Materi Bid PPM Bappeda Sos Pemutakhiran IDM 2024 di kec Plumbon.pptx
Bahan Rekayasa Lingkungan
1. 10/3/2013
OUTLINE
KULIAH
REKAYASA LINGKUNGAN
TEKNOLOGI
PENGENDALIAN DAMPAK
1.
2.
3.
4.
5.
PENGANTAR
IDENTIFIKASI DAMPAK
PREDIKSI DAMPAK
TEKNOLOGI BERSIH
TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENCEMAR
– Limbah Gas
– Limbah Padat
– Limbah Cair
Dampak
Suatu perubahan yang terjadi
sebagai akibat suatu aktivitas.
PENGANTAR TEKNOLOGI
PENGENDALIAN DAMPAK
Perubahan yang sangat
mendasar yang diakibatkan oleh
suatu usaha / kegiatan
(Dampak Penting)
Teknologi Pengendalian Dampak
Matriks Teknologi Pengendalian Dampak
• Seluruh aspek yang berkaitan dengan
teknologi yang dipergunakan (state of the art)
dalam proses dan kegiatan mulai dari
pengadaan bahan baku, proses produksi,
pengelolaan limbah dan pengelolaan produk
pasca penggunaan, yang dipertimbangkan
mempunyai dampak pada lingkungan.
Input Proses Proses
Produksi
Pengelolaan
Limbah
Pasca
Produksi
(Teknologi) bahan
yang terkait dengan
proses
Jenis dan
karakteristik teknik
unit-proses
Pengolahan
Limbah padat dari
proses dan
pendukung kegiatan
Recovery bahan
dari produk pasca
penggunaan
(limbah)
Pewadahan dan
Transportasi bahan
baku
Unit pendukung
proses untuk
air,udara,energy
system
Pengolahan
limbah cair dari
proses dan
pendukung kegiatan
Pengolahan dan
pemusnahan bahan
off-spec dan
kadaluawarsa
Storage: stock
system, layout dan
flow
Flow process:
system, layout dan
flow
Pengendalian
pencemaran udara
dan kebisingan
Pengelolaan
kemasan
Pengelolaan
sludge dan limbah
B3
1
2. 10/3/2013
PELINGKUPAN
MERUPAKAN SUATU PROSES AWAL (DINI)
UNTUK MENENTUKAN LINGKUP PERMASALAHAN
DAN MENGIDENTIFIKASI DAMPAK PENTING (HIPOTESIS)
YANG TERKAIT DENGAN SUATU RENCANA USAHA DAN / ATAU
KEGIATAN
IDENTIFIKASI
DAMPAK
1. Langsung mengarah pada hal-hal yang menjadi
pokok bahasan secara mendalam;
2. Menghindari konflik & tertundanya proyek;
3. EFISIENSI terhadap BIAYA, TENAGA, WAKTU;
4. Penyusunan ANDAL dapat lebih terarah berkat
adanya kejelasan:
* lingkup studi/kajian;
* kedalaman studi;
* strategi pelaksanaan studi.
MANFAAT
Proses Pelingkupan: Dampak
1.Identifikasi dampak potensial
(mengidentifikasi segenap dampak lingkungan hidup:
primer, skunder, tersier dst yang secara potensial
akan timbul).
Gali dan kembangkan melalui berbagai sumber, seperti:
pemrakarsa, masyarakat, pakar, instansi pemerintah,
pustaka, tinjauan proyek serupa.
Dampak Penting Hipotetis merupakan
Salah Satu Hasil Proses Pelingkupan
Deskripsi
Rencana
Kegiatan
2.Evaluasi dampak potensial
(menghilangkan/meniadakan dampak potensial yang
tidak relevan atau tidak penting, sehingga didapat
dampak pentig hipotetik).
PRIORITAS
DAMPAK
PENTING
HIPOTETIK
Rona
Lingkungan
Hidup
3. Klasifikasi dan prioritas dampak penting
Hipotetis
(mengelompokkan dampak penting hipotetik yang telah
dirumuskan sehingga diperoleh klasifikasi dan
prioritas dampak penting hipotetik)
Identifikasi
Dampak
Potensial
Evaluasi
Dampak
Potensial
Klasifikasi
&
Prioritas
HASIL DAN PROSES PELINGKUPAN
HASIL-HASIL PELINGKUPAN
1. Prioritas dampak penting hipotetik thd lingkungan hidup
yang dipandang relevan untuk ditelaah secara mendalam
dalam ANDAL
2. Lingkup wilayah studi ANDAL berdasarkan pertimbangan:
batas proyek, batas ekologis, batas sosial, dan batas
administrasi.
3. Batas waktu kajian sebagai dasar melakukan prakiraan
perubahan kualitas/kondisi lingkungan tanpa proyek dan
adanya proyek.
4. Kedalaman studi ANDAL (metode, jumlah sampel,
tenaga ahli yang dibutuhkan sesuai dengan dana dan
waktu.
DAMPAK
PENTING
HIPOTETIK
DAMPAK
POTENSIAL
DESKRIPSI
KEGIATAN
IDENTIFIKASI
DPK POTENSIAL
1. KOMPONEN KEGIATAN YG HARUS
DITELAAH
EVALUASI D. PTG
2. KOMPONEN LH YG POTENSIAL
BERDAMPAK PENTING
3. MASALAH LINGKUNGAN YG
AKAN TERKENA DAMPAK PENTING
LINGKUP STUDI
SCOPPING
KLASIFIKASI &
PRIORITAS
4. PENENTUAN BATAS WILAYAH STUDI
5. PENENTUAN METODA
RONA
LINGKUNGAN
6. PENENTUAN LINGKUP PAKAR
7. PENENTUAN LINGKUP WAKTU
8. PENENTUAN BIAYA STUDI
1. TELAAH PUSTAKA;
2. METODA PENDEKATAN SOSIAL;
3. ANALOGI;
4. DAFTAR UJI;
5. MATRIK INTERAKSI SEDERHANA;
6. BAGAN ALIR;
7. ANALISIS ISI;
8. INTERAKSI KELOMPOK.
2
3. 10/3/2013
EVALUASI
DAMPAK
POTENSIAL
IDENTIFIKASI
DAMPAK
POTENSIAL
Langkah Identifikasi
Dampak
KLASIFIKASI
& PRIORITAS
DPK. PNTNG
RUANG LINGKUP, KEDALAMAN,
DAN STRATEGI PELAKSANAAN
STUDI:
1. Batas Wilayah Studi
2. Jenis Data & Informasi
3. Jumlah sampel
4. Lokasi Pengamatan/Pengukuran
5. Metode Analisis Data
6. Metode Prakiraan & Evaluasi DP
7. Tenaga ahli yang dibutuhkan
Identifikasilah:
1. Rencana kegiatan
2. Tipe Ekosistem
3. Fungsi Ekosistem
4. Komponen Lingkungan
Metode
?
METODE IDENIFIKASI DALAM PELINGKUPAN
1.
2.
3.
4.
Telaah Pustaka
Interaksi Kelompok
Daftar Uji (checklist).
Overlay (tumpang
(McHarg)
5. Bagan Alir (flow diagram)
6. Matrik Interaksi (Sederhana,
Leopold,Battelle).
7. Analisis Isi
8. Metoda ad hoc
PREDIKSI DAMPAK
1) Komponen kegiatan penyebab dampak dan komponen lingkungan
terkena dampak;
2) Batas wilayah studi: proyek, ekologis, sosial, dan administratif;
3) Metode pengumpulan dan analisis data; metode prakiraan dan
evaluasi dampak penting; tenaga ahli yang diperlukan.
Dampak Kegiatan
Kriteria Dampak
DAMPAK & AMDAL
PP No.27 tahun 1999 pasal 5
DAMPAK = pengaruh pada sesuatu akibat suatu perbuatan
DAMPAK LH = pengaruh perubahan pada LH yang disebabkan oleh
suatu usaha &/ kegiatan
UU 23/1997 Bab I Pasal 1 Butir 20 :
L H
PROYEK
KRITERIA DAMPAK ?
BESAR & PENTINGNYA DAMPAK DINILAI DARI :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
JUMLAH MANUSIA YANG TERKENA DAMPAK
LUAS WILAYAH PERSEBARAN DAMPAK
INTENSITAS & LAMANYA DAMPAK BERLANGSUNG
BANYAKNYA KOMPONEN LAIN YANG TERKENA
DAMPAK
SIFAT KUMULATIF DAMPAK
BERBALIK (REVERSIBLE) ATAU TIDAK BERBALIKNYA
DAMPAK
PERLU TELAAHAN YANG CERMAT ATAS FAKTA DI LAPANG
AMDAL
KERUGIAN
MATERIAL & NON‐MATERIAL
3
4. 10/3/2013
Metoda prediksi dampak:
Metoda formal,
terdiri atas:
– Model prakiraan cepat,
– Model matematika,
– Model fisis,
– Model eksperimental.
Metoda informal,
dapat dilakukan secara:
– Intuitif,
– Pengalaman,
– Analogi.
Pabrik Plastik PT. Innan, Semarang
Model Pendugaan Emisi Dan Penyebaran Polutan Di Atmosfir
•
•
•
Box Model
Rollback Model
Gaussian Model
Metoda Formal:
Metoda formal yang digunakan dalam prakiraan
dampak merupakan pendekatan dengan model dan
perhitungan matematik.
Hubungan sebab akibat yang merepresentasikan
dampak rencana kegiatan terhadap komponen/subkomponen/parameter lingkungan akan dirumuskan
secara kuantitatif dalam bentuk rasio-rasio kuantitatif
dan model-model matematik.
Pabrik Gula Rendeng, Kudus
Box Model
Static layer of air
Height, h
Emission rate
Length of box, w
Wind speed, U
Gambar Udara yang Terencerkan dari Box Model yang Sederhana
4
5. 10/3/2013
Asumsi :
Model paling sederhana, keadaan selalu tetap : emisi,
kecepatan angin dan karakteristik udara
Pelepasan polutan tercampur sempurna
Polutan udara secara kimia stabil
Laju emisi polutannya konstan, P (massa/waktu)
Memasuki suatu volume udara ambien yang bergerak
pada satu arah yang tetap, U
Udara yang bergerak dibatasi dari atas oleh lapisan udara
yang stabil pada ketinggian, h
Udara yang bergerak juga dibatasi oleh arah tegak lurus
terhadap kecepatan angin
Model ini menggambarkan suatu lembah di manan udara
melewati suatu daerah (zona) dengan lebar, w, yang
terbentuk dari dua baris bukit.
• Konsentrasi Polutan yang dilepaskan ke udara ambien :
C = P/(U h w)
–
–
–
–
–
C = konsentrasi polutan j, ppm
U = kecepatan angin, dianggap konstan, m/jam
P = laju emisi polutan j, µg/detik
h = tinggi kolom udara, m
w = lebar kolom udara, m
• Jika kecepatan angin sangat rendah (mendekati nol)
C= [P . t / (x w h)]
– x = panjang kolom udara, m
– t = waktu emisi, detik
Pendekatan sederhana untuk menduga emisi
yang mempengaruhi kualitas udara ambien
Rollback Model
Asumsi :
kP + b
Jumlah total polutan yang dilepas di suatu daerah pada
suatu waktu tertentu (p) mempunyai hubungan linier
dengan konsentrasi pada titik tertentu
c = kp + b
c : konsentrasi polutan, µg/m3
b : background level
Mass of emissions per unit time, P
b : background concentration (emisi = 0), µg/m3
k = konstanta empirik
Nilai k :
Hubungan Linier Antara Emisi dan Konsentrasi pada Rollback Model
k = (c – b)/p
C : konsentrasi partikulat dekat stasiun pengukuran, µg/m3
Gaussian Model
• Model penyebaran yang paling banyak digunakan
• Dapat menentukan konsentrasi di beberapa titik
ruang
• Asumsi :
–
–
–
–
Laju emisi polutan konstant
Kecepatan dan arah angin rerata konstant
Sifat kimia senyawa stabil dan tidak berubah di udara
Daerah sekitar sumber pencemar adalah datar dan
terbuka
Gaussian Model
Rumus umum untuk 3 dimensi
Konsentrasi di permukaan tanah (z=0)
• Diturunkan dari Hukum Kekekalan Massa dalam
bentuk persamaan differensial + adveksi dan
difusi
• Konsentrasi polutan searah angin (downwind)
• Sistem koordinat 3 dimensi
5
8. 10/3/2013
Program 6R
CONTOH PROSES PRODUKSI BERSIH
LAPIS LISTRIK
DALAM INDUSTRI LAPIS LISTRIK TIDAK DAPAT DIHINDARI ADANYA BUANGAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Refine, memurnikan atau menghilangkan kontaminan dari
bahan baku atau bahan pembantu
Reduce, mengurangi kebutuhan bahan baku secara
stokiometri proses sehingga mengurangi limbah
Reuse, pemakaian kembali bahan baku/pembantu proses
untuk proses yang serupa
Recycle, pemakaian kambali bahan baku/pembantu dan hasil
samping proses untuk proses yang berbeda
Recovery, pengambilan kembali meterial yg masih memiliki
nilai tambah
Retrive to Energi, merubah material sisa proses menjadi
sumber energi
Manfaat : penghematan biaya dan meningkatkan daya saing
produk di pasar ekspor
MINIMASI LIMBAH INDUSTRI
LAPIS LISTRIK
MENGAPA BUANGAN HRS DIKURANGI DAN DIOLAH?
Pengontrolan terhadap saluran pembuangan akhir
sangat sulit dilakukan
Limbah dapat menyebabkan hujan asam dan penipisan
lapisan ozon
Dari sudut ekonomi
Memenuhi aturan yang makin ketat
Memberi kesan baik pada masyarakat sekitar pabrik
tentang pelestarian lingkungan.
1.PENGURANGAN PADA SUMBER
Pada larutan elektrolit
PENGURANGAN PADA SUMBER
PEMANFAATAN ULANG
PENGOLAHAN LIMBAH
PEMBUANGAN
Mengurangi biaya pengolahan buangan
Memperbaiki pengoperasian pabrik
Mengurangi risiko pertanggungjwban
Menaikkan daya saing
Larutan elektrolit mengandung logam2 berat dengan konsentrasi
tinggi, seperti: sianida dan senyawa racun lainnya
Larutan jarang dibuang dan dipakai kembali pada proses lain
Kualitas larutan elektrolit:perlu penggantian unsur2 kimia dan
berkurang secara periodik
Pembersihan pada pengotor yang masuk
Air pembilas
Pengaturan tangki2 pembilasan
Pengaturan selang waktu selama setelah benda kerja dibilas
Pengaturan volume air pembilas
Konsentrasi larutan yang menempel pada benda kerja
Temperatur air pembilas
Bentuk benda kerja
Posisi benda kerja pada rak
Waktu penirisan antara bak pelapis dengan bak pembilas
Tujuan minimasi air pembilasan: mengurangi volume
Artinya: mengurangi jumlah limbah cair yang beracun
2. PEMANFAATAN ULANG
Air pembilas dapat didaur ulang dengan 2 cara yaitu:
Sistem rangkaian tertutup:
Cara ini mengurangi penggunaan air dan vol air buangan
(Gambar 1)
Sistem rangkaian terbuka:
Air keluaran yang telah diolah, dikembalikan ke sistem
pembilasan kemudian ditambahkan air agar pembilasan
lebih baik (Gambar 2)
3. PENGOLAHAN LIMBAH
Limbah dari industri lapis listrik ada 2:
Limbah padat dan limbah cair
1. LIMBAH PADAT:
Limbah padat dari pengerjaan awal: gerinda, debu logam
dan debu abrasiv, baju kerja bekas dan kemasan bekas
unsur kimia
Dampak limbah padat: penyakit silikosis pada paru-paru
Penanggulangan:
contoh daur ulang: air pembilas pada proses pembersihan
asam dipakai kembali sebagai proses pembersihan lemak
menghemat air + 50-67% dari pembilasan biasa (Gambar
3)
Pekerja pakai masker penutup hidung dan kaca mata pelindung
Pasang alat penangkap/penghisap debu (dust collector) di depan
alat pemoles dan gerinda
Ada sirkulasi udara dan ruang kerja beratap tinggi
8
9. 10/3/2013
2. LIMBAH CAIR:
Mengandung zat-zat kimia berbahaya seperti: Senyawa
krom, nikel, tembaga, sulfat, klorida, sianida serta zat-zat
organik seperti lemak dan minyak
1. PENGOLAHAN SENYAWA CHROM
Pengolahan krom valensi 6
ada 3 cara:
2. PENGOLAHAN PELAPISAN LOGAM-LOGAM BERAT
Dengan cara pengendapan, di mana senyawa logam dirubah
menjadi hidroksida logam yang tidak mudah larut dengan
cara penambahan zat pengendap seperti: kapur atau sodium
hidroksida
Cara reduksi cr6+ menjadi cr3+ (paling banyak dipakai)
Cara pengikatan ion cr6+ dalam resin penukar anion
Cara pengentalan (penguapan) ion cr6+ dan cr3+
Pengolahan krom valensi 3
Proses pengendapan dengan kapur atau soda kostik pada cr6+
Cara resin penukar kation (ion exchange) atau cr3+ diikat dalam
resin
3. PENGOLAHAN SENYAWA TEMBAGA
Pengendapan sebagai hidroksida atau sulfida dengan kapur
dan mengatur Ph
Pengikatan ion Cu dgn resin penukar kation
Dengan penguapan dan elektrolisa (utk Cu kadar tinggi)
4. PENGOLAHAN SENYAWA NIKEL
1.
2.
3.
Pengendapan sebagai hidroksida dengan kapur
atau soda kostik atau dengan ferrosulfat
Cara resin penukar kation
Cara penguapan dan osmosis balik
5. PEMBUANGAN
Lahan bekas industri lapis listrik
mempunyai tingkat pencemaran tinggi,
tergantung pada:
1.
2.
Penggunaan unsur kimia
Jumlah ceceran yang jatuh
5. PENGOLAHAN SENYAWA SENG
Pengendapan hidroksida dengan kapur/soda kostik
Cara resin penukar kation
Cara penguapan
Apabila lahan akan dipergunakan untuk
keperluan lain, perlu dilakukan proses
pengolahan khusus
Limbah
TEKNOLOGI PENGENDALIAN
PENCEMARAN
Limbah adalah buangan yang kehadirannya
pada suatu saat dan tempat tertentu tidak
dikehendaki lingkungannya karena tidak
mempunyai nilai ekonomi.
Limbah yang mengandung bahan polutan
yang memiliki sifat racun dan berbahaya
dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan
sebagai bahan yang dalam jumlah relatif
sedikit tetapi berpotensi untuk merusak
lingkungan hidup dan sumberdaya
(Ginting, 2007).
9
11. 10/3/2013
lanjutan
4. Perlindungan mutu udara ambien adalah upaya yang dilakukan agar udara
lanjutan
ambien dapat memenuhi fungsi sebagaimana mestinya.
5. Baku mutu emisi sumber tidak bergerak adalah kadar maksimum dan/atau
beban emisi maksimum yang diperbolehkan masuk atau dimasukkan
kedalam udara ambien.
6. Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari
suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya kedalam udara
ambien yang mempunyai dan/atau tidak mempunyai potensi sebagai
unsur pencemar.
7. Sumber emisi adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang
mengeluarkan emisi dari sumber bergerak, sumber bergerak spesifik,
sumber tidak bergerak maupun sumber tidak bergerak spesifik.
Peralatan Pengendalian Pencemaran Udara
(mengurangi emisi dari partikulat dan gas)
Mekanisme pengendalian :
- Partikulat : secara fisik (penyaringan, perbedaan
medan magnet, penangkapan, dll)
- Gas : secara kimiawi (pelarutan, penyerapan, dll)
Faktor pertimbangan pemilihan
•Jenis proses produksi yang akan dikendalikan
•Beban dan konsentrasi outlet yang diperlukan
•Kelembaban dan temperatur inlet
•Jenis partikulat yang akan dikumpulkan
•Konsentrasi debu pada inlet
•Volume inlet
8. Pengendalian pencemaran udara meliputi
pencegahan dan penanggulangan
pencemaran, serta pemulihan mutu udara
dengan melakukan inventarisasi mutu
udara ambien, pencegahan sumber
pencemar, baik dari sumber bergerak
maupun sumber tidak bergerak termasuk
sumber gangguan serta penanggulangan
keadaan darurat. pasal 16
Jenis Peralatan PPU
•ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (EP)
•SEPARATOR (SIKLON)
•WET SCRUBBER
•FABRIC FILTER (BAGHOUSES)
Electrostatic Precipitator (EP)
Bekerja berdasarkan medan listrik yang terjadi
sebagai akibat dari perbedaan muatan listrik.
Keuntungan :
• Memiliki penurunan tekanan yang
konstan dan kinerja bervariasi.
• Menghasilkan efisiensi yang sangat
tinggi, walaupun untuk partikulat
yang sangat kecil.
• Tahan terhadap kehilangan tekanan.
• Dapat beradaptasi untuk suatu
kondisi yang ekstrim seperti
temperatur yang berfluktuasi secara
ekstrim.
• Perawatan relatif mudah.
Kerugian :
• Biaya kapital tinggi.
• Tdk dpt menangani
polusi gas.
• Perlu tempat yang
luas dalam instalasi.
Electrostatic Precipirator
11
12. 10/3/2013
Siklon
APLIKASI EP
Boiler batu bara
Peleburan logam
Industri semen
Boiler biomas (ampas tebu, cangkang sawit,
dsb)
Incenerator
Boiler bahan bakar residu
Siklon
Bekerja berdasarkan gaya centrifugal dimana udara
yang masuk secara tangensial
Keuntungan :
• harganya cukup murah,
• tidak banyak bagian-bagian yang berputar, dan
• dapat digunakan dalam segala kondisi suhu operasi.
Kerugian :
• Hanya untuk ukuran partikel tertentu (relatip besar);
• Baku mutu konsentrasi partikulat yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah tidak dapat dipenuhi hanya
dgn menggunakan siklon karena effisiensi 65 % untuk
diameter partikel 40 micron
Cyclone Spray
Chamber
Cyclone spray chamber
Scrubber Partikulat
• Scrubber dianggap sebagai alat penangkap
partikulat dengan sistim basah.
• Alat ini mengumpulkan partikulat melalui kontak
langsung dengan cairan (air).
• Banyak sekali desain scrubber yang ada di
pasaran, jenisnya kebanyakan diklasifikasikan
berdasarkan cairan yang digunakan untuk
memisahkan partikulat dengan udaranya.
12
13. 10/3/2013
Fabric Filter
Fabric filter berdasarkan teknik
pembersihaannya dapat dibagi menjadi
tiga tipe, yaitu :
•reverse-air,
•shaker dan
•pulse-jet.
Keuntungan :
• Efisiensinya cukup tinggi untuk partikulat yang kecil.
• Dapat dioperasikan pd kondisi partikulat berbeda-beda.
• Dapat dioperasikan dlm volume alir yang berbeda-beda.
• Kehilangan tekanan relatip rendah.
Shaker baghouse
Kerugiannya:
• Memerlukan lantai yang luas.
• Material fabrics dapat rusak bila beroperasi pada suhu
yang tinggi, dan juga korosi.
• Tidak dapat beroperasi pada keadaan basah (moist).
• Kadang-kadang dapat terbakar atau meledak.
Pulse jet baghouse
PENGENDALIAN
PENCEMARAN
Limbah Padat
13
14. 10/3/2013
PENGOLAHAN SAMPAH
COMPOSTING
Fisika
Aerobik
Perbandingan C:N 25:1 – 35:1
Sampah organik basah tinggi N
Sampah organik kering tinggi C
Terkadang diperlukan:
Pembakaran insinerator
Kimia
Desinfeksi
Biologi
Komposting aerob
Anaerobic digester
Landfill
Campuran kompos sebagai bibit m.o
Tambahan gula, sisa buah-buahan sebagai sumber gula
sederhana untuk mempercepat pertumbuhan m.o.
Kelembaban dipertahankan 55 – 70%
TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)
TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA)
LAHAN URUG SANITER (LUS)
CONTROLED LANDFILL (LUT)
Sanitary Landfill
Tidak terjadi pencemaran air
Tidak terjadi perkembangan vektor penyakit
Polusi udara
Pencemaran estetika
Gangguan-gangguan lingkungan
Sampah tertutup tanah setiap akhir hari kerja
Terhindar dari limpasan air hujan
Dilakukan ± 30 tahun proses dekomposisi
selesai (produksi gas berhenti)
Pengurugan dilakukan 1 minggu sekali / tidak
setiap hari
14
15. 10/3/2013
INCINERATION
Infectious, un recover/un recyclable general waste
Operational Parameters:
Burning rate (pound/hour), heating value (Btu/pound), heat
release value (Btu/cubic feet per hour)
Alternatives:
Controlled-air incinerators
Rotary-kiln incinerators
Air Pollution Controls
Wet Scrubbers: impaction of particles with countercurrent flow
reactor
Dry Scrubbers: Reacting particles and gases in spray-dryer
section, collection of particles in a baghouse collectoR
PENGENDALIAN PENCEMAR
LIMBAH
BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
DEFINISI
KLASIFIKASI
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah:
• Bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya
dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan
atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lainnya
(PP No. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan B3)
B3 dapat diklasifikasikan : (PP no. 74 tahun 2001)
1. mudah meledak (explosive);
2. pengoksidasi (oxidizing);
3. sangat mudah sekali menyala (extremely
flammable);
4. sangat mudah menyala (highly flammable);
5. mudah menyala (flammable);
6. amat sangat beracun (extremely toxic);
7. sangat beracun (highly toxic);
8. beracun (moderately toxic);
9. berbahaya (harmful);
15
16. 10/3/2013
KLASIFIKASI
PENGELOLAAN LIMBAH B3
10.korosif (corrosive);
11.bersifat iritasi (irritant);
12.berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the
environment);
13.karsinogenik (carcinogenic);
14.teratogenik (teratogenic);
15.mutagenik (mutagenic).
Pengelolaan Limbah B3
• from cradel to grave (mulai dari penghasil sampai
pada penimbunan)
• Pengelolaan limbah B3 meliputi penghasil,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan, pengolahan dan
penimbunan/pembuangan akhir
• Tujuan pengelolaan limbah B3:
Melindungi kesehatan masyarakat dan mencegah
pencemaran lingkungan
PENGELOLAAN LIMBAH B3
PENGHASIL
from cradel to grave
PENYIMPANAN
PENGUMPUL
TPS*)
PENGUMPUL
PENGHASIL
PENGANGKUTAN
PEMANFAAT
TPS
(WASTE EXCHANGE)
PENIMBUN
Limbah yang tidak
habis bereaksi, dll
TPS
PENGOLAH
(treatment & disposal))
PEMANFAATAN
PENGOLAHAN
PENIMBUNAN
*)
Abu incenerator,
Sisa/hasil reaksi kimia, dll
Tempat Penyimpanan Sementara
PENGELOLAAN LIMBAH B3
PENGELOLAAN LIMBAH B3
On‐site treatment
• Penanganan atau pengolahan limbah B‐3
dilaksanakan di dalam unit kegiatan industri.
• Teknologi pengolahan setempat (on‐site)
dilaksanakan dengan menggunakan salah satu
atau beberapa jenis teknologi berikut:
Off‐site treatment
• Penanganan atau pengolahan limbah padat
atau lumpur B‐3 dilaksanakan oleh pihak
ketiga di pusat pengolahan limbah industri.
• Pengolahan oleh pihak ketiga (off‐site)
dilaksanakan dengan menggunakan sekaligus
beberapa teknologi‐teknologi seperti pada on‐
site treatment.
– chemical conditioning
– Incineration (metode thermal)
– solidification (stabilisasi), dll
16
17. 10/3/2013
PENGELOLAAN LIMBAH B3
PENGELOLAAN LIMBAH B3
Penyimpanan limbah B3
• Penyimpanan bersifat sementara
• Lokasi
– bebas banjir.
– tdk rawan bencana,
– diluar kawasan lindung
• Kemasan
– Bentuk dan bahan wadah disesuaikan dengan
karakteristik limbah
– Simbol & label (PerMenLH No. 3 tahun 2008)
PENGELOLAAN LIMBAH B3
PENGELOLAAN LIMBAH B3
PENGELOLAAN LIMBAH B3
PENGELOLAAN LIMBAH B3
Pengolahan limbah B3
• adalah proses untuk mengubah karakeristik dan komposisi
limbah B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat
bahaya dan/atau sifat racun
• Dilakukan dengan perlakuan kimia, fisika, biologi atau
pembakaran.
• Bergantung karakterisasi limbah dan kemampuan limbah
B3 untuk diolah.
• Tujuan pengolahan limbah B3:
– Mengurangi atau menghilangkan efek racun (detoksifikasi)
– Merubah bahan berbahaya menjadi bahan yang ramah
lingkungan
– Mempersiapkan tahapan pengolahan berikutnya.
17
18. 10/3/2013
PENGOLAHAN FISIKA‐KIMIA
PENGOLAHAN FISIKA‐KIMIA
Reduksi kimia.
• Pada reduksi kimia ini tahap oksidasi dari
kontaminan beracun diubah untuk menurunkan
sifat racun kontaminan beracun diubah untuk
menurunkan sifat racun limbah atau
memperbaiki karakteristik limbah untuk diolah.
• Contoh: Chrom hexavalent dari electroplating
direaksikan dengan natrium bisulfit menghasilkan
chrom trivalent tidak beracun, selanjutnya
dialihkan ke tangki pengendapan sebagai sludge
hidroksida
Oksidasi kimiawi.
• Pada proses ini, tahap oksidasi kontaminan
limbah diubah untuk mengurangi sifat
racunnya secara keseluruhan.
• Contoh : Cianida dioksidasikan dengan sodium
hipochlorid menghasilkan karbon dioksida dan
nitrogen sebagai hasil samping yang kemudian
dilepaskan ke atmosfir
PENGOLAHAN FISIKA‐KIMIA
PENGOLAHAN FISIKA‐KIMIA
Netralisasi dan pengendapan.
• Netralisasi adalah, pH larutan limbah B3
dinetralkan menggunakan basa, zat‐zat yang
terlarut diendapkan/ dikeluarkan dari larutan
sebagai hidroksida.
• Proses ini digunakan untuk melepaskan logam
berat dari air limbah
Pemisahan berdasarkan gaya berat.
• Pada proses ini gaya berat digunakan untuk
memisahkan padatan tersuspensi dari
larutan/cairan.
• Zat padat akan mengendap di dasar tangki
pengendapan (sedimentasi) di tempat
pengumpulannya.
STABILISASI/SOLIDIFIKASI
STABILISASI/SOLIDIFIKASI
Stabilisasi/Solidifikasi
• Limbah B3 yang berbentuk lumpur, sebelum
"dikubur", dipadatkan terlebih dahulu dengan
cara :
Stabilisasi/Solidifikasi
• Stabilisasi adalah pencampuran limbah dengan
aditif untuk menurunkan laju migrasi pencemar
dan mengurangi toksisitas.
• Solidifikasi adalah pemadatan B‐3 dengan
penambahan aditif.
• Kedua proses ini saling terkait, sehingga istilah
‘stabilisasi dan solidifikasi’ sering dianggap
mempunyai arti yang sama.
• Pada ‘stabilisasi dan solidifikasi’, interaksi limbah
dan aditif terjadi secara fisika atau kimia.
– Mencampur limbah B3 dengan bahan semen sehingga
terjadi pengerasan. Proses ini disebut juga dengan
istilah sementara.
– Mencampur limbah B3 dengan aspal, sehingga terjadi
pemadatan.
• Limbah yang dipadatkan ini kemudian dibuang ke
TPA "khusus"
18
19. 10/3/2013
STABILISASI/SOLIDIFIKASI
STABILISASI/SOLIDIFIKASI
• Interaksi kimia lebih diinginkan karena bahan
pencemar yang terikat bersifat lebih stabil.
• Keluaran proses ini adalah limbah yang
bersifat lebih stabil atau padat, sehingga
memenuhi syarat untuk dibuang ke land fill,
sesuai dengan aturan yang berlaku.
Teknis Pelaksanaan :
• Macroencapsulation
limbah B‐3 dibungkus dalam matriks struktur
yang lebih besar.
• Microencapsulation
seperti pada macroencapsulation tetapi B‐3
terbungkus secara fisik dalam struktur kristal
tingkat mikroskopik.
STABILISASI/SOLIDIFIKASI
PEMBAKARAN (INSENERASI)
• Precipitation
Logam berat yang terlarut dalam limbah dapat dipisahkan
dengan cara mengubah sifatnya sehingga kelarutannya
menjadi lebih kecil, proses ini yang dikenal dengan
presipitasi.
• Adsorpsi yaitu proses di mana bahan pencemar diikat
secara elektrokimia pada bahan pemadat melalui
mekanisme adsorpsi.
• Absorpsi adalah solidifikasi bahan pencemar dengan
menyerapnya ke bahan padat.
• Detoxification yaitu proses yang mengubah suatu senyawa
beracun menjadi senyawa lain yang tingkat racunnya lebih
rendah atau hilang sama sekali.
Pembakaran (Insenerasi)
• Limbah B3 kebanyakan terdiri dari carbon,
hidrogen dan oksigen dapat juga mengandung
halogen, sulfur, nitrogen dan logam berat.
• Bila molekul limbah dapat dihancurkan dan
diubah menjadi karbon dioksida (CO2), air dan
senyawa anorganik, tingkat senyawa organik
akan berkurang.
• Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah
hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat).
PEMBAKARAN (INSENERASI)
Pengolahan Limbah B3
dengan menggunakan
incenerator
19
20. 10/3/2013
PEMBAKARAN (INSENERASI)
PENIMBUNAN LIMBAH B3
Kelebihan
• menghancurkan berbagai senyawa organik dengan
sempurna
• memerlukan lahan yang relatif kecil
• Dari pertimbangan di atas ada tiga kategori
lahan urug yaitu :
Kekurangan
• operator harus yang sudah terlatih.
• biaya investasi lebih tinggi
• potensi emisi pencemar udara ke atmosfir lebih besar
bila perencanaan tidak sesuai dengan kebutuhan
operasional.
Kategori dan Sistem Landfill Limbah B3
Gambar 1. Aplikasi Landfill Kategori I
Gb 1. Penampang Tegak Landfill Kategori I
Aliran air yang
meresap ke tanah
TEMPAT PENIMBUNAN
(LANDFILL KAT I)
Gambar 2. Aplikasi Landfill Kategori II
Gambar 3. Aplikasi Landfill Kategori III
Gb 2. Penampang Tegak Landfill Kategori II
– Kategori I (secured landfill double liner)
– Kategori II (secured landfill single liner)
– Kategori III (landfill clay liner)
PENIMBUNAN LIMBAH B3
Rancang Bangun Lahan Urug B3
Bagian dasar
• Terdiri atas tanah setempat, lapisan dasar, sistem
deteksi kebocoran, lapisan tanah penghalang, sistem
pengumpulan dan pemindahan lindi, dan lapisan
pelindung.
• Bagian dasar lahan urug harus mampu menahan
resapan air dari luar serta menahan ekspansi limbah B3
ke lingkungan sekitar dan mengakomodasi lindi yang
timbul. Lindi kemudian dikumpulkan untuk diolah lebih
lanjut di lokasi pengolahan limbah cair.
Gb 3. Penampang Tegak Landfill Kategori III
Bagian penutup
• Terdiri dari tanah penutup perantara, tanah
tudung penghalang, tudung geomembran,
pelapis tudung drainase, pelapis tanah untuk
tumbuhan dan vegetasi penutup.
• Bagian penutup berfungsi meminimumkan
infiltrasi air permukaan, mencegah kontaminasi
aliran air dan terutama untuk menjamin
keamanan lingkungan akibat limbah B3 selama
periode sesudah ditutup.
20
21. 10/3/2013
Sumur Injeksi
• Sumur injeksi atau sumur dalam (deep well injection) digunakan di
Amerika Serikat sebagai salah satu tempat pembuangan limbah B3
(hazardous wastes).
• Pembuangan ke sumur injeksi dilakukan dengan memompakan
limbah cair ke dalam sumur.
• Pembuangan limbah ke sumur dalam (deep well injection)
merupakan suatu usaha membuang limbah B3, ke dalam formasi
geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi, dan memiliki
kemampuan mengikat limbah, seperti halnya kemampuan formasi
tersebut menyimpan cadangan minyak dan gas bumi.
• Hal penting untuk diperhatikan adalah struktur dan kestabilan
geologi serta hidrogeologi wilayah setempat.
Pembuangan ke sumur dalam dapat dibagi menjadi 5 kelas,
yaitu:
• Kelas I
untuk membuang limbah B3, non B3, juga limbah rumah
tangga (municipal waste) ke lapisan yang berada di bawah
lapisan sumber air yang paling bawah (underground source
of drinking water).
• Kelas II
membuang air yang dikeluarkan dari dalam bumi pada
produksi minyak dan gas bumi, yang dapat pula tercampur
dengan limbah bukan B3.
• Kelas III
untuk menginjeksikan fluida untuk ekstraksi mineral.
• Kelas IV
untuk pembuangan limbah yang mengandung
radioaktif, (sumur jenis ini tidak lagi
digunakan).
• Kelas V
yang tidak termasuk kelas‐kelas di atas,
biasanya untuk pembuangan limbah bukan B3
ke dalam atau ke bagian atas lapisan sumber
air.
PENGENDALIAN PENCEMARAN
LIMBAH CAIR
21
22. 10/3/2013
PRELIMINARY TREATMENT
GRIT CHAMBER
Pengertian dan Fungsi :
Grit :
Fraksi organik berat dari bahan padat air limbah dengan
kepadatan relatif kira-kira 2,5 sehingga punya kecepatan
mengendap yang jauh lebih besar daripada bahan padat air
limbah organik (kira-kira 30 mm/det) dibandingkan dengan
kecepatan mengendap bahan padat air limbah organik yaitu
sebesar 3 mm/det
Grit Chamber :
unit bangunan untuk menghilangkan grit dan removal grit
ini bertujuan untuk :
Melindungi atau mencegah terjadinya gesekan pada
peralatan mekanik dan pompa akibat adanya pemakaian
yang tidak perlu dan akibat adanya abrasi
Mencegah terjadinya penyumbatan pada pipa akibat adanya
endapan kasar di dalam saluran
Mencegah timbulnya efek penyemenan di dasar sludge
digester dan primary sedimentation tank
Menurunkan akumulasi material inert di dalam kolam aerasi
dan sludge digester yang akan mengurangi volume yang
dapat digunakan.
Secara umum ada 3 jenis tipe grit chamber, yaitu:
1.
Horizontal flow grit chamber
2.
Aerated grit chamber
3.
Vortex Grit Chamber
22
23. 10/3/2013
SCREEN
HORIZONTAL FLOW GRIT CHAMBER
Merupakan unit pengolahan pendahuluan ( fisik ) dalam WWTP
• Arah alirannya horisontal
• V selalu konstan untuk tiap
level debit
• Regulator debit :
Proportional Weir
Parshal flume
parabola flume
BENTUK :
batang pararel
rods ( balok )
wires ( kawat )
grating (kisi jeruji )
LETAK :
sebelum unit pompa & grit chamber
FUNGSI :
menyisihkan material berukuran besar yang masuk ke dalam
WWTP yang dapat merusak unit-unit operasi, mengurangi
efisiensi kinerja WWTP & mencemari badan air
BAR SCREEN
BAR SCREEN
BAR RACKS :
tersusun atas batang/
SARINGAN KASAR
(COARSE SCREEN)
tongkat pararel
spasi antar batang > 15 mm
SARINGAN KASAR
( COARSE SCREEN )
BAR SCREEN
SARINGAN HALUS
( FINE SCREEN )
COARSE WOVEN WIRE MEDIA :
u / menyaring partikel kecil
media screen terletak vertikal,
screenings disisihkan ke bak
penampung
spasi antar screen : 3-20 mm
COMMINUTOR
(alat pemarut partikel yg
masuk ke kisi2 stasioner)
BAR SCREEN
Bar Racks
Lebar bukaan : 2,3 – 6,6 mm
SARINGAN HALUS
( FINE SCREEN )
efisiensi removal SS & BOD :
20 – 35%
23
24. 10/3/2013
BAR RACKS TIPE MECHANICAL CLEANING
SEDIMENTASI I
• TUJUAN :
Meremoval partikel yang mudah mengendap dan
benda yang terapung serta mengurangi kandungan
suspended solid (Eddy& Metcalf, 2003)
• EFISIENSI REMOVAL :
50% - 70% untuk TSS & 30% - 40% untuk BOD5
• Padatan terendap dikumpulkan o/scrapper mekanis
hopper sistem pengolahan lumpur
PEMBAGIAN ZONA SEDIMENTASI I
Zona sedimentasi I dibagi atas :
a. ZONA INLET tempat memperhalus transisi aliran dari
aliran
influent ke aliran steady uniform di zona
pengendapan
b. ZONA OUTLET tempat memperhalus transisi dari settling
zone ke aliran effluent.
c. ZONA LUMPUR tempat menampung material yang
diendapkan berupa lumpur endapan
d.
ZONA PENGENDAPAN tempat berlangsungnya proses
pengendapan (pemisahan) partikel
dari air baku, sehingga harus bebas
terlepas dari 3 zona lainnya.
d
b
a
c
BAK SEDIMENTASI I
PENGOLAHAN LIMBAH
SECARA BIOLOGIS
SECONDARY TREATMENT
AEROBIC
ANAEROBIC
• BIOLOGICAL TREATMENT
1. SUSPENDED GROWTH
PROCESS
2. ATTACHED GROWTH
PROCESS
1. UASB (UPFLOW
ANAEROBIC SLUDGE
BLANKET)
2. RADIAL FLOW REACTOR
3. ANAEROBIC BAFFLED
REACTOR (ABR)
4. ANAEROBIC FILTER
24
25. 10/3/2013
A
E
R
O
B
I
C
P
R
O
C
E
S
S
SUSPENDED MICROORGANISM
GROWTH
1. ACTIVATED SLUDGE (CSTR)
2. EXTENDED AERATION
3. SEQUENCING BATCH REACTOR
4. OXYDATION DITCH
5. AERATED LAGOON
AEROBIC ATTACHED
ATTACHED MICROORGANISM
GROWTH
1. TRICKLING FILTER
2. ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR
ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR
(RBC)
PENDAHULUAN
ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR
( RBC )
SISTEM PENGOLAHAN AEROBIK DENGAN MENGGUNAKAN
SERANGKAIAN BENTUK CIRCULAR ( DISK ) YAN TERBUAT DARI BAHAN
PVC / POLIMER LAINNYA YANG DISUSUN SECARA PARAREL
RBC
ATTACHED GROWTH ( PADA MEDIA PENYANGGA )
SUSPENDED GROWTH PADA REAKTOR
( BIOMASSA YG TERBENTUK PADA ATTACHED GROWTH JAUH LEBIH
BESAR DARIPADA SUSPENDED GROWTH )
DISK MIKROPORI LAPISAN BIOSOLID DEGRADASI BIOLOGIS
PROCESS SCHEME
CHLORINE
FUNGSI ROTASI :
RECHARGE
MENGATUR MEKANISME AERASI
EFFLUENT
MENGATUR INTENSITAS KONTAK ANTARA BIOMASSA DENGAN
SUBSTRAT SEHINGGA KETEBALAN LAPISAN BIOFILM DAPAT TERJAGA
INFLUENT
RECYCLING
SLUDGE
REMOVAL
PRIMARY CLARIFIER
ROTORDISK MODULE
FINAL CLARIFIER
25
26. 10/3/2013
TIPE – TIPE RBC :
ALIRAN PARAREL BERSUMBU
ALIRAN TEGAK LURUS BERSUMBU
STEP FEED
TAPERED FEED
TIPE – TIPE RBC :
SOME REFERENCES
TRICKLING FILTER
Denpasar – 1.5 m3/day
Sunter – 1.5 m3/day
Kebayoran – 1.5 m3/da
TRICKLING FILTER
(TF)
SISTEM PENGOLAHAN AEROBIK YANG MENGGUNAKAN
MIKRORGANISME TERLEKAT ( ATTACHED – GROWTH PROCESS )
PADA SUATU MEDIA UNTUK KEPERLUAN REMOVAL BAHAN ORGANIK
DALAM AIR LIMBAH
TIPE – TIPE
TF : HIGH RATE
LOW RATE
MEDIUM RATE
SUPER RATE / ROUGHING
SISTEM ATTACHED – GROWTH PROCESS LAINNYA:
* ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC)
* PACKED BED REACTOR ; AIR-SPARGED REACTOR ;
FLUIDIZED BED REACTOR ; TRICKLED BED REACTOR
26
27. 10/3/2013
UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER
UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER
MEDIA FILTER
MEDIA FILTER
DISTRIBUTOR ARM
VENTILATION RISER
UNDERDRAINS
SALURAN EFFLUEN
UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER
UKURAN MEDIA :
Ukuran diameter 25 – 10 mm
Kedalaman : 0,9 – 2,5 m ( tipikal = 1,8 m )
FUNGSI MEDIA :
SEBAGAI TEMPAT MENEMPEL / MELEKAT / TUMBUH LAPISAN
BIOFILM
KRITERIA MEDIA FILTER IDEAL :
Luas permukaan / unit volume = tinggi
Murah
Ketahanan tinggi
Porositas cukup tinggi minimaliasi clogging
Resirkulasi Udara ok..!
TIPIKAL MEDIA : PLASTIK ; BATU
UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER
DISTRIBUTOR ARM
DESKRIPSI :
VENTILATION RISER
FUNGSI:
JUMLAH > 2
POROS DI TENGAH – TENGAH FILTER ; BERGERAK MEMUTAR
ARAH HORIZONTAL
DILENGKAPI DENGAN NOZZLE UNTUK MEMERCIKKAN AIR SECARA
MERATA KE SELURUH PERMUKAAN MEDIA FILTER
UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER
MENJAMIN SUPLAI OKSIGEN TERCUKUPI UNTUK DAPAT
MEMENUHI EFISIENSI SISTEM & MENCEGAH TERJADINYA
PROSES ANAEROB AKIBAT KEKURANGAN OKSIGEN
UNIT – UNIT PADA TRICKLING FILTER
UNDERDRAINS
SALURAN EFFLUEN
FUNGSI :
FUNGSI :
MENANGKAP TREATED WATER DARI FILTER & PADATAN YANG
TERKELUPAS DARI MEDIA FILTER UNTUK DIALIRKAN KE BAK
PENGENDAP II
MENGALIRKAN AIR LIMBAH TEROLAH & PADATAN YANG
TERKELUPAS DARI MEDIA FILTER, DARI UNDERDRAIN MENUJU KE
BAK PENGENDAP II
DESKRIPSI :
KRITERIA :
MEMPUNYAI BUKAAN DI KEDUA SISI SEHINGGA MEMUDAHKAN
PENGECEKAN JIKA SEWAKTU-WAKTU TERJADI CLOGGING
KECEPATAN MINIMUM = 6 M / DETIK ( UNTUK MENGHINDARI
TERJADINYA CLOGGING
MEMILIKI SLOPE MENUJU EFFLUEN YANG BERADA DI TENGAH
FILTER
27
28. 10/3/2013
ACTIVATED SLUDGE
Proses pengolahan biologis = Proses pengolahan dengan
memanfaatkan kemampuan mikroorganisme untuk
menguraikan bahan – bahan organik dalam air buangan
AEROBIC SUSPENDED
Air buangan organik tinggi aerasi kontinyu
organic content turun membentuk gumpalan massa
berflokulasi (= ACTIVATED SLUDGE) mengendap
effluen = treated wastewater
AERATED LAGOON
OVERVIEW
AERATED LAGOON
modifikasi dari kolam stabilisasi di daerah beriklim sedang, suplai
O2 oleh algae digunakan sebagai aerasi mekanis
MEKANISME
air limbah diolah dengan aliran kontinyu
pengolahan lumpur dioperasikan tanpa resirkulasi
turbulensi yang diciptakan dalam proses aerasi digunakan untuk
menjaga suspensi pertumbuhan mikroorganisme dalam lagoon
untuk pengendapan akhir, digunakan tangki
pengendapan atau kolam stabilisasi fakultatif
168
28
29. 10/3/2013
OVERVIEW
KELEMAHAN
OXIDATION
DITCH
distribusi O2 tidak merata, bagian atas kaya O2 , bagian dasar = tanpa
O2 padatan terdekomposisi scr anaerobik & harus diremoval secara
periodik
Tanpa adanya pengendapan akhir kandungan padatan pada efluen
mengahmbat fungsi lagun itu sendiri
APLIKASI organic biodegradable treatment pada industri
KEUNTUNGAN
•Tidak perlu lahan besar
•Konstruksi sederhana
•Biaya operasi berada pada rentang medium antara Activated Sludge
konvensional & kolam stabilisasi
169
Oxidation ditch = parit atau saluran berbentuk lingkaran
/ oval dilengkapi rotor untuk aerasi jangka panjang
Pertama kali dikembangkan di Belanda (1950)
REMOVAL ABILITY
KEUNTUNGAN & KERUGIAN
Rasio BOD dan BOD removal = 85 % - 90%
KEUNTUNGAN :
Rasio removal SS = 80% - 90%
• Efisiensi removal BOD / COD tinggi (90 – 95%)
Rasio removal Nitrogen = 70%
Rasio sludge generated sekitar 75 % dari BOD atau SS
removal
• Operasional sederhana
• Effluen stabil
• Pengolahan sludge lebih sederhana karena sludge yang
dihasilkan relatif sedikit & stabil
• Maintenance sederhana
• Memungkinkan terjadinya proses Nitrifikasi & denitrifikasi
29
30. 10/3/2013
KEUNTUNGAN & KERUGIAN
KERUGIAN :
• Umumnya digunakan untuk pengolahan limbah skala kecil
• Memerlukan area luas ( dimensi saluran besar, kedalaman kecil )
SEQUENCING BATCH REACTOR
(SBR)
MENGGUNAKAN SISTEM SUSPENDED GROWTH (FILL-DRAW)
PENGGUNAAN AWAL UNTUK PENGOLAHAN LINDI
TERDIRI DARI ; TANGKI SINGULAR ( BATCH ; FILL ; REACT ;
SETTLE ; DRAW)
BERSIFAT AEROBIK DAN ANAEROBIK (JIKA DIPERLUKAN)
• Rotor sebagai penyuplai Oksigen harus dibersihkan secara periodik
KEUNTUNGAN PENGGUNAAN
SEQUENCING BATCH REACTOR ( SBR)
MENGGUNAKAN SUSPENDED REACTOR YANG BERSIFAT
FLEKSIBEL
DAPAT BERFUNGSI SEBAGAI BAK AERASI EKUALISASI &
SEDIMENTASI
DAPAT MEMPERLUAS SIRKULASI (JIKA SLUDGE
TREATMENT MEMERLUKAN WAKTU YANG LAMA)
DAPAT MENGGUNAKAN REAKTOR BERUKURAN KECIL &
JUMLAH > 1
BIOMASSA TIDAK PERLU DICUCI
PENGENDAPAN YANG TIDAK SEMPURNA DAPAT SEGERA
DIKENALI
DAPAT DITAMBAHKAN DENGAN PAC
Percent of :
Max. Vol
25 -100
CycleTime
25
INFLUE
N
PURPOSE / OPERATION
FILL
ADD SUBSTRAT
1. ANOXIC FILL
REACT
100
35
REACTION TIME Air on /
100
20
cycle
SETTL
E
CLARIFY
100 – 35
15
Air off
DENITRIFIKASI
Air off
REMOVE EFFLUENT
35 – 25
5
(a) INFLUEN DIPOMPA/GRAVITASI REACTOR :
(b) INFLUEN PIPA MANIFOLD KONTAK
MIKROORGANOSME
&
SUBSTRAT
AERASI
(a) MIKROORGANISM + SUBSTRAT NITRIFIKASI &
DRAW
EFF.
TAHAPAN PENGOLAHAN
Air
on/off
2. REAKSI
(1) BIODEGRADASI BOD & NITROGEN
IDDLE
Air
WASTE SLUDGE
on/off
30
31. 10/3/2013
TAHAPAN PENGOLAHAN
ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN DALAM
Uniform Influent Distributor
3. PENGENDAPAN
PEMISAHAN SOLID & PEMBUANGAN SUPERNATAN SBG
EFFLUEN
4. PENUANGAN
5. IDLE TIME
ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN DALAM
SBR
Jet Aerator
Coarse Bubble Diffuser
Diffuser dipasang dalam pipa
distribusi udara & dialirkan
melalui orifice besar
( diameter : 1 – 2 inch )
Pemasangan pipa berlubang
terkalibrasi untuk
pendistribusian secara seragam
ke bawah SBR selama
proses isi & tuang
ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN DALAM
SBR
Jet Mixing System
Sistem aerasi yang terdiri atas:
pompa resirkulasi ; manifold ;
venturi & blower
ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN DALAM
SBR
Sistem venturi, pipa manifold,
pompa jet
SBR
ALAT-ALAT YANG DIPERLUKAN DALAM
SBR
Uniform Sludge Collector
Pipa orifice mengambil kelebihan
lumpur
31
32. 10/3/2013
ANAEROBIC BAFFLED REACTOR
GENERAL DESCRIPTION
ANAEROBIC BAFFLED REACTOR
ANAEROBIC BAFFLED REACTOR
ADVANTAGES ( Barber & Stuckey, 1999 )
ZONE CLASSIFICATION
1.
Acidification Zone
Occurred mostly on intial compartment
Volatile fatty acid ( VFA) formation decrease pH
value
Buffer capacity increased, pH value = increased
2. Methanation Zone
Methane gas produced
3. Buffer Zone
Determined to stabilize the process
High rate reactor firstly developed by Bahman & Mc Carty
Consists of several compartments producing gaseous,
designed by using several vertical baffles couraging upflow
by activated sludge which allowed contact between
microorganism & wastewater
Bacterias tend to grow, move & settle horizontally within
each compartment, low velocity, increase Solid Retention
Time (SRT) equal to 100 days on Hydraulic Retention Time
(HRT) equal to 20 hours
Less HRT minimizer reactor size less O&M cost
Consists of 3 zone :
Acidification Zone
Methanation Zone
Buffer Zone
1.
2.
Construction
a. simply design
b. no need mechanical mixing
c. minimize clogging
d. minimize sludge bed expansion
e. low construction cost
f. low O & M cost
Biomassa
a. no need biomass with special settling
b. low sludge growth
c. high SRT
d. no need fixed medium / solid settling chamber
e. no need gaseous / sludge separation
32
33. 10/3/2013
ANAEROBIC
ANAEROBIC BAFFLED REACTOR
ADVANTAGES ( Barber & Stuckey, 1999 )
3.
Operational
a. Low HRT
b. allowed intermittent operational
c. stabil hydraulic shock loading
d. long operational without sludge disposal
UPFLOW ANAEROBIC SLUDGE BLANKET
UASB
UASB
PRINSIP UMUM
•Aliran dalam reaktor = aliran vertikal ke atas ( up flow )
•Sludge untuk mendegradasi bahan organik dalam air buangan berada di
dasar reaktor
• influen
dasar reaktor
Gas Solid Liquid Separator
mengalir ke atas (upflow)
Gas ditampung GLSS, sludge kembali
ke zona sludge blanket, air limbahdipompa
ke ke outlet
KEUNTUNGAN
•Beban Loading tinggi
•Waktu detensi lebih rendah u/ skala anaerobik
•Tidak perlu suplai Oksigen / hemat biaya
•Dapat mereoval PO4 ( fosfat ) & NH3 ( Nitrat ) menjadi gas N2 melalui
proses denitrifikasi
SLUDGE TREATMENT
INTRODUCTION
THICKENING
STABILIZATION
DEWATERING
SKEMA REAKTOR UASB
DISPOSAL
33
34. 10/3/2013
2. THICKENING
1. PENDAHULUAN
4. Dewatering
1.Thickening
Lumpur
dari proses
pengolahan
THICKENING
5. Disposal
1. Vacum
Filter
2. Filter press
3. Horizontal
Belt Filter
4. Centrifuga tion
5. Drying beds
1. Gravity
2. Flotation
3. Centrifugation
2. Stabilization
1. Chlorine
Oxidation
2. Lime
Stabilization
3. Heat treatment
4. Aerobic Digestion
5. Anaerobic Digestion
1.Land
application
2.Composting
3.Land Filling
4.Incineration
5.Recalcinatio
3. Conditioning
GRAVITY
1. Chemical
2. Elutriation
3. Heat
treatment
FLOTATION
CENTRIFUGE
2. 2. FLOTATION THICKENER
2. 1. GRAVITY THICKENER
MEKANISME :
Gelembung udara dilarutkan dengan
tekanan tinggi tekanan dibebaskan
gelembung udara naik menempel
pada gumpalan lumpur naik ke
permukaan atas bak lumpur
terkonsentrasi & tersisihkan
VARIABEL UTAMA :
TIPIKAL UNIT GRAVITY THICKENER
TUJUAN :
TIPIKAL UNIT FLOTASI
MENGKONSENTRASI SOLIDS UNDERFLOW & MEREDUKSI VOLUME
LUMPUR
•Rasio resirkulasi
•Konsentrasi solids influen
•Rasio udara/solids
•Kecepatan pembebanan hidrolis
TEKANAN TIPIKAL :
50 – 70 lb2 / in2
(345 – 483 kPa, atau 3,4 – 4,8 atm)
SOLID BOWL DECANTER
2. 3. CENTRIFUGATION
DESKRIPSI :
•Centrifuge ini dapat
digunakan pada tahapan
thickening maupun
dewatering.
•Merupakan percepatan dari
proses sedimentasi dengan
bantuan gaya sentrifugal.
dan bekerja secara kontinyu
CENTRIFUGATION
SOLID BOWL
DECANTER
BASKET TYPE
NOZZLE
SEPARATOR
34
35. 10/3/2013
Clarifier
4. DEWATERING
DEWATERING
VACCUUM
FILTER
PRESSURE FILTER
SAND DRYING BED
Teknologi Membran:
• Keunggulan proses membran:
Separasi dapat dilakukan secara kontinu
Konsumsi energi umumnya rendah
Dapat dikombinasikan dengan mudah dengan proses
lainnya (hybrid processing)
Tidak diperlukan pengubahan fase medium
Penggandaan skala (up-scaling) mudah
Sifat membran bersifat variable dan dapat dikendalikan
Tanpa bahan tambahan
TEKNOLOGI MEMBRAN
Proses Membran
Relatif baru terus
berkembang
Genenasi pertama:
Mikrofiltrasi (MF)
Ultrafiltrasi (UF)
Nanofiltrasi (NF)
Reverse Osmosis (RO)
Eletrodialisis (ED)
Membrane Electrolysis (ME)
Fluks Tipikal untuk MF, UF, NF dan RO
Generasi Kedua:
Separasi gas (GS)
Vapour Permeation
(VP)
Pervaporation (PV)
Membrane Distillation
(MD)
Membrane Contactor
(MC)
Proses
Membran
Tekanan
(bar)
Permeabilitas
(L.m-2.hr-1.bar-1)
MF
0,1 – 2,0
> 50
UF
1,0 – 5,0
10 – 50
NF
5,0 – 20
1,4 – 12
RO
10 - 100
0,05 – 1,4
35
36. 10/3/2013
Perbandingan MF, UF, NF dan RO
MF
UF
NF/RO
1000
Perbedaan Tekanan (bar)
Pemisahan partikel
100
Pemisahan makromolekul
Pemisahan larutan BM
rendah (garam, glukosa,
laktosa, mikropolutan
Tekanan osmostik dapat
diabaikan (tanpa polarisasi
konsentrasi)
Tekanan osmotik dapat
diabaikan
Tekanan osmotik tinggi (1 –
25 bar)
Tenakan transmembran
rendah (< 2 bar)
Tenakan transmembran
rendah (1-10 bar)
Tenakan transmembran tinggi
(10 - 60 bar)
Reverse
Osmosis
Nano-
10
filtrasi
Ultrafiltrasi
Mikrofiltrasi
1
Struktur membran simetrik
atau asimetrik
Filtrasi
0,1
0,0001
0,001
0,01
0,1
Ukuran Partikel/Molekul (
1
10
100
m)
Struktur membran asimetrik
Sruktur membran asimetrik
Ketebatal layer pemisah:
Simetrik: 10 – 150 m
Asimetrik: 1 m
Ketebatal layer pemisah
aktual: Simetrik: 0,1 –1,0 m
Ketebatal layer pemisah
aktual: Simetrik: 0,1 –1,0 m
Pemisahan akibat perbedaan
ukuran partikel
Pemisahan akibat perbedaan
ukuran
Pemisahan akibat perbedaab
kelarutan dan difusivitas
Mikrofiltrasi (MF)
MF dapat memisahkan
partikel berukuran > 0,05
m
Bahan berukuran < 0,05
m (garam/ion, gula &
protein) melewati
membran MF
Padatan
tersuspensi,
sel/biomass, koloid
Membran
Ukuran pori: 0,08 – 10
Air
m Tekanan : 0,1 – 3 bar
Membran MF (summary):
Membran:
Simetris atau asimetris
Ketebalan:
0,05 – 10 m
Driving force:
Tekanan (< 2 bar)
Prinsip separasi:
Ultrafiltrasi (UF)
10 – 150 m
Ukuran Pori:
Mekanisme penyaringan
Bahan membran
Polimer atau keramik
Aplikasi:
Aplikasi analitis, sterilisasi (pangan, minuman,
farmasi, klsrifikasi minuman (juice, bir, wine),
pemisahan sel/biomassa/bioreaktor, air ultrabersih, recovery metal sebagai oksida atau
hidroksida koloid, fermentasi kontinu,
pemisahan emulsi air-minyak, waste-water
treatment, plasma-pheresis
Garam/ion,
Makromolekul
UF dapat memisahkan
bahan berukuran > 0,005
m (BM > 1000 Da)
UF dan MF adalah identik,
hanya membran UF
asimetris membarn lebih
dense
Molekul berukuran kecil
(garam/ion, dan gula) dapat
melewati membran UF
Aliran permeat dapat
digambarkan dengan pers.
Konseny-Carmen
Tekanan: 1 – 10 bar
.
Partikel
dan
Makromolekul
Membran
Air
Garam
-garaman gula
/ion,
36
37. 10/3/2013
Membran UF (Summary):
Membran
Asimetris
Ketebalan
Nonofiltrasi (NF)
150 m
Ukuran pori
.
Partikel,
makromolekul,
ion bivalen
1 – 100 nm
Driving force
Tekanan (1 – 10 bar)
Prinsip Pemisahan
Mekanisme penyaringan
Bahan membran
Polimer (e.g. polysulfone, polyacrylonitrile)
Keramik (e.g. Zirconium oxide, aluminium oxide)
Aplikasi
Industri susu (milk, whey, cheese making), industri pangan
(pati, protein), klarifikasi minuman, pemisahan emulsi minyakair, recovery electropaint, dan produk/produk samping,
farmasi (enzym, antibiotik, pyrogen), water/ wasteater
treatment, daur-ulang air, disinfeksi, penghilangan minyak,
Membran
Air
Ion bervalensi satu
Terletak diantara UF dan RO
Tekanan: 10 – 35 bar
Dapat memisahkan ion dwivalensi (Mg2+ dan Ca2+),
penghilangan kesadahan
MWCO: > 250 Da
Tipikal rejeksi (5 bar, 200 ppm):
60 % NaCl, 80 %, Ca(CO3)2, 98
% MgSO4, Glukosa, Sukrosa
Aplikasi:Pemisahkan gula
(sumber C-eksternal), eliminasi
warna, TOC, TDS, dan
kesadahan, logam berat
membran-bioreaktor
NF (Summary):
Membran
Sublayer 150 m; toplayer 1 m
Ukuran pori
Komposit
Ketebalan
Hiperfiltrasi/Reverse Osmosis (RO)
< 2 nm
Driving force
Tekanan (10 – 25 bar)
Prinsip
Pemisahan
Solution-diffusion
Bahan membran Polyamide (interfacial polymerization)
Aplikasi
Desalinasi air payau, penyisihan
mikropolutan, pelunakan air, wastewater
treatment, retensi pewarna (industry
tekstil)
Reverse osmosis/Hiperfiltasi (Summary):
Membran
Asimetris atau Komposit
Ketebalan
Sublayer 150 m; toplayer 1 m
Ukuran pori
< 2 nm
Driving force
Tekanan: air payau 15 – 25 bar; air laut: 40 –
80 bar
Prinsip Pemisahan
Solution-diffusion
Bahan membran
Cellulose triacetate, aromatic polyamide,
polyamide dan poly(ether urea) (interfacial
polymerizaztion)
Aplikasi
Desalinasi air payau/air laut, produksi air ultrabersih (industri lektronik), pengkonsentrasian
juice atau gula, milk penyisihan mikropolutan,
wastewater treatment
Membran non-porous,
hampir hanya air yang
dapat melewati membran
RO
Garam/ion dan bahan
organik > 50 Da dapat
dihalangi membran RO
Tekanan: 20-60 bar, tetapi
dapat juga s/d 200 bar
Aplikasi: penanganan
leachate, penghilangan
logam berat, gram-graman,
dan bahan organik sintetik
.
Nanofiltrasi dan Reverse Osmosis
Larutan
RO
NF
Ion monovalen (Na,
K, Cl, NO3-
> 90 %
< 50 %
Ion bivalen (Ca, Mg,
SO42-, CO32-
> 99 %
> 90 %
Bakteri dan virus
> 99 %
< 99 %
Microsolute (BM >
100)
> 90 %
> 50 %
Microsolute (BM <
100
0 – 99 %
0 – 50 %
37
38. 10/3/2013
BAHAN MEMBRAN
• Bahan Organik (Polimer):
– Polimer untuk Membran berpori
– Polimer untuk membran tak-berpori
Kelebihan dan Kekurangan Membran
Anorganik
Kelebihan
• Bahan anorganik:
–
–
–
–
Membran keramik
Membran gelas
Membran metal (termasuk karbon)
Membran zeolit
Daur-ulang krom dari limbah cair industri penyamakan kulit
Instalasi (perspektif)
•Tahan terhadap panas
• Tahan terhadap bahan kimia
• Tahan lama
• Ukuran pori dapat lebih mudah dikendalikan
• Dapat dibackwashing
Kekurangan • Sifat keras dan kaku, menuntut konstruksi
khusus
• Biaya investasi tinggi
• Ketahanan terhadap temperatur sering dibatasi
oleh bahan pengedap pada sambungansambungan modul atau sistem perpipaan
Membran UF
Proses pengolahan tingkat lanjut
yang umum dilakukan adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Penghilangan Besi dan Mangan
Water Softening dengan pengendapan
kimia
Penukar ion
Adsorpsi
Proses membran termasuk osmosis
balik
Oksidasi termasuk oksidasi kimia
38
39. 10/3/2013
PEMILIHAN TEKNOLOGI
•
• Tahap terakhir dari unit pengolah limbah
adalah disposal lumpur yang dihasilkan dari
masing‐masingnya yang dapat ditempatkan
dengan sistem landfills, incenerated, applied
to land, atau digunakan untuk
mengkondisikan tanah yang dalam
penanganannya juga harus
mempertimbangkan dampak lingkungan dari
pembuangan tersebut.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Banyak teknologi yang mungkin dikembangkan untuk
menangani air limbah, maka berbagai pertimbangan perlu
diperhatikan secara teliti sebelum teknologi tersebut dipilih.
Pertimbangan tersebut meliputi :
Sumber limbah cair ( asal limbah )
Karakter limbah ( kualitatif dan kuantitatif )
Daya dukung lingkungan menerima beban limbah
Ketersediaan lahan
Ketersediaan dana / pertimbangan finansial
Ketersediaan tenaga ahli
Ketersediaan peralatan pengolah dipasaran bebas / bengkel
konstruksi setempat.
39