SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Download to read offline
Makalah Matematika Sistem 
Analisa Kestabilan,Kekontrolan dan Keteramatan Sistem Persamaan 
gerak Roket Tipe RKX-200 LAPAN 
Oleh: 
Al
an Mucti (1213201024) 
Petrus Fendiyanto (1213201002) 
Putri Pradika Wanti (1213201022) 
Dosen Pengampu: 
Dr.Mardlijah,M.T 
NIP. 19670114 199102 2 001 
Pascasarjana Matematika 
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 
Institut Teknologi Sepuluh Nopember 
Surabaya 
2014
Contents 
1 Pendahuluan 2 
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 
1.2 Batasan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 
1.3 Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 
2 Tinjauan Pustaka 4 
2.1 Geometri Roket RKX-200 LAPAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 
2.2 Sistem Sumbu Badan (Xb; Yb;Zb) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 
2.3 Model Persamaan Roket . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 
3 Pembahasan 7 
3.1 Linearisasi Persamaan Gerak Roket . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 
3.2 Matriks State Space . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11 
3.2.1 State Space Persamaan Gerak Longitudinal . . . . . . . . . . 11 
3.2.2 State Space Persamaan Gerak Roket Lateral-Directional . . . 14 
3.3 Analisa Kestabilan Roket . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17 
3.3.1 Analisa Kestabilan Roket pada Persamaan Gerak Longitudinal 17 
3.3.2 Analisa Kestabilan Roket pada Persamaan Gerak Lateral-directional 17 
3.4 Keterkontrolan dan Keteramatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 
3.4.1 Kekontrolan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 
3.4.2 Keteramatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19 
1
1 Pendahuluan 
1.1 Latar Belakang 
Secara umum, roket memiliki enam derajat kebebasan gerak yang terdiri dari 
tiga gerak translasi (p; q; r). Sehingga memungkinkan roket bergerak tidak stabil. 
Dalam analisa lebih lanjut diperlukan sistem persamaan gerak roket yang stabil. 
Sistem persamaan roket merupakan merupakan persamaan nonlinear tiga dimensi 
yang rumit dan kompleks. Dalam analisa lebih lanjut diperlukan proses hampiran 
persamaan nonlinear dengan bentuk linear yaitu proses linearisasi. 
Persamaan gerak roket dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu gerak lon- 
gitudinal dan gerak lateral-directional. Gerak longitudinal adalah gerak yang di-akibatkan 
oleh gaya-gaya yang bekerja pada arah bidang simetris XZ. Pada gerak 
longitudinal ini terdapat dua gerak translasi dan satu gerak rotasi. Sedangkan, 
gerak lateral-directional adalah gerak yang melibatkan gaya-gaya yang bekerja pada 
arah samping (yawa) dan memutar (rol ). Pada gerak lateral-directional terdapat 
dua gerak rotasi dan satu gerak translasi. Gerakan roket ini ditentukan oleh sirip 
yang berada pada tail (ekor roket), meliputi elevator, rudder, dan aileron. sirip-sirip 
inilah yang nantinya mengontrol pergerakan suatu roket. 
1.2 Batasan Masalah 
Batasan masalah dalam tugas makalah ini adalah: 
1. Roket dianggap rigid body (benda tegar). 
2. Massa roket diasumsikan konstan. 
3. Sudut serang  (angle of attack ) dianggap nol. 
4. Fase yang diamati hanya pada fase sustainer (fase setelah pembakaran pro-pelan 
atau bahan bakar utama habis pada ketinggian tertentu). 
5. Diasumsikan tidak terjadi coupling antara gerak longitudinal dan gerak lateral- 
directional. 
6. Dianalisa hanya pada kecepatan mach 1.0 
1.3 Tujuan 
Tujuan dari tugas makalah ini adalah: 
1. Untuk melinearisasi persamaan nonlinear gerak roket. 
2. Untuk menentukan kestabilan persamaan gerak roket tipe RKX-200. 
3. Untuk menentukan keterkontrolan persamaan gerak roket tipe RKX-200. 
2
4. Untuk menentukan keteramatan persamaan gerak roket tipe RKX-200. 
5. Untuk menentukan simulasi dari gerak roket tipe RKX-200. 
3
2 Tinjauan Pustaka 
2.1 Geometri Roket RKX-200 LAPAN 
Roket RKX-200 LAPAN merupakan roket kendali yang mempunyai diameter 
200 mm. Berikut ini karakteristik dari RKX-200 LAPAN pada fase sustaining adalah 
sebagai berikut: 
Roket RKX-LAPAN mempunyai empat tail
n, yang masing-masing terdiri 
dari dua tail
n vertikal dan horizontal yang berfungsi sebagai sirip kendali. Sirip 
kendali roket ada tiga jenis, yaitu elevator, rudder, dan aileron. Kontrol elevator 
merupakan kontrol yang mengatur gerakan naik turun hidung roket. Tail yang 
bekerja pada kontrol elevator adalah tail
n horizontal. Kontrol rudder merupakan 
kontrol yang dapat membelokkan hidung roket ke kanan dan ke kiri. Tail yang 
bekerja pada kontrol rudder adalah tail
n vertikal. Sedangkan kontrol aileron 
merupakan kontrol yang megatur gerak roll (memutar) roket. 
Berikut ini adalah gambaran umum bentuk RKX-200 LAPAN 
Gambar. Bentuk Roket RKX-200 LAPAN 
4
2.2 Sistem Sumbu Badan (Xb; Yb;Zb) 
Sistem sumbu badan merupakan sumbu yang mengacu pada badan wahana 
roket. Sumbu Xb terletak sepanjang sumbu longitudinal roket dan positif ke depan, 
sumbu Yb teag lurus pada bidang geometri dan positif kearah kanan, sedangkan 
sumbu Zb pada bidang simetri tegak roket dan tegak lurus terhadap sumbu Xb pada 
kedudukan terbang datar. Sistem sumbu wahana pada roket ini dapat ditunjukkan 
pada gambar di bawah ini 
Gambar. Sistem sumbu roket 
Berikut ini akan ditampilkan tabel variabel gerak roket pada masing-masing 
sumbu 
2.3 Model Persamaan Roket 
Persamaan gerak roket merupakan model persamaan nonlinear. Jika diasum-sikan 
roket sebagai benda tegar, maka roket mempunyai enam derajat kebebasan. 
Berdasarkan hukum kedua Newton, persamaan gerak roket dapat dibagi menjadi 
dua, yaitu persamaan gaya dan persamaan momen. 
F = m 
d 
dt 
(mV ) 
 = 
d 
dt 
(H) 
5
Kemudian dengan mentransformasikan persamaan gaya dan momen dalam 
acuan koordinat sumbu bumi, persamaan gerak roket secara umum dapat dituliskan 
sebagai berikut 
Fx = m(u_ + qw  vr + sin) 
Fy = m(v_ + ur  pw  gcossin) 
Fz = m(w_ + vp  uq  gcossin) 
L = Ixxp_  Ixx(r_ + pq) + qr(Izz  Iyy) 
M = Iyyq_ + Ixz(p2  r2) + pr(Ixx  Izz) 
N = Izzr_  Ixzp_ + pq(Iyy  Ixx)  Ixzqr 
Untuk penyelesaian persamaan di atas diperlukan persamaan kecepatan an-guler 
yang ditransformasikan dari koordinat sumbu bumi ke koordinat sumbu badan. 
p = _ 
 _  
sin  
q = _  sin  + _  
cos  sin  
r = _  sin  + _  
cos cos 
6
3 Pembahasan 
3.1 Linearisasi Persamaan Gerak Roket 
Persamaan nonlinear gerak roket termasuk persamaan yang rumit, sehingga 
perlu dilakukan penyederhanaan untuk kepentingan analisa. Dalam hal ini, per-samaan 
nonlinear akan dilinearisasi menggunakan teori gangguan kecil dititik kese-timbangannya. 
Teori gangguan kecil ini mengasumsikan bahwa gerak roket terdiri 
dari pergeseran kecil dari kondisi terbang stabil. Dengan kata lain, semua variabel 
dari persamaan gerak roket diganti dengan nilai kesetimbangan ditambah dengan 
nilai kesetimbangan ditambah dnegan gangguan. 
Teori gangguan kecil ini mengasumsikan bahwa gerak roket terdiri dari perge-seran 
kecil dari kondisi terbang stabil. Dengan kata lain, semua variabel dari per-samaan 
gerak roket diganti dengan nilai kesetimbangan ditambah gangguan, seperti 
berikut ini: 
Fx = Fx0 + Fx u = u0 + u 
Fy = Fy0 + Fy v = v0 + v 
Fz = Fx0 + Fz w = w0 + w 
p = p0 + p  = 0 +  
q = q0 + q  = 0 +  
r = r0 + r   =  0 +   
Semua variabel yang berindeks nol merupakan nilai kesetimbangan, sedangkan i 
merupakan nilai perubahan kecil (gangguan) terhadap titik kesetimbangannya. Ke-mudian 
dengan mensubstitusikan variabel gerak seperti di atas, maka persamaan 
7
gerak roket menjadi: 
(Fx0 + Fx) = m((u_0 + u_ ) + (q0 + q)(w0 + w)  (r0 + r)(v0 + v) 
+ g sin(0 + )) 
(Fy0 + Fy) = m((v_0 + v_) + (r0 + r)(u0 + u)  (p0 + p)(w0 + w) 
 g cos(0 + ) sin(0 + )) 
(Fz0 + Fz) = m((w_0 + w_ ) + (p0 + p)(v0 + v)  (q0 + q)(u0 + u) 
 g cos(0 + ) cos(0 + )) 
(L0 + L) = Ixx(p_0 + p_)  Ixz(r_0 + r_) + (q0 + q)(r0 + r)(Izz  Iyy) 
 Ixz(p0 + p)(q0 + q) 
(M0 + M) = Iyy(q_0 + q_) + (r0 + r)(q0 + q)(Ixx  Izz) 
+ Ixz 
 
(p0 + p)2  (r0 + r)2 
(N0 + N) = Izz(r_0 + r_)  Ixz(p_0 + p_0) + (p0 + p)(q0 + q)(Iyy  Ixx) 
 Ixz(q0 + q)(r0 + r) 
(p0 + p) = (_ 
+ _ 
)  ( _  
0 +  _  
sin(0 + ) 
(q0 + q) = (_ + _) cos(0 + ) + ( _0 +  ) cos(0 + ) sin(0 + ) 
(r0 + r) = (_ + _) sin(0 + ) + ( _0 +  ) cos(0 + ) cos(0 + ) 
Ketika gangguan dari kondisi rata-rata dianggap kecil, maka berlaku sebagai 
berikut: 
1. perkalian (product) antar gangguan dianggap nol. 
2. sinus dari sudut gangguan dianggap sama dengan sudut gangguan, sedangkan 
cosinus dari sudut gangguan dianggap sama dengan satu. 
Persamaan sebelumnya merupakan persamaan gerak roket yang terdiri dari 
persamaan pada kondisi trim (setimbang) dan persamaan gangguan. Kemudian 
dikelompokkan persamaan gerak roket menjadi suku-suku trim dan suku-suku gang-guan. 
Apabila komponen persamaan gerak dalam kondisi trim (setimbang) di-hilangkan, 
hal ini berakibat berkurangnya komponen pesamaan gaya dan momen 
yang bekerja pada roket. 
Dalam analisa lebih lanjut perlu dipertimbangkan kasus-kasus penerbangan 
roket dengan kondisi sederhana. Misalnya, 
1. kondisi terbang lurus (staight) merupakan suatu kondisi terbang yang tidak 
mengalami laju perubahan sudut yaw (sudut belok) sehingga menyebabkan 
 0 = 0 
2. kondisi terbang symetric merupakan suatu kondisi terbang lurus yang men-ganggap 
sumbu XZ sebagai bidnag simetri, sehingga gerakan roket hanya 
dianggap dua dimensi yang tidak melibatkan komponen sumbu Y. Hal ini 
menyebabkan tidak adanya kecepatan linear kesamping serta sudut yaw atau 
sudut arah samping atau apat ditulis  0 = v0 = 0 
8
3. kondisi terbang dengan sirip mendatar merupakan suatu kondisi terbang roket 
yang tidak mengalami rolling, artinya roket tidak mengalami gerakan memu-tar. 
Sehingga dipenuhi 0 = 0 
4. kondisi terbang setimbang merupakan kondisi ideal terbang roket yang hanya 
melibatkan geraj translasi (lurus) saja. Sedangkan gerak rotasi dianggap tidak 
ada. Hal ini menyebabkan p0 = q0 = r0 = p_0 = q_0 = r_0 = 0: 
Sehingga persamaannya menjadi: 
Fx = m(u_ + w0q + g cos 0) 
Fy = m(v_ + u0r  w0p  g cos 0) 
Fz = m(w_  u0q + g sin 0 cos '0) 
L = Ixxp_  Ixzr_ 
M = Iyyq_ 
N = Izzr_  Ixzp_ 
p = _ 
  _  
sin 0 
q = _ 
r =  _  
cos 0 
Gangguan dalam analisa gerak roket sangat berpengaruh pada gaya dan 
momen roket. Gangguan-gangguan ini secara tidak langsung ditransormasikan ke 
dalam bentuk fungsi gangguan. Fungsi gangguan dalam roket terdiri dari fungsi 
perubahan kecepatan, percepatan dan sudut de
eksi sirip atau sayap roket. 
Berikut ini adalah fungsi-fungsi gangguan yang paling dominan pada gaya 
dan momen roket: 
Fx = f1(u;w;e) 
Fy = f2(v;p;r) 
Fz = f3(u;w;w_ ;q;e) 
L = f4(v;p;r;r;a) 
M = f5(u;p;w;w_ r;q;e) 
N = f6(v;p;r;r;a) 
9
Kemudian, fungsi gangguan pada gaya dan momen tersebut dideretkan dengan 
menggunakan ekspansi deret Taylor sebagai berikut: 
Fx = 
@Fx 
@u 
u + 
@Fx 
@w 
w + 
@Fx 
@e 
e 
Fy = 
@Fy 
@v 
v + 
@Fy 
@r 
r + 
@Fy 
@r 
r 
Fz = 
@Fz 
@u 
u + 
@Fz 
@w 
w + 
@Fz 
@q 
q + 
@Fz 
@e 
e 
L = 
@L 
@v 
v + 
@L 
@r 
r + 
@L 
@r 
r + 
@L 
@a 
a 
M = 
@M 
@u 
u + 
@M 
@w 
w + 
@M 
@q 
q + 
@M 
@e 
e 
N = 
@N 
@v 
v + 
@N 
@r 
r + 
@N 
@r 
r + 
@N 
@a 
a 
Dengan menyamakan persamaan sebelumnya sehingga persamaannya men-jadi: 
@Fx 
@u 
u + 
@Fx 
@w 
w + 
@Fx 
@e 
e = m[u_ + w0q + g cos 0] 
@Fy 
@v 
v + 
@Fy 
@r 
r + 
@Fy 
@r 
r = m(v_ + u0r  w0p  g cos 0) 
@Fz 
@u 
u + 
@Fz 
@w 
w + 
@Fz 
@q 
q + 
@Fz 
@e 
e = m(w_  u0q + g sin 0 cos '0) (1) 
@L 
@v 
v + 
@L 
@r 
r + 
@L 
@r 
r + 
@L 
@a 
a = Ixxp_  Ixzr_ 
@M 
@u 
u + 
@M 
@w 
w + 
@M 
@q 
q + 
@M 
@e 
e = Iyyq_ 
@N 
@v 
v + 
@N 
@r 
r + 
@N 
@r 
r + 
@N 
@a 
a = Izzr_  Ixzp_ (2) 
Jika masing-masing komponen persamaan (1) dibagi dengan massa (m), sedan-gkan 
komponen pada persamaan (2) dibagi dengan momen inersia (I), maka dengan 
mengikuti de
nisi di bawah ini: 
Fxi = 
1 
m 
@Fx 
@i 
Li = 
1 
Ixx 
@L 
@i 
Fyi = 
1 
m 
@Fy 
@i 
Mi = 
1 
Iyy 
@M 
@i 
Fzi = 
1 
m 
@Fz 
@i 
Ni = 
1 
Izz 
@N 
@i 
10
dengan i merupakan indeks yang menyatakan komponen variabel gangguan yang 
paling dominan pada masing-masing koordinat sumbu X; Y;Z. Sehingga persamaan 
gerak roket menjadi seperti berikut ini: 
Fxuu + Fxww + Fxee = u_ + w0q + g cos 0 
Fyvv + Fyvp + Fyrr + Fyre = v_ + u0r  w0p  g cos 0 
Fzuu + Fzww + Fzw_w_ + Fzqq + Fzee = w_  u0q + g sin 0 (3) 
Lvv + Lpp + Lrr + Lrr = 
Ixx 
Ixx 
p_  
Ixz 
Ixx 
r_ 
Muu +Mww_ +Mqq +Mee = 
Iyy 
Iyy 
q_ 
Nvv + Npp + Nrr + Naa = 
Izz 
Izz 
r_  
Ixz 
Ixx 
p_ (4) 
Jika persamaan (3) dan (4) ditulis dalam bentuk persamaan diferensial orde 
pertama, maka persamaan gerak roket menjadi: 
u_ = Fxuu + Fxww + Fxee  w0q  g cos 0 
v_ = Fyvv + Fypp + Fyrr + Fyre  u0r + w0p + g cos 0 
w_ = Fzuu + Fzww + Fzw_w_ + Fzqq + Fzee + u0q  g sin 0 
p_ = Lvv + Lpp + Lrr + Lrr + 
Ixz 
Ixx 
r_ 
q_ = Muu +Mww +Mw_w_ +Mqq +Mee 
r_ = Nvv + Npp + Nrr + Naa + 
Ixz 
Ixx 
p_ 
dengan Fxi; Fyi; Fzi; Li;Mi;Ni adalah parameter terbang roket. 
3.2 Matriks State Space 
Pembentukan matriks state space ini dilakukan pada masing-masing gerak 
roket, yaitu gerak longitudinal dan gerak lateral-directional. 
3.2.1 State Space Persamaan Gerak Longitudinal 
Gerak longitudinal merupakan gerakan yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang 
bekerja pada bidang simetri XZ. Gerak ini melibatkan kecepatan linear ke depan 
u, kecepatan linear ke atas z, laju sudut angguk (pitch rate q) dan sudut angguk 
(pitch attitude ). Sehingga persamaan gerak longitudinalnya adalah 
u_ = Fxuu + Fxww + Fxee  w0q  g cos 0 
w_ = Fzuu + Fzww + Fzw_w_ + Fzqq + Fzee + u0q  g sin 0 
q_ = Muu +Mww +Mw_w_ +Mqq +Mee 
_ = q 
11
Dalam analisa kestabilan ada beberapa parameter terbang yang perlu diabaikan, 
hal ini dikarenakan parameter tersebut tidak berpengaruh signi
kan terhadap re-spon 
gerak roket. Pada gerak longitudinal ini parameter yang diabaikan adalah Fzq 
dan Fzw. 
Dengan menggunakan sumbu kestabilan (keseimbangan) roket, w0 dapat di-anggap 
nol. Sedangkan 0 sama dengan sudut jalur terbang 
0 jika sudut serabf 0 
diasumsikan nol. Sehingga persamaan gerak longitudinal berubah menjadi: 
u_ = Fxuu + Fxww + Fxee  g cos 0 
w_ = Fzuu + Fzww + u0q  g sin 0 + Fzee 
q_ = Muu +Mww +Mw_w_ +Mqq +Mee 
_ = q 
Dalam kasus ini sudut lintas terbang 
0 dianggap nol, dengan alasan agar roket di-harapkan 
bergerak pada lintasan (jalur terbang) yang lurus. Sehingga persamaannya 
menjadi: 
u_ = Fxuu + Fxww + Fxee  g cos 0 (5) 
w_ = Fzuu + Fzww + u0q + Fzee (6) 
q_ = Muu +Mww +Mw_w_ +Mqq +Mee (7) 
_ = q (8) 
kemudian dengan mensubstitusikan persamaan (6) ke persamaan (7) maka per-samaan 
gerak longitudinal roket menjadi: 
u_ = Fxuu + Fxww + Fxee  g cos 0 
w_ = Fzuu + Fzww + u0q + Fzee 
q_ = (Mu +MwFzu)u + (Mw +MwFzw)w + (Mq +Mwu0)q + (Me +MwFze)e 
_ = q 
Jika persamaan untuk gerak longitudinal di atas dibentuk ke dalam matriks ruang 
keadaan (state space) x_ (t) = Ax(t) + Bu(t), maka: 
x_ = 
2 
u_ 
w_ 
q_ 
_ 
664 
3 
775 
; u = [e] 
A = 
2 
Fxu Fxw 0 g 
Fzu Fzw u0 0 
664 
~M 
u M~w ~M 
q 0 
0 0 1 0 
3 
775 
;B = 
2 
664 
Fxe 
Fze 
Me +Mw_Fze 
0 
3 
775 
12
keterangan: 
~M 
u = Mu +Mw_Fzu 
M~w = Mw +Mw_Fzw 
~M 
q = Mq +Mw_ u0 
atau jika ditulis secara lengkap menjadi: 
2 
u_ 
w_ 
q_ 
_ 
664 
3 
775 
= 
2 
Fxu Fxw 0 g 
Fzu Fzw u0 0 
664 
~M 
u M~w ~M 
q 0 
0 0 1 0 
3 
775 
2 
u 
w 
q 
 
664 
3 
775 
+ 
2 
664 
Fxe 
Fze 
Me +Mw_Fze 
0 
3 
775 
[e] 
Pada analisa gerak longitudinal ini output yang diharapkan ada empat yaitu 
kecepatan linear sumbu-x (u), kecepatan linear sumbu-z (w), laju sudut angguk (q), 
dan sudut angguk (). Berikut ini adalah output y = Cx(t) dari masing-masing 
output yang diharapkan: 
karena pada makalah ini diasumsikan hanya pada kecapatan 1.0 mach maka 
parameter roket RXK-200 pada gerak longitudinal berdasarkan data dari LAPAN 
adalah sebagai berikut : 
FXu = 
(CDu + 2CDo)Qs 
mU0 
= 0; 613 FXw = 
(CD  CLo)Qs 
mU0 
= 0; 038 
FXe =  
Qs 
m 
CDe = 0 FZu = 
(CLu + 2CLo)Qs 
mU0 
= 0; 383 
FZw = 
(CL  CDo)Qs 
mU0 
= 0; 191 FZe =  
Qs 
m 
CZe = 1; 304 
Mu = CMu 
Qsc 
U0Iy 
= 0; 096 Mw_ = CM_ 
Qsc 
U0Iy 
c 
2U0 
= 0; 632 
Mw = CM 
Qsc 
U0Iy 
= 0; 009 Mq = CMq 
Qsc 
U0Iy 
c 
2 
= 36; 168 
Me = CMe 
Qsc 
Iy 
= 0; 327 
13

More Related Content

What's hot

Klasifikasi Persamaan Diferensial Orde-Pertama
Klasifikasi Persamaan Diferensial Orde-PertamaKlasifikasi Persamaan Diferensial Orde-Pertama
Klasifikasi Persamaan Diferensial Orde-Pertama
STKIP PGRI BANDAR LAMPUNG
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkap
agus_budiarto
 
Kelompok iii keterdiferensialan
Kelompok iii   keterdiferensialanKelompok iii   keterdiferensialan
Kelompok iii keterdiferensialan
FarizK
 
Matematika 2 - Slide week 13 - Eigen
Matematika 2 - Slide week 13 - EigenMatematika 2 - Slide week 13 - Eigen
Matematika 2 - Slide week 13 - Eigen
Beny Nugraha
 
Diferensial parsial
Diferensial parsialDiferensial parsial
Diferensial parsial
yenisaja
 
matematika geodesi-transformasi linier
matematika geodesi-transformasi liniermatematika geodesi-transformasi linier
matematika geodesi-transformasi linier
aulia rachmawati
 

What's hot (20)

Sistem pertidaksamaan dua variabel (linear linear)
Sistem pertidaksamaan dua variabel (linear linear)Sistem pertidaksamaan dua variabel (linear linear)
Sistem pertidaksamaan dua variabel (linear linear)
 
Met num 10
Met num 10Met num 10
Met num 10
 
Persamaan Diferensial Biasa (PDB) Orde 2
Persamaan Diferensial Biasa (PDB) Orde 2Persamaan Diferensial Biasa (PDB) Orde 2
Persamaan Diferensial Biasa (PDB) Orde 2
 
Pertemuan 11 pengali lagrange
Pertemuan 11   pengali lagrangePertemuan 11   pengali lagrange
Pertemuan 11 pengali lagrange
 
Klasifikasi Persamaan Diferensial Orde-Pertama
Klasifikasi Persamaan Diferensial Orde-PertamaKlasifikasi Persamaan Diferensial Orde-Pertama
Klasifikasi Persamaan Diferensial Orde-Pertama
 
Bilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkapBilangan kompleks lengkap
Bilangan kompleks lengkap
 
Integral Berulang (Iterated Integrals)
Integral Berulang (Iterated Integrals)Integral Berulang (Iterated Integrals)
Integral Berulang (Iterated Integrals)
 
Teori otomata dan bahasa
Teori otomata dan bahasa Teori otomata dan bahasa
Teori otomata dan bahasa
 
Kelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fixKelompok 3 integrasi numerik fix
Kelompok 3 integrasi numerik fix
 
01 barisan-dan-deret
01 barisan-dan-deret01 barisan-dan-deret
01 barisan-dan-deret
 
proses poisson
proses poissonproses poisson
proses poisson
 
Kelompok iii keterdiferensialan
Kelompok iii   keterdiferensialanKelompok iii   keterdiferensialan
Kelompok iii keterdiferensialan
 
Akar persamaan
Akar persamaanAkar persamaan
Akar persamaan
 
Matematika 2 - Slide week 13 - Eigen
Matematika 2 - Slide week 13 - EigenMatematika 2 - Slide week 13 - Eigen
Matematika 2 - Slide week 13 - Eigen
 
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
Transformasi Linear ( Aljabar Linear Elementer )
 
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1DSolusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
Solusi D'Alembert Pers. Gelombang 1D
 
kalkulus dasar
kalkulus dasarkalkulus dasar
kalkulus dasar
 
Interpolasi linier
Interpolasi linierInterpolasi linier
Interpolasi linier
 
Diferensial parsial
Diferensial parsialDiferensial parsial
Diferensial parsial
 
matematika geodesi-transformasi linier
matematika geodesi-transformasi liniermatematika geodesi-transformasi linier
matematika geodesi-transformasi linier
 

Similar to Matematika sistem

Bab 5 sistem kerangka non inersia
Bab 5 sistem kerangka non inersiaBab 5 sistem kerangka non inersia
Bab 5 sistem kerangka non inersia
SyaRi EL-nahLy
 
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegarBab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Emanuel Manek
 
Modul 2 (besaran besaran gerak)
Modul 2 (besaran besaran gerak)Modul 2 (besaran besaran gerak)
Modul 2 (besaran besaran gerak)
kahfi1439
 
2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkar2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkar
Egi Mulya
 
Mekanika lagrangian
Mekanika lagrangianMekanika lagrangian
Mekanika lagrangian
Reza Aditya
 
Pokok bahasan rotasi benda tegar
Pokok bahasan rotasi benda tegarPokok bahasan rotasi benda tegar
Pokok bahasan rotasi benda tegar
pak gunawan saja
 
2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkar2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkar
Agus Purnomo
 
Modul 3 (gerak dua dimensi)
Modul 3 (gerak dua dimensi)Modul 3 (gerak dua dimensi)
Modul 3 (gerak dua dimensi)
kahfi1439
 

Similar to Matematika sistem (20)

Bab 5 sistem kerangka non inersia
Bab 5 sistem kerangka non inersiaBab 5 sistem kerangka non inersia
Bab 5 sistem kerangka non inersia
 
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegarBab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
Bab 3-rotasi-dan-kesetimbangan-benda-tegar
 
Modul 2 (besaran besaran gerak)
Modul 2 (besaran besaran gerak)Modul 2 (besaran besaran gerak)
Modul 2 (besaran besaran gerak)
 
Kinematika vektor xi
Kinematika vektor xiKinematika vektor xi
Kinematika vektor xi
 
Kinematika Gerak Lurus
Kinematika Gerak LurusKinematika Gerak Lurus
Kinematika Gerak Lurus
 
buku fisika kelas XI
buku fisika kelas XIbuku fisika kelas XI
buku fisika kelas XI
 
Dinamika rotasi
Dinamika rotasiDinamika rotasi
Dinamika rotasi
 
2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkar2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkar
 
Xi kinematika
Xi kinematikaXi kinematika
Xi kinematika
 
Gerak melingkar. revisi
Gerak melingkar. revisiGerak melingkar. revisi
Gerak melingkar. revisi
 
Mekanika lagrangian
Mekanika lagrangianMekanika lagrangian
Mekanika lagrangian
 
Pokok bahasan rotasi benda tegar
Pokok bahasan rotasi benda tegarPokok bahasan rotasi benda tegar
Pokok bahasan rotasi benda tegar
 
Model Pengendalian Gerak Satelit (Matematika Sistem)
Model Pengendalian Gerak Satelit (Matematika Sistem)Model Pengendalian Gerak Satelit (Matematika Sistem)
Model Pengendalian Gerak Satelit (Matematika Sistem)
 
Kinematika satu dimensi
Kinematika satu dimensiKinematika satu dimensi
Kinematika satu dimensi
 
Pengantar MEkanika.pptx
Pengantar MEkanika.pptxPengantar MEkanika.pptx
Pengantar MEkanika.pptx
 
ModuL 3 Rancang
ModuL 3  RancangModuL 3  Rancang
ModuL 3 Rancang
 
2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkar2 grk parabola&melingkar
2 grk parabola&melingkar
 
Soal osng fisika 2013
Soal osng fisika 2013Soal osng fisika 2013
Soal osng fisika 2013
 
Modul 3 (gerak dua dimensi)
Modul 3 (gerak dua dimensi)Modul 3 (gerak dua dimensi)
Modul 3 (gerak dua dimensi)
 
Fisika Dasar
Fisika Dasar Fisika Dasar
Fisika Dasar
 

More from petrus fendiyanto

Dimensi Metrik Graf Lintasan dan Graf Lengkap
Dimensi Metrik Graf Lintasan dan Graf LengkapDimensi Metrik Graf Lintasan dan Graf Lengkap
Dimensi Metrik Graf Lintasan dan Graf Lengkap
petrus fendiyanto
 

More from petrus fendiyanto (20)

himpunan Fuzzy
himpunan Fuzzyhimpunan Fuzzy
himpunan Fuzzy
 
Implikasi dan biimplikasi
Implikasi dan biimplikasiImplikasi dan biimplikasi
Implikasi dan biimplikasi
 
Logika matematika
Logika matematikaLogika matematika
Logika matematika
 
Perkalian trigonometri
Perkalian trigonometriPerkalian trigonometri
Perkalian trigonometri
 
Suku banyak
Suku banyakSuku banyak
Suku banyak
 
Peluang
PeluangPeluang
Peluang
 
Jumlah sudut trigonometri
Jumlah sudut trigonometriJumlah sudut trigonometri
Jumlah sudut trigonometri
 
Logaritma
LogaritmaLogaritma
Logaritma
 
Eksistensi dan Ketunggalan penyelesaian model
Eksistensi dan Ketunggalan penyelesaian modelEksistensi dan Ketunggalan penyelesaian model
Eksistensi dan Ketunggalan penyelesaian model
 
Dimensi Metrik Graf Lintasan dan Graf Lengkap
Dimensi Metrik Graf Lintasan dan Graf LengkapDimensi Metrik Graf Lintasan dan Graf Lengkap
Dimensi Metrik Graf Lintasan dan Graf Lengkap
 
Aljabar
AljabarAljabar
Aljabar
 
Trik cepat berhitung perkalian
Trik cepat berhitung perkalianTrik cepat berhitung perkalian
Trik cepat berhitung perkalian
 
Hebb, perceptro dan adaline
Hebb, perceptro dan adalineHebb, perceptro dan adaline
Hebb, perceptro dan adaline
 
Teori Graph dan Aplikasi
Teori Graph dan AplikasiTeori Graph dan Aplikasi
Teori Graph dan Aplikasi
 
Kohonen SOM dan Learning Vector Quantization (LVQ)
Kohonen SOM dan Learning Vector Quantization (LVQ)Kohonen SOM dan Learning Vector Quantization (LVQ)
Kohonen SOM dan Learning Vector Quantization (LVQ)
 
pemodelan dengan menggunakan aljabar max-plus
pemodelan dengan menggunakan aljabar max-pluspemodelan dengan menggunakan aljabar max-plus
pemodelan dengan menggunakan aljabar max-plus
 
Antrian Nasabah Bank
Antrian Nasabah BankAntrian Nasabah Bank
Antrian Nasabah Bank
 
Komputasi Numerik
Komputasi NumerikKomputasi Numerik
Komputasi Numerik
 
Aplikasi Aljabar Max-plus
Aplikasi Aljabar Max-plusAplikasi Aljabar Max-plus
Aplikasi Aljabar Max-plus
 
Tugas aplikasi peteri net
Tugas aplikasi peteri netTugas aplikasi peteri net
Tugas aplikasi peteri net
 

Recently uploaded

443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
ErikaPutriJayantini
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
DewiUmbar
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Jajang Sulaeman
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
furqanridha
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
luqmanhakimkhairudin
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 

Recently uploaded (20)

Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.pptPenyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
Penyuluhan DM Tipe II Kegiatan Prolanis.ppt
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docxLaporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
Laporan RHK PMM Observasi Target Perilaku.docx
 
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx.....................Swamedikasi 2-2.pptx
.....................Swamedikasi 2-2.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMPBioteknologi Konvensional dan Modern  kelas 9 SMP
Bioteknologi Konvensional dan Modern kelas 9 SMP
 

Matematika sistem

  • 1. Makalah Matematika Sistem Analisa Kestabilan,Kekontrolan dan Keteramatan Sistem Persamaan gerak Roket Tipe RKX-200 LAPAN Oleh: Al
  • 2. an Mucti (1213201024) Petrus Fendiyanto (1213201002) Putri Pradika Wanti (1213201022) Dosen Pengampu: Dr.Mardlijah,M.T NIP. 19670114 199102 2 001 Pascasarjana Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2014
  • 3. Contents 1 Pendahuluan 2 1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 1.2 Batasan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 1.3 Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 2 Tinjauan Pustaka 4 2.1 Geometri Roket RKX-200 LAPAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 2.2 Sistem Sumbu Badan (Xb; Yb;Zb) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 2.3 Model Persamaan Roket . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 3 Pembahasan 7 3.1 Linearisasi Persamaan Gerak Roket . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 3.2 Matriks State Space . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11 3.2.1 State Space Persamaan Gerak Longitudinal . . . . . . . . . . 11 3.2.2 State Space Persamaan Gerak Roket Lateral-Directional . . . 14 3.3 Analisa Kestabilan Roket . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17 3.3.1 Analisa Kestabilan Roket pada Persamaan Gerak Longitudinal 17 3.3.2 Analisa Kestabilan Roket pada Persamaan Gerak Lateral-directional 17 3.4 Keterkontrolan dan Keteramatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 3.4.1 Kekontrolan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 3.4.2 Keteramatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19 1
  • 4. 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Secara umum, roket memiliki enam derajat kebebasan gerak yang terdiri dari tiga gerak translasi (p; q; r). Sehingga memungkinkan roket bergerak tidak stabil. Dalam analisa lebih lanjut diperlukan sistem persamaan gerak roket yang stabil. Sistem persamaan roket merupakan merupakan persamaan nonlinear tiga dimensi yang rumit dan kompleks. Dalam analisa lebih lanjut diperlukan proses hampiran persamaan nonlinear dengan bentuk linear yaitu proses linearisasi. Persamaan gerak roket dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu gerak lon- gitudinal dan gerak lateral-directional. Gerak longitudinal adalah gerak yang di-akibatkan oleh gaya-gaya yang bekerja pada arah bidang simetris XZ. Pada gerak longitudinal ini terdapat dua gerak translasi dan satu gerak rotasi. Sedangkan, gerak lateral-directional adalah gerak yang melibatkan gaya-gaya yang bekerja pada arah samping (yawa) dan memutar (rol ). Pada gerak lateral-directional terdapat dua gerak rotasi dan satu gerak translasi. Gerakan roket ini ditentukan oleh sirip yang berada pada tail (ekor roket), meliputi elevator, rudder, dan aileron. sirip-sirip inilah yang nantinya mengontrol pergerakan suatu roket. 1.2 Batasan Masalah Batasan masalah dalam tugas makalah ini adalah: 1. Roket dianggap rigid body (benda tegar). 2. Massa roket diasumsikan konstan. 3. Sudut serang (angle of attack ) dianggap nol. 4. Fase yang diamati hanya pada fase sustainer (fase setelah pembakaran pro-pelan atau bahan bakar utama habis pada ketinggian tertentu). 5. Diasumsikan tidak terjadi coupling antara gerak longitudinal dan gerak lateral- directional. 6. Dianalisa hanya pada kecepatan mach 1.0 1.3 Tujuan Tujuan dari tugas makalah ini adalah: 1. Untuk melinearisasi persamaan nonlinear gerak roket. 2. Untuk menentukan kestabilan persamaan gerak roket tipe RKX-200. 3. Untuk menentukan keterkontrolan persamaan gerak roket tipe RKX-200. 2
  • 5. 4. Untuk menentukan keteramatan persamaan gerak roket tipe RKX-200. 5. Untuk menentukan simulasi dari gerak roket tipe RKX-200. 3
  • 6. 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Geometri Roket RKX-200 LAPAN Roket RKX-200 LAPAN merupakan roket kendali yang mempunyai diameter 200 mm. Berikut ini karakteristik dari RKX-200 LAPAN pada fase sustaining adalah sebagai berikut: Roket RKX-LAPAN mempunyai empat tail
  • 7. n, yang masing-masing terdiri dari dua tail
  • 8. n vertikal dan horizontal yang berfungsi sebagai sirip kendali. Sirip kendali roket ada tiga jenis, yaitu elevator, rudder, dan aileron. Kontrol elevator merupakan kontrol yang mengatur gerakan naik turun hidung roket. Tail yang bekerja pada kontrol elevator adalah tail
  • 9. n horizontal. Kontrol rudder merupakan kontrol yang dapat membelokkan hidung roket ke kanan dan ke kiri. Tail yang bekerja pada kontrol rudder adalah tail
  • 10. n vertikal. Sedangkan kontrol aileron merupakan kontrol yang megatur gerak roll (memutar) roket. Berikut ini adalah gambaran umum bentuk RKX-200 LAPAN Gambar. Bentuk Roket RKX-200 LAPAN 4
  • 11. 2.2 Sistem Sumbu Badan (Xb; Yb;Zb) Sistem sumbu badan merupakan sumbu yang mengacu pada badan wahana roket. Sumbu Xb terletak sepanjang sumbu longitudinal roket dan positif ke depan, sumbu Yb teag lurus pada bidang geometri dan positif kearah kanan, sedangkan sumbu Zb pada bidang simetri tegak roket dan tegak lurus terhadap sumbu Xb pada kedudukan terbang datar. Sistem sumbu wahana pada roket ini dapat ditunjukkan pada gambar di bawah ini Gambar. Sistem sumbu roket Berikut ini akan ditampilkan tabel variabel gerak roket pada masing-masing sumbu 2.3 Model Persamaan Roket Persamaan gerak roket merupakan model persamaan nonlinear. Jika diasum-sikan roket sebagai benda tegar, maka roket mempunyai enam derajat kebebasan. Berdasarkan hukum kedua Newton, persamaan gerak roket dapat dibagi menjadi dua, yaitu persamaan gaya dan persamaan momen. F = m d dt (mV ) = d dt (H) 5
  • 12. Kemudian dengan mentransformasikan persamaan gaya dan momen dalam acuan koordinat sumbu bumi, persamaan gerak roket secara umum dapat dituliskan sebagai berikut Fx = m(u_ + qw vr + sin) Fy = m(v_ + ur pw gcossin) Fz = m(w_ + vp uq gcossin) L = Ixxp_ Ixx(r_ + pq) + qr(Izz Iyy) M = Iyyq_ + Ixz(p2 r2) + pr(Ixx Izz) N = Izzr_ Ixzp_ + pq(Iyy Ixx) Ixzqr Untuk penyelesaian persamaan di atas diperlukan persamaan kecepatan an-guler yang ditransformasikan dari koordinat sumbu bumi ke koordinat sumbu badan. p = _ _ sin q = _ sin + _ cos sin r = _ sin + _ cos cos 6
  • 13. 3 Pembahasan 3.1 Linearisasi Persamaan Gerak Roket Persamaan nonlinear gerak roket termasuk persamaan yang rumit, sehingga perlu dilakukan penyederhanaan untuk kepentingan analisa. Dalam hal ini, per-samaan nonlinear akan dilinearisasi menggunakan teori gangguan kecil dititik kese-timbangannya. Teori gangguan kecil ini mengasumsikan bahwa gerak roket terdiri dari pergeseran kecil dari kondisi terbang stabil. Dengan kata lain, semua variabel dari persamaan gerak roket diganti dengan nilai kesetimbangan ditambah dengan nilai kesetimbangan ditambah dnegan gangguan. Teori gangguan kecil ini mengasumsikan bahwa gerak roket terdiri dari perge-seran kecil dari kondisi terbang stabil. Dengan kata lain, semua variabel dari per-samaan gerak roket diganti dengan nilai kesetimbangan ditambah gangguan, seperti berikut ini: Fx = Fx0 + Fx u = u0 + u Fy = Fy0 + Fy v = v0 + v Fz = Fx0 + Fz w = w0 + w p = p0 + p = 0 + q = q0 + q = 0 + r = r0 + r = 0 + Semua variabel yang berindeks nol merupakan nilai kesetimbangan, sedangkan i merupakan nilai perubahan kecil (gangguan) terhadap titik kesetimbangannya. Ke-mudian dengan mensubstitusikan variabel gerak seperti di atas, maka persamaan 7
  • 14. gerak roket menjadi: (Fx0 + Fx) = m((u_0 + u_ ) + (q0 + q)(w0 + w) (r0 + r)(v0 + v) + g sin(0 + )) (Fy0 + Fy) = m((v_0 + v_) + (r0 + r)(u0 + u) (p0 + p)(w0 + w) g cos(0 + ) sin(0 + )) (Fz0 + Fz) = m((w_0 + w_ ) + (p0 + p)(v0 + v) (q0 + q)(u0 + u) g cos(0 + ) cos(0 + )) (L0 + L) = Ixx(p_0 + p_) Ixz(r_0 + r_) + (q0 + q)(r0 + r)(Izz Iyy) Ixz(p0 + p)(q0 + q) (M0 + M) = Iyy(q_0 + q_) + (r0 + r)(q0 + q)(Ixx Izz) + Ixz (p0 + p)2 (r0 + r)2 (N0 + N) = Izz(r_0 + r_) Ixz(p_0 + p_0) + (p0 + p)(q0 + q)(Iyy Ixx) Ixz(q0 + q)(r0 + r) (p0 + p) = (_ + _ ) ( _ 0 + _ sin(0 + ) (q0 + q) = (_ + _) cos(0 + ) + ( _0 + ) cos(0 + ) sin(0 + ) (r0 + r) = (_ + _) sin(0 + ) + ( _0 + ) cos(0 + ) cos(0 + ) Ketika gangguan dari kondisi rata-rata dianggap kecil, maka berlaku sebagai berikut: 1. perkalian (product) antar gangguan dianggap nol. 2. sinus dari sudut gangguan dianggap sama dengan sudut gangguan, sedangkan cosinus dari sudut gangguan dianggap sama dengan satu. Persamaan sebelumnya merupakan persamaan gerak roket yang terdiri dari persamaan pada kondisi trim (setimbang) dan persamaan gangguan. Kemudian dikelompokkan persamaan gerak roket menjadi suku-suku trim dan suku-suku gang-guan. Apabila komponen persamaan gerak dalam kondisi trim (setimbang) di-hilangkan, hal ini berakibat berkurangnya komponen pesamaan gaya dan momen yang bekerja pada roket. Dalam analisa lebih lanjut perlu dipertimbangkan kasus-kasus penerbangan roket dengan kondisi sederhana. Misalnya, 1. kondisi terbang lurus (staight) merupakan suatu kondisi terbang yang tidak mengalami laju perubahan sudut yaw (sudut belok) sehingga menyebabkan 0 = 0 2. kondisi terbang symetric merupakan suatu kondisi terbang lurus yang men-ganggap sumbu XZ sebagai bidnag simetri, sehingga gerakan roket hanya dianggap dua dimensi yang tidak melibatkan komponen sumbu Y. Hal ini menyebabkan tidak adanya kecepatan linear kesamping serta sudut yaw atau sudut arah samping atau apat ditulis 0 = v0 = 0 8
  • 15. 3. kondisi terbang dengan sirip mendatar merupakan suatu kondisi terbang roket yang tidak mengalami rolling, artinya roket tidak mengalami gerakan memu-tar. Sehingga dipenuhi 0 = 0 4. kondisi terbang setimbang merupakan kondisi ideal terbang roket yang hanya melibatkan geraj translasi (lurus) saja. Sedangkan gerak rotasi dianggap tidak ada. Hal ini menyebabkan p0 = q0 = r0 = p_0 = q_0 = r_0 = 0: Sehingga persamaannya menjadi: Fx = m(u_ + w0q + g cos 0) Fy = m(v_ + u0r w0p g cos 0) Fz = m(w_ u0q + g sin 0 cos '0) L = Ixxp_ Ixzr_ M = Iyyq_ N = Izzr_ Ixzp_ p = _ _ sin 0 q = _ r = _ cos 0 Gangguan dalam analisa gerak roket sangat berpengaruh pada gaya dan momen roket. Gangguan-gangguan ini secara tidak langsung ditransormasikan ke dalam bentuk fungsi gangguan. Fungsi gangguan dalam roket terdiri dari fungsi perubahan kecepatan, percepatan dan sudut de eksi sirip atau sayap roket. Berikut ini adalah fungsi-fungsi gangguan yang paling dominan pada gaya dan momen roket: Fx = f1(u;w;e) Fy = f2(v;p;r) Fz = f3(u;w;w_ ;q;e) L = f4(v;p;r;r;a) M = f5(u;p;w;w_ r;q;e) N = f6(v;p;r;r;a) 9
  • 16. Kemudian, fungsi gangguan pada gaya dan momen tersebut dideretkan dengan menggunakan ekspansi deret Taylor sebagai berikut: Fx = @Fx @u u + @Fx @w w + @Fx @e e Fy = @Fy @v v + @Fy @r r + @Fy @r r Fz = @Fz @u u + @Fz @w w + @Fz @q q + @Fz @e e L = @L @v v + @L @r r + @L @r r + @L @a a M = @M @u u + @M @w w + @M @q q + @M @e e N = @N @v v + @N @r r + @N @r r + @N @a a Dengan menyamakan persamaan sebelumnya sehingga persamaannya men-jadi: @Fx @u u + @Fx @w w + @Fx @e e = m[u_ + w0q + g cos 0] @Fy @v v + @Fy @r r + @Fy @r r = m(v_ + u0r w0p g cos 0) @Fz @u u + @Fz @w w + @Fz @q q + @Fz @e e = m(w_ u0q + g sin 0 cos '0) (1) @L @v v + @L @r r + @L @r r + @L @a a = Ixxp_ Ixzr_ @M @u u + @M @w w + @M @q q + @M @e e = Iyyq_ @N @v v + @N @r r + @N @r r + @N @a a = Izzr_ Ixzp_ (2) Jika masing-masing komponen persamaan (1) dibagi dengan massa (m), sedan-gkan komponen pada persamaan (2) dibagi dengan momen inersia (I), maka dengan mengikuti de
  • 17. nisi di bawah ini: Fxi = 1 m @Fx @i Li = 1 Ixx @L @i Fyi = 1 m @Fy @i Mi = 1 Iyy @M @i Fzi = 1 m @Fz @i Ni = 1 Izz @N @i 10
  • 18. dengan i merupakan indeks yang menyatakan komponen variabel gangguan yang paling dominan pada masing-masing koordinat sumbu X; Y;Z. Sehingga persamaan gerak roket menjadi seperti berikut ini: Fxuu + Fxww + Fxee = u_ + w0q + g cos 0 Fyvv + Fyvp + Fyrr + Fyre = v_ + u0r w0p g cos 0 Fzuu + Fzww + Fzw_w_ + Fzqq + Fzee = w_ u0q + g sin 0 (3) Lvv + Lpp + Lrr + Lrr = Ixx Ixx p_ Ixz Ixx r_ Muu +Mww_ +Mqq +Mee = Iyy Iyy q_ Nvv + Npp + Nrr + Naa = Izz Izz r_ Ixz Ixx p_ (4) Jika persamaan (3) dan (4) ditulis dalam bentuk persamaan diferensial orde pertama, maka persamaan gerak roket menjadi: u_ = Fxuu + Fxww + Fxee w0q g cos 0 v_ = Fyvv + Fypp + Fyrr + Fyre u0r + w0p + g cos 0 w_ = Fzuu + Fzww + Fzw_w_ + Fzqq + Fzee + u0q g sin 0 p_ = Lvv + Lpp + Lrr + Lrr + Ixz Ixx r_ q_ = Muu +Mww +Mw_w_ +Mqq +Mee r_ = Nvv + Npp + Nrr + Naa + Ixz Ixx p_ dengan Fxi; Fyi; Fzi; Li;Mi;Ni adalah parameter terbang roket. 3.2 Matriks State Space Pembentukan matriks state space ini dilakukan pada masing-masing gerak roket, yaitu gerak longitudinal dan gerak lateral-directional. 3.2.1 State Space Persamaan Gerak Longitudinal Gerak longitudinal merupakan gerakan yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang bekerja pada bidang simetri XZ. Gerak ini melibatkan kecepatan linear ke depan u, kecepatan linear ke atas z, laju sudut angguk (pitch rate q) dan sudut angguk (pitch attitude ). Sehingga persamaan gerak longitudinalnya adalah u_ = Fxuu + Fxww + Fxee w0q g cos 0 w_ = Fzuu + Fzww + Fzw_w_ + Fzqq + Fzee + u0q g sin 0 q_ = Muu +Mww +Mw_w_ +Mqq +Mee _ = q 11
  • 19. Dalam analisa kestabilan ada beberapa parameter terbang yang perlu diabaikan, hal ini dikarenakan parameter tersebut tidak berpengaruh signi
  • 20. kan terhadap re-spon gerak roket. Pada gerak longitudinal ini parameter yang diabaikan adalah Fzq dan Fzw. Dengan menggunakan sumbu kestabilan (keseimbangan) roket, w0 dapat di-anggap nol. Sedangkan 0 sama dengan sudut jalur terbang 0 jika sudut serabf 0 diasumsikan nol. Sehingga persamaan gerak longitudinal berubah menjadi: u_ = Fxuu + Fxww + Fxee g cos 0 w_ = Fzuu + Fzww + u0q g sin 0 + Fzee q_ = Muu +Mww +Mw_w_ +Mqq +Mee _ = q Dalam kasus ini sudut lintas terbang 0 dianggap nol, dengan alasan agar roket di-harapkan bergerak pada lintasan (jalur terbang) yang lurus. Sehingga persamaannya menjadi: u_ = Fxuu + Fxww + Fxee g cos 0 (5) w_ = Fzuu + Fzww + u0q + Fzee (6) q_ = Muu +Mww +Mw_w_ +Mqq +Mee (7) _ = q (8) kemudian dengan mensubstitusikan persamaan (6) ke persamaan (7) maka per-samaan gerak longitudinal roket menjadi: u_ = Fxuu + Fxww + Fxee g cos 0 w_ = Fzuu + Fzww + u0q + Fzee q_ = (Mu +MwFzu)u + (Mw +MwFzw)w + (Mq +Mwu0)q + (Me +MwFze)e _ = q Jika persamaan untuk gerak longitudinal di atas dibentuk ke dalam matriks ruang keadaan (state space) x_ (t) = Ax(t) + Bu(t), maka: x_ = 2 u_ w_ q_ _ 664 3 775 ; u = [e] A = 2 Fxu Fxw 0 g Fzu Fzw u0 0 664 ~M u M~w ~M q 0 0 0 1 0 3 775 ;B = 2 664 Fxe Fze Me +Mw_Fze 0 3 775 12
  • 21. keterangan: ~M u = Mu +Mw_Fzu M~w = Mw +Mw_Fzw ~M q = Mq +Mw_ u0 atau jika ditulis secara lengkap menjadi: 2 u_ w_ q_ _ 664 3 775 = 2 Fxu Fxw 0 g Fzu Fzw u0 0 664 ~M u M~w ~M q 0 0 0 1 0 3 775 2 u w q 664 3 775 + 2 664 Fxe Fze Me +Mw_Fze 0 3 775 [e] Pada analisa gerak longitudinal ini output yang diharapkan ada empat yaitu kecepatan linear sumbu-x (u), kecepatan linear sumbu-z (w), laju sudut angguk (q), dan sudut angguk (). Berikut ini adalah output y = Cx(t) dari masing-masing output yang diharapkan: karena pada makalah ini diasumsikan hanya pada kecapatan 1.0 mach maka parameter roket RXK-200 pada gerak longitudinal berdasarkan data dari LAPAN adalah sebagai berikut : FXu = (CDu + 2CDo)Qs mU0 = 0; 613 FXw = (CD CLo)Qs mU0 = 0; 038 FXe = Qs m CDe = 0 FZu = (CLu + 2CLo)Qs mU0 = 0; 383 FZw = (CL CDo)Qs mU0 = 0; 191 FZe = Qs m CZe = 1; 304 Mu = CMu Qsc U0Iy = 0; 096 Mw_ = CM_ Qsc U0Iy c 2U0 = 0; 632 Mw = CM Qsc U0Iy = 0; 009 Mq = CMq Qsc U0Iy c 2 = 36; 168 Me = CMe Qsc Iy = 0; 327 13
  • 22. jika parameter diatas disubtitusikan ke Matriks Space persamaan gerak Longitudinal maka Matriks Space yang terbentuk adalah : 2 u_ w_ q_ _ 664 3 775 = 2 0; 613 0; 038 0 9; 8 0; 383 0; 191 34 0 0; 578 0; 11 14; 68 0 664 0 0 1 0 3 775 2 664 u w q 3 775 + 2 0 1; 304 1; 151 0 664 3 775 [e] 3.2.2 State Space Persamaan Gerak Roket Lateral-Directional Gerak lateral-direction adalah gerakan roket yang melibatkan kecepatan linear ke samping v, laju sudut rool p, laju sudut yaw r, sudut rool, sudut yaw . Dalam kasus ini sudut yaw diabaikan untuk mereduksi bentuk matriks. Pengabaian ini tidak berpengaruh terhadap gerak roket lateral-directional. Sehingga persamaan gerak roket yang terlibat dalam gerak lateral-directional adalah sebagai berikut: v_ = Fyvv + Fypp + Fyrr + Fyre u0r + w0p + g cos 0 p_ = Lvv + Lpp + Lrr + Lrr + Ixz Ixx r_ r_ = Nvv + Npp + Nrr + Naa + Ixz Ixx p_ _ = p + r tan 0 Pada gerak roket lateral-direction, parameter terbang yang sering diabaikan dalam analisa gerak roket adalah Fyp dan Fyr . Hal ini dikarenakan parameter terse-but tidak berpengaruh besar terhadap respon gerak roket. Disamping itu, w0 = 0, ssehingga persamaannya menjadi: v_ = Fyvv + Fyre u0r + g cos 0 (9) p_ = Lvv + Lpp + Lrr + Lrr + Ixz Ixx r_ (10) r_ = Nvv + Npp + Nrr + Naa + Ixz Ixx p_ (11) _ = p + r tan 0 (12) dengan memisalkan Ixz Ixx = IA dan Ixz Izz = IB, kemudian dengan mensubstitusikan persamaan (10) ke persamaan (11) dan sebaliknya, maka diperoleh: v_ = Fyvv + Fyre u0r + g cos 0 _ p = bL vv +bL pp +bL rr +bL rr +bL aa r_ = Nbvv + Nbpp + Nbrr + Nbaa + b Nrr _ = p + r tan 0 14
  • 23. dengan: bL v = (IANv + Lv) b Nv = (IBLv + Nv) bL p = (IANp + Lp) b Np = (IBLp + Np) bL r = (IANr + Lr) b Nr = (IBLr + Nr) bL a = (IANa + La) b Na = (IBLa + Na) bL r = (IANr + Lr ) b Nr = (IBLr + Nr ) Dalam analisa kestabilan slideslip angels (
  • 24. ) sering digunakan sebagai state variabel dari pada slideslip velocity (v), sehingga untuk sudut serang yang sangat kecil dipenuhi kondisi v = u0
  • 25. atau
  • 26. = v u0 . Akibatnya, persamaan gerak lateral-directional menjadi:
  • 27. = Fyv
  • 28. + r g cos 0 u0 + Fyrr u0 _ p = bL
  • 29. +bL pp +bL rr +bL rr +bL aa r_ = Nb
  • 30. + Nbpp + Nbrr + Nbaa + b Nrr _ = p + r tan 0 dengan:
  • 31. = bL vu0 b N
  • 32. = b Nvu0 bL Pada roket berlaku bahwa sudut angguk 0 sama dengan jalur sudut lintas (path ight angle) 0. Dalam kasus ini 0 = 0, agar roket melintas pada jalur lurus sehingga persamaannya menjadi:
  • 33. = Fyv
  • 34. + r g u0 + Fyrr u0 _ p = bL
  • 35. +bL pp +bL rr +bL rr +bL aa r_ = Nb
  • 36. + Nbpp + Nbrr + Nbaa + b Nrr _ = p Kemudian persamaan yang telah diperoleh dibentuk kedalam matriks state space x_ (t) = Ax(t) + Bu(t), dengan x_ = 2 _
  • 37. p_ r_ _ 664 3 775 ; u = r a 15
  • 38. A = 2 Fyv 0 1 g 664 u0 bL
  • 39. bL p bL r 0 b N
  • 40. b Np b Nr 0 0 1 0 0 3 775 ;B = 2 Fyr 0 664 bL r bL a b Nr b Na 0 0 3 775 jika matriks state space ditulis secara lengkap menjadi: 2 _
  • 41. p_ r_ _ 664 3 775 = 2 Fyv 0 1 g 664 u0 bL
  • 42. bL p bL r 0 b N
  • 43. b Np b Nr 0 0 1 0 0 3 775 2
  • 44. p r 664 3 775 + 2 Fyr 0 664 bL r bL a b Nr b Na 0 0 3 775 r a Pada analisa kestabilan gerak lateral-directional ini output yang diharapkan ada empat yaitu, slidelip angles (
  • 45. ), laju sudut rool (). Berikut ini adalah output y = Cx(t) dari masing-masing output yang diharapkan: Pada kecepatan mach 1.0 Parameter yang diinput pada persamaan gerak lateral- directional berdasarkan data dari LAPAN adalah : Yv = QsCy
  • 46. mU0 = 2; 305 Yr = Qscyr m = 0; 03 L
  • 47. = QsbClb Ixx = 2; 694 Lp = Qsb2Clr 2IxxU0 = 5; 348 Lr = Qsb2Clr 2IxxU0 = 0; 069 Lr = QsbClr Ixx = 26; 94 La = QsbCla Ixx = 0 N
  • 49. Iyy = 9; 226 Np = Qsb2Cp 2IzzU0 = 0:0003 Nr = Qsb2Cr 2IzzU0 = 7; 708 Nr = QsbCr Izz = 0; 304 Na = QsbCa Izz = 0; 304 16
  • 50. jika parameter tersebut disubtitusikan pada matriks state space persamaan gerak lateral-directional maka matriks state space yang terbentuk adalah : 2 _
  • 51. p_ r_ _ 664 3 775 = 2 2; 305 0 1 0; 288 2; 694 5; 348 0; 059 0 9; 226 0; 0003 7; 708 0 664 0 1 0 0 3 775 2
  • 52. p r 664 3 775 + 2 0 0 26; 94 0 0; 304 0; 304 0 0 664 3 775 r a 3.3 Analisa Kestabilan Roket Kestabilan roket akan dianalisa berdasarkan persamaan gerak Longitudinal dan gerak Lateral-directional 3.3.1 Analisa Kestabilan Roket pada Persamaan Gerak Longitudinal berdasarkan matriks state space pada gerak Longitudinal untuk menentukan kesta-bilan dengan melihat nilai karakteristik dari yang diperoleh dengan rumus det(I A)
  • 53.
  • 54.
  • 55.
  • 56.
  • 57.
  • 58.
  • 59.
  • 60.
  • 61.
  • 62.
  • 63.
  • 64.
  • 65.
  • 66.
  • 67.
  • 68. sehingga diperoleh nilai karakteristik sebagai berikut : 1 = 14; 4500, 2 = 0; 613 0; 038 0 9; 8 0; 383 0; 191 34 0 0; 578 0; 11 14; 68 0 0 0 1 0 0; 0695, serta 3;4 = 0; 4822 0; 6582 dapat dilihat dari uji kestabilan yang dianalisa pada mach 1.0 menunjukkan semua bagian real dari nilai eigen bernilai negatif. sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pada persamaan gerak Longitudinal telah stabil. 3.3.2 Analisa Kestabilan Roket pada Persamaan Gerak Lateral-directional berdasarkan matriks state space pada gerak Lateral-directional untuk menentukan kestabilan dengan melihat nilai karakteristik dari yang diperoleh dengan rumus det(I A)
  • 69.
  • 70.
  • 71.
  • 72.
  • 73.
  • 74.
  • 75.
  • 76. 2; 305 0 1 0; 288 2; 694 5; 348 0; 059 0 9; 226 0; 0003 7; 708 0 0 1 0 0
  • 77.
  • 78.
  • 79.
  • 80.
  • 81.
  • 82.
  • 83.
  • 84. sehingga diperoleh nilai karakteristik sebagai berikut : 1 = 5; 1680, 2 = 0; 0411, serta 3;4 = 5; 0760 0; 12972 dapat dilihat dari uji kestabilan yang dianalisa pada mach 1.0 menunjukkan semua bagian real dari nilai eigen bernilai negatif. sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pada persamaan gerak Lateral-directional telah stabil. 17
  • 85. 3.4 Keterkontrolan dan Keteramatan Sistem yang telah terbentuk dari persamaan umum : x_ = Ax + Bu y = Cx dapat dicari keterkontrolan dan keteramatannya. Berdasarkan matriks state space yang telah diperoleh dari persamaan gerak Longitudinal dan gerak Lateral-directional dapat dianalisa Kekontrolan serta keteramatannya 3.4.1 Kekontrolan Dari matriks state space pada persamaan gerak longitudinal diperoleh matriks: A1 = 2 664 0; 613 0; 038 0 9; 8 0; 383 0; 191 34 0 0; 578 0; 11 14; 68 0 0 0 1 0 3 775 B1 = 2 664 3 0 1; 304 1; 151 0 775 sehingga diperoleh matriks Mc1 = [B1 A1B1 A21 B1 A31 B1] sebagai berikut: Mc1 = 2 0 0; 04955 12; 727 197; 093 1; 304 38; 885 586; 81 8465; 867 1; 151 17; 040 245; 842 3551; 782 0 1; 151 17; 040 245; 842 664 3 775 diperoleh rank dari matriks Mc1 adalah 4. Sedangkan pada persamaan gerak Lateral-directionalnya diperoleh: A2 = 2 664 2; 305 0 1 0; 288 2; 694 5; 348 0; 059 0 9; 226 0; 0003 7; 708 0 0 1 0 0 3 775 B2 = 2 0 0 26; 94 0 0; 304 0; 304 0 0 664 3 775 18
  • 86. sehingga diperoleh matriks Mc2 = [B2 A2B2 A22 B2 A32 B2] sebagai berikut: Mc2 = 2 0 0 0; 304 0; 304 10; 794 3; 0439 81; 52 22; 268 26; 94 0 144; 057 0; 018 771; 099 0; 584 4152; 02 10; 427 0; 304 0; 304 2; 335 2; 343 15; 151 15; 256 16; 964 89; 51 0 0 26; 94 0 144; 057 0; 0179 771; 099 0; 5848 664 3 775 diperoleh rank dari matriks Mc2 adalah 4. karena rank pada matriks Mc1 dan Mc2 adalah 4 yaitu sama dengan dimensi matriks A1 dan A2 sehingga sistem pada persamaan gerak Longitudinal dan gerak Lateral-directional dapat dikatakan terkon-trol. 3.4.2 Keteramatan Berdasarkan matriks state space pada persamaan gerak Longitudinal dan gerak Lateral-directional telah diberikan output matriks C1 untuk persamaan gerak Lon-gitudinal dan C2 untuk persamaan gerak Lateral-directional sebagai berikut: C1 = 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 664 3 775 C2 = 2 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 664 3 775 untuk mengetahui apakah sebuah sistem dapat teramati maka dapat diperoleh dari matriks: Mt1 = 2 C CA1 CA21 CA31 3 664 775 untuk persamaan gerak Longitudinal dan matriks: Mt2 = 2 C CA2 CA22 CA32 664 3 775 19
  • 87. untuk persamaan Lateral-directional. Jika nilai matriks A1 dan C1 disubtitusi ke matriks Mt1 diperoleh: Mt1 = 2 666666666666666666666666664 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0; 613 0; 038 0 9; 8 0; 383 0; 191 34 0 0; 578 0; 110 14:68 0 0 0 1 0 0; 3612 0; 0305 11:092 6:0074 19:34 3:7181 505:61 3:75 8:881 1:613 211:76 5:664 0; 578 0; 110 14:680 0 6; 620 1:20 169:87 3:539 305; 52 55:59 7292; 2 189:57 128; 46 23; 264 3059; 5 87; 038 8; 881 1; 613 211; 76 5:664 3 777777777777777777777777775 Jika nilai matriks A2 dan C2 disubtitusi ke matriks Mt2 diperoleh: Mt2 = 2 666666666666666666666666664 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 2:305 0 1 0:288 2:694 5:348 0:059 0 9:226 0:003 7:708 0 0 1 0 0 3 777777777777777777777777775 3:913 0:287 10:013 0:6638 21:161 28:601 1:923 0:775 92:380 0:003916 50:1873 2:6571 2:6940 5:3480 0:059 0 100:6243 2:1995 73:2503 1:126 108:080 153:7341 34:3019 6:0945 675:976 2:6931 294:4631 26:6057 21:1615 28:6011 1:9237 0:775 dari matriksMt1 dan matriksMt2 didapat nilai masing-masing matriks dengan rank 4 yaitu sama dengan dimensi matriks A1 dan matriks A2. sehingga dapat disim-pulkan bahwa sistem persamaan gerak Longitudinal dan persamaan gerak Lateral-directional dapat teramati. 20