SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
14
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : An. Muhammad SA Adillah Jami
Umur : 3 tahun
Pekerjaan : -
Pendidikan : -
Agama : Islam
Suku : Banjar
Alamat : Awang besar
MRS : 14 November 2013
No. RMK : 1075290
B. Anamnesa
Autoanamnesa :
Keluhan Utama : nyeri kaki kanan
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien sebelumnya terjatuh dari tempat tinggi saat bermain-main. Jatuh dengan
posisi kaki mendarat duluan. Setelah jatuh anak tampak menangis dan kesakitan.
Namun setelah itu anak tidak tampak begitu sakit. Anak tidak bisa berjalan seperti
biasa dan tampak ngesot. Kemudian keesokan harinya anak dapat berjalan tanpa
15
ngesot namun tampak terpincang-pincang berjalannya, tidak rata. Menurut ibu kaki
anak yang sebelah kanan tampak bengkok dan sedikit bengkak.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Pada keluarga penderita tidak adanya riwayat penyakit yang serupa, riwayat
sendi yang sangat lentur (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
GCS = 4-5-6
Tanda Vital : Tekanan Darah = -
Respirasi = 24 kali/menit
Nadi = 104 kali/menit
Suhu = 36,7o
C
Kepala/Leher : Edema palpebra (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
diameter pupil 3 mm/3 mm, refleks cahaya +/+, pupil isokor.
Thoraks : Dalam batas normal
Jantung : I = Ictus tidak terlihat
P = Thrill tidak teraba
P = Tidak ada pembesaran jantung
A = S1 dan S2 tunggal
16
Paru : I = Bentuk simetris
P = Fremitus raba simetris
P = Sonor
A = Suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : I = distensi (-), jejas (-)
A = Bising usus normal
P = timpani
P = nyeri tekan (-). Hepar, lien dan massa tidak teraba.
Ekstremitas :
Kanan atas : jejas (-), massa (-), pitting edema (-), parese (-), akral hangat (+)
Kiri atas : jejas (-), massa (-), pitting edema (-), parese (-), akral hangat (+)
Kanan bawah : jejas (-), massa (-), pitting edema (-), parese (-), akral hangat (+)
Kiri bawah : jejas (-), massa (-), pitting edema (-), parese (-), akral hangat (+)
Tidak adanya benjolan di leher, ketiak, paha, telinga dan di daerah lainnya.
Status Lokalis region pedis an kruris dekstra dekstra
Look : tampak pembebengkokan pada area pergelangan kaki, perubahan
warna (-), telapak kaki mengarah ke lateral
Feel : krepitasi (+) pada 1/3 posterior cruris dekstra, nyeri tekan (+),
sensibilitas pedis dekstra normal, penonjolan pada maleolus dekstra
medial, arteri dorsalis pedis teraba
Movement : pergerakan pedis dekstra baik aktif maupun pasif terganggu
17
Foto klinis
Gambar klinis kaki kanan yang mengalami dislokasi
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium darah dan Radiologi
Hasil
13-11-2013 Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.9 11,0-14,0 g/dl
Leukosit 13.2 4,0-10,5 Ribu/µl
Eritrosit 5.01 4,5-6,00 Juta/µl
Hematokrit 41.4 40-50 Vol%
Trombosit 299 150-450 Ribu/µl
RDW-CV 11,5-14,7 %
MCV,MCH,MCHC
MCV 82.6 80-97 Fl
MCH 27.7 27-32 Pg
MCHC 33.6 32-38 %
HITUNG JENIS
- Gran % 55 50-70 %
- Limfosit % 28 25-40 %
18
Hasil
13-11-2013 Rujukan Satuan
- MID% 5 4-11 %
- Gran # 2.7 2,50-7,00 ribu/µl
- Limfosit # 1.8 1,25-4,00 ribu/µl
- MID # 0.5 0.30-1.00 ribu/ul
PROTROMBIN TIME
PT 10.4 9,9-13,5 detik
INR 0.90
Control Normal PT 11.4
APTT 18.6 22.2-37,0
Control Normal APTT 26.1
Hasil Pemeriksaan Radiologi
19
Hasil Pemeriksaan Rontgen thorax 2013
20
Keterangan:
Thorax AP
Cor dan sinus/diafragma normal
Pulmo: infiltrate (-), perselubungan (-)
Kesan: cor dan pulmo normal
Ankle AP/lateral:
Fraktur fibula distal
Subluksasi ankle dekstra
21
E. DIAGNOSIS
Dislocation ankle dekstra + fraktur fibula distal
F. OBSERVASI DAN PENATALAKSANAAN
Pre reposisi + casting
R/ORIF elektif (k/p)
Diet biasa
Follow Up Harian
No Keterangan
15-11-2013
HP 2
16-11-2013
HP 3
17-11-2013
HP 4
1. Subyektif
Kaki kanan
bengkak
nyeri
demam
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
2. Obyektif
TD
Nadi
Respirasi
Temperatur
96
22
36,7
-
98
22
36,7
-
98
20
36,6
3. Assessment Dislocation ankle dekstra
4 Planning Pre reposisi +
casting
R/ORIF elektif
(k/p)
Diet biasa
Pre reposisi +
casting
R/ORIF elektif
(k/p)
Diet biasa
Pre reposisi +
casting
R/ORIF elektif
(k/p)
Diet biasa
22
No Keterangan
18-11-2013
HP 5
19-11-2013
HP 6
20-11-2013
HP 7
1. Subyektif
Kaki kanan
bengkak
nyeri
demam
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
2. Obyektif
TD
Nadi
Respirasi
Temperatur
-
96
24
36,6
-
100
24
36,7
-
98
22
36,8
3. Assessment Dislocation ankle dekstra
4 Planning Pre reposisi +
casting
R/ORIF elektif
(k/p)
Diet biasa
Pre reposisi +
casting
R/ORIF elektif
(k/p)
Diet biasa
Pre reposisi +
casting
R/ORIF elektif
(k/p)
Diet biasa
No Keterangan
21-11-2013
HP 8
22-11-2013
HP 9
23-11-2013
HP 10
1. Subyektif
Kaki kanan
bengkak
nyeri
demam
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
23
2. Obyektif
TD
Nadi
Respirasi
Temperatur
-
100
24
36,7
-
98
22
36,6
-
98
22
36,8
3. Assessment Dislocation ankle dekstra
4 Planning Pre reposisi +
casting
R/ORIF elektif
(k/p)
Diet biasa
Ekstensi knee joint
dekstra
Pre reposisi +
casting
R/ORIF elektif
(k/p)
Diet biasa
Ekstensi knee
joint dekstra
Pre reposisi +
casting
R/ORIF elektif
(k/p)
Diet biasa
Ekstensi knee
joint dekstra
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Dislokasi pergelangan kaki tanpa disertai fraktur sering terjadi dan
menghasilkan hilangnya posisi dari permukaan artikular. Kondisi ini sering
disebabkan oleh trauma, hipoplasia maleolus internal, lemahnya otot paroneus dan
adanya riwayat sprain pada pergelangan sendi yang berulang.
pada kasus ini, anak sebelumnya ada riwayat jatuh dari ketinggian dan setelah
itu tampak deformitas pada pergelangan kaki. Sebelumnya tidak ada deformitas atau
kelainan congenital pada kaki anak ini. Menurut ibu kaki anak tampak bengkok dan
anak berjalan tampak pincang. Adanye deformitas pada pergelangan kaki ini dapat
disebabkan oleh berbagai macam hal yaitu karena keseleo (sprain), fraktur ataupun
dislokasi sendi. Pada pergelangan kaki sangatlah banyak terdapat persendian antara
tulang-tulang pergelangan kaki sehingga kemungkinan terjadinya dislokasi sendi
pada pergelangan kaki sangat mungkin dan sering diiringi fraktur pada pergelangan
kaki.
Pada kasus ini dari pemeriksaan fisik status lokalis pada cruris dan pedis
dekstra, tampak adanya deformitas pada regio ankle. Kaki tampak mengarah ke
lateral, tidak didapatkan adanya perubahan warna. Dari perabaan terdapat adanya
krepitasi pada kuris 1/3 posterior dekstra dan penonjolan maleolus dekstra, tidak
ditemukan adanya krepitasi pada regio ankle. Arteri dorsalis pedis teraba dan
25
sensibilitas teraba yang mana ini menunjukkan neurovaskularisasi distal masih baik.
Pada pergerakan terdapat keterbatas pergerakan aktif maupun pasif.
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap
dan radiologi area pedis dekstra dan radiologi thorax. Dari pemeriksaan penunjang
laboratorium darah dan rontgen dada tidak ditemukan adanya kelainan. Dari
pemeriksaan radiologi pedis dekstra tampak adanya subluksasi atau dislokasi ankle
dekstra yang kesannya kea rah lateral dan fraktur fibula distal.
Pada dasarnya, dislokasi ankle dapat dikategorikan atas 4 bagian berdasarkan
arah dislokasinya yaitu anterior, posterior, lateral dan medial. Pada kasus ini dari
klinis dan gambaran radiologi yang ada terkesan termasuk dislokasi lateral. Dislokasi
ini dihasilkan akibat tekanan inverse, eversi, atau rotasi internal-eksternal dari ankle.
Kondisi ini sering disertai adanya fraktur maleolus lateralis atau fraktur tibia.
Sedangkan pada kasus ini, dislokasi lateral yang ada disertai dengan fraktur os fibula
dekstra posterior.
Faktor predisposisi terjadinya dislokasi antara lain hipoplasia maleolus,
laksitas ligament, kelemahan neuromuscular, kurangnya jaringan ikat penutup pada
talus, kelemahan otot peroneal dan trauma pergelangan kaki sebelumnya. Pada kasus
ini faktor predisposisi tidak diketahui begitu jelas karena tidak dilakukan observasi
atau pemeriksaan lebih lanjut terkait faktor predisposisi tersebut. Pada kasus ini anak
berusia 3 tahun sehingga massa otot, ligamne dan tendon masih dalam pertumbuhan
sehingga kemungkinan faktor predisposisinya dapat disebabkan oleh kelemahan
neuromuslular, laksitas ligamen dan kelemahan otot peroneal, namun ini tidak pasti.
26
Pada kasus ini untuk gejala klinik tidak begitu jelas karena sulit dievaluasi
pada anak-anak. Namun pada kasus ini pasien dapat berjalan namun dalam kondisi
pincang, adanya fraktur fibula tidak menyebabkan pemendekan yang bermakna pada
kruris dekstra karena adanya jaringan penyokong dan tahanan dari tulang tibia. Pada
kasus ini tidak didapatkan adanya komplikasi AVN karena sensorik dan arteri
dorsalis pedis dekstra teraba dan digiti pedis dekstra dengan CRT < 2 detik dan tidak
ditemukan adanya sianosis.
Pada kasus dengan adanya kecurigaan trauma pergelangan kaki maka
disarankan dilakukan pemeriksaan rontgen AP, lateral dan mortise yang mana telah
dilakukan pada kasus ini dan didapatkan adanya dislokasi ankle dektra disertai
fraktur fibula. Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan CT Scan karena dari
pemeriksaan radiologi sinar-X saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis.
Untuk penanganan pada kasus ini yang mana ini bukan murni dislokasi ankle
semata dan disertai dengan fraktur fibula maka perlu dilakukan tindakan operatif
reposisi/reduksi dengan bedah terbuka disertai fiksasi internal untuk fiksasi fraktur
fibula. Jika Cuma terdapat dislokasi ankle saja maka penanganan dapat dilakukan
segera, namun pada kasus ini karena adanya patologi lain yaitu fraktur fibula
sehingga penanganannya dengan reduksi/reposisi terbuka serta ORIF yang mana ini
perlu persiapan operatif.
Untuk prognosis pada kasus ini baik asal mendapatkan penanganan tepat dan
sistematik meliputi reposisi, imobilisasi dengan casting dan kemudian brace,
dilakukan ROM dan latihan kekuatan otot dan kontrol pergerakan sendi.
27
BAB III
PENUTUP
Telah dilaporkan suatu kasus dislokasi ankle dekstra disertai fraktur fibula 1/3
posterior dekstra pada anak laki-laki berusia 3 tahun yang datang dengan keluhan
berjalan tampak terpincang-pincang. Pasien sebelumnya ada riwayat jatuh dari
ketinggian sebelumnya. Dari pemeriksaan penunjang yang dilakukan (radiologi
sinar-X pedis dekstra) didapatkan adanya fraktur fibula posterior dekstra dan
subluksasi ankle dekstra. Untuk penanganannya dapat dilakukan reposisi dengan
bedah terbuka dan pemasangan ORIF pada fraktur fibula dan selanjutnya imobilisasi
dengan pemasangan castingbrace. Selanjutnya dapat dilakukan latihan fisioterapi
untuk mengontrol pergerakan otot, ligament dan stabilitas sendi.

More Related Content

What's hot

Mata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok ForensikMata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok Forensik
dacilganteng
 
Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1
cokordawahyu
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Verar Oka
 

What's hot (20)

Appendicitis)
Appendicitis)Appendicitis)
Appendicitis)
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
SINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIKSINDROME NEFROTIK
SINDROME NEFROTIK
 
Mata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok ForensikMata Kuliah Blok Forensik
Mata Kuliah Blok Forensik
 
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi KasusOrkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
Orkitis (Orchitis) - Presentasi Kasus
 
Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1Check list pemeriksaan neurologi 1
Check list pemeriksaan neurologi 1
 
Tanatologi
TanatologiTanatologi
Tanatologi
 
Skdi new
Skdi newSkdi new
Skdi new
 
Demam tifoid anak
Demam tifoid anakDemam tifoid anak
Demam tifoid anak
 
Giovanni status bedah
Giovanni   status bedahGiovanni   status bedah
Giovanni status bedah
 
Isk
IskIsk
Isk
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
 
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran ManajemenDiagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
Diagnosa Banding Penurunan Kesadaran Manajemen
 
Parese nervus fasialis
Parese nervus fasialisParese nervus fasialis
Parese nervus fasialis
 
Stroke
StrokeStroke
Stroke
 
Laporan Kasus Bell's palsy
Laporan Kasus Bell's palsyLaporan Kasus Bell's palsy
Laporan Kasus Bell's palsy
 
Cairan infuse
Cairan infuseCairan infuse
Cairan infuse
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Penyakit Meniere
Penyakit MenierePenyakit Meniere
Penyakit Meniere
 

Viewers also liked (8)

Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Lopografi
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan LopografiTeknik Radiografi 3 Pemeriksaan Lopografi
Teknik Radiografi 3 Pemeriksaan Lopografi
 
Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL)
Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL)Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL)
Teknik Pemeriksaan Radiografi Colon In Loop (CIL)
 
menjadi-entrepreneur
menjadi-entrepreneurmenjadi-entrepreneur
menjadi-entrepreneur
 
Bab 01 menjadi wirausaha
Bab 01 menjadi wirausahaBab 01 menjadi wirausaha
Bab 01 menjadi wirausaha
 
Atresia ani
Atresia aniAtresia ani
Atresia ani
 
Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopikKehamilan ektopik
Kehamilan ektopik
 
Ppt ektopik
Ppt ektopikPpt ektopik
Ppt ektopik
 
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografippt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
ppt kritisi dan evaluasi radiograf IVP dan cystografi
 

Similar to Bab iii dislokasi ankle

BISMILLAH REFKAS 1 dr. Sofi (1).docx
BISMILLAH REFKAS 1 dr. Sofi (1).docxBISMILLAH REFKAS 1 dr. Sofi (1).docx
BISMILLAH REFKAS 1 dr. Sofi (1).docx
peni28
 
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Diana Arwati
 
FORMAT OB BEDAH TRAUMA.docx
FORMAT OB BEDAH TRAUMA.docxFORMAT OB BEDAH TRAUMA.docx
FORMAT OB BEDAH TRAUMA.docx
RasyiduMashuri
 
Laporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, dianaLaporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, diana
Diana Arwati
 

Similar to Bab iii dislokasi ankle (20)

126535430 case-report
126535430 case-report126535430 case-report
126535430 case-report
 
200894661 case-yosua
200894661 case-yosua200894661 case-yosua
200894661 case-yosua
 
CRS dan CSS Gallstone(1).pptx
CRS dan CSS Gallstone(1).pptxCRS dan CSS Gallstone(1).pptx
CRS dan CSS Gallstone(1).pptx
 
Low back pain
Low back pain Low back pain
Low back pain
 
BISMILLAH REFKAS 1 dr. Sofi (1).docx
BISMILLAH REFKAS 1 dr. Sofi (1).docxBISMILLAH REFKAS 1 dr. Sofi (1).docx
BISMILLAH REFKAS 1 dr. Sofi (1).docx
 
ARTRITIS SEPTIK.docx
ARTRITIS SEPTIK.docxARTRITIS SEPTIK.docx
ARTRITIS SEPTIK.docx
 
Preskas dr udi arin
Preskas dr udi arinPreskas dr udi arin
Preskas dr udi arin
 
Case report bibah
Case report bibahCase report bibah
Case report bibah
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPV
 
219630832 case-yosua
219630832 case-yosua219630832 case-yosua
219630832 case-yosua
 
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
Laporan kasus encelopati hepatikum/dr Diana Arwati
 
Lapkas SNH (1).pptx
Lapkas SNH (1).pptxLapkas SNH (1).pptx
Lapkas SNH (1).pptx
 
stroke.pdf
stroke.pdfstroke.pdf
stroke.pdf
 
FORMAT OB BEDAH TRAUMA.docx
FORMAT OB BEDAH TRAUMA.docxFORMAT OB BEDAH TRAUMA.docx
FORMAT OB BEDAH TRAUMA.docx
 
NEUROLOGI - low back pain oleh Dokter Muda FK UII Aliza Ayu
NEUROLOGI - low back pain oleh Dokter Muda FK UII Aliza AyuNEUROLOGI - low back pain oleh Dokter Muda FK UII Aliza Ayu
NEUROLOGI - low back pain oleh Dokter Muda FK UII Aliza Ayu
 
Laporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, dianaLaporan kasus sirosis hepatis, diana
Laporan kasus sirosis hepatis, diana
 
Rbd fraktur edit
Rbd fraktur editRbd fraktur edit
Rbd fraktur edit
 
LAPSUS
LAPSUS LAPSUS
LAPSUS
 
NEUROLOGI - ensefalopati uremik oleh Dokter Muda FK UII Aliza Ayu
NEUROLOGI - ensefalopati uremik oleh Dokter Muda FK UII Aliza AyuNEUROLOGI - ensefalopati uremik oleh Dokter Muda FK UII Aliza Ayu
NEUROLOGI - ensefalopati uremik oleh Dokter Muda FK UII Aliza Ayu
 
Pkb hnp
Pkb hnpPkb hnp
Pkb hnp
 

Bab iii dislokasi ankle

  • 1. 14 BAB III LAPORAN KASUS A. Identitas Nama : An. Muhammad SA Adillah Jami Umur : 3 tahun Pekerjaan : - Pendidikan : - Agama : Islam Suku : Banjar Alamat : Awang besar MRS : 14 November 2013 No. RMK : 1075290 B. Anamnesa Autoanamnesa : Keluhan Utama : nyeri kaki kanan Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien sebelumnya terjatuh dari tempat tinggi saat bermain-main. Jatuh dengan posisi kaki mendarat duluan. Setelah jatuh anak tampak menangis dan kesakitan. Namun setelah itu anak tidak tampak begitu sakit. Anak tidak bisa berjalan seperti biasa dan tampak ngesot. Kemudian keesokan harinya anak dapat berjalan tanpa
  • 2. 15 ngesot namun tampak terpincang-pincang berjalannya, tidak rata. Menurut ibu kaki anak yang sebelah kanan tampak bengkok dan sedikit bengkak. Riwayat Penyakit Keluarga : Pada keluarga penderita tidak adanya riwayat penyakit yang serupa, riwayat sendi yang sangat lentur (-) C. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum : Tampak sakit ringan Kesadaran : Compos Mentis GCS = 4-5-6 Tanda Vital : Tekanan Darah = - Respirasi = 24 kali/menit Nadi = 104 kali/menit Suhu = 36,7o C Kepala/Leher : Edema palpebra (-/-), konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), diameter pupil 3 mm/3 mm, refleks cahaya +/+, pupil isokor. Thoraks : Dalam batas normal Jantung : I = Ictus tidak terlihat P = Thrill tidak teraba P = Tidak ada pembesaran jantung A = S1 dan S2 tunggal
  • 3. 16 Paru : I = Bentuk simetris P = Fremitus raba simetris P = Sonor A = Suara napas vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Abdomen : I = distensi (-), jejas (-) A = Bising usus normal P = timpani P = nyeri tekan (-). Hepar, lien dan massa tidak teraba. Ekstremitas : Kanan atas : jejas (-), massa (-), pitting edema (-), parese (-), akral hangat (+) Kiri atas : jejas (-), massa (-), pitting edema (-), parese (-), akral hangat (+) Kanan bawah : jejas (-), massa (-), pitting edema (-), parese (-), akral hangat (+) Kiri bawah : jejas (-), massa (-), pitting edema (-), parese (-), akral hangat (+) Tidak adanya benjolan di leher, ketiak, paha, telinga dan di daerah lainnya. Status Lokalis region pedis an kruris dekstra dekstra Look : tampak pembebengkokan pada area pergelangan kaki, perubahan warna (-), telapak kaki mengarah ke lateral Feel : krepitasi (+) pada 1/3 posterior cruris dekstra, nyeri tekan (+), sensibilitas pedis dekstra normal, penonjolan pada maleolus dekstra medial, arteri dorsalis pedis teraba Movement : pergerakan pedis dekstra baik aktif maupun pasif terganggu
  • 4. 17 Foto klinis Gambar klinis kaki kanan yang mengalami dislokasi D. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Penunjang Laboratorium darah dan Radiologi Hasil 13-11-2013 Rujukan Satuan HEMATOLOGI Hemoglobin 13.9 11,0-14,0 g/dl Leukosit 13.2 4,0-10,5 Ribu/µl Eritrosit 5.01 4,5-6,00 Juta/µl Hematokrit 41.4 40-50 Vol% Trombosit 299 150-450 Ribu/µl RDW-CV 11,5-14,7 % MCV,MCH,MCHC MCV 82.6 80-97 Fl MCH 27.7 27-32 Pg MCHC 33.6 32-38 % HITUNG JENIS - Gran % 55 50-70 % - Limfosit % 28 25-40 %
  • 5. 18 Hasil 13-11-2013 Rujukan Satuan - MID% 5 4-11 % - Gran # 2.7 2,50-7,00 ribu/µl - Limfosit # 1.8 1,25-4,00 ribu/µl - MID # 0.5 0.30-1.00 ribu/ul PROTROMBIN TIME PT 10.4 9,9-13,5 detik INR 0.90 Control Normal PT 11.4 APTT 18.6 22.2-37,0 Control Normal APTT 26.1 Hasil Pemeriksaan Radiologi
  • 7. 20 Keterangan: Thorax AP Cor dan sinus/diafragma normal Pulmo: infiltrate (-), perselubungan (-) Kesan: cor dan pulmo normal Ankle AP/lateral: Fraktur fibula distal Subluksasi ankle dekstra
  • 8. 21 E. DIAGNOSIS Dislocation ankle dekstra + fraktur fibula distal F. OBSERVASI DAN PENATALAKSANAAN Pre reposisi + casting R/ORIF elektif (k/p) Diet biasa Follow Up Harian No Keterangan 15-11-2013 HP 2 16-11-2013 HP 3 17-11-2013 HP 4 1. Subyektif Kaki kanan bengkak nyeri demam (+) (-) (-) (+) (-) (-) (+) (-) (-) 2. Obyektif TD Nadi Respirasi Temperatur 96 22 36,7 - 98 22 36,7 - 98 20 36,6 3. Assessment Dislocation ankle dekstra 4 Planning Pre reposisi + casting R/ORIF elektif (k/p) Diet biasa Pre reposisi + casting R/ORIF elektif (k/p) Diet biasa Pre reposisi + casting R/ORIF elektif (k/p) Diet biasa
  • 9. 22 No Keterangan 18-11-2013 HP 5 19-11-2013 HP 6 20-11-2013 HP 7 1. Subyektif Kaki kanan bengkak nyeri demam (+) (-) (-) (+) (-) (-) (+) (-) (-) 2. Obyektif TD Nadi Respirasi Temperatur - 96 24 36,6 - 100 24 36,7 - 98 22 36,8 3. Assessment Dislocation ankle dekstra 4 Planning Pre reposisi + casting R/ORIF elektif (k/p) Diet biasa Pre reposisi + casting R/ORIF elektif (k/p) Diet biasa Pre reposisi + casting R/ORIF elektif (k/p) Diet biasa No Keterangan 21-11-2013 HP 8 22-11-2013 HP 9 23-11-2013 HP 10 1. Subyektif Kaki kanan bengkak nyeri demam (+) (-) (-) (+) (-) (-) (+) (-) (-)
  • 10. 23 2. Obyektif TD Nadi Respirasi Temperatur - 100 24 36,7 - 98 22 36,6 - 98 22 36,8 3. Assessment Dislocation ankle dekstra 4 Planning Pre reposisi + casting R/ORIF elektif (k/p) Diet biasa Ekstensi knee joint dekstra Pre reposisi + casting R/ORIF elektif (k/p) Diet biasa Ekstensi knee joint dekstra Pre reposisi + casting R/ORIF elektif (k/p) Diet biasa Ekstensi knee joint dekstra
  • 11. 24 BAB IV PEMBAHASAN Dislokasi pergelangan kaki tanpa disertai fraktur sering terjadi dan menghasilkan hilangnya posisi dari permukaan artikular. Kondisi ini sering disebabkan oleh trauma, hipoplasia maleolus internal, lemahnya otot paroneus dan adanya riwayat sprain pada pergelangan sendi yang berulang. pada kasus ini, anak sebelumnya ada riwayat jatuh dari ketinggian dan setelah itu tampak deformitas pada pergelangan kaki. Sebelumnya tidak ada deformitas atau kelainan congenital pada kaki anak ini. Menurut ibu kaki anak tampak bengkok dan anak berjalan tampak pincang. Adanye deformitas pada pergelangan kaki ini dapat disebabkan oleh berbagai macam hal yaitu karena keseleo (sprain), fraktur ataupun dislokasi sendi. Pada pergelangan kaki sangatlah banyak terdapat persendian antara tulang-tulang pergelangan kaki sehingga kemungkinan terjadinya dislokasi sendi pada pergelangan kaki sangat mungkin dan sering diiringi fraktur pada pergelangan kaki. Pada kasus ini dari pemeriksaan fisik status lokalis pada cruris dan pedis dekstra, tampak adanya deformitas pada regio ankle. Kaki tampak mengarah ke lateral, tidak didapatkan adanya perubahan warna. Dari perabaan terdapat adanya krepitasi pada kuris 1/3 posterior dekstra dan penonjolan maleolus dekstra, tidak ditemukan adanya krepitasi pada regio ankle. Arteri dorsalis pedis teraba dan
  • 12. 25 sensibilitas teraba yang mana ini menunjukkan neurovaskularisasi distal masih baik. Pada pergerakan terdapat keterbatas pergerakan aktif maupun pasif. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium darah lengkap dan radiologi area pedis dekstra dan radiologi thorax. Dari pemeriksaan penunjang laboratorium darah dan rontgen dada tidak ditemukan adanya kelainan. Dari pemeriksaan radiologi pedis dekstra tampak adanya subluksasi atau dislokasi ankle dekstra yang kesannya kea rah lateral dan fraktur fibula distal. Pada dasarnya, dislokasi ankle dapat dikategorikan atas 4 bagian berdasarkan arah dislokasinya yaitu anterior, posterior, lateral dan medial. Pada kasus ini dari klinis dan gambaran radiologi yang ada terkesan termasuk dislokasi lateral. Dislokasi ini dihasilkan akibat tekanan inverse, eversi, atau rotasi internal-eksternal dari ankle. Kondisi ini sering disertai adanya fraktur maleolus lateralis atau fraktur tibia. Sedangkan pada kasus ini, dislokasi lateral yang ada disertai dengan fraktur os fibula dekstra posterior. Faktor predisposisi terjadinya dislokasi antara lain hipoplasia maleolus, laksitas ligament, kelemahan neuromuscular, kurangnya jaringan ikat penutup pada talus, kelemahan otot peroneal dan trauma pergelangan kaki sebelumnya. Pada kasus ini faktor predisposisi tidak diketahui begitu jelas karena tidak dilakukan observasi atau pemeriksaan lebih lanjut terkait faktor predisposisi tersebut. Pada kasus ini anak berusia 3 tahun sehingga massa otot, ligamne dan tendon masih dalam pertumbuhan sehingga kemungkinan faktor predisposisinya dapat disebabkan oleh kelemahan neuromuslular, laksitas ligamen dan kelemahan otot peroneal, namun ini tidak pasti.
  • 13. 26 Pada kasus ini untuk gejala klinik tidak begitu jelas karena sulit dievaluasi pada anak-anak. Namun pada kasus ini pasien dapat berjalan namun dalam kondisi pincang, adanya fraktur fibula tidak menyebabkan pemendekan yang bermakna pada kruris dekstra karena adanya jaringan penyokong dan tahanan dari tulang tibia. Pada kasus ini tidak didapatkan adanya komplikasi AVN karena sensorik dan arteri dorsalis pedis dekstra teraba dan digiti pedis dekstra dengan CRT < 2 detik dan tidak ditemukan adanya sianosis. Pada kasus dengan adanya kecurigaan trauma pergelangan kaki maka disarankan dilakukan pemeriksaan rontgen AP, lateral dan mortise yang mana telah dilakukan pada kasus ini dan didapatkan adanya dislokasi ankle dektra disertai fraktur fibula. Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan CT Scan karena dari pemeriksaan radiologi sinar-X saja sudah cukup untuk menegakkan diagnosis. Untuk penanganan pada kasus ini yang mana ini bukan murni dislokasi ankle semata dan disertai dengan fraktur fibula maka perlu dilakukan tindakan operatif reposisi/reduksi dengan bedah terbuka disertai fiksasi internal untuk fiksasi fraktur fibula. Jika Cuma terdapat dislokasi ankle saja maka penanganan dapat dilakukan segera, namun pada kasus ini karena adanya patologi lain yaitu fraktur fibula sehingga penanganannya dengan reduksi/reposisi terbuka serta ORIF yang mana ini perlu persiapan operatif. Untuk prognosis pada kasus ini baik asal mendapatkan penanganan tepat dan sistematik meliputi reposisi, imobilisasi dengan casting dan kemudian brace, dilakukan ROM dan latihan kekuatan otot dan kontrol pergerakan sendi.
  • 14. 27 BAB III PENUTUP Telah dilaporkan suatu kasus dislokasi ankle dekstra disertai fraktur fibula 1/3 posterior dekstra pada anak laki-laki berusia 3 tahun yang datang dengan keluhan berjalan tampak terpincang-pincang. Pasien sebelumnya ada riwayat jatuh dari ketinggian sebelumnya. Dari pemeriksaan penunjang yang dilakukan (radiologi sinar-X pedis dekstra) didapatkan adanya fraktur fibula posterior dekstra dan subluksasi ankle dekstra. Untuk penanganannya dapat dilakukan reposisi dengan bedah terbuka dan pemasangan ORIF pada fraktur fibula dan selanjutnya imobilisasi dengan pemasangan castingbrace. Selanjutnya dapat dilakukan latihan fisioterapi untuk mengontrol pergerakan otot, ligament dan stabilitas sendi.