SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar Bab VIII dengan judul “Pengaruh
Suhu Terhadap Aktivitas Organisme”
Nama : Lilis yuliana
Nim : 1212040011
Kelas : A (Pendidikan Fisika)
Kelompok : VII
Telah diperiksa oleh asisten dan koordinator asisten maka dinyatakan
diterima.
Makassar, Januari2013
Koordinator Asisten Asisten
(Syamsu Rijal S.Pd) ( Asriadi )
NIM:091404040
Mengetahui,
Dosen penanggungjawab
(Dr. Ir. Muhammad Junda M.si)
NIP: 19621108 1991031 002
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suhu merupakan salah satu factor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah
diukur dan sangat beragam.Suhu tersebut mempunyai peranan penting dalam
mengatur aktivitas organisme, baik hewan maupun tumbuhan karena suhu
mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan sekaligus menentukan
kegiatan metabolik, misalnya dalam hal respirasi.Berdasarkan penjelasan tersebut
diatas maka kita akan melakukan percobaan untuk menguji pengaruh suhu terhadap
aktivitas organisme. Pada percobaan yang akan kita lakukan maka kita akan
menggunakan sampel dari hewan berupa ikan karena mudah untuk diamati aktivitas
respirasinya melalui gerakan operculum. Selain itu, dengan menggunakan ikan maka
kita dapat lebih mudah mengatur suhu yang kita inginkan dalam percobaan ini
karena ikan hidup di air sehingga kita bisa mengatur suhu dari air tersebut yang tidak
lain adalah lingkungan hidup/habitat dari ikan dengan memanaskan atau
mendinginkan airnya dibandingkan harus menggunakan hewan darat karena sulit
untuk mengatur suhu lingkungannya dan membutuhkan waktu yang lama.
Ikan yang akan digunakan adalah ikan mas koki karena harganya terjangkau
(murah) dan mudah dijangkau serta bentuknya yang kecil sehingga mudah
disesuaikan dengan bentuk alat yang digunakan pada saat praktikum.Percobaan ini
dilakukan karena dianggap sangat penting untuk membuktikan pengaruh suhu
terhadap aktivitas organisme dan lebih meyakinkan kita pada teori-teori yang selama
ini mengenai kaitan suhu pada aktivitas organisme khususnya pada saat respirasi.
Melalui percobaan ini pula maka kita dapat lebih mudah dalam memahami konsep
mengenai pengaruh suhu terhadap aktivitas organisme.
Lingkungan suatu organisme tersebut yang menjadi kondisi atau persyaratan
organisme untuk hidup, lingkungan digelar dalam alam sebagai lingkungan fisik
abiotik dan biotik.Keduanya sangat mempengaruhi distribusi (pembesaran)
organisme dalam habitatnya yang berbeda-beda.Dalam rangka menyesuaikan diri
dengan lingkungannya, hewan memiliki toleransi dan resistensi pada kisaran tertentu
dari variasi lingkungan.Kemampuan mentolerir variable lingkungan ini erat
kaitannya dengan faktor genetik dan sejarah hidup sebelumnya.Kisaran ekstrim dari
variable lingkungan yang menyebabkan kematian bagi organisme disebut zone
lethal.Kisaran intermedier dimana suatu organisme masih dapat hidup disebut zone
toleransi.Namun demikian posisi dari zone-zone tersebut dapat berubah selama hidup
suatu organisme.Lingkungan abiotik meliputi segala sesuatu yang tidak secara
langsung terkait pada keberadaan organisme tertentu yaitu suhu, air, cahaya,
kelembapan, angin, pH dan seterusnya.Faktor-faktor lingkungan sering berfluktuasi,
baik yang bersifat harian maupun musiman, kadang-kadang ditemukan kondisi yang
ekstrim.Fluktuasi faktor lingkunganakan mempengaruhi kehidupan organisme,
proses-proses fisiologis, tingkah lakunya dan mortalitas. Untuk mengurangi
pengaruh buruk dari lingkungannnya maka ikan melakukan adaptasi.
Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah
diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang penting dalam
mengatur aktivitas biologis organisme.Berdasarkan uraian tersebut diatas maka perlu
dilakukan percobaan mengenai pengaruh suhu terhadap aktivitas organisme. Sebagai
sampel diambil ikanmas.hal ini yang diamati adalah gerakan buka tutup Operculum
ikan mas yang menandakan bahwa ikan tersebut menghirup oksigen.
B. Tujuan Percobaan
Mahasiswa diharapkan dapat membandingkan kecepatan penggunaan
oksigen oleh organisme pada suhu yang berbeda.
C. Manfaat Percobaan
Dengan adanya praktikum ini, maka mahasiswa dapat mengetahui
kecepatan oksigen yang digunakan oleh organisme pada suhu yang berbeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Suhu merupakan salah satu factor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah
diukur dan sangat beragam.Suhu tersebut mempunyai peranan penting dalam
mengatur aktivitas organisme, baik hewan maupun tumbuhan karena suhu
mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan sekaligus menentukan
kegiatan metabolik, misalnya dalam hal respirasi.Sebagaimana halnya dengan faktor
lingkungan lainnya, suhu mempunyai rentang yang dapat ditolelir oleh setiap jenis
organisme.Masalah ini dijelaskan dalam kajian ekologi, yaitu “Hukum Toleransi
Shelford”.Dengan alat yang relatif sederhana, percobaan tentang pengaruh suhu
terhadap aktivitas respirasi organisme tidak sulit dilakukan, misalnya dengan
menggunakan respirometer sederhana (Tim Pengajar, 2012).
Suhu media berpengaruh terhadap aktivitas enzim pencernaan. Pada proses
pencernaan yang tak sempurna akan dihasilkan banyak feses, sehingga banyak
energiyang terbuang. Suhu media juga berpengaruh terjadap aktivitas enzim yang
terlibat proses katabolisme dan anabolisme. Enzim metabolisme berpengaruh
terhadap proses katabolisme (menghasilkan energi) dan anabolisme (sintesa nutrien
menjadi senyawa baru yang dibutuhkan tubuh). Suhu media yang optimum akan
mendorong enzim-enzim pencernaan dan metabolisme untuk bekerja secara efektif.
Konsumsi pakan yang tinggi yang disertai dengan proses pencernaan dan
metabolisme yang efektif, akan menghasilkan energi yang optimal untuk
pertumbuhan. Proses metabolisme ikan umumnya meningkat jika suhu naik hingga
dibawah batas yang mematikan. Berdasarkan hukum van’t Hoff, kenaikan suhu
sebesar 10oC akan menyebabkan kecepatan reaksi metabolisme meningkat 2-3 kali
lipat dibandingkan pada kondisi normal (Anonim, 2012).
Menurut Anonim (2012), pengaruh lingkungan terhadap organisme dapat
dibedakan kepada 5 kategori, yaitu :
1. Lethal factor, yaitu faktor lingkungan yang merusak system integrasi dari suatu
organisme dan dapat menyebabkan kematian.
2. Controlling factor, yaitu faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas
molekuler pada mata rantai metabolism.
3. Limiting factor, yaitu faktor lingkungan yang mempengaruhi laju metabolisme
tetapi melalui pembatasan penyediaan nutrien atau pembuangan sisa
metabolisme.
4. Masking factor, yanitu faktor lingkungan yang merubah atau menghambat
bekerjanya faktor lain (tidak langsung)
5. Directive factor, yaitu faktor lingkungan yang menyebabkan gerakan atau
terganggunya aktivitas suatu organisme.
Menurut Campbell (2004), adaptasi fisiologis hewan terhadap temperatur
lingkungan meliputi tiga hal :
1. Adaptasi untuk hidup di lingkungan bertemperatur rendah.
2. Adaptasi untuk hidup pada lingkungan bertemperatur tinggi.
3. Adaptasi untuk mengatasi perubahan temperatur tubuh sebagai akibat perubahan
temperatur lingkungan.
Berdasarkan responnya terhadap perubahan temperatur lingkungan, hewan
dikelompokkan menjadi hewan homeoterm dan hewan poikiloterm.Hewan
homeoterm dapat mempertahankan temperatur tubuh meskipun temperatur
lingkungan berubah.Hewan yang bersifat homeotermik adalah mamalia dan burung.
Hewan poikilotermik adalah reptil,amfibi,ikan hewan hewan avertebrata. Diantara
sifat homeotermik dan poikilotermik ada perkecualiaan.Hewan mamalia yang
mengalami hibernasi,temperature tubuhnya turun sampai mendekati 0OC pada musim
dingin, dan suhunya berada di atas suhu lingkungan pada musim panas.Salah satu
hewan yang mempunyai sifat itu adalah beruang kutub. Hewan yang suatu ketika
mempertahankan temperatur tubuh diatas temperature lingkungan dan pada
saatlainbersifat poikilotermik disebut heteroterm. Semua hewan berusaha
memanaskan tubuh agar temperatur tubuh tidak banyak berubah sebagai akibat
penurunan temperatur lingkungan, tetapi caranya berbeda beda. Hewan hewan
hemeoterm memanaskan tubuh dengan cara memproduksi panas. Hewan itu
meningkatkan metabolisme tubuh, yaitu meningkatkan respirasi karbohidrat. Dengan
kata lain panas tubuh hewan homeoterm berasal dari dalam tubuhnya sendiri. Sifat
seperti itu disebut endotermik. Hewan poikiloterm meningkatkan panas tubuh
dengan cara ektotermik (Yudani, 2003).
Jika hewan homeoterm dihadapkan kepada suhu lingkungan yang ekstrem,
maka tingkat aktivitas termoregulatori untuk memelihara kekonstanan suhu tubuhnya
meningkat sesuai denagn perubahan suhu lingkungan yang ekstrem tadi. Bila suhu
lingkungan diturunkan, hewan endoterm akan merespon dengan berbagai refleks
yang cenderung mengkonservasi panas. Pembuluh darah dikulit akan menyempit,
rambut dan bulu dapat berdiri, dan hewan akan mempersempit permukaan tubuhnya
yang bersinggungan dengan udara, misalnya dengan menekuk tubuhnya,
menyembunyikan anggota tubuh, dan sebagainya (campbell, 2004).
Bila suhu tubuh pusat meningkat maka perubahan suhu ini akan diterima
oleh termoreseptor pusat (dalam hipotalamus, korda spinalis atau organ abdominal).
Sinyal ini diteruskan ke pengintegrasi termoregulatori hipotalamik yang kemudian
mengurangi pengiriman sinyalnya lewat saraf simpatetik ke pembuluh darah bagian
kulit. Akibat dari kejadian ini adalah bahwa pembuluh darah bawah kulit
vasodilatasi, sehingga banyak darah panas mengalir ke bawah kulit. Di samping itu
sinyal juga disampaikan ke kelenjar keringat untuk mengeskresikan keringat ke
permukaan kulit. Proses berikutna adalah menguapkan keringat dengan mengambil
panas dari darah yang mengakibatkan suhu pusat tubuh kembali normal. Proses yang
sama terjadi apabila tubuh menghadapi suhu lingkungan yang panas, hanya
perubahan suhu ini mula-mula diterima oleh termoreseptor periferal pada
kulit.selanjutnya termoreseptor periferal akan menyampaikan sinyalnya ke pusat
pengintegrasi termoregulatori hipotalamik yang meneruskannya ke pembuluh darah
(Yudani, 2003).
Faktor lingkungan mempengaruhi organisme secara fisiologis dalam
berbagai cara. Faktor lingkungan yang sama menghasilkan pengaruh yang berbeda
pada saat yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda pula.Uuntuk setiap spesies
terdapat rentang dalam faktor lingkungan sehingga fungsi-fungsi dalam spesies
optimum. Setiap hewanmempunyai kisaran toleransi tertentu untuk suatu faktor
lingkungan abiotik. Dalam kisaran kondisi yang ditolerirnya itu, hewan mempunyai
prefensi terhadap kisaran kondisi yang paling cocok baginya, yaitu prefensinya.
Spesies bemacam-macam dalam batas toleransinya terhadap waktu yang sama.
Apabila sejenis hewan mobile dihadapkan pada suatu gradien faktor lingkungan
berupa suhu,maka hewan akan bergerak menuju zona dengan kondisi suhu yang
paling cocok. Dengan begitu maka individu-individu hewan akan paling banyak
didapatkan pada pada zona prefensi itu. Preferendum hewan untuk suatu faktor
lingkungan tertentu di habitat alaminya sukar untuk menentukannya. Salah satu
sebabnya adalah lingkungan alaminya. Sehingga, fungsi sutu makhluk hidup
dikendalikan atau dibatasi olehfaktor lingkungan yang esensial atau gabungan faktor
yang ada dalam jumlah yang paling tidak layak kecilnya dengan kata lain,
penyebaran spesies dikendalikan oleh aktor lingkungan dengan kisaran adaptasilitas
yang paling sempit (Campbell, 2004).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal : Kamis / 27Desember 2012
Waktu : Pukul 07:30 s.d 09:40 WITA
Tempat : Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA UNM
B. Alat dan bahan
Alat:
1. Termometer, 1 buah
2. Becker glass/Toples, 2 buah
3. Stopwatch, 1 buah
Bahan:
1. Ikan mas koki, 1 ekor
2. Es batu
3. Air panas (38oC)
4. Air kran
C. Prosedur kerja
1. Menyiapkan Alat dan Bahan yang diperlukan.
2. Mengambil 1 ekor ikan mas koki dan masukkan ke dalam becker glass/toples
A yang berisi air kran 27oC, dan aklimatisasi selama 5 menit. Menghitung
dan mencatat frekuensi gesekan (buka tutup) operculum dalam 1 menit
selama 5 menit.
3. Mengambil ikan mas koki pada becker glass/toples A dan memasukkan ke
dalam becker glass/toples B yang berisi air dingin, memasukkan es batu
hingga suhunya mencapai16oC, aklimatisasi selama 5 menit. Menghitung dan
mencatat frekuensi gerakan (buka tutup) operculum dalam 1 menit selama 5
menit.
4. Mengeluarkan ikan mas koki pada becker glass/toples B dan memasukkan
pada becker glass/toples A yang berisi air panas 38oC, mengaklimatisasi
selama 5 menit. Menghitung dan mencatat frekuensi gerakan (buka tutup)
operculum dalam 1 menit selama 5 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Daftar frekuensi gerakan Operculum ikan mas koki pada suhu air berbeda
Toples
suhu awal
air
Waktu (menit ke … )
Rerata
1 2 3 4 5
A
(air panas38oC)
70 59 45 43 36 50,6
B
(air kran27oC)
66 62 77 88 97 78
C
(air dingin16oC)
83 80 85 81 78 80,8
B. Analisis Data
𝑉𝐴 =
jumlah gerakan operculum
jumlah waktu
=
70+ 59+ 45 + 43 + 36
5
=
253
5
= 50,6
𝑉𝐵 =
jumlah gerakan operculum
jumlah waktu
=
66 + 62 + 77 + 88 + 97
5
=
390
5
= 78
𝑉𝐶 =
jumlah gerakan operculum
jumlah waktu
=
83+ 80+ 85 + 81 + 78
5
=
407
5
= 81,4
C. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan pada toples A yang berisi air panas (38oC)
diperoleh data jumlah gerakan operculum ikan mas koki yang dimasukkan ke
dalam air kran panas adalah pada menit pertama sebanyak 70 kali, menit kedua
sebanyak 59 kali, menit ketiga sebanyak 45 kali, menit keempat sebanyak 43 kali,
dan menit kelima sebanyak 36 kali. Dari kelima data tersebut maka diperoleh rata-
rata gerakan operculum adalah sebanyak 50,6 kali. Hal ini berarti bahwa dalam
setiap satu menit gerakan buka tutup berlangsung kurang lebih 50,6 kali.
Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa pada toples A(air
panas 38oC) menunjukkan bahwa pada air dengan suhu yang tinggi ikan
melakukan respirasi cukup lambat. Menurut teori, kebutuhan oksigen suatu
organisme pada suhu tinggi cukup besar. Besarnya kebutuhan oksigen ini karena
pada suhu yang panas ikan membutuhkan banyak energi dalam respirasinya
karena pada suhu tersebut aktivitas meningkat, hal ini bisa saja disebabkn oleh
kesalahan praktikan saat menghitung pergerakan operculum pada ikan tersebut.
Pada toples B yang berisi air kran (27oC) diperoleh frekuensi gerakan
operculum ikan mas koki pada menit pertama yaitu sebanyak 66 kali, menit kedua
62 kali, menit ketiga 77, menit keempat 88, dan menit kelima sebanyak 97 kali.
Dari kelima data tersebut maka diperoleh rata-rata gerakan operculum adalah
sebanyak 78 kali.Hal ini berarti bahwa dalam setiap satu menit gerakan buka tutup
berlangsung kurang lebih 78 kali. Menurut teori pada suhu tersebut aktivitas ikan
tidak begitu tinggi sehingga kebutuhan oksigennya stabil dan gerakan operculum
atau proses respirasinya juga ikut stabil karena insang ikan tidak menimbang
terlalu besar dan berkerut seperti halnya pada suhu dingin atau panas.
Pada toples C yang berisi air dingin (16oC) diperoleh frekuensi gerakan
operculum ikan mas koki pada menit pertama yaitu sebanyak 83 kali, menit kedua
80 kali, menit ketiga 85 kali, menit keempat 81 kali, dan menit kelima 78 kali.
Dari kelima data tersebut maka diperoleh rata-rata gerakan operculum adalah
sebanyak 81,4 kali. Hal ini berarti bahwa dalam setiap satu menit gerakan buka
tutup berlangsung kurang lebih 81,4 kali. Berdasarkan hasil pengamatan, maka
dapat disimpulkan bahwa pada toples C (air dingin 16oC) menunjukkan bahwa
pada air dengan suhu yang dingin ikan melakukan respirasi dengan cepat.
Gerakan operculum ikan mas koki pada air dingin lebih besar dibandingkan pada
suhu air panas. Hal ini menunjukkan bahwa pada suhu yang rendah ikan mas koki
melakukan respirasi lebih cepat dibandingkan pada suhu yang lebih tinggi. Tidak
sesuai dengan teori bahwa respirasi ikan mas koki pada suhu dingin aktivitasnya
lebih ringan dibandingkan pada suhu yang panas sehingga kebutuhan oksigennya
juga lebih sedikit karena energi yang diperlukan juga tidak begitu banyak.
Perbedaan rata-rata frekuensi gerakan operculum ikan mas koki ini terjadi
karena adanya perbedaan suhu. Hal ini dapat kita lihat pada hasil pengamatan
bahwa pada setiap suhu ikan mas koki memiliki perbedaan jumlah gerakan
operculum. Dapat kita lihat bahwa pada suhu yang tinggi (air panas) rata-rata
gerakan operculum ikan mas koki setiap menitnya cepat dibandingkan pada suhu
normal dan suhu dingin.Tidak sesuai dengan teori bahwa semakin panas suhu
maka semakin besar pula aktivitas organisme khususnya proses respirasi pada
ikan mas koki karena kecepatan penggunaan oksigen ikan mas koki pada suhu
panas lebih besar dibandingkan suhu dingin dan suhu normal.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecepatan penggunaan oksigen organisme dalam hal ini diwakili oleh ikan mas
selalu disesuaikan dengan lingkungannya. Menurut teori kecepatan penggunaan
oksigen ikan mas pada suhu tinggi selalu lebih besar bila dibandingkan kecepatan
penggunaan oksigen pada suhu rendah. Hal ini pula dipengaruhi oleh kadar oksigen
yang terkandung dalam air semakin banyak kandungan oksigennya gerakan
operculum melambat dan akan cepat jika kandungan oksigennya sedikit. Namun
pada praktikum yang kami lakuan berbeda dengan teori, hal ini mungkin disebabkan
oleh kesalahan praktikan pada saat menghitung pergerakan operculumnya, ataukah
karena air yang digunakan suhunya berbeda dengan yang telah ditetapkan karena
sebelum menghitung pergerakan operculum ikan mas koki, ikan tersebut diberikan
waktu selama 5 menit untuk aklimatisasi.
B. Saran
1. Untuk Praktikan: Sebaiknya para praktikan dalam melaksanakan praktikum
hendaknya memenuhi segala peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan,
serta berhati-hati dalam menggunakan alat praktikum agar tidak jatuh dan
pecah, serta praktikum dapat berjalan lancar.
2. Untuk Asisten: Sebaiknya asisten dapat memberi contoh terlebih dahulu dalam
menggunakan alat praktikum agar praktikan tidak membuat kesalahan dalam
praktikum tersebut.
3. Untuk Laboran: Sebaiknya Laboran menyediakan ikan mas koki yang cukup
untuk setiap kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012.suhu. Http://wikipedia.org/suhu/. Diakses pada tanggal 30 Desember
2012.
Campbell, 2004.Pengontrolan Lingkungan Internal. Jakarta: Erlangga
Tim Pengajar. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Makassar: Jurusan biologi
FMIPA UNM
Yudani, Titi. 2003. Fisiologi Manusia. Jakarta: Dirjen Pendidikian Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional.
LAMPIRAN I
PERTANYAAN-JAWABAN
1. Mengapa terjadi perbedaan frekuensi gerakan Operculum ikan pada masing-
masing becker glass?
Jawaban: Terjadi perbedaan frekuensi gerakan Operculum ikan disebabkan oleh
adanya perbedaan suhu air pada masing-masing becker glass. Dimana
ikan mas pada becker glass yang bersuhu panas memiliki frekuensi
gerakan Operculum yang cepat, ikan pada becker glass yang berisi air
kran memiliki frekuensi gerakan Operculum yang normal, dan ikan
pada becker glass yang bersuhu dingin memiliki frekuensi yang lambat.
Hal ini disebabkan oleh penggunaan energi yang berbeda pada setiap
suhu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2. Pada suhu berapa frekuensi gerakan (buka tutup) operculum tertinggi ?
Jawaban: Pada suhu dingin (160C) dengan frekuensi gerakan rata-rata 81,4.
3. Pada suhu berapa frekuensi gerakan (buka tutup) operculum terendah ?
Jawaban : Pada suhu dingin (380C) dengan fekuensi gerakan rata-rata 50,6.
4. Mengapa terjadi perbedaan frekuensi gerakan (buka tutup) operculum ikan
berdasarkan suhu air ?
Jawaban : Karena pada suhu panas oksigennya sedikit (terurai)sehingga
memacu tubuh ikan untuk tetap memenuhi kebutuhan oksigen
dalam tubuhnya dengan meningkatkan (buka tutup) operculum
ikan dan sebaliknya pada suhu dingin yang oksigennya lebih
banyak dan kecepatan respirasinya lebih rendah karena karena
aktivitas organisme yang kurang aktif.
LAMPIRAN 2
Dari internet
Suhu
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Air akan mulai membeku pada suhu 0° Celsius (di gambar ini suhu udara -17° C)
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu
benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi
yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing
bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa
getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu
benda tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi hewan air terhadap lingkungannya
Posted Sat, 09/27/2008 - 21:47
Pengaruh lingkungan terhadap organisme akuatik
Faktor-faktor lingkungan sering berfluktuasi, baik yang bersifat harian maupun
musiman, kadang-kadang ditemukan kondisi yang ekstrim. Fluktuasi faktor
lingkungan akan mempengaruhi kehidupan organisme, proses-proses fisiologis,
tingkah lakunya dan mortalitas. Untuk mengurangi pengaruh buruk dari
lingkungannnya maka ikan melakukan adaptasi. Adaptasi adalah suatu proses
penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap
kondisi baru.
Dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungannya, hewan memiliki toleransi
dan resistensi pada kisaran tertentu dari variasi lingkungan.Kemampuan mentolerir
variable lingkungan ini erat kaitannya dengan faktor genetik dan sejarah hidup
sebelumnya.Kisaran ekstrim dari variable lingkungan yang menyebabkan kematian
bagi organisme disebut zone lethal.Kisaran intermedier dimana suatu organisme
masih dapat hidup disebut zone toleransi.Namun demikian posisi dari zone-zone
tersebut dapat berubah selama hidup suatu organisme.
Ikan akan melakukan mekanisme homeostasi yaitu dengan berusaha untuk membuat
keadaan stabil sebagai akibat adanya perubahan variabel lingkungan. Mekanisme
homeostasis ini terjadi pada tingkat sel yaitu dengan pengaturan metabolisme sel,
pengontrolan permeabilitas membran sel dan pembuangan sisa metabolisme.
Suhu ekstrim, perbedaan osmotik yang tinggi, racun, infeksi dan atau stimulasi sosial
dapat menyebabkan stress pada ikan. Jika terjadi stress, maka ikan akan merespon
dengan cara:
1. penurunan volume darah,
2. penurunan jumlah leucosit,
3. penurunan glikogen hati,
4. peningkatan glukosa darah,
5. menyusutnya diameter lambung
6. menipisnya lapisan mukosa
7. Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin
atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara
kuantitatif, kita dapat mengetahuinya dengan menggunakan termometer.
Suhu dapat diukur dengan menggunakan termometer yang berisi air raksa
atau alkohol. Kata termometer ini diambil dari dua kata yaitu thermo yang
artinya panas dan meter yang artinya mengukur (to measure).
Pengaruh Suhu

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum biologi homeostasis
Laporan praktikum biologi homeostasisLaporan praktikum biologi homeostasis
Laporan praktikum biologi homeostasisAdhy Laupada
 
Termoregulasi rambut getar
Termoregulasi rambut getarTermoregulasi rambut getar
Termoregulasi rambut getarAsfar Syafar
 
Prosedur pemeriksaan tanda vital
Prosedur pemeriksaan tanda vitalProsedur pemeriksaan tanda vital
Prosedur pemeriksaan tanda vitalMJM Networks
 
Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)
Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)
Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)winda dwi
 
Homeostatis dalah usaha untuk mengatur dan mengendalikan reasksi
Homeostatis dalah usaha untuk mengatur dan mengendalikan reasksiHomeostatis dalah usaha untuk mengatur dan mengendalikan reasksi
Homeostatis dalah usaha untuk mengatur dan mengendalikan reasksif' yagami
 
Laporan 3
Laporan 3Laporan 3
Laporan 3isanuri
 
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan makhluk hidup
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan makhluk hidupFaktor yang mempengaruhi pertumbuhan makhluk hidup
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan makhluk hidupWidya W Permata
 
HEWAN DAN LINGKUNGANNYA
HEWAN DAN LINGKUNGANNYAHEWAN DAN LINGKUNGANNYA
HEWAN DAN LINGKUNGANNYASariyuliana28
 
tumbuhan dalam lingkungan
tumbuhan dalam lingkungantumbuhan dalam lingkungan
tumbuhan dalam lingkunganIMUandIMA93
 
Tumbuhan dan lingkungan
Tumbuhan dan lingkunganTumbuhan dan lingkungan
Tumbuhan dan lingkunganPotpotya Fitri
 
PRINSIP DASAR
PRINSIP DASARPRINSIP DASAR
PRINSIP DASARMawar 99
 

What's hot (20)

termoregulasi
termoregulasitermoregulasi
termoregulasi
 
Laporan praktikum biologi homeostasis
Laporan praktikum biologi homeostasisLaporan praktikum biologi homeostasis
Laporan praktikum biologi homeostasis
 
Termoregulasi rambut getar
Termoregulasi rambut getarTermoregulasi rambut getar
Termoregulasi rambut getar
 
Homeostasis
HomeostasisHomeostasis
Homeostasis
 
Prosedur pemeriksaan tanda vital
Prosedur pemeriksaan tanda vitalProsedur pemeriksaan tanda vital
Prosedur pemeriksaan tanda vital
 
Termoregulasi baru
Termoregulasi baruTermoregulasi baru
Termoregulasi baru
 
EKTODERM DAN ENDODERM
EKTODERM DAN ENDODERMEKTODERM DAN ENDODERM
EKTODERM DAN ENDODERM
 
Proses
ProsesProses
Proses
 
Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)
Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)
Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)
 
Bab 1 ipa
Bab 1 ipaBab 1 ipa
Bab 1 ipa
 
remidi ipa
remidi iparemidi ipa
remidi ipa
 
Homeostatis dalah usaha untuk mengatur dan mengendalikan reasksi
Homeostatis dalah usaha untuk mengatur dan mengendalikan reasksiHomeostatis dalah usaha untuk mengatur dan mengendalikan reasksi
Homeostatis dalah usaha untuk mengatur dan mengendalikan reasksi
 
Laporan 3
Laporan 3Laporan 3
Laporan 3
 
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan makhluk hidup
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan makhluk hidupFaktor yang mempengaruhi pertumbuhan makhluk hidup
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan makhluk hidup
 
HEWAN DAN LINGKUNGANNYA
HEWAN DAN LINGKUNGANNYAHEWAN DAN LINGKUNGANNYA
HEWAN DAN LINGKUNGANNYA
 
Thermoregulation
ThermoregulationThermoregulation
Thermoregulation
 
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaKesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia
 
tumbuhan dalam lingkungan
tumbuhan dalam lingkungantumbuhan dalam lingkungan
tumbuhan dalam lingkungan
 
Tumbuhan dan lingkungan
Tumbuhan dan lingkunganTumbuhan dan lingkungan
Tumbuhan dan lingkungan
 
PRINSIP DASAR
PRINSIP DASARPRINSIP DASAR
PRINSIP DASAR
 

Similar to Pengaruh Suhu

PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptx
PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptxPPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptx
PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptxLondo4
 
homeostasis.pptx
homeostasis.pptxhomeostasis.pptx
homeostasis.pptxJirahYunus1
 
PPT KEL 5 FISWAN.pptx
PPT KEL 5 FISWAN.pptxPPT KEL 5 FISWAN.pptx
PPT KEL 5 FISWAN.pptxKuniAzizah2
 
edoc.site_1-termoregulasi-termoregulasi.pdf
edoc.site_1-termoregulasi-termoregulasi.pdfedoc.site_1-termoregulasi-termoregulasi.pdf
edoc.site_1-termoregulasi-termoregulasi.pdfAgathaHaselvin
 
Tugas rangkuman ekologi umum
Tugas rangkuman ekologi umumTugas rangkuman ekologi umum
Tugas rangkuman ekologi umumsherlyoha
 
Hubungan Osmoregulasi dengan Termoregulasi
Hubungan Osmoregulasi dengan TermoregulasiHubungan Osmoregulasi dengan Termoregulasi
Hubungan Osmoregulasi dengan TermoregulasiWahyu Agustianto
 
makalah Prosedur pemeriksaan tanda vital
makalah Prosedur pemeriksaan tanda vitalmakalah Prosedur pemeriksaan tanda vital
makalah Prosedur pemeriksaan tanda vitalMJM Networks
 
TERMOREGULASI-TERMOREGULASI-TERMOREGULASI.pdf
TERMOREGULASI-TERMOREGULASI-TERMOREGULASI.pdfTERMOREGULASI-TERMOREGULASI-TERMOREGULASI.pdf
TERMOREGULASI-TERMOREGULASI-TERMOREGULASI.pdfAgathaHaselvin
 
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Denyut J...
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Denyut J...Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Denyut J...
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Denyut J...UNESA
 
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptx
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptxTHERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptx
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptxAgathaHaselvin
 
Teori Ekologi MRL.pptx
Teori Ekologi MRL.pptxTeori Ekologi MRL.pptx
Teori Ekologi MRL.pptxKudaLaut4
 
laporan praktikum termokimia
laporan praktikum termokimialaporan praktikum termokimia
laporan praktikum termokimiawd_amaliah
 
Respon dan Adaptasi Hewan.pptx
 Respon dan Adaptasi Hewan.pptx Respon dan Adaptasi Hewan.pptx
Respon dan Adaptasi Hewan.pptxRagilpriyautomo2
 
Fisiologi hewan
Fisiologi hewanFisiologi hewan
Fisiologi hewanindri951
 

Similar to Pengaruh Suhu (20)

PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptx
PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptxPPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptx
PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptx
 
homeostasis.pptx
homeostasis.pptxhomeostasis.pptx
homeostasis.pptx
 
PPT KEL 5 FISWAN.pptx
PPT KEL 5 FISWAN.pptxPPT KEL 5 FISWAN.pptx
PPT KEL 5 FISWAN.pptx
 
edoc.site_1-termoregulasi-termoregulasi.pdf
edoc.site_1-termoregulasi-termoregulasi.pdfedoc.site_1-termoregulasi-termoregulasi.pdf
edoc.site_1-termoregulasi-termoregulasi.pdf
 
Tugas rangkuman ekologi umum
Tugas rangkuman ekologi umumTugas rangkuman ekologi umum
Tugas rangkuman ekologi umum
 
Hubungan Osmoregulasi dengan Termoregulasi
Hubungan Osmoregulasi dengan TermoregulasiHubungan Osmoregulasi dengan Termoregulasi
Hubungan Osmoregulasi dengan Termoregulasi
 
makalah Prosedur pemeriksaan tanda vital
makalah Prosedur pemeriksaan tanda vitalmakalah Prosedur pemeriksaan tanda vital
makalah Prosedur pemeriksaan tanda vital
 
Homeostasis
HomeostasisHomeostasis
Homeostasis
 
faktor pembatas ekosistem
faktor pembatas ekosistemfaktor pembatas ekosistem
faktor pembatas ekosistem
 
TERMOREGULASI-TERMOREGULASI-TERMOREGULASI.pdf
TERMOREGULASI-TERMOREGULASI-TERMOREGULASI.pdfTERMOREGULASI-TERMOREGULASI-TERMOREGULASI.pdf
TERMOREGULASI-TERMOREGULASI-TERMOREGULASI.pdf
 
Homoistasis
HomoistasisHomoistasis
Homoistasis
 
Homeostatis
HomeostatisHomeostatis
Homeostatis
 
Homeostasis
HomeostasisHomeostasis
Homeostasis
 
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Denyut J...
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Denyut J...Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Denyut J...
Laporan Praktikum Fisiologi Hewan: Pengaruh Suhu Lingkungan Terhadap Denyut J...
 
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptx
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptxTHERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptx
THERMOREGULASI-THERMOREGULASI-THERMOREGULASI.pptx
 
Teori Ekologi MRL.pptx
Teori Ekologi MRL.pptxTeori Ekologi MRL.pptx
Teori Ekologi MRL.pptx
 
lap
laplap
lap
 
laporan praktikum termokimia
laporan praktikum termokimialaporan praktikum termokimia
laporan praktikum termokimia
 
Respon dan Adaptasi Hewan.pptx
 Respon dan Adaptasi Hewan.pptx Respon dan Adaptasi Hewan.pptx
Respon dan Adaptasi Hewan.pptx
 
Fisiologi hewan
Fisiologi hewanFisiologi hewan
Fisiologi hewan
 

Recently uploaded

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 

Pengaruh Suhu

  • 1. LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Biologi Dasar Bab VIII dengan judul “Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Organisme” Nama : Lilis yuliana Nim : 1212040011 Kelas : A (Pendidikan Fisika) Kelompok : VII Telah diperiksa oleh asisten dan koordinator asisten maka dinyatakan diterima. Makassar, Januari2013 Koordinator Asisten Asisten (Syamsu Rijal S.Pd) ( Asriadi ) NIM:091404040 Mengetahui, Dosen penanggungjawab (Dr. Ir. Muhammad Junda M.si) NIP: 19621108 1991031 002
  • 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suhu merupakan salah satu factor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah diukur dan sangat beragam.Suhu tersebut mempunyai peranan penting dalam mengatur aktivitas organisme, baik hewan maupun tumbuhan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan sekaligus menentukan kegiatan metabolik, misalnya dalam hal respirasi.Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka kita akan melakukan percobaan untuk menguji pengaruh suhu terhadap aktivitas organisme. Pada percobaan yang akan kita lakukan maka kita akan menggunakan sampel dari hewan berupa ikan karena mudah untuk diamati aktivitas respirasinya melalui gerakan operculum. Selain itu, dengan menggunakan ikan maka kita dapat lebih mudah mengatur suhu yang kita inginkan dalam percobaan ini karena ikan hidup di air sehingga kita bisa mengatur suhu dari air tersebut yang tidak lain adalah lingkungan hidup/habitat dari ikan dengan memanaskan atau mendinginkan airnya dibandingkan harus menggunakan hewan darat karena sulit untuk mengatur suhu lingkungannya dan membutuhkan waktu yang lama. Ikan yang akan digunakan adalah ikan mas koki karena harganya terjangkau (murah) dan mudah dijangkau serta bentuknya yang kecil sehingga mudah disesuaikan dengan bentuk alat yang digunakan pada saat praktikum.Percobaan ini dilakukan karena dianggap sangat penting untuk membuktikan pengaruh suhu terhadap aktivitas organisme dan lebih meyakinkan kita pada teori-teori yang selama ini mengenai kaitan suhu pada aktivitas organisme khususnya pada saat respirasi. Melalui percobaan ini pula maka kita dapat lebih mudah dalam memahami konsep mengenai pengaruh suhu terhadap aktivitas organisme. Lingkungan suatu organisme tersebut yang menjadi kondisi atau persyaratan organisme untuk hidup, lingkungan digelar dalam alam sebagai lingkungan fisik
  • 3. abiotik dan biotik.Keduanya sangat mempengaruhi distribusi (pembesaran) organisme dalam habitatnya yang berbeda-beda.Dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungannya, hewan memiliki toleransi dan resistensi pada kisaran tertentu dari variasi lingkungan.Kemampuan mentolerir variable lingkungan ini erat kaitannya dengan faktor genetik dan sejarah hidup sebelumnya.Kisaran ekstrim dari variable lingkungan yang menyebabkan kematian bagi organisme disebut zone lethal.Kisaran intermedier dimana suatu organisme masih dapat hidup disebut zone toleransi.Namun demikian posisi dari zone-zone tersebut dapat berubah selama hidup suatu organisme.Lingkungan abiotik meliputi segala sesuatu yang tidak secara langsung terkait pada keberadaan organisme tertentu yaitu suhu, air, cahaya, kelembapan, angin, pH dan seterusnya.Faktor-faktor lingkungan sering berfluktuasi, baik yang bersifat harian maupun musiman, kadang-kadang ditemukan kondisi yang ekstrim.Fluktuasi faktor lingkunganakan mempengaruhi kehidupan organisme, proses-proses fisiologis, tingkah lakunya dan mortalitas. Untuk mengurangi pengaruh buruk dari lingkungannnya maka ikan melakukan adaptasi. Suhu merupakan salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah diukur dan sangat beragam. Suhu tersebut mempunyai peranan yang penting dalam mengatur aktivitas biologis organisme.Berdasarkan uraian tersebut diatas maka perlu dilakukan percobaan mengenai pengaruh suhu terhadap aktivitas organisme. Sebagai sampel diambil ikanmas.hal ini yang diamati adalah gerakan buka tutup Operculum ikan mas yang menandakan bahwa ikan tersebut menghirup oksigen. B. Tujuan Percobaan Mahasiswa diharapkan dapat membandingkan kecepatan penggunaan oksigen oleh organisme pada suhu yang berbeda. C. Manfaat Percobaan Dengan adanya praktikum ini, maka mahasiswa dapat mengetahui kecepatan oksigen yang digunakan oleh organisme pada suhu yang berbeda.
  • 4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Suhu merupakan salah satu factor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah diukur dan sangat beragam.Suhu tersebut mempunyai peranan penting dalam mengatur aktivitas organisme, baik hewan maupun tumbuhan karena suhu mempengaruhi kecepatan reaksi kimiawi dalam tubuh dan sekaligus menentukan kegiatan metabolik, misalnya dalam hal respirasi.Sebagaimana halnya dengan faktor lingkungan lainnya, suhu mempunyai rentang yang dapat ditolelir oleh setiap jenis organisme.Masalah ini dijelaskan dalam kajian ekologi, yaitu “Hukum Toleransi Shelford”.Dengan alat yang relatif sederhana, percobaan tentang pengaruh suhu terhadap aktivitas respirasi organisme tidak sulit dilakukan, misalnya dengan menggunakan respirometer sederhana (Tim Pengajar, 2012). Suhu media berpengaruh terhadap aktivitas enzim pencernaan. Pada proses pencernaan yang tak sempurna akan dihasilkan banyak feses, sehingga banyak energiyang terbuang. Suhu media juga berpengaruh terjadap aktivitas enzim yang terlibat proses katabolisme dan anabolisme. Enzim metabolisme berpengaruh terhadap proses katabolisme (menghasilkan energi) dan anabolisme (sintesa nutrien menjadi senyawa baru yang dibutuhkan tubuh). Suhu media yang optimum akan mendorong enzim-enzim pencernaan dan metabolisme untuk bekerja secara efektif. Konsumsi pakan yang tinggi yang disertai dengan proses pencernaan dan metabolisme yang efektif, akan menghasilkan energi yang optimal untuk pertumbuhan. Proses metabolisme ikan umumnya meningkat jika suhu naik hingga dibawah batas yang mematikan. Berdasarkan hukum van’t Hoff, kenaikan suhu sebesar 10oC akan menyebabkan kecepatan reaksi metabolisme meningkat 2-3 kali lipat dibandingkan pada kondisi normal (Anonim, 2012).
  • 5. Menurut Anonim (2012), pengaruh lingkungan terhadap organisme dapat dibedakan kepada 5 kategori, yaitu : 1. Lethal factor, yaitu faktor lingkungan yang merusak system integrasi dari suatu organisme dan dapat menyebabkan kematian. 2. Controlling factor, yaitu faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas molekuler pada mata rantai metabolism. 3. Limiting factor, yaitu faktor lingkungan yang mempengaruhi laju metabolisme tetapi melalui pembatasan penyediaan nutrien atau pembuangan sisa metabolisme. 4. Masking factor, yanitu faktor lingkungan yang merubah atau menghambat bekerjanya faktor lain (tidak langsung) 5. Directive factor, yaitu faktor lingkungan yang menyebabkan gerakan atau terganggunya aktivitas suatu organisme. Menurut Campbell (2004), adaptasi fisiologis hewan terhadap temperatur lingkungan meliputi tiga hal : 1. Adaptasi untuk hidup di lingkungan bertemperatur rendah. 2. Adaptasi untuk hidup pada lingkungan bertemperatur tinggi. 3. Adaptasi untuk mengatasi perubahan temperatur tubuh sebagai akibat perubahan temperatur lingkungan. Berdasarkan responnya terhadap perubahan temperatur lingkungan, hewan dikelompokkan menjadi hewan homeoterm dan hewan poikiloterm.Hewan homeoterm dapat mempertahankan temperatur tubuh meskipun temperatur lingkungan berubah.Hewan yang bersifat homeotermik adalah mamalia dan burung. Hewan poikilotermik adalah reptil,amfibi,ikan hewan hewan avertebrata. Diantara sifat homeotermik dan poikilotermik ada perkecualiaan.Hewan mamalia yang mengalami hibernasi,temperature tubuhnya turun sampai mendekati 0OC pada musim dingin, dan suhunya berada di atas suhu lingkungan pada musim panas.Salah satu hewan yang mempunyai sifat itu adalah beruang kutub. Hewan yang suatu ketika mempertahankan temperatur tubuh diatas temperature lingkungan dan pada
  • 6. saatlainbersifat poikilotermik disebut heteroterm. Semua hewan berusaha memanaskan tubuh agar temperatur tubuh tidak banyak berubah sebagai akibat penurunan temperatur lingkungan, tetapi caranya berbeda beda. Hewan hewan hemeoterm memanaskan tubuh dengan cara memproduksi panas. Hewan itu meningkatkan metabolisme tubuh, yaitu meningkatkan respirasi karbohidrat. Dengan kata lain panas tubuh hewan homeoterm berasal dari dalam tubuhnya sendiri. Sifat seperti itu disebut endotermik. Hewan poikiloterm meningkatkan panas tubuh dengan cara ektotermik (Yudani, 2003). Jika hewan homeoterm dihadapkan kepada suhu lingkungan yang ekstrem, maka tingkat aktivitas termoregulatori untuk memelihara kekonstanan suhu tubuhnya meningkat sesuai denagn perubahan suhu lingkungan yang ekstrem tadi. Bila suhu lingkungan diturunkan, hewan endoterm akan merespon dengan berbagai refleks yang cenderung mengkonservasi panas. Pembuluh darah dikulit akan menyempit, rambut dan bulu dapat berdiri, dan hewan akan mempersempit permukaan tubuhnya yang bersinggungan dengan udara, misalnya dengan menekuk tubuhnya, menyembunyikan anggota tubuh, dan sebagainya (campbell, 2004). Bila suhu tubuh pusat meningkat maka perubahan suhu ini akan diterima oleh termoreseptor pusat (dalam hipotalamus, korda spinalis atau organ abdominal). Sinyal ini diteruskan ke pengintegrasi termoregulatori hipotalamik yang kemudian mengurangi pengiriman sinyalnya lewat saraf simpatetik ke pembuluh darah bagian kulit. Akibat dari kejadian ini adalah bahwa pembuluh darah bawah kulit vasodilatasi, sehingga banyak darah panas mengalir ke bawah kulit. Di samping itu sinyal juga disampaikan ke kelenjar keringat untuk mengeskresikan keringat ke permukaan kulit. Proses berikutna adalah menguapkan keringat dengan mengambil panas dari darah yang mengakibatkan suhu pusat tubuh kembali normal. Proses yang sama terjadi apabila tubuh menghadapi suhu lingkungan yang panas, hanya perubahan suhu ini mula-mula diterima oleh termoreseptor periferal pada kulit.selanjutnya termoreseptor periferal akan menyampaikan sinyalnya ke pusat
  • 7. pengintegrasi termoregulatori hipotalamik yang meneruskannya ke pembuluh darah (Yudani, 2003). Faktor lingkungan mempengaruhi organisme secara fisiologis dalam berbagai cara. Faktor lingkungan yang sama menghasilkan pengaruh yang berbeda pada saat yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda pula.Uuntuk setiap spesies terdapat rentang dalam faktor lingkungan sehingga fungsi-fungsi dalam spesies optimum. Setiap hewanmempunyai kisaran toleransi tertentu untuk suatu faktor lingkungan abiotik. Dalam kisaran kondisi yang ditolerirnya itu, hewan mempunyai prefensi terhadap kisaran kondisi yang paling cocok baginya, yaitu prefensinya. Spesies bemacam-macam dalam batas toleransinya terhadap waktu yang sama. Apabila sejenis hewan mobile dihadapkan pada suatu gradien faktor lingkungan berupa suhu,maka hewan akan bergerak menuju zona dengan kondisi suhu yang paling cocok. Dengan begitu maka individu-individu hewan akan paling banyak didapatkan pada pada zona prefensi itu. Preferendum hewan untuk suatu faktor lingkungan tertentu di habitat alaminya sukar untuk menentukannya. Salah satu sebabnya adalah lingkungan alaminya. Sehingga, fungsi sutu makhluk hidup dikendalikan atau dibatasi olehfaktor lingkungan yang esensial atau gabungan faktor yang ada dalam jumlah yang paling tidak layak kecilnya dengan kata lain, penyebaran spesies dikendalikan oleh aktor lingkungan dengan kisaran adaptasilitas yang paling sempit (Campbell, 2004).
  • 8. BAB III METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada: Hari / Tanggal : Kamis / 27Desember 2012 Waktu : Pukul 07:30 s.d 09:40 WITA Tempat : Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA UNM B. Alat dan bahan Alat: 1. Termometer, 1 buah 2. Becker glass/Toples, 2 buah 3. Stopwatch, 1 buah Bahan: 1. Ikan mas koki, 1 ekor 2. Es batu 3. Air panas (38oC) 4. Air kran C. Prosedur kerja 1. Menyiapkan Alat dan Bahan yang diperlukan. 2. Mengambil 1 ekor ikan mas koki dan masukkan ke dalam becker glass/toples A yang berisi air kran 27oC, dan aklimatisasi selama 5 menit. Menghitung dan mencatat frekuensi gesekan (buka tutup) operculum dalam 1 menit selama 5 menit. 3. Mengambil ikan mas koki pada becker glass/toples A dan memasukkan ke dalam becker glass/toples B yang berisi air dingin, memasukkan es batu hingga suhunya mencapai16oC, aklimatisasi selama 5 menit. Menghitung dan mencatat frekuensi gerakan (buka tutup) operculum dalam 1 menit selama 5 menit.
  • 9. 4. Mengeluarkan ikan mas koki pada becker glass/toples B dan memasukkan pada becker glass/toples A yang berisi air panas 38oC, mengaklimatisasi selama 5 menit. Menghitung dan mencatat frekuensi gerakan (buka tutup) operculum dalam 1 menit selama 5 menit.
  • 10. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Daftar frekuensi gerakan Operculum ikan mas koki pada suhu air berbeda Toples suhu awal air Waktu (menit ke … ) Rerata 1 2 3 4 5 A (air panas38oC) 70 59 45 43 36 50,6 B (air kran27oC) 66 62 77 88 97 78 C (air dingin16oC) 83 80 85 81 78 80,8 B. Analisis Data 𝑉𝐴 = jumlah gerakan operculum jumlah waktu = 70+ 59+ 45 + 43 + 36 5 = 253 5 = 50,6 𝑉𝐵 = jumlah gerakan operculum jumlah waktu = 66 + 62 + 77 + 88 + 97 5 = 390 5 = 78 𝑉𝐶 = jumlah gerakan operculum jumlah waktu = 83+ 80+ 85 + 81 + 78 5 = 407 5 = 81,4 C. Pembahasan
  • 11. Berdasarkan pengamatan pada toples A yang berisi air panas (38oC) diperoleh data jumlah gerakan operculum ikan mas koki yang dimasukkan ke dalam air kran panas adalah pada menit pertama sebanyak 70 kali, menit kedua sebanyak 59 kali, menit ketiga sebanyak 45 kali, menit keempat sebanyak 43 kali, dan menit kelima sebanyak 36 kali. Dari kelima data tersebut maka diperoleh rata- rata gerakan operculum adalah sebanyak 50,6 kali. Hal ini berarti bahwa dalam setiap satu menit gerakan buka tutup berlangsung kurang lebih 50,6 kali. Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan bahwa pada toples A(air panas 38oC) menunjukkan bahwa pada air dengan suhu yang tinggi ikan melakukan respirasi cukup lambat. Menurut teori, kebutuhan oksigen suatu organisme pada suhu tinggi cukup besar. Besarnya kebutuhan oksigen ini karena pada suhu yang panas ikan membutuhkan banyak energi dalam respirasinya karena pada suhu tersebut aktivitas meningkat, hal ini bisa saja disebabkn oleh kesalahan praktikan saat menghitung pergerakan operculum pada ikan tersebut. Pada toples B yang berisi air kran (27oC) diperoleh frekuensi gerakan operculum ikan mas koki pada menit pertama yaitu sebanyak 66 kali, menit kedua 62 kali, menit ketiga 77, menit keempat 88, dan menit kelima sebanyak 97 kali. Dari kelima data tersebut maka diperoleh rata-rata gerakan operculum adalah sebanyak 78 kali.Hal ini berarti bahwa dalam setiap satu menit gerakan buka tutup berlangsung kurang lebih 78 kali. Menurut teori pada suhu tersebut aktivitas ikan tidak begitu tinggi sehingga kebutuhan oksigennya stabil dan gerakan operculum atau proses respirasinya juga ikut stabil karena insang ikan tidak menimbang terlalu besar dan berkerut seperti halnya pada suhu dingin atau panas. Pada toples C yang berisi air dingin (16oC) diperoleh frekuensi gerakan operculum ikan mas koki pada menit pertama yaitu sebanyak 83 kali, menit kedua 80 kali, menit ketiga 85 kali, menit keempat 81 kali, dan menit kelima 78 kali. Dari kelima data tersebut maka diperoleh rata-rata gerakan operculum adalah sebanyak 81,4 kali. Hal ini berarti bahwa dalam setiap satu menit gerakan buka tutup berlangsung kurang lebih 81,4 kali. Berdasarkan hasil pengamatan, maka
  • 12. dapat disimpulkan bahwa pada toples C (air dingin 16oC) menunjukkan bahwa pada air dengan suhu yang dingin ikan melakukan respirasi dengan cepat. Gerakan operculum ikan mas koki pada air dingin lebih besar dibandingkan pada suhu air panas. Hal ini menunjukkan bahwa pada suhu yang rendah ikan mas koki melakukan respirasi lebih cepat dibandingkan pada suhu yang lebih tinggi. Tidak sesuai dengan teori bahwa respirasi ikan mas koki pada suhu dingin aktivitasnya lebih ringan dibandingkan pada suhu yang panas sehingga kebutuhan oksigennya juga lebih sedikit karena energi yang diperlukan juga tidak begitu banyak. Perbedaan rata-rata frekuensi gerakan operculum ikan mas koki ini terjadi karena adanya perbedaan suhu. Hal ini dapat kita lihat pada hasil pengamatan bahwa pada setiap suhu ikan mas koki memiliki perbedaan jumlah gerakan operculum. Dapat kita lihat bahwa pada suhu yang tinggi (air panas) rata-rata gerakan operculum ikan mas koki setiap menitnya cepat dibandingkan pada suhu normal dan suhu dingin.Tidak sesuai dengan teori bahwa semakin panas suhu maka semakin besar pula aktivitas organisme khususnya proses respirasi pada ikan mas koki karena kecepatan penggunaan oksigen ikan mas koki pada suhu panas lebih besar dibandingkan suhu dingin dan suhu normal.
  • 13. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kecepatan penggunaan oksigen organisme dalam hal ini diwakili oleh ikan mas selalu disesuaikan dengan lingkungannya. Menurut teori kecepatan penggunaan oksigen ikan mas pada suhu tinggi selalu lebih besar bila dibandingkan kecepatan penggunaan oksigen pada suhu rendah. Hal ini pula dipengaruhi oleh kadar oksigen yang terkandung dalam air semakin banyak kandungan oksigennya gerakan operculum melambat dan akan cepat jika kandungan oksigennya sedikit. Namun pada praktikum yang kami lakuan berbeda dengan teori, hal ini mungkin disebabkan oleh kesalahan praktikan pada saat menghitung pergerakan operculumnya, ataukah karena air yang digunakan suhunya berbeda dengan yang telah ditetapkan karena sebelum menghitung pergerakan operculum ikan mas koki, ikan tersebut diberikan waktu selama 5 menit untuk aklimatisasi. B. Saran 1. Untuk Praktikan: Sebaiknya para praktikan dalam melaksanakan praktikum hendaknya memenuhi segala peraturan dan tata tertib yang telah ditetapkan, serta berhati-hati dalam menggunakan alat praktikum agar tidak jatuh dan pecah, serta praktikum dapat berjalan lancar. 2. Untuk Asisten: Sebaiknya asisten dapat memberi contoh terlebih dahulu dalam menggunakan alat praktikum agar praktikan tidak membuat kesalahan dalam praktikum tersebut. 3. Untuk Laboran: Sebaiknya Laboran menyediakan ikan mas koki yang cukup untuk setiap kelompok.
  • 14. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2012.suhu. Http://wikipedia.org/suhu/. Diakses pada tanggal 30 Desember 2012. Campbell, 2004.Pengontrolan Lingkungan Internal. Jakarta: Erlangga Tim Pengajar. 2012. Penuntun Praktikum Biologi Dasar. Makassar: Jurusan biologi FMIPA UNM Yudani, Titi. 2003. Fisiologi Manusia. Jakarta: Dirjen Pendidikian Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
  • 15. LAMPIRAN I PERTANYAAN-JAWABAN 1. Mengapa terjadi perbedaan frekuensi gerakan Operculum ikan pada masing- masing becker glass? Jawaban: Terjadi perbedaan frekuensi gerakan Operculum ikan disebabkan oleh adanya perbedaan suhu air pada masing-masing becker glass. Dimana ikan mas pada becker glass yang bersuhu panas memiliki frekuensi gerakan Operculum yang cepat, ikan pada becker glass yang berisi air kran memiliki frekuensi gerakan Operculum yang normal, dan ikan pada becker glass yang bersuhu dingin memiliki frekuensi yang lambat. Hal ini disebabkan oleh penggunaan energi yang berbeda pada setiap suhu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. 2. Pada suhu berapa frekuensi gerakan (buka tutup) operculum tertinggi ? Jawaban: Pada suhu dingin (160C) dengan frekuensi gerakan rata-rata 81,4. 3. Pada suhu berapa frekuensi gerakan (buka tutup) operculum terendah ? Jawaban : Pada suhu dingin (380C) dengan fekuensi gerakan rata-rata 50,6. 4. Mengapa terjadi perbedaan frekuensi gerakan (buka tutup) operculum ikan berdasarkan suhu air ? Jawaban : Karena pada suhu panas oksigennya sedikit (terurai)sehingga memacu tubuh ikan untuk tetap memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuhnya dengan meningkatkan (buka tutup) operculum ikan dan sebaliknya pada suhu dingin yang oksigennya lebih banyak dan kecepatan respirasinya lebih rendah karena karena aktivitas organisme yang kurang aktif.
  • 16. LAMPIRAN 2 Dari internet Suhu Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Air akan mulai membeku pada suhu 0° Celsius (di gambar ini suhu udara -17° C) Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.
  • 17. Faktor-faktor yang mempengaruhi adaptasi hewan air terhadap lingkungannya Posted Sat, 09/27/2008 - 21:47 Pengaruh lingkungan terhadap organisme akuatik Faktor-faktor lingkungan sering berfluktuasi, baik yang bersifat harian maupun musiman, kadang-kadang ditemukan kondisi yang ekstrim. Fluktuasi faktor lingkungan akan mempengaruhi kehidupan organisme, proses-proses fisiologis, tingkah lakunya dan mortalitas. Untuk mengurangi pengaruh buruk dari lingkungannnya maka ikan melakukan adaptasi. Adaptasi adalah suatu proses penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap kondisi baru. Dalam rangka menyesuaikan diri dengan lingkungannya, hewan memiliki toleransi dan resistensi pada kisaran tertentu dari variasi lingkungan.Kemampuan mentolerir variable lingkungan ini erat kaitannya dengan faktor genetik dan sejarah hidup sebelumnya.Kisaran ekstrim dari variable lingkungan yang menyebabkan kematian bagi organisme disebut zone lethal.Kisaran intermedier dimana suatu organisme masih dapat hidup disebut zone toleransi.Namun demikian posisi dari zone-zone tersebut dapat berubah selama hidup suatu organisme. Ikan akan melakukan mekanisme homeostasi yaitu dengan berusaha untuk membuat keadaan stabil sebagai akibat adanya perubahan variabel lingkungan. Mekanisme homeostasis ini terjadi pada tingkat sel yaitu dengan pengaturan metabolisme sel, pengontrolan permeabilitas membran sel dan pembuangan sisa metabolisme. Suhu ekstrim, perbedaan osmotik yang tinggi, racun, infeksi dan atau stimulasi sosial dapat menyebabkan stress pada ikan. Jika terjadi stress, maka ikan akan merespon dengan cara: 1. penurunan volume darah, 2. penurunan jumlah leucosit, 3. penurunan glikogen hati, 4. peningkatan glukosa darah, 5. menyusutnya diameter lambung 6. menipisnya lapisan mukosa 7. Secara kualitatif, kita dapat mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin atau hangatnya sebuah benda yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara kuantitatif, kita dapat mengetahuinya dengan menggunakan termometer. Suhu dapat diukur dengan menggunakan termometer yang berisi air raksa atau alkohol. Kata termometer ini diambil dari dua kata yaitu thermo yang artinya panas dan meter yang artinya mengukur (to measure).