SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
ASKEB KOMUNITAS
MODUL
PELAKSANAAN PROGRAM
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Rahayu Budi Utami
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
SEMESTER 5
KEGIATAN BELAJAR I
SIAGA MATERNAL DAN NEONATAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
i
Kata
Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya kami
dapat menyelesaikan Modul Asuhan Kebidanan
Komunitas ini. Modul ini disusun dengan harapan
dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk Mata
Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas bagi
mahasiswa yang mengikuti Pendidikan Jarak Jauh
Pendidikan Tinggi Kesehatan
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan modul ini. Kami
menyadari keterbatasan kami selaku penulis, oleh
karena itu demi pengembangan kreatifitas dan
penyempurnaan modul ini, kami mengharapkan
saran dan masukan dari pembaca maupun para
ahli, baik dari segi isi, istilah serta pemaparannya.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak
yang telah memberi kesempatan, dukungan dan
bantuan dalam menyelesaikan usulan penelitian
ini. Akhir kata, semoga modul ini dapat memberi
manfaat bagi para pembaca. Aamiin.
								
Pontianak, Maret 2014
								
PENULIS
Gambar : Pengecekan cabang bayi
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
1
Pendahuluan
	 Saat ini Anda sudah mulai memasuki Modul 4 Asuhan Kebidanan Komunitas.
Modul ini merupakan modul terakhir yang membahas tentang teori Asuhan Kebidanan
Komunitas. Untuk modul berikutnya Anda akan mulai mempelajari Modul Praktikum.
Pada modul yang lalu Anda telah mempelajari tentang Monitoring dan Evaluasi dalam
Asuhan Kebidanan Komunitas, sekarang Anda akan mempelajari tentang program-pro-
gram pemerintah berkaitan dengan kebidanan komunitas.
	 Sasaran utama kebidanan komunitas adalah kesehatan ibu dan anak balita yang
berada didalam keluarga dan masyarakat. Bidan memandang pasiennya sebagai makh-
luk sosial yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik,
sosial budaya dan lingkungan sekitarnya. Kesehatan ibu dan anak tidak hanya sensitive
dalam menentukan pembangunan kesehatan suatu Negara, tetapi juga merupakan in-
vestasi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia dimasa datang.
Bidan merupakan tenaga kesehatan terdepan yang berperan aktif di Desa Siaga. Bidan
harus mampu memberdayakan masyarakat untuk siaga maternal–neonatal, membantu
masyarakat dalam mengenali masalah kesehatan maternal–neonatal dan menangani
kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
	 Penggerakan dan pemberdayaan masayarakat juga merupakan proses informasi
secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta
proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tahu atau sadar dan
dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan. Sasaran utama
dari penggerakan dan pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok
masyarakat.
Modul 4 berjudul program program pemerintah berkaitan dengan kebidanan komuni-
tas, modul ini akan memberikan pemahaman kepada Anda tentang pelaksanan pro-
gram – program pemerintah berkaitan dengan kebidanan komunitas. Modul ini dikemas
dalam empat kegiatan belajar dan seluruhnya diberikan alokasi 6 jam pembelajaran,
yang disusun dengan urutan sebagai berikut:
Kegiatan Belajar 1 	: Pemberdayaan Masyarakat dalam Siaga Maternal Neonatal
Kegiatan Belajar 2	 : Kelas Ibu (Bumil, Bufas, dan Balita) Buku Kia, stiker P4K
Kegiatan Belajar 3 	: MTBS/MTBM
Kegiatan Belajar 4 	: Dokumentasi
	 Dalam mempersiapkan bidan yang terampil di Desa Siaga, khususnya Siaga ma-
ternal dan neonatal, Institusi Pendidikan Kebidanan perlu menyiapkan sumber daya
manusia kesehatan (bidan) yang kompeten, yang mampu menggalang kemitraan den-
gan lintas sektor dan lintas program, baik teknis maupun menejerial. Sebagai pedoman
dalam proses belajar mengajar yang terstandar untuk mempersiapkan tenaga bidan
khususnya siaga maternal dan neonatal di desa SIAGA diperlukan bahan ajar siaga ma-
ternal dan neonatal.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
2
Kegiatan
Belajar 1
Tujuan Pembelajaran Umum
	 Sekarang kita masuki Kegiatan Belajar I. Kegiatan Belajar ini akan membahas ten-
tang pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal-neonatal. Pemberdayaan mas-
yarakat merupakan proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif untuk memu-
lai proses kegiatan sosial untuk perbaikan situasi dan konsidi diri sendiri. Pemberdayaan
masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. Suatu usaha hanya
berhasil dinilai sebagai pemberdayaan masyarakat apabila kelompok komunitas atau
masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek.
Disini subyek merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat atau obyek
saja.
	 Pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan neonatal diprogramkan
oleh pemerintah melalui desa siaga. Disini Anda akan dijelaskan tentang segala sesuatu
mengenai siaga maternal dan neonatal. Di akhir kegiatan belajar Anda akan diberikan
tes formatif yang akan menguji apakah Anda bisa lanjut pada Kegiatan Belajar berikutn-
ya.
Tujuan Pembelajaran Khusus
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM SIAGA
MATERNAL DAN NEONATAL
Setelah menyelesaikan Unit kegiatan belajar 1 diharapkan Anda dapat memahami pro-
gram program pemerintah berkaitan dengan kebidanan komunitas salah satu nya ada-
lah memberdayakan masyarakat dalam siaga maternal–neonatal.
Sebelum mencapai tujuan yang dijelaskan sebelumnya, terlebih dahulu Anda harus
mampu:
1.	 Menjelaskan konsep penggerakan dan pemberdayaan masyarakat.
2.	 Menjelaskan konsep siaga maternal–neonatal.
3.	 Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan 		
	neonatal.
4.	 Komponen penyelenggaraan penggerakan dan pemberdayaan siaga maternal–	
	neonatal.
5.	 Menjelaskan tentang desa siaga
6.	 Menjelaskan tentang posyandu
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
3
Pokok - Pokok Materi
Untuk memahami tentang pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal, yang Anda
harus pahami terlebih dahulu adalah :
1.	 Konsep penggerakan dan pemberdayaan masyarakat.
2.	 Konsep siaga maternal dan neonatal.
3.	 Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan 		
	neonatal.
4.	 Komponen penyelenggaraan penggerakan dan pemberdayaan siaga maternal–	
	neonatal.
5.	 Desa Siaga
6.	Posyandu
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
4
Uraian
Materi
a.	Tujuan
Anda mungkin penasaran mengapa penggerakan dan pemberdayaan masyarakat ini
perlu dilakukan. Jika penggerakan dan pemberdayaan masyarakat ini berhasil dilakukan
maka kemandirian masyarakat dan keluarga dalam bidang kesehatan akan meningkat
sehingga masyarakat dapat memberikan andil dalam meningkatkan derajat kesehatan
ibu dan anak.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut ada beberapa tujuan khusus yang harus dicapai,
yaitu:
1)	 Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam bidang kesehatan 	
	 ibu dan anak.
2)	 Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat.
3)	 Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan masyarakat.
a.	Pengertian
Anda mungkin pernah mendengar tentang pengggerakan dan pemberdayaan
masyarakat. Berikut akan dibahas tentang pengertian penggerakan dan pemberdayaan
guna masyarakat.
1.	 KonsepPenggerakandanPemberdayaanMasyarakat
Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah suatu
upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam rangka
menumbuhkan motivasi pada masyarakat untuk ikut terlibat
secara aktif dalam menemukan, merencanakan dan
memecahkan masalah, menggunakan sumber daya atau
potensi yang mereka miliki dalam upaya ke arah perubahan
yang positif terhadap kesehatan ibu dan anak.
APA YANG DIMAKSUD?
2.	 Konsep Siaga Maternal–Neonatal
Setelah mengetahui konsep penggerakan dan pemberdayaan masyarakat, sekarang kita
akan membahas tetang konsep siaga maternal dan neonatal.
a.	Pengertian
Coba Anda perhatikan gambar di bawah ini:
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
5
Gambar 1. Suami Siaga
Gambar di atas merupakan salah satu poster promosi kesehatan yang dapat Anda
temukan di pusat-pusat pelayanan kesehatan. Dari poster di atas terdapat kata “siaga”.
Sebenarnya apa arti dibalik kata siaga? Apa pula arti siaga maternal dan neonatal?
Berikut akan kita bahas satu persatu.
Siaga maternal dan neonatal adalah suatu kesiapsiagaan bidan
dalam memberdayakan masyarakat untuk mengatasi masalah–
masalah kegawatdaruratan pada ibu dan anak. Siaga meliputi :
suami siaga, warga siaga, dan bidan siaga.
APA YANG DIMAKSUD?
Dalam siaga maternal dan neonatal terdapat 3 pelaku yang memegang peranan penting
dalam terwujudnya konsep siaga maternal dan neonatal yaitu: suami, warga dan pelaku
kesehatan yang dalam hal ini adalah bidan. Sebelum membahas siapa saja pelaku yang
perlu siaga, kita bahas dulu arti lain dibalik kata “siaga”. Siaga merupakan singkatan dari:
Siap–Antar–Jaga.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
6
Pencatatan ibu
hamil di
lingkungannya
Tabulin dan
Dasolin
Donor
Darah
Dampingi istri ke
bidan untuk
periksa
kehamilan
Waspada dan
bertindak jika
melihat tanda
bahaya
Transportasi
Temani ibu hamil
pada saat dan
setelah peralinan
Gambar 2. Arti Kata “SIAGA”
	 Kemuudian kita cari tahu dulu apa itu suami Siaga? Suami siaga adalah kesiapsiagaan
seorang suami dengan istri yang sedang hamil/ melahirkan/ nifas dan bayi untuk
mewaspadai setiap risiko yang muncul, menjaga agar istri tidak melakukan hal–hal yang
mengganggu kesehatannya dan segera mengantar ke tempat rujukan terdekat bila
ada tanda–tanda komplikasi kehamilan/ persalinan/ nifas dan bayi. Warga siaga adalah
kesiapsiagaan warga secara bergotong royong untuk membantu ibu hamil/ melahirkan/
nifas dan bayi dalam menghadapi masalah, faktor risiko dan kegawatdaruratan. Bidan
siaga adalah kesiapsiagaan bidan agar selalu mudah dijangkau dan siap membantu ibu
hamil/ melahirkan/ nifas dan bayi, menangani masalah dan mengantarnya ke fasilitas
rujukan bila diperlukan dan selalu menjaga mutu pelayanan sebaik–baiknya.
b.	Tujuan
Adapun tujuan siaga maternal dan neonatal ini adalah untuk menjaga kesehatan
masyarakat terutama untuk mencegah kematian ibu dan bayi dengan mengutamakan
kebutuhan, kepentingan dan tindakan yang didasarkan atas pilihan dan kemampuan
masyarakat sendiri.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
7
3.	 Pemberdayaan dan Penggerakan Masyarakat dalam 		
	 Siaga Maternal–Neonatal
Anda telah mengetahui apa itu penggerakan dan pemberdayaan masyarakat. Anda
juga telah membahas tentang konsep siaga maternal dan neonatal. Sekarang kita akan
membahas tentang pemberdayaan dan penggerakan masyarakat dalam siaga maternal
dan neonatal.
a.	 Prinsip–prinsip dan ciri–ciri penggerakan dan pemberdayaan masyarakat 		
	 dalam siaga maternal–neonatal
1)	 Prinsip–prinsip :
(a)	 Bertolak dari kebutuhan masyarakat.
(b)	 Menumbuhkembangkan sumberdaya / kemampuan yang ada di masyarakat.
(c)	 Menumbuhkan dan atau mengembangkan peran serta masyarakat dalam 		
	 kesehatan ibu dan anak.
(d)	 Mengembangkan semangat gotong–royong dalam pembangunan kesehatan ibu 	
	 dan anak.
(e)	 Bekerja bersama masyarakat.
(f)	 Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan yang ada di 	
	masyarakat.
(g)	 Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat.
2)	 Ciri–ciri penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam siaga 			
	maternal–neonatal
(a)	 Upaya yang berlandaskan pada penggerakan dan pemberdayaan masyarakat.
(b)	 Adanya kemampuan/kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri 			
	 (tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dana masyarakat, sarana dan 		
	 materi, pengetahuan, teknologi dan pengambilan keputusan).
(c)	 Kegiatan yang segala sesuatunya diatur oleh masyarakat secara sukarela.
b.	 Strategi penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam siaga 			
	 maternal–neonatal melalui kemitraan, dalam menggerakan dan 			
	 memberdayakan masyarakat perlu strategi sebagai berikut:
1)	 Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan 			
	maternal–neonatal.
2)	 Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfatkan fasilitas pelayanan 		
	 kesehatan maternal–neonatal yang telah disediakan oleh pemerintah.
3)	 Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumberdaya 	
	 yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan maternal–neonatal.
4)	 Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan maternal–	
	 neonatal yang sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat.
5)	 Mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat secara 		
	 terbuka dan transparan.
6)	 Yang perlu diperhatikan dalam strategi penggerakan dan pemberdayaan 		
	 masyarakat : bukan memaksa masyarakat tetapi atas kesadarannya sendiri.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
8
c.	 Pokok–pokok kegiatan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam
siaga maternal–neonatal
1)	 Pokok–pokok kegiatan.
	 Untuk kegiatan di tingkat desa, penggerakan dan pemberdayaan masyarakat 		
	 dapat dilakukan dengan Pendekatan Pembangunan Masyarakat Desa (PKMD) yang 	
	 berbasis kesehatan maternal–neonatal melalui tahapan pendekatan kepada tokoh 	
	 masyarakat dan penemuan masalah kesehatan maternal–neonatal.
(a)	 Penyamaan persepsi tentang permasalahan kesehatan maternal–neonatal yang 	
	 ada di masyarakat dan perencanaan kegiatan untuk pemecahan masalah. 		
	 Tahapan penyamaan persepsi dan perencanaan kegiatan untuk pemecahan 		
	 masalah kesehatan maternal–neonatal yang telah diketemukan dilakukan 		
	 dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh semua tokoh masyarakat dan kader 	
	 kesehatan. Diharapkan ada kesepakatan tentang bentuk–bentuk kegiatan yang 	
	 akan dilakukan untuk memecahkan masalah kesehatan maternal–neonatal yang 	
	 telah ditemukan.
(b)	 Pelaksanaan rencana kegiatan.
	 Pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan bersama dilakukan semaksimal 		
	 mungkin oleh masyarakat setempat dengan menggunakan sumber daya yang ada 	
	 di masyarakat, sedangkan bantuan dari pihak luar hanya bersifat rangsangan atau 	
	pelengkap.
(c)	 Pembinaan dan pengembangan.
	 Pembinaan dan pengembangan kegiatan di tingkat desa dilakukan oleh tokoh–		
	 tokoh masyarakat seperti kepala desa, kepala dusun, ketua 					
	 RT/RW, ketua PKK, tokoh agama, dan sebagainya. Dengan adanya kegiatan 		
	 pembinaan dan pengembangan ini diharapkan masyarakat tetap memiliki 		
	 semangat untuk melakukan pembangunan kesehatan maternal–neonatal 		
	 di lingkungannya.
2)	 Langkah–langkah kegiatan.
	 Pembinaan peran serta masyarakat tingkat desa merupakan suatu rangkaian 		
	 kegiatan yang berurutan, berkesinambungan dan saling terkait. Langkah–langkah 	
	 kegiatan penggerakan dan pemberdayaan siaga maternal–neonatal meliputi :
(a)	 Pertemuan Tingkat Desa
	 Pertemuan tingkat desa merupakan langkah awal dari kegiatan pembinaan yang 	
	 didakan dengan tujuan menyiapkan tokoh masyarakat dalam menyamakan 		
	 persepsi tentang masalah–masalah kesehatan maternal–neonatal, agar mampu 	
	 danmaumengatasipermasalahannyasendirisecaraswadayasebataskemampuannya
	 sebagai upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Tempatnya bisa
	 menggunakan balai desa atau tempat pertemuan lainnya yang disepakati. 		
	 Pertemuan ini dihadiri oleh aparat kecamatan, kepala puskesmas dan staf, aparat 	
	 desa, bidan desa, kader desa, pimpinan LSM, pemuka masyarakat dan
	 dilaksanakan sesuai dengan kesediaan dan kondisi desa yang bersangkutan. 		
	 Langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
(1)	 Diatur berdasarkan petunjuk dan hasil pertemuan tingkat desa.
(2)	 Pertemuan dibuka oleh kepala desa.
(3)	 Bidan desa sebagai pembicara untuk menjelaskan masalah–masalah siaga 		
	maternal–neonatal.
(4)	 Diskusi bersama tentang langkah kegiatan survey mawas diri (SMD).
(b)	 Survey Mawas Diri (SMD)
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
9
	 Survey Mawas Diri adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian
masalah maternal–neonatal oleh tokoh masyarakat dan kader setempat di bawah
bimbingan bidan desa.
	 Tujuan dilaksanakannya SMD ini adalah agar masyarakat melakukan SMD sehingga
timbul minat dan kesadaran mayarakat untuk mengetahui masalah maternal–neonatal.
Pelaksanaannya bisa dilaksanakan di wilayah desa, dihadiri oleh kader masyarakat yang
telah ditunjuk dalam pertemuan tingkat desa. SMD dapat dilakukan sesuai dengan hasil
kesepakatan pada pertemuan desa. Berikut dijelaskan cara pelaksanaan SMD:
(1)	 Bidan di desa dan kader yang ditugaskan melaksanakan SMD meliputi:
	 Penentuan sasaran, jumlah kepala keluarga dan lokasi.
	 Penentuan jenis informasi masalah kesehatan yang akan dikumpulkan.
	 Penentuan cara memperoleh informasi kesehatan.
	 Pembuatan instrumen/alat untuk memperoleh informasi kesehatan.
(2)	 Kelompok pelaksana SMD dengan bimbingan bidan desa mengumpulkan 		
	 informasi masalah kesehatan maternal–neonatal sesuai dengan yang 			
	 telah direncanakan.
(3)	 Kelompok pelaksana SMD dengan bimbingan bidan desa mengolah informasi 		
	 masalah kesehatan maternal–neonatal yang telah dikumpulkan, sehingga 		
	 diperoleh perumusan prioritas masalah kesehatan maternal–neonatal di wilayah 	
	desa.
(c)	 Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Gambar 3. Musyawarah Masyaraka Desa (MMD)
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
10
Coba Anda perhatikan gambar di atas. Gambar di atas memperlihatkan bahwa terdapat
sekelompok masyarakat yang berdiskusi membahas suatu masalah tertentu. Warga
tersebut sedang melakukan MMD (Musyawarah Mayarakat Desa). Jadi dapat Anda
simpulkan sendiri apa itu MMD? Musyawah Masyarakat Desa adalah pertemuan seluruh
warga desa untuk membahas hasil SMD dan merencanakan penanggulangan masalah
kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD.
(1)	 Tujuan :
	 Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya.
	 Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan ibu dan anak 	
	 melalui pelaksanaan siaga maternal–neonatal.
	 Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan 	
	 ibu dan anak dan melaksanakan siaga maternal–neonatal.
(2)	 Peserta : dihadiri oleh pemuka masyarakat desa, petugas puskesmas dan 		
	 sektor terkait di tingkat desa.
(3)	 Tempat : dilaksanakan di balai desa atau tempat pertemuan lain yang ada di desa.
(4)	 Waktu : dilaksanakan segera setelah SMD.
(5)	 Cara pelaksanaan
	 Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD dipimpin oleh 		
	 kepala desa.
	 Pengenalan masalah kesehatan ibu dan anak oleh masyarakat sendiri melalui 		
	 curah pendapat dengan mempergunakan alat peraga, poster dan lain–lain 		
	 dipimpin oleh bidan desa.
	 Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD.
	 Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan ibu dan anak atas dasar 	
	 pengenalan masalah dari hasil curah pendapat dan penyajian hasil SMD.
	 Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan ibu dan anak dipimpin 	
	 oleh kepala desa.
	 Penutup.
d.	 Kegiatan teknis penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam siaga 		
	maternal–neonatal
1)	 Pengamatan epidemiologi sederhana.
Adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus–menerus terhadap masalah–
masalah maternal–neonatal serta kondisi yang mempengaruhi masalah–masalah
tersebut dan dapat melakukan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui
pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi pada penyelengggara
program kesehatan maternal–neonatal.
Langkah–langkah surveilans epidemiologi maternal–neonatal:
a)	Persiapan
(1)	Internal
Untuk kelancaran kegiatan surveilans di desa dibutuhkan tenaga kesehatan yang
mengerti dan memahami kegiatan surveilans. Untuk menyamakan persepsi dan tingkat
pemahaman tentang surveilans diperlukan pelatihan surveilans bagi petugas, agar dapat
berespon cepat terhadap kemungkinan adanya kegawatdaruratan maternal–neonatal
yang dilaporkan oleh masyarakat. Sebagai panduan kegiatan maka petugas kesehatan
perlu dibekali buku–buku pedoman atau petunjuk teknis surveilans. Dukungan sarana
dan prasarana diperlukan untuk kegiatan surveilans seperti kendaraan bermotor, alat
pelindung diri (APD), surveilans kit. Biaya juga diperlukan untuk kelancaran kegiatan,
diperlukan untuk biaya transport petugas ke lapangan, pengadaan alat tulis untuk
pengolahan dan analisa data, serta jika dianggap perlu sebagai insentif bagi petugas
surveilans.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
11
(2)	Eksternal
	 Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan masyarakat, terutama tokoh 		
	 masyarakat agar mereka tahu, mau, dan mampu mendukung pengembangan 		
	 kegiatan surveilans berbasis masyarakat. Langkah ini termasuk kegiatan advokasi 	
	 kepada para penentu kebijakan agar mereka mau memberikan dukungan. Jika 		
	 di desa tersebut terdapat kelompok–kelompok sosial seperti Lembaga Persatuan 	
	 Pemuda (LPP), pramuka dan LSM dapat diajak untuk menjadi petugas surveilans 	
	 bagi kegiatan surveilans di desa tersebut.
(3)	 Survey Mawas Diri (SMD)
	 Bertujuan agar masyarakat dengan bimbingan petugas mampu mengidentifikasi 	
	 masalah kesehatan ibu dan anak yang ada di desanya.
(4)	 Pembentukan kelompok kerja surveilans tingkat desa.
	 Bertugas melaksanakan pengamatan dan pemantauan setiap saat secara terus 	
	 menerus terhadap masalah kesehatan ibu dan anak di masyarakat dan 			
	 kemungkinan adanya kegawatdaruratan, untuk kemudian dilaporkan kepada 		
	 petugas kesehatan setempat (bidan).
(5)	 Membuat perencanaan kegiatan surveilans
	 Setelah kelompok kerja surveilans terbentuk maka tahap selanjutnya adalah 		
	 membuat perencanaan kegiatan, meliputi:
(a)	 Rencana pelatihan kelompok kerja surveilans oleh petugas kesehatan
(b)	 Penentuan jenis surveilans masalah dan faktor risiko kesehatan ibu dan anak yang 	
	dipantau
(c)	 Lokasi pengamatan dan pemantauan
(d)	 Frekuensi pemantauan
(e)	 Pembagian tugas/penetapan penanggung jawab lokasi pemantauan
(f)	 Waktu pemantauan
(g)	 Rencana sosialisasi kepada warga masyarakat
b)	 Tahap pelaksanaan surveilans di tingkat desa
(1)	 Pelaksanaan Surveilans oleh kelompok kerja surveilans desa
	 Surveilans masalah kesehatan ibu dan anak oleh kelompok kerja surveilans desa 	
	 dilakukan melalui kegiatan pengamatan dan pemantauan masalah, 			
	 faktor risiko dan kemungkinan terjadinya kegawatdaruratan maternal–neonatal. 	
	 Hasil pengamatan dan pemantauan dilaporkan secara berkala sesuai kesepakatan 	
	 ke petugas kesehatan (bidan). Informasi yang disampaikan berupa; identitas, 		
	 masalah dan faktor risiko kesehatan maternal–neonatal.
(2)	 Pelaksanaan Surveilans oleh petugas
	 Kegiatan surveilans di tingkat desa tidak terlepas dari peran aktif petugas 		
	 kesehatan (bidan). Kegiatan surveilans yang dilakukan petugas kesehatan adalah:
(a)	 Melakukan pengumpulan data masalah kesehatan ibu dan anak dari hasil 		
	 kunjungan dan hasil laporan warga
(b)	 Membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA dengan menggunakan data 	
	 yang ada dalam bentuk data mingguan/bulanan. PWS merupakan bagian dari 		
	 sistem kewaspadaan dini terhadap kegawatdaruratan maternal–neonatal.
(c)	 Menyampaikan laporan/data kesehatan ibu dan anak secara berkala ke 			
	 puskesmas (mingguan/bulanan).
(d)	 Membuat pemetaan penyebaran masalah, faktor risiko kesehatan 			
	maternal–neonatal.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
12
(e)	 Memberikan informasi/rekomendasi secara berkala kepada kepala desa 			
	 tentang masalah dan faktor risiko kesehatan maternal–neonatal pada pertemuan 	
	 musyawarah masyarakat desa untuk mendapatkan solusi permasalahan 		
	 yang dihadapi.
(f)	 Memberikan respon cepat terhadap adanya kasus kegawatdaruratan.
(g)	 Bersama masyarakat secara berkala dan terjadwal melakukan upaya 			
	 preventif dan promotif.
Surveilans epidemiologi maternal–neonatal adalah kegiatan
pengamatan masalah kesehatan maternal–neonatal secara terus
menerus dengan memperhatikan faktor risiko yang ada
2)	 Promosi Kesehatan Maternal–neonatal
	 Promosi kesehatan maternal–neonatal adalah upaya meningkatkan kemampuan 	
	 masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat, agar 		
	 mereka dapat menolong dirinya sendiri serta dapat mengembangkan kegiatan 		
	 yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan sosial budaya setempat dan 		
	 didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan maternal– neonatal. 	
	 Kebijakan nasional promosi kesehatan maternal–neonatal telah menetapkan 		
	 tiga strategi dasar promosi kesehatan maternal–neonatal yaitu; penggerakkan 		
	 dan pemberdayaan, bina suasana dan advokasi. Ketiga strategi tersebut 			
	 diperkuat oleh kemitraan serta metode dan komunikasi yang tepat. Strategi 		
	 tersebut harus dilaksanakan secara lengkap dan berkesinambungan dalam 		
	 mengubah perilaku baru masyarakat menjadi lebih baik yang diperlukan oleh 		
	 program kesehatan maternal– neonatal.
(a)	 Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
	 Adalah proses pemberian informasi dan berkesinambungan mengikuti 			
	 perkembangan serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah 	
	 dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (knowledge), dari tahu menjadi mau 		
	 (attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang 			
	 diperkenalkan (practice). Sasaran utama penggerakan dan pemberdayaan 		
	 masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan maternal–neonatal adalah individu, 	
	 keluarga serta kelompok masyarakat. Apabila masyarakat telah menyadari 		
	 masalah kesehatan maternal–neonatal yang dihadapinya, maka perlu diberikan 	
	 informasi umum lebih lanjut tentang masalah tersebut.
(b)	 Bina Suasana
	 Adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu 	
	 anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan dalam 	
	 status kesehatan maternal–neonatal.
Tiga pendekatan bina suasana :
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
13
(c)	Advokasi
Adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen
dan dukungan dari pihak– pihak yang terkait dalam rangka pelaksanaan siaga maternal.
Advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (berbentuk
peraturan perundang–undangan), dana, sarana dan sebagainya.
(1)	 Tahapan–tahapan yang umumnya berlangsung pada diri sasaran advokasi 		
	 masalah kesehatan maternal–neonatal adalah :
•	 Mengetahui atau menyadari adanya masalah
•	 Tertarik untuk ikut mengatasi masalah
•	 Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai 		
	 alternatif pemecahan masalah kesehatan maternal–neonatal
•	 Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif 		
	 pemecahan masalah
•	 Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
14
(2)	 Bahan–bahan advokasi yang harus disiapkan dalam pelaksanaan siaga maternal–
neonatal yaitu:
•	 Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
•	 Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
•	 Memuat peran serta saran dalam pemecahan masalah
•	 Berdasarkan kepada fakta atau evidence based
•	 Dikemas secara menarik dan jelas
•	 Sesuai dengan waktu yang tersedia
Sebagaimana penggerakan, pemberdayaan dan bina suasana, advokasi akan lebih
efektif dilaksanakan dengan prinsip kemitraan yaitu dengan membentuk advokasi atau
forum kerja sama.
(d)	Kemitraan
Kemitraan dalam pelaksanaan siaga maternal–neonatal harus digalang baik dalam
rangka penggerakan dan pemberdayaan maupun bina suasana dan advokasi. Dengan
demikian perlu pendekatan dengan individu–individu, keluarga, pejabat–pejabat atau
instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan maternal–neonatal (lintas
sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media dan lain–lain.
Kemitraan yang digalang dalam pelaksanaan siaga maternal–neonatal harus
berlandaskan pada tiga prinsip dasar :
(1)	Kesetaraan
Kesetaraan berarti tidak diciptakan hubungan yang bersifat hirarkhis. Semua harus
diawali dengan kesediaan menerima bahwa masing–masing berada dalam kedudukan
yang sama (berdiri sama tinggi, duduk sama rendah). Keadaan ini dapat dicapai apabila
semua pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan, yaitu hubungan yang
dilandasi kebersamaan/kepentingan bersama.
(2)	Keterbukaan
Di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari masing–masing pihak, sesuai
fakta, tidak menutup–nutupi sesuatu. Pada awalnya mungkin hal ini akan menimbulkan
diskusi yang seru layaknya “pertengkaran“. Tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan
kebersamaan mendorong timbulnya solusi yang adil dari diskusi yang seru tadi.
(3)	 Saling menguntungkan
Solusi yang adil, terutama dikaitkan dengan keuntungan semua pihak yang terlibat.
Perilaku sehat dan kegiatan–kegiatan kesehatan maternal–neonatal harus dapat
dirumuskan keuntungan–keuntungannya bagi semua pihak yang terkait.
Promosi kesehatan maternal–neonatal adalah upaya kesehatan agar
perilaku masyarakat menjadi lebih baik, dari masyarakat tidak tahu
menjadi tahu, dari tahu menjadi mau dan dari mampu dalam
pemeliharaan kesehatan maternal–neonatal
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
15
a.	 Unsur peningkatan pengetahuan masyarakat
Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang SIAGA maternal–neonatal dapat
dilakukan dengan memberikan informasi melalui pertemuan–pertemuan di masyarakat
dengan melibatkan aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan kader desa sesuai
dengan langkah–langkah penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui promosi
kesehatan.
b.	 Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal–neonatal
Kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal–neonatal dapat dilakukan dengan
cara mendorong warga agar SIAGA dalam setiap kondisi kehamilan, persalinan, nifas
dan bayi baru lahir, dan penanganannya dilakukan oleh seorang bidan yang terampil.
Dalam hal ini kegiatannya meliputi:
1)	 Pencatatan ibu hamil di lingkungannya
Sistem pencatatan dan pemberian tanda yang dikembangkan oleh warga untuk memberi
informasi kepada warga tentang keberadaan dan kondisi ibu hamil di lingkungan
mereka, disebut dengan sistem notifikasi (penandaan). Bentuk notifikasi yang dipilih
bisa bermacam–macam, tergantung kreatifitas dan kemampuan warga, Pencatatan
bisa dilakukan oleh warga dalam buku catatan ibu hamil yang dipegang dan diisi oleh
fasilitator dan dikomunikasikan kepada pengurus SIAGA (bidan dan warga).
2)	 Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawat– daruratan
Perhatikan gambar berikut!
Bandingkan dengan gambar di bawah ini:
BA
Gambar 4. Tabulin dan Dasolin
4.	 Komponen penyelenggaraan penggerakan dan pemberdayaan 		
	 SIAGA maternal–neonatal
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
16
	 Setelah Anda bandingkan, dimana menurut Anda letak perbedaan dari makna
kedua gambar di atas? Pada gambar A menunjukkan karikatur seorang suami yang
mempersiapkan biaya untuk persalinan sang istri. Pada gambar B menunjukkan
tidak hanya suami, tetapi petugas dan masyarakat sekitar juga ikut membantu dalam
mempersiapkan keperluan ibu hamil dalam menghadapi persalinannya. Tapi siapa yang
sebenarnya perlu untuk menabung? Atau sejak kapan sebenarnya tabungan ini dimulai?
Mari kita bahas bersama.
Ada dua jenis penyimpanan dana yang disiapkan untuk keperluan pembiayaan ibu hamil
selama persalinannya yaitu tabulin dan dasolin:
a)	 Tabungan Ibu Bersalin (TABULIN)
	 Tabungan yang dibuat untuk perencanaan ibu bersalin dikenal dengan nama 		
	 Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin). Tabulin
adalah upaya menyisihkan uang atau barang berharga
oleh ibu hamil yang disimpan oleh bidan atau pihak yang
ditunjuk oleh masyarakat yang sewaktu–waktu dapat
digunakan untuk biaya persalinan.
Tahapan pembentukan tabulin adalah sebagai berikut:
(1)	 Ibu yang sudah mengetahui kehamilannya diminta untuk mulai menabung untuk 	
	persalinannya.
(2)	 Tabulin adalah juga tabungan keluarga, bukan hanya ibu tetapi suami juga 		
	 bertanggung jawab menyisihkan uang untuk persalinan ibu. Terutama bagi 		
	 keluarga yang berpenghasilan tunggal (hanya suami yang berpenghasilan). Jadi 		
	 mintalah kesepakatan dari para suami.
(3)	 Jika ibu hamil mengalami kesulitan untuk menyampaikan masalah ini kepada 		
	 suaminya, maka anggota Siap Antar Jaga lain perlu membantu membicarakannya 	
	 dengan para suami, misalnya dalam pertemuan–pertemuan desa, pertemuan
	 para bapak ataupun pendekatan perorangan yang lebih akrab.
(4)	 Waktu kelahiran biasanya sudah dapat diperhitungkan, jadi pasangan juga
	 sudah dapat memperhitungkan kapan dana itu dibutuhkan. Jadi bagi warga yang
	 tidak berpenghasilan tetap, tabulin dapat diperhitungkan dengan masa panen 		
	 misalnya, atau penghasilan musiman lainnya. Tabungan juga bisa dalam bentuk 	
	 lain, ternak misalnya. Namun harus diperhitungkan kapan waktu membeli ternak 	
	 yang tepat, agar pada saat menjelang waktu persalinan ternak siap dijual dengan 	
	 harga yang baik.
(5)	 Tabulin dalam bentuk uang dapat disimpan di rumah, bank, atau pada ibu bidan. 	
	 Tabulin ini dapat diisi secara mencicil. Tabulin yang disimpan pada ibu bidan dapat 	
	 dilakukan setiap kali memeriksakan kehamilan.
b)	 Dana Sosial Bersalin (DASOLIN)
	 Selain ibu dan anggota keluarga, biaya untuk persalinan juga bisa didapat dari 		
	 masyarakat warga tempat ibu tinggal. Dana yang bersumber dari warga lebih 		
	 dikenal dengan nama dasolin.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
17
Dana sosial bersalin adalah upaya untuk mengumpulkan
uang atau barang yang dapat dirupiahkan dari anggota
masyarakat sebagai dana bantuan bagi ibu bersalin yang
kurang mampu. Masyarakat akan menunjuk pengurus
dasolin untuk mengelola dasolin.
Tahapan Dasolin:
-	 Buat pertemuan dengan masyarakat untuk mengidentifikasi potensi–potensi 		
	 di desa yang dapat dijadikan dana cadangan masyarakat. Misalnya hasil bumi, 		
	 kerajinan, atau barang lain yang bisa dirupiahkan dan dijadikan dasolin.
-	 Dasolin dapat pula berupa uang yang dikumpulkan langsung dari warganya, jika 	
	 mereka memang mampu mengumpulkan uang untuk ibu hamil secara rutin. 		
	 Namun jika tidak mungkin dalam bentuk uang, maka mengumpulkan barang 		
	 untuk dirupiahkan dapat menjadi alternatif.
-	 Jika dasolin dikumpulkan dalam bentuk barang, maka perlu dibicarakan mengenai 	
	 pendataannya, siap menyumbang apa dan berapa tafsiran harganya. Hal ini perlu 	
	 disampaikan kepada warga agar tercipta keterbukaan.
-	 Warga diminta memilih penanggung jawab dasolin ini. Sebaiknya penanggung 		
	 jawab dasolin tidak dipegang oleh satu orang saja tetapi oleh tim kecil yang 		
	 mampu mengelola dasolin. Hal ini juga penting untuk membangun sistem kontrol 	
	 dan kepercayaan keluarga.
3)	 Mempersiapkan kelompok donor darah
“Setetes Darah Anda, Nyawa Mereka” Kata-kata ini
sering Anda lihat dan dengar pada berbagai macam
poster yang ditempel di berbagai tempat. Bagi ibu hamil
donor ini bahkan bernilai lebih, karena tidak hanya satu
nyawa yang mungkin terancam bahaya melainkan dua,
nyawa ibu dan bayi.
Sistem donor darah adalah pranata untuk menjamin
ketersediaan darah yang dikelola oleh masyarakat.
Upaya ini membentuk kelompok penyedia darah
bagi PMI agar ada ketersediaan darah yang dapat
dipergunakan sewaktu–waktu.
Tahapan pembentukan kelompok donor darah:
-	 Fasilitasi warga untuk menyepakati pentingnya 	
	 mengetahui golongan darah.
-	 Jika warga belum mengetahui golongan darahnya, maka perlu dilakukan 			
	 pemeriksaan golongan darah bagi seluruh warga yang memenuhi syarat untuk 	
	 menjadi donor darah.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
18
-	 Hubungi pihak puskesmas untuk menyelenggarakan pemeriksaan darah. Jika 		
	 puskesmas tidak mempunyai layanan pemeriksaan darah, maka mintalah 		
	 puskesmas melakukan rujukan. Jika diperlukan hubungi unit transfusi 			
	 darah Palang Merah Indonesia (PMI) terdekat.
-	 Buatlah daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan waktu lahir, kumpulkan 	
	 nama warga yang mempunyai golongan darah yang sama dengan ibu hamil. Catat 	
	 nama dan alamat mereka ataupun cara menghubungi yang tercepat dari semua 	
	 warga yang bergolongan darah sama dengan ibu hamil.
-	 Usahakan semua ibu hamil memiliki daftar calon donor darah yang sesuai dengan 	
	 golongan darahnya.
-	 Buatlah kesepakatan dengan para calon donor darah untuk selalu siap 24 jam, 		
	 sewaktu–waktu ibu hamil memerlukan transfusi.
-	 Buat kesepakatan dengan Unit Transfusi Darah (UTD), agar para warga yang telah 	
	 bersedia menjadi pendonor darah diprioritaskan untuk diambil darahnya, 		
	 terutama transfusi bagi ibu bersalin yang membutuhkannya.
4)	 Mempersiapkan transportasi menuju tempat persalinan dan penanganan
kegawatdaruratan (Ambulan Desa)
Gambar 6. Ambulan Desa
Ambulan desa adalah suatu alat transpotasi yang dapat digunakan untuk mengantarkan
ibu hamil yang akan bersalin ke tempat pelayanan kesehatan, terutama jika ibu mengalami
komplikasi yang memerlukan penanganan cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
19
	 Ambulan desa tidak harus menyediakan sebuah kendaraan yang hanya dipakai saat
akan mengantar pasien ke fasilitas kesehatan, tetapi dapat memberdayagunakan
kendaraan milik warga sekitar yang bersedia kendaraannya dipakai sewaktu-waktu
saat akan dibutuhkan.
5)	 Forum komunikasi
Forum komunikasi merupakan suatu wadah di tingkat masyarakat untuk bertukar in-
formasi dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang desa siaga khususnya
siaga maternal–neonatal.
c.	 Unsur Penunjang pelayanan kesehatan Maternal–neonatal
Unsur penunjang pelayanan adalah wujud tekad pemerintah dalam bidang kesehatan
dalam bentuk sarana prasarana dan kebijakan pemerintah daerah maupun desa
dalam sistem pengelolaan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Bentuk dukungan
tersebut bisa berupa :
1)	 Komitmen dari pemerintah
(a)	 Kebijakan pemerintah yang berpihak pada masyarakat sebagai pengguna sarana
kesehatan
(b)	 Peraturan pemerintah daerah untuk menyediakan prasarana kesehatan, minimal
satu polindes untuk setiap desa, satu bidan untuk setiap desa.
2)	 Dukungan dari masyarakat
(a)	 Tokoh masyarakat dan tokoh agama diharapkan berpartisipasi dalam kegiatan SIA-
GA maternal–neonatal dengan memberikan keteladanan dan dorongan akan pent-
ingnya tabulin, dasolin, bank darah, kesiapan transportasi, dan forum komunikasi,
sehingga kematian ibu dan bayi dapat dicegah dengan usaha bersama.
(b)	 Suami ibu hamil diharapkan memiliki komitmen untuk menemani atau mengan-
tar istrinya memeriksakan kehamilan ke bidan desa sehingga suami mengetahui
perkembangan dan kondisi kehamilan istrinya, mendukung untuk bersalin pada
bidan dan membantu mempersiapkan tabulin serta tidak lupa mengingatkan istrin-
ya untuk memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali (satu kali pada triwulan perta-
ma, satu kali triwulan kedua, dan dua kali triwulan ketiga).
(c)	 Kepala desa diharapkan memiliki komitmen untuk membantu fasilitator desa dan
masyarakat dalam melaksanakan SIAGA maternal dan neonatal.
(d)	 Masyarakat harus membantu ibu hamil yang memerlukan bantuan, mengingatkan
ibu hamil agar mempersiapkan hal–hal yang diperlukan dalam menuju proses per-
salinan dan selalu SIAGA membantu jika diperlukan.
(e)	 Pengurus desa harus berkomitmen untuk mengumpulkan iuran dasolin secara ru-
tin, membantu ibu hamil yang memerlukan bantuan, mendorong masyarakat desa
berperan serta aktif dalam SIAGA maternal–neonatal.
(f)	 Media massa seperti radio, koran, maupun media tradisional seperti kesenian rakyat
dapat membantu menyebarluaskan SIAGA maternal–neonatal.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
20
5.	 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
	 Anda telah membahas tentang pengertian siaga dan siapa saja pelaku yang di-
harapkan untuk siaga. Perhatikan gambar di atas! Suami siaga, bidan siaga, dan warga
siaga yang telah Anda bahas sebelumnya merupakan bagian dari desa siaga. Apa itu
desa siaga? Berikut kita bahas bersama pengertiannya. Pengembangan Desa dan Kelu-
rahan Siaga Aktif merupakan program lanjutan dan akselerasi dari program Pengem-
bangan Desa Siaga yang sudah dimulai pada tahun 2006. Desa Siaga merupakan bentuk
aplikasi dari penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui siaga maternal dan
neonatal. Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan melalui pem-
berdayaan masyarakat, yaitu upaya memfasilitasi proses belajar masyarakat desa dan
kelurahan dalam memecahkan masalah-masalah kesehatannya.
Gambar 7. Desa SIAGA Aktif
Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau yang
disebut dengan nama lain atau kelurahan, yang:
a. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari
melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana
kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat
Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.
b. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan
surveilans berbasis masyarakat (meliputi pemantauan
penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan
perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan
bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga
masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
APA YANG DIMAKSUD?
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
21
a.	 Pelayanan Kesehatan Dasar
		 Pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga
Aktif diselenggarakan melalui berbagai UKBM, serta kegiatan kader dan masyarakat.
Pelayanan ini selanjutnya didukung oleh sarana-sarana kesehatan yang ada seperti
Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas, dan rumah sakit.
		 Teknis pelaksanaan pelayanan mengacu kepada petunjuk-petunjuk teknis dari
Kementerian Kesehatan dengan pengawasan dan bimbingan dari Puskesmas.
		 Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan primer, sesuai dengan kewenan-
gan tenaga kesehatan yang bertugas. Pelayanan kesehatan dasar berupa: (1) Pe-
layanan kesehatan untuk ibu hamil, (2) Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui,
(3) Pelayanan kesehatan untuk anak, serta (4) Penemuan dan penanganan penderi-
ta penyakit.
b.	 Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM
		 Pemberdayaan masyarakat terus diupayakan melalui pengembangan UKBM yang
ada di desa. Kegiatan difokuskan kepada upaya surveilans berbasis masyarakat, ke-
daruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan.
Surveilans berbasis masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan penyakit yang
diselenggarakan oleh masyarakat (kader) dibantu oleh tenaga kesehatan, dengan
berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-kegia-
tannya berupa: (1) Pengamatan dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan
ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku yang dapat menimbulkan masalah kese-
hatan masyarakat, (2) Pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kepada petugas keseha-
tan untuk respon cepat, (3) Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit
dan masalah kesehatan, serta (4) Pelaporan kematian.
Prinsip pemberdayaan masyarakat:
1) Menumbuhkembangkan kemampuan atau potensi masyarakat
2) Menumbuhkembangkan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan
3) Mengembangkan semangat gotong royong dalam
pembangunan kesehatan
4) Bekerja sama masyarakat
5) Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi
kemasyarakatan
6) Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
22
		 Kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana adalah upaya-upaya yang
dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah dan mengatasi bencana dan kedaru-
ratan kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian
Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa: (1) Bimbingan dalam pencarian tempat
yang aman untuk mengungsi,(2) Promosi kesehatan dan bimbingan mengatasi ma-
salah kesehatan akibat bencana dan mencegah faktor-faktor penyebab masalah, (3)
Bantuan/fasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban,
pembuangan sampah/limbah, dan lain-lain) di tempat pengungsian, (4) Penyediaan
relawan yang bersedia menjadi donor darah, dan (5) Pelayanan kesehatan bagi pe-
ngungsi.
		 Penyehatan lingkungan adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat
untuk menciptakan dan memelihara lingkungan desa/kelurahan dan permukiman
agar terhindar dari penyakit dan masalah kesehatan, dengan berpedoman kepa-
da petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa: (1)
Promosi tentang pentingnya sanitasi dasar, (2) Bantuan/fasilitasi pemenuhan kebu-
tuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban, pembuangan sampah dan limbah,
dan lain-lain), dan (3) Bantuan/fasilitasi upaya pencegahan pencemaran lingkungan.
Fasilitasi
Identifikasi
Masalah
Pemantauan
Dan Evaluasi
Perumusan
alternatif
pemecahan
Tetapkan dan
laksanakan
pemecahan masalah
SIKLUS
PEMECAHAN
MASALAH
Fasilitasi
Fasilitasi
Fasilitasi
Bagan 1. Upaya pemberdayaan masyarakat melalui siklus pemecahan masalah
		 Langkah-langkah utama pemberdayaan masyarakat melalui upaya pendampin-
gan atau memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui
siklus pemecahan masalah yang terorganisasi (pengorganisasian masyarakat)
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
23
Tahap-Tahap siklus pemecahan masalah meliputi:
1) Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya
yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah
2) Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternative pemecahan
masalah dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki
3) Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak,
merencanakan dan melaksanakannya
4) Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya
yang telah dilakukan
		 Masyarakat di Desa atau Kelurahan Siaga Aktif wajib melaksanakan Perilaku Hid-
up Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, kel-
uarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kese-
hatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatanmasyarakat.
		 Yang menjadi salah satu indikator bagi keberhasilan pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif adalah PHBS yang dipraktikkan di tatanan rumah tangga.
Akan tetapi untuk mencapai hal tersebut, PHBS harus dipraktikkan di tatanan mana
pun pada saat seseorang sedang berada. Selain di tatanan rumah tangga, PHBS ha-
rus dikembangkan dan dipraktikkan di tatanan-tatanan institusi pendidikan, tempat
kerja, tempat umum dan sarana kesehatan.
		 Untuk mengukur keberhasilan pembinaan PHBS di Rumah Tangga digunakan 10
(sepuluh) perilaku yang merupakan indikator yaitu (1) persalinan ditolong oleh tena-
ga kesehatan, (2) memberi ASI eksklusif kepada bayi, (3) menimbang berat badan
balita, (4) menggunakan air bersih, (5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
(6) menggunakan jamban sehat, (7) memberantas jentik nyamuk, (8) mengonsumsi
sayur dan buah setiap hari, (9) melakukan aktivitas fisik setiap hari, (10) tidak mero-
kok di dalam rumah.
Pentahapan Desa Siaga :
Atas dasar kriteria Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang telah
ditetapkan, maka perlu dilakukan pentahapan dalam pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, sehingga dapat dicapai tingkatan-
tingkatan atau kategori Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif
sebagai berikut.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
24
		 Dengan ditetapkannya tingkatan atau kategorisasi tersebut di atas, maka Desa
Siaga dan Kelurahan Siaga yang saat ini sudah dikembangkan harus dievaluasi un-
tuk menetapkan apakah masih dalam kategori Desa dan Kelurahan Siaga atau su-
dah dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari tingkatan/kategori Desa dan Kelu-
rahan Siaga Aktif.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
25
6.	Posyandu
		 Selain Desa Siaga bentuk lain wujud penggerakan dan pemberdayaaan mas-
yarakat dalam siaga maternal dan neonatal adalah dengan diselenggarakannya Po-
syandu. Menurut Nasrul Effendi dalam Runjati (2011) Posyandu adalah suatu forum
komunikasi, alih teknnologi, dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk
masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya
manusia sejak dini. Posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan dan KB.
Gambar 8. Posyandu
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
26
	 Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi mas-
yarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat dan oleh masyarakat
yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari Puskesmas mengenai pe-
layanan kesehatan dasar. Semula posyandu sekaligus memperoleh pelayanan KB
dan kesehatan. Dalam pengembangannya, posyandu dapat dibina menjadi suatu
forum komunikasi dan pelayanan dari masyarakat, antara sector yang memadukan
kegiatan pembangunan sekitarnya dan kegiatan masyarakat dalam memecahkan
masalahnya dalam alih teknologi.
Tujuan pokok dari pelayanan posyandu adalah untuk:
a.	Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak
b.	Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan 	
	 AKB (Angka Kematian Bayi).
c.	Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk 			
	 mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan 	
	 lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat.
d.	Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada 	
	 masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan 	
	 kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografi
e.	Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat 		
	 dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha 	
	 kesehatan masyarakat
Gambar 9. Penataan Meja Posyandu
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
27
Sasaran pokok pelayanan kesehatan di posyandu adalah:
a.	 Bayi berusia kurang dari 1 tahun
b.	 Anak balita, usia 1 sampai 5 tahun
c.	 Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas
d.	 Wanita usia subur/ pasangan usia subur
Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti pos penimbangan balita, pos
imunisasi, pos Keluarga Berencana Desa, pos kesehatan, dan pos lainnya yang dibentuk
baru.
Persyaratan Pembentukan Posyandu:
a.	 Dalam penduduk Rukun Warga (RW) tersebut paling sedikit 	
	 terdapat 100 orang 	 balita.
b.	 Terdiri dari 120 Kepala Keluarga.
c.	 Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa).
d.	 Jarak antara kelompok rumah dan jumlah kepala keluarga 	
	 dalam 1 tempat atau kelompok tidak terlalu jauh.
e.	 Lokasi/ letaknya :
1)	 Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat
2)	 Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri
3)	 Dapat merupakan local tersendiri
4)	 Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah pen	
	 duduk, balai rakyat, pos RT/ RW atau pos lainnya.
Tahap Penyelenggaraan Posyandu
a.	Persiapan
1)	 Merencanakan Kegiatan
1)	 Setelah musyawarah desa dan latihan kader selesai, kader merencanakan 		
	kegiatan.
2)	 Kegiatan ini direncanakan bersama dengan kepala desa, LKMD (seksi KB-Kes 		
	 dan PKK) dengan bimbingan tim Pembina LKMD tingkat kecamatan
-	 Perencanaan kegiatan meliputi hal-hal sebagai berikut
-	 Penyusunan tenaga pelaksana dan tugasnya
-	 Penyusunan jadwal kegiatan
-	 Penyusunan tempat kegiatan
-	 Cakupan keluarga dan sasaran
-	 Perlengkapan yang diperlukan
2)	 Kader mengisi registrasi gizi dan KB untuk data dasar
3)	 Kader mengajak kelompok sasaran untuk datang ke posyandu dengan cara 		
	 pendekatan kelompok dengan perorangan melalui tokoh-tokoh masyarakat dan 	
	 alat pemberitahuan lainnya (mis: kentongan, pengeras suara) yang dilakukan 3 	
	 atau 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
28
b.	Pelaksanaan
1)	 Mempersiapkan pelaksanaan
	 Sehari sebelum pelaksanaan kegiatan di posyandu:
-	 Kader kembali memberitahu tahu kepada sasaran
-	 Kader menyediakan alat yang diperlukan
-	 Kader membagi tugas di antara mereka sendiri (bagian pendaftaran, bagian 		
	 penimbangan, bagian pencatatan, bagian penyuluhan, pemberian oralit, 		
	 vitamin A, pil KB/ Kondom, pembagian pemberian obat sederhana melalui dana 	
	sehat).
	 Pada hari pelaksanaan, satu jam sebelum dimulai kader telah menyiapkan 		
	 semua alat-alat dan keperluan posyandu.
2)	 Melaksanakan kegiatan posyandu: penyuluhan kelompok, pendaftaran sasaran, 	
	 penimbangan bayi dan anak balita, pemeriksaan ibu hamil, pemeriksaan ibu 		
	 menyusui, dan pasangan usia subur. Pelaksanaan kegiatan posyandu dilakukan 	
	 oleh kader yang terlatih di bidang KB dan kesehatan dan berasal dari PKK, tokoh 	
	 masyarakat, pemuda dengan bimbingan tim Pembina LKMD kecamatan. 		
	 Pelaksanaan posyandu dengan pola lima meja yang meliputi:
Pasien (Ibu dan Anak) Datang
MEJA 1MEJA 2MEJA 3MEJA 4MEJA 5
Pendaftaran,
pencatatan
sasaran
Pencatatan,
Pengisian KMS
Penimbangan bayi
dan balita
PenyuluhanPemberian
Tindakan
Bagan 2. Alur Pelaksanaan 5 Meja Posyandu
Perkembangan Posyandu
Makin banyaknya posyandu mendorong terjadinya variasi tingkat perkembangan yang
beragam. Kategori atau stratifikasi posyandu baik dari pengorganisasian maupun pen-
ncapaian dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu berturut-turut dari terendah sampai
tertinggi sebagai berikut:
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
29
1.	 Posyandu pratama. Posyandu paratama adalah posyandu yang 		
	 belum mantap yang frekuensi penimbangannya kurang dari 8 		
	 kali per tahun. Kader aktifnya kurang dari 5 orang, pencapaian 		
	 cakupan 5 program < 50%, tidak ada program tambahan, serta 		
	 belum ada dana sehat
2.	 Posyandu madya. Posyandu pada tingkat madya sudah dapat 		
	 melaksanakan kegiatannya lebih dari 8 kali per tahun dengan 		
	 rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih, pencapaian cakupan 		
	 5 program <50%, belum ada program tambahan, serta 			
	 belum ada dana sehat
3.	 Posyandu purnama. Posyandu tingkat purnama adalah 		
	 posyandu yang frekuensi penimbangannya lebih dari 8 		
	 kali per tahun, jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, 		
	 pencapaian 5 program >50%, sudah ada program tambahan, 	
	 sudah ada dana sehat <50% kepala keluarga
4.	 Posyandu mandiri. Posyandu ini sudah dapat melakukan 			
	 kegiatannya lebih dari 8 kali per tahun, cakupan 5 program >		
	 50%, jumlah kader 5 orang atau lebih, ada program tambahan 		
	 dan dana sehat telah menjangkau >50% Kepala keluarga.
Anda telah selesai mempelajari kegiatan belajar 1, apakah Anda sudah paham? Apa
yang dapat Anda petik dari materi tersebut ? Coba Anda tuliskan pada kolom berikut.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………….
Jika sudah paham kerjakan tes formatif, Anda bisa lanjut mempelajari Kegiatan Belajar
2 jika nilai Anda mencapai 80. Jika belum, pelajari kembali bagian – bagian yang belum
Anda pahami.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
30
Rangkuman
			 Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam rangka menumbuhkan mo-
tivasi pada masyarakat untuk ikut terlibat secara aktif dalam menemukan,
merencanakan dan memecahkan masalah, menggunakan sumber daya
atau potensi yang mereka miliki dalam upaya ke arah perubahan yang
positif terhadap kesehatan ibu dan anak.
			 Siaga maternal dan neonatal adalah suatu kesiapsiagaan bidan da-
lam memberdayakan masyarakat untuk mengatasi masalah–masalah ke-
gawatdaruratan pada ibu dan anak. Siaga meliputi : suami siaga, warga
siaga, dan bidan siaga.
			 Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau yang disebut den-
gan nama lain atau kelurahan yang penduduknya dapat mengakses dengan
mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari
melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada
di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu),
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.
Desa Siaga aktif juga meripakan desa yang penduduknya mengembang-
kan UKBM dan melaksanakan survailans berbasis masyarakat (meliputi pe-
mantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku),
kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan
lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS).
			 Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknnologi, dan pe-
layanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempu-
nyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak
dini. Posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pe-
layanan kesehatan dan KB.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
31
Evaluasi
Formatif
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat !!!
1.	 Upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam rangka menumbuhkan
motivasi pada masyarakat untuk ikut terlibat secara aktif dalam menemukan,
merencanakan dan memecahkan masalah, menggunakan sumber daya atau
potensi yang mereka miliki dalam upaya ke arah perubahan yang positif ter-
hadap kesehatan ibu dan anak disebut dengan…
a.	 Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
b.	 Penjaminan kesejahteraan masyarakat
c.	UKBM
d.	Posyandu
e.	Paguyuban
2.	 Ny. Tarno sedang hamil anak pertama. Usia kehamilan Ny. Tarno saat ini me-
masuki usia 7 bulan kehamilan. Saat di kamar mandi, Ny. Tarno terpeleset
jatuh dan mengalami perdarahan segar. Mengetahui sang istri mengalami
perdarahan, Pak Tarno segera membawa sang istri ke Rumah Sakit meng-
gunakan transportasi yang sebelumnya sudah disiapkan untuk keperluan
mendesak. Sikap Pak Tarno mencerminkan sikap…
a.	 Istri siaga
b.	 Keluarga siaga
c.	 Suami siaga
d.	 Desa siaga
e.	 Bidan siaga
3.	 Dari kasus di atas, sikap siaga yang ditunjukkan oleh Pak Tarno merupakan
kesigapan dalam komponen…
a.	Siap
b.	Antar
c.	Jaga
d.	Jemput
e.	Jalan
3.	 Kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian masalah maternal–neo-
natal oleh tokoh masyarakat dan kader setempat di bawah bimbingan bidan
desa disebut dengan …
a.	 Pendekatan Pembangunan Masyarakat Desa (PKMD)
b.	 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
c.	 Musyawarah Mufakat Desa (MMD)
d.	 Survei Mawas Diri (SMD)
e.	Surveilans
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
32
4.	 Upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,
oleh dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri
serta dapat mengembangan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, ses-
uai dengan sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan maternal– neonatal disebut
a.	 Pemberdayaan kesehatan maternal – neonatal
b.	 Promosi Kesehatan Maternal-Neonatal
c.	 Penggerakan kesehatan masyarakat
d.	 Musyawarah masyarakat desa
e.	 Survey mawas diri
5.	 Kebijakan nasional promosi kesehatan maternal-neonatal menetapkan tiga
strategi dasar promosi kesehatan maternal-neonatal yaitu …
a.	 Penggerakkan dan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi
b.	 Bina suasana, kemitraan, dan advokasi
c.	 Penggerakan dan pemberdayaan, bina suasana,dan komunikasi yang tepat
d.	 Advokasi, kemitraan, dan pendidikan kesehatan
e.	 Kebijakan, kemitraan, advokasi
6.	 Dalam rangka meningkatkan cakupan target imunisasi di daerah binaann-
ya, Bidan Dina melakukan pendekatan kepada pejabat yang berwenang di-
wilayahnya untuk diberlakukannya syarat “imunisasi lengkap” untuk anak
yang akan masuk ke Sekolah Dasar. Upaya yang dilakukan oleh Bidan Dina
merupakan promosi dalam bidang…
a.	 Bina suasana
b.	Keterbukaan
c.	Kesetaraan
d.	Kemitraan
e.	Advokasi
7.	 Bd. Devi ingin menerapkan sistem donor darah di desa binaannya, langkah
pertama yang harus ditempuh oleh Bd. Devi adalah…
a.	 Melakukan pemeriksaan golongan darah
b.	 Menginformasikan pentingnya donor darah
c.	 Kerjasama dengan Puskesmas setempat
d.	 Membuat daftar golongan darah bumil
e.	 Membuat daftar golongan darah semua penduduk
8.	 PHBS merupakan salah satu indikator bagi keberhasilan pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Yang termasuk dalam salah satu dari 10 ind-
ikator PHBS adalah…
a.	 Jumlah kader kesehatan
b.	 Adanya forum desa
c.	 Adanya posyandu
d.	 Perilaku merokok
e.	 Dana sehat
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
33
9.	 Desa Purnama merupakan salah satu Desa yang tergolong dalam Desa dan
Kelurahan dan Siaga Aktif. Mempunyai forum desa tapi belum berjalan, kader
kesehatan berjumlah 2 orang, terdapat kemudahan akses dalam pelayanan
kesehatan dasar, terdapat Posyandu dan Rumah tangga PHBS mencapai
20%. Desa Purnama termasuk dalam kategori Desa Siaga kriteria…
a.	Mandiri
b.	Purnama
c.	Madya
d.	Pratama
e.	Perdana
10.	 Berikut yang merupakan sasaran pokok dari pelayanan kesehatan di posyan-
du adalah…
a.	 Anak usia pra sekolah
b.	 Pasangan pra nikah
c.	 Ibu hamil
d.	Remaja
e.	Lansia
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
34
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Handajani, Sutjiati Dwi. 2012. Kebidanan Komunitas. Konsep dan Manajemen Asuhan.
Jakarta: EGC
Karwati. 2011. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Jakarta: Trans Info Media.
Meilani, Niken. 2013. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya.
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Buku Ajar: Kebidanan Komunitas. Teori dan Aplikasi dileng-
kapi Contoh Askeb. Yogyakarta: Nuha Medika.
Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
Syahlan. 1996. Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
35
Penutup
Dengan berakhirnya Kegiatan Belajar 4 ini maka berakhir pula modul 4 tentang pelaksa-
naan program. Selamat Anda telah menyelesaikan modul 4. Diharapkan dengan bera-
khirnya modul ini Anda akan dapat menguasai kompetensi yang diharapkan pada awal
kegiatan belajar.
Setelah menyelesaikan Modul 4 ini, maka berakhir pula modul tentang teori kebidanan
komunitas yang sebelumnya telah dijelaskan bahwa akan diselesaikan dalam 4 modul.
Selanjutnya Anda akan mempelajari tentang modul praktikum yang akan Anda pelajari
dalam 4 modul . Berikut merupakan cara perhitungan nilai untuk mengetahui ketun-
tasan belajar Anda:
SELAMAT MENGERJAKAN TEST AKHIR MODUL. KAMI YAKIN ANDA
PASTI BISA!! GOOD LUCK !!
1.	 Setiap akhir pertemuan selesai, kerjakan soal-soal test yang terse-
dia dan yakinkan bahwa Anda mampu menjawabnya tanpa mem-
baca materi lagi
2.	 Setelah Anda menjawab , maka lakukan koreksi dengan bantuan
kunci jawaban yang tersedia.
3.	 Lakukan penilaian untuk diri sendiri dengan cara :
					 Jumlah soal benar 		
	
					 Jumlah soal
4.	 Ketuntasan pembelajaran tercapai apabila Anda berhasil
mendapatkan nilai 80
5.	 Apabila Anda belum bisa mencapai nilai minimal 80, maka ulangi
lagi untuk mempelajari materi dan Anda bisa menanyakan pada
Tutor Anda dan kerjakanlah Tes Akhir Modul
6.	 Bila Anda sudah berhasil, maka lanjutkan untuk ke pertemuan
berikutnya dan bila selesai maka Anda dapat pindah ke modul
berikutnya
UNTUK MENGETAHUI KETUNTASAN BELAJAR,
ANDA DAPAT MENILAI
DIRI SENDIRI DENGAN CARA :
X 100
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
36
A.Kunci Jawaban
Kegiatan Belajar 1
1. A
2. C
3. B
4. D
5. A
6. E
7. B
8. D
9. D
10. C
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
37
Daftar
Gambar
http://1.bp.blogspot.com/-ASrT8cWGS2M/UG66I2NRYUI/AAAAAAAAAOQ/9bWhpYT-
dhQ8/s1600/101_4636.JPG
http://3.bp.blogspot.com/-kcxSTdu9DdU/UkKyH9oP_XI/AAAAAAAAGCA/h46dN8icB-
sM/s1600/pelayanan+kb+gratis+di+Dungaliyo.jpg
http://3.bp.blogspot.com/-T5ECZ82TxKo/UkLEigQs9yI/AAAAAAAAGCQ/Tfv03ICn61E/
s1600/pelayanan+kb+gratis1.jpg
http://2.bp.blogspot.com/-ImSd-slAxZ4/T7XBjAlIv8I/AAAAAAAAABg/sEuUjRfU2kg/
s1600/posyandu.jpg
http://3.bp.blogspot.com/-MKgWT902xhE/UwQckYEzhZI/AAAAAAAAAbc/sj5mf5A-
NOU4/s1600/IMG_20140208_112540.jpg
http://www.aipmnh.org/web_id/images/gallery/posyandu/posyandu_3.jpg
http://www.aipmnh.org/web_id/images/gallery/posyandu/posyandu_4.jpg
http://www.aipmnh.org/web_id/images/gallery/posyandu/posyandu_19.jpg
http://kknm.unpad.ac.id/kudangwangi/files/2014/01/senam2.jpg
http://2.bp.blogspot.com/-F13D9c5R-ak/T0w4_2OD4mI/AAAAAAAAAH8/Hz60ps-
jqX9k/s1600/Foto0139.jpg
http://bkn.go.id/kanreg03/images/stories/donor%20darah%201.jpg
http://www.koranindependen.com/wp-content/uploads/2015/02/IMG_3588.jpg
http://rsalramelan.tnial.mil.id/media/ugd/recover-room.jpg
http://3.bp.blogspot.com/-cS-n7cJx0T8/UXYxmb1S3cI/AAAAAAAAAxg/LGfn1L52e84/
s1600/desa+siaga+6.JPG
https://puskesmassungkai.files.wordpress.com/2012/12/img_0753.jpg
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS)
2015
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS)
2015

More Related Content

What's hot

Modul 3 kb 4 monitoring dan evaluasi
Modul 3 kb 4  monitoring dan evaluasiModul 3 kb 4  monitoring dan evaluasi
Modul 3 kb 4 monitoring dan evaluasipjj_kemenkes
 
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...pjj_kemenkes
 
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidanan
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidananModul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidanan
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidananpjj_kemenkes
 
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...pjj_kemenkes
 
Praktikum 3 Posyandu
Praktikum 3 PosyanduPraktikum 3 Posyandu
Praktikum 3 Posyandupjj_kemenkes
 
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)pjj_kemenkes
 
Modul 1 kb 1 konsep kebidanan, tugas dan tanggung jawab bidan di komunitas
Modul 1 kb 1 konsep kebidanan, tugas dan tanggung jawab bidan di komunitasModul 1 kb 1 konsep kebidanan, tugas dan tanggung jawab bidan di komunitas
Modul 1 kb 1 konsep kebidanan, tugas dan tanggung jawab bidan di komunitaspjj_kemenkes
 
3. asuhan antenatal dikomunitas
3. asuhan antenatal dikomunitas3. asuhan antenatal dikomunitas
3. asuhan antenatal dikomunitaspjj_kemenkes
 
Kb 4 monitoring dan evaluasi
Kb 4 monitoring dan evaluasiKb 4 monitoring dan evaluasi
Kb 4 monitoring dan evaluasipjj_kemenkes
 
Kerangka acuan kelas ibu hamil sdrja
Kerangka acuan kelas ibu hamil sdrjaKerangka acuan kelas ibu hamil sdrja
Kerangka acuan kelas ibu hamil sdrjaramanityaikhsanmaula
 
Kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan
Kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidananKb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan
Kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidananpjj_kemenkes
 
PERAN BIDAN DALAM PELAYANAN DI KOMUNITAS, FASKES DAN PRAKTIK MANDIRI
PERAN BIDAN DALAM PELAYANAN DI KOMUNITAS, FASKES DAN PRAKTIK MANDIRIPERAN BIDAN DALAM PELAYANAN DI KOMUNITAS, FASKES DAN PRAKTIK MANDIRI
PERAN BIDAN DALAM PELAYANAN DI KOMUNITAS, FASKES DAN PRAKTIK MANDIRINunik Endang
 
Makalah kebidanan komunitas pengembangan wahana forum pms
Makalah kebidanan komunitas pengembangan wahana  forum pmsMakalah kebidanan komunitas pengembangan wahana  forum pms
Makalah kebidanan komunitas pengembangan wahana forum pmsSentra Komputer dan Foto Copy
 
Konsep Kebidanan - Modul 1 kb 3
Konsep Kebidanan - Modul 1 kb 3Konsep Kebidanan - Modul 1 kb 3
Konsep Kebidanan - Modul 1 kb 3Uwes Chaeruman
 
Kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas
Kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifasKb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas
Kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifaspjj_kemenkes
 
Kb 1 peningkatan pelayanan antenatal
Kb 1 peningkatan pelayanan antenatalKb 1 peningkatan pelayanan antenatal
Kb 1 peningkatan pelayanan antenatalpjj_kemenkes
 
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbmModul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbmpjj_kemenkes
 
Proposal kebidanan 1
Proposal kebidanan 1Proposal kebidanan 1
Proposal kebidanan 1Septi Azhari
 
Praktikum 2 PWS-KIA
Praktikum 2 PWS-KIAPraktikum 2 PWS-KIA
Praktikum 2 PWS-KIApjj_kemenkes
 
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...pjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Modul 3 kb 4 monitoring dan evaluasi
Modul 3 kb 4  monitoring dan evaluasiModul 3 kb 4  monitoring dan evaluasi
Modul 3 kb 4 monitoring dan evaluasi
 
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...
Modul 2 kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan dan dan tanda bahaya...
 
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidanan
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidananModul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidanan
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidanan
 
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
Modul 2 kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas, bayi baru lahir, bayi, anak bal...
 
Praktikum 3 Posyandu
Praktikum 3 PosyanduPraktikum 3 Posyandu
Praktikum 3 Posyandu
 
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
 
Modul 1 kb 1 konsep kebidanan, tugas dan tanggung jawab bidan di komunitas
Modul 1 kb 1 konsep kebidanan, tugas dan tanggung jawab bidan di komunitasModul 1 kb 1 konsep kebidanan, tugas dan tanggung jawab bidan di komunitas
Modul 1 kb 1 konsep kebidanan, tugas dan tanggung jawab bidan di komunitas
 
3. asuhan antenatal dikomunitas
3. asuhan antenatal dikomunitas3. asuhan antenatal dikomunitas
3. asuhan antenatal dikomunitas
 
Kb 4 monitoring dan evaluasi
Kb 4 monitoring dan evaluasiKb 4 monitoring dan evaluasi
Kb 4 monitoring dan evaluasi
 
Kerangka acuan kelas ibu hamil sdrja
Kerangka acuan kelas ibu hamil sdrjaKerangka acuan kelas ibu hamil sdrja
Kerangka acuan kelas ibu hamil sdrja
 
Kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan
Kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidananKb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan
Kb 3 peningkatan penanganan komplikasi kebidanan
 
PERAN BIDAN DALAM PELAYANAN DI KOMUNITAS, FASKES DAN PRAKTIK MANDIRI
PERAN BIDAN DALAM PELAYANAN DI KOMUNITAS, FASKES DAN PRAKTIK MANDIRIPERAN BIDAN DALAM PELAYANAN DI KOMUNITAS, FASKES DAN PRAKTIK MANDIRI
PERAN BIDAN DALAM PELAYANAN DI KOMUNITAS, FASKES DAN PRAKTIK MANDIRI
 
Makalah kebidanan komunitas pengembangan wahana forum pms
Makalah kebidanan komunitas pengembangan wahana  forum pmsMakalah kebidanan komunitas pengembangan wahana  forum pms
Makalah kebidanan komunitas pengembangan wahana forum pms
 
Konsep Kebidanan - Modul 1 kb 3
Konsep Kebidanan - Modul 1 kb 3Konsep Kebidanan - Modul 1 kb 3
Konsep Kebidanan - Modul 1 kb 3
 
Kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas
Kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifasKb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas
Kb 4 peningkatan pelayanan ibu nifas
 
Kb 1 peningkatan pelayanan antenatal
Kb 1 peningkatan pelayanan antenatalKb 1 peningkatan pelayanan antenatal
Kb 1 peningkatan pelayanan antenatal
 
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbmModul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
Modul 4 kb 3 mtbs atau mtbm
 
Proposal kebidanan 1
Proposal kebidanan 1Proposal kebidanan 1
Proposal kebidanan 1
 
Praktikum 2 PWS-KIA
Praktikum 2 PWS-KIAPraktikum 2 PWS-KIA
Praktikum 2 PWS-KIA
 
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...
 

Viewers also liked

Bagian Awal Proposal Laporan Tugas Akhir
Bagian Awal Proposal Laporan Tugas AkhirBagian Awal Proposal Laporan Tugas Akhir
Bagian Awal Proposal Laporan Tugas Akhirpjj_kemenkes
 
Kb 3 memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi, anemia dan imunisas
Kb 3 memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi, anemia dan imunisasKb 3 memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi, anemia dan imunisas
Kb 3 memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi, anemia dan imunisaspjj_kemenkes
 
kusta dengan pelayanan dokter keluarga
kusta dengan pelayanan dokter keluargakusta dengan pelayanan dokter keluarga
kusta dengan pelayanan dokter keluarganliyanaramli
 
Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan
Anatomi Fisiologi Sistem PersarafanAnatomi Fisiologi Sistem Persarafan
Anatomi Fisiologi Sistem Persarafanpjj_kemenkes
 
Dasar-Dasar Anatomi
Dasar-Dasar AnatomiDasar-Dasar Anatomi
Dasar-Dasar Anatomipjj_kemenkes
 
Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin
Anatomi dan Fisiologi Sistem EndokrinAnatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin
Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrinpjj_kemenkes
 
Sistem Integumen dan Muskuloskeletal
Sistem Integumen dan MuskuloskeletalSistem Integumen dan Muskuloskeletal
Sistem Integumen dan Muskuloskeletalpjj_kemenkes
 
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)pjj_kemenkes
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihanpjj_kemenkes
 
Sistem Penginderaan
Sistem PenginderaanSistem Penginderaan
Sistem Penginderaanpjj_kemenkes
 
Acuan Praktik Laboratorium Klinik
Acuan Praktik Laboratorium Klinik Acuan Praktik Laboratorium Klinik
Acuan Praktik Laboratorium Klinik pjj_kemenkes
 
M1 praktikum kehamilan 1
M1 praktikum kehamilan 1M1 praktikum kehamilan 1
M1 praktikum kehamilan 1pjj_kemenkes
 
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan Cairan dan ElektrolitKeseimbangan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan Cairan dan Elektrolitpjj_kemenkes
 
Sistem Kardiovaskuler dan Peredaran darah, Sistem Limfatik dan Pertahanan Tubuh
Sistem Kardiovaskuler dan Peredaran darah, Sistem Limfatik dan Pertahanan TubuhSistem Kardiovaskuler dan Peredaran darah, Sistem Limfatik dan Pertahanan Tubuh
Sistem Kardiovaskuler dan Peredaran darah, Sistem Limfatik dan Pertahanan Tubuhpjj_kemenkes
 
Peran dan Fungsi Bidan
Peran dan Fungsi BidanPeran dan Fungsi Bidan
Peran dan Fungsi Bidanpjj_kemenkes
 
Penyusunan Laporan Tugas Akhir
Penyusunan Laporan Tugas AkhirPenyusunan Laporan Tugas Akhir
Penyusunan Laporan Tugas Akhirpjj_kemenkes
 

Viewers also liked (20)

Bagian Awal Proposal Laporan Tugas Akhir
Bagian Awal Proposal Laporan Tugas AkhirBagian Awal Proposal Laporan Tugas Akhir
Bagian Awal Proposal Laporan Tugas Akhir
 
Kb 3 memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi, anemia dan imunisas
Kb 3 memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi, anemia dan imunisasKb 3 memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi, anemia dan imunisas
Kb 3 memeriksa dan mengklasifikasikan status gizi, anemia dan imunisas
 
kusta dengan pelayanan dokter keluarga
kusta dengan pelayanan dokter keluargakusta dengan pelayanan dokter keluarga
kusta dengan pelayanan dokter keluarga
 
Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan
Anatomi Fisiologi Sistem PersarafanAnatomi Fisiologi Sistem Persarafan
Anatomi Fisiologi Sistem Persarafan
 
Dasar-Dasar Anatomi
Dasar-Dasar AnatomiDasar-Dasar Anatomi
Dasar-Dasar Anatomi
 
Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin
Anatomi dan Fisiologi Sistem EndokrinAnatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin
Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin
 
Sistem Integumen dan Muskuloskeletal
Sistem Integumen dan MuskuloskeletalSistem Integumen dan Muskuloskeletal
Sistem Integumen dan Muskuloskeletal
 
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan (Respirasi)
 
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran PerkemihanAnatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
Anatomi dan Fisiologi Ginjal dan Saluran Perkemihan
 
Sistem Penginderaan
Sistem PenginderaanSistem Penginderaan
Sistem Penginderaan
 
Acuan Praktik Laboratorium Klinik
Acuan Praktik Laboratorium Klinik Acuan Praktik Laboratorium Klinik
Acuan Praktik Laboratorium Klinik
 
M1 praktikum kehamilan 1
M1 praktikum kehamilan 1M1 praktikum kehamilan 1
M1 praktikum kehamilan 1
 
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan Cairan dan ElektrolitKeseimbangan Cairan dan Elektrolit
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
 
Sistem reproduksi
Sistem reproduksiSistem reproduksi
Sistem reproduksi
 
Sistem Kardiovaskuler dan Peredaran darah, Sistem Limfatik dan Pertahanan Tubuh
Sistem Kardiovaskuler dan Peredaran darah, Sistem Limfatik dan Pertahanan TubuhSistem Kardiovaskuler dan Peredaran darah, Sistem Limfatik dan Pertahanan Tubuh
Sistem Kardiovaskuler dan Peredaran darah, Sistem Limfatik dan Pertahanan Tubuh
 
Peran dan Fungsi Bidan
Peran dan Fungsi BidanPeran dan Fungsi Bidan
Peran dan Fungsi Bidan
 
Kb 1
Kb 1Kb 1
Kb 1
 
Kb 1
Kb 1Kb 1
Kb 1
 
Penyusunan Laporan Tugas Akhir
Penyusunan Laporan Tugas AkhirPenyusunan Laporan Tugas Akhir
Penyusunan Laporan Tugas Akhir
 
Kb 2
Kb 2Kb 2
Kb 2
 

Similar to PEMBERDAYAAN

Modul 1 kb 4 asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
Modul 1 kb 4 asuhan  bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitasModul 1 kb 4 asuhan  bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
Modul 1 kb 4 asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitaspjj_kemenkes
 
KB 2 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Usia Sekolah
KB 2 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Usia SekolahKB 2 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Usia Sekolah
KB 2 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Usia Sekolahpjj_kemenkes
 
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan MasyarakatPemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Masyarakatpjj_kemenkes
 
KB 1 AsKep Komunitas pada Kelompok Balita
KB 1 AsKep Komunitas pada Kelompok BalitaKB 1 AsKep Komunitas pada Kelompok Balita
KB 1 AsKep Komunitas pada Kelompok Balitapjj_kemenkes
 
Kb 1 konsep keperawatan komunitas
Kb 1 konsep keperawatan komunitasKb 1 konsep keperawatan komunitas
Kb 1 konsep keperawatan komunitaspjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Kb 1 as kep komunitas pada kelompok balita
Kb 1 as kep komunitas pada kelompok balitaKb 1 as kep komunitas pada kelompok balita
Kb 1 as kep komunitas pada kelompok balitapjj_kemenkes
 
Kb 2 as kep komunitas pada kelompok khusus usia sekolah
Kb 2 as kep komunitas pada kelompok khusus usia sekolahKb 2 as kep komunitas pada kelompok khusus usia sekolah
Kb 2 as kep komunitas pada kelompok khusus usia sekolahpjj_kemenkes
 
KB 3 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Remaja
KB 3 AsKep Komunitas pada kelompok khusus RemajaKB 3 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Remaja
KB 3 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Remajapjj_kemenkes
 
Pendidikan kesehatan masyarakat
Pendidikan kesehatan masyarakatPendidikan kesehatan masyarakat
Pendidikan kesehatan masyarakatpjj_kemenkes
 
Kb 4 proses komunitas -
Kb 4   proses komunitas -Kb 4   proses komunitas -
Kb 4 proses komunitas -pjj_kemenkes
 
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan ReproduksiKB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksipjj_kemenkes
 
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan GenderKB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Genderpjj_kemenkes
 
Modul mpi 5 pemberdayaan masyarakat_29 okt 2020 fina_lok
Modul  mpi 5 pemberdayaan masyarakat_29 okt 2020 fina_lokModul  mpi 5 pemberdayaan masyarakat_29 okt 2020 fina_lok
Modul mpi 5 pemberdayaan masyarakat_29 okt 2020 fina_lokBidangTFBBPKCiloto
 
Kb 2 peran dan fungsi perawat komunitas
Kb 2 peran dan fungsi perawat komunitasKb 2 peran dan fungsi perawat komunitas
Kb 2 peran dan fungsi perawat komunitaspjj_kemenkes
 
KB 4 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Pekerja
KB 4 AsKep Komunitas pada kelompok khusus PekerjaKB 4 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Pekerja
KB 4 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Pekerjapjj_kemenkes
 

Similar to PEMBERDAYAAN (20)

Modul 1 kb 4 asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
Modul 1 kb 4 asuhan  bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitasModul 1 kb 4 asuhan  bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
Modul 1 kb 4 asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
 
KB 2 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Usia Sekolah
KB 2 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Usia SekolahKB 2 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Usia Sekolah
KB 2 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Usia Sekolah
 
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan MasyarakatPemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan Masyarakat
 
KB 1 AsKep Komunitas pada Kelompok Balita
KB 1 AsKep Komunitas pada Kelompok BalitaKB 1 AsKep Komunitas pada Kelompok Balita
KB 1 AsKep Komunitas pada Kelompok Balita
 
Kb 1 konsep keperawatan komunitas
Kb 1 konsep keperawatan komunitasKb 1 konsep keperawatan komunitas
Kb 1 konsep keperawatan komunitas
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Kb 1 as kep komunitas pada kelompok balita
Kb 1 as kep komunitas pada kelompok balitaKb 1 as kep komunitas pada kelompok balita
Kb 1 as kep komunitas pada kelompok balita
 
Kb 2 as kep komunitas pada kelompok khusus usia sekolah
Kb 2 as kep komunitas pada kelompok khusus usia sekolahKb 2 as kep komunitas pada kelompok khusus usia sekolah
Kb 2 as kep komunitas pada kelompok khusus usia sekolah
 
KB 3 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Remaja
KB 3 AsKep Komunitas pada kelompok khusus RemajaKB 3 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Remaja
KB 3 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Remaja
 
Makalah kesmas
Makalah kesmasMakalah kesmas
Makalah kesmas
 
Pendidikan kesehatan masyarakat
Pendidikan kesehatan masyarakatPendidikan kesehatan masyarakat
Pendidikan kesehatan masyarakat
 
Makalah kesmas AKBID PARAMATA RAHA
Makalah kesmas AKBID PARAMATA RAHA Makalah kesmas AKBID PARAMATA RAHA
Makalah kesmas AKBID PARAMATA RAHA
 
Kb 4 proses komunitas -
Kb 4   proses komunitas -Kb 4   proses komunitas -
Kb 4 proses komunitas -
 
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan ReproduksiKB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
 
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan GenderKB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
 
Modul mpi 5 pemberdayaan masyarakat_29 okt 2020 fina_lok
Modul  mpi 5 pemberdayaan masyarakat_29 okt 2020 fina_lokModul  mpi 5 pemberdayaan masyarakat_29 okt 2020 fina_lok
Modul mpi 5 pemberdayaan masyarakat_29 okt 2020 fina_lok
 
Kb 2 peran dan fungsi perawat komunitas
Kb 2 peran dan fungsi perawat komunitasKb 2 peran dan fungsi perawat komunitas
Kb 2 peran dan fungsi perawat komunitas
 
Makalah pola hidup sehat dan bersih
Makalah pola hidup sehat  dan bersihMakalah pola hidup sehat  dan bersih
Makalah pola hidup sehat dan bersih
 
KB 4 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Pekerja
KB 4 AsKep Komunitas pada kelompok khusus PekerjaKB 4 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Pekerja
KB 4 AsKep Komunitas pada kelompok khusus Pekerja
 

More from pjj_kemenkes

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakpjj_kemenkes
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatan
 

Recently uploaded

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 

Recently uploaded (19)

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 

PEMBERDAYAAN

  • 1. ASKEB KOMUNITAS MODUL PELAKSANAAN PROGRAM Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 Rahayu Budi Utami Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) SEMESTER 5 KEGIATAN BELAJAR I SIAGA MATERNAL DAN NEONATAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan i Kata Pengantar Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya kami dapat menyelesaikan Modul Asuhan Kebidanan Komunitas ini. Modul ini disusun dengan harapan dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas bagi mahasiswa yang mengikuti Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan modul ini. Kami menyadari keterbatasan kami selaku penulis, oleh karena itu demi pengembangan kreatifitas dan penyempurnaan modul ini, kami mengharapkan saran dan masukan dari pembaca maupun para ahli, baik dari segi isi, istilah serta pemaparannya. Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan usulan penelitian ini. Akhir kata, semoga modul ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca. Aamiin. Pontianak, Maret 2014 PENULIS Gambar : Pengecekan cabang bayi
  • 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 1 Pendahuluan Saat ini Anda sudah mulai memasuki Modul 4 Asuhan Kebidanan Komunitas. Modul ini merupakan modul terakhir yang membahas tentang teori Asuhan Kebidanan Komunitas. Untuk modul berikutnya Anda akan mulai mempelajari Modul Praktikum. Pada modul yang lalu Anda telah mempelajari tentang Monitoring dan Evaluasi dalam Asuhan Kebidanan Komunitas, sekarang Anda akan mempelajari tentang program-pro- gram pemerintah berkaitan dengan kebidanan komunitas. Sasaran utama kebidanan komunitas adalah kesehatan ibu dan anak balita yang berada didalam keluarga dan masyarakat. Bidan memandang pasiennya sebagai makh- luk sosial yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, sosial budaya dan lingkungan sekitarnya. Kesehatan ibu dan anak tidak hanya sensitive dalam menentukan pembangunan kesehatan suatu Negara, tetapi juga merupakan in- vestasi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia dimasa datang. Bidan merupakan tenaga kesehatan terdepan yang berperan aktif di Desa Siaga. Bidan harus mampu memberdayakan masyarakat untuk siaga maternal–neonatal, membantu masyarakat dalam mengenali masalah kesehatan maternal–neonatal dan menangani kegawatdaruratan maternal dan neonatal. Penggerakan dan pemberdayaan masayarakat juga merupakan proses informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tahu atau sadar dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan. Sasaran utama dari penggerakan dan pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok masyarakat. Modul 4 berjudul program program pemerintah berkaitan dengan kebidanan komuni- tas, modul ini akan memberikan pemahaman kepada Anda tentang pelaksanan pro- gram – program pemerintah berkaitan dengan kebidanan komunitas. Modul ini dikemas dalam empat kegiatan belajar dan seluruhnya diberikan alokasi 6 jam pembelajaran, yang disusun dengan urutan sebagai berikut: Kegiatan Belajar 1 : Pemberdayaan Masyarakat dalam Siaga Maternal Neonatal Kegiatan Belajar 2 : Kelas Ibu (Bumil, Bufas, dan Balita) Buku Kia, stiker P4K Kegiatan Belajar 3 : MTBS/MTBM Kegiatan Belajar 4 : Dokumentasi Dalam mempersiapkan bidan yang terampil di Desa Siaga, khususnya Siaga ma- ternal dan neonatal, Institusi Pendidikan Kebidanan perlu menyiapkan sumber daya manusia kesehatan (bidan) yang kompeten, yang mampu menggalang kemitraan den- gan lintas sektor dan lintas program, baik teknis maupun menejerial. Sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar yang terstandar untuk mempersiapkan tenaga bidan khususnya siaga maternal dan neonatal di desa SIAGA diperlukan bahan ajar siaga ma- ternal dan neonatal.
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 2 Kegiatan Belajar 1 Tujuan Pembelajaran Umum Sekarang kita masuki Kegiatan Belajar I. Kegiatan Belajar ini akan membahas ten- tang pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal-neonatal. Pemberdayaan mas- yarakat merupakan proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif untuk memu- lai proses kegiatan sosial untuk perbaikan situasi dan konsidi diri sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai pemberdayaan masyarakat apabila kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek. Disini subyek merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat atau obyek saja. Pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan neonatal diprogramkan oleh pemerintah melalui desa siaga. Disini Anda akan dijelaskan tentang segala sesuatu mengenai siaga maternal dan neonatal. Di akhir kegiatan belajar Anda akan diberikan tes formatif yang akan menguji apakah Anda bisa lanjut pada Kegiatan Belajar berikutn- ya. Tujuan Pembelajaran Khusus PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM SIAGA MATERNAL DAN NEONATAL Setelah menyelesaikan Unit kegiatan belajar 1 diharapkan Anda dapat memahami pro- gram program pemerintah berkaitan dengan kebidanan komunitas salah satu nya ada- lah memberdayakan masyarakat dalam siaga maternal–neonatal. Sebelum mencapai tujuan yang dijelaskan sebelumnya, terlebih dahulu Anda harus mampu: 1. Menjelaskan konsep penggerakan dan pemberdayaan masyarakat. 2. Menjelaskan konsep siaga maternal–neonatal. 3. Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan neonatal. 4. Komponen penyelenggaraan penggerakan dan pemberdayaan siaga maternal– neonatal. 5. Menjelaskan tentang desa siaga 6. Menjelaskan tentang posyandu
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 3 Pokok - Pokok Materi Untuk memahami tentang pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal, yang Anda harus pahami terlebih dahulu adalah : 1. Konsep penggerakan dan pemberdayaan masyarakat. 2. Konsep siaga maternal dan neonatal. 3. Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan neonatal. 4. Komponen penyelenggaraan penggerakan dan pemberdayaan siaga maternal– neonatal. 5. Desa Siaga 6. Posyandu
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 4 Uraian Materi a. Tujuan Anda mungkin penasaran mengapa penggerakan dan pemberdayaan masyarakat ini perlu dilakukan. Jika penggerakan dan pemberdayaan masyarakat ini berhasil dilakukan maka kemandirian masyarakat dan keluarga dalam bidang kesehatan akan meningkat sehingga masyarakat dapat memberikan andil dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan anak. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut ada beberapa tujuan khusus yang harus dicapai, yaitu: 1) Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam bidang kesehatan ibu dan anak. 2) Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat. 3) Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan masyarakat. a. Pengertian Anda mungkin pernah mendengar tentang pengggerakan dan pemberdayaan masyarakat. Berikut akan dibahas tentang pengertian penggerakan dan pemberdayaan guna masyarakat. 1. KonsepPenggerakandanPemberdayaanMasyarakat Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam rangka menumbuhkan motivasi pada masyarakat untuk ikut terlibat secara aktif dalam menemukan, merencanakan dan memecahkan masalah, menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki dalam upaya ke arah perubahan yang positif terhadap kesehatan ibu dan anak. APA YANG DIMAKSUD? 2. Konsep Siaga Maternal–Neonatal Setelah mengetahui konsep penggerakan dan pemberdayaan masyarakat, sekarang kita akan membahas tetang konsep siaga maternal dan neonatal. a. Pengertian Coba Anda perhatikan gambar di bawah ini:
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 5 Gambar 1. Suami Siaga Gambar di atas merupakan salah satu poster promosi kesehatan yang dapat Anda temukan di pusat-pusat pelayanan kesehatan. Dari poster di atas terdapat kata “siaga”. Sebenarnya apa arti dibalik kata siaga? Apa pula arti siaga maternal dan neonatal? Berikut akan kita bahas satu persatu. Siaga maternal dan neonatal adalah suatu kesiapsiagaan bidan dalam memberdayakan masyarakat untuk mengatasi masalah– masalah kegawatdaruratan pada ibu dan anak. Siaga meliputi : suami siaga, warga siaga, dan bidan siaga. APA YANG DIMAKSUD? Dalam siaga maternal dan neonatal terdapat 3 pelaku yang memegang peranan penting dalam terwujudnya konsep siaga maternal dan neonatal yaitu: suami, warga dan pelaku kesehatan yang dalam hal ini adalah bidan. Sebelum membahas siapa saja pelaku yang perlu siaga, kita bahas dulu arti lain dibalik kata “siaga”. Siaga merupakan singkatan dari: Siap–Antar–Jaga.
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 6 Pencatatan ibu hamil di lingkungannya Tabulin dan Dasolin Donor Darah Dampingi istri ke bidan untuk periksa kehamilan Waspada dan bertindak jika melihat tanda bahaya Transportasi Temani ibu hamil pada saat dan setelah peralinan Gambar 2. Arti Kata “SIAGA” Kemuudian kita cari tahu dulu apa itu suami Siaga? Suami siaga adalah kesiapsiagaan seorang suami dengan istri yang sedang hamil/ melahirkan/ nifas dan bayi untuk mewaspadai setiap risiko yang muncul, menjaga agar istri tidak melakukan hal–hal yang mengganggu kesehatannya dan segera mengantar ke tempat rujukan terdekat bila ada tanda–tanda komplikasi kehamilan/ persalinan/ nifas dan bayi. Warga siaga adalah kesiapsiagaan warga secara bergotong royong untuk membantu ibu hamil/ melahirkan/ nifas dan bayi dalam menghadapi masalah, faktor risiko dan kegawatdaruratan. Bidan siaga adalah kesiapsiagaan bidan agar selalu mudah dijangkau dan siap membantu ibu hamil/ melahirkan/ nifas dan bayi, menangani masalah dan mengantarnya ke fasilitas rujukan bila diperlukan dan selalu menjaga mutu pelayanan sebaik–baiknya. b. Tujuan Adapun tujuan siaga maternal dan neonatal ini adalah untuk menjaga kesehatan masyarakat terutama untuk mencegah kematian ibu dan bayi dengan mengutamakan kebutuhan, kepentingan dan tindakan yang didasarkan atas pilihan dan kemampuan masyarakat sendiri.
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 7 3. Pemberdayaan dan Penggerakan Masyarakat dalam Siaga Maternal–Neonatal Anda telah mengetahui apa itu penggerakan dan pemberdayaan masyarakat. Anda juga telah membahas tentang konsep siaga maternal dan neonatal. Sekarang kita akan membahas tentang pemberdayaan dan penggerakan masyarakat dalam siaga maternal dan neonatal. a. Prinsip–prinsip dan ciri–ciri penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal–neonatal 1) Prinsip–prinsip : (a) Bertolak dari kebutuhan masyarakat. (b) Menumbuhkembangkan sumberdaya / kemampuan yang ada di masyarakat. (c) Menumbuhkan dan atau mengembangkan peran serta masyarakat dalam kesehatan ibu dan anak. (d) Mengembangkan semangat gotong–royong dalam pembangunan kesehatan ibu dan anak. (e) Bekerja bersama masyarakat. (f) Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan yang ada di masyarakat. (g) Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat. 2) Ciri–ciri penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal–neonatal (a) Upaya yang berlandaskan pada penggerakan dan pemberdayaan masyarakat. (b) Adanya kemampuan/kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri (tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dana masyarakat, sarana dan materi, pengetahuan, teknologi dan pengambilan keputusan). (c) Kegiatan yang segala sesuatunya diatur oleh masyarakat secara sukarela. b. Strategi penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal–neonatal melalui kemitraan, dalam menggerakan dan memberdayakan masyarakat perlu strategi sebagai berikut: 1) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan maternal–neonatal. 2) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfatkan fasilitas pelayanan kesehatan maternal–neonatal yang telah disediakan oleh pemerintah. 3) Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan maternal–neonatal. 4) Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan maternal– neonatal yang sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat. 5) Mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat secara terbuka dan transparan. 6) Yang perlu diperhatikan dalam strategi penggerakan dan pemberdayaan masyarakat : bukan memaksa masyarakat tetapi atas kesadarannya sendiri.
  • 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 8 c. Pokok–pokok kegiatan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal–neonatal 1) Pokok–pokok kegiatan. Untuk kegiatan di tingkat desa, penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan Pendekatan Pembangunan Masyarakat Desa (PKMD) yang berbasis kesehatan maternal–neonatal melalui tahapan pendekatan kepada tokoh masyarakat dan penemuan masalah kesehatan maternal–neonatal. (a) Penyamaan persepsi tentang permasalahan kesehatan maternal–neonatal yang ada di masyarakat dan perencanaan kegiatan untuk pemecahan masalah. Tahapan penyamaan persepsi dan perencanaan kegiatan untuk pemecahan masalah kesehatan maternal–neonatal yang telah diketemukan dilakukan dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh semua tokoh masyarakat dan kader kesehatan. Diharapkan ada kesepakatan tentang bentuk–bentuk kegiatan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah kesehatan maternal–neonatal yang telah ditemukan. (b) Pelaksanaan rencana kegiatan. Pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan bersama dilakukan semaksimal mungkin oleh masyarakat setempat dengan menggunakan sumber daya yang ada di masyarakat, sedangkan bantuan dari pihak luar hanya bersifat rangsangan atau pelengkap. (c) Pembinaan dan pengembangan. Pembinaan dan pengembangan kegiatan di tingkat desa dilakukan oleh tokoh– tokoh masyarakat seperti kepala desa, kepala dusun, ketua RT/RW, ketua PKK, tokoh agama, dan sebagainya. Dengan adanya kegiatan pembinaan dan pengembangan ini diharapkan masyarakat tetap memiliki semangat untuk melakukan pembangunan kesehatan maternal–neonatal di lingkungannya. 2) Langkah–langkah kegiatan. Pembinaan peran serta masyarakat tingkat desa merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berurutan, berkesinambungan dan saling terkait. Langkah–langkah kegiatan penggerakan dan pemberdayaan siaga maternal–neonatal meliputi : (a) Pertemuan Tingkat Desa Pertemuan tingkat desa merupakan langkah awal dari kegiatan pembinaan yang didakan dengan tujuan menyiapkan tokoh masyarakat dalam menyamakan persepsi tentang masalah–masalah kesehatan maternal–neonatal, agar mampu danmaumengatasipermasalahannyasendirisecaraswadayasebataskemampuannya sebagai upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Tempatnya bisa menggunakan balai desa atau tempat pertemuan lainnya yang disepakati. Pertemuan ini dihadiri oleh aparat kecamatan, kepala puskesmas dan staf, aparat desa, bidan desa, kader desa, pimpinan LSM, pemuka masyarakat dan dilaksanakan sesuai dengan kesediaan dan kondisi desa yang bersangkutan. Langkah pelaksanaannya sebagai berikut: (1) Diatur berdasarkan petunjuk dan hasil pertemuan tingkat desa. (2) Pertemuan dibuka oleh kepala desa. (3) Bidan desa sebagai pembicara untuk menjelaskan masalah–masalah siaga maternal–neonatal. (4) Diskusi bersama tentang langkah kegiatan survey mawas diri (SMD). (b) Survey Mawas Diri (SMD)
  • 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 9 Survey Mawas Diri adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian masalah maternal–neonatal oleh tokoh masyarakat dan kader setempat di bawah bimbingan bidan desa. Tujuan dilaksanakannya SMD ini adalah agar masyarakat melakukan SMD sehingga timbul minat dan kesadaran mayarakat untuk mengetahui masalah maternal–neonatal. Pelaksanaannya bisa dilaksanakan di wilayah desa, dihadiri oleh kader masyarakat yang telah ditunjuk dalam pertemuan tingkat desa. SMD dapat dilakukan sesuai dengan hasil kesepakatan pada pertemuan desa. Berikut dijelaskan cara pelaksanaan SMD: (1) Bidan di desa dan kader yang ditugaskan melaksanakan SMD meliputi:  Penentuan sasaran, jumlah kepala keluarga dan lokasi.  Penentuan jenis informasi masalah kesehatan yang akan dikumpulkan.  Penentuan cara memperoleh informasi kesehatan.  Pembuatan instrumen/alat untuk memperoleh informasi kesehatan. (2) Kelompok pelaksana SMD dengan bimbingan bidan desa mengumpulkan informasi masalah kesehatan maternal–neonatal sesuai dengan yang telah direncanakan. (3) Kelompok pelaksana SMD dengan bimbingan bidan desa mengolah informasi masalah kesehatan maternal–neonatal yang telah dikumpulkan, sehingga diperoleh perumusan prioritas masalah kesehatan maternal–neonatal di wilayah desa. (c) Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) Gambar 3. Musyawarah Masyaraka Desa (MMD)
  • 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 10 Coba Anda perhatikan gambar di atas. Gambar di atas memperlihatkan bahwa terdapat sekelompok masyarakat yang berdiskusi membahas suatu masalah tertentu. Warga tersebut sedang melakukan MMD (Musyawarah Mayarakat Desa). Jadi dapat Anda simpulkan sendiri apa itu MMD? Musyawah Masyarakat Desa adalah pertemuan seluruh warga desa untuk membahas hasil SMD dan merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD. (1) Tujuan :  Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya.  Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan ibu dan anak melalui pelaksanaan siaga maternal–neonatal.  Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan ibu dan anak dan melaksanakan siaga maternal–neonatal. (2) Peserta : dihadiri oleh pemuka masyarakat desa, petugas puskesmas dan sektor terkait di tingkat desa. (3) Tempat : dilaksanakan di balai desa atau tempat pertemuan lain yang ada di desa. (4) Waktu : dilaksanakan segera setelah SMD. (5) Cara pelaksanaan  Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD dipimpin oleh kepala desa.  Pengenalan masalah kesehatan ibu dan anak oleh masyarakat sendiri melalui curah pendapat dengan mempergunakan alat peraga, poster dan lain–lain dipimpin oleh bidan desa.  Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD.  Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan ibu dan anak atas dasar pengenalan masalah dari hasil curah pendapat dan penyajian hasil SMD.  Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan ibu dan anak dipimpin oleh kepala desa.  Penutup. d. Kegiatan teknis penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal–neonatal 1) Pengamatan epidemiologi sederhana. Adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus–menerus terhadap masalah– masalah maternal–neonatal serta kondisi yang mempengaruhi masalah–masalah tersebut dan dapat melakukan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi pada penyelengggara program kesehatan maternal–neonatal. Langkah–langkah surveilans epidemiologi maternal–neonatal: a) Persiapan (1) Internal Untuk kelancaran kegiatan surveilans di desa dibutuhkan tenaga kesehatan yang mengerti dan memahami kegiatan surveilans. Untuk menyamakan persepsi dan tingkat pemahaman tentang surveilans diperlukan pelatihan surveilans bagi petugas, agar dapat berespon cepat terhadap kemungkinan adanya kegawatdaruratan maternal–neonatal yang dilaporkan oleh masyarakat. Sebagai panduan kegiatan maka petugas kesehatan perlu dibekali buku–buku pedoman atau petunjuk teknis surveilans. Dukungan sarana dan prasarana diperlukan untuk kegiatan surveilans seperti kendaraan bermotor, alat pelindung diri (APD), surveilans kit. Biaya juga diperlukan untuk kelancaran kegiatan, diperlukan untuk biaya transport petugas ke lapangan, pengadaan alat tulis untuk pengolahan dan analisa data, serta jika dianggap perlu sebagai insentif bagi petugas surveilans.
  • 13. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 11 (2) Eksternal Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan masyarakat, terutama tokoh masyarakat agar mereka tahu, mau, dan mampu mendukung pengembangan kegiatan surveilans berbasis masyarakat. Langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan agar mereka mau memberikan dukungan. Jika di desa tersebut terdapat kelompok–kelompok sosial seperti Lembaga Persatuan Pemuda (LPP), pramuka dan LSM dapat diajak untuk menjadi petugas surveilans bagi kegiatan surveilans di desa tersebut. (3) Survey Mawas Diri (SMD) Bertujuan agar masyarakat dengan bimbingan petugas mampu mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan anak yang ada di desanya. (4) Pembentukan kelompok kerja surveilans tingkat desa. Bertugas melaksanakan pengamatan dan pemantauan setiap saat secara terus menerus terhadap masalah kesehatan ibu dan anak di masyarakat dan kemungkinan adanya kegawatdaruratan, untuk kemudian dilaporkan kepada petugas kesehatan setempat (bidan). (5) Membuat perencanaan kegiatan surveilans Setelah kelompok kerja surveilans terbentuk maka tahap selanjutnya adalah membuat perencanaan kegiatan, meliputi: (a) Rencana pelatihan kelompok kerja surveilans oleh petugas kesehatan (b) Penentuan jenis surveilans masalah dan faktor risiko kesehatan ibu dan anak yang dipantau (c) Lokasi pengamatan dan pemantauan (d) Frekuensi pemantauan (e) Pembagian tugas/penetapan penanggung jawab lokasi pemantauan (f) Waktu pemantauan (g) Rencana sosialisasi kepada warga masyarakat b) Tahap pelaksanaan surveilans di tingkat desa (1) Pelaksanaan Surveilans oleh kelompok kerja surveilans desa Surveilans masalah kesehatan ibu dan anak oleh kelompok kerja surveilans desa dilakukan melalui kegiatan pengamatan dan pemantauan masalah, faktor risiko dan kemungkinan terjadinya kegawatdaruratan maternal–neonatal. Hasil pengamatan dan pemantauan dilaporkan secara berkala sesuai kesepakatan ke petugas kesehatan (bidan). Informasi yang disampaikan berupa; identitas, masalah dan faktor risiko kesehatan maternal–neonatal. (2) Pelaksanaan Surveilans oleh petugas Kegiatan surveilans di tingkat desa tidak terlepas dari peran aktif petugas kesehatan (bidan). Kegiatan surveilans yang dilakukan petugas kesehatan adalah: (a) Melakukan pengumpulan data masalah kesehatan ibu dan anak dari hasil kunjungan dan hasil laporan warga (b) Membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA dengan menggunakan data yang ada dalam bentuk data mingguan/bulanan. PWS merupakan bagian dari sistem kewaspadaan dini terhadap kegawatdaruratan maternal–neonatal. (c) Menyampaikan laporan/data kesehatan ibu dan anak secara berkala ke puskesmas (mingguan/bulanan). (d) Membuat pemetaan penyebaran masalah, faktor risiko kesehatan maternal–neonatal.
  • 14. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 12 (e) Memberikan informasi/rekomendasi secara berkala kepada kepala desa tentang masalah dan faktor risiko kesehatan maternal–neonatal pada pertemuan musyawarah masyarakat desa untuk mendapatkan solusi permasalahan yang dihadapi. (f) Memberikan respon cepat terhadap adanya kasus kegawatdaruratan. (g) Bersama masyarakat secara berkala dan terjadwal melakukan upaya preventif dan promotif. Surveilans epidemiologi maternal–neonatal adalah kegiatan pengamatan masalah kesehatan maternal–neonatal secara terus menerus dengan memperhatikan faktor risiko yang ada 2) Promosi Kesehatan Maternal–neonatal Promosi kesehatan maternal–neonatal adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta dapat mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan maternal– neonatal. Kebijakan nasional promosi kesehatan maternal–neonatal telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan maternal–neonatal yaitu; penggerakkan dan pemberdayaan, bina suasana dan advokasi. Ketiga strategi tersebut diperkuat oleh kemitraan serta metode dan komunikasi yang tepat. Strategi tersebut harus dilaksanakan secara lengkap dan berkesinambungan dalam mengubah perilaku baru masyarakat menjadi lebih baik yang diperlukan oleh program kesehatan maternal– neonatal. (a) Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat Adalah proses pemberian informasi dan berkesinambungan mengikuti perkembangan serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (knowledge), dari tahu menjadi mau (attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (practice). Sasaran utama penggerakan dan pemberdayaan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan maternal–neonatal adalah individu, keluarga serta kelompok masyarakat. Apabila masyarakat telah menyadari masalah kesehatan maternal–neonatal yang dihadapinya, maka perlu diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah tersebut. (b) Bina Suasana Adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan dalam status kesehatan maternal–neonatal. Tiga pendekatan bina suasana :
  • 15. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 13 (c) Advokasi Adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak– pihak yang terkait dalam rangka pelaksanaan siaga maternal. Advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (berbentuk peraturan perundang–undangan), dana, sarana dan sebagainya. (1) Tahapan–tahapan yang umumnya berlangsung pada diri sasaran advokasi masalah kesehatan maternal–neonatal adalah : • Mengetahui atau menyadari adanya masalah • Tertarik untuk ikut mengatasi masalah • Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan maternal–neonatal • Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah • Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
  • 16. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 14 (2) Bahan–bahan advokasi yang harus disiapkan dalam pelaksanaan siaga maternal– neonatal yaitu: • Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi • Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah • Memuat peran serta saran dalam pemecahan masalah • Berdasarkan kepada fakta atau evidence based • Dikemas secara menarik dan jelas • Sesuai dengan waktu yang tersedia Sebagaimana penggerakan, pemberdayaan dan bina suasana, advokasi akan lebih efektif dilaksanakan dengan prinsip kemitraan yaitu dengan membentuk advokasi atau forum kerja sama. (d) Kemitraan Kemitraan dalam pelaksanaan siaga maternal–neonatal harus digalang baik dalam rangka penggerakan dan pemberdayaan maupun bina suasana dan advokasi. Dengan demikian perlu pendekatan dengan individu–individu, keluarga, pejabat–pejabat atau instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan maternal–neonatal (lintas sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media dan lain–lain. Kemitraan yang digalang dalam pelaksanaan siaga maternal–neonatal harus berlandaskan pada tiga prinsip dasar : (1) Kesetaraan Kesetaraan berarti tidak diciptakan hubungan yang bersifat hirarkhis. Semua harus diawali dengan kesediaan menerima bahwa masing–masing berada dalam kedudukan yang sama (berdiri sama tinggi, duduk sama rendah). Keadaan ini dapat dicapai apabila semua pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan, yaitu hubungan yang dilandasi kebersamaan/kepentingan bersama. (2) Keterbukaan Di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari masing–masing pihak, sesuai fakta, tidak menutup–nutupi sesuatu. Pada awalnya mungkin hal ini akan menimbulkan diskusi yang seru layaknya “pertengkaran“. Tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan kebersamaan mendorong timbulnya solusi yang adil dari diskusi yang seru tadi. (3) Saling menguntungkan Solusi yang adil, terutama dikaitkan dengan keuntungan semua pihak yang terlibat. Perilaku sehat dan kegiatan–kegiatan kesehatan maternal–neonatal harus dapat dirumuskan keuntungan–keuntungannya bagi semua pihak yang terkait. Promosi kesehatan maternal–neonatal adalah upaya kesehatan agar perilaku masyarakat menjadi lebih baik, dari masyarakat tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau dan dari mampu dalam pemeliharaan kesehatan maternal–neonatal
  • 17. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 15 a. Unsur peningkatan pengetahuan masyarakat Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang SIAGA maternal–neonatal dapat dilakukan dengan memberikan informasi melalui pertemuan–pertemuan di masyarakat dengan melibatkan aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan kader desa sesuai dengan langkah–langkah penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui promosi kesehatan. b. Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal–neonatal Kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal–neonatal dapat dilakukan dengan cara mendorong warga agar SIAGA dalam setiap kondisi kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir, dan penanganannya dilakukan oleh seorang bidan yang terampil. Dalam hal ini kegiatannya meliputi: 1) Pencatatan ibu hamil di lingkungannya Sistem pencatatan dan pemberian tanda yang dikembangkan oleh warga untuk memberi informasi kepada warga tentang keberadaan dan kondisi ibu hamil di lingkungan mereka, disebut dengan sistem notifikasi (penandaan). Bentuk notifikasi yang dipilih bisa bermacam–macam, tergantung kreatifitas dan kemampuan warga, Pencatatan bisa dilakukan oleh warga dalam buku catatan ibu hamil yang dipegang dan diisi oleh fasilitator dan dikomunikasikan kepada pengurus SIAGA (bidan dan warga). 2) Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawat– daruratan Perhatikan gambar berikut! Bandingkan dengan gambar di bawah ini: BA Gambar 4. Tabulin dan Dasolin 4. Komponen penyelenggaraan penggerakan dan pemberdayaan SIAGA maternal–neonatal
  • 18. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 16 Setelah Anda bandingkan, dimana menurut Anda letak perbedaan dari makna kedua gambar di atas? Pada gambar A menunjukkan karikatur seorang suami yang mempersiapkan biaya untuk persalinan sang istri. Pada gambar B menunjukkan tidak hanya suami, tetapi petugas dan masyarakat sekitar juga ikut membantu dalam mempersiapkan keperluan ibu hamil dalam menghadapi persalinannya. Tapi siapa yang sebenarnya perlu untuk menabung? Atau sejak kapan sebenarnya tabungan ini dimulai? Mari kita bahas bersama. Ada dua jenis penyimpanan dana yang disiapkan untuk keperluan pembiayaan ibu hamil selama persalinannya yaitu tabulin dan dasolin: a) Tabungan Ibu Bersalin (TABULIN) Tabungan yang dibuat untuk perencanaan ibu bersalin dikenal dengan nama Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin). Tabulin adalah upaya menyisihkan uang atau barang berharga oleh ibu hamil yang disimpan oleh bidan atau pihak yang ditunjuk oleh masyarakat yang sewaktu–waktu dapat digunakan untuk biaya persalinan. Tahapan pembentukan tabulin adalah sebagai berikut: (1) Ibu yang sudah mengetahui kehamilannya diminta untuk mulai menabung untuk persalinannya. (2) Tabulin adalah juga tabungan keluarga, bukan hanya ibu tetapi suami juga bertanggung jawab menyisihkan uang untuk persalinan ibu. Terutama bagi keluarga yang berpenghasilan tunggal (hanya suami yang berpenghasilan). Jadi mintalah kesepakatan dari para suami. (3) Jika ibu hamil mengalami kesulitan untuk menyampaikan masalah ini kepada suaminya, maka anggota Siap Antar Jaga lain perlu membantu membicarakannya dengan para suami, misalnya dalam pertemuan–pertemuan desa, pertemuan para bapak ataupun pendekatan perorangan yang lebih akrab. (4) Waktu kelahiran biasanya sudah dapat diperhitungkan, jadi pasangan juga sudah dapat memperhitungkan kapan dana itu dibutuhkan. Jadi bagi warga yang tidak berpenghasilan tetap, tabulin dapat diperhitungkan dengan masa panen misalnya, atau penghasilan musiman lainnya. Tabungan juga bisa dalam bentuk lain, ternak misalnya. Namun harus diperhitungkan kapan waktu membeli ternak yang tepat, agar pada saat menjelang waktu persalinan ternak siap dijual dengan harga yang baik. (5) Tabulin dalam bentuk uang dapat disimpan di rumah, bank, atau pada ibu bidan. Tabulin ini dapat diisi secara mencicil. Tabulin yang disimpan pada ibu bidan dapat dilakukan setiap kali memeriksakan kehamilan. b) Dana Sosial Bersalin (DASOLIN) Selain ibu dan anggota keluarga, biaya untuk persalinan juga bisa didapat dari masyarakat warga tempat ibu tinggal. Dana yang bersumber dari warga lebih dikenal dengan nama dasolin.
  • 19. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 17 Dana sosial bersalin adalah upaya untuk mengumpulkan uang atau barang yang dapat dirupiahkan dari anggota masyarakat sebagai dana bantuan bagi ibu bersalin yang kurang mampu. Masyarakat akan menunjuk pengurus dasolin untuk mengelola dasolin. Tahapan Dasolin: - Buat pertemuan dengan masyarakat untuk mengidentifikasi potensi–potensi di desa yang dapat dijadikan dana cadangan masyarakat. Misalnya hasil bumi, kerajinan, atau barang lain yang bisa dirupiahkan dan dijadikan dasolin. - Dasolin dapat pula berupa uang yang dikumpulkan langsung dari warganya, jika mereka memang mampu mengumpulkan uang untuk ibu hamil secara rutin. Namun jika tidak mungkin dalam bentuk uang, maka mengumpulkan barang untuk dirupiahkan dapat menjadi alternatif. - Jika dasolin dikumpulkan dalam bentuk barang, maka perlu dibicarakan mengenai pendataannya, siap menyumbang apa dan berapa tafsiran harganya. Hal ini perlu disampaikan kepada warga agar tercipta keterbukaan. - Warga diminta memilih penanggung jawab dasolin ini. Sebaiknya penanggung jawab dasolin tidak dipegang oleh satu orang saja tetapi oleh tim kecil yang mampu mengelola dasolin. Hal ini juga penting untuk membangun sistem kontrol dan kepercayaan keluarga. 3) Mempersiapkan kelompok donor darah “Setetes Darah Anda, Nyawa Mereka” Kata-kata ini sering Anda lihat dan dengar pada berbagai macam poster yang ditempel di berbagai tempat. Bagi ibu hamil donor ini bahkan bernilai lebih, karena tidak hanya satu nyawa yang mungkin terancam bahaya melainkan dua, nyawa ibu dan bayi. Sistem donor darah adalah pranata untuk menjamin ketersediaan darah yang dikelola oleh masyarakat. Upaya ini membentuk kelompok penyedia darah bagi PMI agar ada ketersediaan darah yang dapat dipergunakan sewaktu–waktu. Tahapan pembentukan kelompok donor darah: - Fasilitasi warga untuk menyepakati pentingnya mengetahui golongan darah. - Jika warga belum mengetahui golongan darahnya, maka perlu dilakukan pemeriksaan golongan darah bagi seluruh warga yang memenuhi syarat untuk menjadi donor darah.
  • 20. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 18 - Hubungi pihak puskesmas untuk menyelenggarakan pemeriksaan darah. Jika puskesmas tidak mempunyai layanan pemeriksaan darah, maka mintalah puskesmas melakukan rujukan. Jika diperlukan hubungi unit transfusi darah Palang Merah Indonesia (PMI) terdekat. - Buatlah daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan waktu lahir, kumpulkan nama warga yang mempunyai golongan darah yang sama dengan ibu hamil. Catat nama dan alamat mereka ataupun cara menghubungi yang tercepat dari semua warga yang bergolongan darah sama dengan ibu hamil. - Usahakan semua ibu hamil memiliki daftar calon donor darah yang sesuai dengan golongan darahnya. - Buatlah kesepakatan dengan para calon donor darah untuk selalu siap 24 jam, sewaktu–waktu ibu hamil memerlukan transfusi. - Buat kesepakatan dengan Unit Transfusi Darah (UTD), agar para warga yang telah bersedia menjadi pendonor darah diprioritaskan untuk diambil darahnya, terutama transfusi bagi ibu bersalin yang membutuhkannya. 4) Mempersiapkan transportasi menuju tempat persalinan dan penanganan kegawatdaruratan (Ambulan Desa) Gambar 6. Ambulan Desa Ambulan desa adalah suatu alat transpotasi yang dapat digunakan untuk mengantarkan ibu hamil yang akan bersalin ke tempat pelayanan kesehatan, terutama jika ibu mengalami komplikasi yang memerlukan penanganan cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
  • 21. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 19 Ambulan desa tidak harus menyediakan sebuah kendaraan yang hanya dipakai saat akan mengantar pasien ke fasilitas kesehatan, tetapi dapat memberdayagunakan kendaraan milik warga sekitar yang bersedia kendaraannya dipakai sewaktu-waktu saat akan dibutuhkan. 5) Forum komunikasi Forum komunikasi merupakan suatu wadah di tingkat masyarakat untuk bertukar in- formasi dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang desa siaga khususnya siaga maternal–neonatal. c. Unsur Penunjang pelayanan kesehatan Maternal–neonatal Unsur penunjang pelayanan adalah wujud tekad pemerintah dalam bidang kesehatan dalam bentuk sarana prasarana dan kebijakan pemerintah daerah maupun desa dalam sistem pengelolaan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Bentuk dukungan tersebut bisa berupa : 1) Komitmen dari pemerintah (a) Kebijakan pemerintah yang berpihak pada masyarakat sebagai pengguna sarana kesehatan (b) Peraturan pemerintah daerah untuk menyediakan prasarana kesehatan, minimal satu polindes untuk setiap desa, satu bidan untuk setiap desa. 2) Dukungan dari masyarakat (a) Tokoh masyarakat dan tokoh agama diharapkan berpartisipasi dalam kegiatan SIA- GA maternal–neonatal dengan memberikan keteladanan dan dorongan akan pent- ingnya tabulin, dasolin, bank darah, kesiapan transportasi, dan forum komunikasi, sehingga kematian ibu dan bayi dapat dicegah dengan usaha bersama. (b) Suami ibu hamil diharapkan memiliki komitmen untuk menemani atau mengan- tar istrinya memeriksakan kehamilan ke bidan desa sehingga suami mengetahui perkembangan dan kondisi kehamilan istrinya, mendukung untuk bersalin pada bidan dan membantu mempersiapkan tabulin serta tidak lupa mengingatkan istrin- ya untuk memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali (satu kali pada triwulan perta- ma, satu kali triwulan kedua, dan dua kali triwulan ketiga). (c) Kepala desa diharapkan memiliki komitmen untuk membantu fasilitator desa dan masyarakat dalam melaksanakan SIAGA maternal dan neonatal. (d) Masyarakat harus membantu ibu hamil yang memerlukan bantuan, mengingatkan ibu hamil agar mempersiapkan hal–hal yang diperlukan dalam menuju proses per- salinan dan selalu SIAGA membantu jika diperlukan. (e) Pengurus desa harus berkomitmen untuk mengumpulkan iuran dasolin secara ru- tin, membantu ibu hamil yang memerlukan bantuan, mendorong masyarakat desa berperan serta aktif dalam SIAGA maternal–neonatal. (f) Media massa seperti radio, koran, maupun media tradisional seperti kesenian rakyat dapat membantu menyebarluaskan SIAGA maternal–neonatal.
  • 22. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 20 5. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif Anda telah membahas tentang pengertian siaga dan siapa saja pelaku yang di- harapkan untuk siaga. Perhatikan gambar di atas! Suami siaga, bidan siaga, dan warga siaga yang telah Anda bahas sebelumnya merupakan bagian dari desa siaga. Apa itu desa siaga? Berikut kita bahas bersama pengertiannya. Pengembangan Desa dan Kelu- rahan Siaga Aktif merupakan program lanjutan dan akselerasi dari program Pengem- bangan Desa Siaga yang sudah dimulai pada tahun 2006. Desa Siaga merupakan bentuk aplikasi dari penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui siaga maternal dan neonatal. Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan melalui pem- berdayaan masyarakat, yaitu upaya memfasilitasi proses belajar masyarakat desa dan kelurahan dalam memecahkan masalah-masalah kesehatannya. Gambar 7. Desa SIAGA Aktif Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau yang disebut dengan nama lain atau kelurahan, yang: a. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya. b. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan surveilans berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). APA YANG DIMAKSUD?
  • 23. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 21 a. Pelayanan Kesehatan Dasar Pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif diselenggarakan melalui berbagai UKBM, serta kegiatan kader dan masyarakat. Pelayanan ini selanjutnya didukung oleh sarana-sarana kesehatan yang ada seperti Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas, dan rumah sakit. Teknis pelaksanaan pelayanan mengacu kepada petunjuk-petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan dengan pengawasan dan bimbingan dari Puskesmas. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan primer, sesuai dengan kewenan- gan tenaga kesehatan yang bertugas. Pelayanan kesehatan dasar berupa: (1) Pe- layanan kesehatan untuk ibu hamil, (2) Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui, (3) Pelayanan kesehatan untuk anak, serta (4) Penemuan dan penanganan penderi- ta penyakit. b. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM Pemberdayaan masyarakat terus diupayakan melalui pengembangan UKBM yang ada di desa. Kegiatan difokuskan kepada upaya surveilans berbasis masyarakat, ke- daruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan. Surveilans berbasis masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan penyakit yang diselenggarakan oleh masyarakat (kader) dibantu oleh tenaga kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-kegia- tannya berupa: (1) Pengamatan dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku yang dapat menimbulkan masalah kese- hatan masyarakat, (2) Pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kepada petugas keseha- tan untuk respon cepat, (3) Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan, serta (4) Pelaporan kematian. Prinsip pemberdayaan masyarakat: 1) Menumbuhkembangkan kemampuan atau potensi masyarakat 2) Menumbuhkembangkan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan 3) Mengembangkan semangat gotong royong dalam pembangunan kesehatan 4) Bekerja sama masyarakat 5) Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan 6) Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat
  • 24. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 22 Kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah dan mengatasi bencana dan kedaru- ratan kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa: (1) Bimbingan dalam pencarian tempat yang aman untuk mengungsi,(2) Promosi kesehatan dan bimbingan mengatasi ma- salah kesehatan akibat bencana dan mencegah faktor-faktor penyebab masalah, (3) Bantuan/fasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban, pembuangan sampah/limbah, dan lain-lain) di tempat pengungsian, (4) Penyediaan relawan yang bersedia menjadi donor darah, dan (5) Pelayanan kesehatan bagi pe- ngungsi. Penyehatan lingkungan adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk menciptakan dan memelihara lingkungan desa/kelurahan dan permukiman agar terhindar dari penyakit dan masalah kesehatan, dengan berpedoman kepa- da petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa: (1) Promosi tentang pentingnya sanitasi dasar, (2) Bantuan/fasilitasi pemenuhan kebu- tuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban, pembuangan sampah dan limbah, dan lain-lain), dan (3) Bantuan/fasilitasi upaya pencegahan pencemaran lingkungan. Fasilitasi Identifikasi Masalah Pemantauan Dan Evaluasi Perumusan alternatif pemecahan Tetapkan dan laksanakan pemecahan masalah SIKLUS PEMECAHAN MASALAH Fasilitasi Fasilitasi Fasilitasi Bagan 1. Upaya pemberdayaan masyarakat melalui siklus pemecahan masalah Langkah-langkah utama pemberdayaan masyarakat melalui upaya pendampin- gan atau memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui siklus pemecahan masalah yang terorganisasi (pengorganisasian masyarakat)
  • 25. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 23 Tahap-Tahap siklus pemecahan masalah meliputi: 1) Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah 2) Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternative pemecahan masalah dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki 3) Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak, merencanakan dan melaksanakannya 4) Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya yang telah dilakukan Masyarakat di Desa atau Kelurahan Siaga Aktif wajib melaksanakan Perilaku Hid- up Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, kel- uarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kese- hatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatanmasyarakat. Yang menjadi salah satu indikator bagi keberhasilan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah PHBS yang dipraktikkan di tatanan rumah tangga. Akan tetapi untuk mencapai hal tersebut, PHBS harus dipraktikkan di tatanan mana pun pada saat seseorang sedang berada. Selain di tatanan rumah tangga, PHBS ha- rus dikembangkan dan dipraktikkan di tatanan-tatanan institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan sarana kesehatan. Untuk mengukur keberhasilan pembinaan PHBS di Rumah Tangga digunakan 10 (sepuluh) perilaku yang merupakan indikator yaitu (1) persalinan ditolong oleh tena- ga kesehatan, (2) memberi ASI eksklusif kepada bayi, (3) menimbang berat badan balita, (4) menggunakan air bersih, (5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, (6) menggunakan jamban sehat, (7) memberantas jentik nyamuk, (8) mengonsumsi sayur dan buah setiap hari, (9) melakukan aktivitas fisik setiap hari, (10) tidak mero- kok di dalam rumah. Pentahapan Desa Siaga : Atas dasar kriteria Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan pentahapan dalam pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, sehingga dapat dicapai tingkatan- tingkatan atau kategori Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif sebagai berikut.
  • 26. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 24 Dengan ditetapkannya tingkatan atau kategorisasi tersebut di atas, maka Desa Siaga dan Kelurahan Siaga yang saat ini sudah dikembangkan harus dievaluasi un- tuk menetapkan apakah masih dalam kategori Desa dan Kelurahan Siaga atau su- dah dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari tingkatan/kategori Desa dan Kelu- rahan Siaga Aktif.
  • 27. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 25 6. Posyandu Selain Desa Siaga bentuk lain wujud penggerakan dan pemberdayaaan mas- yarakat dalam siaga maternal dan neonatal adalah dengan diselenggarakannya Po- syandu. Menurut Nasrul Effendi dalam Runjati (2011) Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknnologi, dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan KB. Gambar 8. Posyandu
  • 28. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 26 Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi mas- yarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat dan oleh masyarakat yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari Puskesmas mengenai pe- layanan kesehatan dasar. Semula posyandu sekaligus memperoleh pelayanan KB dan kesehatan. Dalam pengembangannya, posyandu dapat dibina menjadi suatu forum komunikasi dan pelayanan dari masyarakat, antara sector yang memadukan kegiatan pembangunan sekitarnya dan kegiatan masyarakat dalam memecahkan masalahnya dalam alih teknologi. Tujuan pokok dari pelayanan posyandu adalah untuk: a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan AKB (Angka Kematian Bayi). c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat. d. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografi e. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat Gambar 9. Penataan Meja Posyandu
  • 29. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 27 Sasaran pokok pelayanan kesehatan di posyandu adalah: a. Bayi berusia kurang dari 1 tahun b. Anak balita, usia 1 sampai 5 tahun c. Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas d. Wanita usia subur/ pasangan usia subur Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti pos penimbangan balita, pos imunisasi, pos Keluarga Berencana Desa, pos kesehatan, dan pos lainnya yang dibentuk baru. Persyaratan Pembentukan Posyandu: a. Dalam penduduk Rukun Warga (RW) tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita. b. Terdiri dari 120 Kepala Keluarga. c. Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa). d. Jarak antara kelompok rumah dan jumlah kepala keluarga dalam 1 tempat atau kelompok tidak terlalu jauh. e. Lokasi/ letaknya : 1) Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat 2) Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri 3) Dapat merupakan local tersendiri 4) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah pen duduk, balai rakyat, pos RT/ RW atau pos lainnya. Tahap Penyelenggaraan Posyandu a. Persiapan 1) Merencanakan Kegiatan 1) Setelah musyawarah desa dan latihan kader selesai, kader merencanakan kegiatan. 2) Kegiatan ini direncanakan bersama dengan kepala desa, LKMD (seksi KB-Kes dan PKK) dengan bimbingan tim Pembina LKMD tingkat kecamatan - Perencanaan kegiatan meliputi hal-hal sebagai berikut - Penyusunan tenaga pelaksana dan tugasnya - Penyusunan jadwal kegiatan - Penyusunan tempat kegiatan - Cakupan keluarga dan sasaran - Perlengkapan yang diperlukan 2) Kader mengisi registrasi gizi dan KB untuk data dasar 3) Kader mengajak kelompok sasaran untuk datang ke posyandu dengan cara pendekatan kelompok dengan perorangan melalui tokoh-tokoh masyarakat dan alat pemberitahuan lainnya (mis: kentongan, pengeras suara) yang dilakukan 3 atau 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan
  • 30. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 28 b. Pelaksanaan 1) Mempersiapkan pelaksanaan  Sehari sebelum pelaksanaan kegiatan di posyandu: - Kader kembali memberitahu tahu kepada sasaran - Kader menyediakan alat yang diperlukan - Kader membagi tugas di antara mereka sendiri (bagian pendaftaran, bagian penimbangan, bagian pencatatan, bagian penyuluhan, pemberian oralit, vitamin A, pil KB/ Kondom, pembagian pemberian obat sederhana melalui dana sehat).  Pada hari pelaksanaan, satu jam sebelum dimulai kader telah menyiapkan semua alat-alat dan keperluan posyandu. 2) Melaksanakan kegiatan posyandu: penyuluhan kelompok, pendaftaran sasaran, penimbangan bayi dan anak balita, pemeriksaan ibu hamil, pemeriksaan ibu menyusui, dan pasangan usia subur. Pelaksanaan kegiatan posyandu dilakukan oleh kader yang terlatih di bidang KB dan kesehatan dan berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda dengan bimbingan tim Pembina LKMD kecamatan. Pelaksanaan posyandu dengan pola lima meja yang meliputi: Pasien (Ibu dan Anak) Datang MEJA 1MEJA 2MEJA 3MEJA 4MEJA 5 Pendaftaran, pencatatan sasaran Pencatatan, Pengisian KMS Penimbangan bayi dan balita PenyuluhanPemberian Tindakan Bagan 2. Alur Pelaksanaan 5 Meja Posyandu Perkembangan Posyandu Makin banyaknya posyandu mendorong terjadinya variasi tingkat perkembangan yang beragam. Kategori atau stratifikasi posyandu baik dari pengorganisasian maupun pen- ncapaian dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu berturut-turut dari terendah sampai tertinggi sebagai berikut:
  • 31. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 29 1. Posyandu pratama. Posyandu paratama adalah posyandu yang belum mantap yang frekuensi penimbangannya kurang dari 8 kali per tahun. Kader aktifnya kurang dari 5 orang, pencapaian cakupan 5 program < 50%, tidak ada program tambahan, serta belum ada dana sehat 2. Posyandu madya. Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatannya lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih, pencapaian cakupan 5 program <50%, belum ada program tambahan, serta belum ada dana sehat 3. Posyandu purnama. Posyandu tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensi penimbangannya lebih dari 8 kali per tahun, jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, pencapaian 5 program >50%, sudah ada program tambahan, sudah ada dana sehat <50% kepala keluarga 4. Posyandu mandiri. Posyandu ini sudah dapat melakukan kegiatannya lebih dari 8 kali per tahun, cakupan 5 program > 50%, jumlah kader 5 orang atau lebih, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau >50% Kepala keluarga. Anda telah selesai mempelajari kegiatan belajar 1, apakah Anda sudah paham? Apa yang dapat Anda petik dari materi tersebut ? Coba Anda tuliskan pada kolom berikut. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………. Jika sudah paham kerjakan tes formatif, Anda bisa lanjut mempelajari Kegiatan Belajar 2 jika nilai Anda mencapai 80. Jika belum, pelajari kembali bagian – bagian yang belum Anda pahami.
  • 32. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 30 Rangkuman Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam rangka menumbuhkan mo- tivasi pada masyarakat untuk ikut terlibat secara aktif dalam menemukan, merencanakan dan memecahkan masalah, menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki dalam upaya ke arah perubahan yang positif terhadap kesehatan ibu dan anak. Siaga maternal dan neonatal adalah suatu kesiapsiagaan bidan da- lam memberdayakan masyarakat untuk mengatasi masalah–masalah ke- gawatdaruratan pada ibu dan anak. Siaga meliputi : suami siaga, warga siaga, dan bidan siaga. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau yang disebut den- gan nama lain atau kelurahan yang penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya. Desa Siaga aktif juga meripakan desa yang penduduknya mengembang- kan UKBM dan melaksanakan survailans berbasis masyarakat (meliputi pe- mantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknnologi, dan pe- layanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempu- nyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. Posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pe- layanan kesehatan dan KB.
  • 33. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 31 Evaluasi Formatif Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat !!! 1. Upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam rangka menumbuhkan motivasi pada masyarakat untuk ikut terlibat secara aktif dalam menemukan, merencanakan dan memecahkan masalah, menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki dalam upaya ke arah perubahan yang positif ter- hadap kesehatan ibu dan anak disebut dengan… a. Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat b. Penjaminan kesejahteraan masyarakat c. UKBM d. Posyandu e. Paguyuban 2. Ny. Tarno sedang hamil anak pertama. Usia kehamilan Ny. Tarno saat ini me- masuki usia 7 bulan kehamilan. Saat di kamar mandi, Ny. Tarno terpeleset jatuh dan mengalami perdarahan segar. Mengetahui sang istri mengalami perdarahan, Pak Tarno segera membawa sang istri ke Rumah Sakit meng- gunakan transportasi yang sebelumnya sudah disiapkan untuk keperluan mendesak. Sikap Pak Tarno mencerminkan sikap… a. Istri siaga b. Keluarga siaga c. Suami siaga d. Desa siaga e. Bidan siaga 3. Dari kasus di atas, sikap siaga yang ditunjukkan oleh Pak Tarno merupakan kesigapan dalam komponen… a. Siap b. Antar c. Jaga d. Jemput e. Jalan 3. Kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian masalah maternal–neo- natal oleh tokoh masyarakat dan kader setempat di bawah bimbingan bidan desa disebut dengan … a. Pendekatan Pembangunan Masyarakat Desa (PKMD) b. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) c. Musyawarah Mufakat Desa (MMD) d. Survei Mawas Diri (SMD) e. Surveilans
  • 34. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 32 4. Upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta dapat mengembangan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, ses- uai dengan sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan maternal– neonatal disebut a. Pemberdayaan kesehatan maternal – neonatal b. Promosi Kesehatan Maternal-Neonatal c. Penggerakan kesehatan masyarakat d. Musyawarah masyarakat desa e. Survey mawas diri 5. Kebijakan nasional promosi kesehatan maternal-neonatal menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan maternal-neonatal yaitu … a. Penggerakkan dan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi b. Bina suasana, kemitraan, dan advokasi c. Penggerakan dan pemberdayaan, bina suasana,dan komunikasi yang tepat d. Advokasi, kemitraan, dan pendidikan kesehatan e. Kebijakan, kemitraan, advokasi 6. Dalam rangka meningkatkan cakupan target imunisasi di daerah binaann- ya, Bidan Dina melakukan pendekatan kepada pejabat yang berwenang di- wilayahnya untuk diberlakukannya syarat “imunisasi lengkap” untuk anak yang akan masuk ke Sekolah Dasar. Upaya yang dilakukan oleh Bidan Dina merupakan promosi dalam bidang… a. Bina suasana b. Keterbukaan c. Kesetaraan d. Kemitraan e. Advokasi 7. Bd. Devi ingin menerapkan sistem donor darah di desa binaannya, langkah pertama yang harus ditempuh oleh Bd. Devi adalah… a. Melakukan pemeriksaan golongan darah b. Menginformasikan pentingnya donor darah c. Kerjasama dengan Puskesmas setempat d. Membuat daftar golongan darah bumil e. Membuat daftar golongan darah semua penduduk 8. PHBS merupakan salah satu indikator bagi keberhasilan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Yang termasuk dalam salah satu dari 10 ind- ikator PHBS adalah… a. Jumlah kader kesehatan b. Adanya forum desa c. Adanya posyandu d. Perilaku merokok e. Dana sehat
  • 35. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 33 9. Desa Purnama merupakan salah satu Desa yang tergolong dalam Desa dan Kelurahan dan Siaga Aktif. Mempunyai forum desa tapi belum berjalan, kader kesehatan berjumlah 2 orang, terdapat kemudahan akses dalam pelayanan kesehatan dasar, terdapat Posyandu dan Rumah tangga PHBS mencapai 20%. Desa Purnama termasuk dalam kategori Desa Siaga kriteria… a. Mandiri b. Purnama c. Madya d. Pratama e. Perdana 10. Berikut yang merupakan sasaran pokok dari pelayanan kesehatan di posyan- du adalah… a. Anak usia pra sekolah b. Pasangan pra nikah c. Ibu hamil d. Remaja e. Lansia
  • 36. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 34 DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, Eny Retna. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Handajani, Sutjiati Dwi. 2012. Kebidanan Komunitas. Konsep dan Manajemen Asuhan. Jakarta: EGC Karwati. 2011. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Jakarta: Trans Info Media. Meilani, Niken. 2013. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya. Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Buku Ajar: Kebidanan Komunitas. Teori dan Aplikasi dileng- kapi Contoh Askeb. Yogyakarta: Nuha Medika. Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC Syahlan. 1996. Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan
  • 37. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 35 Penutup Dengan berakhirnya Kegiatan Belajar 4 ini maka berakhir pula modul 4 tentang pelaksa- naan program. Selamat Anda telah menyelesaikan modul 4. Diharapkan dengan bera- khirnya modul ini Anda akan dapat menguasai kompetensi yang diharapkan pada awal kegiatan belajar. Setelah menyelesaikan Modul 4 ini, maka berakhir pula modul tentang teori kebidanan komunitas yang sebelumnya telah dijelaskan bahwa akan diselesaikan dalam 4 modul. Selanjutnya Anda akan mempelajari tentang modul praktikum yang akan Anda pelajari dalam 4 modul . Berikut merupakan cara perhitungan nilai untuk mengetahui ketun- tasan belajar Anda: SELAMAT MENGERJAKAN TEST AKHIR MODUL. KAMI YAKIN ANDA PASTI BISA!! GOOD LUCK !! 1. Setiap akhir pertemuan selesai, kerjakan soal-soal test yang terse- dia dan yakinkan bahwa Anda mampu menjawabnya tanpa mem- baca materi lagi 2. Setelah Anda menjawab , maka lakukan koreksi dengan bantuan kunci jawaban yang tersedia. 3. Lakukan penilaian untuk diri sendiri dengan cara : Jumlah soal benar Jumlah soal 4. Ketuntasan pembelajaran tercapai apabila Anda berhasil mendapatkan nilai 80 5. Apabila Anda belum bisa mencapai nilai minimal 80, maka ulangi lagi untuk mempelajari materi dan Anda bisa menanyakan pada Tutor Anda dan kerjakanlah Tes Akhir Modul 6. Bila Anda sudah berhasil, maka lanjutkan untuk ke pertemuan berikutnya dan bila selesai maka Anda dapat pindah ke modul berikutnya UNTUK MENGETAHUI KETUNTASAN BELAJAR, ANDA DAPAT MENILAI DIRI SENDIRI DENGAN CARA : X 100
  • 38. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan 36 A.Kunci Jawaban Kegiatan Belajar 1 1. A 2. C 3. B 4. D 5. A 6. E 7. B 8. D 9. D 10. C
  • 39. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 37 Daftar Gambar http://1.bp.blogspot.com/-ASrT8cWGS2M/UG66I2NRYUI/AAAAAAAAAOQ/9bWhpYT- dhQ8/s1600/101_4636.JPG http://3.bp.blogspot.com/-kcxSTdu9DdU/UkKyH9oP_XI/AAAAAAAAGCA/h46dN8icB- sM/s1600/pelayanan+kb+gratis+di+Dungaliyo.jpg http://3.bp.blogspot.com/-T5ECZ82TxKo/UkLEigQs9yI/AAAAAAAAGCQ/Tfv03ICn61E/ s1600/pelayanan+kb+gratis1.jpg http://2.bp.blogspot.com/-ImSd-slAxZ4/T7XBjAlIv8I/AAAAAAAAABg/sEuUjRfU2kg/ s1600/posyandu.jpg http://3.bp.blogspot.com/-MKgWT902xhE/UwQckYEzhZI/AAAAAAAAAbc/sj5mf5A- NOU4/s1600/IMG_20140208_112540.jpg http://www.aipmnh.org/web_id/images/gallery/posyandu/posyandu_3.jpg http://www.aipmnh.org/web_id/images/gallery/posyandu/posyandu_4.jpg http://www.aipmnh.org/web_id/images/gallery/posyandu/posyandu_19.jpg http://kknm.unpad.ac.id/kudangwangi/files/2014/01/senam2.jpg http://2.bp.blogspot.com/-F13D9c5R-ak/T0w4_2OD4mI/AAAAAAAAAH8/Hz60ps- jqX9k/s1600/Foto0139.jpg http://bkn.go.id/kanreg03/images/stories/donor%20darah%201.jpg http://www.koranindependen.com/wp-content/uploads/2015/02/IMG_3588.jpg http://rsalramelan.tnial.mil.id/media/ugd/recover-room.jpg http://3.bp.blogspot.com/-cS-n7cJx0T8/UXYxmb1S3cI/AAAAAAAAAxg/LGfn1L52e84/ s1600/desa+siaga+6.JPG https://puskesmassungkai.files.wordpress.com/2012/12/img_0753.jpg
  • 40. Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS) 2015 Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS) 2015