Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
PEMBERDAYAAN
1. ASKEB KOMUNITAS
MODUL
PELAKSANAAN PROGRAM
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Rahayu Budi Utami
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
SEMESTER 5
KEGIATAN BELAJAR I
SIAGA MATERNAL DAN NEONATAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
i
Kata
Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah
SWT, berkat rahmat dan bimbinganNya kami
dapat menyelesaikan Modul Asuhan Kebidanan
Komunitas ini. Modul ini disusun dengan harapan
dapat dijadikan sebagai bahan ajar untuk Mata
Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas bagi
mahasiswa yang mengikuti Pendidikan Jarak Jauh
Pendidikan Tinggi Kesehatan
Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan modul ini. Kami
menyadari keterbatasan kami selaku penulis, oleh
karena itu demi pengembangan kreatifitas dan
penyempurnaan modul ini, kami mengharapkan
saran dan masukan dari pembaca maupun para
ahli, baik dari segi isi, istilah serta pemaparannya.
Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak
yang telah memberi kesempatan, dukungan dan
bantuan dalam menyelesaikan usulan penelitian
ini. Akhir kata, semoga modul ini dapat memberi
manfaat bagi para pembaca. Aamiin.
Pontianak, Maret 2014
PENULIS
Gambar : Pengecekan cabang bayi
3. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
1
Pendahuluan
Saat ini Anda sudah mulai memasuki Modul 4 Asuhan Kebidanan Komunitas.
Modul ini merupakan modul terakhir yang membahas tentang teori Asuhan Kebidanan
Komunitas. Untuk modul berikutnya Anda akan mulai mempelajari Modul Praktikum.
Pada modul yang lalu Anda telah mempelajari tentang Monitoring dan Evaluasi dalam
Asuhan Kebidanan Komunitas, sekarang Anda akan mempelajari tentang program-pro-
gram pemerintah berkaitan dengan kebidanan komunitas.
Sasaran utama kebidanan komunitas adalah kesehatan ibu dan anak balita yang
berada didalam keluarga dan masyarakat. Bidan memandang pasiennya sebagai makh-
luk sosial yang memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik,
sosial budaya dan lingkungan sekitarnya. Kesehatan ibu dan anak tidak hanya sensitive
dalam menentukan pembangunan kesehatan suatu Negara, tetapi juga merupakan in-
vestasi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia dimasa datang.
Bidan merupakan tenaga kesehatan terdepan yang berperan aktif di Desa Siaga. Bidan
harus mampu memberdayakan masyarakat untuk siaga maternal–neonatal, membantu
masyarakat dalam mengenali masalah kesehatan maternal–neonatal dan menangani
kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
Penggerakan dan pemberdayaan masayarakat juga merupakan proses informasi
secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta
proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tahu atau sadar dan
dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan. Sasaran utama
dari penggerakan dan pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok
masyarakat.
Modul 4 berjudul program program pemerintah berkaitan dengan kebidanan komuni-
tas, modul ini akan memberikan pemahaman kepada Anda tentang pelaksanan pro-
gram – program pemerintah berkaitan dengan kebidanan komunitas. Modul ini dikemas
dalam empat kegiatan belajar dan seluruhnya diberikan alokasi 6 jam pembelajaran,
yang disusun dengan urutan sebagai berikut:
Kegiatan Belajar 1 : Pemberdayaan Masyarakat dalam Siaga Maternal Neonatal
Kegiatan Belajar 2 : Kelas Ibu (Bumil, Bufas, dan Balita) Buku Kia, stiker P4K
Kegiatan Belajar 3 : MTBS/MTBM
Kegiatan Belajar 4 : Dokumentasi
Dalam mempersiapkan bidan yang terampil di Desa Siaga, khususnya Siaga ma-
ternal dan neonatal, Institusi Pendidikan Kebidanan perlu menyiapkan sumber daya
manusia kesehatan (bidan) yang kompeten, yang mampu menggalang kemitraan den-
gan lintas sektor dan lintas program, baik teknis maupun menejerial. Sebagai pedoman
dalam proses belajar mengajar yang terstandar untuk mempersiapkan tenaga bidan
khususnya siaga maternal dan neonatal di desa SIAGA diperlukan bahan ajar siaga ma-
ternal dan neonatal.
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
2
Kegiatan
Belajar 1
Tujuan Pembelajaran Umum
Sekarang kita masuki Kegiatan Belajar I. Kegiatan Belajar ini akan membahas ten-
tang pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal-neonatal. Pemberdayaan mas-
yarakat merupakan proses pembangunan dimana masyarakat berinisiatif untuk memu-
lai proses kegiatan sosial untuk perbaikan situasi dan konsidi diri sendiri. Pemberdayaan
masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. Suatu usaha hanya
berhasil dinilai sebagai pemberdayaan masyarakat apabila kelompok komunitas atau
masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek.
Disini subyek merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat atau obyek
saja.
Pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan neonatal diprogramkan
oleh pemerintah melalui desa siaga. Disini Anda akan dijelaskan tentang segala sesuatu
mengenai siaga maternal dan neonatal. Di akhir kegiatan belajar Anda akan diberikan
tes formatif yang akan menguji apakah Anda bisa lanjut pada Kegiatan Belajar berikutn-
ya.
Tujuan Pembelajaran Khusus
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM SIAGA
MATERNAL DAN NEONATAL
Setelah menyelesaikan Unit kegiatan belajar 1 diharapkan Anda dapat memahami pro-
gram program pemerintah berkaitan dengan kebidanan komunitas salah satu nya ada-
lah memberdayakan masyarakat dalam siaga maternal–neonatal.
Sebelum mencapai tujuan yang dijelaskan sebelumnya, terlebih dahulu Anda harus
mampu:
1. Menjelaskan konsep penggerakan dan pemberdayaan masyarakat.
2. Menjelaskan konsep siaga maternal–neonatal.
3. Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan
neonatal.
4. Komponen penyelenggaraan penggerakan dan pemberdayaan siaga maternal–
neonatal.
5. Menjelaskan tentang desa siaga
6. Menjelaskan tentang posyandu
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
3
Pokok - Pokok Materi
Untuk memahami tentang pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal, yang Anda
harus pahami terlebih dahulu adalah :
1. Konsep penggerakan dan pemberdayaan masyarakat.
2. Konsep siaga maternal dan neonatal.
3. Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam siaga maternal dan
neonatal.
4. Komponen penyelenggaraan penggerakan dan pemberdayaan siaga maternal–
neonatal.
5. Desa Siaga
6. Posyandu
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
4
Uraian
Materi
a. Tujuan
Anda mungkin penasaran mengapa penggerakan dan pemberdayaan masyarakat ini
perlu dilakukan. Jika penggerakan dan pemberdayaan masyarakat ini berhasil dilakukan
maka kemandirian masyarakat dan keluarga dalam bidang kesehatan akan meningkat
sehingga masyarakat dapat memberikan andil dalam meningkatkan derajat kesehatan
ibu dan anak.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut ada beberapa tujuan khusus yang harus dicapai,
yaitu:
1) Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam bidang kesehatan
ibu dan anak.
2) Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat.
3) Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan masyarakat.
a. Pengertian
Anda mungkin pernah mendengar tentang pengggerakan dan pemberdayaan
masyarakat. Berikut akan dibahas tentang pengertian penggerakan dan pemberdayaan
guna masyarakat.
1. KonsepPenggerakandanPemberdayaanMasyarakat
Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah suatu
upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam rangka
menumbuhkan motivasi pada masyarakat untuk ikut terlibat
secara aktif dalam menemukan, merencanakan dan
memecahkan masalah, menggunakan sumber daya atau
potensi yang mereka miliki dalam upaya ke arah perubahan
yang positif terhadap kesehatan ibu dan anak.
APA YANG DIMAKSUD?
2. Konsep Siaga Maternal–Neonatal
Setelah mengetahui konsep penggerakan dan pemberdayaan masyarakat, sekarang kita
akan membahas tetang konsep siaga maternal dan neonatal.
a. Pengertian
Coba Anda perhatikan gambar di bawah ini:
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
5
Gambar 1. Suami Siaga
Gambar di atas merupakan salah satu poster promosi kesehatan yang dapat Anda
temukan di pusat-pusat pelayanan kesehatan. Dari poster di atas terdapat kata “siaga”.
Sebenarnya apa arti dibalik kata siaga? Apa pula arti siaga maternal dan neonatal?
Berikut akan kita bahas satu persatu.
Siaga maternal dan neonatal adalah suatu kesiapsiagaan bidan
dalam memberdayakan masyarakat untuk mengatasi masalah–
masalah kegawatdaruratan pada ibu dan anak. Siaga meliputi :
suami siaga, warga siaga, dan bidan siaga.
APA YANG DIMAKSUD?
Dalam siaga maternal dan neonatal terdapat 3 pelaku yang memegang peranan penting
dalam terwujudnya konsep siaga maternal dan neonatal yaitu: suami, warga dan pelaku
kesehatan yang dalam hal ini adalah bidan. Sebelum membahas siapa saja pelaku yang
perlu siaga, kita bahas dulu arti lain dibalik kata “siaga”. Siaga merupakan singkatan dari:
Siap–Antar–Jaga.
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
6
Pencatatan ibu
hamil di
lingkungannya
Tabulin dan
Dasolin
Donor
Darah
Dampingi istri ke
bidan untuk
periksa
kehamilan
Waspada dan
bertindak jika
melihat tanda
bahaya
Transportasi
Temani ibu hamil
pada saat dan
setelah peralinan
Gambar 2. Arti Kata “SIAGA”
Kemuudian kita cari tahu dulu apa itu suami Siaga? Suami siaga adalah kesiapsiagaan
seorang suami dengan istri yang sedang hamil/ melahirkan/ nifas dan bayi untuk
mewaspadai setiap risiko yang muncul, menjaga agar istri tidak melakukan hal–hal yang
mengganggu kesehatannya dan segera mengantar ke tempat rujukan terdekat bila
ada tanda–tanda komplikasi kehamilan/ persalinan/ nifas dan bayi. Warga siaga adalah
kesiapsiagaan warga secara bergotong royong untuk membantu ibu hamil/ melahirkan/
nifas dan bayi dalam menghadapi masalah, faktor risiko dan kegawatdaruratan. Bidan
siaga adalah kesiapsiagaan bidan agar selalu mudah dijangkau dan siap membantu ibu
hamil/ melahirkan/ nifas dan bayi, menangani masalah dan mengantarnya ke fasilitas
rujukan bila diperlukan dan selalu menjaga mutu pelayanan sebaik–baiknya.
b. Tujuan
Adapun tujuan siaga maternal dan neonatal ini adalah untuk menjaga kesehatan
masyarakat terutama untuk mencegah kematian ibu dan bayi dengan mengutamakan
kebutuhan, kepentingan dan tindakan yang didasarkan atas pilihan dan kemampuan
masyarakat sendiri.
9. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
7
3. Pemberdayaan dan Penggerakan Masyarakat dalam
Siaga Maternal–Neonatal
Anda telah mengetahui apa itu penggerakan dan pemberdayaan masyarakat. Anda
juga telah membahas tentang konsep siaga maternal dan neonatal. Sekarang kita akan
membahas tentang pemberdayaan dan penggerakan masyarakat dalam siaga maternal
dan neonatal.
a. Prinsip–prinsip dan ciri–ciri penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
dalam siaga maternal–neonatal
1) Prinsip–prinsip :
(a) Bertolak dari kebutuhan masyarakat.
(b) Menumbuhkembangkan sumberdaya / kemampuan yang ada di masyarakat.
(c) Menumbuhkan dan atau mengembangkan peran serta masyarakat dalam
kesehatan ibu dan anak.
(d) Mengembangkan semangat gotong–royong dalam pembangunan kesehatan ibu
dan anak.
(e) Bekerja bersama masyarakat.
(f) Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi kemasyarakatan yang ada di
masyarakat.
(g) Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat.
2) Ciri–ciri penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam siaga
maternal–neonatal
(a) Upaya yang berlandaskan pada penggerakan dan pemberdayaan masyarakat.
(b) Adanya kemampuan/kekuatan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri
(tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dana masyarakat, sarana dan
materi, pengetahuan, teknologi dan pengambilan keputusan).
(c) Kegiatan yang segala sesuatunya diatur oleh masyarakat secara sukarela.
b. Strategi penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam siaga
maternal–neonatal melalui kemitraan, dalam menggerakan dan
memberdayakan masyarakat perlu strategi sebagai berikut:
1) Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan
maternal–neonatal.
2) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfatkan fasilitas pelayanan
kesehatan maternal–neonatal yang telah disediakan oleh pemerintah.
3) Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan sumberdaya
yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan kesehatan maternal–neonatal.
4) Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan maternal–
neonatal yang sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat.
5) Mengembangkan manajemen sumber daya yang dimiliki masyarakat secara
terbuka dan transparan.
6) Yang perlu diperhatikan dalam strategi penggerakan dan pemberdayaan
masyarakat : bukan memaksa masyarakat tetapi atas kesadarannya sendiri.
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
8
c. Pokok–pokok kegiatan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam
siaga maternal–neonatal
1) Pokok–pokok kegiatan.
Untuk kegiatan di tingkat desa, penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
dapat dilakukan dengan Pendekatan Pembangunan Masyarakat Desa (PKMD) yang
berbasis kesehatan maternal–neonatal melalui tahapan pendekatan kepada tokoh
masyarakat dan penemuan masalah kesehatan maternal–neonatal.
(a) Penyamaan persepsi tentang permasalahan kesehatan maternal–neonatal yang
ada di masyarakat dan perencanaan kegiatan untuk pemecahan masalah.
Tahapan penyamaan persepsi dan perencanaan kegiatan untuk pemecahan
masalah kesehatan maternal–neonatal yang telah diketemukan dilakukan
dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh semua tokoh masyarakat dan kader
kesehatan. Diharapkan ada kesepakatan tentang bentuk–bentuk kegiatan yang
akan dilakukan untuk memecahkan masalah kesehatan maternal–neonatal yang
telah ditemukan.
(b) Pelaksanaan rencana kegiatan.
Pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan bersama dilakukan semaksimal
mungkin oleh masyarakat setempat dengan menggunakan sumber daya yang ada
di masyarakat, sedangkan bantuan dari pihak luar hanya bersifat rangsangan atau
pelengkap.
(c) Pembinaan dan pengembangan.
Pembinaan dan pengembangan kegiatan di tingkat desa dilakukan oleh tokoh–
tokoh masyarakat seperti kepala desa, kepala dusun, ketua
RT/RW, ketua PKK, tokoh agama, dan sebagainya. Dengan adanya kegiatan
pembinaan dan pengembangan ini diharapkan masyarakat tetap memiliki
semangat untuk melakukan pembangunan kesehatan maternal–neonatal
di lingkungannya.
2) Langkah–langkah kegiatan.
Pembinaan peran serta masyarakat tingkat desa merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang berurutan, berkesinambungan dan saling terkait. Langkah–langkah
kegiatan penggerakan dan pemberdayaan siaga maternal–neonatal meliputi :
(a) Pertemuan Tingkat Desa
Pertemuan tingkat desa merupakan langkah awal dari kegiatan pembinaan yang
didakan dengan tujuan menyiapkan tokoh masyarakat dalam menyamakan
persepsi tentang masalah–masalah kesehatan maternal–neonatal, agar mampu
danmaumengatasipermasalahannyasendirisecaraswadayasebataskemampuannya
sebagai upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Tempatnya bisa
menggunakan balai desa atau tempat pertemuan lainnya yang disepakati.
Pertemuan ini dihadiri oleh aparat kecamatan, kepala puskesmas dan staf, aparat
desa, bidan desa, kader desa, pimpinan LSM, pemuka masyarakat dan
dilaksanakan sesuai dengan kesediaan dan kondisi desa yang bersangkutan.
Langkah pelaksanaannya sebagai berikut:
(1) Diatur berdasarkan petunjuk dan hasil pertemuan tingkat desa.
(2) Pertemuan dibuka oleh kepala desa.
(3) Bidan desa sebagai pembicara untuk menjelaskan masalah–masalah siaga
maternal–neonatal.
(4) Diskusi bersama tentang langkah kegiatan survey mawas diri (SMD).
(b) Survey Mawas Diri (SMD)
11. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
9
Survey Mawas Diri adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian
masalah maternal–neonatal oleh tokoh masyarakat dan kader setempat di bawah
bimbingan bidan desa.
Tujuan dilaksanakannya SMD ini adalah agar masyarakat melakukan SMD sehingga
timbul minat dan kesadaran mayarakat untuk mengetahui masalah maternal–neonatal.
Pelaksanaannya bisa dilaksanakan di wilayah desa, dihadiri oleh kader masyarakat yang
telah ditunjuk dalam pertemuan tingkat desa. SMD dapat dilakukan sesuai dengan hasil
kesepakatan pada pertemuan desa. Berikut dijelaskan cara pelaksanaan SMD:
(1) Bidan di desa dan kader yang ditugaskan melaksanakan SMD meliputi:
Penentuan sasaran, jumlah kepala keluarga dan lokasi.
Penentuan jenis informasi masalah kesehatan yang akan dikumpulkan.
Penentuan cara memperoleh informasi kesehatan.
Pembuatan instrumen/alat untuk memperoleh informasi kesehatan.
(2) Kelompok pelaksana SMD dengan bimbingan bidan desa mengumpulkan
informasi masalah kesehatan maternal–neonatal sesuai dengan yang
telah direncanakan.
(3) Kelompok pelaksana SMD dengan bimbingan bidan desa mengolah informasi
masalah kesehatan maternal–neonatal yang telah dikumpulkan, sehingga
diperoleh perumusan prioritas masalah kesehatan maternal–neonatal di wilayah
desa.
(c) Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)
Gambar 3. Musyawarah Masyaraka Desa (MMD)
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
10
Coba Anda perhatikan gambar di atas. Gambar di atas memperlihatkan bahwa terdapat
sekelompok masyarakat yang berdiskusi membahas suatu masalah tertentu. Warga
tersebut sedang melakukan MMD (Musyawarah Mayarakat Desa). Jadi dapat Anda
simpulkan sendiri apa itu MMD? Musyawah Masyarakat Desa adalah pertemuan seluruh
warga desa untuk membahas hasil SMD dan merencanakan penanggulangan masalah
kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD.
(1) Tujuan :
Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya.
Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan ibu dan anak
melalui pelaksanaan siaga maternal–neonatal.
Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan
ibu dan anak dan melaksanakan siaga maternal–neonatal.
(2) Peserta : dihadiri oleh pemuka masyarakat desa, petugas puskesmas dan
sektor terkait di tingkat desa.
(3) Tempat : dilaksanakan di balai desa atau tempat pertemuan lain yang ada di desa.
(4) Waktu : dilaksanakan segera setelah SMD.
(5) Cara pelaksanaan
Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD dipimpin oleh
kepala desa.
Pengenalan masalah kesehatan ibu dan anak oleh masyarakat sendiri melalui
curah pendapat dengan mempergunakan alat peraga, poster dan lain–lain
dipimpin oleh bidan desa.
Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD.
Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan ibu dan anak atas dasar
pengenalan masalah dari hasil curah pendapat dan penyajian hasil SMD.
Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan ibu dan anak dipimpin
oleh kepala desa.
Penutup.
d. Kegiatan teknis penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam siaga
maternal–neonatal
1) Pengamatan epidemiologi sederhana.
Adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus–menerus terhadap masalah–
masalah maternal–neonatal serta kondisi yang mempengaruhi masalah–masalah
tersebut dan dapat melakukan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui
pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi pada penyelengggara
program kesehatan maternal–neonatal.
Langkah–langkah surveilans epidemiologi maternal–neonatal:
a) Persiapan
(1) Internal
Untuk kelancaran kegiatan surveilans di desa dibutuhkan tenaga kesehatan yang
mengerti dan memahami kegiatan surveilans. Untuk menyamakan persepsi dan tingkat
pemahaman tentang surveilans diperlukan pelatihan surveilans bagi petugas, agar dapat
berespon cepat terhadap kemungkinan adanya kegawatdaruratan maternal–neonatal
yang dilaporkan oleh masyarakat. Sebagai panduan kegiatan maka petugas kesehatan
perlu dibekali buku–buku pedoman atau petunjuk teknis surveilans. Dukungan sarana
dan prasarana diperlukan untuk kegiatan surveilans seperti kendaraan bermotor, alat
pelindung diri (APD), surveilans kit. Biaya juga diperlukan untuk kelancaran kegiatan,
diperlukan untuk biaya transport petugas ke lapangan, pengadaan alat tulis untuk
pengolahan dan analisa data, serta jika dianggap perlu sebagai insentif bagi petugas
surveilans.
13. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
11
(2) Eksternal
Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan masyarakat, terutama tokoh
masyarakat agar mereka tahu, mau, dan mampu mendukung pengembangan
kegiatan surveilans berbasis masyarakat. Langkah ini termasuk kegiatan advokasi
kepada para penentu kebijakan agar mereka mau memberikan dukungan. Jika
di desa tersebut terdapat kelompok–kelompok sosial seperti Lembaga Persatuan
Pemuda (LPP), pramuka dan LSM dapat diajak untuk menjadi petugas surveilans
bagi kegiatan surveilans di desa tersebut.
(3) Survey Mawas Diri (SMD)
Bertujuan agar masyarakat dengan bimbingan petugas mampu mengidentifikasi
masalah kesehatan ibu dan anak yang ada di desanya.
(4) Pembentukan kelompok kerja surveilans tingkat desa.
Bertugas melaksanakan pengamatan dan pemantauan setiap saat secara terus
menerus terhadap masalah kesehatan ibu dan anak di masyarakat dan
kemungkinan adanya kegawatdaruratan, untuk kemudian dilaporkan kepada
petugas kesehatan setempat (bidan).
(5) Membuat perencanaan kegiatan surveilans
Setelah kelompok kerja surveilans terbentuk maka tahap selanjutnya adalah
membuat perencanaan kegiatan, meliputi:
(a) Rencana pelatihan kelompok kerja surveilans oleh petugas kesehatan
(b) Penentuan jenis surveilans masalah dan faktor risiko kesehatan ibu dan anak yang
dipantau
(c) Lokasi pengamatan dan pemantauan
(d) Frekuensi pemantauan
(e) Pembagian tugas/penetapan penanggung jawab lokasi pemantauan
(f) Waktu pemantauan
(g) Rencana sosialisasi kepada warga masyarakat
b) Tahap pelaksanaan surveilans di tingkat desa
(1) Pelaksanaan Surveilans oleh kelompok kerja surveilans desa
Surveilans masalah kesehatan ibu dan anak oleh kelompok kerja surveilans desa
dilakukan melalui kegiatan pengamatan dan pemantauan masalah,
faktor risiko dan kemungkinan terjadinya kegawatdaruratan maternal–neonatal.
Hasil pengamatan dan pemantauan dilaporkan secara berkala sesuai kesepakatan
ke petugas kesehatan (bidan). Informasi yang disampaikan berupa; identitas,
masalah dan faktor risiko kesehatan maternal–neonatal.
(2) Pelaksanaan Surveilans oleh petugas
Kegiatan surveilans di tingkat desa tidak terlepas dari peran aktif petugas
kesehatan (bidan). Kegiatan surveilans yang dilakukan petugas kesehatan adalah:
(a) Melakukan pengumpulan data masalah kesehatan ibu dan anak dari hasil
kunjungan dan hasil laporan warga
(b) Membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA dengan menggunakan data
yang ada dalam bentuk data mingguan/bulanan. PWS merupakan bagian dari
sistem kewaspadaan dini terhadap kegawatdaruratan maternal–neonatal.
(c) Menyampaikan laporan/data kesehatan ibu dan anak secara berkala ke
puskesmas (mingguan/bulanan).
(d) Membuat pemetaan penyebaran masalah, faktor risiko kesehatan
maternal–neonatal.
14. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
12
(e) Memberikan informasi/rekomendasi secara berkala kepada kepala desa
tentang masalah dan faktor risiko kesehatan maternal–neonatal pada pertemuan
musyawarah masyarakat desa untuk mendapatkan solusi permasalahan
yang dihadapi.
(f) Memberikan respon cepat terhadap adanya kasus kegawatdaruratan.
(g) Bersama masyarakat secara berkala dan terjadwal melakukan upaya
preventif dan promotif.
Surveilans epidemiologi maternal–neonatal adalah kegiatan
pengamatan masalah kesehatan maternal–neonatal secara terus
menerus dengan memperhatikan faktor risiko yang ada
2) Promosi Kesehatan Maternal–neonatal
Promosi kesehatan maternal–neonatal adalah upaya meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh dan bersama masyarakat, agar
mereka dapat menolong dirinya sendiri serta dapat mengembangkan kegiatan
yang bersumber daya masyarakat, sesuai dengan sosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan maternal– neonatal.
Kebijakan nasional promosi kesehatan maternal–neonatal telah menetapkan
tiga strategi dasar promosi kesehatan maternal–neonatal yaitu; penggerakkan
dan pemberdayaan, bina suasana dan advokasi. Ketiga strategi tersebut
diperkuat oleh kemitraan serta metode dan komunikasi yang tepat. Strategi
tersebut harus dilaksanakan secara lengkap dan berkesinambungan dalam
mengubah perilaku baru masyarakat menjadi lebih baik yang diperlukan oleh
program kesehatan maternal– neonatal.
(a) Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
Adalah proses pemberian informasi dan berkesinambungan mengikuti
perkembangan serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah
dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (knowledge), dari tahu menjadi mau
(attitude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang
diperkenalkan (practice). Sasaran utama penggerakan dan pemberdayaan
masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan maternal–neonatal adalah individu,
keluarga serta kelompok masyarakat. Apabila masyarakat telah menyadari
masalah kesehatan maternal–neonatal yang dihadapinya, maka perlu diberikan
informasi umum lebih lanjut tentang masalah tersebut.
(b) Bina Suasana
Adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu
anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan dalam
status kesehatan maternal–neonatal.
Tiga pendekatan bina suasana :
15. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
13
(c) Advokasi
Adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen
dan dukungan dari pihak– pihak yang terkait dalam rangka pelaksanaan siaga maternal.
Advokasi diarahkan untuk menghasilkan dukungan yang berupa kebijakan (berbentuk
peraturan perundang–undangan), dana, sarana dan sebagainya.
(1) Tahapan–tahapan yang umumnya berlangsung pada diri sasaran advokasi
masalah kesehatan maternal–neonatal adalah :
• Mengetahui atau menyadari adanya masalah
• Tertarik untuk ikut mengatasi masalah
• Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai
alternatif pemecahan masalah kesehatan maternal–neonatal
• Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif
pemecahan masalah
• Memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
16. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
14
(2) Bahan–bahan advokasi yang harus disiapkan dalam pelaksanaan siaga maternal–
neonatal yaitu:
• Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
• Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
• Memuat peran serta saran dalam pemecahan masalah
• Berdasarkan kepada fakta atau evidence based
• Dikemas secara menarik dan jelas
• Sesuai dengan waktu yang tersedia
Sebagaimana penggerakan, pemberdayaan dan bina suasana, advokasi akan lebih
efektif dilaksanakan dengan prinsip kemitraan yaitu dengan membentuk advokasi atau
forum kerja sama.
(d) Kemitraan
Kemitraan dalam pelaksanaan siaga maternal–neonatal harus digalang baik dalam
rangka penggerakan dan pemberdayaan maupun bina suasana dan advokasi. Dengan
demikian perlu pendekatan dengan individu–individu, keluarga, pejabat–pejabat atau
instansi pemerintah yang terkait dengan urusan kesehatan maternal–neonatal (lintas
sektor), pemuka atau tokoh masyarakat, media dan lain–lain.
Kemitraan yang digalang dalam pelaksanaan siaga maternal–neonatal harus
berlandaskan pada tiga prinsip dasar :
(1) Kesetaraan
Kesetaraan berarti tidak diciptakan hubungan yang bersifat hirarkhis. Semua harus
diawali dengan kesediaan menerima bahwa masing–masing berada dalam kedudukan
yang sama (berdiri sama tinggi, duduk sama rendah). Keadaan ini dapat dicapai apabila
semua pihak bersedia mengembangkan hubungan kekeluargaan, yaitu hubungan yang
dilandasi kebersamaan/kepentingan bersama.
(2) Keterbukaan
Di dalam setiap langkah diperlukan adanya kejujuran dari masing–masing pihak, sesuai
fakta, tidak menutup–nutupi sesuatu. Pada awalnya mungkin hal ini akan menimbulkan
diskusi yang seru layaknya “pertengkaran“. Tetapi kesadaran akan kekeluargaan dan
kebersamaan mendorong timbulnya solusi yang adil dari diskusi yang seru tadi.
(3) Saling menguntungkan
Solusi yang adil, terutama dikaitkan dengan keuntungan semua pihak yang terlibat.
Perilaku sehat dan kegiatan–kegiatan kesehatan maternal–neonatal harus dapat
dirumuskan keuntungan–keuntungannya bagi semua pihak yang terkait.
Promosi kesehatan maternal–neonatal adalah upaya kesehatan agar
perilaku masyarakat menjadi lebih baik, dari masyarakat tidak tahu
menjadi tahu, dari tahu menjadi mau dan dari mampu dalam
pemeliharaan kesehatan maternal–neonatal
17. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
15
a. Unsur peningkatan pengetahuan masyarakat
Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang SIAGA maternal–neonatal dapat
dilakukan dengan memberikan informasi melalui pertemuan–pertemuan di masyarakat
dengan melibatkan aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan kader desa sesuai
dengan langkah–langkah penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui promosi
kesehatan.
b. Unsur peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal–neonatal
Kegiatan yang dapat dilakukan masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan
kualitas dan akses pelayanan kesehatan maternal–neonatal dapat dilakukan dengan
cara mendorong warga agar SIAGA dalam setiap kondisi kehamilan, persalinan, nifas
dan bayi baru lahir, dan penanganannya dilakukan oleh seorang bidan yang terampil.
Dalam hal ini kegiatannya meliputi:
1) Pencatatan ibu hamil di lingkungannya
Sistem pencatatan dan pemberian tanda yang dikembangkan oleh warga untuk memberi
informasi kepada warga tentang keberadaan dan kondisi ibu hamil di lingkungan
mereka, disebut dengan sistem notifikasi (penandaan). Bentuk notifikasi yang dipilih
bisa bermacam–macam, tergantung kreatifitas dan kemampuan warga, Pencatatan
bisa dilakukan oleh warga dalam buku catatan ibu hamil yang dipegang dan diisi oleh
fasilitator dan dikomunikasikan kepada pengurus SIAGA (bidan dan warga).
2) Mempersiapkan tabungan untuk ibu bersalin dan kegawat– daruratan
Perhatikan gambar berikut!
Bandingkan dengan gambar di bawah ini:
BA
Gambar 4. Tabulin dan Dasolin
4. Komponen penyelenggaraan penggerakan dan pemberdayaan
SIAGA maternal–neonatal
18. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
16
Setelah Anda bandingkan, dimana menurut Anda letak perbedaan dari makna
kedua gambar di atas? Pada gambar A menunjukkan karikatur seorang suami yang
mempersiapkan biaya untuk persalinan sang istri. Pada gambar B menunjukkan
tidak hanya suami, tetapi petugas dan masyarakat sekitar juga ikut membantu dalam
mempersiapkan keperluan ibu hamil dalam menghadapi persalinannya. Tapi siapa yang
sebenarnya perlu untuk menabung? Atau sejak kapan sebenarnya tabungan ini dimulai?
Mari kita bahas bersama.
Ada dua jenis penyimpanan dana yang disiapkan untuk keperluan pembiayaan ibu hamil
selama persalinannya yaitu tabulin dan dasolin:
a) Tabungan Ibu Bersalin (TABULIN)
Tabungan yang dibuat untuk perencanaan ibu bersalin dikenal dengan nama
Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin). Tabulin
adalah upaya menyisihkan uang atau barang berharga
oleh ibu hamil yang disimpan oleh bidan atau pihak yang
ditunjuk oleh masyarakat yang sewaktu–waktu dapat
digunakan untuk biaya persalinan.
Tahapan pembentukan tabulin adalah sebagai berikut:
(1) Ibu yang sudah mengetahui kehamilannya diminta untuk mulai menabung untuk
persalinannya.
(2) Tabulin adalah juga tabungan keluarga, bukan hanya ibu tetapi suami juga
bertanggung jawab menyisihkan uang untuk persalinan ibu. Terutama bagi
keluarga yang berpenghasilan tunggal (hanya suami yang berpenghasilan). Jadi
mintalah kesepakatan dari para suami.
(3) Jika ibu hamil mengalami kesulitan untuk menyampaikan masalah ini kepada
suaminya, maka anggota Siap Antar Jaga lain perlu membantu membicarakannya
dengan para suami, misalnya dalam pertemuan–pertemuan desa, pertemuan
para bapak ataupun pendekatan perorangan yang lebih akrab.
(4) Waktu kelahiran biasanya sudah dapat diperhitungkan, jadi pasangan juga
sudah dapat memperhitungkan kapan dana itu dibutuhkan. Jadi bagi warga yang
tidak berpenghasilan tetap, tabulin dapat diperhitungkan dengan masa panen
misalnya, atau penghasilan musiman lainnya. Tabungan juga bisa dalam bentuk
lain, ternak misalnya. Namun harus diperhitungkan kapan waktu membeli ternak
yang tepat, agar pada saat menjelang waktu persalinan ternak siap dijual dengan
harga yang baik.
(5) Tabulin dalam bentuk uang dapat disimpan di rumah, bank, atau pada ibu bidan.
Tabulin ini dapat diisi secara mencicil. Tabulin yang disimpan pada ibu bidan dapat
dilakukan setiap kali memeriksakan kehamilan.
b) Dana Sosial Bersalin (DASOLIN)
Selain ibu dan anggota keluarga, biaya untuk persalinan juga bisa didapat dari
masyarakat warga tempat ibu tinggal. Dana yang bersumber dari warga lebih
dikenal dengan nama dasolin.
19. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
17
Dana sosial bersalin adalah upaya untuk mengumpulkan
uang atau barang yang dapat dirupiahkan dari anggota
masyarakat sebagai dana bantuan bagi ibu bersalin yang
kurang mampu. Masyarakat akan menunjuk pengurus
dasolin untuk mengelola dasolin.
Tahapan Dasolin:
- Buat pertemuan dengan masyarakat untuk mengidentifikasi potensi–potensi
di desa yang dapat dijadikan dana cadangan masyarakat. Misalnya hasil bumi,
kerajinan, atau barang lain yang bisa dirupiahkan dan dijadikan dasolin.
- Dasolin dapat pula berupa uang yang dikumpulkan langsung dari warganya, jika
mereka memang mampu mengumpulkan uang untuk ibu hamil secara rutin.
Namun jika tidak mungkin dalam bentuk uang, maka mengumpulkan barang
untuk dirupiahkan dapat menjadi alternatif.
- Jika dasolin dikumpulkan dalam bentuk barang, maka perlu dibicarakan mengenai
pendataannya, siap menyumbang apa dan berapa tafsiran harganya. Hal ini perlu
disampaikan kepada warga agar tercipta keterbukaan.
- Warga diminta memilih penanggung jawab dasolin ini. Sebaiknya penanggung
jawab dasolin tidak dipegang oleh satu orang saja tetapi oleh tim kecil yang
mampu mengelola dasolin. Hal ini juga penting untuk membangun sistem kontrol
dan kepercayaan keluarga.
3) Mempersiapkan kelompok donor darah
“Setetes Darah Anda, Nyawa Mereka” Kata-kata ini
sering Anda lihat dan dengar pada berbagai macam
poster yang ditempel di berbagai tempat. Bagi ibu hamil
donor ini bahkan bernilai lebih, karena tidak hanya satu
nyawa yang mungkin terancam bahaya melainkan dua,
nyawa ibu dan bayi.
Sistem donor darah adalah pranata untuk menjamin
ketersediaan darah yang dikelola oleh masyarakat.
Upaya ini membentuk kelompok penyedia darah
bagi PMI agar ada ketersediaan darah yang dapat
dipergunakan sewaktu–waktu.
Tahapan pembentukan kelompok donor darah:
- Fasilitasi warga untuk menyepakati pentingnya
mengetahui golongan darah.
- Jika warga belum mengetahui golongan darahnya, maka perlu dilakukan
pemeriksaan golongan darah bagi seluruh warga yang memenuhi syarat untuk
menjadi donor darah.
20. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
18
- Hubungi pihak puskesmas untuk menyelenggarakan pemeriksaan darah. Jika
puskesmas tidak mempunyai layanan pemeriksaan darah, maka mintalah
puskesmas melakukan rujukan. Jika diperlukan hubungi unit transfusi
darah Palang Merah Indonesia (PMI) terdekat.
- Buatlah daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan waktu lahir, kumpulkan
nama warga yang mempunyai golongan darah yang sama dengan ibu hamil. Catat
nama dan alamat mereka ataupun cara menghubungi yang tercepat dari semua
warga yang bergolongan darah sama dengan ibu hamil.
- Usahakan semua ibu hamil memiliki daftar calon donor darah yang sesuai dengan
golongan darahnya.
- Buatlah kesepakatan dengan para calon donor darah untuk selalu siap 24 jam,
sewaktu–waktu ibu hamil memerlukan transfusi.
- Buat kesepakatan dengan Unit Transfusi Darah (UTD), agar para warga yang telah
bersedia menjadi pendonor darah diprioritaskan untuk diambil darahnya,
terutama transfusi bagi ibu bersalin yang membutuhkannya.
4) Mempersiapkan transportasi menuju tempat persalinan dan penanganan
kegawatdaruratan (Ambulan Desa)
Gambar 6. Ambulan Desa
Ambulan desa adalah suatu alat transpotasi yang dapat digunakan untuk mengantarkan
ibu hamil yang akan bersalin ke tempat pelayanan kesehatan, terutama jika ibu mengalami
komplikasi yang memerlukan penanganan cepat untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
21. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
19
Ambulan desa tidak harus menyediakan sebuah kendaraan yang hanya dipakai saat
akan mengantar pasien ke fasilitas kesehatan, tetapi dapat memberdayagunakan
kendaraan milik warga sekitar yang bersedia kendaraannya dipakai sewaktu-waktu
saat akan dibutuhkan.
5) Forum komunikasi
Forum komunikasi merupakan suatu wadah di tingkat masyarakat untuk bertukar in-
formasi dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang desa siaga khususnya
siaga maternal–neonatal.
c. Unsur Penunjang pelayanan kesehatan Maternal–neonatal
Unsur penunjang pelayanan adalah wujud tekad pemerintah dalam bidang kesehatan
dalam bentuk sarana prasarana dan kebijakan pemerintah daerah maupun desa
dalam sistem pengelolaan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Bentuk dukungan
tersebut bisa berupa :
1) Komitmen dari pemerintah
(a) Kebijakan pemerintah yang berpihak pada masyarakat sebagai pengguna sarana
kesehatan
(b) Peraturan pemerintah daerah untuk menyediakan prasarana kesehatan, minimal
satu polindes untuk setiap desa, satu bidan untuk setiap desa.
2) Dukungan dari masyarakat
(a) Tokoh masyarakat dan tokoh agama diharapkan berpartisipasi dalam kegiatan SIA-
GA maternal–neonatal dengan memberikan keteladanan dan dorongan akan pent-
ingnya tabulin, dasolin, bank darah, kesiapan transportasi, dan forum komunikasi,
sehingga kematian ibu dan bayi dapat dicegah dengan usaha bersama.
(b) Suami ibu hamil diharapkan memiliki komitmen untuk menemani atau mengan-
tar istrinya memeriksakan kehamilan ke bidan desa sehingga suami mengetahui
perkembangan dan kondisi kehamilan istrinya, mendukung untuk bersalin pada
bidan dan membantu mempersiapkan tabulin serta tidak lupa mengingatkan istrin-
ya untuk memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali (satu kali pada triwulan perta-
ma, satu kali triwulan kedua, dan dua kali triwulan ketiga).
(c) Kepala desa diharapkan memiliki komitmen untuk membantu fasilitator desa dan
masyarakat dalam melaksanakan SIAGA maternal dan neonatal.
(d) Masyarakat harus membantu ibu hamil yang memerlukan bantuan, mengingatkan
ibu hamil agar mempersiapkan hal–hal yang diperlukan dalam menuju proses per-
salinan dan selalu SIAGA membantu jika diperlukan.
(e) Pengurus desa harus berkomitmen untuk mengumpulkan iuran dasolin secara ru-
tin, membantu ibu hamil yang memerlukan bantuan, mendorong masyarakat desa
berperan serta aktif dalam SIAGA maternal–neonatal.
(f) Media massa seperti radio, koran, maupun media tradisional seperti kesenian rakyat
dapat membantu menyebarluaskan SIAGA maternal–neonatal.
22. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
20
5. Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Anda telah membahas tentang pengertian siaga dan siapa saja pelaku yang di-
harapkan untuk siaga. Perhatikan gambar di atas! Suami siaga, bidan siaga, dan warga
siaga yang telah Anda bahas sebelumnya merupakan bagian dari desa siaga. Apa itu
desa siaga? Berikut kita bahas bersama pengertiannya. Pengembangan Desa dan Kelu-
rahan Siaga Aktif merupakan program lanjutan dan akselerasi dari program Pengem-
bangan Desa Siaga yang sudah dimulai pada tahun 2006. Desa Siaga merupakan bentuk
aplikasi dari penggerakan dan pemberdayaan masyarakat melalui siaga maternal dan
neonatal. Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif dilaksanakan melalui pem-
berdayaan masyarakat, yaitu upaya memfasilitasi proses belajar masyarakat desa dan
kelurahan dalam memecahkan masalah-masalah kesehatannya.
Gambar 7. Desa SIAGA Aktif
Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau yang
disebut dengan nama lain atau kelurahan, yang:
a. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan
kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari
melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana
kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat
Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.
b. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan
surveilans berbasis masyarakat (meliputi pemantauan
penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan
perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan
bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga
masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
APA YANG DIMAKSUD?
23. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
21
a. Pelayanan Kesehatan Dasar
Pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga
Aktif diselenggarakan melalui berbagai UKBM, serta kegiatan kader dan masyarakat.
Pelayanan ini selanjutnya didukung oleh sarana-sarana kesehatan yang ada seperti
Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas, dan rumah sakit.
Teknis pelaksanaan pelayanan mengacu kepada petunjuk-petunjuk teknis dari
Kementerian Kesehatan dengan pengawasan dan bimbingan dari Puskesmas.
Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan primer, sesuai dengan kewenan-
gan tenaga kesehatan yang bertugas. Pelayanan kesehatan dasar berupa: (1) Pe-
layanan kesehatan untuk ibu hamil, (2) Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui,
(3) Pelayanan kesehatan untuk anak, serta (4) Penemuan dan penanganan penderi-
ta penyakit.
b. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan UKBM
Pemberdayaan masyarakat terus diupayakan melalui pengembangan UKBM yang
ada di desa. Kegiatan difokuskan kepada upaya surveilans berbasis masyarakat, ke-
daruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan.
Surveilans berbasis masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan penyakit yang
diselenggarakan oleh masyarakat (kader) dibantu oleh tenaga kesehatan, dengan
berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-kegia-
tannya berupa: (1) Pengamatan dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan
ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku yang dapat menimbulkan masalah kese-
hatan masyarakat, (2) Pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kepada petugas keseha-
tan untuk respon cepat, (3) Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit
dan masalah kesehatan, serta (4) Pelaporan kematian.
Prinsip pemberdayaan masyarakat:
1) Menumbuhkembangkan kemampuan atau potensi masyarakat
2) Menumbuhkembangkan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan
3) Mengembangkan semangat gotong royong dalam
pembangunan kesehatan
4) Bekerja sama masyarakat
5) Menggalang kemitraan dengan LSM dan organisasi
kemasyarakatan
6) Penyerahan pengambilan keputusan kepada masyarakat
24. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
22
Kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana adalah upaya-upaya yang
dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah dan mengatasi bencana dan kedaru-
ratan kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian
Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa: (1) Bimbingan dalam pencarian tempat
yang aman untuk mengungsi,(2) Promosi kesehatan dan bimbingan mengatasi ma-
salah kesehatan akibat bencana dan mencegah faktor-faktor penyebab masalah, (3)
Bantuan/fasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban,
pembuangan sampah/limbah, dan lain-lain) di tempat pengungsian, (4) Penyediaan
relawan yang bersedia menjadi donor darah, dan (5) Pelayanan kesehatan bagi pe-
ngungsi.
Penyehatan lingkungan adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat
untuk menciptakan dan memelihara lingkungan desa/kelurahan dan permukiman
agar terhindar dari penyakit dan masalah kesehatan, dengan berpedoman kepa-
da petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa: (1)
Promosi tentang pentingnya sanitasi dasar, (2) Bantuan/fasilitasi pemenuhan kebu-
tuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban, pembuangan sampah dan limbah,
dan lain-lain), dan (3) Bantuan/fasilitasi upaya pencegahan pencemaran lingkungan.
Fasilitasi
Identifikasi
Masalah
Pemantauan
Dan Evaluasi
Perumusan
alternatif
pemecahan
Tetapkan dan
laksanakan
pemecahan masalah
SIKLUS
PEMECAHAN
MASALAH
Fasilitasi
Fasilitasi
Fasilitasi
Bagan 1. Upaya pemberdayaan masyarakat melalui siklus pemecahan masalah
Langkah-langkah utama pemberdayaan masyarakat melalui upaya pendampin-
gan atau memfasilitasi masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran melalui
siklus pemecahan masalah yang terorganisasi (pengorganisasian masyarakat)
25. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
23
Tahap-Tahap siklus pemecahan masalah meliputi:
1) Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, dan sumber daya
yang dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah
2) Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternative pemecahan
masalah dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki
3) Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang layak,
merencanakan dan melaksanakannya
4) Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya-upaya
yang telah dilakukan
Masyarakat di Desa atau Kelurahan Siaga Aktif wajib melaksanakan Perilaku Hid-
up Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, kel-
uarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kese-
hatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatanmasyarakat.
Yang menjadi salah satu indikator bagi keberhasilan pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif adalah PHBS yang dipraktikkan di tatanan rumah tangga.
Akan tetapi untuk mencapai hal tersebut, PHBS harus dipraktikkan di tatanan mana
pun pada saat seseorang sedang berada. Selain di tatanan rumah tangga, PHBS ha-
rus dikembangkan dan dipraktikkan di tatanan-tatanan institusi pendidikan, tempat
kerja, tempat umum dan sarana kesehatan.
Untuk mengukur keberhasilan pembinaan PHBS di Rumah Tangga digunakan 10
(sepuluh) perilaku yang merupakan indikator yaitu (1) persalinan ditolong oleh tena-
ga kesehatan, (2) memberi ASI eksklusif kepada bayi, (3) menimbang berat badan
balita, (4) menggunakan air bersih, (5) mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
(6) menggunakan jamban sehat, (7) memberantas jentik nyamuk, (8) mengonsumsi
sayur dan buah setiap hari, (9) melakukan aktivitas fisik setiap hari, (10) tidak mero-
kok di dalam rumah.
Pentahapan Desa Siaga :
Atas dasar kriteria Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang telah
ditetapkan, maka perlu dilakukan pentahapan dalam pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif, sehingga dapat dicapai tingkatan-
tingkatan atau kategori Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif
sebagai berikut.
26. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
24
Dengan ditetapkannya tingkatan atau kategorisasi tersebut di atas, maka Desa
Siaga dan Kelurahan Siaga yang saat ini sudah dikembangkan harus dievaluasi un-
tuk menetapkan apakah masih dalam kategori Desa dan Kelurahan Siaga atau su-
dah dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari tingkatan/kategori Desa dan Kelu-
rahan Siaga Aktif.
27. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
25
6. Posyandu
Selain Desa Siaga bentuk lain wujud penggerakan dan pemberdayaaan mas-
yarakat dalam siaga maternal dan neonatal adalah dengan diselenggarakannya Po-
syandu. Menurut Nasrul Effendi dalam Runjati (2011) Posyandu adalah suatu forum
komunikasi, alih teknnologi, dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk
masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya
manusia sejak dini. Posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan dan KB.
Gambar 8. Posyandu
28. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
26
Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi mas-
yarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat dan oleh masyarakat
yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari Puskesmas mengenai pe-
layanan kesehatan dasar. Semula posyandu sekaligus memperoleh pelayanan KB
dan kesehatan. Dalam pengembangannya, posyandu dapat dibina menjadi suatu
forum komunikasi dan pelayanan dari masyarakat, antara sector yang memadukan
kegiatan pembangunan sekitarnya dan kegiatan masyarakat dalam memecahkan
masalahnya dalam alih teknologi.
Tujuan pokok dari pelayanan posyandu adalah untuk:
a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan
AKB (Angka Kematian Bayi).
c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan
lain yang menunjang peningkatan kemampuan hidup sehat.
d. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak geografi
e. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat
dalam rangka alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha
kesehatan masyarakat
Gambar 9. Penataan Meja Posyandu
29. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
27
Sasaran pokok pelayanan kesehatan di posyandu adalah:
a. Bayi berusia kurang dari 1 tahun
b. Anak balita, usia 1 sampai 5 tahun
c. Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas
d. Wanita usia subur/ pasangan usia subur
Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti pos penimbangan balita, pos
imunisasi, pos Keluarga Berencana Desa, pos kesehatan, dan pos lainnya yang dibentuk
baru.
Persyaratan Pembentukan Posyandu:
a. Dalam penduduk Rukun Warga (RW) tersebut paling sedikit
terdapat 100 orang balita.
b. Terdiri dari 120 Kepala Keluarga.
c. Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa).
d. Jarak antara kelompok rumah dan jumlah kepala keluarga
dalam 1 tempat atau kelompok tidak terlalu jauh.
e. Lokasi/ letaknya :
1) Berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat
2) Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri
3) Dapat merupakan local tersendiri
4) Bila tidak memungkinkan dapat dilaksanakan di rumah pen
duduk, balai rakyat, pos RT/ RW atau pos lainnya.
Tahap Penyelenggaraan Posyandu
a. Persiapan
1) Merencanakan Kegiatan
1) Setelah musyawarah desa dan latihan kader selesai, kader merencanakan
kegiatan.
2) Kegiatan ini direncanakan bersama dengan kepala desa, LKMD (seksi KB-Kes
dan PKK) dengan bimbingan tim Pembina LKMD tingkat kecamatan
- Perencanaan kegiatan meliputi hal-hal sebagai berikut
- Penyusunan tenaga pelaksana dan tugasnya
- Penyusunan jadwal kegiatan
- Penyusunan tempat kegiatan
- Cakupan keluarga dan sasaran
- Perlengkapan yang diperlukan
2) Kader mengisi registrasi gizi dan KB untuk data dasar
3) Kader mengajak kelompok sasaran untuk datang ke posyandu dengan cara
pendekatan kelompok dengan perorangan melalui tokoh-tokoh masyarakat dan
alat pemberitahuan lainnya (mis: kentongan, pengeras suara) yang dilakukan 3
atau 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan
30. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
28
b. Pelaksanaan
1) Mempersiapkan pelaksanaan
Sehari sebelum pelaksanaan kegiatan di posyandu:
- Kader kembali memberitahu tahu kepada sasaran
- Kader menyediakan alat yang diperlukan
- Kader membagi tugas di antara mereka sendiri (bagian pendaftaran, bagian
penimbangan, bagian pencatatan, bagian penyuluhan, pemberian oralit,
vitamin A, pil KB/ Kondom, pembagian pemberian obat sederhana melalui dana
sehat).
Pada hari pelaksanaan, satu jam sebelum dimulai kader telah menyiapkan
semua alat-alat dan keperluan posyandu.
2) Melaksanakan kegiatan posyandu: penyuluhan kelompok, pendaftaran sasaran,
penimbangan bayi dan anak balita, pemeriksaan ibu hamil, pemeriksaan ibu
menyusui, dan pasangan usia subur. Pelaksanaan kegiatan posyandu dilakukan
oleh kader yang terlatih di bidang KB dan kesehatan dan berasal dari PKK, tokoh
masyarakat, pemuda dengan bimbingan tim Pembina LKMD kecamatan.
Pelaksanaan posyandu dengan pola lima meja yang meliputi:
Pasien (Ibu dan Anak) Datang
MEJA 1MEJA 2MEJA 3MEJA 4MEJA 5
Pendaftaran,
pencatatan
sasaran
Pencatatan,
Pengisian KMS
Penimbangan bayi
dan balita
PenyuluhanPemberian
Tindakan
Bagan 2. Alur Pelaksanaan 5 Meja Posyandu
Perkembangan Posyandu
Makin banyaknya posyandu mendorong terjadinya variasi tingkat perkembangan yang
beragam. Kategori atau stratifikasi posyandu baik dari pengorganisasian maupun pen-
ncapaian dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu berturut-turut dari terendah sampai
tertinggi sebagai berikut:
31. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
29
1. Posyandu pratama. Posyandu paratama adalah posyandu yang
belum mantap yang frekuensi penimbangannya kurang dari 8
kali per tahun. Kader aktifnya kurang dari 5 orang, pencapaian
cakupan 5 program < 50%, tidak ada program tambahan, serta
belum ada dana sehat
2. Posyandu madya. Posyandu pada tingkat madya sudah dapat
melaksanakan kegiatannya lebih dari 8 kali per tahun dengan
rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih, pencapaian cakupan
5 program <50%, belum ada program tambahan, serta
belum ada dana sehat
3. Posyandu purnama. Posyandu tingkat purnama adalah
posyandu yang frekuensi penimbangannya lebih dari 8
kali per tahun, jumlah kader tugas 5 orang atau lebih,
pencapaian 5 program >50%, sudah ada program tambahan,
sudah ada dana sehat <50% kepala keluarga
4. Posyandu mandiri. Posyandu ini sudah dapat melakukan
kegiatannya lebih dari 8 kali per tahun, cakupan 5 program >
50%, jumlah kader 5 orang atau lebih, ada program tambahan
dan dana sehat telah menjangkau >50% Kepala keluarga.
Anda telah selesai mempelajari kegiatan belajar 1, apakah Anda sudah paham? Apa
yang dapat Anda petik dari materi tersebut ? Coba Anda tuliskan pada kolom berikut.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………….
Jika sudah paham kerjakan tes formatif, Anda bisa lanjut mempelajari Kegiatan Belajar
2 jika nilai Anda mencapai 80. Jika belum, pelajari kembali bagian – bagian yang belum
Anda pahami.
32. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
30
Rangkuman
Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam rangka menumbuhkan mo-
tivasi pada masyarakat untuk ikut terlibat secara aktif dalam menemukan,
merencanakan dan memecahkan masalah, menggunakan sumber daya
atau potensi yang mereka miliki dalam upaya ke arah perubahan yang
positif terhadap kesehatan ibu dan anak.
Siaga maternal dan neonatal adalah suatu kesiapsiagaan bidan da-
lam memberdayakan masyarakat untuk mengatasi masalah–masalah ke-
gawatdaruratan pada ibu dan anak. Siaga meliputi : suami siaga, warga
siaga, dan bidan siaga.
Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau yang disebut den-
gan nama lain atau kelurahan yang penduduknya dapat mengakses dengan
mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari
melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada
di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu),
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya.
Desa Siaga aktif juga meripakan desa yang penduduknya mengembang-
kan UKBM dan melaksanakan survailans berbasis masyarakat (meliputi pe-
mantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku),
kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan
lingkungan sehingga masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS).
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknnologi, dan pe-
layanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempu-
nyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak
dini. Posyandu merupakan pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pe-
layanan kesehatan dan KB.
33. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
31
Evaluasi
Formatif
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat !!!
1. Upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam rangka menumbuhkan
motivasi pada masyarakat untuk ikut terlibat secara aktif dalam menemukan,
merencanakan dan memecahkan masalah, menggunakan sumber daya atau
potensi yang mereka miliki dalam upaya ke arah perubahan yang positif ter-
hadap kesehatan ibu dan anak disebut dengan…
a. Penggerakan dan pemberdayaan masyarakat
b. Penjaminan kesejahteraan masyarakat
c. UKBM
d. Posyandu
e. Paguyuban
2. Ny. Tarno sedang hamil anak pertama. Usia kehamilan Ny. Tarno saat ini me-
masuki usia 7 bulan kehamilan. Saat di kamar mandi, Ny. Tarno terpeleset
jatuh dan mengalami perdarahan segar. Mengetahui sang istri mengalami
perdarahan, Pak Tarno segera membawa sang istri ke Rumah Sakit meng-
gunakan transportasi yang sebelumnya sudah disiapkan untuk keperluan
mendesak. Sikap Pak Tarno mencerminkan sikap…
a. Istri siaga
b. Keluarga siaga
c. Suami siaga
d. Desa siaga
e. Bidan siaga
3. Dari kasus di atas, sikap siaga yang ditunjukkan oleh Pak Tarno merupakan
kesigapan dalam komponen…
a. Siap
b. Antar
c. Jaga
d. Jemput
e. Jalan
3. Kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian masalah maternal–neo-
natal oleh tokoh masyarakat dan kader setempat di bawah bimbingan bidan
desa disebut dengan …
a. Pendekatan Pembangunan Masyarakat Desa (PKMD)
b. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
c. Musyawarah Mufakat Desa (MMD)
d. Survei Mawas Diri (SMD)
e. Surveilans
34. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
32
4. Upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari,
oleh dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri
serta dapat mengembangan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, ses-
uai dengan sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang
berwawasan kesehatan maternal– neonatal disebut
a. Pemberdayaan kesehatan maternal – neonatal
b. Promosi Kesehatan Maternal-Neonatal
c. Penggerakan kesehatan masyarakat
d. Musyawarah masyarakat desa
e. Survey mawas diri
5. Kebijakan nasional promosi kesehatan maternal-neonatal menetapkan tiga
strategi dasar promosi kesehatan maternal-neonatal yaitu …
a. Penggerakkan dan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi
b. Bina suasana, kemitraan, dan advokasi
c. Penggerakan dan pemberdayaan, bina suasana,dan komunikasi yang tepat
d. Advokasi, kemitraan, dan pendidikan kesehatan
e. Kebijakan, kemitraan, advokasi
6. Dalam rangka meningkatkan cakupan target imunisasi di daerah binaann-
ya, Bidan Dina melakukan pendekatan kepada pejabat yang berwenang di-
wilayahnya untuk diberlakukannya syarat “imunisasi lengkap” untuk anak
yang akan masuk ke Sekolah Dasar. Upaya yang dilakukan oleh Bidan Dina
merupakan promosi dalam bidang…
a. Bina suasana
b. Keterbukaan
c. Kesetaraan
d. Kemitraan
e. Advokasi
7. Bd. Devi ingin menerapkan sistem donor darah di desa binaannya, langkah
pertama yang harus ditempuh oleh Bd. Devi adalah…
a. Melakukan pemeriksaan golongan darah
b. Menginformasikan pentingnya donor darah
c. Kerjasama dengan Puskesmas setempat
d. Membuat daftar golongan darah bumil
e. Membuat daftar golongan darah semua penduduk
8. PHBS merupakan salah satu indikator bagi keberhasilan pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Yang termasuk dalam salah satu dari 10 ind-
ikator PHBS adalah…
a. Jumlah kader kesehatan
b. Adanya forum desa
c. Adanya posyandu
d. Perilaku merokok
e. Dana sehat
35. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
33
9. Desa Purnama merupakan salah satu Desa yang tergolong dalam Desa dan
Kelurahan dan Siaga Aktif. Mempunyai forum desa tapi belum berjalan, kader
kesehatan berjumlah 2 orang, terdapat kemudahan akses dalam pelayanan
kesehatan dasar, terdapat Posyandu dan Rumah tangga PHBS mencapai
20%. Desa Purnama termasuk dalam kategori Desa Siaga kriteria…
a. Mandiri
b. Purnama
c. Madya
d. Pratama
e. Perdana
10. Berikut yang merupakan sasaran pokok dari pelayanan kesehatan di posyan-
du adalah…
a. Anak usia pra sekolah
b. Pasangan pra nikah
c. Ibu hamil
d. Remaja
e. Lansia
36. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
34
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Handajani, Sutjiati Dwi. 2012. Kebidanan Komunitas. Konsep dan Manajemen Asuhan.
Jakarta: EGC
Karwati. 2011. Asuhan Kebidanan V (Kebidanan Komunitas). Jakarta: Trans Info Media.
Meilani, Niken. 2013. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya.
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Buku Ajar: Kebidanan Komunitas. Teori dan Aplikasi dileng-
kapi Contoh Askeb. Yogyakarta: Nuha Medika.
Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC
Syahlan. 1996. Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan
37. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
35
Penutup
Dengan berakhirnya Kegiatan Belajar 4 ini maka berakhir pula modul 4 tentang pelaksa-
naan program. Selamat Anda telah menyelesaikan modul 4. Diharapkan dengan bera-
khirnya modul ini Anda akan dapat menguasai kompetensi yang diharapkan pada awal
kegiatan belajar.
Setelah menyelesaikan Modul 4 ini, maka berakhir pula modul tentang teori kebidanan
komunitas yang sebelumnya telah dijelaskan bahwa akan diselesaikan dalam 4 modul.
Selanjutnya Anda akan mempelajari tentang modul praktikum yang akan Anda pelajari
dalam 4 modul . Berikut merupakan cara perhitungan nilai untuk mengetahui ketun-
tasan belajar Anda:
SELAMAT MENGERJAKAN TEST AKHIR MODUL. KAMI YAKIN ANDA
PASTI BISA!! GOOD LUCK !!
1. Setiap akhir pertemuan selesai, kerjakan soal-soal test yang terse-
dia dan yakinkan bahwa Anda mampu menjawabnya tanpa mem-
baca materi lagi
2. Setelah Anda menjawab , maka lakukan koreksi dengan bantuan
kunci jawaban yang tersedia.
3. Lakukan penilaian untuk diri sendiri dengan cara :
Jumlah soal benar
Jumlah soal
4. Ketuntasan pembelajaran tercapai apabila Anda berhasil
mendapatkan nilai 80
5. Apabila Anda belum bisa mencapai nilai minimal 80, maka ulangi
lagi untuk mempelajari materi dan Anda bisa menanyakan pada
Tutor Anda dan kerjakanlah Tes Akhir Modul
6. Bila Anda sudah berhasil, maka lanjutkan untuk ke pertemuan
berikutnya dan bila selesai maka Anda dapat pindah ke modul
berikutnya
UNTUK MENGETAHUI KETUNTASAN BELAJAR,
ANDA DAPAT MENILAI
DIRI SENDIRI DENGAN CARA :
X 100
38. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
36
A.Kunci Jawaban
Kegiatan Belajar 1
1. A
2. C
3. B
4. D
5. A
6. E
7. B
8. D
9. D
10. C
39. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
37
Daftar
Gambar
http://1.bp.blogspot.com/-ASrT8cWGS2M/UG66I2NRYUI/AAAAAAAAAOQ/9bWhpYT-
dhQ8/s1600/101_4636.JPG
http://3.bp.blogspot.com/-kcxSTdu9DdU/UkKyH9oP_XI/AAAAAAAAGCA/h46dN8icB-
sM/s1600/pelayanan+kb+gratis+di+Dungaliyo.jpg
http://3.bp.blogspot.com/-T5ECZ82TxKo/UkLEigQs9yI/AAAAAAAAGCQ/Tfv03ICn61E/
s1600/pelayanan+kb+gratis1.jpg
http://2.bp.blogspot.com/-ImSd-slAxZ4/T7XBjAlIv8I/AAAAAAAAABg/sEuUjRfU2kg/
s1600/posyandu.jpg
http://3.bp.blogspot.com/-MKgWT902xhE/UwQckYEzhZI/AAAAAAAAAbc/sj5mf5A-
NOU4/s1600/IMG_20140208_112540.jpg
http://www.aipmnh.org/web_id/images/gallery/posyandu/posyandu_3.jpg
http://www.aipmnh.org/web_id/images/gallery/posyandu/posyandu_4.jpg
http://www.aipmnh.org/web_id/images/gallery/posyandu/posyandu_19.jpg
http://kknm.unpad.ac.id/kudangwangi/files/2014/01/senam2.jpg
http://2.bp.blogspot.com/-F13D9c5R-ak/T0w4_2OD4mI/AAAAAAAAAH8/Hz60ps-
jqX9k/s1600/Foto0139.jpg
http://bkn.go.id/kanreg03/images/stories/donor%20darah%201.jpg
http://www.koranindependen.com/wp-content/uploads/2015/02/IMG_3588.jpg
http://rsalramelan.tnial.mil.id/media/ugd/recover-room.jpg
http://3.bp.blogspot.com/-cS-n7cJx0T8/UXYxmb1S3cI/AAAAAAAAAxg/LGfn1L52e84/
s1600/desa+siaga+6.JPG
https://puskesmassungkai.files.wordpress.com/2012/12/img_0753.jpg
40. Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS)
2015
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS)
2015