1) Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara berat badan dan denyut jantung pada manusia dan katak serta pengaruh suhu terhadap denyut jantung katak.
2) Hasilnya menunjukkan adanya korelasi antara berat badan dan denyut jantung pada kedua subjek. Denyut jantung katak dan manusia bertambah dengan berat badan.
3) Denyut jantung katak juga bertambah dengan suhu yang diberikan
1. LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
KERJA JANTUNG
Nama : Sany
NRM : 3425163453
Kelompok : 7
Email : sany070898@gmail.com
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
Nilai
2. FISIOLOGI KERJA JANTUNG
A. TUJUAN
1) Mengetahui korelasi berat tubuh dan frekuensi denyut jantung pada manusia
2) Mengetahui korelasi berat tubuh dan frekuensi denyut jantung pada katak
3) Mengetahui pengaruh suhu terhadap denyut jantung
4) Memahami perbedaan kerja jantung pada katak dan manusia
5) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kerja jantung
B. METODE
1. Alat dan Bahan
Alat : Alat bedah, papan fiksasi, jarum pentul, benang halus, benang kasar,
thermometer, timbangan, dan gelas kimia
Bahan : Rana sp., mahasiswa sebagai objek, es batu, dan air panas
2. Cara Kerja
1) Korelasi berat tubuh dan frekuensi denyut jantung
a. Katak
1. Mengikat kaki katak hingga tidak dapat meloncat dan kemudian katak ditimbang
2. Membedah rongga dada katak kemudian menghitung denyut jantung katak per menit
pada suhu ruangan selama 5 menit, dan menghitung rata-rata denyut katak permenit
3. Mengumpulkan data dari semua kelompok dan mengkorelasikan data antara berat
badan katak dan frekuensi denyut jantung serta menyimpulkan koefisien korelasi
tersebut.
b. Manusia
1. Menimbang bobot badan masing-masing praktikan dengan timbangan dan mencatat
bobotnya
2. Menghitung denyut jantung praktikan pada nadi di tangan per menit selama 5 menit,
dan menghitung rata-rata denyut per menit.
3. Mengumpulkan data dari semua kelompok dan mengkorelasikan data antara berat
badan praktikan dan frekuensi denyut jantung serta menyimpulkan koefisien korelasi
tersebut
3. 2) Pengaruh suhu terhadap denyut jantung
1. Mencatat data denyut jantung pada suhu ruangan
2. Meneteskan jantung katak yang masih ada dalam tubuh dengan tetesan air suhu 5°C
kemudian menghitung denyut jantung per menit. Setelah itu, meneteskan kembali air
bersuhu 15°C, 25°C, dan 35°C.
3. Mengumpulkan data dari semua kelompok, dan mengkorelasikan datanya.
C. HASIL
1. Korelasi berat tubuh dan frekuensi denyut jantung
a. Pada katak
Korelasi Bobot Badan dan Frekuensi Denyut Jantung Katak
Bobot badan (x) (gr) Denyut jantung (y)
59,35 51
58,95 49
59,15 48
58,9
58,7
rata-rata = 59,02 gr 49,33
b. Pada manusia
Korelasi Bobot Badan dan Frekuensi Denyut Jantung Katak
Bobot badan (x) (kg) Denyut jantung (y)
56 79
rata-rata = 56 kg 79
4. 2. Pengaruh suhu terhadap denyut jantung
Pengaruh suhu terhadap denyut jantung
Ulangan 5°C 15°C 25°C 35°C
I 42 40 42 44
II 39 41 40 42
III 38 40 41 41
rata-rata 39,67 40,33 41 42,33
D. PEMBAHASAN
Pada praktikum fisiologi kerja jantung dilakukan pada manusia dan katak dengan
melakukan 2 percobaan yaitu mengukur berat badan dan denyut jantung pada manusia dan
katak untuk mengetahui korelasi antara berat badan dan frekuensi denyut jantung. Pada
percobaan kedua mengukur denyut jantung katak setelah diberi air bersuhu panas dan dingin.
1. Korelasi berat tubuh dan frekuensi denyut jantung
Percobaan ini bertujuan unuk mengetahui adanya korelasi antar berat badan dan
frekuensi denyut jantung pada manusia dan katak. Pada percobaan ini dilakukan dengan
mengukur berat badan dan denyut jantung pada manusia dan katak. Berdasarkan hasil
percobaan berat badan katak ialah 59,02 gr dengan denyut jantung normal 49 kali/menit.
Sedangkan pada pengukuran manusia didapatkan berat badan rata-rata dari data semua
kelompok yaitu 56 kg dengan denyut jantung 76 kali/menit. Denyut jantung pada manusia
diukur dengan menghitung denyut nadi arteri radialis pada pergelangan tangan.
Berdasarkan data hasil pengamatan dapat diketahui bahwa ukuran berat badan
manusia menyebabkan denyut nadi akan lebih cepat karena jika dilihat dari data kelompok
kelas dengan berat badan 56 kg berdenyut sebanyak 76 kali/menit dan jika melihat data
perseorang yang ksaran berat badannya 45-50 kg hanya memiliki denyut jantung sekitar 50-
60 kali/menit. Ini sesuai dengan literatur, semakin berat atau gemuk maka denyut jantung
akan lebih cepat sedangkan semakin ideal berat badan seseorang, denyut jantungnya
mendekati angka normal. Pada orang yang tidak sehat dapat terjadi perubahan irama atau
frekuensi jantung secara tidak teratur (Soetopo 1990: 240). Sehingga dapat dikatakan terdapat
korelasi antara berat badan dan frekuensi denyut jantung. Tetapi hal tersebut bukanlah suatu
ketetapan karena banyak faktor yang mempengaruhi denyut jantung selain berat badan.
5. Faktor yang mempengaruhi denyut jantung adalah jenis kelamin, jenis aktifitas, usia,
berat badan, keadaan emosi atau psikis. Emosi dapat meningkatkan denyut nadi, terutama jika
sedang stres, cemas, luar biasa senang, atau sedih. Selain itu juga ukuran tubuh dapat
mempengaruhi denyut jantung. Penderita obesitas kemungkinan memiliki denyut nadi yang
lebih tinggi, tetapi biasanya tidak lebih dari 100.
Sama halnya dengan manusia, pada katak pun sama-sama memiliki korelasi antara
berat badan dan denyut jantungnya. Berdasarkan hasil pengamatan, berat badan katak 59,02
gram dan denyut jantungnya 49,33 kali/menit. Pada katak yang kami ukur denyut jantungnya
ialah katak yang termasuk memiliki ukuran tubuh yang besar. Berdasarkan referensi, berat
badan yang berlebihan dapat memberikan tegangan atau beban yang berlebih pada jantung
dan pembuluh darah. Tegangan atau beban inilah yang akan menyebabkan frekuensi pada
denyut jantung menurun (Ganong, 2002). Jumlah energi yang diambil hewan untuk
mempertahankan berat badan tubuhnya bebranding terbalik dengan ukuran tubuhnya.
Semakin tinggi laju metabolisme, jaringan tubuh hewan yang lebih kecil memerlukan laju
pengiriman oksigen (O2) ke jaringan yang lebih tinggi. Dengan demikian berat badan dengan
frekuensi denyut jantung berbanding terbalik artinya, semakin besar berat badan tubuh maka
akan semakin kecil frekuensi denyut jantung.
Jantung merupakan organ terpenting dalam tubuh, karena jantung merupakan organ
utama dalam mensirkulasikan darah ke seluruh tubuh. Jantung mempunyai tugas untuk
memompakan darah ke seluruh tubuh yang berfungsi untuk mengangkut O2 yang dibutuhkan
oleh otot beraktivitas. Sifat jantung pada beberapa hal seperti otot rangka, walaupun terdapat
sistem otonom jantung dengan mekanisme regulasi. Semakin besar metabolisme dalam suatu
organ, maka makin besar aliran darahnya. Hal ini akan dikompensasi jantung dengan
mempercepat denyutnya dan memperbesar banyaknya aliran darah yang dipompakan dari
jantung ke seluruh tubuh kita (Soewolo 2003: 263).
Denyut nadi/denyut jantung (pulse) adalah getaran/ denyut darah di dalam pembuluh
darah arteri akibat kontraksi ventrikel kiri. Denyut nadi (pulse rate) menggambarkan frekuensi
kontraksi jantung seseorang. Jumlah denyut nadi sama dengan detak jantung. Ini karena
kontraksi jantung menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi di arteri.
Kecepatan denyut nadi seseorang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh faktor
tertentu, antara lain usia, berat badan, jenis kelamin, kesehatan, dan aktivitas seseorang. Pada
waktu istirahat, jantung berdenyut kira-kira 70 kali kecepatannya berkurang karena kurangnya
waktu tidur dan bertambah karena emosi, kerja, demam, dan banyak rangsangan yang lainnya.
Jantung akan berdetak sebanyak 60 sampai dengan 90 kali setiap menit dalam keadaan normal
6. (Muffichatum 2006: 122). Denyut nadi maksimum untuk orang dewasa adalah 180-200
denyut per menit dan keadaan ini biasanya hanya dapat berlangsung dalam waktu beberapa
menit saja (Guyton & Hall 1997: 331).
Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah
cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung
jari.. Ukuran kecepatannya diukur pada beberapa titik denyut, misalnya, denyut arteri radialis
pada pergelangan tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri
poplitea pada belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki
(Ganong 1983: 462).
2. Pengaruh suhu terhadap denyut jantung
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap denyut jantung.
Percobaan ini dilakukan dengan meneteskan air dengan suhu yang berbeda-beda pada jantung
katak, air yang digunakan ialah air bersuhu 5°C,15°C, 25°C, dan 35°C. Berdasarkan hasil
percobaan menunjukkan bahwa adanya peningkatan denyut jantung dari percobaan suhu
terendah yaitu 5°C hingga suhu ke paling tinggi yaitu 35°C. Rata-rata peningkatan denyut
jantung pada suhu 5°C,15°C, 25°C, dan 35°C berturut-turut ialah senilai 39, 40, 41, dan 42
kali/menit.
Saat jantung katak diberi rangsangan dengan suhu rendah yaitu tetesan air suhu 5°C ,
rangsangan tetesan air suhu ini akan merangsang saraf parasimpatis ke jantung (nervus vagus)
yang menyebabkan hormon asetilkolin dilepaskan pada ujung-ujung nervus vagus. Hormon
ini mempunyai dua efek utama pada jantung yaitu mengurangi kecepatan irama simpul S-V
(Sinus Venosus) dan mengurangi eksitabilitas serabut ”junction” A-V(Atrioventrikuler) di
antara otot atrium dan simpul A-V, sehingga memperlambat penghantaran impuls jantung ke
dalam ventrikel. Rangsangan nervus vagus yang sangat kuat dapat menghentikan sama sekali
aktivitas simpul S-V berirama atau menghambat sama sekali penghantaran impuls jantung
melalui A-V junction. Mekanisme efek-efek vagus, saat asetilkolin dilepaskan pada ujung-
ujung saraf vagus sangat meningkatkan permeabilitas membran tersebut terhadap kalium,
sehingga memungkinkan kebocoran kalium dengan cepat ke bagian luar. Hal ini
menyebabkan peningkatkan negativitas di dalam serabut yang disebut hiperpolarisasi yang
membuat jaringan peka rangsangan menjadi jauh kurang peka rangsang.
Pada saat jantung katak diberi tetesan air dengan suhu yang lebih tinggi yaitu 35°C ,
maka hal ini akan merangsang saraf simpatis yang menyebabkan efek-efek pada jantung
7. berlawanan dengan efek pada vagus, pertama yaitu meningkatkan kecepatan timbulnya
impuls dalam simpul S-V, kedua meningkatkan kecepatan hantaran dan eksibilitas seluruh
bagian jantung, ketiga meningkatkan kekuatan kontraksi seluruh otot jantung, baik atrium
atau ventrikel, perangsangan simpatis meningkatkan seluruh aktivitas jantung. Perangsangan
simpatis akan melepaskan hormon norepinefrin pada ujung saraf simpatis. Hormon ini
meningkatkan permeabilitas membran serabut terhadap natrium dan kalisum. Dalam simpul
S-V, peningkatan permeabilitas natrium akan menyebabkan peningkatan perangsangan sendiri,
yang akan meningkatkan frekuensi jantung. Dalam simpul A-V, peningkatan permeabilitas
natrium akan mempermudah setiap serabut untuk merangsang serabut berikutnya, sehingga
mengurangi waktu penghantaran dari atrium ke ventrikel.
Hal tersebut terjadi atas peranan otot jantung yang peka terhadap perubahan-perubahan
metabolitik, kimia dan suhu. Kenaikan suhu meningkatkan metabolisme dan frekuensi denyut
jantung. Hormon adrenalin akan meningkatkan kontraksi jantung, sedangkan asetilkolin akan
menurunkannya. Berbagai rangsangan psikis juga dapat mempengaruhi kecepatan denyut
jantung. Baik suhu panas ataupun dingin menyebabkan percepatan denyut jantung. Hal ini
dikarenakan reaksi katak terhadap perubahan suhu merupakan mekanisme dari tubuh katak
untuk mengurangi atau melepaskan panas dari tubuh katak. Suhu yang panas dapat
menimbulkan dehidrasi atau kekurangan cairan pada tubuh katak akibat keluarnya cairan yang
berlebihan melalui pernapasan. Jika kebutuhan air tidak terpenuhi maka akan terjadi
gangguan pengaturan suhu tubuh. Pada akhirnya akan meningkatkan denyut jantung.
Peningkatan denyut jantung merupakan respons dari tubuh katak untuk menyebarkan panas
yang diterima ke dalam organ-organ yang lebih dingin. Berdasarkan literatur, respon denyut
jantung dan tekanan darah akan semakin meningkat dengan meningkatnya suhu lingkungan.
Hal ini sesuai dengan teori yaitu peningkatan suhu menyebabkan peningkatan frekuensi
jantung yang besar,sedangkan penurunan suhu sangat mengurangi frekuensi, efek ini mungkin
sebagai akibat peningkatan permeabilitas membran otot terhadap berbagai ion pada suhu lebih
tinggi mengakibatkan percepatan proses “self-excitation” (Guyton, 1995)
E. KESIMPULAN
Pada percobaan korelasi antara berat badan dan denyut jantung disimpulkan bahwa
berat badan akan mempengaruhi denyut jantung. Pada manusia normal yang gemuk atau berat
badan diatas 60 kg maka denyut jantung akan lebih cepat sedangkan semakin ideal berat
badan seseorang, denyut jantungnya mendekati angka normal.
8. Pada katak bobot badan akan berkorelasi negatif tehadap denyut jantung. Semakin
besar atau berat bobot badan katak, maka denyut jantung semakin kecil. Semakin kecil bobot
atau berat badan katak maka semakin besar denyut jantungnya
Faktor yang mempengaruhi denyut jantung ialah usia, berat badan, jenis kelamin,
kesehatan, aktivitas seseorang, suhu, dan hormon.Faktor suhu berpengaruh terhadap denyut
jantung. Peningkatan suhu lingkungan dapat menyebabkan peningkatan frekuensi denyut
jantung, sedangkan penurunan suhu lingkungan mengurangi frekuensi denyut jantung.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell,Neil A., Jane B. Reece dan lawrence G.Mitchell.2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.
Jakarta :Erlangga
Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi 20). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGCk
Ganong, WF .1983. Review of Medical Physiology. 22nd Edtion., Appleton & Lange A Simon
& Schuster Co., Los Altos, California.
Ganong, WF. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC
Guyton, A.C & Hall, J.E. 1997. Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Kedokteran EGC: Jakarta. ix+
945 hlm.
Muffichatun. 2006. Hubungan antara Tekanan Panas, Denyut Nadi, dan Produktivitas Kerja
pada Pekerja Pandai Besi Paguyuban Wesi Aji Dororejo Batang.
Schmidt, K. and Nielsen. 1997. Animal Physiology 5th edition. Cambridge: Cambridge
University Press
Soetopo, W. 1990. Segi Praktis E.K.G. Binarupa Aksara: Jakarta. 136 hlm
Soewolo, Soedjono Basoeki & Titi Yudani. 2003. Fisiologi manusia. Malang: Universitas
Negeri Malang.