SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
Download to read offline
COLON IN LOOP
COLON IN LOOP
DEFINISI
Suatu pemeriksaan radiologis colon dengan memakai kontras bubur
barium.
Pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang terdapat pada colon (usus
besar) dengan teknis fluoroskopi-radiografi.
Pemotretan Colon in Loop adalah pemotretan dengan menggunakan
sinar-X dan fluoroscopy untuk membantu menegakkan diagnosa dengan
melihat kelainan di daerah usus besar dengan menggunakan media
kontras positif yaitu Barium Sulphat (BaSO4) yang dimasukkan lewat
anus.
TUJUAN PEMERIKSAAN
1. Membantu menegakkan diagnosis dari carcinoma
kolon dan penyakit inflamasi kolon.
2. Mendeteksi adanya polip, inflamasi dan perubahan
struktural pada kolon.
Resiko dan Tindakan Pencegahan :
3. Pemeriksaan ini berbahaya jika dikerjakan pada
penderita tachycardia atau colitis berat.
4. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan hati-hati
pada penderita ulcerative colitis, diverticulitis, berak
darah akut atau kecurigaan pneumatosis cytoides
intestinalis.
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI
Indikasi
Hematochezia
Diare Persisten
Kecurigaan massa daerah
kolon
Gejala-gejala obstruksi
kolon
Kelainan kongenital
Kelainan pada mukosa
(ulkus), divertikel,
inflamasi)
Degeneratif
Kontra indikasi
Susp. Perforasi usus
Peritonitis
Ileus paralitik
Alergi bahan kontras
media
Obstruksi total dari
saluran cerna
PERSIAPAN PASIEN
• Hari Pertama:
• Pagi     :    Makan bubur kecap + telur rebus 2 biji + minum air banyak.
• Siang   :    Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
• Malam :    Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
• Hari Kedua:
• Pagi     :    Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
• Siang   :    Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak.
• Pukul 21.00 minum garam inggris (Magnesium Sulfat) (1 bungkus + ¼
gelas air putih). Selanjutnya pasien hanya boleh minum air putih.
• Jam 12 malam puasa, kurangi bicara, dan tidak merokok.
• Hari ketiga:
• Pukul 05.00 masukkan dulcolax 1 supp melalui lubang dubur.
• Pukul 06.00 pasien di klisma tinggi ( untuk pasien di opname).
• Pasien datang ke bagian radiologi untuk di foto ( dalam keadaan puasa).
PERSIAPAN BAHAN
• Bahan kontras yang
digunakan dalam
pemeriksaan colon ini
menggunakan barium
sulfat dan air sebagai
pelarut, dengan
perbandingan antara
barium sulfat yang
digunakan adalah 1 : 8
dengan jumlah larutan
sebanyak 800 ml.
a. Kontras Positif
• Barium Sulfat (BaSO4)
(water insoluble)
• Iodium (water soluble)
b. Kontras Negatif
• Udara
• CO2
TEKNIK PEMASUKAN MEDIA KONTRAS
Metode Kontras Tunggal
• Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media kontras.
• Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden, transversum, ascenden sampai
daerah sekum.
• Dilakukan pemotretan full fillng
• Evakuasi, dibuat foto post evakuasi
Metode Kontras Ganda Satu Tingkat
• Kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara untuk mendorong barium
melapisi kolon
• Selanjutnya dibuat foto full filling
Kontras Ganda Dua Tingkat
• Kolon diisi BaSO4 sampai kira 2 fleksura lienalis atau pertengahan kolon transversum
• Pasien disuruh merubah posisi agar barium masuk ke seluruh kolon
• Menunggu 1 – 2 menit supaya barium melapisi mukosa kolon
• Pasien disuruh BAB
• Dipompakan udara ke dalam kolon = 1800 – 2000 ml, tidak boleh berlebihan karena
akan timbul komplikasi : reflex fagal (wajah pucat, bradikardi, keringat dingin dan
pusing )
TAHAP PEMOTRETAN
• Posisi PA atau AP
• Tujuan : Untuk menggambarkan seluruh colon dengan
Central Point (CP) setinggi Crista Iliaca
• Pasien : Supine atau prone, Central Ray (CR) vertical
• Kriteria gambar
• Seluruh usus besar tergambar termasuk semua flexura tampak.
• Columna vertebralis pada pertengahan film.
• Posisi LAO (Left Anterior Oblique)
• Tujuan : Untuk menggambarkan flexura linealis dan colon
descendens
• Pasien : LAO 45 derajat, CR vertikal, CP kira-kira 2 inci ke
arah kanaari msl setinggi crista iliaca
• Kriteria gambar :
• Tampak gambaran flexura lienalis dan colon desenden
• Posisi RAO (Right Anterior Oblique)
• Tujuan : Untuk menggambarkan flexura hepatika,colon ascenden dan
colon sigmoid.
• Pasien : RAO 35 – 45 derajat
• CR vertikal, CP : kira-kira 2 inci ke arah kiri dari MSL setinggi crista
iliaca
• Kriteria gambar :
• Tampak gambaran flexura hepatika,colon ascendens,cecum,colon
sigmoid.
• Posisi PA axial
• Tujuan : Untuk menggambarkan daerah rectosigmoid
• Pasien : prone
• CR : 30 – 40 derajat, CP : pada MSL setinggi sias
• Film : 24 cm X 30 cm
• Kriteria gambar :
• Tampak daerah rectosigmoid dengan superposisi yang lebih kecil di
bandingkan gambaran posisi PA
• Posisi AP Axial
• Tujuan : Untuk menggambarkan daerah rectosigmoid
• Pasien : supine
• CR : 30 - 40 derajat, CP : tepi bawah syimpisis pubis
• Film : 24 X 30 cm
• Kriteria gambar :
• Tampak gambaran daerah rectosigmoid dengan superposisi lebih kecil
di bandingkan dengan posisi AP
• Posisi Lateral
• Tujuan : untuk menggambarkan rectum dan daerah rectosigmoid
• Pasien : Lateral recumbent padasisi kiri atau kanan
• CR vertikal, CP : pada mid Axilari plane 5 – 7 cm di atas syimfisis pubis
• Film : 24 X 30 cm
• Kriteria gambar :
• Tampak rectum pada pertengahan kaset
• Kedua femur superposisi
GAMBARAN RADIOLOGI
SINGLE
CONTRAST STUDY
DOUBLE
CONTRAST STUDY
CA COLON
DEFINISI
Suatu pertumbuhan tumor
yang bersifat ganas dan
merusak sel DNA dan
jaringan sehat disekitar
kolon (usus besar)
Ca kolon
ANATOMI
ETIOLOGI
• Secara umum kanker selalu dihubungkan dengan:
bahan-bahan kimia, bahan-bahan radioaktif, dan
virus.
• Umumnya kanker usus besar terjadi dihubungkan
dengan factor genetic dan lingkungan. Serta
dihubungkan juga dengan factor predisposisi diet
rendah serat, kenaikan berat badan, intake
alcohol.
TIPE KARSINOMA KOLON DAN
REKTUM
Secara makroskopis terdapat tiga tipe karsinoma
kolon dan rektum, yaitu:
• Tipe polipoid atau vegetatif
Pada tipe ini tumor tumbuh menonjol ke dalam lumen usus,
berbentuk bunga kol dan ditemukan terutama di sekum dan
kolon ascendens.
• Tipe skirus atau infiltratif
Pada tipe ini biasanya mengakibatkan penyempitan
sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi, terutama
ditemukan pada kolon descendens, sigmoid dan rektum.
• Tahap ulserasi
Pada tipe ini terjadi karena nekrosis di bagian sentral dan
terletak di daerah rektum. Pada tahap lanjut, sebagian
besar tumor kolon akan mengalami ulcerasi menjadi tukak
yang maligna.
KLASIFIKASI TUMOR
KLASIFIKASI DUKES
Klasifikasi karsinoma rektum menurut Dukes:
• Tahap A: Infiltrasi karsinoma terbatas pada dinding
usus (survive for 5 years 97 %)
• Tahap B: Infiltrasi karsinoma sudah menembus
lapisan muskularis mukosa (80 %)
• Tahap C: Terdapat metastasis ke dalam kelenjar
limfe
• C1: Beberapa kelenjar limfe dekat tumor primer
(65 %)
• C2: Dalam kelenjar limfe jauh (35 %)
• Tahap D: Metastasis jauh (< 5 %)
KLASIFIKASI TNM
• T – Tumor primer
Tx - Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 - Tidak ada tumor primer
T1 - Invasi tumor di lapisan sub mukosa
T2 - Invasi tumor di lapisan otot propria
T3 - Invasi tumor melewati otot propria ke subserosa atau masuk ke perikolik yang
tidak dilapisi peritoneum atau perirektal
T4 - Invasi tumor terhadap organ atau struktur sekitarnya atau peritoneum viseral
• N – Kelenjar limfe regional
Nx - Kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai
N1 - Metastasis di 1-3 kelenjar limfe perikolik atau perirektal
N2 - Metastasis di ≥ 4 kelenjar limfe perikolik atau perirektal
N3 -Metastasis pada kelenjar limfe sesuai nama pembuluh darah atau pada
kelenjar apikal
• M – Metastasis jauh
Mx - Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 - tidak ada metastasis jauh
M1 - terdapat metastasis jauh
GEJALA KLINIS
• Early symptoms and sign not clear
• Diarrhea, Hematoschezia
• Weight lost
• Chronic obstruction
• Right Colon presented with Palpable Mass
• Left Colon presented with Obstruction
LOKASI
• Kanker kolorektal dapat ditemukan di mana saja
dari sekum ke rektum, dalam distribusi berikut:
Recto-sigmoid: 55%
Sekum dan kolon asenden: 20%
Katup ileosekal: 2%
Usus besar melintang: 10%
Kolon desenden: 5%
METASTASIS CA COLON
• Liver (25%)
• Retroperitoneal and mesenteric nodes (15%)
• Hydronephrosis (13%)
• Adrenal (10%)
• Ovarian mets
• Ascites
BEBERAPA MODALITAS PEMERIKSAAN
RADIOLOGI PADA KOLON
• Ultrasonografi (USG)
• CT-Scan dan MRI
• Foto Polos Abdomen
• Colon in Loop
• Kolonoskopi
GAMBARAN RADIOLOGI KANKER
KOLON
• Pada foto rontgen abdomen akan nampak gambaran
tumor yang menonjol ke dalam lumen dan menyebabkan
penyempitan lumen kolon yang sering disebut dengan
gambaran “apple core” atau “napkin-ring”.
• Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah
dengan melakukan foto rontgen dengan memakai zat
kontras seperti barium yang dimasukkan melalui rektum.
Pada foto nanti akan tampak lapisan tipis barium di
mukosa kolon.
• Pemeriksaan ini disebut dengan foto kontras ganda,
yaitu kontras negatif udara dan kontras positif bubur
barium, tetapi cara ini tidak dapat melihat rektum pada
duapertiga distalnya.
COLONIC CARCINOMA, APPLE-CORE SIGN. AN ENCIRCLING MASS IN THE MID-
TRANSVERSE COLON (RED ARROW) MOSTLY OBSTRUCTS THE RETROGRADE
FLOW OF THE BARIUM IN THIS SINGLE-CONTRAST BARIUM ENEMA. THE SHELF-
LIKE DEFECT CAUSED BY THE DISTAL END OF THE MASS (WHITE ARROWS)
PRODUCES HALF OF THE "APPLE-CORE" SIGN OF COLON CARCINOMA.
KOLITIS ULSERATIF
KOLITIS ULSERATIF
• Kolitis ulseratif merupakan suatu penyakit inflamasi
pada usus besar, ditandai oleh kerusakan mukosa
difus yang disertai ulserasi. Reaksi inflamasi
terbatas padamukosa dan submukosa.
• Keadaan autoimun tampaknya merupakan faktor
penyebab, namun etiologi pasti dari penyakit ini
tetap belum diketahui.
• Onset usia biasanya 20-40 tahun, atau puncak pada
usia 60-70 tahun
• Ratio prevalensi antara perempuan dan laki-laki
sama
GEJALA KLINIS
• Diare berdarah berulang
• Deplesi elektrolit
• Nyeri perut
• Demam
• Periode eksaserbasi dan remisi
• Iritis, eritema nodosum, pioderma gangrenosum
• Pericholangitis, hepatitis kronis aktif, sclerosing
cholangitis, fatty liver
• Spondylitis, arthritis perifer, RA (10-20%)
• Komplikasi trombotik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RADIOLOGIS
Suatu film polos abdomen kadang-kadang menunjukkan segmen yang
abnormal pada usus besar, terutama jika terdapat komplikasi
megakolon toksik. Kolonoskopi lebih akurat untuk menilai penyakit,
namun evaluasi dengan barium enema tetap banyak dilakukan.
Gambaran Radiologis
Kolon yang terkena, hampir selalu melibatkan rectum dan
sigmoid, memperlihatkan pengaburan batas yang pada
keadaan normalnya tampak tegas. Mukosa tampak granular
disertai ulserasi yang dangkal dan berlanjut dari rectum
hingga kejauhan yang bervariasi dari kolon proksimal, dan
mungkin melibatkan seluruh kolon (pankolitis). Hilangnya pola
haustrae yang diakibatkannya dengan perubahan fibrotic
dapat menimbulkan gambaran menyerupai tuba pada usus,
disebut dengan kolon “lead pipe / pipa timah” atau “hose
pipe / pipa karet”.
KOMPLIKASI
• Kolon :
• Megakolon toksik : suatu film polos abdomen dapat
mendemostrasikan distensi usus yang jelas dengan batas iregular,
terutama pada kolon transversa. Barium enema merupakan
kontraindikasi jika terdapat komplikasi ini.
• Perforasi usus : baik pada penyakit yang parah maupun sekunder
akibat megakolon toksik.
• Perdarahan : sering hebat.
• Karsinoma : insidensinya meningkat terutama jika terdapat
pankolitis dan penyakit telah terjadi lebih dari 10 tahun.
• Pembentukan struktur : dapat multiple dengan tepi yang rata.
• Ekstrakolon :
• Sakroilitis
• Arteritis
• Uveitis
• Kolangitis sklerosa
Ulcerative colitis: barium enema examination demonstrates loss of
haustral folds in the entire descending colon with small ulcerations
suggested. The colon has a "lead-pipe" appearance. The distribution and
appearance are suggestive of ulcerative colitis
Extensive diffuse mucosal ulceration in the large
bowel, with loss of the normal haustral pattern in
ulcerative colitis.
Double-contrast barium enema studies in a 44-year-old
man known to have long history of ulcerative colitis.
Images show total colitis and extensive
pseudopolyposis
DIVERTIKEL
DIVERTIKEL
• Penyakit diverticular merupakan kelainan umum
yang ditandai oleh hipertrofi otot polos kolon yang
menyebabkan terbentuknya penonjolan menyerupai
kantung diantara serat-serat otot yang menebal.
• Terdapat herniasi pada mukosa dan submukosa
pada tempat-tempat yang lemah pada dinding usus.
Sigmoid merupakan daerah yang paling sering
terkena (> 90%) namun dapat terbentuk diverticula
dari setiap bagian kolon. Diet rendah serat
tampaknya merupakan penyebab dari keadaan ini.
GEJALA KLINIS
• Pain and tenderness
• Mass in LLQ
• Fever, leukocytosis
KOMPLIKASI
Diverticulitis : proses inflamasi yang menyebabkan serangan nyeri abdomen dan
demam.
Abses perikolik : perforasi pada diverticulum sering menyebabkan abses perikolik
terlokalisasi. Barium enema dapat menunjukkan jalur sinus yang berasal dari
sigmoid hingga ke abses. Ultrasonografi atau CT dapat menunjukkan pengumpulan
cairan terlokalisasi, yang dapat didrainase secara perkutan.
Perforasi : perforasi bebas pada diverticulum atau abses ke dalam rongga
peritoneum dapat menyebabkan peritonitis fekal.
Pembentukan fistula : dapat disebabkan oleh abses yang rupture atau diverticulum
yang meradang ke dalam organ terdekat, yang paling sering adalah kandung
kemih (fistula vesikokolik), dengan pneumaturia sebagai keluhan gejala. Fistula
dapat mengarah ke vagina, ureter, usus halus, kolon, atau kulit.
Perdarahan : kemungkinan akibat erosi pada arteri dinding usus halus, sering dari
diverticulum sebelah kanan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RADIOLOGIS
1. Barium enema
2. Ultrasonografi, CT, dan angiografi mesentrika
untuk mengetahui komplikasi
Gambaran Radiologis
• Pemeriksaan barium enema akan memperlihatkan kantung
yang keluar seperti penonjolan bulat yang rata dari dinding
usus. Divertikula memiliki ukuran yang bervariasi, dari mulai
hanya terlihat hingga berupa kantung oval atau bulat
berdiameter beberapa sentimeter.
• Barium dapat menetap pada diverticula untuk beberapa
minggu karena tidak adanya mekanisme pengosongan.
Kolon sigmoid dapat sempit dan irregular, dan kadang-
kadang penampakannya sangat sulit dibedakan dari
karsinoma.
Single-contrast barium enema
study in a patient with
diverticulitis demonstrates an
intramural abscess filling with
barium.
Single-contrast barium enema
study demonstrates sigmoid
diverticulitis with an intramural
sinus tract. Fistula formation in
the small bowel is noted
Single-contrast barium enema study
in a patient with diverticulitis
demonstrates tethering of the
sigmoid colon as a result of a
diverticular abscess.
Single-contrast barium enema study
demonstrates mild sigmoid
diverticulitis with thickening of the
mucosal folds and luminal narrowing
DIVERTICULITIS, BARIUM ENEMA. THERE IS AN ABSCESS IN THE LEFT LOWER QUADRANT
WHICH IS PRODUCING COMPRESSION ON THE BARIUM-FILLED SIGMOID (RED ARROW),
AND THERE IS EVIDENCE OF EXTRALUMINAL CONTRAST (RED ARROW) FROM A
PERFORATED DIVERTICULUM
ULKUS GASTER
ULKUS GASTER
• Ulkus lambung terjadi paling umum di lekukan
yang lebih rendah, tetapi mungkin timbul di
bagian manapun dari lambung. Endoskopi adalah
teknik yang lebih disukai meskipun studi barium
juga akurat.
• Faktor predisposisi termasuk merokok, stres
psikologis, analgesik non-steroid dan steroid.
Beberapa ulkus lambung ditemukan pada
sindrom Zollinger-Ellison.
GEJALA KLINIS
• Mual
• Anoreksia
• Muntah
• Penurunan berat badan
• Nyeri perut bagian atas
• Komplikasi seperti perforasi, hematemesis dan
melena
LOKASI
• Aspek kurvatura yang lebih rendah dari badan dan
antrum biasanya untuk ulkus jinak
• Ulkus jinak juga terjadi di dinding posterior; jarang
terjadi di dinding anterior
• Dapat ditemukan di proksimal setengah dari perut
pada pasien geriatri
• Hampir semua ulkus lambung kelengkungan yang
lebih rendah <1cm jinak
• Ulkus jinak kurvatura yang lebih besar berhubungan
dengan efek massa yang cukup besar yang kadang
menimbulkan keliru mengarah pada kesimpulan
keganasan
GAMBARAN RADIOLOGI
• Pada pemeriksaan barium, tampilan pada permukaan
dapat menunjukkan barium terkumpul di dasar ulkus
pada dinding tergantung, dengan lipatan mukosa
memancarkan langsung ke ulkus. Pada tampilan
profil, ulkus muncul sebagai outpouching dari dinding
lambung.
• Ulkus jinak: memancarkan lipatan halus , dan
proyeksi ulkus keluar dari dinding lambung.
• Ulkus ganas: ulkus dangkal, kontur tidak teratur,
yang tidak menonjol di luar batas-batas lambung.
Mungkin ada massa terkait dengan perusakan pola
mukosa
Giant gastric ulcer with
mucosal folds radiating into
the ulcer
Gastric ulcer: profile view
showing an outpouching from
the lesser curve.
Gastric Ulcer, Benign. Both images are close-ups of the stomach from a double
contrast (i.e. air and barium) upper gastrointestinal series. They demonstrate
radiating folds (green arrow) coursing to the base of a persistent collection of
barium (white arrows) on the posterior wall of the body of the stomach. There is
no significant mass effect and the folds radiate right to the base of the ulcer, both
signs of benignity
TERIMA KASIH

More Related Content

Similar to 50208457.pdf

ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liverppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liverNona Zesifa
 
Journal reading Billroth 2 vs Roux-en-Y in Distal Gastrectomy
Journal reading Billroth 2 vs Roux-en-Y in Distal GastrectomyJournal reading Billroth 2 vs Roux-en-Y in Distal Gastrectomy
Journal reading Billroth 2 vs Roux-en-Y in Distal GastrectomyRobin Wijaya
 
Presentasi kasus appendisitis perforasi Dody.pptx
Presentasi kasus appendisitis perforasi Dody.pptxPresentasi kasus appendisitis perforasi Dody.pptx
Presentasi kasus appendisitis perforasi Dody.pptxrezaaulia27
 
hidrosalfing.pdf
hidrosalfing.pdfhidrosalfing.pdf
hidrosalfing.pdfRikaEffendy
 
peran usg pada hepatobilier tugas reading gastro.pptx
peran usg pada hepatobilier tugas reading gastro.pptxperan usg pada hepatobilier tugas reading gastro.pptx
peran usg pada hepatobilier tugas reading gastro.pptxPutraBasmayus
 
obsgyn PRESENTASI FK UNDIP 2022 (Versi Indonesia).pptx
obsgyn PRESENTASI FK UNDIP 2022 (Versi Indonesia).pptxobsgyn PRESENTASI FK UNDIP 2022 (Versi Indonesia).pptx
obsgyn PRESENTASI FK UNDIP 2022 (Versi Indonesia).pptxssuser86266b
 
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptxDigestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptxririaja1
 
Obstruksi Usus Mekanis PPT.pptx
Obstruksi Usus Mekanis PPT.pptxObstruksi Usus Mekanis PPT.pptx
Obstruksi Usus Mekanis PPT.pptxZaraMedicare
 
3. AKUT ABDOMEN.pptx
3. AKUT ABDOMEN.pptx3. AKUT ABDOMEN.pptx
3. AKUT ABDOMEN.pptxsetiaji6
 
Teknik pemberian oral contrast pada pemeriksaan ct scan abdomen
Teknik pemberian oral contrast pada pemeriksaan ct scan abdomenTeknik pemberian oral contrast pada pemeriksaan ct scan abdomen
Teknik pemberian oral contrast pada pemeriksaan ct scan abdomenEva Sonatalia
 
Askep pencernaan akhir
Askep pencernaan akhirAskep pencernaan akhir
Askep pencernaan akhirarniwianti
 
Ilmu bedah kolon
Ilmu bedah kolonIlmu bedah kolon
Ilmu bedah kolonIva Maria
 
Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2Iva Maria
 
Asuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalAsuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalRizky maulana
 
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptx
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptxLapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptx
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptxabdurrahmanafaharidh
 
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptx
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptxKLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptx
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptxangelmanurip
 

Similar to 50208457.pdf (20)

ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liverppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
ppt Ct scan abdomen pada kasus kista liver
 
Journal reading Billroth 2 vs Roux-en-Y in Distal Gastrectomy
Journal reading Billroth 2 vs Roux-en-Y in Distal GastrectomyJournal reading Billroth 2 vs Roux-en-Y in Distal Gastrectomy
Journal reading Billroth 2 vs Roux-en-Y in Distal Gastrectomy
 
Presentasi kasus appendisitis perforasi Dody.pptx
Presentasi kasus appendisitis perforasi Dody.pptxPresentasi kasus appendisitis perforasi Dody.pptx
Presentasi kasus appendisitis perforasi Dody.pptx
 
Ca. kolon AKPER PEMKAB MUNA
Ca. kolon AKPER PEMKAB MUNA Ca. kolon AKPER PEMKAB MUNA
Ca. kolon AKPER PEMKAB MUNA
 
Kanker kolon
Kanker kolonKanker kolon
Kanker kolon
 
hidrosalfing.pdf
hidrosalfing.pdfhidrosalfing.pdf
hidrosalfing.pdf
 
peran usg pada hepatobilier tugas reading gastro.pptx
peran usg pada hepatobilier tugas reading gastro.pptxperan usg pada hepatobilier tugas reading gastro.pptx
peran usg pada hepatobilier tugas reading gastro.pptx
 
obsgyn PRESENTASI FK UNDIP 2022 (Versi Indonesia).pptx
obsgyn PRESENTASI FK UNDIP 2022 (Versi Indonesia).pptxobsgyn PRESENTASI FK UNDIP 2022 (Versi Indonesia).pptx
obsgyn PRESENTASI FK UNDIP 2022 (Versi Indonesia).pptx
 
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptxDigestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
Digestive System Disease Breakthrough by Slidesgo-1.pptx
 
Obstruksi Usus Mekanis PPT.pptx
Obstruksi Usus Mekanis PPT.pptxObstruksi Usus Mekanis PPT.pptx
Obstruksi Usus Mekanis PPT.pptx
 
3. AKUT ABDOMEN.pptx
3. AKUT ABDOMEN.pptx3. AKUT ABDOMEN.pptx
3. AKUT ABDOMEN.pptx
 
Teknik pemberian oral contrast pada pemeriksaan ct scan abdomen
Teknik pemberian oral contrast pada pemeriksaan ct scan abdomenTeknik pemberian oral contrast pada pemeriksaan ct scan abdomen
Teknik pemberian oral contrast pada pemeriksaan ct scan abdomen
 
Askep pencernaan akhir
Askep pencernaan akhirAskep pencernaan akhir
Askep pencernaan akhir
 
Ca recti
Ca rectiCa recti
Ca recti
 
Ilmu bedah kolon
Ilmu bedah kolonIlmu bedah kolon
Ilmu bedah kolon
 
Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2Ilmu bedah kolon2
Ilmu bedah kolon2
 
Asuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalAsuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektal
 
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptx
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptxLapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptx
Lapsus Apendisitis - dr. Dea Ardelia P (1).pptx
 
Cr kista ovarium fixxx
Cr kista ovarium fixxxCr kista ovarium fixxx
Cr kista ovarium fixxx
 
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptx
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptxKLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptx
KLP 1 TR 3 COLON IN LOOP PEDIATRIC.pptx
 

Recently uploaded

IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANGilangNandiaputri1
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatanSuzanDwiPutra
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARElviraDemona
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxcupulin
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxDewiUmbar
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxrani414352
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfIwanSumantri7
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...luqmanhakimkhairudin
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptxErikaPutriJayantini
 
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxMateriSMPTDarulFalah
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASNursKitchen
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfTeukuEriSyahputra
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945nrein671
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerakputus34
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptxfurqanridha
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEANIPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
IPS - karakteristik geografis, sosial, budaya, dan ekonomi di ASEAN
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
 
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASARPPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
PPT BAHASA INDONESIA KELAS 1 SEKOLAH DASAR
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docxKISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
KISI-KISI SOAL DAN KARTU SOAL BAHASA INGGRIS.docx
 
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptxLokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
Lokakarya tentang Kepemimpinan Sekolah 1.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
 
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
443016507-Sediaan-obat-PHYCOPHYTA-MYOPHYTA-dan-MYCOPHYTA-pptx.pptx
 
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptxInformatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
Informatika Latihan Soal Kelas Tujuh.pptx
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
Detik-Detik Proklamasi Indonesia pada Tahun 1945
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru PenggerakSkenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
Skenario Lokakarya 2 Pendidikan Guru Penggerak
 
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,Swamedikasi 3.pptx
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 

50208457.pdf

  • 3. DEFINISI Suatu pemeriksaan radiologis colon dengan memakai kontras bubur barium. Pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan yang terdapat pada colon (usus besar) dengan teknis fluoroskopi-radiografi. Pemotretan Colon in Loop adalah pemotretan dengan menggunakan sinar-X dan fluoroscopy untuk membantu menegakkan diagnosa dengan melihat kelainan di daerah usus besar dengan menggunakan media kontras positif yaitu Barium Sulphat (BaSO4) yang dimasukkan lewat anus.
  • 4. TUJUAN PEMERIKSAAN 1. Membantu menegakkan diagnosis dari carcinoma kolon dan penyakit inflamasi kolon. 2. Mendeteksi adanya polip, inflamasi dan perubahan struktural pada kolon. Resiko dan Tindakan Pencegahan : 3. Pemeriksaan ini berbahaya jika dikerjakan pada penderita tachycardia atau colitis berat. 4. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan hati-hati pada penderita ulcerative colitis, diverticulitis, berak darah akut atau kecurigaan pneumatosis cytoides intestinalis.
  • 5. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI Indikasi Hematochezia Diare Persisten Kecurigaan massa daerah kolon Gejala-gejala obstruksi kolon Kelainan kongenital Kelainan pada mukosa (ulkus), divertikel, inflamasi) Degeneratif Kontra indikasi Susp. Perforasi usus Peritonitis Ileus paralitik Alergi bahan kontras media Obstruksi total dari saluran cerna
  • 6. PERSIAPAN PASIEN • Hari Pertama: • Pagi     :    Makan bubur kecap + telur rebus 2 biji + minum air banyak. • Siang   :    Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak. • Malam :    Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak. • Hari Kedua: • Pagi     :    Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak. • Siang   :    Makan bubur kecap + telur rebus 1 biji + minum air banyak. • Pukul 21.00 minum garam inggris (Magnesium Sulfat) (1 bungkus + ¼ gelas air putih). Selanjutnya pasien hanya boleh minum air putih. • Jam 12 malam puasa, kurangi bicara, dan tidak merokok. • Hari ketiga: • Pukul 05.00 masukkan dulcolax 1 supp melalui lubang dubur. • Pukul 06.00 pasien di klisma tinggi ( untuk pasien di opname). • Pasien datang ke bagian radiologi untuk di foto ( dalam keadaan puasa).
  • 7. PERSIAPAN BAHAN • Bahan kontras yang digunakan dalam pemeriksaan colon ini menggunakan barium sulfat dan air sebagai pelarut, dengan perbandingan antara barium sulfat yang digunakan adalah 1 : 8 dengan jumlah larutan sebanyak 800 ml. a. Kontras Positif • Barium Sulfat (BaSO4) (water insoluble) • Iodium (water soluble) b. Kontras Negatif • Udara • CO2
  • 8. TEKNIK PEMASUKAN MEDIA KONTRAS Metode Kontras Tunggal • Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media kontras. • Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden, transversum, ascenden sampai daerah sekum. • Dilakukan pemotretan full fillng • Evakuasi, dibuat foto post evakuasi Metode Kontras Ganda Satu Tingkat • Kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara untuk mendorong barium melapisi kolon • Selanjutnya dibuat foto full filling Kontras Ganda Dua Tingkat • Kolon diisi BaSO4 sampai kira 2 fleksura lienalis atau pertengahan kolon transversum • Pasien disuruh merubah posisi agar barium masuk ke seluruh kolon • Menunggu 1 – 2 menit supaya barium melapisi mukosa kolon • Pasien disuruh BAB • Dipompakan udara ke dalam kolon = 1800 – 2000 ml, tidak boleh berlebihan karena akan timbul komplikasi : reflex fagal (wajah pucat, bradikardi, keringat dingin dan pusing )
  • 9. TAHAP PEMOTRETAN • Posisi PA atau AP • Tujuan : Untuk menggambarkan seluruh colon dengan Central Point (CP) setinggi Crista Iliaca • Pasien : Supine atau prone, Central Ray (CR) vertical • Kriteria gambar • Seluruh usus besar tergambar termasuk semua flexura tampak. • Columna vertebralis pada pertengahan film. • Posisi LAO (Left Anterior Oblique) • Tujuan : Untuk menggambarkan flexura linealis dan colon descendens • Pasien : LAO 45 derajat, CR vertikal, CP kira-kira 2 inci ke arah kanaari msl setinggi crista iliaca • Kriteria gambar : • Tampak gambaran flexura lienalis dan colon desenden
  • 10. • Posisi RAO (Right Anterior Oblique) • Tujuan : Untuk menggambarkan flexura hepatika,colon ascenden dan colon sigmoid. • Pasien : RAO 35 – 45 derajat • CR vertikal, CP : kira-kira 2 inci ke arah kiri dari MSL setinggi crista iliaca • Kriteria gambar : • Tampak gambaran flexura hepatika,colon ascendens,cecum,colon sigmoid. • Posisi PA axial • Tujuan : Untuk menggambarkan daerah rectosigmoid • Pasien : prone • CR : 30 – 40 derajat, CP : pada MSL setinggi sias • Film : 24 cm X 30 cm • Kriteria gambar : • Tampak daerah rectosigmoid dengan superposisi yang lebih kecil di bandingkan gambaran posisi PA
  • 11. • Posisi AP Axial • Tujuan : Untuk menggambarkan daerah rectosigmoid • Pasien : supine • CR : 30 - 40 derajat, CP : tepi bawah syimpisis pubis • Film : 24 X 30 cm • Kriteria gambar : • Tampak gambaran daerah rectosigmoid dengan superposisi lebih kecil di bandingkan dengan posisi AP • Posisi Lateral • Tujuan : untuk menggambarkan rectum dan daerah rectosigmoid • Pasien : Lateral recumbent padasisi kiri atau kanan • CR vertikal, CP : pada mid Axilari plane 5 – 7 cm di atas syimfisis pubis • Film : 24 X 30 cm • Kriteria gambar : • Tampak rectum pada pertengahan kaset • Kedua femur superposisi
  • 15. DEFINISI Suatu pertumbuhan tumor yang bersifat ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat disekitar kolon (usus besar) Ca kolon
  • 17. ETIOLOGI • Secara umum kanker selalu dihubungkan dengan: bahan-bahan kimia, bahan-bahan radioaktif, dan virus. • Umumnya kanker usus besar terjadi dihubungkan dengan factor genetic dan lingkungan. Serta dihubungkan juga dengan factor predisposisi diet rendah serat, kenaikan berat badan, intake alcohol.
  • 18. TIPE KARSINOMA KOLON DAN REKTUM Secara makroskopis terdapat tiga tipe karsinoma kolon dan rektum, yaitu: • Tipe polipoid atau vegetatif Pada tipe ini tumor tumbuh menonjol ke dalam lumen usus, berbentuk bunga kol dan ditemukan terutama di sekum dan kolon ascendens. • Tipe skirus atau infiltratif Pada tipe ini biasanya mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan gejala obstruksi, terutama ditemukan pada kolon descendens, sigmoid dan rektum. • Tahap ulserasi Pada tipe ini terjadi karena nekrosis di bagian sentral dan terletak di daerah rektum. Pada tahap lanjut, sebagian besar tumor kolon akan mengalami ulcerasi menjadi tukak yang maligna.
  • 20. KLASIFIKASI DUKES Klasifikasi karsinoma rektum menurut Dukes: • Tahap A: Infiltrasi karsinoma terbatas pada dinding usus (survive for 5 years 97 %) • Tahap B: Infiltrasi karsinoma sudah menembus lapisan muskularis mukosa (80 %) • Tahap C: Terdapat metastasis ke dalam kelenjar limfe • C1: Beberapa kelenjar limfe dekat tumor primer (65 %) • C2: Dalam kelenjar limfe jauh (35 %) • Tahap D: Metastasis jauh (< 5 %)
  • 21. KLASIFIKASI TNM • T – Tumor primer Tx - Tumor primer tidak dapat dinilai T0 - Tidak ada tumor primer T1 - Invasi tumor di lapisan sub mukosa T2 - Invasi tumor di lapisan otot propria T3 - Invasi tumor melewati otot propria ke subserosa atau masuk ke perikolik yang tidak dilapisi peritoneum atau perirektal T4 - Invasi tumor terhadap organ atau struktur sekitarnya atau peritoneum viseral • N – Kelenjar limfe regional Nx - Kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai N1 - Metastasis di 1-3 kelenjar limfe perikolik atau perirektal N2 - Metastasis di ≥ 4 kelenjar limfe perikolik atau perirektal N3 -Metastasis pada kelenjar limfe sesuai nama pembuluh darah atau pada kelenjar apikal • M – Metastasis jauh Mx - Metastasis jauh tidak dapat dinilai M0 - tidak ada metastasis jauh M1 - terdapat metastasis jauh
  • 22. GEJALA KLINIS • Early symptoms and sign not clear • Diarrhea, Hematoschezia • Weight lost • Chronic obstruction • Right Colon presented with Palpable Mass • Left Colon presented with Obstruction
  • 23. LOKASI • Kanker kolorektal dapat ditemukan di mana saja dari sekum ke rektum, dalam distribusi berikut: Recto-sigmoid: 55% Sekum dan kolon asenden: 20% Katup ileosekal: 2% Usus besar melintang: 10% Kolon desenden: 5%
  • 24. METASTASIS CA COLON • Liver (25%) • Retroperitoneal and mesenteric nodes (15%) • Hydronephrosis (13%) • Adrenal (10%) • Ovarian mets • Ascites
  • 25. BEBERAPA MODALITAS PEMERIKSAAN RADIOLOGI PADA KOLON • Ultrasonografi (USG) • CT-Scan dan MRI • Foto Polos Abdomen • Colon in Loop • Kolonoskopi
  • 26. GAMBARAN RADIOLOGI KANKER KOLON • Pada foto rontgen abdomen akan nampak gambaran tumor yang menonjol ke dalam lumen dan menyebabkan penyempitan lumen kolon yang sering disebut dengan gambaran “apple core” atau “napkin-ring”. • Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan foto rontgen dengan memakai zat kontras seperti barium yang dimasukkan melalui rektum. Pada foto nanti akan tampak lapisan tipis barium di mukosa kolon. • Pemeriksaan ini disebut dengan foto kontras ganda, yaitu kontras negatif udara dan kontras positif bubur barium, tetapi cara ini tidak dapat melihat rektum pada duapertiga distalnya.
  • 27.
  • 28. COLONIC CARCINOMA, APPLE-CORE SIGN. AN ENCIRCLING MASS IN THE MID- TRANSVERSE COLON (RED ARROW) MOSTLY OBSTRUCTS THE RETROGRADE FLOW OF THE BARIUM IN THIS SINGLE-CONTRAST BARIUM ENEMA. THE SHELF- LIKE DEFECT CAUSED BY THE DISTAL END OF THE MASS (WHITE ARROWS) PRODUCES HALF OF THE "APPLE-CORE" SIGN OF COLON CARCINOMA.
  • 30. KOLITIS ULSERATIF • Kolitis ulseratif merupakan suatu penyakit inflamasi pada usus besar, ditandai oleh kerusakan mukosa difus yang disertai ulserasi. Reaksi inflamasi terbatas padamukosa dan submukosa. • Keadaan autoimun tampaknya merupakan faktor penyebab, namun etiologi pasti dari penyakit ini tetap belum diketahui. • Onset usia biasanya 20-40 tahun, atau puncak pada usia 60-70 tahun • Ratio prevalensi antara perempuan dan laki-laki sama
  • 31. GEJALA KLINIS • Diare berdarah berulang • Deplesi elektrolit • Nyeri perut • Demam • Periode eksaserbasi dan remisi • Iritis, eritema nodosum, pioderma gangrenosum • Pericholangitis, hepatitis kronis aktif, sclerosing cholangitis, fatty liver • Spondylitis, arthritis perifer, RA (10-20%) • Komplikasi trombotik
  • 32. PEMERIKSAAN PENUNJANG RADIOLOGIS Suatu film polos abdomen kadang-kadang menunjukkan segmen yang abnormal pada usus besar, terutama jika terdapat komplikasi megakolon toksik. Kolonoskopi lebih akurat untuk menilai penyakit, namun evaluasi dengan barium enema tetap banyak dilakukan. Gambaran Radiologis Kolon yang terkena, hampir selalu melibatkan rectum dan sigmoid, memperlihatkan pengaburan batas yang pada keadaan normalnya tampak tegas. Mukosa tampak granular disertai ulserasi yang dangkal dan berlanjut dari rectum hingga kejauhan yang bervariasi dari kolon proksimal, dan mungkin melibatkan seluruh kolon (pankolitis). Hilangnya pola haustrae yang diakibatkannya dengan perubahan fibrotic dapat menimbulkan gambaran menyerupai tuba pada usus, disebut dengan kolon “lead pipe / pipa timah” atau “hose pipe / pipa karet”.
  • 33. KOMPLIKASI • Kolon : • Megakolon toksik : suatu film polos abdomen dapat mendemostrasikan distensi usus yang jelas dengan batas iregular, terutama pada kolon transversa. Barium enema merupakan kontraindikasi jika terdapat komplikasi ini. • Perforasi usus : baik pada penyakit yang parah maupun sekunder akibat megakolon toksik. • Perdarahan : sering hebat. • Karsinoma : insidensinya meningkat terutama jika terdapat pankolitis dan penyakit telah terjadi lebih dari 10 tahun. • Pembentukan struktur : dapat multiple dengan tepi yang rata. • Ekstrakolon : • Sakroilitis • Arteritis • Uveitis • Kolangitis sklerosa
  • 34. Ulcerative colitis: barium enema examination demonstrates loss of haustral folds in the entire descending colon with small ulcerations suggested. The colon has a "lead-pipe" appearance. The distribution and appearance are suggestive of ulcerative colitis
  • 35. Extensive diffuse mucosal ulceration in the large bowel, with loss of the normal haustral pattern in ulcerative colitis.
  • 36. Double-contrast barium enema studies in a 44-year-old man known to have long history of ulcerative colitis. Images show total colitis and extensive pseudopolyposis
  • 38. DIVERTIKEL • Penyakit diverticular merupakan kelainan umum yang ditandai oleh hipertrofi otot polos kolon yang menyebabkan terbentuknya penonjolan menyerupai kantung diantara serat-serat otot yang menebal. • Terdapat herniasi pada mukosa dan submukosa pada tempat-tempat yang lemah pada dinding usus. Sigmoid merupakan daerah yang paling sering terkena (> 90%) namun dapat terbentuk diverticula dari setiap bagian kolon. Diet rendah serat tampaknya merupakan penyebab dari keadaan ini.
  • 39. GEJALA KLINIS • Pain and tenderness • Mass in LLQ • Fever, leukocytosis
  • 40. KOMPLIKASI Diverticulitis : proses inflamasi yang menyebabkan serangan nyeri abdomen dan demam. Abses perikolik : perforasi pada diverticulum sering menyebabkan abses perikolik terlokalisasi. Barium enema dapat menunjukkan jalur sinus yang berasal dari sigmoid hingga ke abses. Ultrasonografi atau CT dapat menunjukkan pengumpulan cairan terlokalisasi, yang dapat didrainase secara perkutan. Perforasi : perforasi bebas pada diverticulum atau abses ke dalam rongga peritoneum dapat menyebabkan peritonitis fekal. Pembentukan fistula : dapat disebabkan oleh abses yang rupture atau diverticulum yang meradang ke dalam organ terdekat, yang paling sering adalah kandung kemih (fistula vesikokolik), dengan pneumaturia sebagai keluhan gejala. Fistula dapat mengarah ke vagina, ureter, usus halus, kolon, atau kulit. Perdarahan : kemungkinan akibat erosi pada arteri dinding usus halus, sering dari diverticulum sebelah kanan.
  • 41. PEMERIKSAAN PENUNJANG RADIOLOGIS 1. Barium enema 2. Ultrasonografi, CT, dan angiografi mesentrika untuk mengetahui komplikasi Gambaran Radiologis • Pemeriksaan barium enema akan memperlihatkan kantung yang keluar seperti penonjolan bulat yang rata dari dinding usus. Divertikula memiliki ukuran yang bervariasi, dari mulai hanya terlihat hingga berupa kantung oval atau bulat berdiameter beberapa sentimeter. • Barium dapat menetap pada diverticula untuk beberapa minggu karena tidak adanya mekanisme pengosongan. Kolon sigmoid dapat sempit dan irregular, dan kadang- kadang penampakannya sangat sulit dibedakan dari karsinoma.
  • 42. Single-contrast barium enema study in a patient with diverticulitis demonstrates an intramural abscess filling with barium. Single-contrast barium enema study demonstrates sigmoid diverticulitis with an intramural sinus tract. Fistula formation in the small bowel is noted
  • 43. Single-contrast barium enema study in a patient with diverticulitis demonstrates tethering of the sigmoid colon as a result of a diverticular abscess. Single-contrast barium enema study demonstrates mild sigmoid diverticulitis with thickening of the mucosal folds and luminal narrowing
  • 44. DIVERTICULITIS, BARIUM ENEMA. THERE IS AN ABSCESS IN THE LEFT LOWER QUADRANT WHICH IS PRODUCING COMPRESSION ON THE BARIUM-FILLED SIGMOID (RED ARROW), AND THERE IS EVIDENCE OF EXTRALUMINAL CONTRAST (RED ARROW) FROM A PERFORATED DIVERTICULUM
  • 46. ULKUS GASTER • Ulkus lambung terjadi paling umum di lekukan yang lebih rendah, tetapi mungkin timbul di bagian manapun dari lambung. Endoskopi adalah teknik yang lebih disukai meskipun studi barium juga akurat. • Faktor predisposisi termasuk merokok, stres psikologis, analgesik non-steroid dan steroid. Beberapa ulkus lambung ditemukan pada sindrom Zollinger-Ellison.
  • 47. GEJALA KLINIS • Mual • Anoreksia • Muntah • Penurunan berat badan • Nyeri perut bagian atas • Komplikasi seperti perforasi, hematemesis dan melena
  • 48. LOKASI • Aspek kurvatura yang lebih rendah dari badan dan antrum biasanya untuk ulkus jinak • Ulkus jinak juga terjadi di dinding posterior; jarang terjadi di dinding anterior • Dapat ditemukan di proksimal setengah dari perut pada pasien geriatri • Hampir semua ulkus lambung kelengkungan yang lebih rendah <1cm jinak • Ulkus jinak kurvatura yang lebih besar berhubungan dengan efek massa yang cukup besar yang kadang menimbulkan keliru mengarah pada kesimpulan keganasan
  • 49. GAMBARAN RADIOLOGI • Pada pemeriksaan barium, tampilan pada permukaan dapat menunjukkan barium terkumpul di dasar ulkus pada dinding tergantung, dengan lipatan mukosa memancarkan langsung ke ulkus. Pada tampilan profil, ulkus muncul sebagai outpouching dari dinding lambung. • Ulkus jinak: memancarkan lipatan halus , dan proyeksi ulkus keluar dari dinding lambung. • Ulkus ganas: ulkus dangkal, kontur tidak teratur, yang tidak menonjol di luar batas-batas lambung. Mungkin ada massa terkait dengan perusakan pola mukosa
  • 50. Giant gastric ulcer with mucosal folds radiating into the ulcer Gastric ulcer: profile view showing an outpouching from the lesser curve.
  • 51. Gastric Ulcer, Benign. Both images are close-ups of the stomach from a double contrast (i.e. air and barium) upper gastrointestinal series. They demonstrate radiating folds (green arrow) coursing to the base of a persistent collection of barium (white arrows) on the posterior wall of the body of the stomach. There is no significant mass effect and the folds radiate right to the base of the ulcer, both signs of benignity