Dokumen tersebut membahas tentang Kelas Ibu (Ibu Hamil dan Ibu Balita), Buku KIA dan Stiker P4K. Kelas Ibu adalah kegiatan belajar bersama ibu hamil atau ibu balita yang dipandu oleh fasilitator terlatih untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang kesehatan ibu dan anak. Buku KIA dan Stiker P4K digunakan sebagai alat pembelajaran.
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Jakarta 2015
Sekarang kita masuki
Kegiatan Belajar 2.
Kegiatan Belajar ini akan
membahas tentang Kelas
Ibu (Ibu Hamil dan Ibu
Balita), Buku KIA dan
Stiker P4K. Selaras dengan
upaya strategis
desentralisasi dengan cara
meningkatkan
kemandirian keluarga dan
masyarakat dalam
memelihara dan merawat
kesehatan ibu dan anak
melalui penggunaan buku
KIA, Stiker P4K dan Kelas
Ibu.
MODUL 4Mata Kuliah: Asuhan Kebidanan Komunitas
Penulis : Rahayu Budi Utami
Kegiatan Belajar 2
“KELAS IBU (IBU HAMIL DAN IBU BALITA),
BUKU KIA DAN STIKER P4K“
Prodi: D3 Keperawatan
Semester: 05
2. KELAS IBU (IBU HAMIL DAN IBU BALITA),
BUKU KIA DAN STIKER P4K
Kegiatan Belajar 4
5. Kelas ibu hamil adalah suatu kegiatan kelas dimana para ibu
hamil yang belajar bersama–sama dipandu oleh satu atau
beberapa orang fasilitator terlatih.
7. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu agar memahami
tentang kehamilan perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan,
persalinan nifas, bayi, mitos setempat, penyakit menular dan akte
kelahiran.
1
8. Tujuan Khusus
a. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu hamil
dengan ibu hamil) dan antar ibu hamil dengan petugas kesehatan/bidan2
9. Tujuan Khusus
b. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang
kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan2
14. Tujuan Khusus
g. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang
mitos/keprcayaan/adat istiadat setempat yang berkaitan dengan
kesehatan ibu dan anak
2
18. Sasaran kelas ibu hamil adalah semua ibu hamil. Untuk melakukan
senam hamil sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan 20 sampai
dengan 32 minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi ibu
sudah kuat, tidak takut terjadi keguguran.
19. Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal 10 orang setiap kelas. Jika
diperlukan suami/keluarga diikut sertakan untuk dapat mengikuti
berbagai materi yang penting. Misalnya materi tentang persiapan
persalinan atau materi lainnya.
21. Fasilitator
Fasilitator dalam kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas kesehatan
yang telah mendapatkan pelatihan fasilitator kelas ibu hamil.
1
22. Fungsi Fasilitator
Fungsi fasilitator adalah sebagai media yang dapat memusatkan,
menjembatani atau memudahkan proses pembelajaran atau pemecahan
masalah.
2
23. Peran Fasilitator
3 a) Fasilitator sebagai Catalyst
Seorang fasilitator hendaknya dapat menjadi „media” yang subur bagi
tumbuh kembang indiviu yang sedang didampinginnya untuk mencapai
harapan (pengetahuan dan kemampuan) untuk melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya
24. Peran Fasilitator
3 b) Fasilitator sebagai Process Helper (membantu proses)
Seorang fasilitator hendaknya dapat membantu manakala fihak yang
difasilitasi mangalami kesulitan dalam proses penyelesaian tugas.
25. Peran Fasilitator
3 c) Fasilitator sebagai Resource Linker (Penghubung sumber daya)
Seorang fasilitator hendaknya dapat membantu pihak yang didampingi
untuk menjadi penghubung dengan sumber–sumber yang tepat
manakala yang bersangkutan mengalami kesulitan /keterbatasan
sumber daya saat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
26. Peran Fasilitator
3 d) Fasilitator sebagai Solution Giver (memberi solusi)
Fasilitator harus mampu memberikan solusi, manakala pihak yang
dibimbingnya menemukan kendala dalam pelaksanaan tugas pokok
dan fungsinya.
28. Pengertian fasilitasi adalah memberikan bimbingan kepada pihak
yang didampingi dalam melaksanakan tugas/pekerjaan.
29. Lebih lanjut fasilitasi pada kenyataanya adalah memberdayakan
pada pihak yang sedang dibantu (didampingi) untuk tumbuh
kembang ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan.
30. Teknik fasilitasi antara lain adalah:
membuat kesimpulan (mis.pada akhir diskusi), melakukan
klarifikasi, melakukan “paraphrasing”, mengajukan pertanyaan
yang sesuai pada saat yang tepat, dan mengakui kontribusi individu
peserta terhadap proses belajar bagi peserta lainnya
31. Teknik fasilitasi antara lain adalah:
membuat kesimpulan (mis.pada akhir diskusi), melakukan
klarifikasi, melakukan “paraphrasing”, mengajukan pertanyaan
yang sesuai pada saat yang tepat, dan mengakui kontribusi individu
peserta terhadap proses belajar bagi peserta lainnya
32. Prinsip fasilitasi dititikberatkan pada upaya pemberdayaan atau
menempatkan orang/kelompok yang didampingi tidak hanya
sebagai objek tetapi juga sebagai subjek dalam proses pencapaian
tujuan.
34. • menguasai materi
• mengerti prinsip belajar orang dewasa
• memahami dinamika kelompok
• mempunyai keterampilan fasilitasi
• mau bekerja sama dan koordinasi dalam tim
• mampu melakukan evaluasi pencapaian tujuan para peserta
36. • Kriteria fasilitator yang efektif adalah membangun dan
mempertahankan kredibilitas sebagai fasilitator
• menanggapi dan bekerja sama dengan peserta
• menciptakan suasana belajar/bekerja (+)
• memberi umpan balik (+)
37. • memiliki keterampilan komunikasi dan presentasi
• menggunakan keterampilan fasilitasi
• memberi kesempatan peserta untuk praktek dan memantau
proses dan melakukan penyesuaian bila diperlukan.
39. membangun dan mempertahankan
11. Sediakan waktu untuk persiapan (hindari datang
2. terlambat)
3. sambut peserta secara individu/kelompok
4. jelaskan tujuan, metode, jadwal kegiatan,
5. jelaskan peranan, hak dan tanggung jawab peserta
40. membangun dan mempertahankan
16. identifikasi harapan dan kekhawatiran peserta
7. sepakati norma selama pelatihan
8. hargai pengetahuan dan pengalaman peserta
9. Dorong peserta untuk bertanya/aktif.
41. menanggapi dan bekerja sama
2 Sensitif terhadap kebutuhan peserta, berinteraksi dengan
peserta (mengajukan pertanyaan yang efektif, beri
kesempatan kepada peserta untuk berpartisipasi, hindari
batasan pada waktu melatih, dan berpakaian sesuai dengan
norma yang berlaku.
42. memberi Umpan Balik
3 Berikan umpan balik positif segera bila peserta menunjukkan
kinerja baik, berikan dukungan umpan balik bila kinerja masih
kurang baik–hindari melukai perasaan (harga diri)
45. Belajar Orang Dewasa merupakan proses pembelajaran yang
berkaitan, motivasi tinggi, partisipasi dan terlibat aktif, berbagai
variasi pembelajaran, umpan balik positif, memiliki kekhawatiran
pribadi, individu yang unik, menjaga harga diri, mempunyai harapan
tinggi dan mempunyai kebutuhan pribadi.
48. Persiapan praktek kelas ibu : bagi tim : 3 Kelompok 7-8 orang, bagi
materi 1 s/d 8 dalam kelompok praktek ( satu org dapat 1 materi),
alat bantu visual praktek (buku KIA, lembar balik dan model),
format evaluasi dalam Buku Pedoman1
49. Proses pertemuan kelas ibu hamil : Jumlah kali pertemuan
sebanyak (Contohnya 3 kali ) dan jumlah materinya disepakati
bersama2
50. Lingkup materi
3 • Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama
kehamilan
51. Lingkup materi
3 • Perawatan kehamilan: apa saja yang perlu dilakukan ibu
hamil, bagaimana menjaga kesehatan ibu hamil, bagaimana
gizi ibu hamil,tanda–tanda bahaya pada ibu hamil
52. Lingkup materi
3 • Persalinan: persiapan keluarga menghadapi persalinan,
tanda–tanda persalinan,apa yang dilakukan ibu bersalin,
tanda–tanda bahaya persalinan
53. Lingkup materi
3 • Perawatan nifas: apa saja yang dilakukan ibu nifas,menjaga
kesehatan ibu nifas,tanda bahaya dan penyulit pada ibu
nifas,program KB post partum
54. Lingkup materi
3 • Perawatan bayibayi baru lahir: tanda–tanda bayi lahir sehat,
apa saja yang dilakukan pada bayi baru lahir,tanda–tanda
gangguan dan kecacatan pada bayi baru lahir, tanda–tanda
bayi yang sehat, bagaimana ibu menjaga kesehatan bayi
55. Lingkup materi
3 • Mitos–mitos yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi
• Penyakit menular seksual
• Akte Kelahiran
59. Kelas Ibu Balita merupakan suatu aktifitas belajar kelompok
dalam kelas dengan anggota beberapa ibu yang mempunyai
anak balita (usia 0-5 tahun) dibawah bimbingan satu atau
beberapa fasilitator (pengajar) dengan memakai buku KIA
sebagai alat pembelajaran.
61. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, merubah sikap dan
perilaku ibu tentang kesehatan balita, gizi dan stimulasi
pertumbuhan & perkembangan anak.
63. Bagi ibu balita dan keluarganya
kelas ibu balita merupakan sarana untuk mendapatkan teman,
bertanya, dan memperoleh informasi penting yangharus
dipraktekkan.
64. Bagi petugas kesehatan
penyelenggaraan kelas ibu balita merupakan media untuk lebih
mengetahui tentang kesehatan ibu balita, anak dan keluarganya
serta dapat menjalin hubungan yang lebih erat dengan ibu balita
serta keluarganya dan masyarakat.
67. Metode belajar memakai pendekatan cara belajar orang
dewasa, yaitu partisipatif interaktif, ceramah, tanya jawab,
peragaan/praktek, curah pendapat, penugasan dan simulasi.2
68. Materi: buku KIA, modul yang berkaitan (misal: buku modul
tumbuh kembang anak) dan alat-alat bantu lain.
3
69. Kurikulum: disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi/masalah kesehatan di tempat tersebut. Agar efektif,
Kelas Ibu Balita dapat diintegrasikan dengan kegiatan terkait
yang ada di masyarakat.
4
70. Dari, oleh dan untuk masyarakat: seluruh masyarakat termasuk
tokoh-tokoh agama dan masyarakat berperan dalam
pelaksanaan Kelas Ibu Balita.
5
71. Peserta: Ibu-ibu yang mempunyai anak berusia antara 0-5
tahun. Tiap kelas dibagi berdasarkan kelompok umur balita: 0-1
tahun, 1-2 tahun, dan 2-5 tahun. Jumlah peserta idealnya
maksimal 15 orang/kelas.
6
72. Fasilitator/pengajar: Bidan atau petugas kesehatan yang telah
dilatih menjadi fasilitator Kelas Ibu Balita atau yang telah
menjalani on the job training Kelas Ibu Balita.
7
73. Narasumber: Narasumber diperlukan untuk memberi input
tentang topik tertentu. Narasumber merupakan tenaga
kesehatan dalam bidang spesifik tertentu seperti: ahli gizi,
dokter, bidan, perawat, perawat gigi, Kader PAUD, dll.
8
74. Waktu: disesuaikan dengan kesiapan ibu/bapak/keluarga, bisa
pagi atau sore hari. Lama kegiatan 20-60 menit atau
disesuaikan dengan kondisi setempat.
9
75. Frekuensi pertemuan: 3 kali pertemuan atau sesuai hasil
kesepakatan antara fasilitator dengan peserta.
10
76. Tempat fleksibel: bisa di Balai Desa, Dusun, memakai salah satu
rumah warga, Posyandu, Puskesmas, RB, RS, dll.
11
79. Catatan dan alat pemantauan KIA milik ibu/keluarga yang dapat
digunakan pada semua fasilitas pelayanan kesehatan dan
merupakan bahan informasi cara menjaga dan merawat
kesehatan ibu dan anak.
81. Buku KIA berisi catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin, dan
nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita), gabungan
dari kartu-kartu kesehatan yang ada: KMS ibu hamil, KB, KMS
Balita, Perkembangan Anak.
82. Buku KIA disimpan di rumah dan dibawa setiap kali ibu atau
anak datang ke tempat-tempat pelayanan kesehatan di mana
saja untuk mendapatkan pelayanan KIA
84. BAGIAN IBU
1. Identitas keluarga
2. Catatan Pelayanan Kesehatan Ibu
•Ibu Hamil
•Ibu Bersalin
•Ibu Nifas
3. Keterangan Lahir
85. BAGIAN ANAK
1. Identitas Anak
2. BBL (bayi kurang dari 1 bulan)
3. Bayi dan Anak (umur 1 bulan – 5 tahun)
4. Mengatasi Penyakit yang Sering Diderita
5. Anak di Rumah
6. Tanda Bahaya Pada Anak Sakit
86. BAGIAN ANAK
6. Kapan Anak Harus Segera Dibawa kembali
ke Tempat Pelayanan
7. Obat Pertolongan Pertama yang Perlu
Disedaikan di Rumah
8. Mencegah anak mengalami kecelakaan
9. Kartu Menuju Sehat (KMS)
10. Catatan Pelayanan Kesehatan Anak
• Pemeriksaan Neonatus
• Pemberian Imunisasi
• Pemberian Vit A
• Anjuran Pemberian Rangsangan
88. Materi penyuluhan yang terdapat di dalam buku KIA antara lain :
• Perkembangan dan Nasihat Pemberian Makan
• Catatan Penyakit dan Masalah Perkembangan
• Contoh Cara Membuat Makanan Bayi/Anak
90. Buku KIA adalah buku catatan terpadu yang digunakan dalam
keluarga untuk tujuan meningkatkan praktek keluarga dan
masyarakat dalam memelihara/merawat kesehatan ibu dan anak
serta meningkatkan kualitas pelayanan KIA.
91. Umum
1Ibu dan anak mempunyai catatan kesehatan yang
lengkap, sejak ibu mulai hamil sampai anak berumur
lima tahun
92. Khusus
2 1. Ibu & Anak punya catatan kesehatan khusus
2. Instrumen pencatatan & pemantauan, informasi,
komunikasi dan penyuluhan tentang kesehatan, gizi
dan standar pelayanan KIA yang lengkap di tingkat
keluarga termasuk rujukannya
3. Deteksi dini adanya gangguan atau masalah
kesehatan ibu dan anak
93. Khusus
2 4. Menanggapi kebutuhan & keinginan ibu hamil dan
balita
5. Meningkatkan komunikasi antara ibu dan petugas
dalam rangka mendidik ibu/keluarga tentang
perawatan dan pemeliharaan KIA dan gizi di rumah.
6. Meningkatkan jangkauan pelayanan KIA berkualitas.
7. Memperbaiki sistem kesehatan dalam menerapkan
manajemen pelayanan KIA yang lebih efektif.
95. Sasaran langsung buku adalah :
1. Ibu dan Anak
2. Tiap ibu hamil dapat Buku KIA
3. Pada kehamilan gemeli, ibu dapat buku
sesuai dengan jumlah bayinya
4. Tiap kali Ibu hamil akan dapat buku baru
5. Jika Buku KIA hilang (selama masih ada
persediaan buku) akan mendapat ganti
buku baru
96. Sasaran tidak langsung buku KIA adalah :
1. Suami dan anggota keluarga yang lain
2. Kader kesehatan dan anggota masyarakat
3. Petugas kesehatan terutama ketika
memberi pelayanan kepada ibu dan anak
98. Pada tahun 2007, Menteri Kesehatan mencanangkan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan
stiker yang merupakan terobosan baru dalam percepatan
penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir
99. Tujuan Khusus P4K
1. Dipahaminya setiap persalinan berisiko oleh suami,
keluarga, dan masyarakat luas
2. Meningkatnya keterampilan SPK 8 saat ANC oleh bidan
3. Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K di
setiap rumah
100. Tujuan Khusus P4K
4. Adanya rencana persalinan aman yang disepakati antara ibu hamil,
suami, keluarga dan bidan
5. Adanya rencana menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan
yang disepakati oleh ibu hamil, suami, keluarga dan bidan
6. Adanya dukungan secara luas dari tokoh-tokoh masyarakat baik
formal maupun non-formal, kader, dukun bayi, dll.
101. P4K merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa
dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan
masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan
persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil
102. Manfaat P4K
1. Mempercepat berfungsinya desa siaga
2. Mempercepat cakupan pelayanan ANC sesuai standar
3. Meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
terampil
4. Meningkatkan kemitraan bidan dan dukun
103. Manfaat P4K
5. Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini
6. Meningkatnya peserta KB pascapersalinan
7. Terpantaunya kesakitan dan kematian ibu dan bayi
8. Menurunnya kejadian kesakitan dan kematian ibu dan bayi
105. Orientasi P4K dengan stiker
Orientasi ditujukan untuk pegelola program dan stakeholders
terkait di tingkat provinsi, kabupaten/ ota, puskesmas
106. Sosialisasi
Sosialisasi ditujukan kepada kepala desa/ lurah, bidan. Dukun,
tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi perempuan, PKK,
serta lintassektor di tingkat desa/ kelurahan. Kegiatan ini
bertujuan untuk menyosialisasikan tentang tujuan, manfaat dan
mekanisme pelaksanaan agar mendapat dukungan
107. Operasional P4K dengan stiker di tingkat desa
Kegiatan operasionalisasi P4K di tingkat desa meliputi:
1) Memanfaatkan pertemuan bulanan di tingkat desa/ kelurahan.
108. Operasional P4K dengan stiker di tingkat desa
Kegiatan operasionalisasi P4K di tingkat desa meliputi:
2)Mengaktifkan foum peduli KIA. Forum peduli KIA memanfaatkan
forum-forum yang sudah ada.
109. Operasional P4K dengan stiker di tingkat desa
Kegiatan operasionalisasi P4K di tingkat desa meliputi:
3) Kontak dengan ibu hamil dan keluarga dalam pengisian stiker.
Kemampuan komunikasi dan konseling merupakan hal yang
sangat penting dalam proses ini.
110. Operasional P4K dengan stiker di tingkat desa
Kegiatan operasionalisasi P4K di tingkat desa meliputi:
4) Pemasangan stiker di rumah ibu hamil. Setelah konseling stiker
diisi dan ditempel oleh bidan di rumah ibu hamil sebaiknya di
depan rumah.
111. Operasional P4K dengan stiker di tingkat desa
Kegiatan operasionalisasi P4K di tingkat desa meliputi:
5) Pendataan jumlah ibu hamil di wilayah desa. Pendataan jumah
ibu hamil di wilayah desa dilakukan setiap bulan secara teratur
untuk up dating data termasuk penggunaan kantong
persalinan, dan peta ibu hamil
112. Operasional P4K dengan stiker di tingkat desa
Kegiatan operasionalisasi P4K di tingkat desa meliputi:
6) Pengelolaan donor darah dan sarana transportasi/ ambulans
desa pengelolaan donor darah dan sarana transportasi
dilakukan bersama-sama dengan forum GSI
113. Operasional P4K dengan stiker di tingkat desa
Kegiatan operasionalisasi P4K di tingkat desa meliputi:
7) Penggunaan, pengelolaan, dan pengawasan tabulin/ dasolin.
Mekanisme penggunaan, pengelolaan, dan pengawasan
tabulin/ dasolin diserahkan sepenuhnya kepada keinginan dan
kesepakatan masyarakat pada pertemuan-pertemuan yang
dilakukan.
114. Operasional P4K dengan stiker di tingkat desa
Kegiatan operasionalisasi P4K di tingkat desa meliputi:
8) Pembuatan dan penandatangan amanat persalinan. Amanat
persalinan adalah kesepakatan kesanggupan ibu hamil beserta
suami dan keluarga atas komponen-komponen P4K dengan
stiker.
115. Rekapitulasi pelaporan
1) Data dibuat dari isi stiker dan data pendukung lainnya, dan
pencatatan pada buku KIA oleh bidan di desa untuk disimpan
dan dipelajari oleh ibu hamil sebagai alat pantau kesehatan ibu
selama hamil, bersalin dan nifas serta bayi yang dilahirkan
sampai dengan umur 5 tahun.
116. Rekapitulasi pelaporan
2) Puskesmas melakukan rekapitulasi dan analisis laporan dari
seluruh bidan di desa/ kelurahan dan juga laporan dari rumah
bersalin swasta, serta melakukan pemantauan wilayah
setempat tentang KIA (PWS KIA) dan melaporkan ke dinas
kesehatan kabupaten/ kota setiap bulan.
117. Rekapitulasi pelaporan
3) Dinas kesehatan kabupaten/ kota melakukan rekapitulasi dan
analisis laporan dari seluruh Puskemas di wilayah dan laporan
pelayanan kesehatan ibu dari rumah sakit pemerintah dan
swasta, serta melakukan PWS-KIA, evaluasi dan melaporkan ke
dinas kesehatan provinsi setiap bulan
118. Rekapitulasi pelaporan
4) Dinas kesehatan provinsi melakukan rekapitulasi dan analisis
dari seluruh laporan dinas kesehatan kabupaten/ kota di
wilayahnya dan melakukan pemantauan, fasilitasi dan evaluasi
secara berkala, serta melaporkan ke tingkat pusat.
119. Rekapitulasi pelaporan
5) Tingkat nasonal melakukan rekapitulasi dan analisis laporan
dari dinas provinsi dan melakukan pemantauan berkala,
fasilitasi, evaluasi P4K dengan stiker dalam rangka penurunan
AKI
120. Forum komunikasi
Untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan P4K di masing-masing
tingkat wilayah dari Puskesmas, kabupaten/ kota, dan provinsi
mempunyai wadah forum komunikasi yang meliputi litas-program
dan lintassektor.
121. Indikator Pemantauan Pelaksanaan P4K
a. Persentase desa melaksanakan P4K dengan stiker
b. Persentase ibu hamil mendapat stiker
c. Persentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal
sesuai standar.
122. Indikator Pemantauan Pelaksanaan P4K
d. Persentase ibu hamil berstiker bersalin di tenaga kesehatan
e. Persentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang
mengalami komplikasi tertangani
f. Persentase menggunakan KB pasca salin
g. Persentase ibu bersalin di nakes mendapatkan pelajaran nifas.
123. Selamat, Saudara telah selesai mempelajari kegiatan belajar 2
Modul Asuhan Kebidanan Komunitas
. Apakah Saudara telah mengerti dan memahami materi yang telah
dipelajari?
Jika sudah maka Saudara dapat melanjutkan Belajar Ke Kegiatan
Belajar Selanjutnya
Namun jika belum, pelajarilah kembali pada materi yang menurut
Saudara belum Saudara kuasai