KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
Koneksi antar materi Modul 1.1.pdf
1. Koneksi antar materi Modul 1.1 Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Oleh : ARFINAH
CGP ANGKATAN 9
Ki Hadjar Dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, beliau lahir
pada tanggal 2 Mei 1889. Beliau adalah tokoh pendidikan nasional, hari kelahirannya diperingati
sebagai hari pendidikan nasional. Sejak muda, Kihajar berani menentang pemerintah kolonial
Belanda. Pada tahun 1912 Bersama Dawus Decker dan Cipto Mangkusumo ia mendirikan
Indische Partij yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
Pada tahun 1854, beberapa bupati menginitiasi pendirian sekolah-sekolah kabupaten, tetapi
hanya untuk mendidik calon-calon pegawai. Kemudian tahun yang sama, lahirlah sekolah-
sekolah bumiputera yang hanya mempunyai 3 kelas. Rakyat hanya diberikan pengajaran
membaca, menulis dan berhitung seperlunya dan hanya mendidik orang-orang pembantu
dalam mendukung usaha dagang mereka. Pemerintah India Belanda memberikan kelonggaran
kepada para calon mudir doktor jawa untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
Tanggal 3 Juli 1922, Kihajar mendirikan lembaga pendidikan taman siswa di Jogjakarta. Sejak
saat itu, Soewardi Soerjaningrat memakai nama Kihajar Dewantara. Anak-anak dari semua
kalangan, baik ningrat maupun rakyat biasa, Bisa bersekolah di taman siswa. Perguruan ini
memiliki semboyan ing garso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
Artinya, di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat dan di belakang memberi
dorongan. Prinsip ini berlaku untuk semua pamong atau guru dan murid di taman siswa. Setelah
Indonesia merdeka, Presiden Sukarno mengangkat Kihajar sebagai Menteri Pendidikan Pertama.
Semboyan Tut Wuri Handayani pun hingga kini tetap dipakai dalam dunia pendidikan Indonesia.
Menurut pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan dan pengajaran yaitu pengajaran
(onderwijs) adalah bagian dari pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam
memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidupanak secara lahir batin. Sedangkan
pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak
agar mampu mencapai keselamata dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan itu hanya suatu ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita. Artinya, bahwa
hidup tumbuhnya anak itu terletak d luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Kita kaum
2. pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuaan itu, agar dapat
memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup da tumbuhnya itu.
Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Maka untuk
mencapai kebudayaan dan peradaban yang dicita-citakan, pendidikanlah kunci untuk
mencapainya.
Pendidkan dapat menjadi ruang berlatih dan tempat tumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang
dapat diteruskan atau diwariskan. Dalam mendidik anak hendaknya tidak lepas dari kodrat alam
dan kodrat zaman. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai
dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.
Selanjutnya saya akan merefleksi diri melalui 3 pertanyaan berikut:
Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda
mempelajari modul 1.1 ?
Mengajar adalah menstransfer ilmu kepada murid, sehingga peran guru adalah sumber
informasi, dan indikator keberhasilannya yaitu murid mendapatkan nilai yang bagus.
Pengajaran yang baik yaitu ketika murid duduk dengan tenang mendengarkan penjelasan
dari guru, mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sesuai tenggat waktu yang telah
ditentukan, kemudian mendapatkan hasil yang baik.
Saya merasa gagal jika ada murid yang mendapat nilai dibawah kriteria, walaupun saya
sudah melakukan remedial, hasilnya tetap saja tidak ada perubahan.
Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini?
Setelah saya mempelajari modul 1.1 saya mendapatkan pengetahuan baru yang dapat
memperbaiki pembelajaran saya di kelas.mengajar bukan saja proses mentransfer ilmu, tetapi
lebih dari itu. Di dalamnya mengandung pengertian suatu proses menuntun, menuntun murid
menuju ke arah yang lebih baik. Murid yang sudah baik kita berikan penguatan supaya tetap baik
dan murid yang belum baik kita arahkan agar terjadi perubahan ke arah yang lebih baik. Jadi inti
dari pendidikan adalah adanya perubahan sikap, bukan hasil akhir.
Dalam proses menuntun, murid diberikan kebebasan untuk menemukan kodratnya sebagai
manusia yang mandiri, tetapi pendidik sebagai’pamong’ tetap mengarahkan agar mereka tidak
berada di jalan yang salah, dalam proses pembelajaran hendaknya dalam situasi yang
menyenangkan dan menghindari pembelajaran yang membuat murid merasa tertekan.
3. Berhasil tidaknya pengajaran bukanlah dilihat dari nilai akhir, tapi bagaimana murid telah melalui
proses tersebut dan adanya perubahan walaupun perubahannya tidak signifikan.,
Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran
KHD?
Pendididkan bukanlah pembentuk murid seperti yang kita harapkan, tetapi sebagai penuntun,
menuntun mereka untuk memperkuat hal-hal positif yang mereka miliki, dan memperbaiki hal-hal
negatiif yang ada pada diri mereka. Kegiatan mengajar yang sebelumnya teacher centered
(berpusat pada guru) akan saya ubah menjadi student centered (berpusat pada murid). Dalam
prosesnya menyenangkan dan bermakna.Nilai akhir bukanlah patokan akan keberhasilan, tetapi
bagaimana saya biasa menuntun murid ke arah perubahan yang lebih baik dari sebelumnya.
Sebagai pendidik saya harus bisa membangkitkan kepercayaan diri murid. Saya tidak akan
merendahkan mereka, sebaliknya saya harus menjadi motivator bagi mereka. Seperti semboyan
yang dicetuskan oleh KHD ing garso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri
handayani. Artinya, di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat dan di belakang
memberi dorongan.Dikutip dari detk sulsel Makna ing garso sung tulodo, guru sebagi tenaga
pendidik bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan.melainkan juga harus memberikan
contohdan suri tauladan kepada murid-muridnya. Kalimat kedua ing madyo mangun karso
maknanya sebagai seorang pendidik yang berada di tengah-tengah muridnya harus merangsang
terciptanya ide dan gagasan-gagasan. Tut wuri handayani yang ditulis dalam logo Pendidikan
Nasional memiliki makna yang di belakang harus memberikan dorongan. Berdasarkan kodratnya,
anak-anak memiliki kemampuan atau bakat yang berbeda-beda. Hal inilah yang harus dipahami
setiap pendidik, guru dan orang tua agar bisa memfasilitasi, mendorong, dan mengarahkan
potensi anak untuk mencapai cita-citanya.