1. Pendidik hanya berperan sebagai penuntun untuk membantu murid menemukan potensi dan kekuatan mereka sendiri sesuai dengan kodrat alam dan zaman, bukan sebagai penentu keberhasilan murid.
2. Pembelajaran di kelas harus berorientasi pada murid dan memberi mereka kebebasan untuk belajar, bukan memaksa kehendak guru pada murid.
3. Peran guru adalah mendekati murid dengan tulus ikhlas tanpa menghar
1. 1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1
SEBUAH KESIMPULAN DAN REFLEKSI PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN BARU
YANG DIPELAJARI DARI PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA
Mendidik anak sama halnya dengan menggembala
kambing
Ada kambing yang nurut, ada kambing yang
bandel, begitu juga murid.
Penggembala kadang harus berada di depan,
di tengah/samping kiri/samping kanan,
dan di belakang.
Penggembala harus memastikan
kambing bisa makan dengan kenyang,
sehat dan berkembang biak
(Basuki Eryanto)
Ditulis oleh : Basuki Eryanto, S.Kom.
Peserta Pendidikan Calon Guru Penggerak Angkatan 8
Ki Hadjar Dewantara atau Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, lahir pada tanggal 2 Mei
1889 pada jaman kolonial. Pendidikan saat itu terbatas pada pembelajaran membaca, menulis
dan berhitung dasar. Yang bisa sekolahpun hanya anak-anak bangsawan untuk mendidik calon
pagawai. Tahun 1922 lahir Taman Siswa di Jogyakarta sebagai pelopor dari sebuah proses
kemerdekaan dan kebudayaan bangsa yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara.
Berkat Ki Hadjar Dewantara, bangsa Indonesia dapat memerdekakan bangsanya sendiri.
Karena pemikiran tentang pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk perikehidupan
bersama ialah memerdekakan manusia sebagai bagian dari persatuan (rakyat). Manusia merdeka
adalah manusia yang hidupnya baik lahir maupun batin tidak tergantung pada orang lain, akan
tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Pendidikan memberikan ruang bagi murid untuk
bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan
menjadi mandiri (merdeka lahir). Kekuatan diri (kodrat) yang dimiliki, menuntun murid menjadi
cakap mengatur hidupnya dengan tanpa terperintah oleh orang lain.
Menurut Ki Hadjar Dewantara tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada
pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
2. tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik
hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat anak.
Ki Hadjar Dewantara mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang
kebun. Anak-anak itu seperti biji tanaman yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak
tukang kebun di lahan yang telah disediakan.
Bila biji tanaman ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari
dan pengairan yang baik maka meskipun biji tanaman adalah bibit yang kurang baik (kurang
berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani.
Namun ijinkan penulis (Basuki Eryanto, S.Kom. / Peserta Pendidikan Guru Penggerak
Angkatan 8) menyampaikan perumpamaan yang sesuai dengan pengalaman penulis. Penulis
tidak menggunakan perumpamaan tanaman, karena tanaman tidak menunjukkan perlawanan,
atau respon kepada petani. Apapun yang dilakukan petani, tanaman tidak akan membantah,
protes, atau memberikan respon secara langsung.
Penulis mengumpamakan peran pendidik seperti seorang penggembala kambing.
Penggembala kambing mengajarkan kita untuk sabar dan penuh kasih sayang. Seperti itulah
seharusnya pendidik kepada muridnya. Bahkan dapat menjadi salah satu cara untuk membentuk
karakter murid untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal, pemimpin yang penuh strategi,
sabar, kerja keras, manajemen waktu dan visioner.
Menggembala kambing mengharuskan kita berada di depan dengan memegang tali salah
satu kambing untuk dibawa ke tempat penggembalaan yang baru. Atau saat menyebrang jalan
atau sungai.
Adakalanya harus berada di tengah, samping kiri atau kanan ketika kambing-kambing
makan di samping tanaman warga, mengawasi agar kambing tidak makan tanaman tersebut.
Terkadang harus berada di belakang kambing-kambing untuk menggerakkan mereka
pulang atau mengarahkan menuju tempat yang lebih banyak rumputnya dan aman dari rumput
atau tanaman yang disemprot racun serangga.
Tidak semua kambing mempunyai karakter nurut, banyak kambing yang berkarakter
bandel, suka berkeliaran tak terarah, tubuhnya kurus tapi susah makan, suka teriak “embek”
padahal masih kenyang, ada juga kambing tiba-tiba sakit. Begitulah pendidik, hampir sama
dengan seorang penggembala kambing.
3. Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum
Anda mempelajari modul 1.1?
Sebelum mempelajari modul 1.1 mengenai Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hadjar
Dewantara, sebagai guru saya meyakini beberapa hal sebagai berikut:
Guru sebagai penentu keberhasilan murid
Saya menganggap bahwa guru menjadi central dalam pembelajaran. Maka guru dituntut
untuk menguasai teknik dan pendekatan pembelajaran agar mampu mengelola kelas dan
muridnya. Murid menunggu perintah guru dan menerima materi dari guru.
Guru menggunakan perangkat sanksi/hukuman kepada murid yang melanggar tata tertib
Untuk membuat efek jera pada murid yang melanggar tata tertib atau tidak memenuhi
persyaratan tertentu, saya menggunakan sanksi atau hukuman agar murid menjadi jera dan
tidak mengulangi kesalahan lagi. Walaupun hasilnya tidak seratus persen berhasil, masih
banyak murid yang tetap tidak melakukan sanksi atau hukuman tersebut.
Guru menggunakan teknik memaksa, karena jika tidak dipaksa murid tidak akan jalan dan
berubah
Saya menggunakan teknik memaksa, karena saya meyakini murid tidak akan bersedia
berubah jika tidak dipaksa. Keadaan terpaksa menjadikan orang menjadi kreatif, mau berpikir
keras, dan mau berusaha lebih, serta mengurangi murid yang belajar seenaknya sendiri.
Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
Perubahan pemikiran atau perilaku saya yang paling ekstrim adalah adalah saya sebagai pendidik
memahami dan akan mengimplementasikan pemikiran pendidikan dan pengajaran menurut Ki
Hadjar Dewantara yaitu bebas dari segala ikatan, dengan suci hati mendekati sang anak, tidak
untuk meminta sesuatu hak, namun untuk berhamba pada sang anak.
Berfokus pada pernyataan terakhir “namun untuk berhamba kepada sang anak” berarti saya
sebagai pendidik harus mempunyai pemikian bahwa pendidikan anak sejatinya menuntun anak
mencapai kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman. Pendidik hanya menuntun
murid, bukan memaksa menjadi apa yang diinginkan pendidik (guru).
“Menuntun”, berarti memberi anak kebebasan dan pendidik berperan sebagai ‘pamong’ dalam
memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya.
Seorang ‘pamong’ dapat memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya
dalam belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga
mempengaruhi kemerdekaan anak lain.
4. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan
pemikiran KHD?
Segera merubah mindset saya sehingga dapat memandang siswa dengan rasa hormat, tanpa
membedakan anak itu pandai atau bodoh, nakal atau tidak nakal, kaya atau miskin. Semua
kegiatan pendidikan pengajaran harus fokus dan berorientasi kepada murid. Tidak ada ikatan
apapun selain antara guru dan murid, tulus ikhlas dekat dengan murid, tanpa meminta atau
mengharapkan sesuatu dari mereka. Dan tidak memaksakan keinginan saya kepada murid karena
mereka mempunyai kodrat alam dan zaman yang perlu dituntun dan diamong.