Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
MAKALAH TERMOGULASI PADA HEWAN
1. MAKALAH TERMOREGULASI PADA HEWAN
Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah Fisiologi Hewan
Oleh Kelompok :
1. YOSA LISCA (3061524027)
2. SINTIA MAYA SARI (3061524018)
3. MARIANI INDAH RATNASARI (30615240
Dosen Pengasuh :
Syahbudin, M.Pd
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
BANJARMASIN
2017
2. i
KATA PENGANTAR
Puji kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi kita taufiq dan hidayah-nya
sehingga tugas makalah yang berjudul “Termoregulasi Pada Hewan” ini dapat terselesaikan
tanpa suatu halangan dan rintangan yang cukup berarti.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan
Islami.
Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah bersusah payah membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini. Semoga
semua bantuan dicatat sebagai amal sholeh di hadapan Allah SWT.
Kami menyadari walaupun kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyusun
karya tulis sederhana ini, tetapi masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala tegur sapa
sangat kami harapkan demi perbaikan tugas ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca. Amin.
Banjarmasin, 2 Juni 2017
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.............................................................................................................1
B. Rumusan masalah....................................................................................................................2
C. Tujuan masalah .......................................................................................................................2
BAB IIPEMBAHASAN.....................................................................................................................3
A. Pengertian Termoregulasi.........................................................................................................3
B. Pengaruh suhu terhadap lingkungan hewan ...............................................................................4
a. Poikiloterm..............................................................................................................................4
b. Homoiterm..............................................................................................................................5
C. Interaksi panas antara hewan dan lingkungannya .......................................................................5
1. Konduksi ................................................................................................................................6
2. Konveksi.................................................................................................................................6
3. Radiasi....................................................................................................................................7
4. Evaporasi.............................................................................................................................7
D. Adaptasi yang berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh hewan.............................................8
E. Termoregulasi pada Hewan Ektoterm......................................................................................11
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................16
Kesimpulan ..................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................17
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu
internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir (Campbell, 2004).Berdasarkan
Tobin (2005), suhu berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan
menyebabkan aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya makin
besar dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul satu dengan molekul lain
semakin besar pula (Chang, 1996). Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme hanya akan
bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini disebabkan
metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki suhu optimum
dalam bekerja.
Jika suhu lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim
tersebut dapat terdenaturasi dan kehilangan fungsinya
Di dalam tubuh organisme (tingkat individu) pasti ada mekanisme regulasi untuk mencapai
keadaan yang homeostatic. Homeostatik pada dasarnya merupakan suatu upaya
mempertahankan atau menciptakan kondisi yang stabil dinamis (“steady state “) yang
menjamin optimalisasi berbagai proses fisiologis dalam tubuh. Untuk mencapai keadaan
tersebut, tubuh melakukan berbagai aktivitas regulasi, sebagai mekanisme untuk mencapai
homeostatis yang diharapkan. Regulasi dan homeostatis juga terjadi di tingkat populasi dan
komunitas dalam suatu ekosistem.
Regulasi merupakan suatu proses untuk mencapai keadaan yang stabil. Regulasi
dilakukan dalam banyak bentuk, misalnya regulasi untuk mempertahankan cairan tubuh,
osmolaritas tubuh, keasaman, suhu, kadar lemak, gula dan protein darah,dsb. Pada tubuh
manusia, regulasi diperankan oleh antara lain adalah syaraf dan hormone.karena kedua
komponen merupakan pengendali utama dalam proses regulasi dalam tubuh. Pengaturan
suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari
5. 2
homeostasis. Pada topik yang dibahas yaitu mengenai termoregulasi (pengaturan suhu tubuh)
beruang kutub.
Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan /manusia harus mengatur panas yang diterima
atau yang hilang ke lingkungan. Mahluk butuh suhu lingkungan yang cocok, agar
metabolisme dalam tubuh berjalan normal. Jika suhu lingkungan terlalu rendah ia harus
mengeluarkan energi lebih besar daripada biasanya berupa panas . Enzim bekerja dalam suhu
optimum. Kalau suhu rendah enzim tak bisa bekerja, berarti metabolisme terhalang.
B. Rumusan masalah
a. Apa pengertian termoregulasi ?
b. Bagaimana Pengaruh suhu pada lingkungan hewan ?
c. Bagaimana interaksi panas antara hewan dan lingkungannya ?
d. Bagaimaana adaptasi yang berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh hewan ?
e. Bagaimana Termoregulasi pada Hewan Ekstoterm ?
f. Bagaimana Termoregulasi pada Hewan Endoterm ?
C. Tujuan masalah
a. Untuk mengetahui pegertian termoregulasi
b. Untuk mengetahui pengaruh suhu pada lingkungan hewan
c. Untuk mengetahui interaksi panas antara hewan dan lingkunganya
d. Untuk mengetahui adaptasi yang berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh hewan
e. Untuk mengetahui termoregulasi pada hewan eksoterm
f. Untuk mengetahui termoregulasi pada hewan endoterm
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Termoregulasi
Termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk mempertahankan
panas tubuhnya. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan
ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan
berdarah dingin (cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals).
Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang
berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Hewan ektoterm adalah hewan yang
sangat bergantung pada suhu di lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya
karena panas yang dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit contoh
ikan dan amfibia. Sedangkan hewan endoterm, adalah hewan yang suhu tubuhnya berasal
dari produksi panas di dalam tubuh, yang merupakan hasil samping dari metabolisme
jaringan contoh aves dan mamalia.
Cara adaptasi hewan eksoterm menghadapi suhu yang sangat tinggi yaitu dengan
meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan melalui kulit, bagi hewan yang berkulit
lembab atau dengan cara berkeringat untuk hewan yang mempunyai kelenjar keringat dan
melalui saluran napas, bagi hewan yang kulitnya tebal dan kedap air; dan mengubah mesin
metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi. Sebaliknya cara adaptasi hewan eksoterm
pada suhu sangat dingin yaitu dengan menambah zat terlarut ke dalam cairan tubuhnya untuk
meningkatkan konsentrsasi osmotik dan menambah protein anti beku ke dalam cairan
tubuhBeberapa cara hewan endoterm dalam mengantisipasi pengaruh cekaman dingin yaitu
Pengurangan Gradien Termik (T1-T2), Penurunan Konduktans Termik (C), Penurunan Panas
Melalui Evaporasi dan Peningkatan Termogenesis. Sebaliknya pada lingkungan yang panas,
hewan endoterm akan menurunkan termogenesis dan meningkatkan termolisis. Respon
hewan endoterm dalam mengantisipasi variasi temperatur pada lingkungan baru yaitu dengan
aklimatisasi dan akhirnya Hewan golongan homeoterm dalam menghadapi perubahan suhu
7. 4
lingkungan cenderung mempertahankan suhu tubuhnya dengan cara meningkatkan adaptasi
atau penyesuaian diri terhadap lingkungan. Ada juga mempertahankan suhu tubuhnya karena
golongan homeoterm mempunyai kemampuan faal untuk mengontrol suhu tubuhnya,
sehingga hewan homeoterm memiliki tingkat adaptasi yang lebih tinggi dibanding hewan
golongan poikiloterm Contoh hewan yang tergolong eksoterm yaitu ikan salmon (22 oC),
ikan saumon (18oC), crapaud bufo boreas (27oC), alligator (buaya) (320 - 35oC), iguana
38oC), lezard anolois sp (30o - 33oC), dan larva lalat rumah (30oC - 37oC).
B. Pengaruh suhu terhadap lingkungan hewan
Suhu tubuh merupakan keseimbangan antara perolehan panas dari dalam
(metabolisme) atau luar dengan kehilangan panas. Untuk menghadapi cuaca yang sangat
buruk (terlalu dingin atau terlalu panas) hewan perlu menghemat energi dengan cara
hibernasi atau estivasi.Hewan yang mampu mempertahankan suhu tubuhnya dinamakan
homeoterm, sedangkan yang ridak mampu mempertahankann suhu tubuhnya disebut
poikiloterm.
Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu
Suhu tubuh pada kebanyakan hewan dipengaruhi oleh suhu lingkungannya. Ada hewan yang
dapat dipertahankan hidup pada suhu -2o C sementara hewan lainnya dapat hidup pada suhu
50oC, misalnya hewan yang hidup digurun. Bahkan, ada hewan yang dapat bertahan pada
suhu yang lebih ekstrem lagi. Contohnya beberapa cacing polikhaeta yang hidup di palung
laut dalam, pada suhu lebih dari 80o C. meskipun demikian, untuk hidup secara normal,
sebagian besar hewan memilih kisaran suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut,
sekalipun suhu tubuh kebanyakan hewan dipengaruhi oleh lingkungan luarnya, kenyataan
menunjukan mempertahankannya agar tetap konstan, meskipun suhu eksternalnya berubah-
barubah.
a. Poikiloterm.
Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam
lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan
berdarah dingin.
8. 5
b. Homoiterm
Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm suhunya
lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur
suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan aktifitas pada suhu lingkungan yang
berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi
temperatur normal yang dipengaruhi oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan,
faktor panjang waktu siang dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh
pencernaan air.
Hewan berdarah panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-
suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya.
Sebagian panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan. Melalui
evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan berdarah panas
adalah bangsa burung dan mamalia. Hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu
tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya. Suhu tubuh tergantung pada
neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang
hilang.
C. Interaksi panas antara hewan dan lingkungannya
Hewan mengalami pertukaran panas dengan lingkungan sekitarnya atau daoat
dikatakan berinteraksi panas. Interaksi tersebut dapat menguntungkan ataupun merugikan.
Sekalipun demikian, hewan ternyata dapat memperoleh manfaat yang besar dari peristiwa
pertukaran panas ini. Interaksi panas tersebut ternyata dimanfaatkan oleh hewan sebagai cara
untuk mengatur suhu tubuh mereka, yaitu untuk meningkatkan dan menurunkan pelepasan
panas dari tubuh atau sebaliknya untuk memperoleh panas. Interaksi/pertukaran panas antara
hewan dan lingkungannya terjadi melalui empat cara yaitu kondukssi, konveksi, radiasi dan
evaporasi
9. 6
1. Konduksi
Perpindahan atau pergerakan panas antara dua benda yang saling bersentuhan. Panas
mengalir dari benda bersuhu lebih tinggi ke benda bersuhu lebih rendah. dipengaruhi oleh:
a. Luas permukaan benda yang saling bersentuhan
b. Perbedaan suhu awal antara kedua benda tersebut
c. Konduktivitas panas (tingkat kemudahan untuk mengalirkan panas yang dimiliki suatu
benda) dari kedua benda
Mamalia dan Aves:
a. Konduktivitasnya rendah
b. Penahan panas yang baik ialah rambut dan bulu
c. Hanya akan melepaskan sejumlah kecil panas dari tubuhnya ke benda lain yang
bersentuhan dengannya
2. Konveksi
Konveksi adalah Perpindahan panas antara dua benda yang terjadi melalui zat alir (fluida)
yang bergerak. Dalam hal ini, panas dari tubuh hewan dipindahkan ke zat alir yang bergerak
didekatnya. Sebagai contoh orang yang menggunakan kipas angina tau nerkipas-kipas karena
kepanaasan. Pada awalnya, udara disekitar tubuh orang tersebut tidak panas, namun sesaat
kemudian berubah menjadi panas akibat adanya konduksi panas dari tubuh orang tersebut.
Setelah itu udara panas mengalir/berpindah tempat dan tempatnya digantikan oleh udara lain
yang lebih dingin. Demikianlah terjadinya aliran panas konveksi.
Proses Konveksi:
a. Berlangsung sampai suhu tubuh kembali ke suhu normal
b. Perpindahan panas bisa dipercepat, apabila kecepatan aliran fluida di sekeliling tubuh
ditingkatkan
c. Terjadi dari lingkungan ke tubuh hewan, misalnya pada saat udara panas bertiup di dekat
hewan, lama-kelamaan tubuh hewan akan menjadi lebih panas juga
10. 7
3. Radiasi
Radiasi adalah Perpindahan panas antara dua benda yang tidak saling bersentuhan misalnya
pada proses perpindahan panas dari matahari ke tubuh hewan.
Frekuensi dan Intensitas Radiasi:
a. Tergantung pada suhu benda yang mengeluarkan radiasi. Semakin tinggi suhu benda
yang mengeluarkan radiasi, semakin tinggi pula intensitas radiasinya
b. tubuh hewan (kulit, rambut, dan bulu) menyerap panas radiasi dengan baik
c. berjemur pada hewan (khususnya poikiloterm) untuk menaikkan atau memperoleh panas
tubuh
4. Evaporasi
Evaporasi ialah Proses perubahan benda dari fase cair ke fase gas. misalnya pada mekanisme
ekskresi kelenjar keringat.
Evaporasi:
a. Cara penting untuk melepaskan panas tubuh
b. Hewan yang tidak memiliki kelenjar keringat, jika tubuhnya panas, penguapan melalui
saluran pernafasan dengan cara terengah-engah (pada anjing diikuti dengan menjulurkan
lidahnya)
c. Jika suhu tubuh meningkat, keringat akan membasahi kulit, selanjutnya keringat akan
menyerap kelebihan panas dari tubuh dan mengubahnya menjadi uap, setelah keringat
mengering, suhu tubuh pun turun.
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai
contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan
perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi
panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara
berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu
11. 8
menghasilkan panas di dalam sarangnya.Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi
kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan
modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit.
Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu
cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh.Perilaku adalah hal yang penting dalam
hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada
beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk
menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh.
D. Adaptasi yang berhubungan dengan pengaturan suhu tubuh hewan
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi kehilangan panas, misalnya adanya bulu
dan rambut pada burung dan mamalia, otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit.
Kontriksi pembuluh darah di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu
cara untuk mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam
hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan pada
beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk
menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh.
Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi.
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai
contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan
perubahan hormon-hormon yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi
panas. Pada ektoterm (misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara
berkelompok dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu
menghasilkan panas di dalam sarangnya.
12. 9
a. Adaptasi Morfologi.
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan
dengan kebutuhan organisme hidup. Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan,
dan sebagainya yang runcing dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi,
kambing, kerbau, biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena
giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah
makanan.
b. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar
yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan
hidup dengan baik. Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta
yang punya kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di
padang pasir dalam jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan
lemak yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.
c. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku /
perilaku terhadap lingkungannya seperti pada binatang bunglon yang dapat berubah
warna kulit sesuai dengan warna yang ada di lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk
menyembunyikan diri.
Adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm terhadap lingkungan adalah dengan
tingkah lakunya.
Contoh adaptasi yang dilakukan hewan ektoterm antara lain :
Ikan (Pisces).
Jika lingkungan panas adaptasi yang dilakukan ikan adalah dengan berenang ke
perairan yang lebih dasar atau menuju ke tempat yang intensitas sinar matahari lebih
sedikit seperti dibawah pepohonan.
13. 10
Katak (Amphibi)
Pada lingkungan yang panas hewan ini beradaptasi secara morfologi dengan cara
menguapkan panas dari dalam tubuhnya . Sedangkan secara tingkah laku yan dilakukan
katak adalah bersembunyi pada bongkahan tanah yang dianggap lebih rendah suhunya.
Namun jika suhu lingkungan ekstrim panas katak menggunakannya untuk
memaksimalkan reproduksinya. Dengan tujuan melestarikan spesiesnya. Telur yang
dihasilkan ditempelkan pada daun atau ranting pohon. Ketika lingkungan sudah
memungkinkan seperti pada saat musim penghujan, Maka telur tersebut akan
berkembang menjadi berudu yang akhirnya akan menjadi katak dewasa yang baru.
Belalang (Insecta)
Pada lingkungan panas belalang beradaptasi secara morfologi dengan cara mengubah
warna tubuhnya. Secara tingkah laku yang dilakukan belalang adalah bersembunyi
dabalik daun.
Buaya (Reptile)
Buaya memiliki kulit yang tebal sehingga untuk beradaptasi pada lingkungan panas dia
mengurangi penguapan dengan kulitnya yang tebal tersebut. Secara tingkah laku yang
dilakukan buaya adalah dengan membuka mulut untuk menguapkan panas tubuhnya
(Evaporasi). Kelompok hewan melata (reptil) adalah binatang bertulang belakang
berkulit berkulit kering, bersisik, dan bernapas dengan paru-paru. Hewan melata
termasuk kelompok hewan berdarah dingin, artinya hewan yang memanfaatkan suhu
lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya.
Ular
Secara tingkah laku ular melakukan adaptasi pada lingkungan panas dengan
bersembunyi dibawah tanah atau dalam liangnya. Pada beberapa ular gurun adaptasi
pada lingkungan panas dilakukan dengan berjalan karah menyamping bersudut sekitar
45o.
14. 11
E. Termoregulasi pada Hewan Ektoterm
Hewan ekstoterm adalah hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu
lingkungan sekitarnya. Perolehan panas tubuh tergantung pada berbagai sumber panas di
lingkungan luar. Masalah yang dihadapi tidak sama, tergantung pada jenis habitatnya.
Hewan Ekstoterm Akuatik
Suhu lingkungan akuatik relatif stabil Hewan tidak mengalami permasalahan suhu
lingkungan yang rumit. Suhu tubuh stabil dan relatif sama dengan suhu air, dalam
lingkungan akuatik, hewan tidak mungkin melepaskan panas tubuh dengan cara evaporasi.
Pelepasan panas melalui radiasi juga sangat kecil kemungkinanya karena air merupakan
penyerap radiasi inframerah yang efektif. Pelepasan panas dari tubuh hewan (ikan) terutama
bekerja melalui insang. Air juga merupakan peredam panas yang baik. Kelebihan panas dari
hewan akuantik akan diserap atau dihamburkan oleh air sehingga suhu tubuh ikan akan stabil
dan relative sama dengan suhu air sekitarnya. Contoh pada Ikan Tuna mempunyai laju reaksi
metabolik yang tinggi. Perbedaan suhu antara bagian tubuh otot lebih panas daripada bagian
lainnya yang digunakan untuk berenang. Heat Exchanger (penukar panas) bekerja dengan
prinsip counter current (arus bolak-balik)
Hewan Ekstoterm Terestrial
Suhu selalu berubah dengan variasi yang cukup besar. perbedaan signifikan antara
suhu udara siang dengan malam. hewan harus berusaha mengatur suhu tubuhnya dengan cara
mengatur perolehan dan pelepasan panas melalui mekanisme termoregulasi. Hewan
ekstoterm terestrial memperoleh panas dengan cara menyerap radiasi matahari baik pada
vertebrata maupun invertebrate misalnya:
Mengubah warna permukaan tubuh (ubah penyerapan melanin, contoh: belalang rumput
dan kumbang mengubah warna tubuhnya menjadi lebih gelap
Menghadapkan tubuh ke arah matahari, contoh: belalang Locust tegak lurus ke arah
matahari.Sedangakan cara pelepasan panas:
Mengubah orientasi tubuh menjauhi sinar matahari
15. 12
Memanjat pohon
Vasokonstriksi atau Vasodilatasi
Adaptasi Hewan Ekstoterm terhadap Suhu Sangat Panas dan Sangat Dingin
Adaptasi terhadap suhu sangat panas dilakukan dengan:
Meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan:
Melalui kulit, bagi hewan yang berkulit lembab (cacing dan katak) atau dengan cara
berkeringat (untuk hewan yang mempunyai kelenjar keringat)
Melalui saluran pernafasan, bagi hewan yang kulitnya tebal dan kedap air (reptil dan insekta)
Mengubah mesin metaboliknya agar bisa bekerja pada suhu tinggi (kadal dan reptil gurun)
Sedangkan untuk adaptasi terhadap suhu sangat dingin dilakukan dengan:
meningkatkan konsentrasi osmotic, titik beku cairan tubuh dapat diturunkan hingga
dibawah 0oC. Zat terlarut: gula, seperti fruktosa atau derivatnya, dan gliserol (bermanfaat
untuk melindungi membran dan enzim dari denaturasi akibat suhu yang sangat dingin.
contoh: lalat dari Alaska, Rhabdophaga strobiloides, yang dapat bertahan hingga suhu -
60oC.
menghambat pembentukan kristal es di dalam sel untuk mencegah kerusakan membrane.
Dilakukan dengan cara menambahkan glikoprotein antibeku ke dalam cairan tubuh
(misal: ikan es dari antartika (Trematomus borchgrevink). Glikoprotein ialah molekul
polimer dari sejumlah monomer yang tersusun atas tripeptida, yang terikat pada derivat
galaktosamin (alanin-alanin-treonin- galaktosa derivat).
Supercooling, yaitu aktivitasi menurunkan titik beku air sampai serendah 30Oc - 20o C
2.6 Termoregulasi pada Hewan Endoterm.
Hewan Endoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari dalam tubuh sebagai
hasil dari proses metabolisme sel tubuh. Suhu tubuh dipertahankan agar tetap konstan,
walaupun suhu lingkungannya selalu berubah (contoh: burung dan mamalia) sedangkan
hewan lainnya digolongkan sebagai ektoterm. Burung dan mamalia dapat dinyatakan
sebagai hewan endoterm sejati. Pada hewan endoterm dapat kita temukan adanya variasi
suhu tubuh yang cukup besar. Untuk mempertahankan suhu tubuh dengan cara
16. 13
menyeimbangkan pembentukan dan pelepasan panas.
Bila suhu tubuh terlalu tinggi dilepaskan dengan cara:
- Vasodilatasi daerah perifer tubuh
- Berkeringat dan terengah-engah
- Menurunkan laju metabolisme (misal: menekan sekresi tiroksin)
- Respons perilaku (misal: berendam di air, bertelanjang dada, dan berkipas kipas)
Sebaliknya bila suhu tubuh terlalu rendah:
- Vasokonstriksi
- Menegakkan rambut (merinding)
- Menggigil (shivering)
- Meningkatkan laju metabolisme (dengan meningkatkan sekresi tiroksin)
- Respons perilaku (menghangatkan diri)
Mekanisme Produksi Panas pada Hewan Endoterm
1. Meningkatkan produksi panas metabolik dalam otot rangka (harus ada kontraksi otot,
antara lain dengan cara menggigil). Menggigil merupakan gerakan yang tidak teratur dan
tidak mempunyai tujuan penggerakan tertentu. Kontraksi otot dapat terjadi secara sadar
dengan cara menggerakkan anggota tubuh atau tanpa sadar dengan cara menggigil
(gerakan yang tidak teratur dan tidak mempunyai tujuan pergerakan tertentu, misalnya
saat dingin).
2. Mekanisme dengan pembentukan panas yang bukan berasal dari proses menggigil,
meliputi berbagai proses berikut :
Memetabolisme jaringan lemak cokelat, jaringan lemak coklet berbeda dengan
jaringan lemak putih. Jaringan lemak coklet dibungkus oleh selaput yang dipersarafi
dengan baik oleh sistem saraf simpatis. Jika jaringan lemak dirangsang, lemak akan
dimetabolisai dalam mitokondria sel lemak, dan panas akan dihasilkan. Kelemahan
cara tersebut adalah membutuhkan banyak oksigen sehingga hewan harus
meningkatkan pasokan oksigen.
17. 14
Meningkatkan sekresi hormon tiroid (T3 dan T4), hormon yang dapat meningkatkan
aktivitas metabolisme dalam sel.
Menyerap radiasi panas matahari.
Menegakkan rambut/bulu sehingga pelepasan panas secara konveksi dapat diperkecil
Mengurangi aliran darah ke organ perifer dengan vasokonstriksi (menyempitkan
pembuluh darah)
Memberikan berbagai tanggapan perilaku, antara lain berselimut, berjaket, berjemur
dan menggosok-gosokan kedua telapak tangan.
Adaptasi Hewan Endoterm terhadap Suhu Sangat Panas dan Sangat Dingin
Adaptasi terhadap Suhu Sangat Dingin:
1. Masuk ke dalam kondisi heterotermi, yaitu mempertahankan adanya perbedaan suhu di
antara berbagai bagian tubuh. Contoh: burung dan mamalia kutub yang mempunyai suhu
pada pusat tubuh sebesar 38oC, namun suhu kakinya hanya sekitar 3oC, secara fisiologis,
kaki tetap berfungsi normal. Jadi, sistem saraf di kaki tetap berfungsi dengan baik pada
suhu 3o C. berarti hewan tersebut telah beradaptasi pada tingkat sel dan tingkat molekul.
2. Hibernasi atau torpor, yaitu penurunan suhu tubuh yang berkaitan dengan adanya
penurunan laju metabolisme, laju denyut jantung, laju respirasi, dan sebagainya. Periode
hibernasi, mulai dari beberapa jam hingga beberapa minggu, bahkan beberapa bulan.
Berakhirnya hibernasi dicapai dengan kebangkitan spontan melalui peningkatan laju
metabolisme dan suhu tubuh secara cepat, yang akan segera mengembalikannya ke
keadaan nomal.
Adaptasi terhadap Suhu Sangat Panas :
1. Meningkatkan pelepasan panas tubuh dengan meningkatkan penguapan, baik melalui
proses berkeringat ataupun terengah-terengah.
2. Melakukan gular fluttering: yaitu menggerakkan daerah kerongkongan secara cepat dan
terus-menerus sehingga penguapan melalui saluran pernafasan (dan mulut) dapat
meningkat, akibatnya pelepasan panas tubuh juga meningkat. Misalnya pada ayam yang
sedang mengerami telur.
18. 15
3. Menggunakan strategi hipertermik, yaitu mempertahankan atau menyimpan kelebihan
panas metabolik di dalam tubuh sehingga suhu tubuh meningkat sangat tinggi, contoh:
unta dan rusa gurun. Hipertermik mengurangi pelepasan air dari tubuh, yang seharusnya
digunakan untuk mendinginkan tubuh melalui penguapan (untuk sementara). Hipertermik
menimbulkan masalah karena organ tertentu dalam tubuh (misalnya otak) kurang mampu
mentoleransi kenaikan suhu yang terlalu besar. Pendinginan dilakukan dengan cara kerja
mirip heat exchanger, lokasinya terletak pada rongga hidung.
19. 16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Termoregulasi adalah kemampuan yang dimiliki oleh hewan untuk mempertahankan
panas tubuhnya. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan
ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan
dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
• Poikiloterm.
Poikiloterm suhu tubuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam
lebih tinggi dibandingkan dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan
berdarah dingin.
• Homoiterm
Homoiterm sering disebut hewan berdarah panas. Pada hewan homoiterm suhunya
lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur
suhu tubuh. Interaksi/pertukaran panas antara hewan dan lingkungannya terjadi melalui
empat cara yaitu kondukssi, konveksi, radiasi dan evaporasi. Adaptasi fisiologi adalah
penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya
penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik. Contoh
adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang/shewan onta yang punya kantung air di
punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di padang pasir dalam jangka waktu
yang lama serta pada anjing laut yang memiliki lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di
daerah dingin.
Hewan Ekstoterm Akuatik : Suhu lingkungan akuatik relatif stabil Hewan tidak mengalami
permasalahan suhu lingkungan yang rumit. Suhu tubuh stabil dan relatif sama dengan suhu
air, dalam lingkungan akuatik, hewan tidak mungkin melepaskan panas tubuh dengan cara
evaporasi
Hewan Ekstoterm Terestrial : Hewan ekstoterm terestrial memperoleh panas dengan cara
menyerap radiasi matahari baik pada vertebrata maupun invertebrate
20. 17
DAFTAR PUSTAKA
Isnaeni wiwi. 2006. Fisiologi hewan. Yogyakarta: Kanisius
Raharjo sastro saputro. 2012. Termoregulasi pada hewan.
saputrosastroroharjo.blogspot.com/2012/07/makalah-termogulasi-hewan-dan-manusia.html,
https://plus.google.com/103627589501674225460/posts/exrkF4hwmvM