SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Paper Mata Kuliah Seminar Pemberantasan Korupsi-Bintaro, 26 Februari 2014
1
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI DI JEPANG
oleh:
Moch Reza Agung Yudhalaksana (22)
NPM: 134060018326
Semester VII D-IV Akuntansi Kelas BPKP Angkatan II, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan
utsukushihito@gmail.com
Abstrak – Jepang adalah negara di kawasan Asia Timur yang terkenal dengan kemajuan ekonomi dan
supremasi hukumnya. Indeks persepsi korupsi (IPK) Jepang tahun 2013 berdasarkan hasil survey Lembaga
Transparansi Internasional ada pada peringkat ke-18 dunia. Di lain pihak, Indonesia berada pada peringkat ke-
114. Ketertinggalan Indonesia terhadap pencegahan dan pemberantasan korupsi di Jepang yang sangat jauh
tersebut memerlukan kajian mendalam, agar dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan prestasi atas
pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia.
Kata Kunci : Pemberantasan, Korupsi, Tugas, Kewenangan, Aparat Penegak Hukum, Jepang
1. PENDAHULUAN
1) Gambaran Umum Negara Jepang
Jepang adalah sebuah negara Monarki
Konstitusional dengan luas wilayah 377.944km2
yang memiliki penduduk berjumlah sekitar
126,7 juta jiwa dan pendapatan per kapita
sebesar USD39.321 atau setara Rp450.000.000
merupakan salah satu negara termaju di dunia.
2) Peringkat Korupsi Jepang di dunia
Kemakmuran dan kemajuan Republik Jepang
tidak terlepas dari komitmen rakyat dan
pemerintahannya untuk mencegah dan
memberantas korupsi.
Hal ini terlihat dari hasil survey Lembaga
Transparansi Internasional yang memberikan
peringkat ke-18 dunia untuk Jepang dengan Skor
74 pada tahun 2013.
Dengan skor tersebut, Jepang lebih unggul dari
segi pencegahan dan pemberantasan korupsi
dibandingkan dengan Indonesia yang bertengger
pada peringkat ke-114 dengan skor 32 pada
tahun 2013.
3) Tujuan Penulisan Paper
Melalui paper ini, penulis mencoba menganalisis
upaya pencegahan dan penanganan kasus
korupsi di Jepang sehingga menjadi peringkat
ke-18 dunia sebagai negara terbersih yang bebas
dari tindak pidana korupsi sehingga dari analisis
tersebut menghasilkan faktor-faktor yang dapat
ditiru oleh Indonesia dalam rangka melakukan
upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi
yang sudah mengakar dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sehingga menjadi
bahaya laten nasional yang harus segera
dimusnahkan agar menciptakan kondisi politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan ketahanan nasional
yang kondusif untuk kemajuan dan
kesejahteraan Rakyat Indonesia.
2. PEMBAHASAN
1) Sosio Kultural Masyarakat
Negara Jepang tidak memiliki Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi seperti di
Indonesia. Hukuman koruptor maksimal hanya 7
tahun penjara.
Kata korupsi tidak terlalu familiar dalam
kosakata orang jepang. Hukum di Jepang
mengenal tindakan penyuapan, penggelapan
uang negara, dan penipuan. Namun tindak
pidana korupsi tersebut hanya menjadi bagian
dari tindak pidana umum saja.
Berikut ini nilai-nilai budaya yang tertanam pada
orang Jepang pada umumnya, yaitu:
(1) Malu
Kultur hukum "malu" yang masih besar dari
masyarakat Jepang sangat efektif sebagai alat
preventif melawan korupsi. Konon,
pengacara Jepang senantiasa berusaha
membujuk klien-nya untuk mengakui
kesalahannya, mundur dari jabatan, dan
setelah itu mengembalikan hasil
kejahatannya.
Budaya malu dalam kebudayaan Jepang ini
sudah ada sejak jaman Ke-Shogun-an
Kamakura yang didirikan oleh Samurai dari
Klan Minamoto. Ketika salah satu samurai
bernama Minamoto Yorishama lebih
memilih melakukan bunuh diri dengan cara
menyobek perutnya dengan sebilah belati
daripada menerima kekalahan dari Klan
Taira pada tahun 1180 M. semenjak saat itu,
setiap samurai memiliki komitmen untuk
melakukan bunuh diri ketimbang
menanggung malu akibat kalah berperang.
Budaya malu ini sangat efektif sebagai upaya
preventif dan represif atas tindakan tercela,
kriminal, dan pidana.
Paper Mata Kuliah Seminar Pemberantasan Korupsi-Bintaro, 26 Februari 2014
2
(2) Jujur
Masih terkait dengan poin sebelumnya yaitu
budaya malu, bagi masyarakat Jepang,
kepercayaan adalah sesuatu yang sangat
berharga. Melakukan pengkhianatan atas
kepercayaan adalah hal yang sangat
memalukan. Dengan demikian secara naluri,
masyarakat Jepang akan berusaha jujur untuk
mempertahankan kepercayaan yang
diraihnya.
(3) Tertib dan Disiplin
Masyarakat Jepang juga terkenal dengan
sikap tertib dan patuh terhadap aturan.
Kepatuhan terhadap norma hukum, sosial,
dan budaya menimbulkan kedisiplinan yang
tinggi.
(4) Setia
Masyarakat Jepang terkenal dengan loyalitas
yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh
kesamaan nasib antar orang Jepang sebagai
penduduk pendatang dari daratan Cina yang
mengadu nasib di kepulauan sebelah timur
raya yang pada saat itu dihuni oleh Suku
Ainu.
Sebagai perantauan, mereka dituntut untuk
memiliki solidaritas tinggi untuk tetap
bertahan dari ancaman penduduk lokal dan
fenomena alam yang ganas.
Kesetiaan orang Jepang sangat terlihat jelas
dalam peristiwa Kamikaze, yaitu ketika
seluruh pemuda Jepang dituntut untuk
berperang atas nama Kaisar untuk
memperluas kekuasaan Jepang di dunia ini.
Setiap prajurit menerima doktrin bahwa
kematian adalah suatu penghargaan dan
menjadi tujuan hidup mereka yang dapat
membuat Jepang menjadi negara adidaya.
2) Pengaruh Geografis
Jepang merupakan negara kepulauan kecil
dengan kondisi geografis yang cukup berbahaya.
Terletak di antara 3 (tiga) pertemuan lempeng
bumi dan sabuk barisan pengunungan berapi
menyebabkan Jepang sering mengalami gempa
baik tektonik dan vulkanik yang terkadang
mengakibatkan tsunami.
Masyarakat dituntut untuk bisa bertahan hidup
dengan cara disiplin dan siap siaga.
3) Pengaruh Politik
(1) Era Shogun dan Daimyo
Pada jaman kekuasaan Jepang yang terpecah
sesuai klan-klan tuan tanah, masyarakat
Jepang dididik untuk setia kepada
majikannya. Pelanggaran yang dilakukan,
bisa berakibat kematian. Hal tersebut
diwariskan turun temurun hingga saat ini.
(2) Era Modern
Nilai-nilai budaya adilihung yang
ditanamkan orang Jepang tersebut
menempatkan Jepang menjadi negara yang
kuat.
Kekalahan Jepang atas Perang Dunia II tidak
menyurutkan semangat mereka untuk
bangkit dari keterpurukan. Alih-alih
membenci musuhnya, Jepang malah
mengutus seluruh generasi mudanya untuk
belajar di Amerika dan Eropa, untuk
menimba ilmu sehingga bisa membangun
kembali Jepang yang telah hancur pasca
kekalahan perang.
4) Peraturan yang Berlaku di Jepang
Jepang tidak memiliki Undang-undang yang
secara khusus mengatur Tindak Pidana Korupsi.
Kejahatan penyimpangan yang berbau korupsi
akan dihukum sesuai dengan hukum pidana yang
berlaku di Jepang. Namun demikian dalam
rangka praktik bisnis yang bersih, Jepang
mempunyai Undang-undang Anti Monopoli dan
Undang-undang Anti Bid Rigging yang
berfungsi untuk mencegah terjadinya nepotisme
dan kolusi dalam bisnis dan kegiatan bisnis yang
terkait dengan administrasi pemerintahan.
5) Komitmen Pemerintah Jepang
Perkembangan positif dalam kaitannya dengan
korupsi dan investasi :
- Pemerintah mensyaratkan auditor eksternal
untuk melaporkan kegiatan ilegal yang
mencurigakan kepada pihak berwenang.
- Polisi, jaksa, dan lembaga seperti Badan
Nasional Pajak (NTA), dan Securities and
Exchange Commission Surveillance Badan
Layanan Keuangan berkolaborasi lebih erat
dan berbagi informasi yang berkaitan dengan
suap.
- Perubahan dibuat pada tahun 2006 dengan UU
Pemberantasan dan Pencegahan Keterlibatan
dalam Bid Rigging (Kecurangan PBJ), dengan
tujuan untuk memberantas kolusi resmi dalam
persekongkolan tender.
6) Mekanisme Penegakan Hukum di Jepang
Kualitas birokrasi Jepang sangat efisien, efektif,
bersih dan memudahkan tumbuhnya dunia
usaha.
Transparansi dalam pelayanan sektor publik dan
penegakan hukum dapat membangun
akuntabilitas dan mencegah tindakan koruptif.
Walaupun Jepang tidak mempunyai lembaga
semacam Komisi Pemberantasan Korupsi,
Paper Mata Kuliah Seminar Pemberantasan Korupsi-Bintaro, 26 Februari 2014
3
namun Jepang memiliki lembaga penegak
hukum (Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman)
yang kuat.
(1) Kepolisian
Kepolisian berperan dalam melakukan
penyelidikan awal atas semua kasus pidana,
kemudian berkas hasil penyelidikan
kepolisian tersebut diserahkan kepada
kejaksaan untuk dilakukan
investigasi/penyidikan sebagai bahan
pertimbangan apakah kasus tersebut layak
untuk dilakukan penuntutan atau tidak.
Kepolisian dan Kejaksaan merupakan
lembaga dengan independensi yang kuat dan
saling bekerja sama.
Kepolisian dan Kejaksaan sering
mengadakan rapat untuk membahas kasus
tertentu secara rinci sebelum dilakukan
penuntutan.
(2) Kejaksaan
Lembaga Kejaksaan/Prosekutor Jepang
berwenang melakukan penyidikan kriminal
baik atas dasar penyelidikan kepolisian
maupun hasil identifikasi kejaksaan sendiri.
Jika penyelidikan awal kasus oleh Kepolisian
sebagian besar merupakan kriminal umum,
maka penyelidikan yang dilakukan oleh
Jaksa sebagian besar terkait kasus
penyuapan.
Kantor Kejaksaan berisikan jaksa-jaksa
dengan latar belakang pendidikan yang
beragam, sehingga dengan wawasannya yang
lebih luas dari aparat kepolisian menjadikan
aparat kejaksaan lebih terampil dalam
menafsirkan hukum dan melakukan teknik
investigasi.
Berdasarkan peraturan yang berlaku, bahwa
jaksa tidak dapat sembarangan dimutasi
tanpa alasan yang jelas bahkan oleh Menteri
Kehakiman.
(3) Departemen Pidana Khusus Kejaksaan
Dalam struktur organisasinya, Kejaksaan
memiliki Departemen Pidana Khusus yang
bertugas menyelidiki kasus suap dan
kejahatan ekonomi yang dilakukan oleh
pejabat pemerintah. Departemen Pidana
Khusus ini didirikan di Kantor Kejaksaan
Tokyo, Osaka, dan Nagoya serta pada 10
Kota lain di Jepang. Tidak semua kantor
kejaksaan memiliki departemen pidana
khusus ini.
Cara kerja dari departemen ini antara lain:
- Melakukan identifikasi dari liputan berita,
hak angket legislatif, dan sebagainya
- Melakukan kajian atas keluhan dan aduan
masyarakat
- Mencari tanda-tanda aktivitas yang
mencurigakan selama penyelidikan
kejahatan tersebut, sehingga menambah
bobot pada kecurigaan bahwa beberapa
kejahatan lain telah dilakukan. Dalam
kasus penggelapan pajak, menyita buku
rekening diperiksa untuk mengidentifikasi
aliran dana, sehingga mengungkapkan
apakah suap yang ditawarkan kepada
pejabat pemerintah yang kemudian bisa
dituduh suap. Ketika seorang tersangka
yang diidentifikasi atau saksi dipertanyakan
sehubungan dengan kasus penggelapan
atau pelanggaran kepercayaan oleh direksi
eksekutif korporasi, laporan yang diperoleh
secara tak terduga untuk mendeteksi
praktik korupsi, sehingga mengarah ke
penuntutan.
7) Isu Terkait Penanganan Korupsi:
Jepang memiliki isu-isu yang sering kali menjadi
risiko yang menghambat penanganan korupsi,
antara lain:
(1) Hubungan yang erat antara politisi,
perusahaan-perusahaan Jepang ,universitas,
dan organisasi pemerintah, melembagakan
korupsi dan sangat mempengaruhi
pelaksanaan tender untuk kontrak-kontrak
pemerintah.
Sistem pemerintahan parlementer tentunya
menyebabkan risiko money politics yang
kuat.
Ketika pemilihan umum berlangsung, maka
politisi membutuhkan banyak dana untuk
bisa berhasil masuk ke dalam lembaga
legislatif, sehingga seringkali para calon
legislatif memerlukan sponsor dari pihak
swasta.
Perdana menteri dipilih oleh parlemen,
sehingga terdapat hubungan erat antara
pemerintah dengan dunia usaha yang
memodali ketika pemilu berlangsung.
(2) Whistle blower baik pada sektor publik
maupun swasta memiliki risiko diturunkan,
dipecat, dan dilecehkan, meskipun keduanya
dilindungi asas hukum praduga tak bersalah.
(3) Jepang tidak cukup menegakkan hasil
Konvensi Anti-Suap OECD (Organization of
Economic Cooperation and Development).
Hal ini menunjukkan bahwa kasus
penyuapan masih sering terjadi di Jepang.
Paper Mata Kuliah Seminar Pemberantasan Korupsi-Bintaro, 26 Februari 2014
4
(4) Budaya terimakasih, bisa menjadi bibit dari
risiko gratifikasi.
Sebuah tradisi Jepang ketika mengunjungi
kerabat, rekan kerja, atau undangan lainnya
adalah memberikan oleh-oleh (o-miyage)/
cendera mata/ angpao (otoshidama). Hal ini
menjadi sangat berisiko ketika cendera mata
tersebut diberikan kepada pihak-pihak yang
memiliki konflik kepentingan.
(5) Budaya malu yang sudah mengakar pada
sanubari setiap orang Jepang seringkali
menghambat penanganan sebuah kasus
korupsi yang mungkin melibatkan banyak
pihak dengan kompleksitas kasus yang
tinggi. Hambatan tersebut muncul ketika
tersangka sebuah kasus korupsi melakukan
bunuh diri sebagai wujud
pertanggungjawaban kepada keluarga dan
masyarakat daripada harus menanggung
malu akibat kesalahan yang diperbuatnya.
(6) Biaya hidup yang tinggi di Jepang, menjadi
risiko lain yang dapat menimbulkan tindakan
koruptif.
Namun demikian, gaji pegawai negeri yang
tinggi menjadi penyeimbang dari risiko
tersebut.
Dengan gaji yang tinggi, diharapkan para
aparatur negara dapat bekerja sesuai dengan
tupoksinya sehingga tidak tergoda dengan
melakukan tindakan penggelapan uang
negara dan menerima uang suap.
8) Peran Media Masa
Media massa di Jepang berperan penting dalam
menyebarkan berita korupsi dan melakukan
propaganda. Ketika masyarakat sudah geram,
maka tekanan publik sangat besar agar seseorang
yang dinilai korup segera mundur.
Mainichi Shinbun sebagai koran plat merah dan
NHK sebagai stasiun televisi plat merah menjadi
alat pemerintah untuk menyudutkan lawan
politik dan mengekspos kecurangan yang
dilakukan pejabat pemerintah yang tidak disukai
oleh penguasa.
9) Keunikan Dalam Penegakan Hukum di
Jepang
(1) Patung Dewi Keadilan di Jepang meskipun
juga tangan kanannya memegang "pedang
keadilan" dan tangan kirinya memegang
timbangan, tetapi berbeda dengan patung
"Dewi Keadilan" kita di Indonesia yang
matanya ditutup kain hitam, maka "sang
Dewi Keadilan Jepang" matanya terbuka.
(2) Pengacara di Jepang tidak seperti pengacara
di Indonesia yang terbiasa memutarbalikan
fakta dengan segala cara agar kliennya
terlihat tidak bersalah, namun lebih
mendesak sang klien untuk mengakui
kesalahan yang dilakukan.
3. SIMPULAN
Negara Jepang adalah salah satu negara yang
sampai sekarang tidak memiliki regulasi khusus
terkait korupsi. Penanganan kasus korupsi
mengandalkan hukum pidana reguler.
Begitu pula dari sisi kelembagaan, Negara Jepang
tidak mempunyai lembaga khusus untuk menangani
korupsi. Penanganan kasus korupsi dilakukan oleh
lembaga kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan
umum.
Namun demikian komitmen dan performa dari
lembaga tersebut sangat baik, sehingga kasus
korupsi dapat ditangani dengan efektif.
Selain itu, mental dan kepribadian masyarakat
Jepang tergolong jujur dan berintegritas. Masyarakat
Jepang juga sangat menjunjung budaya malu dan
sangat menjaga harga diri. Dalam hal ini self control
dan self esteem sangat dikedepankan. Sehingga pola
pencegahan korupsi dimulai dari diri pribadi
masing-masing orang Jepang.
Namun demikian, masih terdapat beberapa risiko
yang bisa menyebabkan terjadinya korupsi, yaitu
budaya terima kasih yang juga sangat tinggi dapat
menimbulkan risiko gratifikasi.
Kondisi perekonomian yang stabil, dan gaji pegawai
negeri yang tinggi menjadi faktor lain yang dapat
mencegah tindakan korup dari para aparatur negara.
DAFTAR REFERENSI
[1] Komisi Pemberantasan Korupsi. 2006. Memahami
Untuk Membasmi: Buku Saku Untuk Memahami
Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Komisi
Pemberantasan Korupsi.
[2] Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
2013. Petunjuk Pelaksanaan Sosialisasi Program Anti
Korupsi Tahun 2013. Jakarta: BPKP.
[3] http://www.antikorupsi.org/en/content/kontrol-sosial-
jepang-jadi-roh-pemberantasan-korupsi
[4] http://donzdays.blogspot.com/2013/02/hukum-
korupsi-dunia.html
[5] http://f-sharing.blogspot.com/2011/06/bercermin-
pada-penegakan-hukum-jepang.html
[6] http://en.wikipedia.org/wiki/Japan
[7] http://en.wikipedia.org/wiki/Seppuku
[8] http://www.business-anti-corruption.com/country-
profiles/east-asia-the-pacific/japan/snapshot.aspx
[9] http://www.unafei.or.jp/english/pdf/PDF_rms/no56/56
-36.pdf
[10] http://www.transparency.org/country#JPN
[11] http://www.uni-due.de/in-
east/fileadmin/publications/gruen/paper23. pdf

More Related Content

What's hot

Organisasi sektor publik
Organisasi sektor publikOrganisasi sektor publik
Organisasi sektor publikAjeng Pipit
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaARY SETIADI
 
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsiBab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsinatal kristiono
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraNakano
 
Pengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan NegaraPengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan NegaraSujatmiko Wibowo
 
Presentasi audit kinerja
Presentasi audit kinerjaPresentasi audit kinerja
Presentasi audit kinerjamikacuuuu
 
Global Governance dan Korupsi di Korea Selatan
Global Governance dan Korupsi di Korea SelatanGlobal Governance dan Korupsi di Korea Selatan
Global Governance dan Korupsi di Korea SelatanRidha Mutiara
 
Pemberantasan Korupsi di Jepang
Pemberantasan Korupsi di JepangPemberantasan Korupsi di Jepang
Pemberantasan Korupsi di JepangM Arief Fakhruddin
 
Proposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsiProposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsispilody111
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahDadang Solihin
 
Etika, norma, dan kode etik profesi
Etika, norma, dan kode etik profesiEtika, norma, dan kode etik profesi
Etika, norma, dan kode etik profesizia safira
 
Kumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomiKumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomiArya D Ningrat
 
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannyaAkar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannyaEry Arifullah
 
pemberantasan korupsi di singapura
pemberantasan korupsi di singapurapemberantasan korupsi di singapura
pemberantasan korupsi di singapuraReza Yudhalaksana
 
Pengukuran Good Governance Index
Pengukuran Good Governance IndexPengukuran Good Governance Index
Pengukuran Good Governance IndexDadang Solihin
 
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYAAKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYAFajar Dolly
 

What's hot (20)

Organisasi sektor publik
Organisasi sektor publikOrganisasi sektor publik
Organisasi sektor publik
 
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di IndonesiaPresentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
Presentasi Masalah Korupsi Di Indonesia
 
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsiBab 4 faktor faktor penyebab korupsi
Bab 4 faktor faktor penyebab korupsi
 
korupsi di korea selatan
korupsi di korea selatankorupsi di korea selatan
korupsi di korea selatan
 
Sumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negaraSumber hukum administrasi negara
Sumber hukum administrasi negara
 
Pengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan NegaraPengelolaan Keuangan Negara
Pengelolaan Keuangan Negara
 
Presentasi audit kinerja
Presentasi audit kinerjaPresentasi audit kinerja
Presentasi audit kinerja
 
Global Governance dan Korupsi di Korea Selatan
Global Governance dan Korupsi di Korea SelatanGlobal Governance dan Korupsi di Korea Selatan
Global Governance dan Korupsi di Korea Selatan
 
Pemberantasan Korupsi di Jepang
Pemberantasan Korupsi di JepangPemberantasan Korupsi di Jepang
Pemberantasan Korupsi di Jepang
 
Proposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsiProposal pengajuan judul skripsi
Proposal pengajuan judul skripsi
 
Sistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan DaerahSistem Pemerintahan Daerah
Sistem Pemerintahan Daerah
 
Etika, norma, dan kode etik profesi
Etika, norma, dan kode etik profesiEtika, norma, dan kode etik profesi
Etika, norma, dan kode etik profesi
 
Kumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomiKumpulan pertanyaan otonomi
Kumpulan pertanyaan otonomi
 
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannyaAkar masalah korupsi dan pemberantasannya
Akar masalah korupsi dan pemberantasannya
 
pemberantasan korupsi di singapura
pemberantasan korupsi di singapurapemberantasan korupsi di singapura
pemberantasan korupsi di singapura
 
Peranan auditor internal dalam tata kelola organisasi iia
Peranan auditor internal dalam tata kelola organisasi iiaPeranan auditor internal dalam tata kelola organisasi iia
Peranan auditor internal dalam tata kelola organisasi iia
 
Pengukuran Good Governance Index
Pengukuran Good Governance IndexPengukuran Good Governance Index
Pengukuran Good Governance Index
 
Korupsi
KorupsiKorupsi
Korupsi
 
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYAAKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
AKTOR DALAM GOOD GOVERNANCE SERTA PERANNYA
 
281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi281669604 makalah-kasus-korupsi
281669604 makalah-kasus-korupsi
 

Viewers also liked

Manual identidade corporativa da Xunta de Galicia
Manual identidade corporativa da Xunta de GaliciaManual identidade corporativa da Xunta de Galicia
Manual identidade corporativa da Xunta de GaliciaXunta de Galicia
 
20150111专利知识和专利申请实践(刘胜)号码集合和网络认证.84p.pptx
20150111专利知识和专利申请实践(刘胜)号码集合和网络认证.84p.pptx20150111专利知识和专利申请实践(刘胜)号码集合和网络认证.84p.pptx
20150111专利知识和专利申请实践(刘胜)号码集合和网络认证.84p.pptxliu sheng
 
Tutorial inscripcion de materias
Tutorial inscripcion de materiasTutorial inscripcion de materias
Tutorial inscripcion de materiasUniminutoBtasur
 
Ricardo Cesar Costa - Usos e abusos da exclusão social como conceito explicativo
Ricardo Cesar Costa - Usos e abusos da exclusão social como conceito explicativoRicardo Cesar Costa - Usos e abusos da exclusão social como conceito explicativo
Ricardo Cesar Costa - Usos e abusos da exclusão social como conceito explicativoRicardo Costa
 
III EEE-CS2363-Computer-Networks-important-questions-for-unit-4-unit-5-for-ma...
III EEE-CS2363-Computer-Networks-important-questions-for-unit-4-unit-5-for-ma...III EEE-CS2363-Computer-Networks-important-questions-for-unit-4-unit-5-for-ma...
III EEE-CS2363-Computer-Networks-important-questions-for-unit-4-unit-5-for-ma...Selva Kumar
 
Contending visions of the middle east 1 3
Contending visions of the middle east 1 3Contending visions of the middle east 1 3
Contending visions of the middle east 1 3sandralogan
 
Filipinos’ Different Ways of Facing the Challenges of Life As Shown in Galang...
Filipinos’ Different Ways of Facing the Challenges of Life As Shown in Galang...Filipinos’ Different Ways of Facing the Challenges of Life As Shown in Galang...
Filipinos’ Different Ways of Facing the Challenges of Life As Shown in Galang...Angie Magdasoc
 
Inserting Music Into Power Point 2007
Inserting Music Into Power Point 2007Inserting Music Into Power Point 2007
Inserting Music Into Power Point 2007ahopkins
 
Introduction of Juna International Ltd - English 20141006
Introduction of Juna International Ltd - English 20141006Introduction of Juna International Ltd - English 20141006
Introduction of Juna International Ltd - English 20141006Ceci Dincer
 
Integración de servicios con ESB
Integración de servicios con ESBIntegración de servicios con ESB
Integración de servicios con ESBSoftware Guru
 
Como consigo una cuenta de correo electrónico
Como consigo una cuenta de correo electrónicoComo consigo una cuenta de correo electrónico
Como consigo una cuenta de correo electrónicoGerardo Camacho Gonzales
 
Lampiran V Permen 03 TAhun 2013 Audit LH
Lampiran V Permen 03 TAhun 2013 Audit LHLampiran V Permen 03 TAhun 2013 Audit LH
Lampiran V Permen 03 TAhun 2013 Audit LHDewi Hadiwinoto
 
World Environment Day (June 5, 2013)
World Environment Day (June 5, 2013)World Environment Day (June 5, 2013)
World Environment Day (June 5, 2013)Andy Dabydeen
 

Viewers also liked (20)

Manual identidade corporativa da Xunta de Galicia
Manual identidade corporativa da Xunta de GaliciaManual identidade corporativa da Xunta de Galicia
Manual identidade corporativa da Xunta de Galicia
 
Chineseeee
ChineseeeeChineseeee
Chineseeee
 
20150111专利知识和专利申请实践(刘胜)号码集合和网络认证.84p.pptx
20150111专利知识和专利申请实践(刘胜)号码集合和网络认证.84p.pptx20150111专利知识和专利申请实践(刘胜)号码集合和网络认证.84p.pptx
20150111专利知识和专利申请实践(刘胜)号码集合和网络认证.84p.pptx
 
Managing Meetings
Managing MeetingsManaging Meetings
Managing Meetings
 
12.diciembre
12.diciembre12.diciembre
12.diciembre
 
Tutorial inscripcion de materias
Tutorial inscripcion de materiasTutorial inscripcion de materias
Tutorial inscripcion de materias
 
Ricardo Cesar Costa - Usos e abusos da exclusão social como conceito explicativo
Ricardo Cesar Costa - Usos e abusos da exclusão social como conceito explicativoRicardo Cesar Costa - Usos e abusos da exclusão social como conceito explicativo
Ricardo Cesar Costa - Usos e abusos da exclusão social como conceito explicativo
 
III EEE-CS2363-Computer-Networks-important-questions-for-unit-4-unit-5-for-ma...
III EEE-CS2363-Computer-Networks-important-questions-for-unit-4-unit-5-for-ma...III EEE-CS2363-Computer-Networks-important-questions-for-unit-4-unit-5-for-ma...
III EEE-CS2363-Computer-Networks-important-questions-for-unit-4-unit-5-for-ma...
 
Contending visions of the middle east 1 3
Contending visions of the middle east 1 3Contending visions of the middle east 1 3
Contending visions of the middle east 1 3
 
Filipinos’ Different Ways of Facing the Challenges of Life As Shown in Galang...
Filipinos’ Different Ways of Facing the Challenges of Life As Shown in Galang...Filipinos’ Different Ways of Facing the Challenges of Life As Shown in Galang...
Filipinos’ Different Ways of Facing the Challenges of Life As Shown in Galang...
 
Inserting Music Into Power Point 2007
Inserting Music Into Power Point 2007Inserting Music Into Power Point 2007
Inserting Music Into Power Point 2007
 
Open Door Classroom
Open Door ClassroomOpen Door Classroom
Open Door Classroom
 
Introduction of Juna International Ltd - English 20141006
Introduction of Juna International Ltd - English 20141006Introduction of Juna International Ltd - English 20141006
Introduction of Juna International Ltd - English 20141006
 
Integración de servicios con ESB
Integración de servicios con ESBIntegración de servicios con ESB
Integración de servicios con ESB
 
Office 365
Office 365Office 365
Office 365
 
Como consigo una cuenta de correo electrónico
Como consigo una cuenta de correo electrónicoComo consigo una cuenta de correo electrónico
Como consigo una cuenta de correo electrónico
 
Los conectores
Los conectoresLos conectores
Los conectores
 
Lampiran V Permen 03 TAhun 2013 Audit LH
Lampiran V Permen 03 TAhun 2013 Audit LHLampiran V Permen 03 TAhun 2013 Audit LH
Lampiran V Permen 03 TAhun 2013 Audit LH
 
Respirasi
RespirasiRespirasi
Respirasi
 
World Environment Day (June 5, 2013)
World Environment Day (June 5, 2013)World Environment Day (June 5, 2013)
World Environment Day (June 5, 2013)
 

Similar to SEMINAR KORUPSI

pemberantasan korupsi di finlandia
pemberantasan korupsi di finlandiapemberantasan korupsi di finlandia
pemberantasan korupsi di finlandiaReza Yudhalaksana
 
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...FIkri Aulawi Rusmahafi
 
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...FIkri Aulawi Rusmahafi
 
Power Point PPKn SMA KELAS XII BAB II.pptx
Power Point  PPKn SMA KELAS XII BAB II.pptxPower Point  PPKn SMA KELAS XII BAB II.pptx
Power Point PPKn SMA KELAS XII BAB II.pptxsuwaridspd
 
15 Materi Dasar Penyuluh Anti Korupsi.pptx
15 Materi Dasar Penyuluh Anti Korupsi.pptx15 Materi Dasar Penyuluh Anti Korupsi.pptx
15 Materi Dasar Penyuluh Anti Korupsi.pptxcahyomeiyana
 
Hak kewajiban serta tanggung jawab warga negara dan perananya
Hak kewajiban serta tanggung jawab warga negara dan perananyaHak kewajiban serta tanggung jawab warga negara dan perananya
Hak kewajiban serta tanggung jawab warga negara dan perananyaRezy Marsellina
 
Bahaya Laten Korupsi
Bahaya Laten KorupsiBahaya Laten Korupsi
Bahaya Laten KorupsiAzinuddin Haq
 
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...basrizal82
 
Materi pkn kelas 10
Materi pkn kelas 10Materi pkn kelas 10
Materi pkn kelas 10Aisyah Nisa
 
PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI FUNGSI PERLINDUNGAN TERHADAP ...
PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI FUNGSI PERLINDUNGAN TERHADAP ...PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI FUNGSI PERLINDUNGAN TERHADAP ...
PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI FUNGSI PERLINDUNGAN TERHADAP ...Law Firm "Fidel Angwarmasse & Partners"
 
Kelebihan dan kekurangan wawasan nusantara dalam aspek sosial
Kelebihan dan kekurangan wawasan nusantara dalam aspek sosialKelebihan dan kekurangan wawasan nusantara dalam aspek sosial
Kelebihan dan kekurangan wawasan nusantara dalam aspek sosialFarmaSea
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga Negara Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga Negara Jae Rahman
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga NegaraHak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga NegaraJae Rahman
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga NegaraHak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga NegaraJae Rahman
 
buku-Pengantar-Kelembagaan-Antikorupsi.pdf
buku-Pengantar-Kelembagaan-Antikorupsi.pdfbuku-Pengantar-Kelembagaan-Antikorupsi.pdf
buku-Pengantar-Kelembagaan-Antikorupsi.pdfHaryadi56
 
Tugas budaya dasar kemanusiaan dan keadilan
Tugas budaya dasar kemanusiaan dan keadilanTugas budaya dasar kemanusiaan dan keadilan
Tugas budaya dasar kemanusiaan dan keadilanRizkyHidayat43
 

Similar to SEMINAR KORUPSI (20)

pemberantasan korupsi di finlandia
pemberantasan korupsi di finlandiapemberantasan korupsi di finlandia
pemberantasan korupsi di finlandia
 
2174 roki panjaitan
2174 roki panjaitan2174 roki panjaitan
2174 roki panjaitan
 
Bab 8 wawasan nusantara
Bab 8 wawasan nusantaraBab 8 wawasan nusantara
Bab 8 wawasan nusantara
 
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
Be & gg, fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, ...
 
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
Be & gg ; fikri aulawi, 55117110125, prof. dr. ir. h. hapzi ali, pre msc, mm,...
 
Power Point PPKn SMA KELAS XII BAB II.pptx
Power Point  PPKn SMA KELAS XII BAB II.pptxPower Point  PPKn SMA KELAS XII BAB II.pptx
Power Point PPKn SMA KELAS XII BAB II.pptx
 
15 Materi Dasar Penyuluh Anti Korupsi.pptx
15 Materi Dasar Penyuluh Anti Korupsi.pptx15 Materi Dasar Penyuluh Anti Korupsi.pptx
15 Materi Dasar Penyuluh Anti Korupsi.pptx
 
Korups
KorupsKorups
Korups
 
Hak kewajiban serta tanggung jawab warga negara dan perananya
Hak kewajiban serta tanggung jawab warga negara dan perananyaHak kewajiban serta tanggung jawab warga negara dan perananya
Hak kewajiban serta tanggung jawab warga negara dan perananya
 
Bahaya Laten Korupsi
Bahaya Laten KorupsiBahaya Laten Korupsi
Bahaya Laten Korupsi
 
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
Be gg, basrizal, prof dr ir hapzi ali mm cma, coruption dan froud. univ. merc...
 
Materi pkn kelas 10
Materi pkn kelas 10Materi pkn kelas 10
Materi pkn kelas 10
 
PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI FUNGSI PERLINDUNGAN TERHADAP ...
PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI FUNGSI PERLINDUNGAN TERHADAP ...PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI FUNGSI PERLINDUNGAN TERHADAP ...
PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN KEIMIGRASIAN SEBAGAI FUNGSI PERLINDUNGAN TERHADAP ...
 
Kelebihan dan kekurangan wawasan nusantara dalam aspek sosial
Kelebihan dan kekurangan wawasan nusantara dalam aspek sosialKelebihan dan kekurangan wawasan nusantara dalam aspek sosial
Kelebihan dan kekurangan wawasan nusantara dalam aspek sosial
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga Negara Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga Negara
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga NegaraHak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga Negara
 
Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga NegaraHak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan Kewajiban Warga Negara
 
buku-Pengantar-Kelembagaan-Antikorupsi.pdf
buku-Pengantar-Kelembagaan-Antikorupsi.pdfbuku-Pengantar-Kelembagaan-Antikorupsi.pdf
buku-Pengantar-Kelembagaan-Antikorupsi.pdf
 
Corruption and Fraud
Corruption and FraudCorruption and Fraud
Corruption and Fraud
 
Tugas budaya dasar kemanusiaan dan keadilan
Tugas budaya dasar kemanusiaan dan keadilanTugas budaya dasar kemanusiaan dan keadilan
Tugas budaya dasar kemanusiaan dan keadilan
 

More from Reza Yudhalaksana

SKRIPSI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN INDEKS PEMBANGUNAN...
SKRIPSI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN INDEKS PEMBANGUNAN...SKRIPSI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN INDEKS PEMBANGUNAN...
SKRIPSI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN INDEKS PEMBANGUNAN...Reza Yudhalaksana
 
Paper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiunPaper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiunReza Yudhalaksana
 
PERGESERAN PARADIGMA STRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI DARI SENTRALISASI KE DESENT...
PERGESERAN PARADIGMA STRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI DARI SENTRALISASI KE DESENT...PERGESERAN PARADIGMA STRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI DARI SENTRALISASI KE DESENT...
PERGESERAN PARADIGMA STRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI DARI SENTRALISASI KE DESENT...Reza Yudhalaksana
 
manajemen risiko coso-erm, as/nzs ISO 31000, basel, pbi, spip
manajemen risiko coso-erm, as/nzs ISO 31000, basel, pbi, spipmanajemen risiko coso-erm, as/nzs ISO 31000, basel, pbi, spip
manajemen risiko coso-erm, as/nzs ISO 31000, basel, pbi, spipReza Yudhalaksana
 
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintah
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintahpersamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintah
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintahReza Yudhalaksana
 
CSR as philanthropic strategy, intervening variable, promotion and tax avoidance
CSR as philanthropic strategy, intervening variable, promotion and tax avoidanceCSR as philanthropic strategy, intervening variable, promotion and tax avoidance
CSR as philanthropic strategy, intervening variable, promotion and tax avoidanceReza Yudhalaksana
 
pemberantasan korupsi di cina
pemberantasan korupsi di cinapemberantasan korupsi di cina
pemberantasan korupsi di cinaReza Yudhalaksana
 
Nilai-nila Kepemimpinan Musa AS
Nilai-nila Kepemimpinan Musa ASNilai-nila Kepemimpinan Musa AS
Nilai-nila Kepemimpinan Musa ASReza Yudhalaksana
 

More from Reza Yudhalaksana (9)

SKRIPSI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN INDEKS PEMBANGUNAN...
SKRIPSI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN INDEKS PEMBANGUNAN...SKRIPSI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN INDEKS PEMBANGUNAN...
SKRIPSI PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DAN INDEKS PEMBANGUNAN...
 
Advertorial APBN 2014
Advertorial APBN 2014Advertorial APBN 2014
Advertorial APBN 2014
 
Paper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiunPaper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiun
 
PERGESERAN PARADIGMA STRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI DARI SENTRALISASI KE DESENT...
PERGESERAN PARADIGMA STRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI DARI SENTRALISASI KE DESENT...PERGESERAN PARADIGMA STRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI DARI SENTRALISASI KE DESENT...
PERGESERAN PARADIGMA STRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI DARI SENTRALISASI KE DESENT...
 
manajemen risiko coso-erm, as/nzs ISO 31000, basel, pbi, spip
manajemen risiko coso-erm, as/nzs ISO 31000, basel, pbi, spipmanajemen risiko coso-erm, as/nzs ISO 31000, basel, pbi, spip
manajemen risiko coso-erm, as/nzs ISO 31000, basel, pbi, spip
 
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintah
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintahpersamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintah
persamaan dan perbedaan akuntansi manajemen komersial dan pemerintah
 
CSR as philanthropic strategy, intervening variable, promotion and tax avoidance
CSR as philanthropic strategy, intervening variable, promotion and tax avoidanceCSR as philanthropic strategy, intervening variable, promotion and tax avoidance
CSR as philanthropic strategy, intervening variable, promotion and tax avoidance
 
pemberantasan korupsi di cina
pemberantasan korupsi di cinapemberantasan korupsi di cina
pemberantasan korupsi di cina
 
Nilai-nila Kepemimpinan Musa AS
Nilai-nila Kepemimpinan Musa ASNilai-nila Kepemimpinan Musa AS
Nilai-nila Kepemimpinan Musa AS
 

Recently uploaded

1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 

Recently uploaded (20)

1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 

SEMINAR KORUPSI

  • 1. Paper Mata Kuliah Seminar Pemberantasan Korupsi-Bintaro, 26 Februari 2014 1 PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI DI JEPANG oleh: Moch Reza Agung Yudhalaksana (22) NPM: 134060018326 Semester VII D-IV Akuntansi Kelas BPKP Angkatan II, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Tangerang Selatan utsukushihito@gmail.com Abstrak – Jepang adalah negara di kawasan Asia Timur yang terkenal dengan kemajuan ekonomi dan supremasi hukumnya. Indeks persepsi korupsi (IPK) Jepang tahun 2013 berdasarkan hasil survey Lembaga Transparansi Internasional ada pada peringkat ke-18 dunia. Di lain pihak, Indonesia berada pada peringkat ke- 114. Ketertinggalan Indonesia terhadap pencegahan dan pemberantasan korupsi di Jepang yang sangat jauh tersebut memerlukan kajian mendalam, agar dapat dijadikan bahan untuk meningkatkan prestasi atas pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia. Kata Kunci : Pemberantasan, Korupsi, Tugas, Kewenangan, Aparat Penegak Hukum, Jepang 1. PENDAHULUAN 1) Gambaran Umum Negara Jepang Jepang adalah sebuah negara Monarki Konstitusional dengan luas wilayah 377.944km2 yang memiliki penduduk berjumlah sekitar 126,7 juta jiwa dan pendapatan per kapita sebesar USD39.321 atau setara Rp450.000.000 merupakan salah satu negara termaju di dunia. 2) Peringkat Korupsi Jepang di dunia Kemakmuran dan kemajuan Republik Jepang tidak terlepas dari komitmen rakyat dan pemerintahannya untuk mencegah dan memberantas korupsi. Hal ini terlihat dari hasil survey Lembaga Transparansi Internasional yang memberikan peringkat ke-18 dunia untuk Jepang dengan Skor 74 pada tahun 2013. Dengan skor tersebut, Jepang lebih unggul dari segi pencegahan dan pemberantasan korupsi dibandingkan dengan Indonesia yang bertengger pada peringkat ke-114 dengan skor 32 pada tahun 2013. 3) Tujuan Penulisan Paper Melalui paper ini, penulis mencoba menganalisis upaya pencegahan dan penanganan kasus korupsi di Jepang sehingga menjadi peringkat ke-18 dunia sebagai negara terbersih yang bebas dari tindak pidana korupsi sehingga dari analisis tersebut menghasilkan faktor-faktor yang dapat ditiru oleh Indonesia dalam rangka melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi yang sudah mengakar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga menjadi bahaya laten nasional yang harus segera dimusnahkan agar menciptakan kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ketahanan nasional yang kondusif untuk kemajuan dan kesejahteraan Rakyat Indonesia. 2. PEMBAHASAN 1) Sosio Kultural Masyarakat Negara Jepang tidak memiliki Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi seperti di Indonesia. Hukuman koruptor maksimal hanya 7 tahun penjara. Kata korupsi tidak terlalu familiar dalam kosakata orang jepang. Hukum di Jepang mengenal tindakan penyuapan, penggelapan uang negara, dan penipuan. Namun tindak pidana korupsi tersebut hanya menjadi bagian dari tindak pidana umum saja. Berikut ini nilai-nilai budaya yang tertanam pada orang Jepang pada umumnya, yaitu: (1) Malu Kultur hukum "malu" yang masih besar dari masyarakat Jepang sangat efektif sebagai alat preventif melawan korupsi. Konon, pengacara Jepang senantiasa berusaha membujuk klien-nya untuk mengakui kesalahannya, mundur dari jabatan, dan setelah itu mengembalikan hasil kejahatannya. Budaya malu dalam kebudayaan Jepang ini sudah ada sejak jaman Ke-Shogun-an Kamakura yang didirikan oleh Samurai dari Klan Minamoto. Ketika salah satu samurai bernama Minamoto Yorishama lebih memilih melakukan bunuh diri dengan cara menyobek perutnya dengan sebilah belati daripada menerima kekalahan dari Klan Taira pada tahun 1180 M. semenjak saat itu, setiap samurai memiliki komitmen untuk melakukan bunuh diri ketimbang menanggung malu akibat kalah berperang. Budaya malu ini sangat efektif sebagai upaya preventif dan represif atas tindakan tercela, kriminal, dan pidana.
  • 2. Paper Mata Kuliah Seminar Pemberantasan Korupsi-Bintaro, 26 Februari 2014 2 (2) Jujur Masih terkait dengan poin sebelumnya yaitu budaya malu, bagi masyarakat Jepang, kepercayaan adalah sesuatu yang sangat berharga. Melakukan pengkhianatan atas kepercayaan adalah hal yang sangat memalukan. Dengan demikian secara naluri, masyarakat Jepang akan berusaha jujur untuk mempertahankan kepercayaan yang diraihnya. (3) Tertib dan Disiplin Masyarakat Jepang juga terkenal dengan sikap tertib dan patuh terhadap aturan. Kepatuhan terhadap norma hukum, sosial, dan budaya menimbulkan kedisiplinan yang tinggi. (4) Setia Masyarakat Jepang terkenal dengan loyalitas yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh kesamaan nasib antar orang Jepang sebagai penduduk pendatang dari daratan Cina yang mengadu nasib di kepulauan sebelah timur raya yang pada saat itu dihuni oleh Suku Ainu. Sebagai perantauan, mereka dituntut untuk memiliki solidaritas tinggi untuk tetap bertahan dari ancaman penduduk lokal dan fenomena alam yang ganas. Kesetiaan orang Jepang sangat terlihat jelas dalam peristiwa Kamikaze, yaitu ketika seluruh pemuda Jepang dituntut untuk berperang atas nama Kaisar untuk memperluas kekuasaan Jepang di dunia ini. Setiap prajurit menerima doktrin bahwa kematian adalah suatu penghargaan dan menjadi tujuan hidup mereka yang dapat membuat Jepang menjadi negara adidaya. 2) Pengaruh Geografis Jepang merupakan negara kepulauan kecil dengan kondisi geografis yang cukup berbahaya. Terletak di antara 3 (tiga) pertemuan lempeng bumi dan sabuk barisan pengunungan berapi menyebabkan Jepang sering mengalami gempa baik tektonik dan vulkanik yang terkadang mengakibatkan tsunami. Masyarakat dituntut untuk bisa bertahan hidup dengan cara disiplin dan siap siaga. 3) Pengaruh Politik (1) Era Shogun dan Daimyo Pada jaman kekuasaan Jepang yang terpecah sesuai klan-klan tuan tanah, masyarakat Jepang dididik untuk setia kepada majikannya. Pelanggaran yang dilakukan, bisa berakibat kematian. Hal tersebut diwariskan turun temurun hingga saat ini. (2) Era Modern Nilai-nilai budaya adilihung yang ditanamkan orang Jepang tersebut menempatkan Jepang menjadi negara yang kuat. Kekalahan Jepang atas Perang Dunia II tidak menyurutkan semangat mereka untuk bangkit dari keterpurukan. Alih-alih membenci musuhnya, Jepang malah mengutus seluruh generasi mudanya untuk belajar di Amerika dan Eropa, untuk menimba ilmu sehingga bisa membangun kembali Jepang yang telah hancur pasca kekalahan perang. 4) Peraturan yang Berlaku di Jepang Jepang tidak memiliki Undang-undang yang secara khusus mengatur Tindak Pidana Korupsi. Kejahatan penyimpangan yang berbau korupsi akan dihukum sesuai dengan hukum pidana yang berlaku di Jepang. Namun demikian dalam rangka praktik bisnis yang bersih, Jepang mempunyai Undang-undang Anti Monopoli dan Undang-undang Anti Bid Rigging yang berfungsi untuk mencegah terjadinya nepotisme dan kolusi dalam bisnis dan kegiatan bisnis yang terkait dengan administrasi pemerintahan. 5) Komitmen Pemerintah Jepang Perkembangan positif dalam kaitannya dengan korupsi dan investasi : - Pemerintah mensyaratkan auditor eksternal untuk melaporkan kegiatan ilegal yang mencurigakan kepada pihak berwenang. - Polisi, jaksa, dan lembaga seperti Badan Nasional Pajak (NTA), dan Securities and Exchange Commission Surveillance Badan Layanan Keuangan berkolaborasi lebih erat dan berbagi informasi yang berkaitan dengan suap. - Perubahan dibuat pada tahun 2006 dengan UU Pemberantasan dan Pencegahan Keterlibatan dalam Bid Rigging (Kecurangan PBJ), dengan tujuan untuk memberantas kolusi resmi dalam persekongkolan tender. 6) Mekanisme Penegakan Hukum di Jepang Kualitas birokrasi Jepang sangat efisien, efektif, bersih dan memudahkan tumbuhnya dunia usaha. Transparansi dalam pelayanan sektor publik dan penegakan hukum dapat membangun akuntabilitas dan mencegah tindakan koruptif. Walaupun Jepang tidak mempunyai lembaga semacam Komisi Pemberantasan Korupsi,
  • 3. Paper Mata Kuliah Seminar Pemberantasan Korupsi-Bintaro, 26 Februari 2014 3 namun Jepang memiliki lembaga penegak hukum (Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman) yang kuat. (1) Kepolisian Kepolisian berperan dalam melakukan penyelidikan awal atas semua kasus pidana, kemudian berkas hasil penyelidikan kepolisian tersebut diserahkan kepada kejaksaan untuk dilakukan investigasi/penyidikan sebagai bahan pertimbangan apakah kasus tersebut layak untuk dilakukan penuntutan atau tidak. Kepolisian dan Kejaksaan merupakan lembaga dengan independensi yang kuat dan saling bekerja sama. Kepolisian dan Kejaksaan sering mengadakan rapat untuk membahas kasus tertentu secara rinci sebelum dilakukan penuntutan. (2) Kejaksaan Lembaga Kejaksaan/Prosekutor Jepang berwenang melakukan penyidikan kriminal baik atas dasar penyelidikan kepolisian maupun hasil identifikasi kejaksaan sendiri. Jika penyelidikan awal kasus oleh Kepolisian sebagian besar merupakan kriminal umum, maka penyelidikan yang dilakukan oleh Jaksa sebagian besar terkait kasus penyuapan. Kantor Kejaksaan berisikan jaksa-jaksa dengan latar belakang pendidikan yang beragam, sehingga dengan wawasannya yang lebih luas dari aparat kepolisian menjadikan aparat kejaksaan lebih terampil dalam menafsirkan hukum dan melakukan teknik investigasi. Berdasarkan peraturan yang berlaku, bahwa jaksa tidak dapat sembarangan dimutasi tanpa alasan yang jelas bahkan oleh Menteri Kehakiman. (3) Departemen Pidana Khusus Kejaksaan Dalam struktur organisasinya, Kejaksaan memiliki Departemen Pidana Khusus yang bertugas menyelidiki kasus suap dan kejahatan ekonomi yang dilakukan oleh pejabat pemerintah. Departemen Pidana Khusus ini didirikan di Kantor Kejaksaan Tokyo, Osaka, dan Nagoya serta pada 10 Kota lain di Jepang. Tidak semua kantor kejaksaan memiliki departemen pidana khusus ini. Cara kerja dari departemen ini antara lain: - Melakukan identifikasi dari liputan berita, hak angket legislatif, dan sebagainya - Melakukan kajian atas keluhan dan aduan masyarakat - Mencari tanda-tanda aktivitas yang mencurigakan selama penyelidikan kejahatan tersebut, sehingga menambah bobot pada kecurigaan bahwa beberapa kejahatan lain telah dilakukan. Dalam kasus penggelapan pajak, menyita buku rekening diperiksa untuk mengidentifikasi aliran dana, sehingga mengungkapkan apakah suap yang ditawarkan kepada pejabat pemerintah yang kemudian bisa dituduh suap. Ketika seorang tersangka yang diidentifikasi atau saksi dipertanyakan sehubungan dengan kasus penggelapan atau pelanggaran kepercayaan oleh direksi eksekutif korporasi, laporan yang diperoleh secara tak terduga untuk mendeteksi praktik korupsi, sehingga mengarah ke penuntutan. 7) Isu Terkait Penanganan Korupsi: Jepang memiliki isu-isu yang sering kali menjadi risiko yang menghambat penanganan korupsi, antara lain: (1) Hubungan yang erat antara politisi, perusahaan-perusahaan Jepang ,universitas, dan organisasi pemerintah, melembagakan korupsi dan sangat mempengaruhi pelaksanaan tender untuk kontrak-kontrak pemerintah. Sistem pemerintahan parlementer tentunya menyebabkan risiko money politics yang kuat. Ketika pemilihan umum berlangsung, maka politisi membutuhkan banyak dana untuk bisa berhasil masuk ke dalam lembaga legislatif, sehingga seringkali para calon legislatif memerlukan sponsor dari pihak swasta. Perdana menteri dipilih oleh parlemen, sehingga terdapat hubungan erat antara pemerintah dengan dunia usaha yang memodali ketika pemilu berlangsung. (2) Whistle blower baik pada sektor publik maupun swasta memiliki risiko diturunkan, dipecat, dan dilecehkan, meskipun keduanya dilindungi asas hukum praduga tak bersalah. (3) Jepang tidak cukup menegakkan hasil Konvensi Anti-Suap OECD (Organization of Economic Cooperation and Development). Hal ini menunjukkan bahwa kasus penyuapan masih sering terjadi di Jepang.
  • 4. Paper Mata Kuliah Seminar Pemberantasan Korupsi-Bintaro, 26 Februari 2014 4 (4) Budaya terimakasih, bisa menjadi bibit dari risiko gratifikasi. Sebuah tradisi Jepang ketika mengunjungi kerabat, rekan kerja, atau undangan lainnya adalah memberikan oleh-oleh (o-miyage)/ cendera mata/ angpao (otoshidama). Hal ini menjadi sangat berisiko ketika cendera mata tersebut diberikan kepada pihak-pihak yang memiliki konflik kepentingan. (5) Budaya malu yang sudah mengakar pada sanubari setiap orang Jepang seringkali menghambat penanganan sebuah kasus korupsi yang mungkin melibatkan banyak pihak dengan kompleksitas kasus yang tinggi. Hambatan tersebut muncul ketika tersangka sebuah kasus korupsi melakukan bunuh diri sebagai wujud pertanggungjawaban kepada keluarga dan masyarakat daripada harus menanggung malu akibat kesalahan yang diperbuatnya. (6) Biaya hidup yang tinggi di Jepang, menjadi risiko lain yang dapat menimbulkan tindakan koruptif. Namun demikian, gaji pegawai negeri yang tinggi menjadi penyeimbang dari risiko tersebut. Dengan gaji yang tinggi, diharapkan para aparatur negara dapat bekerja sesuai dengan tupoksinya sehingga tidak tergoda dengan melakukan tindakan penggelapan uang negara dan menerima uang suap. 8) Peran Media Masa Media massa di Jepang berperan penting dalam menyebarkan berita korupsi dan melakukan propaganda. Ketika masyarakat sudah geram, maka tekanan publik sangat besar agar seseorang yang dinilai korup segera mundur. Mainichi Shinbun sebagai koran plat merah dan NHK sebagai stasiun televisi plat merah menjadi alat pemerintah untuk menyudutkan lawan politik dan mengekspos kecurangan yang dilakukan pejabat pemerintah yang tidak disukai oleh penguasa. 9) Keunikan Dalam Penegakan Hukum di Jepang (1) Patung Dewi Keadilan di Jepang meskipun juga tangan kanannya memegang "pedang keadilan" dan tangan kirinya memegang timbangan, tetapi berbeda dengan patung "Dewi Keadilan" kita di Indonesia yang matanya ditutup kain hitam, maka "sang Dewi Keadilan Jepang" matanya terbuka. (2) Pengacara di Jepang tidak seperti pengacara di Indonesia yang terbiasa memutarbalikan fakta dengan segala cara agar kliennya terlihat tidak bersalah, namun lebih mendesak sang klien untuk mengakui kesalahan yang dilakukan. 3. SIMPULAN Negara Jepang adalah salah satu negara yang sampai sekarang tidak memiliki regulasi khusus terkait korupsi. Penanganan kasus korupsi mengandalkan hukum pidana reguler. Begitu pula dari sisi kelembagaan, Negara Jepang tidak mempunyai lembaga khusus untuk menangani korupsi. Penanganan kasus korupsi dilakukan oleh lembaga kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan umum. Namun demikian komitmen dan performa dari lembaga tersebut sangat baik, sehingga kasus korupsi dapat ditangani dengan efektif. Selain itu, mental dan kepribadian masyarakat Jepang tergolong jujur dan berintegritas. Masyarakat Jepang juga sangat menjunjung budaya malu dan sangat menjaga harga diri. Dalam hal ini self control dan self esteem sangat dikedepankan. Sehingga pola pencegahan korupsi dimulai dari diri pribadi masing-masing orang Jepang. Namun demikian, masih terdapat beberapa risiko yang bisa menyebabkan terjadinya korupsi, yaitu budaya terima kasih yang juga sangat tinggi dapat menimbulkan risiko gratifikasi. Kondisi perekonomian yang stabil, dan gaji pegawai negeri yang tinggi menjadi faktor lain yang dapat mencegah tindakan korup dari para aparatur negara. DAFTAR REFERENSI [1] Komisi Pemberantasan Korupsi. 2006. Memahami Untuk Membasmi: Buku Saku Untuk Memahami Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi. [2] Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2013. Petunjuk Pelaksanaan Sosialisasi Program Anti Korupsi Tahun 2013. Jakarta: BPKP. [3] http://www.antikorupsi.org/en/content/kontrol-sosial- jepang-jadi-roh-pemberantasan-korupsi [4] http://donzdays.blogspot.com/2013/02/hukum- korupsi-dunia.html [5] http://f-sharing.blogspot.com/2011/06/bercermin- pada-penegakan-hukum-jepang.html [6] http://en.wikipedia.org/wiki/Japan [7] http://en.wikipedia.org/wiki/Seppuku [8] http://www.business-anti-corruption.com/country- profiles/east-asia-the-pacific/japan/snapshot.aspx [9] http://www.unafei.or.jp/english/pdf/PDF_rms/no56/56 -36.pdf [10] http://www.transparency.org/country#JPN [11] http://www.uni-due.de/in- east/fileadmin/publications/gruen/paper23. pdf