga Ekonomi Syariah.docx
Manajemen Risiko Bank Syariah Mata Kuliah Manajemen Lembaga Ekonomi Syariah.docxManajemen Risiko Bank Syariah Mata Kuliah Manajemen Lembaga Ekonomi Syariah.docx
Manajemen Risiko Bank Syariah Mata Kuliah Manajemen Lembaga Ekonomi Syariah.docxZukét Printing
 
Manajemen Risiko Bank Syariah Mata Kuliah Manajemen Lembaga Ekonomi Syariah.pdf
Manajemen Risiko Bank Syariah Mata Kuliah Manajemen Lembaga Ekonomi Syariah.pdfManajemen Risiko Bank Syariah Mata Kuliah Manajemen Lembaga Ekonomi Syariah.pdf
Manajemen Risiko Bank Syariah Mata Kuliah Manajemen Lembaga Ekonomi Syariah.pdfZukét Printing
 
14, si & pi,mislia, hapzi ali, si internal control over financing reporti...
14, si & pi,mislia, hapzi ali, si internal control over financing reporti...14, si & pi,mislia, hapzi ali, si internal control over financing reporti...
14, si & pi,mislia, hapzi ali, si internal control over financing reporti...Mislia lia
 
Kesehatan dan rahasia bank
Kesehatan dan rahasia bankKesehatan dan rahasia bank
Kesehatan dan rahasia bankRosita Dewi
 
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING , Un...
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING , Un...SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING , Un...
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING , Un...Ryan Julian
 
Pengendalian Fraud & Strategi Anti Fraud Multifinance
Pengendalian Fraud & Strategi Anti Fraud MultifinancePengendalian Fraud & Strategi Anti Fraud Multifinance
Pengendalian Fraud & Strategi Anti Fraud MultifinanceDemson Nathanael Sihaloho
 
5190111156_Daniel Audit Terhadap Saldo Kas.docx
5190111156_Daniel Audit Terhadap Saldo Kas.docx5190111156_Daniel Audit Terhadap Saldo Kas.docx
5190111156_Daniel Audit Terhadap Saldo Kas.docxDanielChaniago
 

Similar to Bab 11 (20)

Sosialisasi APU - PPT BPR NBP 31
Sosialisasi APU - PPT BPR NBP 31Sosialisasi APU - PPT BPR NBP 31
Sosialisasi APU - PPT BPR NBP 31
 
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Risk Management, U...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Risk Management, U...BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Risk Management, U...
BE & GG, Rachmad Hidayat, Hapzi Ali, Ethics and Business - Risk Management, U...
 
manajemen risiko kepatuhan beserta pertanyaan dan jawaban
manajemen risiko kepatuhan beserta pertanyaan dan jawabanmanajemen risiko kepatuhan beserta pertanyaan dan jawaban
manajemen risiko kepatuhan beserta pertanyaan dan jawaban
 
Sim, dihan archika, hapzi ali, conceptual framework, universitas mercu buana,...
Sim, dihan archika, hapzi ali, conceptual framework, universitas mercu buana,...Sim, dihan archika, hapzi ali, conceptual framework, universitas mercu buana,...
Sim, dihan archika, hapzi ali, conceptual framework, universitas mercu buana,...
 
global-warming.ppt
global-warming.pptglobal-warming.ppt
global-warming.ppt
 
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Risk Management, Un...
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Risk Management, Un...BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Risk Management, Un...
BE & GG, Siti Muliawati, Hapzi Ali, Business Ethics & GG; Risk Management, Un...
 
7, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Issues In ...
7, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Issues In ...7, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Issues In ...
7, BE & GG, Riana Fitri, Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA, Ethical Issues In ...
 
THE INTERNAL SYARIAH CONTROL SYSTEM cha & rizal.pptx
THE INTERNAL SYARIAH CONTROL SYSTEM cha & rizal.pptxTHE INTERNAL SYARIAH CONTROL SYSTEM cha & rizal.pptx
THE INTERNAL SYARIAH CONTROL SYSTEM cha & rizal.pptx
 
sum3.docx
sum3.docxsum3.docx
sum3.docx
 
Sosialisasi APU-PPT PPPSPM.pptx
Sosialisasi APU-PPT PPPSPM.pptxSosialisasi APU-PPT PPPSPM.pptx
Sosialisasi APU-PPT PPPSPM.pptx
 
Materi training arm
Materi training armMateri training arm
Materi training arm
 
Metode Pelaksanaan FRAUD RISK ASSESSMENT
Metode Pelaksanaan FRAUD RISK ASSESSMENTMetode Pelaksanaan FRAUD RISK ASSESSMENT
Metode Pelaksanaan FRAUD RISK ASSESSMENT
 
Manajemen Risiko Bank Syariah Mata Kuliah Manajemen Lembaga Ekonomi Syariah.docx
Manajemen Risiko Bank Syariah Mata Kuliah Manajemen Lembaga Ekonomi Syariah.docxManajemen Risiko Bank Syariah Mata Kuliah Manajemen Lembaga Ekonomi Syariah.docx
Manajemen Risiko Bank Syariah Mata Kuliah Manajemen Lembaga Ekonomi Syariah.docx
 
Manajemen Risiko Bank Syariah Mata Kuliah Manajemen Lembaga Ekonomi Syariah.pdf
Manajemen Risiko Bank Syariah Mata Kuliah Manajemen Lembaga Ekonomi Syariah.pdfManajemen Risiko Bank Syariah Mata Kuliah Manajemen Lembaga Ekonomi Syariah.pdf
Manajemen Risiko Bank Syariah Mata Kuliah Manajemen Lembaga Ekonomi Syariah.pdf
 
14, si & pi,mislia, hapzi ali, si internal control over financing reporti...
14, si & pi,mislia, hapzi ali, si internal control over financing reporti...14, si & pi,mislia, hapzi ali, si internal control over financing reporti...
14, si & pi,mislia, hapzi ali, si internal control over financing reporti...
 
Kesehatan dan rahasia bank
Kesehatan dan rahasia bankKesehatan dan rahasia bank
Kesehatan dan rahasia bank
 
Manajemen Resiko Bank
Manajemen Resiko BankManajemen Resiko Bank
Manajemen Resiko Bank
 
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING , Un...
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING , Un...SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING , Un...
SI&PI, RYAN JULIAN, HAPZI ALI, INTERNAL CONTROL OVER FINANCIAL REPORTING , Un...
 
Pengendalian Fraud & Strategi Anti Fraud Multifinance
Pengendalian Fraud & Strategi Anti Fraud MultifinancePengendalian Fraud & Strategi Anti Fraud Multifinance
Pengendalian Fraud & Strategi Anti Fraud Multifinance
 
5190111156_Daniel Audit Terhadap Saldo Kas.docx
5190111156_Daniel Audit Terhadap Saldo Kas.docx5190111156_Daniel Audit Terhadap Saldo Kas.docx
5190111156_Daniel Audit Terhadap Saldo Kas.docx
 

More from Ridwan Munir

Uzlah menurut dr wahbah az
Uzlah menurut dr wahbah azUzlah menurut dr wahbah az
Uzlah menurut dr wahbah azRidwan Munir
 
Pengantar ekonomi mikro islami
Pengantar ekonomi mikro islamiPengantar ekonomi mikro islami
Pengantar ekonomi mikro islamiRidwan Munir
 
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariah
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariahEkonomi+islam+dan+perbankan+syariah
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariahRidwan Munir
 
Mikro ekonomi islam
Mikro ekonomi islamMikro ekonomi islam
Mikro ekonomi islamRidwan Munir
 
Manajemen keuangan syariah
Manajemen keuangan syariahManajemen keuangan syariah
Manajemen keuangan syariahRidwan Munir
 
Bab 3 sisi syariah dalam pembiayaan
Bab 3 sisi syariah dalam pembiayaanBab 3 sisi syariah dalam pembiayaan
Bab 3 sisi syariah dalam pembiayaanRidwan Munir
 
Bab 2 sejarah islamic manajemen
Bab 2 sejarah islamic manajemenBab 2 sejarah islamic manajemen
Bab 2 sejarah islamic manajemenRidwan Munir
 
bab1 sejarah pembiayaan
bab1 sejarah pembiayaanbab1 sejarah pembiayaan
bab1 sejarah pembiayaanRidwan Munir
 

More from Ridwan Munir (14)

Uzlah menurut dr wahbah az
Uzlah menurut dr wahbah azUzlah menurut dr wahbah az
Uzlah menurut dr wahbah az
 
Pengantar ekonomi mikro islami
Pengantar ekonomi mikro islamiPengantar ekonomi mikro islami
Pengantar ekonomi mikro islami
 
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariah
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariahEkonomi+islam+dan+perbankan+syariah
Ekonomi+islam+dan+perbankan+syariah
 
Mikro ekonomi islam
Mikro ekonomi islamMikro ekonomi islam
Mikro ekonomi islam
 
Manajemen risiko
Manajemen risikoManajemen risiko
Manajemen risiko
 
Manajemen keuangan syariah
Manajemen keuangan syariahManajemen keuangan syariah
Manajemen keuangan syariah
 
Manajemen syariah
Manajemen syariahManajemen syariah
Manajemen syariah
 
Bab 6
Bab 6Bab 6
Bab 6
 
Bab 5
Bab 5Bab 5
Bab 5
 
Bab 4
Bab 4Bab 4
Bab 4
 
Bab 3
Bab 3 Bab 3
Bab 3
 
Bab 3 sisi syariah dalam pembiayaan
Bab 3 sisi syariah dalam pembiayaanBab 3 sisi syariah dalam pembiayaan
Bab 3 sisi syariah dalam pembiayaan
 
Bab 2 sejarah islamic manajemen
Bab 2 sejarah islamic manajemenBab 2 sejarah islamic manajemen
Bab 2 sejarah islamic manajemen
 
bab1 sejarah pembiayaan
bab1 sejarah pembiayaanbab1 sejarah pembiayaan
bab1 sejarah pembiayaan
 

Recently uploaded

Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaWahyuKamilatulFauzia
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptxObyMoris1
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxDasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxadel876203
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppttami83
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxHakamNiazi
 
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptxmatematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptxArvaAthallahSusanto
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 

Recently uploaded (20)

Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptxDasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
Dasar Dasar Perpajakan dalam mata kuliah pajak.pptx
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
 
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptxmatematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
matematika dilatasi (1) (2) (1) (1).pptx
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 

Bab 11

  • 1. ISLAMIC FINANCIAL MANAGEMENT BAB 11 PROTEKSI PEMBIAYAAN Prof.Dr.H. Veitzhal Rivai, M.B.A. Andria Permata Veitzhal. B.Acct., M.B.A.
  • 2. Pendahuluan Dalam bab ini secara khusus akan dijelaskan berbagai rambu yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh account officer atau petugas lainnya. Dengan adanya ramburambu ini, diharapkan setiap bank lebih meningkatkan kehati-hatiannya dalam penyaluran pembiayaan, sehingga tidak mengalami kerugian di kemudian hari.
  • 4. Prinsip Kehati-hatian Firman AllaH swt   Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (QS Al-Maa’idah [5]: 49) Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (QS Al-Maa’idah [5]: 92)
  • 5. Prinsip Mengenal Customer   Salah satu kewajiban yang wajib dipenuhi adalah tentang keharusan penerapan “prinsip mengenal customer” (Know Your Customer Principles). Prinsip mengenal customer merupakan suatu hal yang baru. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pedoman dalam rangka pelaksanaannya. Menyadari adanya kebutuhan tersebut, perlu dibentuk task force untuk menyusun suatu pedoman standar penerapan prinsip mengenal customer yang untuk selanjutnya disebut dengan ”pedoman standar”. Dalam menyusun pedoman standar ini, task force banyak mengacu kepada international best practises. Dengan adanya pedoman standar ini, diharapkan dapat menyusun suatu pedoman pelaksanaan yang memenuhi persyaratan minimum yang ditetapkan dalam ketentuan tentang penerapan prinsip mengenal customer.
  • 6. Salah satu syarat efektivnya penerapan prinsip mengenal customer kesamaan persepsi dan pemahaman oleh perbankan, masyarakat pengguna jasa, instansi terkait, dan aparat penegak hukum mengenai pentingnya penerapan prinsip tersebut  Salah satu upaya yang saat ini tengah dilakukan adalah komunikasi dan sosialisasi secara intensif dan berkesinambungan dengan masyarakat luas. 
  • 7. Upaya mendukung pelaksanaan prinsip mengenal costumer  Bank wajib membentuk unit kerja penerapan prinsip mengenal customer (UKPN) atau menunjuk pejabat yang bertanggung jawab atas penerapan prinsip mengenal customer.
  • 8. Tugas pokok UKPN yang bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas UKPN adalah:       Memastikan ada pengembangan sistem identifikasi customer dan transaksi keuangan mencurigakan. Memantau penginian profil customer dan profil transaksinya, termasuk identifikasi dan pemantauan customer yang dianggap memunyai risiko tinggi. Melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap pelaksanaan kebijakan prinsip mengenal customer oleh unit-unit kerja terkait. Menerima dan melakukan analisis atas laporan transaksi keuangan mencurigakan yang disampaikan oleh unit-unit kerja terkait. Menyusun laporan transaksi keuangan mencurigakan untuk disampaikan kepada PPATK. Memantau, menganalisis, dan merekomendasi kebutuhan training prinsip mengenal customer bagi para pejabat dan staff.
  • 9. Kebijakan tentang penerimaan dan identifikasi calon customer 1. Permintaan informasi mengenai calon customer antara lain:     Identitas calon customer. Maksud dan tujuan hubungan usaha yang akan dilakukan oleh calon customer. Informasi lain yang memungkinkan agar dapat mengetahui profil calon customer. Identitas pihak lain, dalam hal calon customer bertindak untuk dan atas nama pihak lain
  • 10. Kebijakan tentang penerimaan dan identifikasi calon customer 2. 3. 4. 5. Permintaan bukti-bukti identitas dan dokumen pendukung informasi dari calon customer. Penelitian atas kebenaran bukti-bukti identitas dan dokumen pendukung informasi dari calon customer. Pertemuan dengan calon customer dilakukan sekurang-kurangnya pada saat pembukaan rekening termasuk pembukaan rekening secara elektronis. Apabila dipandang perlu, dapat dilakukan wawancara dengan calon customer untuk memeroleh keyakinan atas kebenaran informasi, bukti-bukti identitas dan dokumen pendukung calon customer.
  • 11. Kebijakan tentang penerimaan dan identifikasi calon customer 6. Menolak untuk membuka rekening dan atau menolak melaksanakan transaksi dengan calon customer yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Diketahui menggunakan identitas dan atau memberikan informasi yang tidak benar; atau b. berbentuk shell banks yang mengizinkan rekeningnya digunakan oleh shell banks.
  • 12. Kebijakan tentang pemantauan rekening dan transaksi customer 1. 2. 3. Penatausahaan dokumen yang berkaitan dengan identitas customer, termasuk perantara dan/atau kuasa pihak lain (beneficial owner), dalam jangka waktu sekurangkurangnya 5 (lima) tahun sejak customer menutup rekening; penatausahaan dokumen untuk customer yang tidak memiliki rekening (walk-in customer) sekurangkurangnya 5 (lima) tahun sejak transaksi dilakukan. Penginian (updating) data dalam hal terdapat perubahan dokumen yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 di atas Pengembangan sistem informasi yang secara efektif dapat membantu petugas bank dalam melakukan identifikasi, analisis, pemantauan, dan penyediaan laporan mengenai transaksi yang dilakukan oleh customer.
  • 14. Tujuan       Penerapan manajemen risiko dapat meningkatkan shareholder value, Memberikan gambaran kepada pengelola mengenai kemungkinan kerugian di kemudian hari, Meningkatkan metode dan proses pengambilan keputusan yang sistematis yang didasarkan atas ketersediaan informasi, Digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja, Digunakan untuk menilai risiko yang melekat pada instrumen atau kegiatan usaha yang relatif kompleks serta menciptakan insfrastruktur menajemen risiko yang kokoh dalam rangka meningkatkan daya saing. Bagi otoritas pengawasan, penerapan manajemen risiko akan mempermudah penilaian terhadap kemungkinan kerugian yang dihadapi yang dapat memengaruhi permodalan dan sebagai salah satu dasar penilaian dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan.
  • 15. Esensi dari penerapan manajemen risiko Adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan risiko sehingga kegiatan usaha tetap dapat terkendali (manageable) pada batas/limit yang dapat diterima serta menguntungkan.
  • 16. Proses penerapan manajemen risiko 1. 2. Tahap awal harus secara tepat mengidentifikasikan risiko dengan cara mengenal dan memahami seluruh risiko yang sudah ada (inherent risks) maupun yang mungkin timbul dari suatu bisnis baru, termasuk risiko yang bersumber dari perusahaan terkait dan afiliasi lainnya. Selanjutnya secara berturut-turut perlu melakukan pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko.
  • 17. Pengawasan Aktif Komisaris dan Direksi a. Kewenangan dan Tanggung Jawab Pengurus Lembaga Keuangan  Lembaga keuangan wajib menetapkan wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada setiap jenjang jabatan yang terkait dengan penerapan manajemen risiko. Wewenang dan tanggung jawab komisaris, sekurangnya meliputi: (1) menyetujui dan mengevaluasi kebijakan manajemen risiko; (2) mengevaluasi pertanggungjawaban direksi atas pelaksanaan manajemen risiko; dan (3) mengevaluasi dan memutuskan permohonan dan usulan direksi yang berkaitan dengan transaksi atau kegiatan usaha yang melampaui kewenangan direksi untuk memutuskan sehingga memerlukan persetujuan dewan komisaris.
  • 18. a. Kewenangan dan Tanggung Jawab Pengurus Lembaga Keuangan  Wewenang dan tanggung jawab direksi, sekurangnya meliputi: (1) menyetujui kebijakan dan strategi manajemen risiko secara tertulis dan komprehensif, termasuk penetapan dan persetujuan limit risiko secara keseluruhan, per jenis risiko dan per aktivitas fungsional (kegiatan usaha) bank; (2) bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan manajemen risiko dan eksposur risiko; (3) mengevaluasi dan memutuskan transaksi yang melampaui kewenangan; (4) mengembangkan budaya manajemen risiko pada seluruh jenjang organisasi; (5) memastikan peningkatan kompetensi SDM yang terkait dengan penerapan manajemen risiko; (6) memastikan bahwa fungsi manajemen risiko telah diterapkan secara independen; dan (7) melaksanakan kaji ulang secara berkala dengan frekuensi yang disesuaikan kebutuhan.
  • 19. b. Sumber Daya Manusia  Lembaga keuangan harus menetapkan standar kualitas SDM setiap jenjang jabatan yang terkait dengan penerapan manajemen risiko.  Lembaga keuangan harus meningkatkan kompetensi dan integritas SDM dengan meningkatkan kualitas.  Lembaga keuangan harus meningkatkan kualitas SDM yang diterima disertai dengan pelatihan sesuai dengan kebutuhan.  Penempatan SDM kompeten sesuai dengan kebutuhan.  SDM harus memahami secara baik tetang risiko operasional bank, paham dengan baik faktor risiko yang relevan sesuai dengan kondisi pasar, serta memiliki pengalaman yang memadai.
  • 20. Pedoman Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan  Organisasi dan Fungsi Manajemen Risiko 1. Umum a. Agar menajemen risiko efektif dalam penerapan, bank harus menyusun struktur organisasi yang tepat. b. Struktur organisasi harus independen terhadap satuan kerja yang melakukan fungsi pengendalian intern dan terhadap satuan kerja manajemen risiko. c Lembaga keuangan wajib membentuk komite manajemen risiko dan satuan kerja manajemen risiko
  • 21. Organisasi dan Fungsi Manajemen Risiko 2. Komite Manajemen Risiko a. Keanggotaan komite manajemen risiko dapat bersifat tetap atau tidak tetap sesuai kebutuhan lembaga keuangan. b. Keanggotaan komite manajemen risiko sekurangnya terdiri dari mayoritas direksi dan pejabat eksekurif terkait. c. Wewenang dan tanggung jawab komite manajemen risiko memberikan rekomendasi kepada direktur utama, yang sekurangnya dalam hal: (1) penyusunan kebijakan manajemen risiko serta perubahannya; (2) perbaikan atau penyempurnaan penerapan manajemen risiko yang dilakukan secara berkala ataupun insidentil; (3) penetapan atas hal-hal yang terkait dengan keputusan bisnis yang menyimpang dari prosedur normal.
  • 22. Organisasi dan Fungsi Manajemen Risiko 3. Satuan Kerja Manajemen Risiko a. Struktur organisasi satuan kerja manajemen risiko disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas usaha lembaga keuangan serta risiko yang melekat pada lembaga keuangan. b. Struktur organisasi satuan kerja manajemen risiko harus mencerminkan karakteristik usaha kembaga keuangan. c. Posisi pejabat yang memimpin satuan kerja manajemen risiko setingkat atau tidak setingkat dengan posisi jabatan pimpinan satuan kerja operasional, tetapi dalam praktiknya bertanggung jawab langsung kepada direktur utama atau direktur yang ditugaskan khusus untuk itu. d. Satuan kerja manajemen risiko harus independen terhadap satuan kerja operasional.
  • 23. Organisasi dan Fungsi Manajemen Risiko e. Wewenang dan tanggung jawab satuan kerja manajemen risiko meliputi: (1) memantau implementasi strategi manajemen risiko yang direkomendasikan oleh komite manajemen risiko dan telah disetujui oleh direksi; (2) memantau posisi risiko secara keseluruhan; (3) penerapan stress testing guna mengetahui dampak dari implementasi kebijakan dan strategi manajemen risiko terhadap setiap satuan kerja operasional; (3) pengkajian usulan aktivitas dan atau produk baru; (4) rekomendasi mengenai besaran atau maksimum eksposur risiko yang wajib dipelihara bank kepada satuan kerja operasional dan komite manajemen risiko; dan (5) evaluasi terhadap penyampaian laporan profil risiko kepada direktur utama dan komite manajemen risiko secara berkala.
  • 24. Organisasi dan Fungsi Manajemen Risiko f. Satuan kerja manajemen risiko bertanggung jawab langsung kepada direktur utama atau kepada direktur yang ditugaskan secara khusus. g.Satuan kerja operasional wajib menginformasikan eksposur risiko yang melekat pada satuan kerja yang bersangkutan kepada satuan kerja manajemen risiko secara berkala.
  • 25. Pedoman Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan  Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit 1. Kebijakan manajemen risiko merupakan arahan tertulis dalam menerapkan manajemen risiko dan harus sejalan dengan visi, misi, dan rencana strategis bank, serta lebih terfokus pada risiko yang relevan pada aktivitas fungsional bank 2. Penerapan kebijakan manajemen risiko, antara lain dengan menyusun strategi manajemen risiko untuk memastikan bahwa: (a) Lembaga keuangan harus mempertahankan eksposur risiko yangs sesuai dengan kebijakan, prosedur intern,dan peraturan yang berlaku. (b) Lembaga keuangan dikelola oleh SDM yang kompeten dan berkualitas.
  • 26. Pedoman Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan 3. Kebijakan manajemen risiko,sekurangnya memuat: (a) Penetapan risiko yang terkait dengan produk dan transaksi yang didasarkan atas hasil analisis terhadap risiko yang melekat pada setiap produk dan transaksi yang telah dan akan dilakukan sesuai dengan nature dan kompleksitas usaha. (b) Penetapan penggunaan metode pengukuran dan sistem informasi manajemen risiko dalam mengkalkulasi secara tepat eksposur risiko pada setiap produk dan transaksi perbankan serta aktivitas operasional (c) Penentuan limit dan penetapan toleransi risiko yang merupakan batasan potensi kerugian yang mampu diserap oleh kemampuan permodalan dan sarana pemantauan terhadap perkembangan eksposur risiko. (d) Penerapan sistem pengendalian intern dalam penerapan manajemen risiko guna memastikan kepatuhan terhadap ketentuan ekstern dan intern yang berlaku (compliance risks), tersedianya informasi manajemen dan keuangan, efektivitas dan efisiensi kegiatan operasional, serta efektivitas budaya risiko pada setiap jenjang organisasi. (e) Penetapan penilaian peringkat risiko sebagai dasar untuk menentukan langkah perbaikan terhadap produk, transaksi perbankan, dan area aktivitas fungsional tertentu, serta untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan kebijakan dan strategi manajemen risiko. (f) Penyusunan rencana darurat atas kemungkinan kondisi eksternal dan internal terburuk, sehingga keberlangsungan usaha dapat dipertahankan
  • 27. Pedoman Penerapan Manajemen Risiko Pembiayaan 4. Penerapan strategi manajemen risiko juga harus mempertimbangkan kondisi keuangan, organisasi, dan juga risiko yang timbul akibat peubahan faktor eksternal dan fakor internal. 5. Dalam penyusunan prosedur dan penetapan limit risiko, wajib memerhatikan risk appetite berdasarkan pengalaman yang dimiliki dalam mengelola risiko. 6. Prosedur dan penetapan limit risiko sekurang-kurangnya mencakup: (a) Akuntabilitas dan jenjang delegasi wewenang yang jelas. (b) Dokumentasi prosedur dan penetapan limit secara memadai untuk memudahkan pelaksanaan kaji ulang dan jejak audit. (c) Pelaksanaan kaji ulang terhadap prosedur dan penetapan limit secara berkala sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun atau frekuensi yang lebih sering, sesuai dengan jenis risiko, kebutuhan, dan perkembangan. 7. Penetapan limit didasarkan atas limit secara keseluruhan, limit per jenis risiko, dan limit per aktivitas tertentu yang memiliki eksposur risiko.
  • 28. Proses Penerapan Manajemen Risiko 1. Identifikasi Risiko Tujuan dilakukannya identifikasi risiko adalah identifikasi seluruh jenis risiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional yang berpotensi merugikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan identifikasi risiko, antara lain: (a) Bersifat proaktif. (b) Mencakup seluruh aktivitas fungsional (kegiatan operasional). (c) Menggabungkan dan menganalisis informasi risiko dari seluruh sumber informasi yang tersedia. (d) Menganalisis probabilitas timbulnya risiko serta konsekuensinya.
  • 29. Proses Penerapan Manajemen Risiko 2. Pengukuran Risiko Pendekatan pengukuran risiko digunakan untuk mengukur profil risiko guna memeroleh gambaran efektivtas penerapan manajemen risiko. (a) Pendekatan tersebut harus dapat mengukur:      Sensitivitas produk/aktivitas terhadap perubahan faktorfaktor yang memengaruhinya, baik dalam kondisi normal maupun tidak normal. Kecenderungan perubahan faktor-faktor dimaksud berdasarkan fluktuasi perubahan yang terjadi di masa lalu dan korelasinya. Faktor risiko secara individual. Eksposur risiko secara keseluruhan (aggregate), dengan mempertimbangkan risk correlation. Seluruh risiko yang melekat pada seluruh transaksi serta produk perbankan dan dapat diintegrasikan ke dalam sistem informasi manajemen.
  • 30. Proses Penerapan Manajemen Risiko (b) Metode pengukuran risiko dapat dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif. (c) Bagi yang memiliki ukuran dan kompleksitas usaha yang tinggi dapat mengembangkan dan menggunakan metode internal. (d) Metode yang digunakan dalam pengukuran risiko harus dikaitkan dengan jenis, skala, kompleksitas kegiatan usaha, kemampuan sistem pengumpulan data, serta kemampuan direksi dan pejabat eksekutif terkait memahami keterbatasan dari hasil akhir sistem pengukuran risiko yang digunakan. (e) Metode pengukuran risiko harus dipahami secara jelas oleh karyawan yang terkait dalam pengendalian risiko, antara lain treasury manager, chief dealer, komite manajemen risiko, satuan kerja manajemen risiko, dan direktur bidang terkait.
  • 31. Proses Penerapan Manajemen Risiko 3. Pemantauan dan Limit Risiko (a) Sebagai bagian dari penerapan pemantauan risiko, maka limit risiko sekurangnya:     Tersedia limit secara individual dan keseluruhan/konsolidasi. Memerhatikan kemampuan modal untuk menyerap eksposur risiko atau kerugian yang timbul, dan tinggi rendahnya eksposur. Mempertimbangkan pengalaman kerugian di masa lalu dan kemampuan SDM. Memastikan bahwa posisi yang melampaui limit yang telah ditetapkan mendapat perhatian satuan kerja manajemen risiko, komite manajemen risiko, dan direksi.
  • 32. Proses Penerapan Manajemen Risiko (b)Penetapan jenis limit meliputi:          Transaksi (transaction limit/product limit). Mata uang (currency limit). Volume transksi (turnover limit). Posisi terbuka (open position limit). Kerugian (cut loss limit). Intrahari (intraday limit). Customer dan counterparty (individual borrower and counterparty limit). Pihak terkait (connected parties limit). Industri/sektor ekonomi dan wilayah (industry/economic sector and geographic limit)
  • 33. Proses Penerapan Manajemen Risiko (c) Penetapan limit dilakukan oleh satuan kerja operasional terkait, yang selanjutnya direkomendasikan kepada satuan kerja manajemen risiko untuk mendapat persetujuan direksi melalui komite manajemen risiko atau direksi sesuai dengan kewenangannya masing-masing. (d) Penetapan limit dilakukan dengan tetap memerhatikan ketentuan yang berlaku. (e) Dalam hal terjadi pelampauan limit, maka harus segera melakukan penyesuaian dan antisipasi pelampauan tersebut sehingga tidak memengaruhi jumlah alokasi modal atas risiko yang telah ditetapkan sebelumnya. (f) Setiap pelampauan limit harus dapat diidentifikasi dengan segera dan ditindaklanjuti oleh direksi. Pelampauan limit hanya dapat dilakukan apabila mendapat otorisasi dari direksi atau pejabat yang berwenang, sesuai dengan ketentuan dan prosedur intern. (g) Harus menyiapkan sistem backup dan prosedur yang efektif untuk mencegah terjadinya gangguan dalam proses pemantauan risiko, dan melakukan pengecekan serta penilaian kembali secara berkala terhadap sistem backup tersebut.
  • 34. Proses Penerapan Manajemen Risiko 4. Sistem Informasi Manajemen Risiko (a) Ini merupakan bagian dari sistem informasi manajemen yang harus dimiliki dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, dalam rangka penerapan manajemen risiko yang efektif. (b) Sebagai bagian dari proses manajemen risiko, maka harus memiliki sistem informasi manajemen risiko yang dapat memastikan:    Terukurnya eksposur risiko secara akurat, informatif, dan tepat waktu, baik eksposur risiko secara keseluruhan/komplit, eksposur per jenis risiko yang melekat pada kegiatan usaha, maupun eksposur risiko per jenis aktivitas fungsional. Dipatuhinya penerapan manajemen risiko terhadap kebijakan, prosedur, dan penetapan limit risiko. Tersedianya hasil (realisasi) penerapan manajemen risiko dibandingkan dengan target yang ditetapkan sesuai dengan kebijakan dan strategi penerapan manajemen risiko.
  • 35. Proses Penerapan Manajemen Risiko (c) Sebagai salah satu output sistem informasi manajemen risiko, laporan eksposur risiko disusun secara berkala oleh satuan kerja manajemen risiko atau sekelompok petugas yang diberi wewenang dan bersifat independen terhadap unit kerja yang melakukan kegiatan operasional. (d) Laporan ke tingkat manajemen di luar direksi terkait dan komite manajemen risiko dapat disampaikan dengan frekuensi yang lebih lama, tetapi tetap harus mampu memberikan informasi yang memadai bagi pihak-pihak tersebut untuk dapat melakukan penilaian terhadap perubahan profil risiko. (e) Sistem informasi manajemen risiko harus dapat menerjemahkan risiko yang diukur dengan fromat teknis kuantitatif sehingga menjadi format kualitatif yang mudah dipahami oleh direksi. (f) Dalam mengembangkan teknologi sistem informasi dan software baru, harus dipastikan bahwa penerapan sistem informasi dan teknologi baru tersebut tidak akan menimbulkan gangguan.
  • 36. Proses Penerapan Manajemen Risiko (g) Apabila memutuskan untuk menugaskan pihak ketiga dalam pengembangan software dan penyempurnaan sistem, harus dipastikan bahwa keputusan menunjuk pihak ketiga itu dilakukan secara objektif dan independen. Dalam penjanjian harus dicantumkan klausul mengenai pemeliharaan dan upgrade serta langkah antisipasi guna mencegah gangguan yang mungkin terjadi dalam pengoperasiannya. (h) Sebelum penerapan sistem informasi manajemen yang baru, harus dilakukan pengujian untuk memastikan bahwa proses dan output yang dihasilkan telah melalui proses pengembangan, pengujian dan penilaian kembali secara efektif dan akurat, serta harus memastikan bahwa data historis akuntansi dan manajemen dapat diakses oleh sistem/software baru tersebut dengan baik. (i) Dalam hal mengembangkan suatu sistem/software baru, sistem tersebut harus berfungsi dan dirancang sehingga secara otomatis dan efektif dapat memenuhi keperluan pelaporan yang diwajibkan oleh otoritas berwenang. (j) Harus menatausahakan dan menginikan dokumentasi sistem yang memuat perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), database, parameter, tahapan proses, asumsi yang digunakan, sumber data, dan output yang dihasilkan sehingga memudahkan pengendalian melekat (built-in controls) dan pelaksanaan jejak audit (audit trail).
  • 37. Proses Penerapan Manajemen Risiko 5. Pengendalian resiko (a) Pelaksanaan proses pengendalian risiko harus digunakan untuk mengelola risiko tertentu, terutama yang dapat membahayakan kelangsungan usaha. (b) Pengendalian risiko dapat dilakukan, antara lain dengan cara hedging dan metode mitigari risiko lain seperti penerbitan garansi, sekuritisasi aset, dan credit derivatives, serta penambahan modal untuk menyerap potensi kerugian.
  • 38. Proses Penerapan Manajemen Risiko 6. Penggunanaan model pengukuan resiko (a) Jenis model pengukuran risiko utama seperti risiko pembiayaan, risiko pasar, dan risiko operasional, yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan bank, ukuran, dan kompleksitas usaha, serta manfaat yang diperoleh dalam menggunakan model tersebut untuk proyeksi potential loss dari setiap risiko. (b) Apabila melakukan back-testing terhadap model internal seperti credit scoring tools, value at risk (VAR), dan stress testing untuk eksposur yang mengandung risiko tertentu, maka harus menggunakan data historis/parameters series dan asumsi yang disusun sendiri.
  • 39. Proses Penerapan Manajemen Risiko (c) Bagi yang menggunakan model internal (internal model) dalam pengukuran risiko, sekurang-kurangnya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:      Isi dan kualitas data yang dibuat atau dipelihara harus sesuai dengan standar umum yang berlaku sehingga memungkinkan hasil statistik yang reliable. Tersedianya sistem informasi manajemen yang memungkinkan sistem tersebut mengambil (retrive) data dan informasi yang layak dan akurat pada saat yang tepat. Tersedianya sistem yang dapat meng-capture data risiko pada seluruh posisi. Tersedianya dokumentasi dari sumber data yang digunakan untuk keperluan proses pengukuran risiko. Database dan proses penyimpanan data harus merupakan bagian dari rancangan sistem guna mencegah terputusnya series data statistik.
  • 40. Proses Penerapan Manajemen Risiko (d) Dalam rangka mengatasi kelemahan yang dapat timbul atas penggunaan model pengukuran risiko tertentu, maka harus dilakukan validasi model itu oleh pihak internal maupun eksternal yang independen terhadap satuan kerja yang mengaplikasikannya. (e) Validasi model merupakan suatu proses:   Evaluasi terhadap internal logic suatu model tertentu dengan cara verifikasi keakurasian matematikal. Membandingkan prediksi model dengan peritiswa setelah tanggal posisi tertentu. (f) Membandingkan model satu dengan model lain yang ada, baik internal maupun eksternal, apabila tersedia.
  • 41. Proses Penerapan Manajemen Risiko (g) Validasi juga harus dilakukan terhadap model baru, baik yang dikembangkan sendiri harus dilakukan evaluasi yang lebih intensif, terutama dalam hal terjadi perubahan kondisi pasar yang signifikan. (h) Proses pengukuran risiko harus secara jelas memuat proses validasi, frekuensi validasi, persyaratan dokumentasi data dan informasi, persyaratan evaluasi terhadap asumsi-asumsi yang digunakan, sebelum suatu model diaplikasikan
  • 42. Proses Penerapan Manajemen Risiko 7. Stress testing (a) Stress testing dirancang untuk melengkapi penerapan pengukuran risiko dengan cara mengestimasi potensi kerugian ekonomis pada kondisi pasar yang tidak normal guna melihat sensitivitas kinerja bank terhadap perubahan faktor risiko mengidentifikasi pengaruh yang berdampak signifikan terhadap portofolio. (b) Dalam melakukan stress testing, sistem pengkuran risiko harus cukup fleksibel untuk memfasilitasi berbagai macam skenario yang dijalankan. Asumsi yang digunakan dalam stress testing harus secara cermat dikembangkan untuk menguji kecenderungan kondisi portofolio. Perlu melakukan stress testing berdasarkan pengalaman kerugian terbesar yang dialami pada masa lalu (large historical market moves).
  • 43. Proses Penerapan Manajemen Risiko (c) Analisis stress testing harus dapat menguantifikasi besarnya potensi kerugian sehingga memungkinkan untuk melihat dampak terburuk dari berbagai perubahan yang terjadi terhadap pendapatan dan permodalan. Hasil stress testing termasuk penggunaan asumsi yang dilakukan oleh satuan kerja manajemen risiko harus disampaikan kepada direksi secara berkala. (d) Dalam stress testing harus dilakukan pula analisis kuantitatif mengenai tindakan dan keputusan yang akan diambil oleh direksi atau pejabat terkait guna mengantisipasi kemungkinan yang terburuk (worst case scenario).
  • 44. Pengendalian Intern dalam Penerapan Manajemen Risiko 1. Cakupan    Kesesuaian antara sistem pengendalian intern dengan jenis dan tingkat risiko yang melekat pada kegiatan usaha. Penetapan wewenang dan tanggung jawab untuk pemantauan kepatuhan kebijakan, prosedur, dan limit. Penetapan jalur pelaporan dan pemisah fungsi yang dari satuan kerja operasional kepada satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian.
  • 45. Pengendalian Intern dalam Penerapan Manajemen Risiko        Struktur organisasi yang menggambarkan secara jelas kegiatan usaha. Pelaporan keuangan dan kegiatan operasional yang akurat dan tepat waktu. Kecukupan prosedur untuk memastikan kepatuhan terhadap ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku. Review yang efektif, independen, dan objektif terhadap prosedur penilaian kegiatan operasional. Pengujian dan review yang memadai terhadap sistem informasi manajemen. Dokumentasi secara lengkap dan memadai terhadap cakupan, prosedur operasional, temuan audit, serta tanggapan pengurus berdasarkan hasil audit. Verifikasi dan review secara berkala dan berkesinambungan terhadap penanganan kelemahan bank yang bersifat material dan tindakan pengurus untuk memperbaiki penyimpangan yang terjadi.
  • 46. Pengendalian Intern dalam Penerapan Manajemen Risiko 2 Kaji ulang Penerapan Manajemen Risiko, meliputi: (a) Penerapan manajemen risiko harus dikaji dan dievaluasi secara berkala sekurangkurangnya setiap tahun oleh risk manager atau petugas pada satuan kerja manajemen risiko dan internal auditor pada satuan kerja audit intern (SKA). (b) Frekuensi dan cakupan kaji ulang dan evaluasi dapat ditingkatkan intensitasnya berdasarkan perkembangan eksposur risiko bank, perubahan pasar, dan metode pengukuran dan pengelolaan risiko.
  • 47. Pengendalian Intern dalam Penerapan Manajemen Risiko (c) Khusus untuk kaji ulang dan evaluasi terhadap pengukuran risiko sekurang-kurangnya mencakup:      Metode, asumsi, dan variabel yang digunakan untuk mengukur risiko dan menetapkan limit eksposur risiko. Perbandingan antara hasil dari metode pengukuran risiko yang menggunakan simulasi atau proyeksi di masa datang dengan hasil aktual. Perbandingan antara asumsi yang digunakan dalam metode dimaksud dan kondisi yang sebenarnya/aktual. Perbandingan antara limit yang ditetapkan dan eksposur yang sebenarnya/aktual. Penentuan kesesuaian antara pengukuran dan limit eksposur risiko dengan kinerja di masa lalu dan posisi permodalam saat ini.
  • 49. Definisi Risiko pembiayaan adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajiban. Risiko pembiayaan dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti pembiayaan (penyediaan dana), treasury dan investasi, dan pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam banking book maupun trading book
  • 50. 1. Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi a. Tanggung jawab komisaris Bertanggung jawab dalam melakukan persetujuan dan peninjauan berkala, atau sekurang-kurangnya secara tahunan mengenai strategi dan kebijakan risiko pembiayaan.
  • 51. Syarat strategi dan kebijakan dimaksud: 1. Mencerminkan batas toleransi terhadap risiko dan tingkat profitabilitas pendapatan yang diharapkan akan diperoleh secara terus-menerus dengan memerhatikan siklus dan perubahan kondisi ekonomi. 2. Memerhatikan siklus perekonomian domestik dan internasional, dan perubahan yang dapat memengaruhi komposisi dan kualitas seluruh portofolio pembiayaan
  • 52. b. Tanggung jawab Direksi   Mengimplementasikan strategi dan kebijakan risiko pembiayaan serta mengembangkan prosedur identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko pembiayaan. Harus mengidentifikasi dan mengelola risiko pembiayaan yang melekat pada seluruh produk dan aktivitas baru, serta memastikan bahwa risiko produk dan aktivitas baru telah melalui proses pengendalian manajemen risiko yang layak, dan harus disetujui oleh direksi atau direkomendasikan oleh komite manajemen risiko terlebih dahulu.
  • 53. Syarat Kebijakan dan prosedur yang dikembangkan dan diimplementasikan: 1. Mendukung standar pemberian pembiayaan yang sehat, 2. Memantau dan mengendalikan risiko pembiayaan, dan 3. Mengidentifikasi dan menangani pembiayaan bermasalah.
  • 54.  Harus mengidentifikasi dan mengelola risiko pembiayaan yang melekat pada seluruh produk dan aktivitas baru, serta memastikan bahwa risiko produk dan aktivitas baru telah melalui proses pengendalian manajemen risiko yang layak, dan harus disetujui oleh direksi atau direkomendasikan oleh komite manajemen risiko terlebih dahulu.
  • 55. 2. Kebijakan, Prosedur, dan Penetapan limit a. Kriteria Pemberian Pembiayaan Yang Sehat:  Harus memiliki informasi yang cukup guna membantu dalam melakukan penilaian secara komprehensif terhadap profil risiko mudharib.
  • 56. Faktor yang harus dipertimbangkan dan didokumentasikan dalam persetujuan pembiayaan      Tujuan pembiayaan dan sumber pembayaran. Profil risiko terkini dari mudharib dan agunan serta tingkat sensitivitas terhadap perkembangan kondisi ekonomi dan pasar. Analisis kemampuan untuk membayar kembali, baik secara historis maupun di masa yang akan datang, berdasarkan perkembangan keuangan historis dan proyeksi arus kas dengan berbagai skenario (ex ante dan ex post analysis). Kemampuan bisnis mudharib dan kondisi sektor ekonomi/usaha peminjaman serta posisi peminjam dalam industri tertentu. Persyaratan pembiayaan yang diajukan, termasuk perjanjian yang dirancang untuk membatasi perubahan eksposur risiko mudharib di waktu yang akan datang.
  • 57. b. Seleksi Transaksi Risiko Pembiayaan    Seleksi yang dilakukan terhadap transaksi pembiayaan dan komitmen dalam mengambil eksposur risiko harus mempertimbangkan tingkat profitabilitas. Sekurang-kurangnya dilakukan dengan cara memastikan bahwa analisis perkiraan biaya dan pendapatan telah dilakukan secara komprehensif: mencakup biaya operasional, biaya dana, dan biaya yang berhubungan dengan estimasi terjadinya default dari mudharib, sampai diperolehnya pembayaran penuh, serta perhitungan kebutuhan modal. Penetapan harga (pricing) fasilitas pembiayaan harus dilakukan secara konsisten dengan memperhitungkan tingkat risiko dari transaksi yang bersangkutan, khususnya kondisi mudharib secara keseluruhan serta kualitas dan tingkat kemudahan pencairan (marketability) agunan yang dijadikan jaminan. Sekurang-kurangnya setiap triwulan, direksi harus memeroleh hasil analisis kinerja (ex-post) profitabilitas dari transaksi pembiayaan yang diberikan. Pricing dari transaksi pembiayaan, apabila perlu, harus diperbaiki dan seluruh tindakan perbaikan yang diperlukan harus dilakukan untuk mencegah memburuknya kondisi keuangan bank.
  • 58. c. Analisis, Persetujuan, dan Pencatatan Pembiayaan   Prosedur pengambilan keputusan untuk pinjaman dan atau komitmen, khususnya apabila melalui pendelegasian wewenang, harus diformalkan secara jelas sesuai dengan karakteristik bank (ukuran, organisasi, jenis aktivitas, dan kompleksitas transaksi), serta harus didukung oleh sistem yang dimiliki. Bank harus memastikan bahwa kerangka kerja atau mekanisme kepatuhan prosedur pendelegasian dalam mengambil keputusan pemberian pembiayaan dan atau komitmen terdapat pemisahan fungsi antara yang melakukan persetujuan, analisis, dan administrasi pembiayaan
  • 59. Analisis, Persetujuan, dan Pencatatan Pembiayaan   Bank harus memiliki satuan kerja, melakukan riview guna menetapkan atau menginikan kolektibilitas atau kualitas transaksi yang mengandung risiko pembiayaan. Proses review tersebut sekurang-kurangnya dilakukan secara triwulan yang meliputi klasifikasi eksposur risiko pembiayaan, penilaian kualitas (marketability) agunan, dan penentuan besarnya provisi. Hasil review tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari arsip pembiayaan. Dalam mengembangkan sistem administrasi pembiayaan, bank harus memastikan:      Efisiensi dan efektivitas operasional administrasi pembiayaan, termasuk pemantauan dokumentasi, persyaratan kontrak, penjanjian pembiayaan (legal aspect), dan pengikatan agunan Akurasi dan ketepatan waktu informasi yang diberikan untuk sistem informasi manajemen. Pemisahan fungsi/tugas (segregation of duties) yang layak Kelayakan pengendalian seluruh prosedur back officer, dan Kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur intern tertulis serta ketentuan yang berlaku.
  • 60. Analisis, Persetujuan, dan Pencatatan Pembiayaan   Harus menatausahakan dan mendokumentasikan seluruh informasi kuantitatif dan kualitatif serta bukti-bukti material dalam arsip (file) pembiayaan yang digunakan dalam melakukan penilian dan kaji ulang. Harus melengkapi catatan pada arsip pembiayaan sekurang-kurangnya setiap triwulan, khsusunya bagi mudharib yang memiliki tunggakan atau pembiayaan yang diklasifikasikan. Juga terhadap mudharib yang mengakibatkan portofolio pembiayaan bank ter-ekspos risiko yang tinggi (large exposures and loan concentration).
  • 61. d. Penetapan Limit   Dalam prosedur penetapan limit risiko pembiayaan, antara lain harus menggambarkan faktor-faktor yang dapat memengaruhi penetapan limit risiko pembiayaan dan proses pengambilan keputusan/penetapan limit risiko pembiayaan Harus memantapkan limit untuk seluruh customer atau counterparty sebelum melakukan transaksi dengan customer, dan limit tersebut dapat berbeda satu sama lain.
  • 62. d. Penetapan Limit  Limit untuk risiko pembiayaan ditujukan untuk mengurangi risiko yang ditimbulkan karena adanya konsentrasi penyaluran pembiayaan. Limit yang ditetapkan sekurang-kurangnya mencakup:    Eksposur kepada customer atau conterparty Eksposur kepada pihak terkait Eksposur kepada pihak terkait Eksposur terhadap sektor ekonomi tertentu atau area geogrefis
  • 63. d. Penetapan Limit   Limit untuk satu customer atau conterparty dapat didasarkan atas hasil analisis data kuantitatif yang diperoleh dari informasi laporan keuangan maupun hasil analisis informasi kualitatif yang dapat bersumber dari hasil interview dengan customer Penetapan limit risiko pembiayaan harus didomumentasikan secara tertulis dan lengkap yang memudahkan penetapan jejak audit (audit trail) untuk kepentingan auditor intern maupun ekstern.
  • 64. 3. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Sistem Informasi Manajemen Risiko Pembiayaan a.    Identifikasi Risiko Pembiayaan Bank harus mengidentifikasi risiko pembiayaan yang melekat pada seluruh produk dan aktivitasnya. Identifikasi risiko pembiayaan tersebut merupakan hasil kajian terhadap karakteristik risiko pembiayaan yang melekat pada aktivitas fungsional tertentu, seperti pembiayaan (penyediaan dana), treasury dan investasi, dan pembiayaan perdagangan. Untuk kegiatan pembiayaan dan jasa pembiayaan perdagangan, penilaian risiko pembiayaan harus memerhatikan kondisi keuangan mudharib, khususnya kemampuan membayar tepat waktu, serta jaminan atau agunan yang diberikan. Untuk risiko mudharib, penilaian harus mencakup analisis terhadap lingkungan mudharib, karakteristik mitra usaha, kualitas pemegang saham dan manajer, kondisi laporan keuangan terakhir, hasil proyeksi arus kas, kualitas rencana bisnis ,dan dokumen lain yang dapat digunakan untuk mendukung analisis yang menyeluruh terhadap kondisi dan kredibilitas mudharib. Untuk kegiatan treasury dan investasi, penilaian risiko pembiayaan harus memerhatikan kondisi keuangan counterparty, rating, karakteristik instrumen, jenis transaksi yang dilakukan, dan likuiditas pasar, serta faktor-faktor lain yang memengaruhi risiko pembiayaan.
  • 65. b. Pengukuran Risiko Pembiayaan (1) Harus memiliki prosedur tertulis untuk melakukan pengukuran risiko yang memungkinkan untuk:    Sentralisasi eksposur on balance sheet dan off balance sheet yang mengandung risiko pembiayaan dari setiap mudharib atau per kelompok mudharib dan atau counterparty tertentu mengacu pada konsep single obligor. Penilaian perbedaan kategori tingkat risiko pembiayaan dengan menggunakan kombinasi aspek kualitatif dan kuantitatif data, dan pemilihan kriteria tertentu. Distribusi informasi hasil pengukuran risiko secara lengkap untuk tujuan pemantauan oleh satuan kerja terkait.
  • 66. b. Pengukuran Risiko Pembiayaan (2) Sistem pengukuran risiko pembiayaan sekurangkurangnya mempertimbangkan:      Karakteristik setiap jenis transaksi risiko pembiayaan, kondisi keuangan mudharib/counterparty, serta persyaratan dalam perjanjian pembiayaan seperti dalam jangka waktu dan tingkat bunga Jangka waktu pembiayaan (maturity profile) dikaitkan dengan perubahan potensial yang terjadi di pasar. Aspek jaminan, agunan, dan/atau garansi. Potensi terjadinya kegagalan membayar (default), baik berdasarkan hasil penilaian pendekatan konvensional maupun hasil penilaian pendekatan yang menggunakan proses pemeringkatan yang dilakukan secara intern (internal risk rating). Kemampuan untuk menyerap potensi kegagalan (default).
  • 67. b. Pengukuran Risiko Pembiayaan (3)Bagi yang menggunakan teknik pengukuran risiko dengan pendekatan internal risk rating harus melakukan validasi data secara berkala. (4)Parameter yang digunakan dalam pengukuran risiko pembiayaan antara lain, mencakup:         Non performing loans (NPLs). Konsentrasi pembiayaan berdasarkan peminjaman dan sektor ekonomi. Kecukupan agunan. Pertumbuhan pembiayaan. Non performing portfolio treasury dan investasi (antarbank, surat berharga, dan penyertaan). Kecukupan cadangan transaksi treasury dan investasi. Transaksi pembiayaan perdagangan yang default. Konsentrasi pemberian fasilitas pembiayaan perdagangan
  • 68. b. Pengukuran Risiko Pembiayaan (5) Mark to Market pada Transaksi Risiko Pembiayaan Tertentu:   Untuk mengukur risiko pembiayaan yang disebabkan transaksi over the counter (OTC) atau pada suatu pasar tertentu, khususnya pasar transaksi derivatif, maka bank harus menggunakan metode penilaian mark to market. Eksposur risiko pembiayaan harus diukur dan dikinikan sekurang-kurangnya setiap bulan atau lebih intensif, khususnya apabila portofolio mudharib atau kelompok usaha mudharib sangat signifikan dan atau volatilitas parameter pasar yang digunakan untuk memperhitungkan perubahan kondisi pasar dan pengaruh replacement cost.
  • 69. b. Pengukuran Risiko Pembiayaan (6) Penggunaan Credit Scoring Tools a. Bank dapat menggunakan sistem dan metodologi statistik/probabilistik untuk mengukur risiko yang berkaitan dengan jenis tertentu dan transaksi pembiayaan, seperti credit scoring tools b. Dalam penggunaan sistem tersebut maka harus:   Melakukan kaji ulang secara berkala terhadap akurasi model dan asumsi yang digunakan untuk memproyeksikan kegagalan (defaults). Menyesuaikan asumsi dengan perubahan yang terjadi pada kondisi internal dan eksternal.
  • 70. b. Pengukuran Risiko Pembiayaan c. Apabila terdapat eksposur risiko yang besar atau transaksi yang relatif kompleks, maka proses pengambilan keputusan transaksi risiko pembiayaan tidak hanya didasarkan pada sistem tersebut sehingga harus didukung sarana pengukuran risiko pembiayaan lainnya. d. Lembaga keuangan harus mendokumentasikan pembiayaan seperti asumsi, data, dan informasi yang digunakan pada sistem, termasuk perubahannya. Dokumentasi tersebut selanjutnya dikirimkan secara berkala.
  • 71. b. Pengukuran Risiko Pembiayaan e. Penetapan sistem ini harus:    Mendukung proses pengambilan keputusan dan memastikan kepatuhan terhadap ketentuan pendelegasian wewenang. Independen terhadap kemungkinan rekayasa yang akan memengaruhi hasil (scoreoutputs) melalui prosedur pengamanan yang layak dan efektif. Dilakukan kaji ulang oleh satuan kerja atau pihak yang independen terhadap satuan kerja yang mengaplikasikan sistem tersebut.
  • 72. Pemantauan Risiko Pembiayaan   Lembaga keuangan harus mengembangkan dan menerapkan sistem informasi dan prosedur untuk memantau kondisi setiap mudharib atau counterparty pada seluruh portofolio pembiayaan. Sistem pemantauan risiko pembiayaan sekurangkurangnya memuat ukuran-ukuran dalam rangka:     Memastikan bahwa bank mengetahui kondisi keuangan terakhir dari mudharib atau counterparty. Memantau kepatuhan terhadap persyaratan dalam perjanjian pembiayaan atau kontrak transaksi risiko pembiayaan. Menilai kecukupan agunan dibandingkan dengan kewajiban mudharib atau counterparty. Mengidentifikasikan ketidaktepatan pembayaran dan mengklasifikasi pembiayaan bermasalah secara tepat waktu.
  • 73. Pemantauan Risiko Pembiayaan    Lembaga keuangan juga harus melakukan pemantauan eksposur risiko pembiayaan dibandingkan dengan limit risiko pembiayaan yang telah ditetapkan, antara lain dengan menggunakan kolektibilitas atau internal risk rating. Pemantauan eksposur risiko pembiayaan tersebut harus dilakukan secara berkala dan terus-menerus oleh satuan kerja manajemen risiko dengan cara membandingkan risiko pembiayaan aktual dengan limit risiko pembiayaan yang ditetepkan. Untuk keperluan pemantauan eksposur risiko pembiayaan, satuan kerja manajemen risiko harus menyusun laporan mengenai perkembangan risiko pembiayaan secara berkala, termasuk faktor-faktor penyebabnya, dan disampaikan kepada komite manajemen risiko dan direksi.
  • 74. Pemantauan Risiko Pembiayaan  Prinsip pokok dalam penggunaan internal risk rating adalah sebagai berikut:      Prosedur penggunaan sistem internal risk rating harus diformulasikan dan didokumentasikan. Sistem ini harus dapat mengidentifikasi secara dini perubahan profil risiko yang disebabkan oleh penurunan potensial maupun aktual dari risiko pembiayaan. Sistem internal risk rating harus dievaluasi secara berkala oleh pihak yang independen terhadap satuan kerja yang mengaplikasikan internal risk rating tersebut. Apabila menerapkan internal risk rating untuk menentukan kualitas aset dan besarnya provisi, harus terdapat prosedur formal yang memastikan bahwa penetapan kualitas aset dan provisi dengan internal rating adalah lebih prudent atau sama dengan ketentuan terkait yang berlaku. Laporan yang dihasilkan oleh internal risk rating, seperti laporan kondisi portofolio pembiayaan disampaikan secara berkala kepada direksi
  • 75. Sistem Informasi Manajemen Risiko Pembiayaan     Dalam rangka meningkatkan efektivitas proses pengukuran risiko pembiayaan, harus ada sistem informasi menajemen yang menyediakan laporan dan data secara akurat dan tepat waktu untuk mendukung pengambilan keputusan oleh direksi dan pejabat lainnya. Sistem informasi manajemen tersebut juga harus menghasilkan laporan atau informasi dalam rangka pemantauan eksposur aktual terhadap limit yang ditetapkan dan pelampauan eksposur limit risiko yang perlu mendapat perhatian dari direksi. Sistem informasi manajemen juga harus menyediakan data secara akurat dan tepat waktu mengenai jumlah seluruh eksposur pembiayaan peminjam individual dan counterparties, postofolio pembiayaan, serta laporan pengecualian limit risiko pembiayaan. Lembaga keuangan harus memiliki sistem informasi yang memungkinkan direksi untuk mengidentifikasi adanya konsentrasi risiko dalam portofolio pembiayaannya
  • 76. Pengendalian Risiko Pembiayaan       Lembaga keuangan harus menetapkan suatu sistem penilaian (internal credit review) yang independen dan berkelanjutan terhadap efektivitas penerapan proses manajemen risiko pembiayaan. Pelaksanan kaji ulang tersebut harus dilakukan oleh satuan kerja atau petugas yang independen terhadap satuan kerja yang melakukan transaksi risiko pembiayaan. Hasil kaji ulang tersebut selanjutnya harus dilaporkan secara langsung dan lengkap kepada satuan kerja audit intern (SKAI), direktur kepatuhan, direksi terkait lainnya, dan komite audit (bila ada). Lembaga keuangan harus memastikan bahwa satuan kerja pembiayaan dan transaksi risiko pembiayaan lain telah dikelola secara memadai, dan eksposur risiko pembiayaan tetap konsisten dengan limit yang ditetapkan dan memenuhi standar kehati-hatian. Lembaga keuangan harus menetapkan dan menerapkan pengendalian intern untuk memastikan bahwa penyimpangan (exception) terhadap kebijakan, prosedur, dan limit telah dilaporkan tepat waktu kepada direksi atau pejabat terkait untuk keperluan tindakan perbaikan. Pada saat melaksanakan audit intern, SKAI harus melakukan pengujian terhadap efektivitas pengendalian intern untuk memastikan bahwa sistem pengendalian tersebut telah efektif, aman, serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku, kebijakan, pedoman, dan prosedur intern. Lembaga keuangan harus memiliki prosedur pengelolaan penanganan pembiayaan bermasalah, termasuk sistem deteksi pembiayaan bermasalah secara tertulis dan menerapkannya secara efektif.
  • 78. Peran Lembaga Penjamin Pembiayaan Indonesia memiliki tiga BUMN yang melayani jasa penjaminan pembiayaan, yaitu:      PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI), dan Perum Sarana Pengembangan Usaha (SPU), serta PT Penjamin Kredit Pengusaha Indonesia (PKPI), perusahaan penjaminan swasta.
  • 79. Dasar Hukum   Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS. Shaad [38]: 26) Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS Al-Nahl [16]: 90)
  • 80.  Pengembangan usaha kecil menengah dan koperasi (UKMK) memerlukan sumber dana yang bersifat utang dari berbagai alternatif sumber dana. Salah satu kendala yang dihadapi oleh UKMK dalam mengakses sumber dana yang bersifat utang adalah keterbatasan untuk memenuhi agunan, sehingga lembaga penjamin pembiayaan menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan keterbatasan pemenuhan itu.
  • 81.  Lembaga penjamin menyediakan penjaminan yang akan meng-cover risiko kegagalan mudharib (default). Untuk penyediaan jasa, mudharib dikenakan sejumlah biaya/premi yang didasarkan jumlah cakupan risiko yang ditanggung oleh lembaga penjamin pembiayaan
  • 82.  Dari sudut pandang makro ekonomi, penjaminan merupakan bentuk subsidi kepada usaha kecil dan menengah tanpa menciptakan distorsi pasar dengan memberikan kemudahan akses kepada UKM dengan persyaratan sebagaimana yang berlaku pada umumnya.
  • 83.   penjaminan juga dapat digunakan sebagai media implementasi kebijakan pemerintah terhadap sektor-sektor prioritas. Melalui penjaminan, arus investasi ataupun dukungan dapat diarahkan kepada sektor-sektor tertentu seperti industri-industri khusus, daerahdaerah tertentu yang kurang berkembang, kelompok ekonomi tertentu seperti UKM, serta sasaran-sasaran tertentu yang ingin dicapai seperti perbaikan lingkungan hidup, dan lain-lain.
  • 84.  Dari sisi lembaga keuangan, manfaat penggunaan asuransi pembiayaan antara lain adalah peluang untuk meningkatkan keuntungan sekaligus menurunkan risiko.
  • 85. Kelemahan mendasar bagi penyaluran pembiayaan UMKM    Belum tersedianya dana/pembiayaan yang murah, mudah, cepat, dan mekanisme sederhana untuk dapat mendukung usaha UMKM. Penerapan prudential banking yang mempersyaratkan agunan pembiayaan (collateral) yang cukup sekalipun usahanya layak. Hal ini karena agunan tersebut digunakan untuk melindungi risiko kemacetan, yang pada gilirannya melindungi dana para deposan, mengingat sumber dana pada saat ini sebagian besar dari deposan. Pada umumnya UMKM menghadapi kendala dalam penyediaan agunan yang memadai sesuai dengan persyaratan. Selain itu, UMKM juga menghadapi kendala adanya keterbatasan di bidang manajemen, administrasi, teknologi, dan pemasaran.
  • 86. Penggunaan jasa lembaga penjamin juga telah dipraktikkan di beberapa negara Asia Korea (Korea Credit Guarantee Fund),  Malaysia (Credit Guarantee Corporation),  Thailand (Small Industry redit Guarantee Corporation), dan  Jepang (Credit Guarantee Corporation dan JASMEC). 
  • 87. Tujuan lembaga penjamin di beberapa negara diatas  mendukung pemberian pembiayaan kepada sektor industri kecil dan menengah yang tidak memiliki kemampuan dalam penyediaan agunan yang memadai untuk mendapatkan akses kredit dari lembaga keuangan.
  • 88. Tujuan Lembaga Penjamin Pembiayaan   Tujuan umum: agar terjadi keseimbangan dalam pembangunan nasional sehingga semua pihak dalam masyarakat dapat memeroleh akses financial secara sama. Tujuan-tujuan lain:  Memberikan penjaminan kepada perusahaan yang memunyai keterbatasan dalam menyediakan kolateral.  Mempermudah UKM dalam mendapatkan pendanaan.  Memberikan stimulasi pemberian kredit secara sehat.  Memberiakan stimulasi agar setiap perusahaan dapat memiliki manajemen yang efisien dan pemanfaatan credit information
  • 89.  Agar masyarakat atau customer memeroleh penjaminan, maka perusahaan penjaminan menetapkan jasa (fee) penjaminan yang cukup rendah, berkisar 0,5%-2,5% dari nilai pembiayaan yang diajukan.
  • 90. Ada dua sistem penjaminan kepada perusahaan penjaminan dibayar oleh lembaga keuangan, dan  dibayarkan oleh peminjam. 
  • 91. model mekanisme coverage penjaminan perusahaan penjaminan melakukan coverage penjaminan  perusahaan penjaminan melakukan coverage penjaminan dan kemudian mengasuransikannya kepada perusahaan asuransi (reasuransi). 
  • 92. Prinsip-Prinsip Penjaminan Pembiayaan      Merupakan pelengkap dari suatu sistem pembiayaan; Penjaminan pembiayaan hanya diberikan bila proyeknya layak; Penjaminan pembiayaan merupakan pelengkap agunan. Penjaminan diberikan kepada calon mudharib yang tidak memiliki atau kekurangan agunan. Calon mudharib yang telah cukup agunannya dapat dimintakan penjaminan pembiayaan apabila dikehendaki. Penarikan subrogasi tetap menjadi tugas pembiayaan.
  • 93. Kesuksesan implementasi sistem penjaminan pembiayaan dipengaruhi oleh    Dukungan pemerintah yang diwujudkan, yaitu dengan memberikan bantuan permodalan yang disertai dengan supervisi kepada lembaga penjaminan pembiayaan. Terdapat lembaga reguarantee/reasuransi, agar lembaga penjaminan pembiayaan dapat membagi risiko atas pembiayaan yang dijaminnya. Bank dan lembaga keuangan lainnya harus membutuhkan lembaga jaminan. Tanpa ketertarikan pembiayaan untuk menjaminkan pembiayaannya kepada lembaga penjaminan pembiayaan, mustahil sistem penjaminan pembiayaan akan berhasil.
  • 94. Peserta Program Penjamin Pembiayaan  Secara umum, lembaga keuangan yang dapat menjadi peserta program penjaminan sebelumnya harus terdaftar pada perusahaan penjaminan  LPK menjaminkan pembiayaan yang diberikan oleh:     bank umum, perusahaan leasing dan factoring, perusahaan ventura, perusahaan consumer finance, lembaga keuangan lain seperti BPRS, yang menawarkan pembiayaan atau penjualan dengan pembayaran mencicil.
  • 95. Permasalahan Dalam Program Penjaminan Pembiayaan     Biaya, peserta, dan mutu pembiayaan program penjaminan Upaya yang perlu ditempuh, antara lain, sosialisasi program penjaminan agar UMKM mengenal dan memanfaatkan layaanan. Tujuan program penjaminan rogram penjaminan kepada UMKM terutama untuk meningkatkan akses UMKM yang memiliki prospek usaha yang layak kepada lembaga keuangan, baik bank maupun nonbank, tetapi menghadapi persoalan agunan yang kurang memenuhi persyaratan. Keterbatasan jejaring usaha Kemampuan jangkauan lembaga penjamin yang ada masih sangat terbatas, baik dari sisi kapasitas penjaminan pembiayaan maupun jaringan usaha yang dapat menjangkau hingga ke daerah kabupaten.namun sampai saat ini belum tersedia. Reasuransi Bagi LPKD, reasuransi merupakan keharusan guna mengurangi risiko, sebagaimana dipersyaratkan oleh DepKeu, tetapi sampai saat ini belum tersedia.
  • 96. Bantuan Pemerintah Kepada UKM  Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat sekitar 40 juta perusahaan skala mikro, kecil, dan menengah, termasuk di dalamnya petani dan pengusaha yang bekerja sendiri. Jumlah UKM pemberi kerja jauh lebih kecil, yaitu sekitar 640.000 perusahaan kecil (dengan 5 – 19 pekerja) dan sekitar 70.000 perusahaan menengah (dengan 20 – 99 pekerja).  Menurut prakiraan perbankan, terdapat sekitar satu juta UKM yang berpotensi untuk memeroleh pembiayaan dari bank, termasuk perusahaan mikro sebagai pedagang eceran. Saat ini hanya sekitar 50% (500.000) yang memeroleh pembiayaan dari bank, dan umumnya pinjaman dalam skala kecil, sehingga diperkirakan mayoritas dari UKM yang potensial sebagai peminjam adalah perusahaan mikro.
  • 97. Peran Lembaga Penjamin Pembiayaan Membantu UMKM  Upaya mengatasi kesulitan customer UMKM, lembaga penjamin menyediakan agunan yang memadai sesuai dengan persyaratan bank, dalam akses ke perbankan. Untuk mendapatkan fasilitas pembiayaan dapat ditempuh dengan pola penjaminan pembiayaan
  • 98. Asuransi Pembiayaan Yaitu suatu perjanjian di mana penanggung, dengan menikmati suatu premi, mengikat tertanggung untuk membebaskannya dari kerugian karena kehilangan, kerugian, atau ketiadaan keuntungan yang diharapkan, yang akan dapat diminta olehnya karena suatu kejadian yang tidak pasti.
  • 99. Tujuan asuransi (kecuali asuransi jiwa) Mencegah atau setidak-tidaknya mengurangi risiko karena hilang, rusak, atau musnahnya barang yang dipertanggungkan oleh suatu kejadian yang tidak pasti. Dimaksud kejadian yang tidak pasti adalah risiko (risk).
  • 100. Penutupan Asuransi Jaminan Customer Untuk lebih memperkecil risiko atas pembiayaan yang diberikan, maka semua agunan (kecuali tanah) harus diasuransikan pada maskapai asuransi.  Untuk lebih menjamin kepentingan finances, maka setiap penutupan asuransi di dalam polisnya dicantumkan/dilekatkan finances clause bank. 
  • 101. Finances institution institution clause Suatu klausul atau syarat khusus yang biasanya tertulis dan terlekat pada suatu polis dalam hal harta benda atau barang yang dipertanggungkan di bawah polis tersebut telah dijadikan agunan.
  • 102. Klausul yang dilekatkan pada polis berbunyi, sebagai berikut:  Dicatat dan disetujui bahwa harta benda yang dipertanggungkan di bawah polis ini telah dijadikan jaminan pada …….., dan berhubungan dengan ini, telah disepakati dengan tertanggung bahwa dalam hal terjadi kerugian jika ada yang dapat dibayar di bawah polis ini, maka akan dibayarkan kepada sebesar jumlah yang menjadi haknya, termasuk bagian pendapatan biayanya tanpa mengurangi hak tertanggung atas selisihnya.
  • 103. Jenis-jenis Asuransi Jenis Jaminan •Bangunan/gedung Jenis Pertanggungan termasuk peralatan atau •Asuransi Kebakaran •Asuransi Kebakaran/Deklarasi isinya. •Stock atau barang persediaan barang •Konsorsium Asuransi Kebakaran dagangan Khusus Pasar •Dalam hal obyek berlokasi di daerah pasar •Asuransi Kendaraan Bermotor •Kendaraan bermotor •Heavy Equipment Insurance •Alat-alat besar/berat •Machinery Breakdown Insurance •Mesin-mesin •Erection All Risk Insurance •Pemasangan mesin-mesin •Asuransi Pengangkutan (Marine •Pengangkutan barang Insurance) •Kapal/kerangka kapal •Marine Hull/Aviation Insurance •Pembangunan kapal •Builder risk insurance •Barang-barang elektronik •Elektronik Equipment Insurance •Proyek pembangunan •Contractor All Risk Insurance Risiko Cargo
  • 104. Polis Pertanggungan harus diadakan secara tertulis dengan sepucuk akta yang bernama polis
  • 105. Polis kecuali yang mengenai pertanggungan jiwa harus menegaskan         Hari dan tanggal diadakan pertanggungan. Nama yang mengadakan pertanggungan untuk tanggungan sendiri atau tanggungan pihak ketiga. Perumusan yang cukup jelas mengenai benda yang dipertanggungkan. Bahaya-bahaya yang ditanggung oleh penanggung. Waktu di mana bahaya mulai berjalan dan berakhir untuk tanggungan penanggung. Premi tanggungan. Keadaan dari benda-benda yang dipertanggungkan, yang perlu diketahui oleh penaggung dan semua klausul yang diadakan di antara kedua belah pihak. Polis harus ditandatangani oleh tiap-tiap penanggung.
  • 106. Premi Yaitu sejumlah uang yang dibayar tertanggung kepada penanggung untuk mengikat penanggung membayar ganti rugi atas terjadinya risiko
  • 107. Tarif premi yang berlaku di Indonesia dapat dibedakan    Tarif premi asuransi berdasarkan buku tarif, artinya tariftarif premi asuransi yang ditetapkan dan dikeularkan oleh Dewan Asuransi Indonesia (DAI) yang sewaktu-waktu dapat berubah. Tarif ini berlaku bagi semua anggota maskapai-maskapai asuransi. Terhadap penyimpangan tarif, dapat dikenakan sanksi. Tarif premi asuransi yang ditetapkan oleh maskapai asuransi sendiri, biasa disebut dengan istilah nontarif. Tarif biasanya ditetapkan dalam persentase (%) atau permil (%o).
  • 108. Tarif Jangka Waktu Premi   Tarif Jangka Pendek (Short Period) Pada dasarnya premi asuransi diperhitungkan untuk jangka waktu satu tahun dengan pembayaran di muka. Tarif jangka pendek biasa diberlakukan juga dalam hal pembayaran premi secara angsuran/cicilan. Pembayaran premi secara angsuran/cicilan, pada polis dilekatkan klausa pembayaran premi angsuran. Tarif Jangka Panjang (Long Period) Diperkenankan menutup pertanggungan jangka panjang dengan pembayaran premi sekaligus di muka.
  • 109. Pembayaran Premi a. Kewajiban Membayar Premi Dalam penutupan asuransi milik customer debitur, yang bertindak sebagai tertanggung adalah customer debitur, sehingga yang berkewajiban membayar premi adalah customer debitur yang bersangkutan.
  • 110. b. Jangka Waktu Pembayaran Premi     Tujuh hari terhitung mulai tanggal berlaku pertanggungan dalam polis yang diterbitkan, untuk penutupan pertanggungan pengangkutan (marine cargo). Empat belas hari terhitung mulai tanggal berlakunya pertanggungan dalam covernote, untuk pertanggungan kebakaran konsorsium risiko khusus pasar. Tiga puluh hari terhitung tanggal mulai berlakunya pertanggungan dalam covernote, untuk pertanggungan lainnya selain asuransi pengangkutan dan asuransi konsorsium risiko khusus pasar. Sebelum premi dibayar, terlebih dahulu akan diterbitkan covernote kecuali untuk penutupan pertanggungan pengangkutan, langsung diterbitkan polis.
  • 111.    Apabila sampai jangka waktu pembayaran premi, tertanggung belum membayar premi, maka covernote/polis menjadi batal dengan sendirinya dan premi yang tidak tertagih bukan merupakan outstanding bagi penanggung. Untuk itu, cabang harus memerhatikan jangka waktu pembayaran premi tersebut. Jika dalam jangka waktu pembayaran premi terjadi risiko/kerugian, maka penanggung tetap bertanggung jawab. Namun, untuk pembayaran ganti ruginya akan diperhitungkan premi yang belum terbayar. Mengingat jangka waktu pembayaran premi dihitung mulai dari tanggal berlaku pertanggungan dalam covernote/polis, sedangkan premi sudah dibayar dalam jangka waktu tersebut, maka setiap permintaan penutupan/perpanjangan pertanggungan harus diajukan lebih awal kepada penanggung sebelum pertanggungan bersangkutan mulai berlaku.
  • 112. Tujuan penetapan Ketentuan Jangka Waktu Pembayaran Premi Memberi kesempatan untuk menagih premi kepada customer yang bersangkutan.  Agar tidak terjadi outstanding premi, karena setelah lewat waktu, pertanggungan menjadi batal. 
  • 113. Prosedur Penutupan Asuransi   Penutupan pertanggungan atas harta milik debitur dilakukan kepada asurador melalui broker (misalnya PT Asuransi Aman) terdekat. Berdasarkan permintaan penutupan di atas, broker/asurador mengadakan survey risiko ke lokasi objek pertanggungan bersama-sama dengan customer (bila perlu reasurador) untuk meneliti apakah data yang tercantum dalam surat penutupan sesuai dengan data objek pertanggungan yang sebenarnya, antara lain:     Jenis barang atau objek pertanggungan. Nilai atau harga transaksi yang sebenarnya dari objek. Lokasi, konstruksi, okupasinya. Lain-lain, tergantung jenis/macam objek yang dipertanggungkan.
  • 114. Prosedur Penutupan Asuransi   Asurador akan menerbitkan covernote/polis berikut kwitansi dan tagihan premi atas hasil survey setelah mengadakan survey risiko. Berkas pertanggungan tersebut oleh asurador segera dikirim/diserahkan kepada PT Asuransi Aman. PT Asuransi Aman akan memisahkan berkas pertanggungan atas penutupan asuransi nonfire untuk dibuatkan nota.
  • 115. Prosedur Penutupan Asuransi Lembaga keuangan, selaku pemegang polis/kuasa customer, harus memeriksa berkas-berkas pertanggungan apakah telah sesuai dengan permintaan penutupan, antara lain:          Luas pertanggungan, syarat/kondisi polis, risiko, financial istitutions clause, periode/jangka waktu, dan sebagainya. Diperiksa mengenai premi yang dikenakan Berdasarkan nota-nota tagihan di atas, lembaga keuangan memberitahukan/menagih kepada customer debitur yang bersangkutan untuk pembayaran preminya.
  • 116. Prosedur Penutupan Asuransi   Untuk keperluan penutupan pertanggungan di atas, customer harus memberikan kuasa kepada lembaga keuangan dengan menandatangani surat kuasa pada saat perjanjian pembiayaan ditandatangani. Atas transaksi penutupan pertanggungan barang agunan pembiayaan, termasuk apabila terjadi perubahan pertanggungan.
  • 117. Premi yang wajib dibayar customer Sejumlah bruto premi, untuk pertanggungan kebakaran (fire).  Sejumlah netto premi untuk pertanggungan selain kebakaran (nonfire) 
  • 118. Perpanjangan Asuransi  Masalah yang harus diperhatikan untuk perpanjangan pertanggungan milik customer pembiayaan adalah:      Jangka waktu perpanjangan agar disesuaikan dengan jangka waktu fasilitas pembiayaannya. Apakah ada perubahan objek atau nilai pertanggungan. Permintaan survey ulang kepada asurador Broker PT Asuransi Aman biasanya memberitahukan kepada lembaga keuangan mengenai polis-polis yang akan berakhir. Lembaga keuangan meneliti polis yang akan berakihir jangka waktunya
  • 119. Perpanjangan Asuransi     Pada saat pengajuan perpanjangan, agar dicantumkan nomor polis yang lama dan perubahan yang ada. Apabila perpanjangan asuransi dialihkan kepada asurador lain, maka proses penutupannya sama dengan cara penutupan pertanggungan baru. Penyelesian premi dilaksanakan dengan memerhatikan jangka waktu pembayaran premi dan dibukukan melalui rekening. Setiap perpanjangan asuransi dicatat dalam buku pembantu/harian asuransi dan kartu asuransi jaminan customer.
  • 120. Perpanjangan Asuransi   Apabila pembiayaan customer sudah dilunasi dalam hal asuransi berakhir, bank tidak perlu lagi mengajukan perpanjangan asuransinya yang masih berjalan. Sementara pembiayaan sudah lunas, lembaga keuangan menyurati asurador/broker memberitahukan untuk mencabut ketentuan financial institutions clause yang melekat pada lembaga keuangan. Apabila terdapat kesulitan dalam penutupan perpanjangan asuransi, agar menghubungi broker PT Asuransi Aman
  • 121. Kerjasama Asuransi Dalam melakukan kegiatan penutupan asuransi kerugian umum, lembaga keuangan dapat mengadakan hubungan kerjasama penutupan asuransi dengan beberapa perusahaan asuransi kerugian
  • 122. beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Kerjasama Asuransi      Lembaga keuangan tidak diperkenankan melakukan penutupan asuransi di luar yang telah ditetapkan sebagai asurador rekanan lembaga keuangan. Dalam pelaksanaannya, tertanggung, dalam hal ini lembaga keuangan atau customer, memunyai hak untuk memilih asurador yang diinginkan, sepanjang asurador tersebut adalah rekanan lembaga keuangan. Setiap asurador rekanan diwajibkan membuka rekening di lembaga keuangan dan segala aktivitas asuransi harus disalurkan melalui rekening tersebut. Asurador wajib dan mengikat diri untuk memlihara saldo. Saldo minimal tersebut baru dapat dicairkan apabila sudah tidak memunyai hubungan kerjasama perasuransian lagi dengan lembaga keuangan. PT Asuransi Aman ditunjuk sebagai broker untuk menjadi perantara dalam membantu kepentingan tertanggung dalam hal penutupan maupun penyelesaian klaim asuransi; yang diharapkan dapat memberikan advis mengenai penempatan setiap risiko dari tertanggung dengan baik, sehingga memeroleh proteksi yang optimal dengan biaya premi yang rendah.
  • 123. Tuntutan Ganti Rugi atau Klaim Asuransi Klaim adalah tuntutan ganti rugi dari tertanggung kepada penanggung sehubungan dengan terjadinya peristiwa (accident) atas obyek pertangungan. Dalam penyelesaian klaim, penanggung akan melakukan penilaian kembali obyek pertanggungan atas dasar harga yang sebenarnya atau harga pasar
  • 124. Klaim yang diajukan tertanggung, berupa   Klaim Total Loss klaim secara keseluruhan sebesar jumlah nilai pertanggungannya. Apabila pertanggungan diasuransikan di atas harga/over insurance, maka ganti rugi dibayar sesuai harga pasar, sehingga kerugian yang akan diganti lebih kecil daripada harga yang tercantum dalam polis. Klaim Partial Loss klaim kerugian sebagian atau klaim yang jumlahnya lebih kecil daripada nilai pertanggungan. Apabila objek pertanggungan diasuransikan di atas harga/over insurance, maka ganti rugi dibayar sesuai kerugian yang diderita
  • 125. Kewajiban tertanggung jika terjadi accident     Menyelamatkan, menjaga, dan mengizinkan orang lain untuk menolong menyelamatkan barang. Memberi kesempatan kepada penanggung untuk mengadakan penelitian. Memberikan segala keterangan dan bukti-bukti yang diminta oleh penanggung. Tidak mengubah atau langsung memperbaiki barang sebelum diadakan penelitian oleh penanggung.
  • 126. Proses pengajuan klaim   Tertanggung harus segera memberitahukan kepada lembaga keuangan secara lisan terlebih dahulu begitu terjadi peristiwa/musibah objek pertanggungan. Pada kesempatan pertama, lembaga keuangan akan memberitahukan kepada broker/asurador, secara lisan terlebih dahulu, paling lambat waktu 4 X 24 jam (atau tergantung kesepakatan dengan asuransi). Berdasarkan laporan lembaga keuangan, broker/asurador akan melakukan on the spot ke lokasi kejadian. Dalam hal kerugian cukup besar atau sulit mencari sebab kejadian, pihak asurador biasanya menunjuk adjuster untuk melakukan survey klaim.
  • 127.   Pihak tertanggung bersama dengan lembaga keuangan (dibantu broker) mempersiapkan segala sesuatunya mengenai data klaim, termasuk perkiraan kerugian serta surat pendukung klaim. Tertanggung dapat kehilangan hak menuntut ganti rugi (klaim) apabila pemberitahuan adanya accident telah lewat dari 4 x 24 jam dan akan kehilangan hak mendapat ganti rugi apabila dalam waktu satu tahun tidak ada tuntutan pembayaran ganti rugi.
  • 128. Dokumen klaim     Asli dokumen pertangguangan (asli polis, kwitansi, nota premi/bukti pembayaran premi). Surat keterangan dari kepolisian RI yang ditandatangani oleh Kapolda, berikut berita acara pemeriksaan kejadian. Daftar terinci atas barang yang rusak dan daftar barang yang tersisa. Buku-buku, invoice, daftar stok, dan cacatan lain yang membuktikan adanya kerugian tersebut.
  • 129. Pembayaran klaim  Pembayaran klaim dilakukan melalui bank apabila pada polis terlekat banker’s clause. Untuk itu, bank harus selalu memeriksa bahwa setiap polis telah terlekat financial institutions clause untuk PT Permata Indah. Hasil klaim tersebut digunakan untuk menurunkan baki debet customer
  • 130.  Setelah menerima nota pembayaran dari asurador, maka:     Customer diminta menandatangani kwitansi penerimaan klaim. Dalam hal total loss, customer juga diminta menandatangani surat pernyataan hak subrogasi untuk pengalihan hak. Seluruh hasil klaim, setelah dikurangi own risk, dibayarkan ke rekening customer. Diperiksa apakah agunan yang masih ada masih cukup meng-cover sisa pembiayaannya
  • 131. Pengawasan dan Laporan  Bank harus selalu melakukan monitoring untuk memastikan bahwa:    Semua agunan customer debitur yang insurable telah diasuransikan. Polis asli asuransi dengan banker’s clause telah dikuasai bank. Pembayaran premi dipenuhi oleh customer dengan tertib.
  • 132. Pengawasan dan Laporan    Jangka waktu belum berakhir atau telah diajukan perpanjangannya. Buku pembantu asuransi terpelihara dengan baik dan setiap perubahan mengenai asuransi dicatat secara teratur. Laporan bulanan asuransi agar dikirim secara teratur ke kantor pusat