Daphnia sp. digunakan untuk mengamati pengaruh suhu terhadap denyut jantung. Denyut jantung Daphnia sp. dihitung pada berbagai suhu dan didapati bahwa denyut jantung bertambah seiring kenaikan suhu.
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
Laporan 2 (termoregulasi)
1. LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
Termolegulasi
Mengukur Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Denyut Jantung
Dosen Pengampu: Irsad Rosidi, S.Pd., M.Pd.
Kelompok 6
Nur Aini Izah (150641100106)
Rahayu Indah Safitri (150641100112)
Rossy Mursyidah (150641100121)
Ummi Maslachatul Ummah (150641100123)
Siti Suhartinah (150641100126)
Mohammad Ghufron (150641100139)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2018
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak pernah terlepas dari lingkungan.
Dalam lingkungan terdapat beberapa hal yang dapat berpengaruh, seperti halnya
keadaan. Keadaan lingkungan yang dekat dengan laut jauh berbeda daripada
keadaan lingkungan yang ada di pegunungan. Ketika seseorang yang berasal dari
lingkungan pesisir kemudian dia berpindah ke daerah gunung, maka tubuhnya
akan berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Adaptasi terhadap lingkungan baru tidak hanya dilakukan oleh manusia,
namun juga hewan. Ketika seekor hewan telah terbiasa hidup dalam lingkungan
tertentu, kemudian dipindah ke tempat yang baru, maka hewan tersebut akan
beradaptasi. Cara beradaptasi berbeda-beda, misalnya, perubahan perilaku, cara
kerja oragan-organ vital dll. Perubahan lingkungan yang sangat berpengaruh
adalah karena adanya perubahan suhu pada lingkungan tersebut. Hewan yang
beradaptasi pada lingkungan baru dikarenakan perubahan suhu, disebut dengan
termoregulasi.
Suhu merupakan faktor utama dalam perubahan keadaan lingkungan.
Selain itu, suhu juga menjadi pembatas penyebaran hewan serta aktivitas yang
dilakukan oleh hewan tersebut. Adakalanya hewan dapat bertahan pada suhu
rendah dan adapula yang yang dapat bertahan pada suhu yang tinggi. Oleh
karena itu, dalam beradaptasi terhadap suhu, hewan di golongkan menjadi
homeoterm dan poikiloterm. Salah satu contoh aktivitas yang dihasilkan adalah
bertambah cepat atau lambat denyut jantung pada hewan tersebut.
Denyut jantung adalah jumlah denyutan jantung per satuan waktu. Denyut
jantung didasarkan pada jumlah kontraksi ventrikel (bilik bawah jantung).
Denyut jantung dapat menjadi terlalu cepat atau terlalu lambat bergantung
dengan beberapa faktor, misalnya ketika beradaptasi dan akibat kegiatan yang
telah dilakukan. Ketika perubahan suhu terjadi, adaptasi juga akan terjadi
sehingga mempengaruhi cara kerja jantung dan berimbas pada denyut jantung
yang akan semakin cepat atau semakin lambat, misalnya pada Daphnia sp.
3. Daphnia sp merupakan jenis kutu air yang biasanya digunakan sebagai
pakan alami ikan. Hewan ini termasuk ke dalam kelompok udang-udangan renik
yang memiliki ciri yaitu bentuk tubuhnya gepeng ke samping dan beruas-ruas
seperti udang. Dinding tubuh bagian punggung membentuk lipatan yang
menutupi bgian dan anggota tubuhnya pada kedua sisi tubunya sehingga tampak
seperti cangkang. Pada bagian ini membentuk sebuah kantong yang merupakan
tempat penampungan dan perkembangbiakan terlur Daphnia sp. Jantung
Daphnia sp terletak pada bagian bawah dan dapat dilihat melalui mikroskop.
Daphnia sp merupakan salah satu contoh hewan poikiloterm, yaitu
kelompok hewan yang suhu tubuhnya dapat ditentukan oleh suhu lingkungan.
Hal tersebut dikarenakan laju kehilangan panas pada hewan poikiloterm lebih
tinggi daripada prodiksi panas. Oleh karena itu, pada percobaan ini kami akan
melakukan percobaan tentang termoregulasi dengan Daphnia sp sebagai
objeknya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat diperoleh rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi suhu terhadap kecepatan denyut jantung
Daphnia sp?
C. Tujuan Percobaan
1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi suhu terhadap denyut jantung
Daphnia sp.
4. BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk
mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir.
Proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya agar tetap konstan
dinamis. Mekanisme Termoregulasi terjadi dengan mengatur keseimbangan antara
perolehan panas dengan pelepasan panas. Termoregulasi manusia berpusat pada
hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem
pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta
termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan
biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya (Soewolo, 2000).
Daphnia adalah krustasea berukuran kecil yang hidup di perairan tawar,
sering juga disebut sebagai kutu air. Disebut demikian karena cara bergerak yang
unik dari organisme ini di dalam air. Ada terdapat banyak spesis (kurang lebih 400
spesis) dari Daphniidae dan distribusinya sangat luas. Dari semua spesis yang ada,
Daphnia dan Moina yang paling dikenal, dan sering digunakan sebagai pakan untuk
larva ikan. Terdapat berbagai macam ukuran untuk Daphniidae, tergantung pada
spesisnya. Moina yang baru menetas mempunyai ukuran sedikit lebih besar dari
Artemia yang baru menetas; dan dua kali lebih besar dari ukuran rata-rata rotifer
dewasa. Daphnia yang baru menetas berukuran dua kali lebih besar dari Moina.
Biasanya Daphnia berukuran 0,13 mm (Pangkey, 2009).
Pengaruh Suhu Pada Lingkungan Hewan Dibagi Menjadi Tiga Golongan,
yaitu Poikiloterm, homoiterm, dan heterotermik. Poikiloterm adalah suhu tubuh
dari hewan yang dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih
tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan yang tidak mampu
mempertahankan suhu tubuhnya. Suhu tubuh hewan berfluktuasi sesuai dengan
suhu lingkungannya. Sebetulnya suhu tubuh tidak betul-betul sama dengan suhu
lingkungan, sebab kalau diukur teliti, suhu selnya sedikit diatas suhu
lingkungannya. Menghadapi fluktuasi suhu lingkungan, hewan poikilotermik
melakukan konformitas suhu. Laju kehilangan panas pada hewan poikilotermik
lebih tinggi dari pada laju produksi panas, sehingga suhu tubuhnya lebih ditentukan
5. oleh suhu lingkungan eksternalnya dari pada suhu metabolisme internalnya (Bima,
2006).
Suhu tubuh yang biasa dikatakan normal berkisar pada 37ºC. Namun,
sebenarnya tidak ada suhu yang normal, karena suhu bervariasi dari organ ke
organ.Dalam termoregulatorik, tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti di tengah
(central core) dengan lapisan pembungkus di sebelah luar (outer shell). Yang
termasuk suhu inti berada pada organ-organ abdomen dan toraks, sistem saraf pusat
serta otot rangka.Suhu inti internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh yang
harus dipertahankan kestabilannya.Penambahan panas harus seimbang dengan
pengurangan panas agar suhu inti tetap stabil. Suhu inti mengandung panas total
tubuh maka untuk mempertahankan kandungan panas yang konstan sehingga suhu
inti stabil. Pemasukan panas melalui penambahan panas dari lingkungan eksternal
dan produksi panas internal.Sedangkan pengurangan panas terjadi melalui
pengurangan panas dari permukaan tubuh yang terpejan ke lingkungan eksternal.
Biasanya manusia berada di lingkungan yang suhunya lebih dingin daripada tubuh
mereka, sehingga ia harus terus menerus menghasilkan panas secara internal untuk
mempertahankan suhu tubuhnya. Pembentukan panas akhirnya bergantung pada
oksidasi bahan bakar metabolik yang berasal dari makanan (Isnaeni, 2006).
6. BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Daphnia sp. diambil dari wadah yang telah diaklamasikan
2. Air
3. Es Batu
4. Mikroskop
5. Termometer
6. Gelas Arloji
7. Stopwacth
8. Gelas Kimia 250 mL sebanyak
9. Baskom
B. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Mengukur. Menyiapkan air dengan suhu awal (10°C) dengan menambahkan
es batu disekitar gelas kimia. Memberi tanda masing-masing.
2. Mengerjakan praktikum. Memasukkan Daphnia sp. kedalam masing-
masing gelas kimia yang berbeda suhunya.
3. Mengidentifikasi. Memindahkan secara hati-hati seekor Daphnia sp. pada
kaca benda gelas arloji dengan menggunakan pipet tetes sambil melihat di
bawah mikroskop. Menambahkan air sedikit demi sedikit agar tidak
kekeringan dan mengatur letak Daphnia sp. sehigga jantung tampak jelas dan
mudah menghitung denyut jantungnya.
4. Mengamati dan Mengukur. Menghitung denyut jantung Daphnia sp. setiap
15 detik. Pengukuran dilakukan dengan pengulangan 3 kali.
5. Selanjutnya memindahkan Daphnia sp. ke tempat suhu yang baru ( 10°C
lebih tinggi daripada suhu awal). Cara mengukur denyut jantung Daphnia sp.
pada suhu baru dengan menggunakan cara seperti no. 4.
6. Menghitung. Menghitung nilai rata-rata denyut jantung pada suhu awal +10
°C serta menghitung koefisiensi aktivitasnya.
C. Hipotesis
1. Semakin tinggi suhu, maka kecepatan denyut jantung Daphnia sp meningkat.
7. D. Variabel
1. Variabel bebas : Daphnia sp.
2. Variabel terikat : suhu
3. Variabel kontrol: denyut jantung
8. BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel pengaruh suhu terhadap kecepatan denyut jantung Daphnia sp.
No.
Suhu Awal
(°C)
Jumlah Detak
Jantung
Suhu Akhir
(°C)
Jumlah Detak
Jantung
Q10
1. 10 20 20 28 1,4
2. 15 31 25 41 1,32
3. 20 31 30 45 1,45
4. 25 23 35 31 1,35
Rata-rata Q10 1,38
B. Pembahasan
Keadaan lingkungan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
hewan. Agar dapat bertahan hidup, hewan memiliki beberapa cara adaptasi.
Salah satu factor lingkungan adalah suhu, adaptasi hewan terhadap perubahan
suhu lingkungan disebut termoregulasi.
Suhu merupakan salah satu faktor pembatas penyebaran hewan dan dapat
menentukan aktivitas hewan. Rentangan suhu di bumi berkisar antara -70°C
sampai +85°C. Secara umum, aktivitas kehidupan terjadi antara rentangan 0°C
sampai 40°C, beberapa hewan dapat hidup pada rentangan suhu yang lebih
sempit. Berdasarkan kemampuan hewan beradaptasi dengan suhu
lingkungannya, maka dapat dikelompokkan menjadi dua jenis kelompok
hewan, yaitu poikiloterm dan homeoterm.
Poikiloterm yaitu kelompok hewan yang suhu tubuhnya lebih ditentukan
oleh suhu lingkungan. Hal tersebut dikarenakan laju kehilangan panas pada
hewan poikiloterm lebih tinggi dari pada laju produksi panas. Sedangkan
homeoterm memiliki suhu yang tetap meskipun suhu lingkungan berubah-
ubah. Perubahan suhu lingkungan bagi beberapa hewan akan berpengaruh pada
aktivitas faal dalam tubuhnya. Akan tetapi, perubahan suhu yang tiba-tiba akan
menyebabkan terjadinya shock pada hewan.
Daphnia adalah krustasea berukuran kecil yang hidup di perairan tawar,
sering juga disebut sebagai kutu air. Disebut demikian karena cara bergerak
yang unik dari organisme ini di dalam air. Ada terdapat banyak spesis (kurang
9. lebih 400 spesis) dari Daphniidae dan distribusinya sangat luas. Dari semua
spesis yang ada, Daphnia dan Moina yang paling dikenal, dan sering
digunakan sebagai pakan untuk larva ikan.
Daphnia memiliki fase seksual dan aseksual. Pada kebanyakan perairan
populasi Daphnia lebih didominasi oleh Daphnia betina yang bereproduksi
secara aseksual. Pada kondisi yang optimum, Daphnia betina dapat
memproduksi telur sebanyak 100 butir, dan dapat bertelur kembali setiap tiga
hari. Daphnia betina dapat bertelur hingga sebanyak 25 kali dalam hidupnya,
tetapi rata-rata dijumpai Daphnia betina hanya bisa bertelur sebanyak 6 kali
dalam hidupnya. Daphnia betina akan memulai bertelur setelah berusia empat
hari dengan telur sebanyak 4-22 butir. Pada kondisi buruk jantan dapat
berproduksi, sehingga reproduksi seksual terjadi. Telur-telur yang dihasilkan
merupakan telur-telur dorman (resting eggs). Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan hal ini adalah kekurangan makanan, kandungan oksigen yang
rendah, kepadatan populasi yang tinggi serta temperatur yang rendah.
Pada praktikum ini, praktikan melakukan pengamatan tentang pengaruh
suhu terhadap kecepatan denyut jantung hewan Dapnia. Alat dan bahan yang
digunakan memiliki fungsi tertentu. Daphnia sp. (kutu air) digunakan sebagai
objek yang akan amati. Es batu da air merupakan parameter yang akan
digunakan untuk menguji pengaruh denyut jantung Daphnia. Termometer
digunakan untuk mengukur suhu media. Pipet tetes digunakan untuk
mengambil larutan beserta Daphnia. Mikroskop digunakan untuk
memperbesar objek yang akan diamati. Gelas arloji untuk menyimpan hewan
Daphnia yang akan di amati melalui mikroskop. Stopwatch untuk menghitung
waktu yang digunakan selama perhitungan denyut jantung. Gelas beker
digunakan sebagai penampungan Daphnia yang sudah diamati.
Suhu berpengaruh terhadap denyut jantung Daphnia sp, hal ini terbukti
pada hasil percobaan yaitu pada suhu awal 10°C terdapat 20 kali detak jantung
selama 15 detik. Percobaan berikutnya yaitu pada suhu 15°C, 20°C, dan 25°C
terjadi kenaikan dan penurunan detak jantung, berturut-turut sebanyak 31 kali,
31 kali, dan 23 kali. Berdasarkan nilai Q10 atau koefisien aktivitas yang
disebabkan oleh kenaikan suhu 10°C, pada suhu 10°C yang dinaikkan menjadi
10. 20°C menyebabkan kenaikan detak jantung Daphnia dari 20 menjadi 28
dengan koefisien denyut jantung (Q10) sebesar 1,4. Suhu 15°C yang dinaikkan
menjadi 25°C menyebabkan kenaikan detak jantung Daphnia dari 31 menjadi
41 dengan koefisien denyut jantung (Q10) sebesar 1,32. Suhu 20°C yang
dinaikkan menjadi305°C menyebabkan kenaikan detak jantung Daphnia dari
31 menjadi 45 dengan koefisien denyut jantung (Q10) sebesar 1,45. Suhu 25°C
yang dinaikkan menjadi 35°C menyebabkan kenaikan detak jantung Daphnia
dari 23 menjadi 31 dengan koefisien denyut jantung (Q10) sebesar 1,35.
Sehingga diperoleh rata-rata Q10 sebesar 1,38.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, juga dapat diketahui
bahwa semakin tinggi suhu, detak jantung Daphnia semakin cepat akan tetapi,
pada suhu 15°C dan 25°C terjadi penurunan. Hal ini dikarenakan kelalaian
praktikan dalam menghitung, faktor hewannya yang aktif dan sebagainya.
11. BAB V
SIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Daphnia sp adalah krustasea berukuran kecil yang hidup di perairan tawar, sering
juga disebut sebagai kutu air.
2. Daphnia sp merupakan hewan poikiloterm, yaitu kelompok hewan yang suhu
tubuhnya lebih ditentukan oleh suhu lingkungan. Hal tersebut dikarenakan laju
kehilangan panas pada hewan poikiloterm lebih tinggi dari pada laju produksi
panas.
3. Semakin tinggi suhu, detak jantung Daphnia sp semakin cepat. Namun pada suhu
15°C dan 25°C terjadi penurunan. Hal ini dikarenakan kelalaian praktikan dalam
menghitung, faktor hewannya yang aktif dan sebagainya.
12. DAFTAR PUSTAKA
Bima, 2006. Pengaturan Suhu Tubuh. (http://bima.ipb.ac.id/~tpb/ materi/bio100/
Materi/ suhu_tubuh .html). Diakses tanggal 24 Maret 2018.
Isnaeni wiwi. 2006. Fisiologi hewan. Yogyakarta: Kanisius.
Pangkey, Henneke. 2009. DAPHNIA DAN PENGGUNAANNYA. Jurnal Perikanan
dan Kelautan Vol V (3): 33-36.12Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
UNSRAT. Manado. (https://www.google.com/url?sa=t&source=web& rct=
j&url=http://repo.unsrat.ac.id/126/1/DAPHNIA_DAN_PENGGUNAANN
YA.pdf&ved=2ahUKEwjYj7ucu4PaAhWBsI8KHWFUADIQFjAGegQIA
RAB&usg=AOvVaw3M_BiXxz7chwxSyYFxCmGK). Diakses pada
taggal 24 Maret 2018.
Soewolo, 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Proyek Pengembangan Guru
Sekolah Menengah IRBD Loan No. 3979. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.