SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Makalah Produksi Bersih
By hendra sana7:05 AM1 comment
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Minimalisasi Limbah
Banyaknya kasus pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri dewasa ini telah mendorong
terjadinya pergeseran paradigma di dalam penanganan limbah industri tersebut. Pergeseran paradigma yang
dimaksud adalah perubahanend of pipe treatment menjadi pollution prevention principle. Hal ini berarti
penanganan limbah dilakukan bukan setelah limbah tersebut terbentuk, tetapi pengelolaannya diupayakan
sedemikian rupa mulai daribahan baku sampai akhir pemakaian produk agar dihasilkan limbah
seminimalmungkin.Upaya ini lebih bersifatproaktif dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu.Dengan menguasai
paket teknologi minimisasi limbah dan pemanfaatan ulang material berbahaya dalam limbah (Panggabean,
2000).
Pengelolaan limbah pada dasarnya bertujuan untuk mengendalikan pencemaran yang disebabkan oleh
kegiatan industri.Secara hirarki,upaya pengelolaan limbah tersebutdapatdilihat pada Gambar 1. Pada gambar
tersebutterlihatupaya pengelolaan limbah yang pertama sekali diupayakan adalah meminimisasi limbah dengan
cara reduksi pada sumbemya dan diikuti dengan pemanfaatan limbah baik di dalam pabrik (on-site), maupun di
luar pabrik (off-site) tersebut. Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya untuk mengurangi volume,
konsentrasi,toksisitas,dan tingkatbahaya limbah yang akan menyebar di lingkungan,secara preventiflangsung
pada sumber pencemar. Pemanfaatan limbah adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan
tingkat bahaya yang menyebar di lingkungan,dengan cara memanfaatkannya melalui cara penggunaan kembali
(reuse), daur ulang (recycle),perolehan kembali (recovery).Setelah upaya minimisasi limbah dilakukan dengan
maksimal,kemudian limbah yang terbentuk selanjutnya diolah dengan memperhatikan baku mutu limbah yang
berlaku.Setiap upaya pengolahan limbah umumnya akan menghasilkan sisa akhir, misalnya lumpur (sludge).
Sisa akhir proses pengolahan limbah tersebut sebelum dibuang ke lingkungan, harus diolah terlebih dahulu
(Panggabean, 2000).
1.2 Tujuan Makalah
Adapun tujuan minimalisasi limbah adalah:
1. Mengetahui penyebab pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh proses produksi
2. Mengetahui minimalisasi limbah pada produksi bersih
3. Mengetahui salah satu cara minimalisasi limbah adalah ekoefisiensi dari dampak lingkungan dan ekonomi.
1.3 Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari makalah “Minimalisasi Limbah” adalah:
1. Pengertian produksi bersih dan teknik pelaksanaannya.
2. Analisa neraca massa pada proses industri dalam meminimalisasi limbah.
3. Hubungan ekoefisiensi dengan produksi bersih
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Produksi Bersih
Konsep Cleaner Production dicetuskan oleh United Nation Environmental Program (UNEP) pada bulan Mei
1989. UNEP menyatakan bahwa Cleaner Production merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang
bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi, produk dan jasa untuk
meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Gambar 2.1 Teknik Produksi Bersih
(Hidayat, 2012)
2.2 Teknik Pelaksanaan Produksi Bersih
Ada beberapa teknik pelaksanaan produksi bersih adalah (Afmar, 1999):
1. Pengurangan pada Sumber
Pengurangan pada sumber merupakan pengurangan atau eliminasi limbah pada sumbernya. Upaya ini
meliputi:
a. Perubahan produk
Perancangan ulang produk,proses dan jasa yang dihasilkan sehingga akan terjadiperubahan produk, proses
dan jasa. Perubahan ini dapat bersifatkomprehensif maupun radikal. Dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
Ø Subsitusi produk
Ø Konservasi produk
Ø Perubahan komposisi produk
b. Perubahan Material Input
Perubahan material inputdilaksanakan untuk mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan beracun
yang masuk atau digunakan dalam proses produksi sehingga dapatmenghindari terbentuknya limbah B3 dalam
proses produksi.
c. Volume Buangan Diperkecil
Ada dua macam cara yang dapat dilakukan, yaitu:
Ø Pemisahan
Pemisahan limbah dimaksudkan untuk memisahkan limbah yang bersifat racun dan berbahaya dengan limbah
yang tidak beracun. Teknologi ini dipakai untuk mengurangi volume limbah dan menaikan jumlah limbah yang
dapat diolah kembali.
Ø Mengkonsentrasikan
Mengkonsentrasikan limbah pada umumnya untuk menghilangkan sejumlah komponen. Dilakukan dengan
pengolahan fisik,misalnya pengendapan atau penyaringan.Komponen yang terpisah dapat digunakan kembali.
(Dwi dan Susanti, 1997)
d. Perubahan Teknologi
Perubahan teknologi mencakup modifikasi proses dan peralatan. Tujuannya untuk mengurangi limbah dan
emisi.Perubahan teknologi dapatdilaksanakan mulai dari yang sederhana dalam waktu singkat danbiaya yang
murah sampai perubahan yang memerlukan investasi tinggi. Pengeluaran biaya yang tinggi untukmemodifikasi
peralatan akan diimbangi dengan adanya penghematan bahan, kecepatan produksi dan menurunnya biaya
pengolahan limbah (Dwi dan Susanti, 1997).
e. Penerapan Operasi yang Baik (good house keeping)
Praktek operasi yang baik (good house keeping) adalah salah satu pilihanpengurangan pada sumber,
mencakup tindakan prosedural, administratif atau institusional yang dapat digunakan diperusahaan untuk
mengurangi terbentuknya limbah. Penerapan operasiini melibatkan unsur-unsur:
Ø Pengawasan terhadap prosedur-prosedur operasi
Ø Loss prevention
Ø Praktek manajemen
Ø Segregasi limbah
Ø Perbaikan penanganan material
Ø Penjadwalan produk
Peningkatan good housekeeping umumnya dapat menurunkan jumlahlimbah antara 20 sampai 30%
denganbiaya yang rendah.
2. Daur Ulang
Daur ulang merupakan penggunaan kembali limbah dalam berbagai bentuk, di antaranya:
a. Dikembalikan lagi ke proses semula
b. Bahan baku pengganti untuk proses produksi lain
c. Dipisahkan untuk diambil kembali bagian yang bermanfaat
d. Diolah kembali sebagai produk samping
Walaupun daur ulang limbah cenderungefektifdari segi biaya dibanding pengolahanlimbah,ada hal yang harus
diperhatikanyaitu bahwa proses daur ulang limbah harusmempertimbangkan semua upayapengurangan limbah
pada sumber telahdilakukan.
2.3 Analisa Neraca Massa pada proses
Gambar 2 Neraca Massa dan Energy pada Proses
(Foelkel, 2008).
Analisa pada proses industri dapat dengan menganalisa neraca massa dan energi dan juga utilitas yang
bertujuan untuk menemukan proses yang tidak efisien sehingga bisa diambil langkah yang dapat meminimalkan
kerugian.
Neraca massa yakni menerangkan jalannya bahan baku kedalam proses produksi. Neraca massa ini bisa
dianalisa secara keseluruhan area proses namun bisa juga dianalisa dengan area yang lebih kecil yakni pada
suatu alatproses (sistem).Neraca massa ini berprinsip pada hukum konservasi yang menyatakan bahwa segala
sesuatu yang memasuki sebuah proses atau sistem keluarannya harus memiliki nilai yang sama seperti awal.
Bagaimanapun ada situasi dimana ada terjadi reaksi kimia yang menyebabkan terjadinya peubahan berat,
bentuk fisik dan volume. Hal seperti ini juga harus dihitung. Makanya untuk neraca yang kompleks akan lebih
baik jika menyertakan orang yang memiliki kemampuan teknik untuk menyelesaikan masalah neraca diatas.
Neraca massa dan energi dengan prinsip produksi bersih dengan orientasi terhadap lingkungan maka perlu
dilakukan observasi dari proses terhadap dampaknya pada lingkungan. Sejak adanya pembentukan sisa dan
adanya kehilangan massa dari proses, maka neraca pantas untuk diidentifikasi dan menghitungnya
Kemudian neraca massa dan energi memiliki tujuan sebagai berikut :
Ø Untuk mengidentifikasi jalannya proses terhadap bahan baku didalam pabrik, yang memperhitu ngkan
akumulasi, penyimpanan, perubahan dan kerugian ( losses)
Ø Untuk mengidentifikasi sisa serta polusi yang muncul dalam proses
Ø Untuk mengetahui perhitungan utama dari proses
Ø Untuk menghitung kerugian serta emisi
Ø Untuk mengeditifikasi proses yang tidak efisien
Ø Untuk menentukan nilai dari kerugian dan limbah
Ø Untuk memberikan cara peralakuan untuk meminimasi limbah dan ketidak efisienan
Pengertian dibawah ini dibutuhkan untuk menerapkan neraca massa dan energi :
Ø Bagian mana dari proses atau tahap yang ingin dimonitor?
Ø Parameter apa yang ingin dihitung
Ø Apa unit kontrolnya (system)
Ø Aliran inlet dan outlet mana yang masuk dan keluar dari system
Ø Yang mana yang diidentifikasi, penyimpanan sementara atau akhir
Ø Berapa periode evaluasi
Ø Tahap penting yang mana diidentifikasi serta kunci dari operasi (key operations)
Ø Variabel apa yang ditemukan yang saling bersangkutan
Kemudian laju alir dasar harus digambarkan, yang menerangkan aliran inlet dan outlet serta penyimpanan,
akumulasi dan perubahan kimia ( chemical transformation).Untuk melakukan semua ini pengukuran yang dapat
diandalkan atau data yang mungkin dibutuhkan,biasanya tidak tersedia di pabrik,seperti suhu,tekanan,laju alir,
konsentrasi, ketetapan, level penyimpanan, dll. Jika memungkinkan lembar kerja excel harus dikembangkan
untuk mengubah neraca ini menjadi alat optimasi untuk operator. Setelah neraca siap pada beberapa tahap -
tahap terakhir adalah menginterpretasikan apa yang dihasilkan, dengan maksud agar memungkinkan u ntuk
menghitung beberapa perhitungan efisiensi,yield dan kualitas dari operasi.Penentuan ini mungkin dihubungkan
dengan biaya, yang memfasilitasi pembuat keputusan dalam kasus ini dimana investasi tentulah dibutuhkan
(Foelkel, 2008).
2.4 Langkah-Langkah Produksi Bersih pada Bagian Proses
Langkah dibawah ini berdasarkan dari teknik-teknik dari produksi bersih yakni house keepingdan substitusi
bahan baku sekunder:
Ø Perbanyak isolasi untuk pipa aliran steam dan alat proses yang menghasilkan panas agar tidak terjadi heat
loss
Ø Carilah cara agar panas yang ingin dibuang /dilepas dari suatu proses bisa dimanfaatkan untuk pemanfaatan
proses lain (heatrecovery) sehingga dapatmenekan biaya bahan bakar untuk pemanasan. Misalnya panas dari
reaksi eksoterm dalam sebuah reactor dimanfaatkan untuk memproduksi steam.
Ø Gunakan juga energy alternative yang bisa dimanfaatkan untuk bisa di supply ke proses seperti pemanfaatan
energy matahari, biogas dari limbah organic, dan briket dari limbah padat.
Ø Gunakan bahan bakar yang memiliki efek rumah kaca yan terkecil
(Victoria,2008)
2.5 Ekoefisiensi dan Produksi Bersih
Menurut Kamus Lingkungan Hidup dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, ekoefisiensi
didefinisikan sebagai suatu konsep efisiensi yang memasukkan aspek sumber daya alam dan energi atau suatu
proses produksi yang meminimumkan penggunaan bahan baku,air dan energi serta dampak lingkungan per unit
produk.Produksi bersih menurutUNEP (2003) merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat
preventif dan terpadu, sehingga perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup
produk dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan.
Ekoefisiensi dan produksi bersih mempunyai konsep yang sama. Keduanya seperti dua sisi mata uang yaitu
berbeda pola pandangnya, namun ditilik dari metoda outputnya hampir serupa. Perbedaan yang jelas diantara
keduanya adalah ekoefisiensi bermula dari isu efisiensi ekonomi yang punya manfaat lingkungan positi f,
sedangkan produksi bersih bermula dari isu-isu efisiensi lingkungan yang punya manfaat ekonomi positif.
Tujuan ekoefisiensi adalah untuk mengurangi dampak lingkungan per unit yang diproduksi dan dikonsumsi.
Dengan mengurangi sumber daya diperlukan bagi terbentuknya produk serta pelayanan yang lebih baik maka
bisnis dapatmencapai keuntungan karena mempunyai daya saing. Produksi bersih bertujuan untuk mencegah
dan meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan pencemar lingkungan di seluruh tahapan produ ksi. Upaya-
upaya dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku,bahan penunjang dan energi di seluruh
tahapan produksi.Penerapan produksi bersih dapat melindungi sumberdaya alam dan dimanfaatkan secara
berkelanjutan.
Ekoefisiensi menjamin keberlanjutan ketersediaan sumber daya alam (materi dan energi). Di dalam industri
konsep ini dapatdiimplementasikan melalui penghematan (efisiensi) penggunaan bahan baku, energi dan air,
minimalisasi kecelakaan kerja serta minimalisasi limbah. (Zaenuri, 2011).
Ekoefisiensi dapat dicapai dengan cara penyediaan barang -barang dengan hargayang cukup kompetitif dan
jasa yang memuaskan kebutuhan manusia,dan membawa hidup menjadi lebih berkualitas, sementara secara
progresifmengurangi dampak ekologi dan intensitas sumberdaya di seluruh siklus hidup pada tingkatan dimana
paling tidak sama dengan kapasitas daya dukung bumi (WBCSD,2000).World Business Council for Sustainable
Development mengusulkan 7 fokus generik perbaikan sesuai ekoefisiensi (WBCSD, 2000) :
1. Mengurangi intensitas material
2. Mengurangi intensitas energi
3. Mengurangi penyebaran substansi beracun
4. Meningkatkan kemampu daur-ulangan
5. Memaksimalkan penggunaan bahan terbaharui
6. Meningkatkan masa hidup produk
7. Meningkatkan intensitas jasa
2.6 Prinsip Ekoefisiensi dan Produksi Bersih
Produksi bersih (cleaner production) dan ekoefisiensi berhubungan erat. Produksi bersih dipandang sebagai
suatu mekanisme memperbaiki keluaran lingkungan, yang mana juga berakibat pada manfaat finansial.
Ekoefisiensi berfokus lebih dekatpada perbaikan keluaran bisnis, melalui penggunaan manajemen lingkungan
yang diperbaiki dan efisiensi
sumberdaya.
Ekoefisiensi dan produksi bersih melibatkan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan
dan energi yang efisien di seluruh tahapan produksi akan mencegah dan meminimalkan terbentuknya limbah di
seluruh tahapan produksi.Prinsip atau konsep ini akan melindungi sumberdaya alam dan dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan.Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih (ekoefisiensi) menurut Kementerian
Lingkungan Hidup dituangkan dalam 5R (rethink, reuse,reduce, recovery, recycle).
Prinsip ekoefisiensi ditekankan pada strategi utama yaitu upaya pencegahan dan pengurangan (elimination,
reduce),tetapi apabila masih menimbulkan limbah,maka dilakukan strategi pengelolaan limbah yaitu pakai ulang
(reuse), daur ulang (recycle) dan pungut ulang (recovery).
2.7 Perangkat Ekoefisiensi
Terdapat 3 (tiga) perangkat eko-efisiensi menurut GTZ-Pro LH (2007), meliputi :
1. Good Housekeeping/GHK (Tata kelola yang apik)
Pengelolaan internal yang baik (good housekeeping) berkaitan dengan sejumlah langkah praktis berdasarkan
akal sehat yang dapat segera diambil oleh badan usaha dan atas inisiatif mereka sendiri untuk meningkatkan
operasi mereka, dan menyempurnakan prosedur organisasional dan keselamatan tempat kerja dengan
memperhatikan kebersihan, keapikan lingkungan kerja dan kinerja proses produksi. Dengan demikian ini
merupakan sarana manajemen untuk pengelolaan biaya, pengelolaan lingkungan hidup dan perubahan
organisasional.Bilamana kesemua bidang ini cukup dipertimbangkan,“tiga kemenangan” (ekonomi, lingkungan,
organisasi) dapatdicapai dan keberhasilan proses perbaikan secara kontinyu dalam perus ahaan dapat terwujud
(GTZ-P3U, 2000).
Praktek good housekeeping mencakup tindakan prosedural,administratifatau institusional yang dapatdigunakan
di perusahaan untuk meminimalisasi penggunaan bahan baku, energi, air dan meminimalisasi serta mendaur
ulang limbah yang dapat mengurangi biaya dan ongkos produksi. Good housekeeping dapat dilaksanakan
dengan cara memperhatikan tata cara penyimpanan, penanganan dan pengangkutan bahan yang baik,
pencegahan kebocoran dan ceceran, dan sebagainya. Penerapan operasi ini meliputi kegiatan : pengawasan
terhadap,prosedur- prosedur operasi,perbaikan penanganan material, segregasi limbah, penjadwalan produk,
praktek manajemen dan pemeliharaan preventif.
2. Environment Oriented Cost Management/EoCM (Manajemen Biaya Berorientasi Lingkungan)
Manajemen Biaya Berorientasi Lingkungan bertujuan untukmemberikan informasi dalam pengambilan
keputusan untuk perbaikankinerja lingkungan, ekonomi dan organisasional. Perhitungan ekonomi dilakukan
terhadap setiap langkah proses yang melibatkan materi,energi,tenaga kerja dan peralatan.Pada setiap langkah
proses, biaya produksi dan besarnya keluaran bukan produk (KBP) dihitung dalam kurun waktu 1 tahun. Dari
hasil perhitungan tersebut akan teridentifikasi langkah proses yang mempunyai nilai KBP dan menyebabkan
dampak lingkungan yang tinggi.
Pendekatan Manajemen Biaya Berorientasi Lingkungan secara garis besar dilakukan dalam enam tahap:
a. Mengidentifikasi langkah proses yang mempunyai KBP dan dampaklingkungan yang dominan
b. Menganalisa pengaruh terkait dengan biaya resiko dan bahaya dampaklingkungan
c. Menganalisa sebab timbulnya KBP
d. Mengembangkan upaya- upaya alternatif untuk meminimumkan KBP
e. Melaksanakan rencana aksi yang dipilih
f. Mengintegrasikannya dalam struktur di perusahaan.
3. Chemical Management/CM (Pengelolaan Bahan Kimia)
Pengelolaan bahan kimia merupakan upaya perbaikan pengelolaanbahan kimia agar dapat diperoleh
penghematan biaya, mengurangi dampak lingkungan, meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja,
danmeningkatkan daya saing. Pendekatan pengelolaan bahan kimia dilakukan dengan dua tahap, yaitu :
a. Mengenali daerah rawan (hot spot)
Pada tahap ini dilakukan identifikasi kehilangan bahan kimia dan bahaya bahan kimia bagi karyawan dan
lingkungan, untuk selanjutnya dilakukan penanganan terhadap permasalahan tersebut. Dalam Chemical
Management,dikenal 4 (empat) prinsip dasar penanganan bahan kimia, yaitu: Eliminasi bahaya (dengan tidak
menggunakan bahan kimia berbahaya atau dengan menggantinya dengan bahan yang bahayanya lebih rendah),
Beri jarak/penghalang antara bahan kimia dengan pekerja,Sediakan ventilasi,Perlindungan pekerja dengan alat
pelindung diri (APD).
b. Inventarisasi bahan kimia
Pada tahap ini, dilakukan identifikasi menyeluruh terhadap bahankimia yang disimpan dan digunakan serta
membentuk informasi terstrukturuntuk mengidentifikasi dan melakukan upaya peningkatan
secaraberkesinambungan. Kesuksesan penerapan eko-efisiensi pada perusahaansangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain :
1) Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan mutlak diperlukan dalam penerapan ekoefisiensi karena merupakan awal dari adanya
perubahan.Pengambilan keputusan merupakan hak penuh dari pemilik perusahaan,dan jika diperlukan dibantu
dengan konsultan.Keputusan yang diambil disesuaikan dengan besarnya skala prioritas suatu rencana aksi dan
kemampuan finansial perusahaan.
2) Motivasi
Motivasi untuk terus melaksanakan perbaikan perlu dimiliki oleh perusahaan dan didukung oleh seluruh
karyawan. Sehingga penerapan eko-efisiensi tidak dirasakan sebagai beban, namun sebagai suatu kebutuhan.
3) Komitmen
Perusahaan dan seluruh karyawan harus memiliki komitmen yang besar dalam mensukseskan suatu
perubahan yang disepakati.Rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan membantu menumbuhkan komitmen
dalam melakukan perbaikan.
4) Kebiasaan
Perubahan-perubahan yang telah disepakati sebelumnya, perlu dijadikan suatu kebiasaan bagi karyawan.
Pihak manajemen puncak perlu melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penerapan ekoefisiensi secara
berkala untuk menjamin karyawan melakukan perubahan itu sebagai suatu kebiasaan
5) Hubungan top management dengan karyawan
Kebersamaan antara pihak manajemen perusahaan dengan seluruh karyawan sangat diperlukan dalam
menerapkan suatu perubahan.Rasa kebersamaan dan komunikasi yang intensifantara kedua belah pihak akan
memudahkan dalam penyampaian masukan dan kritik terhadap perubahan,sehingga bisa diambil tindakan yang
lebih tepat. Tentunya, hasil dari penerapan eko-efisiensi tidak hanya dinikmati oleh perusahaan,namun juga oleh
karyawan dan masyarakat, baik dari segi finansial, lingkungan dan organisasional.
2.8 Non Product Output (NPO/KBP)
Keluaran bukan produk (KBP) atau Non Product Output (NPO) didefinisikan sebagai seluruh materi, energi
dan air yang digunakan dalam prosesproduksi namun tidak terkandung dalam produk akhir (GTZ-ProLH,
2007).Total biaya keluaran bukan produk merupakan penjumlahan biaya KBP dari input, Biaya KBP dari proses
produksi dan biaya KBP dari output. Secara umum,total biaya KBP berkisar antara 10% - 30% dari total biaya
produksi. 2. 1.
1. Bentuk keluaran bukan produk dapat diidentifikasi sebagai berikut :
a. Bahan baku yang kurang berkualitas
b. Barang jadi yang ditolak atau di luar spesifikasi produk yang ditentukan(semua tipe)
c. Pemrosesan kembali (reprocessing)
d. Limbah padat (beracun/ tidak beracun)
e. Limbah cair (jumlah dari kontaminan, keseluruhan air yang tidak terkandung
dalam produk final)
f. Energi yang tidak terkandung dalam produk akhir (seperti uap, listrik, oli,
diesel, dan lain- lain)
g. Emisi (termasuk kebisingan dan bau)
h. Kehilangan dalam penyimpanan
i. Kerugian pada saat penanganan dan transportasi (internal maupun eksternal)
j. Pengemasan barang
k. Klaim pelanggan dan trade returns
2. Kerugian karena kurangnya perawatan
Kerugian karena permasalahan kesehatan dan lingkungan. Dalam perhitungan Keluaran bukan produk (KBP)
terdapat beberapa catatan yaitu:
a. Lebih baik perkiraan secara kasar yang benar daripada dihitung teliti namun salah
b. Memikirkan apa yang akan direduksi, bila KBP dikurangi
c. Ada kemungkinan- kemungkinan berbeda dalam mengalokasikan biaya KBP
d. Menghindari perhitungan ganda
e. Tidak perlu berlebihan dalam memperkirakan penghematan.
Dengan menganalisa masukan dan keluaran proses produksi secara terperinci, perusahaan mempunyai
kesempatan untuk melihatlebih dekatterhadap proses produksi dan mengidentifikasi peluang lebih lanjut guna
mengurangi biaya produksi dan meningkatkan produktivitas. Konsep keluaran bukan produk (KBP)dapat dilihat
pada gambar 2.
Gambar 2. Konsep Keluaran Bukan Produk (KBP)
(Sumber : Eimer dalam Kementrian Negara Lingkungan Hidup, 2007)
BAB III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari penulisan makalah “Minimalisasi Limbah” adalah:
1. Menerapkan produksi bersih dalam pabrik industri kimia merupakan salah satu alternatif peminimalisasiaan
limbah.
2. Ekoefisiensi dalam hubungannya dengan produksi bersih merupakan kombinasi yang mengkaji masalah
ekonomi dan dampak lingkungan terhadap peminimalisasian limbah.
3. Teknik-teknik pelaksanaan produksi bersih adalah pengurangan pada sumber dan daur ulang.
DAFTAR PUSTAKA
Costantin, dkk. 2008. Cleaner Production Assessment Technical, Economic, Environmental and Financial
Assessment of Generated Options. Pdf. Project Finance Through Life
Dwi dan Susanti. 1997. Studi Penerapan Produksi Bersih (Studi Kasus Pada Perusahaan Pulp and Paper
Serang). Jurnal Teknik Lingkungan. Universitas Diponegoro : Semarang
Foelkel, Celso. 2008. Eco-Efficiency and Cleaner Production For The Eucalyptus Pulp and Paper Industry.
Eucalyptus Online Book. Celsius Degree Press
Hidayat, Nur. 2012. Produksi Bersih, Artikel. Universitas Brawijaya : Malang.
Panggabean,SahatM. 2000. Minimisasi Limbah pada Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif.
Buletin Limbah. Vol 3 No.1.
Victoria. 2008. Hints and Tips For Improving Resource Efficiency In Your Business. Artikel. Epa Victoria
Department.
KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI PRODUKSI BERSIH DI INDONESIA UNTUK
MENGURANGI PENCEMARAN LINGKUNGAN
Latar belakang dan alasan perlunya implementasi Produksi Bersih Di Indonesia
Indonesia merupakan negara berkembang dengan kegiatan ekonomi yang terus meningkat, hal ini
bisa dilihat dari jumlah industri yang ada di Indonesia yang terus bertambah. Menurut data Badan
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2001, jumlah perusahaan industri dari berbagai sub sektor
mencapai 21.396, kemudian pada tahun 2009 diperkirakan meningkat menjadi 25.077 unit
perusahaan. Dengan kemajuan industri tersebut, salah satu dampak yang dapat dirasakan saat ini
adalah makin meningkatnya pencemaran akibat kegiatan industri. Namun demikian sumber
pencemaran tidak hanya berasal dari sektor formal seperti industri, tetapi bisa juga dari sek tor non
formal, yang justru dari sisi pengelolaannya lebih sulit karena tidak ada mekanisme pemantauan dan
pengelolaan efektif untuk diterapkan, karena menyangkut pola hidup dari masyarakat, misalnya sub
sektor rumah tangga, pertanian dan transportasi.
UU No. 32 Tahun 2009 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat. Selain itu juga dinyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional yang dilaksanakan
harus menggunakan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dengan
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk
menjamin keutuhan lingkungan hidup, serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu
hidup generasi masa kini dan masa depan. Pembangunan yang berkelanjutan dapat dilakukan
dengan mendorong implementasi dari semua tahapan kegiatan yang bertujuan meningkatkan
efisiensi energi, air dan bahan baku, serta meminimalisasi limbah yang dihasilkan dan teremisikannya
kontaminan ke media alam, dengan demikian produk ataupun jasa yang dihasilkan dapat menjaga
kualitas lingkungan sebagaimana yang diperlukan masyarakat. Saat ini sumber daya alam di
Indonesia makin berkurang karena pemanfaatan yang kurang bijak, oleh karena itu perlu dilakukan
program penghematan sumber daya, baik sumber daya alam dan energi, terbarukan dan tidak
terbarukan.
Dalam suatu kegiatan industri dihasilkan limbah produksi yang berupa limbah cair, padat maupun
limbah dalam bentuk uap atau gas yang teremisikan ke udara. Selain itu juga untuk menghasilkan
output berupa produk diperlukan input yang berupa bahan baku, bahan pendorong maupun sumber
daya. Sumber daya yang digunakan bisa berupa air, panas, atau listrik.
Jumlah limbah yang dihasilkan juga tergantung dari jumlah produksi yang dihasilkan, misalnya untuk
industri ikan dan makanan laut, limbah cair yang dihasilkan bisa mencapai 79 m3 sampai 500 m3 per
hari, sedangkan untuk industri pengolahan crumb rubber, limbah air yang dihasilkan antara 100 –
200- m3 per hari.
Limbah padat bisa berupa padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari sisa pengolahan. Jenis
limbah ini ada yang bisa didaur ulang dan ada yang tidak bisa dimanfaatkan lagi. Untuk limbah padat
yang sudah tidak punya nilai ekonomi, harus dikelola dengan baik, dan tentunya memerlukan
perlakuan khusus, misalnya ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian dibakar atau
dibuang. Namun tidak semua limbah padat dapat diperlakukan seperti itu, karena ada limbah padat
yang tidak mudah terbakar dan juga tidak mudah busuk. Selain itu ada juga limbah yang bersifat
radioaktif. Di Indonesia, komposisi limbah berubah secara gradual sepanjang waktu. Pada tahun
2001, komposisi limbah padat berupa sampah 65%, rubbish 13% dan plastik 11%. Pada tahun 2007,
sampah menurun hingga 50% dan bahan plastik meningkat 15%. Rata-rata harian produksi limbah
padat di sepuluh kota besar di Indonesia pada tahun 2007 adalah Jakarta 28.196,7 m3, Surabaya
9.560 m, Bandung 7.500 m3, Medan 4.985 m3, Makassar 3.661,8m3, Palembang 5.100 m3,
Semarang 4.500 m3, Tangerang 3.367 m3, Bekasi 2.790 m3, dan Depok 3.764 m3. Diperkirakan
bahwa total produksi limbah padat di 170 kota dan kabupaten di Indonesia pada tahun 2007
mencapai angka 45.764.364,30 m3 per tahun atau setara dengan 11.441.091,08 ton per tahun.
Potensi gas Metana (CH4) yang diproduksi dari total produksi limbah padat sebesar 517.366.138,15
Gg per tahun atau setara dengan 517.366,14 ton per tahun. Kurang lebih 41% limbah padat diangkut
dan dibuat ke lokasi pembuangan akhir. Sekitar 36% limbah padat diperlakukan dengan pembakaran,
sedangkan 8% ditimbun, dan 1% didaur ulang dan diperlakukan sebagai kompos, dan 14% dibuang
dimana saja, seperti sungai, lahan terbuka, jalanan, dll. Berdasarkan data yang diperoleh program
Adipura Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2007, hampir semua kota yang disurvey
menggunakan metodeopen dumping untuk perlakuan akhir limbah padat (99,7%).
Zat pencemar yang teremisikan ke udara bisa berupa partikel maupun gas. Gas-gas yang dapat
menjadi pencemar antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon, asap pembakaram, asbes, semen,
uap air dll. Pencemaran yang ditimbulkan tergantung jenis limbah, volume dan lamanya berada di
udara. Jangkauannya juga luas karena faktor cuaca dan iklim juga turut berperan, dan akibatnya
dapat terjadi deposisi asam.
Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah jenis limbah yang harus mendapat perhatian ekstra
dalam pengelolaannya. Kandungan kimia yang berbahaya yang terdapat didalam limbah tersebut
berpotensi memberikan dampak merugikan bagi masyarakat, misalnya dapat menyebabkan kanker
ataupun penyakit berbahaya lain. Di Indonesia, volume limbah berbahaya dan beracun pada tahun
2007 sebesar 3.023.585,37 ton, terutama mengandung fuel sludge, coal ashes, treatment sludge,
steel slug, copper slag,oli bekas, waste water rags, sludge scale dan baterai bekas. Hanya sekitar
10% dari limbah yang sudah dikelola sebesar 31.910.935 ton pada tahun 2007. Jumlah
2.464.780.543 ton limbah sudah dikelola melalui program 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Namun,
sejumlah besar limbah berbahaya dan beracun tidak dikelola dengan semestinya. Limbah tersebut
dibuang ke badan sungai atau lahan terbuka (167.559.573.715 ton). Industri pertambangan adalah
salah satu yang memberikan kontribusi sangat besar limbah berbahaya dan beracun di Indonesia.
Pada tahun 2007, industri pertambangan menghasilkan limbah berbahaya dan beracun berupa fuel
sludge dengan jumlah 329,13 ton, aki bekas 183,6 ton, material terkontaminasi minyak 914,02 ton,
dan oli bekas 19.471.604,5 liter. Banyak limbah yang diproduksi oleh sektor pertambangan, energi,
dan minyak yang berada di Jawa dan Sumatera.
Transportasi, terutama di kota besar merupakan salah satu sub sektor yang memberikan kontribusi
signifikan terhadap pencemaran udara, karena kandungan gas yang diemisikan dari kendaraan baik
pesawat udara, kapal laut, kereta api maupun kendaraan bermotor. Kontribusi gas buang kendaraan
bermotor di kota besar mencapai 6-70%, sementara kontribusi gas buang dari cerobong asap industri
hanya berkisar antara 10-15%. Selain menjadi sumber pencemar udara, sektor transportasi juga
mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya alam berupa bahan bakar fosil, bahan
bakar inilah yang menjadi penyebab gas buang yang teremisi ke udara karena mengeluarkan
senyawa seperti CO, TSP, NOx, SOx, dll.
Salah satu strategi merealisasikan pembangunan berkelanjutan seperti yang disampaikan di atas
adalah melalui pengembangan dan menerapkan prinsip-prinsip Produksi Bersih.
Komitmen dan Kebijakan Nasional Terkait Dengan Penerapan Produksi Bersih Di Indonesia
Untuk mewujudkan target pengurangan emisi limbah di Indonesia, Pemerintah Indonesia sudah
mengeluarkan berbagai kebijakan dan peraturan yang mewajibkan setiap kegiatan usaha melakukan
upaya pencegahan dan pengelolaan limbahnya, antara lain:
 UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 PP No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara
 Permenlh No. 31 Tahun 2009 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Sistem
Manajemen Lingkungan, Ekolabel, Produksi Bersih, dan Teknologi Berwawasan Lingkungan di
Daerah
 Permenlh No. 35 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Halon
 Permenlh No. 23 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pencegahan Pencemaran dan/atau
Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Pertambangan Emas Rakyat
 Permenlh No. 2 Tahun 2008 Tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
 Kepmenlh No.111 Tahun 2003 Tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perijinan
Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air/Atau Sumber Air
· Berbagai peraturan yang mengatur nilai ambang batas atau baku mutu pencemaran yang menjadi
acuan bagi para pelaku usaha untuk mengelola limbah yang dihasilkannya.
Produksi bersih merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya limbah yang dikembangkan oleh
Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) mulai tahun 1993. Pada tahun 1995,
Pemerintah Indonesia telah mencanangkan Komitmen Nasional Penerapan Produksi Bersih, dan
sampai saat ini penerapan produksi bersih sudah dilakukan di beberapa kegiatan, seperti tekstil,
penyamakan kulit, kelapa sawit,electroplating, karet, tapioka, gula, perhotelan dan perkotaan.
Dalam upaya meningkatkan penerapan Produksi Bersih di tingkat nasional, Pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam rencana jangka menengah dan jangka panjang,
sebagai berikut:
1. Melibatkan dan mengikutsertakan seluruh pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pengembangan Produksi Bersih untuk mengharmonisasikan setiap persepsi dan pendekatan
pelaksanaan produksi bersih dengan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama ini.
Harmonisasi ini harus mendorong perubahan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
dimana pelaksanaannya harus secara terus menerus sesuai dengan ilmu pengetahuan dan
perkembangan teknologi.
2. Meningkatkan pemahaman konsep Produksi Bersih agar dapat diimplementasikan
oleh seluruh pihak yang berkepentingan baik secara individu, kelompok maupun institusi
sehingga dapat merancang suatu mekanisme kontrol peraturan yang saling menguntungkan
(win-win solution).
3. Pemerintah menyediakan dukungan sarana dan prasarana baik fisik (pilot project,
tenaga ahli, informasi, dll) maupun nonfisik (peraturan, kebijakan, dll) untuk
mengimplementasikan dan mengembangkan Produksi Bersih untuk mencapai konsensus
nasional dalam mecari solusi terbaik bagi penaatan dan penangan masalah-masalah
lingkungan hidup.
4. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dan Peranserta masyarakat di
tingkat sektoral dan daerah.
5. Melaksanakan Program Produksi Bersih secara holistik, komprehensif, terintegrasi
dan berkesinambungan dalam upaya pengelolaan lingkungan sehingga berjalan sinergis
dengan aspek ekonomi dan sosial.
6. Mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk menghasilkan dan menggunakan
produk-produk dan jasa-jasa yang ramah lingkungan (green producers and consumers).
Untuk mendorong penerapan produksi bersih dalam upaya mewujudukan pembangunan yang
berkelanjutan, ada beberapa strategi yang dilaksanakan, yaitu :
1. Mensosialisasikan dan mempromosikan konsep Produksi Bersih kepada
stakeholders;
2. Menerapkan analisis daur hidup produk pada semua sektor;
3. Memfasilitasi kemitraan dalam penerapan produksi bersih diantara stakeholders;
4. Meningkatkan kerjasama dengan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan produksi
bersih
5. baik di forum nasional maupun internasional;
6. Meningkatkan pertukaran informasi dan mengembangkan jejaring kerja dengan
seluruh stakeholders;
7. Menyelenggarakan pelatihan, seminar, lokakarya yang berhubungan dengan
Produksi Bersih;
8. Mengkaji, mengembangkan dan menerapkan Produksi Bersih secara terus menerus
melalui koordinasi, komunikasi, benchmarking, edukasi dan diseminasi informasi pada
seluruh aktivitas di semua sektor serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
9. Menciptakan program bersama yang melibatkan seluruh stakeholders dalam rangka
penerapan Produksi Bersih.
Untuk mendorong implementasi dari produksi bersih di semua sektor kegiatan, Kementerian
Lingkungan Hidup sudah membentuk Pusat Produksi Bersih Nasional (PPBN), dengan fungsi
sebagai berikut :
1. Menampung semua informasi mengenai Produksi Bersih, dari sisi kebijakan,
pelaksanaan, status kemajuan, penerapan PB di industri, yang bertujuan untuk transfer
teknologi bersih Menjadi akses bagi para industri yang ingin mengaplikasikan PB dan pihak-
pihak lain yang akan melakukan kajian PB
2. Menjadi media untuk tukar informasi dan dialog kebijakan penerapan PB
3. Mendorong dan memotivasi seluruh sektor industri untuk mengaplikasikan PB
sehingga dapat menjadi wadah untuk menyamakan persepsi antara pemerintah, industri,
akademisi, Ornop, dll dalam melakukan pengelolaan lingkungan
4. Menjadi salah satu wadah pemberian insentif bagi industri-industri yang telah
menerapkan PB dan benchmarking
5. Menjadi sarana untuk pelatihan
6. Menjadi katalisator pertumbuhan lembaga-lembaga jasa PB
Adanya PPBN diharapkan tercipta suatu sistem kerja untuk mekanisme PB antar unit/sektor yang
terkoordinasi, terintegrasi dan sinergis. Secara sektoral, kebijakan pencegahan pencemaran melalui
produksi bersih juga telah dikembangkan, yaitu :
1. Kementerian Lingkungan Hidup
 Penyusunan Pedoman Teknis Penerapan Produksi Bersih untuk industri tekstil, kulit, kelapa
sawit, electroplating, karet, tapioka, gula, hotel dan perkotaan
 Penyusunan Pedoman Teknis Penerapan Produksi Bersih melalui Chemical Management
dan Good House Keeping
 Implementasi Produksi Bersih melalui pilot project pada industri tekstil, kelapa sawit, kulit dan
lingkungan industri kecil
 Implementasi Produksi Bersih melalui konsultasi dan bimbingan teknis pada kurang lebih 500
industri, antara lain: automotive, agrobisnis, electroplating, tekstil, kulit, karet, CPO, gula, dll.
 Pelatihan Produksi Bersih, Good House Keeping, Chemical Management, Life Cycle Analysis
2. Departemen Pertanian
 Mengembangkan penggunaan pupuk organik pada on-farm dan off-farm
 Mengurangi pemakaian pupuk kimia dan pestisida
 Mencanangkan "Go Organic 2010"
3. Departemen Perhubungan
 Mendorong penggunaan bensin tanpa timbal
 Meningkatkan pengujian tipe maupun berkala kendaraan bermotor
 Mendorong penggunaan bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermotor seperti: BBG, elpiji
dan biodesel
 Mengadopsi standar Eropa untuk pengujian emisi secara bertahap
 Mengajukan usulan pengurangan bea masuk atau pajak bagi kendaraan yang ramah
lingkungan
 Menerapkan penggunaan angkutan massal
4. Departemen Energi Sumber Daya Mineral
 Mempersyaratkan penerapan Produksi Bersih pada setiap kontrak karya di bidang
pertambangan
 Mempromosikan pengembangan pertambangan ramah lingkungan
 Meminimisasi kerusakan bentang alam dan pemulihan perubahan bentang alam agar lebih
bermanfaat
5. Departemen Perindustrian dan Perdagangan
 Mengharmonisasikan Produksi Bersih pada peraturan dibidang perindustrian dan
perdagangan
 Mengupayakan substitusi pemakaian bahan kimia yang bersifat berbahaya dan beracun
 Pemberian insentif berupa penghargaan bagi industri-industri yang telah menerapkan
Produksi Bersih
 Mengembangkan proses produksi ramah lingkungan
6. Kementerian Pariwisata
 Meningkatkan effisiensi pada fasilitas-fasilitas wisata
 Mengembangkan konsep wisata-lingkungan (eco-tourism)
 Meningkatkan penghematan pemakaian air, bahan-bahan pembersih, listrik dan utilitas
lainnya pada fasilitas-fasilitas wisata
Insentif dan Kendala Dalam Implementasi Pencegahan Pencemaran Melalui Produksi
Bersih
Insentif merupakan salah satu perangkat untuk mendorong keberhasilan suatu program. Kementerian
Lingkungan Hidup telah mengembangkan instrumen ekonomi yang bertujuan menurunkan tingkat
pencemaran/kerusakan melalui insentif (disinsentif) ekonomi kepada pelaku pencemaran/kerusakan.
Instrumen ekonomi yang dapat menjadi insentif bagi pelaku usaha yang akan menerapkan produksi
bersih dalam kegiatan usahanya adalah :
a) Pinjaman Lunak Lingkungan
 Pollution Abatement Equipment - Japan Bank International Cooperation (PAE-JBIC)
 Industrial Efficiency and Pollution Control-Kreditanstalt fur Wiederaufbau (IEPC-KfW) Tahap I
 Industrial Efficiency and Pollution Control-Kreditanstalt fur Wiederaufbau (IEPC-KfW) Tahap
II
 Pembiayaan investasi lingkungan bagi UMK (Skema DNS)
b) Program Perlindungan Lapisan Ozon melalui bantuan hibah berupa alih teknologi peralatan yang
masih menggunakan bahan perusak ozon (BPO) menjadi non BPO, dan juga bantuan hibah
peralatan daur ulang CFC
c) Pembebasan Bea Impor, terutama untuk peralatan yang digunakan untuk mencegah atau mengurangi
pencemaran
d) CDM (Mekanisme Pembangunan Bersih), dimana upaya perusahaan atau industri di negara
berkembang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui implementasi teknologi bersih GRK
yang dihargai dalam bentuk sertifikat yang dapat dijual untuk mendapatkan pendanaan dari negara
maju.
e) Global Environmental Financing (GEF), merupakan skema pendanaan untuk pengelolaan lingkungan,
termasuk pencegahan dan penurunan pencemaran/kerusakan lingkungan
f) Subsidi Kompos, yang diberikan untuk upaya mengurangi limbah organik yang diolah menjadi kompos.
Salah satu program yang sudah dilakukan adalah Western Java Environment Management Project
(WJEMP))
g) Dana Alokasi Khusus, diberikan kepada pemerintah daerah untuk tujuan kegiatan tertentu, salah
satunya untuk pengelolaan lingkungan di wilayahnya
h) Peluang pengurangan pajak penghasilan atas biaya pengolahan limbah
Contoh pemberian insentif ekonomi untuk pencegahan pencemaran melalui produksi bersih :
 Pinjaman lunak untuk alih teknologi/peralatan pada industri jamu, industri rumahan
pembuatan bumbu, alat daur ulang kertas, mesin bordir, dll
 Pinjaman lunak untuk peralatan daur ulang tanaman enceng gondok, alat daur ulang plastik,
alat daur ulang metal, alat daur ulang batok kelapa, alat daur ulang parafin, mesin daur ulang ban
bekas, mesin pengering padi berbahan bakar sekam
 Pinjaman lunak untuk pembangunan IPAL, kolam aerasi, insinerator, dust collector, mesin
pengolah sampah
 Pinjaman lunak untuk penggantian unit kompresor, unit pendingin udara dan air, serta unit
penghantar panas, yang menggantikan penggunaan pendingin yang merusak ozon dengan bahan
pendingin non BPO
 Pinjaman lunak pemanfaatan kotoran sapi dengan membangun reaktor biogas
 Bantuan hibah mesin produksi non BPO untuk industri foam dan manufaktur peralatan
pendingin
 Bantuan hibah daur ulang pendingin CFC untuk bengkel servis peralatan pendingin
Namun demikian, upaya penerapan produksi bersih masih menghadapi beberapa kendala, antara
lain:
1. Pengertian Produksi Bersih yang belum sepenuhnya dipahami dengan baik sehingga
terkesan kurang menarik karena keuntungan dan kesempatan potensial perbaikan belum
diidentifikasi;
2. Piranti dan insentif keuangan terhadap penerapan Produksi Bersih belum
tersebarluaskan;
3. Kurangnya kebijakan yang mendukung penerapan Produksi Bersih dan pemberian
penghargaan bagi perusahaan maupun lembaga yang telah berhasil melaksanakannya;
4. Ketersediaan dan kemudahan untuk mendapatkan informasi teknologi Produksi
Bersih (best practice and best available technology) relatif masih terbatas;
5. Terbatasnya kapasitas dan pengetahuan tentang Produksi Bersih pada sektor
industri, asosiasi, aparat pemerintah, lembaga jasa/konsultan;
6. Penerapan dan pengembangan Produksi Bersih yang terfokus hanya pada sektor
manufaktur;
7. Belum adanya pengakuan dan penghargaan bagi kegiatan-kegiatan yang telah
menerapkan Produksi Bersih.
Keuntungan Dari Pencegahan Polusi Dibandingkan Dengan Pengaturan Polusi
Dengan menerapkan produksi bersih, limbah yang dihasilkan akan diubah tidak hanya bentuknya
saja tetapi juga kandungan yang ada didalamnya, karena dapat melalui proses daur ulang, recovery,
pemurnian kembali. Dengan pencegahan terjadinya limbah di tiap tahapan produksi akan mengurangi
biaya investasi untuk pengolahan dan pembuangan limbah, dengan demikian mengurangi biaya
perusahaan dan juga dapat berpengaruh terhadap harga jual produk yang bisa dikurangi karena
berkurangnya biaya pengolahan limbah.
Dari penerapan produksi bersih di Indonesia yang sudah dilakukan di beberapa jenis industri, contoh
hasil yang diperoleh adalah :
a) Mengurangi biaya pengolahan limbah
b) Mengurangi limbah padat. Dari 19 industri yang sudah menerapkan PB dapat mengurangi limbah
padat sebanyak 10.109 ton/bulan. Industri furniture yang sudah menerapkan PB dapat mengurangi
limbah padatnya sebanyak 1.050 m3/bulan
c) Mengurangi beban limbah
· Dari upaya implementasi PB di 17 industri skala UKM diperoleh pengurangan beban BOD
sebanyak 1.838 ton/bulan. Sedangkan beban COD berkurang sebanyak 4.158,5 ton/bulan
d) Meningkatkan pendapatan perusahaan melalui penghematan, misalnya:
No. Nama Alat Sebelum Sesudah Keuntungan
Rp/blnBhn Limbah Nilai Finansial
(Rp)
Bhn
Limbah
Nilai Finansial
(Rp)
1 Coating
Machine Hasil
Produksi :
400.000 m/bl
20% x
400.000 =
80.000 mt
=12.800 Kg
BS:Rp14.000/kg
=Rp179.200.000
- 12.800 Kg =
24.600 piece.
Hasil Coating :
US$ 1.5/pcs
= US$ 36.900
= 405.900.000
226.700.000
2 Shuttle
Embroidery
159.96
Kg/bln
Rp 1000/Kg
15.96 x Rp1.000
= Rp 159.960
- 159.96 x $ 7
= $ 1.119,72
= 12.316.920
12.156.960
3 Cassaty
Machine
Ada 2 mesin
bordeir
menganggur
- 2 Mesin
bordir
dapat
bekerja
= 2mc x12 pcs
x 15yrd x $2.2
=$792 x 30
hari
=$23.760
=261.360.000
261.360.00
4 Biogas Reactor 46.880 kg
kotoran
ternak
per hari
- - 663 unit
reactor
memproduksi
1.629 m3
biogas per
hari setara
dengan 650
liter minyak
tanah per hari
650 liter
mitan x 30
hari x Rp
9.000,- per
liter =
Rp.
175.500.000,-
663 unit
reaktor
membuang
ampas yang
dapat menjadi
bahan pupuk
organik
sebanyak
46.880 kg
kotoran x
30 hari x Rp
25,- =
35.160.000,-
46.880 kg per
hari
Program Teknologi dan Teknik Pencegahan Yang Diterapkan
Dalam kebijakan nasional Produksi Bersih yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup
tahun 2003, teknik pencegahan pencemaran yang diterapkan dalam PB mencakup 5R (Re-think, Re-
use, Reduction, Recovery dan Recycle), sebagai berikut:
1. Re-think (berpikir kembali), konsep pemikiran yang harus dimiliki oleh tiap pelaku usaha pada saat
awal operasional kegiatan, dengan implikasi :
 Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi yang terjadi pada saat proses maupun terkait
dengan produk yang dihasilkan, harus dipahami benar tentang analisis daur hidup produk yang
dihasilkannya
 Upaya produksi bersih harus diikuti dengan perubahan pola pikir, sikap dan tingkah laku dari
semua pihak terkait pemerintah, masyarakat maupun pelaku usaha
2. Reduce (Pengurangan), merupakan upaya untuk mengurangi jenis dan volume limbah yang timbul
dari suatu kegiatan usaha. Berbagai cara untuk mereduksi timbulnya limbah antara lain:
 Tata laksana rumah tangga yang baik (good housekeeping), merupakan usaha yang
dilakukan oleh suatu kegiatan usaha untuk menjaga kebersihan lingkungannya dan mencegah terjadi
ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan serta melakukan penanganan limbah yang timbul sebaik
mungkin.
 Segregasi aliran limbah, memisahkan berbagai jenis aliran limbah sesuai dengan jenis
komponennya, konsentrasi dan kondisinya, sehingga dapat memudahkan dalam mengurangi volume
limbah yang dihasilkan, dengan demikian dapat mengurangi biaya pengolahan limbah. Limbah yang
encer lebih mudah dimurnikan karena mengandung kontaminan yang lebih sedikit, sedangkan limbah
dengan konsentrasi yang pekat lebih mudah untuk didaur ulang atau direcovery karena konsentrasi
aliran tersebut besar.
 Preventive maintenance, melakukan pemeliharaan/penggantian sesuai waktu yang
dijadwalkan. Dengan jadwal pemeliharaan yang ketat akan mengurangi kemungkinan kerusakan
yang cukup parah yang akhirnya akan mengurangi biaya pemeliharaan dan mengurangi jumlah
limbah yang dihasilkan
 Pengelolaan bahan, merupakan suatu upaya untuk menjaga agar persediaan bahan selalu
cukup untuk menjamin kelancaran produksi tetapi juga tidak berlebihan jumlahnya sehingga
mengurangi penyimpanan yang berpotensi pada kerusakan bahan akibat bahan yang disimpan tidak
terpakai sehingga habis masa pakainya. Penyimpanan yang dilakukan juga harus dalam keadaan
rapi dan terkontrol.
 Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik, pelaksanaan proses produksi yang
dilakukan dalam kondisi optimum dan pengoperasian alat sesuai dengan manual operasional
peralatan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi kehilangan bahan akibat
kebocoran dan tumpahan.
 Modifikasi proses dan/atau alat, melakukan modifikasi peralatan produksi sehingga lebih
efisien, dan limbah yang dihasilkan akan semakin berkurang
 Modifikasi/substitusi bahan, mengganti bahan yang digunakan dengan bahan lain yang
mempunyai potensi merusak lingkungan lebih kecil dibanding bahan sebelumnya. Penggantian
bahan juga dapat mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan.
 Pengubahan produk, melakukan perubahan jenis atau desain produk dengan fungsi yang
sama, dengan tujuan mengurangi bahan yang digunakan dapat membantu mengurangi jumlah limbah
yang keluar dari proses produksi, maupun pada saat pemakaian produk oleh konsumen.
 Penggunaan teknologi bersih, memilih jenis teknologi yang dianggap bersih atau teknologi
yang memberikan peluang pengurangan jenis dan volume limbah dengan efisiensi yang cukup tinggi.
3. Re-use (penggunaan kembali), merupakan suatu upaya pengurangan limbah melalui penggunaan
kembali suatu jenis limbah tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi
4. Recycle (daur ulang), memanfaatkan limbah dengan memproses kembali limbah tersebut kedalam
proses semula dengan perlakuan fisika, kimia dan biologi
5. Recovery (pengambilan ulang), mengambil kembali bahan atau kandungan bahan yang masih
mempunyai nilai ekonomi, dan menggunakannya kembali ke dalam proses produksi dengan atau
tanpa perlakuan fisika, kimia dan biologi
Perangkat dan program yang dikembangkan Pemerintah Indonesia untuk penerapan produksi bersih
di Indonesia adalah :
 Eko-Efisiensi yang menggabungkan metode Good Housekeeping (Tata Kelola yang Apik),
Chemical Management (Pengelolaan Bahan Kimia) dan Environmental Oriented Cost Management
(Manajemen Biaya berorientasi Lingkungan). Penerapan eko-Efisiensi ini dapat meningkatkan
produktivitas, penghematan biaya, mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan prosedur
organisasi serta keselamatan kerja
 Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML), namun sistem ini masih bersifat sukarela
dan tergantung pada komitmen manajemen puncak perusahaan dalam pengelolaan lingkungannya.
 Environment – Oriented Cost Management (EoCM) atau Manajemen Lingkungan Berbasis
Keuntungan (MeLOK) yang bertujuan meningkatkan kemampuan industri untuk mengurangi biaya
produksi melalui pengurangan biaya bahan baku dan energi dalam produksi, mengurangi dampak
lingkungan yang merugikan, dan meningkatkan efisiensi organisasi secara keseluruhan. Contoh
perusahaan yang sudah menerapkan MeLOK adalahPT. Indonesia Power UBP Suralaya; PT.
International Chemical Industry / Intercallin (Baterei ABC); PT. Indonesia Power UBP Priok; PT.
Bando Indonesia (Group Gajah Tunggal) dan PT. Tri Darma Wisesa / TDW (automotive spare part )
 Monetary Environmental Project Investment Appraisal (MEPIA) bertujuan menghitung efek
netto dari biaya dan keuntungan dari berbagai opsi investasi yang tersedia, termasuk kuantifikasi
keuntungan lingkungan yang diperoleh dan penghematan biaya yang diperoleh. Adanya indikator
finansial jangka panjang dapat membantu perusahaan untuk mempertimbangkan dampak finansial di
masa datang yang terimbas dari dampak lingkungan
 Green Procurement atau Green Purchasing, untuk meminimalkan risiko lingkungan dari suatu
produk atau bahan yang digunakan dalam suatu kegiatan industri. Disini berlaku pembagian
tanggung jawab dan kesadaran dari pemasok dan pembeli untuk meminimalkan risiko lingkungan
dalam produk demi kesinambungan usaha.
 Pedoman Good Housekeeping untuk beberapa sektor, yang terkait dengan peningkatan
efisiensi operasional secara keseluruhan, mulai dari pengelolaan biaya, pengelolaan lingkungan
hidup dan perubahan organisasional

More Related Content

What's hot

Laporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlichLaporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlichFirda Shabrina
 
5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)Mahammad Khadafi
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okkMekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okkMarfizal Marfizal
 
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of MaterialTugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of MaterialVicky Fakhrurrazi
 
proses pengelolaan air limbah secara kimia
proses pengelolaan air limbah secara kimiaproses pengelolaan air limbah secara kimia
proses pengelolaan air limbah secara kimiamun farid
 
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panasPenerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panasiwandra doank
 
Shell and Tube Exchanger - Perancangan Alat Penukar Kalor
Shell and Tube Exchanger - Perancangan Alat Penukar KalorShell and Tube Exchanger - Perancangan Alat Penukar Kalor
Shell and Tube Exchanger - Perancangan Alat Penukar KalorFaiprianda Assyari Rahmatullah
 
Sistem kerja, kalor dan energi dalam
Sistem kerja, kalor dan energi dalamSistem kerja, kalor dan energi dalam
Sistem kerja, kalor dan energi dalamFauziah Maswah
 
Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2Gayuh Permadi
 
Fluida dinamis
Fluida dinamisFluida dinamis
Fluida dinamisFKIP UHO
 
Ppt gelombang
Ppt gelombangPpt gelombang
Ppt gelombangRaa Yu
 
Tugas 1 ekonomi teknik
Tugas 1 ekonomi teknikTugas 1 ekonomi teknik
Tugas 1 ekonomi teknikirwan zulkifli
 
Analisis Pupuk ZA dan TSP
Analisis Pupuk ZA dan TSPAnalisis Pupuk ZA dan TSP
Analisis Pupuk ZA dan TSPnoerarifinyusuf
 

What's hot (20)

Laporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlichLaporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlich
 
Jurnal tegangan
Jurnal teganganJurnal tegangan
Jurnal tegangan
 
Destilasi batch
Destilasi batchDestilasi batch
Destilasi batch
 
7 energi bebas gibbs
7 energi bebas gibbs7 energi bebas gibbs
7 energi bebas gibbs
 
5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)5 kapasitas panas (termodinamika)
5 kapasitas panas (termodinamika)
 
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okkMekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
Mekanika fluida 2 pertemuan 1 okk
 
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of MaterialTugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
Tugas Kelompok Manajemen Industri - Bill Of Material
 
proses pengelolaan air limbah secara kimia
proses pengelolaan air limbah secara kimiaproses pengelolaan air limbah secara kimia
proses pengelolaan air limbah secara kimia
 
Pengeringan / Drying - Operasi Perpindahan Kalor
Pengeringan / Drying - Operasi Perpindahan KalorPengeringan / Drying - Operasi Perpindahan Kalor
Pengeringan / Drying - Operasi Perpindahan Kalor
 
Penerapan fungsi non linier
Penerapan fungsi non linierPenerapan fungsi non linier
Penerapan fungsi non linier
 
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panasPenerapan hukum fourier pada perpindahan panas
Penerapan hukum fourier pada perpindahan panas
 
Shell and Tube Exchanger - Perancangan Alat Penukar Kalor
Shell and Tube Exchanger - Perancangan Alat Penukar KalorShell and Tube Exchanger - Perancangan Alat Penukar Kalor
Shell and Tube Exchanger - Perancangan Alat Penukar Kalor
 
Sistem kerja, kalor dan energi dalam
Sistem kerja, kalor dan energi dalamSistem kerja, kalor dan energi dalam
Sistem kerja, kalor dan energi dalam
 
Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2Matematika teknik kimia_2
Matematika teknik kimia_2
 
Teori produksi
Teori produksiTeori produksi
Teori produksi
 
Fluida dinamis
Fluida dinamisFluida dinamis
Fluida dinamis
 
Ppt gelombang
Ppt gelombangPpt gelombang
Ppt gelombang
 
Ekonomi manajerial 2
Ekonomi manajerial 2Ekonomi manajerial 2
Ekonomi manajerial 2
 
Tugas 1 ekonomi teknik
Tugas 1 ekonomi teknikTugas 1 ekonomi teknik
Tugas 1 ekonomi teknik
 
Analisis Pupuk ZA dan TSP
Analisis Pupuk ZA dan TSPAnalisis Pupuk ZA dan TSP
Analisis Pupuk ZA dan TSP
 

Similar to makalah-produksi-bersih-docx

Tugas pengembangan limbah bab 1 4 (autosaved)
Tugas pengembangan limbah bab 1 4 (autosaved)Tugas pengembangan limbah bab 1 4 (autosaved)
Tugas pengembangan limbah bab 1 4 (autosaved)Rista Uyul
 
Pelaksanaan Konsep Strategis dalam pengelolaan kualitas lingkungan
Pelaksanaan Konsep Strategis dalam pengelolaan kualitas lingkunganPelaksanaan Konsep Strategis dalam pengelolaan kualitas lingkungan
Pelaksanaan Konsep Strategis dalam pengelolaan kualitas lingkunganAshar Asham
 
7b pengantar audit_lingkungan
7b pengantar audit_lingkungan7b pengantar audit_lingkungan
7b pengantar audit_lingkunganAgus Candra
 
AUDIT-LINGKUNGAN1.ppt
AUDIT-LINGKUNGAN1.pptAUDIT-LINGKUNGAN1.ppt
AUDIT-LINGKUNGAN1.pptary-red78
 
Green Accounting_Kelompok 6
Green Accounting_Kelompok 6Green Accounting_Kelompok 6
Green Accounting_Kelompok 6Muthia12
 
Green Accounting_Kelompok 6
Green Accounting_Kelompok 6Green Accounting_Kelompok 6
Green Accounting_Kelompok 6Muthia12
 
Makalah-5-Monitoring-Audit.docx
Makalah-5-Monitoring-Audit.docxMakalah-5-Monitoring-Audit.docx
Makalah-5-Monitoring-Audit.docxRuthSeptiane2
 
Environmental cost management hansen mowen ch.17
Environmental cost management hansen mowen ch.17Environmental cost management hansen mowen ch.17
Environmental cost management hansen mowen ch.17DGT
 
produksi bersih.pptx
produksi bersih.pptxproduksi bersih.pptx
produksi bersih.pptxPutriSyafety1
 
SUCI HATI PPT INVERONMENT ACCOUNTING.pptx
SUCI HATI PPT INVERONMENT ACCOUNTING.pptxSUCI HATI PPT INVERONMENT ACCOUNTING.pptx
SUCI HATI PPT INVERONMENT ACCOUNTING.pptxSuciHati8
 
MAKALAH OPTIMASI JADI
MAKALAH OPTIMASI JADIMAKALAH OPTIMASI JADI
MAKALAH OPTIMASI JADIzuhal istiadi
 
Beberapa istilah dalam ilmu lingkungan
Beberapa istilah dalam ilmu lingkunganBeberapa istilah dalam ilmu lingkungan
Beberapa istilah dalam ilmu lingkunganPuspita Eka Rohmah
 
Audit lingkungan
Audit lingkunganAudit lingkungan
Audit lingkunganfirdaus78
 

Similar to makalah-produksi-bersih-docx (20)

Tugas pengembangan limbah bab 1 4 (autosaved)
Tugas pengembangan limbah bab 1 4 (autosaved)Tugas pengembangan limbah bab 1 4 (autosaved)
Tugas pengembangan limbah bab 1 4 (autosaved)
 
Biodata
BiodataBiodata
Biodata
 
Pelaksanaan Konsep Strategis dalam pengelolaan kualitas lingkungan
Pelaksanaan Konsep Strategis dalam pengelolaan kualitas lingkunganPelaksanaan Konsep Strategis dalam pengelolaan kualitas lingkungan
Pelaksanaan Konsep Strategis dalam pengelolaan kualitas lingkungan
 
Bab 17
Bab 17Bab 17
Bab 17
 
Final ppt ta eacc
Final ppt ta eaccFinal ppt ta eacc
Final ppt ta eacc
 
4. Pengurangan.ppt
4. Pengurangan.ppt4. Pengurangan.ppt
4. Pengurangan.ppt
 
7b pengantar audit_lingkungan
7b pengantar audit_lingkungan7b pengantar audit_lingkungan
7b pengantar audit_lingkungan
 
AUDIT-LINGKUNGAN1.ppt
AUDIT-LINGKUNGAN1.pptAUDIT-LINGKUNGAN1.ppt
AUDIT-LINGKUNGAN1.ppt
 
ANALYSIS OF GREEN INFORMATION TECHNOLOGY IN TOSHIBA COMPANIES
ANALYSIS OF GREEN INFORMATION TECHNOLOGY IN TOSHIBA COMPANIESANALYSIS OF GREEN INFORMATION TECHNOLOGY IN TOSHIBA COMPANIES
ANALYSIS OF GREEN INFORMATION TECHNOLOGY IN TOSHIBA COMPANIES
 
Green Accounting_Kelompok 6
Green Accounting_Kelompok 6Green Accounting_Kelompok 6
Green Accounting_Kelompok 6
 
Green Accounting_Kelompok 6
Green Accounting_Kelompok 6Green Accounting_Kelompok 6
Green Accounting_Kelompok 6
 
Makalah-5-Monitoring-Audit.docx
Makalah-5-Monitoring-Audit.docxMakalah-5-Monitoring-Audit.docx
Makalah-5-Monitoring-Audit.docx
 
Environmental cost management hansen mowen ch.17
Environmental cost management hansen mowen ch.17Environmental cost management hansen mowen ch.17
Environmental cost management hansen mowen ch.17
 
produksi bersih.pptx
produksi bersih.pptxproduksi bersih.pptx
produksi bersih.pptx
 
SUCI HATI PPT INVERONMENT ACCOUNTING.pptx
SUCI HATI PPT INVERONMENT ACCOUNTING.pptxSUCI HATI PPT INVERONMENT ACCOUNTING.pptx
SUCI HATI PPT INVERONMENT ACCOUNTING.pptx
 
MAKALAH OPTIMASI JADI
MAKALAH OPTIMASI JADIMAKALAH OPTIMASI JADI
MAKALAH OPTIMASI JADI
 
Beberapa istilah dalam ilmu lingkungan
Beberapa istilah dalam ilmu lingkunganBeberapa istilah dalam ilmu lingkungan
Beberapa istilah dalam ilmu lingkungan
 
tugas 9
tugas 9tugas 9
tugas 9
 
Audit lingkungan
Audit lingkunganAudit lingkungan
Audit lingkungan
 
HSE
HSEHSE
HSE
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 

makalah-produksi-bersih-docx

  • 1. Makalah Produksi Bersih By hendra sana7:05 AM1 comment BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minimalisasi Limbah Banyaknya kasus pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah industri dewasa ini telah mendorong terjadinya pergeseran paradigma di dalam penanganan limbah industri tersebut. Pergeseran paradigma yang dimaksud adalah perubahanend of pipe treatment menjadi pollution prevention principle. Hal ini berarti penanganan limbah dilakukan bukan setelah limbah tersebut terbentuk, tetapi pengelolaannya diupayakan sedemikian rupa mulai daribahan baku sampai akhir pemakaian produk agar dihasilkan limbah seminimalmungkin.Upaya ini lebih bersifatproaktif dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu.Dengan menguasai paket teknologi minimisasi limbah dan pemanfaatan ulang material berbahaya dalam limbah (Panggabean, 2000). Pengelolaan limbah pada dasarnya bertujuan untuk mengendalikan pencemaran yang disebabkan oleh kegiatan industri.Secara hirarki,upaya pengelolaan limbah tersebutdapatdilihat pada Gambar 1. Pada gambar tersebutterlihatupaya pengelolaan limbah yang pertama sekali diupayakan adalah meminimisasi limbah dengan cara reduksi pada sumbemya dan diikuti dengan pemanfaatan limbah baik di dalam pabrik (on-site), maupun di luar pabrik (off-site) tersebut. Reduksi limbah pada sumbernya adalah upaya untuk mengurangi volume, konsentrasi,toksisitas,dan tingkatbahaya limbah yang akan menyebar di lingkungan,secara preventiflangsung pada sumber pencemar. Pemanfaatan limbah adalah upaya mengurangi volume, konsentrasi, toksisitas, dan tingkat bahaya yang menyebar di lingkungan,dengan cara memanfaatkannya melalui cara penggunaan kembali (reuse), daur ulang (recycle),perolehan kembali (recovery).Setelah upaya minimisasi limbah dilakukan dengan maksimal,kemudian limbah yang terbentuk selanjutnya diolah dengan memperhatikan baku mutu limbah yang berlaku.Setiap upaya pengolahan limbah umumnya akan menghasilkan sisa akhir, misalnya lumpur (sludge). Sisa akhir proses pengolahan limbah tersebut sebelum dibuang ke lingkungan, harus diolah terlebih dahulu (Panggabean, 2000). 1.2 Tujuan Makalah Adapun tujuan minimalisasi limbah adalah: 1. Mengetahui penyebab pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh proses produksi 2. Mengetahui minimalisasi limbah pada produksi bersih 3. Mengetahui salah satu cara minimalisasi limbah adalah ekoefisiensi dari dampak lingkungan dan ekonomi. 1.3 Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah dari makalah “Minimalisasi Limbah” adalah: 1. Pengertian produksi bersih dan teknik pelaksanaannya. 2. Analisa neraca massa pada proses industri dalam meminimalisasi limbah. 3. Hubungan ekoefisiensi dengan produksi bersih
  • 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Produksi Bersih Konsep Cleaner Production dicetuskan oleh United Nation Environmental Program (UNEP) pada bulan Mei 1989. UNEP menyatakan bahwa Cleaner Production merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi, produk dan jasa untuk meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Gambar 2.1 Teknik Produksi Bersih
  • 3. (Hidayat, 2012) 2.2 Teknik Pelaksanaan Produksi Bersih Ada beberapa teknik pelaksanaan produksi bersih adalah (Afmar, 1999): 1. Pengurangan pada Sumber Pengurangan pada sumber merupakan pengurangan atau eliminasi limbah pada sumbernya. Upaya ini meliputi: a. Perubahan produk Perancangan ulang produk,proses dan jasa yang dihasilkan sehingga akan terjadiperubahan produk, proses dan jasa. Perubahan ini dapat bersifatkomprehensif maupun radikal. Dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu: Ø Subsitusi produk Ø Konservasi produk Ø Perubahan komposisi produk b. Perubahan Material Input Perubahan material inputdilaksanakan untuk mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang masuk atau digunakan dalam proses produksi sehingga dapatmenghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi. c. Volume Buangan Diperkecil Ada dua macam cara yang dapat dilakukan, yaitu: Ø Pemisahan Pemisahan limbah dimaksudkan untuk memisahkan limbah yang bersifat racun dan berbahaya dengan limbah yang tidak beracun. Teknologi ini dipakai untuk mengurangi volume limbah dan menaikan jumlah limbah yang dapat diolah kembali. Ø Mengkonsentrasikan Mengkonsentrasikan limbah pada umumnya untuk menghilangkan sejumlah komponen. Dilakukan dengan pengolahan fisik,misalnya pengendapan atau penyaringan.Komponen yang terpisah dapat digunakan kembali. (Dwi dan Susanti, 1997) d. Perubahan Teknologi Perubahan teknologi mencakup modifikasi proses dan peralatan. Tujuannya untuk mengurangi limbah dan emisi.Perubahan teknologi dapatdilaksanakan mulai dari yang sederhana dalam waktu singkat danbiaya yang murah sampai perubahan yang memerlukan investasi tinggi. Pengeluaran biaya yang tinggi untukmemodifikasi peralatan akan diimbangi dengan adanya penghematan bahan, kecepatan produksi dan menurunnya biaya pengolahan limbah (Dwi dan Susanti, 1997). e. Penerapan Operasi yang Baik (good house keeping) Praktek operasi yang baik (good house keeping) adalah salah satu pilihanpengurangan pada sumber, mencakup tindakan prosedural, administratif atau institusional yang dapat digunakan diperusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah. Penerapan operasiini melibatkan unsur-unsur: Ø Pengawasan terhadap prosedur-prosedur operasi Ø Loss prevention Ø Praktek manajemen Ø Segregasi limbah Ø Perbaikan penanganan material Ø Penjadwalan produk Peningkatan good housekeeping umumnya dapat menurunkan jumlahlimbah antara 20 sampai 30% denganbiaya yang rendah. 2. Daur Ulang
  • 4. Daur ulang merupakan penggunaan kembali limbah dalam berbagai bentuk, di antaranya: a. Dikembalikan lagi ke proses semula b. Bahan baku pengganti untuk proses produksi lain c. Dipisahkan untuk diambil kembali bagian yang bermanfaat d. Diolah kembali sebagai produk samping Walaupun daur ulang limbah cenderungefektifdari segi biaya dibanding pengolahanlimbah,ada hal yang harus diperhatikanyaitu bahwa proses daur ulang limbah harusmempertimbangkan semua upayapengurangan limbah pada sumber telahdilakukan. 2.3 Analisa Neraca Massa pada proses Gambar 2 Neraca Massa dan Energy pada Proses (Foelkel, 2008). Analisa pada proses industri dapat dengan menganalisa neraca massa dan energi dan juga utilitas yang bertujuan untuk menemukan proses yang tidak efisien sehingga bisa diambil langkah yang dapat meminimalkan kerugian. Neraca massa yakni menerangkan jalannya bahan baku kedalam proses produksi. Neraca massa ini bisa dianalisa secara keseluruhan area proses namun bisa juga dianalisa dengan area yang lebih kecil yakni pada suatu alatproses (sistem).Neraca massa ini berprinsip pada hukum konservasi yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang memasuki sebuah proses atau sistem keluarannya harus memiliki nilai yang sama seperti awal. Bagaimanapun ada situasi dimana ada terjadi reaksi kimia yang menyebabkan terjadinya peubahan berat, bentuk fisik dan volume. Hal seperti ini juga harus dihitung. Makanya untuk neraca yang kompleks akan lebih baik jika menyertakan orang yang memiliki kemampuan teknik untuk menyelesaikan masalah neraca diatas. Neraca massa dan energi dengan prinsip produksi bersih dengan orientasi terhadap lingkungan maka perlu dilakukan observasi dari proses terhadap dampaknya pada lingkungan. Sejak adanya pembentukan sisa dan adanya kehilangan massa dari proses, maka neraca pantas untuk diidentifikasi dan menghitungnya Kemudian neraca massa dan energi memiliki tujuan sebagai berikut : Ø Untuk mengidentifikasi jalannya proses terhadap bahan baku didalam pabrik, yang memperhitu ngkan akumulasi, penyimpanan, perubahan dan kerugian ( losses) Ø Untuk mengidentifikasi sisa serta polusi yang muncul dalam proses Ø Untuk mengetahui perhitungan utama dari proses Ø Untuk menghitung kerugian serta emisi Ø Untuk mengeditifikasi proses yang tidak efisien Ø Untuk menentukan nilai dari kerugian dan limbah Ø Untuk memberikan cara peralakuan untuk meminimasi limbah dan ketidak efisienan Pengertian dibawah ini dibutuhkan untuk menerapkan neraca massa dan energi : Ø Bagian mana dari proses atau tahap yang ingin dimonitor?
  • 5. Ø Parameter apa yang ingin dihitung Ø Apa unit kontrolnya (system) Ø Aliran inlet dan outlet mana yang masuk dan keluar dari system Ø Yang mana yang diidentifikasi, penyimpanan sementara atau akhir Ø Berapa periode evaluasi Ø Tahap penting yang mana diidentifikasi serta kunci dari operasi (key operations) Ø Variabel apa yang ditemukan yang saling bersangkutan Kemudian laju alir dasar harus digambarkan, yang menerangkan aliran inlet dan outlet serta penyimpanan, akumulasi dan perubahan kimia ( chemical transformation).Untuk melakukan semua ini pengukuran yang dapat diandalkan atau data yang mungkin dibutuhkan,biasanya tidak tersedia di pabrik,seperti suhu,tekanan,laju alir, konsentrasi, ketetapan, level penyimpanan, dll. Jika memungkinkan lembar kerja excel harus dikembangkan untuk mengubah neraca ini menjadi alat optimasi untuk operator. Setelah neraca siap pada beberapa tahap - tahap terakhir adalah menginterpretasikan apa yang dihasilkan, dengan maksud agar memungkinkan u ntuk menghitung beberapa perhitungan efisiensi,yield dan kualitas dari operasi.Penentuan ini mungkin dihubungkan dengan biaya, yang memfasilitasi pembuat keputusan dalam kasus ini dimana investasi tentulah dibutuhkan (Foelkel, 2008). 2.4 Langkah-Langkah Produksi Bersih pada Bagian Proses Langkah dibawah ini berdasarkan dari teknik-teknik dari produksi bersih yakni house keepingdan substitusi bahan baku sekunder: Ø Perbanyak isolasi untuk pipa aliran steam dan alat proses yang menghasilkan panas agar tidak terjadi heat loss Ø Carilah cara agar panas yang ingin dibuang /dilepas dari suatu proses bisa dimanfaatkan untuk pemanfaatan proses lain (heatrecovery) sehingga dapatmenekan biaya bahan bakar untuk pemanasan. Misalnya panas dari reaksi eksoterm dalam sebuah reactor dimanfaatkan untuk memproduksi steam. Ø Gunakan juga energy alternative yang bisa dimanfaatkan untuk bisa di supply ke proses seperti pemanfaatan energy matahari, biogas dari limbah organic, dan briket dari limbah padat. Ø Gunakan bahan bakar yang memiliki efek rumah kaca yan terkecil (Victoria,2008) 2.5 Ekoefisiensi dan Produksi Bersih Menurut Kamus Lingkungan Hidup dari Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, ekoefisiensi didefinisikan sebagai suatu konsep efisiensi yang memasukkan aspek sumber daya alam dan energi atau suatu proses produksi yang meminimumkan penggunaan bahan baku,air dan energi serta dampak lingkungan per unit
  • 6. produk.Produksi bersih menurutUNEP (2003) merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu, sehingga perlu diterapkan secara terus menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan untuk mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Ekoefisiensi dan produksi bersih mempunyai konsep yang sama. Keduanya seperti dua sisi mata uang yaitu berbeda pola pandangnya, namun ditilik dari metoda outputnya hampir serupa. Perbedaan yang jelas diantara keduanya adalah ekoefisiensi bermula dari isu efisiensi ekonomi yang punya manfaat lingkungan positi f, sedangkan produksi bersih bermula dari isu-isu efisiensi lingkungan yang punya manfaat ekonomi positif. Tujuan ekoefisiensi adalah untuk mengurangi dampak lingkungan per unit yang diproduksi dan dikonsumsi. Dengan mengurangi sumber daya diperlukan bagi terbentuknya produk serta pelayanan yang lebih baik maka bisnis dapatmencapai keuntungan karena mempunyai daya saing. Produksi bersih bertujuan untuk mencegah dan meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan pencemar lingkungan di seluruh tahapan produ ksi. Upaya- upaya dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku,bahan penunjang dan energi di seluruh tahapan produksi.Penerapan produksi bersih dapat melindungi sumberdaya alam dan dimanfaatkan secara berkelanjutan. Ekoefisiensi menjamin keberlanjutan ketersediaan sumber daya alam (materi dan energi). Di dalam industri konsep ini dapatdiimplementasikan melalui penghematan (efisiensi) penggunaan bahan baku, energi dan air, minimalisasi kecelakaan kerja serta minimalisasi limbah. (Zaenuri, 2011). Ekoefisiensi dapat dicapai dengan cara penyediaan barang -barang dengan hargayang cukup kompetitif dan jasa yang memuaskan kebutuhan manusia,dan membawa hidup menjadi lebih berkualitas, sementara secara progresifmengurangi dampak ekologi dan intensitas sumberdaya di seluruh siklus hidup pada tingkatan dimana paling tidak sama dengan kapasitas daya dukung bumi (WBCSD,2000).World Business Council for Sustainable Development mengusulkan 7 fokus generik perbaikan sesuai ekoefisiensi (WBCSD, 2000) : 1. Mengurangi intensitas material 2. Mengurangi intensitas energi 3. Mengurangi penyebaran substansi beracun 4. Meningkatkan kemampu daur-ulangan 5. Memaksimalkan penggunaan bahan terbaharui 6. Meningkatkan masa hidup produk 7. Meningkatkan intensitas jasa 2.6 Prinsip Ekoefisiensi dan Produksi Bersih Produksi bersih (cleaner production) dan ekoefisiensi berhubungan erat. Produksi bersih dipandang sebagai suatu mekanisme memperbaiki keluaran lingkungan, yang mana juga berakibat pada manfaat finansial. Ekoefisiensi berfokus lebih dekatpada perbaikan keluaran bisnis, melalui penggunaan manajemen lingkungan yang diperbaiki dan efisiensi sumberdaya. Ekoefisiensi dan produksi bersih melibatkan upaya-upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan dan energi yang efisien di seluruh tahapan produksi akan mencegah dan meminimalkan terbentuknya limbah di seluruh tahapan produksi.Prinsip atau konsep ini akan melindungi sumberdaya alam dan dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih (ekoefisiensi) menurut Kementerian Lingkungan Hidup dituangkan dalam 5R (rethink, reuse,reduce, recovery, recycle). Prinsip ekoefisiensi ditekankan pada strategi utama yaitu upaya pencegahan dan pengurangan (elimination, reduce),tetapi apabila masih menimbulkan limbah,maka dilakukan strategi pengelolaan limbah yaitu pakai ulang (reuse), daur ulang (recycle) dan pungut ulang (recovery).
  • 7. 2.7 Perangkat Ekoefisiensi Terdapat 3 (tiga) perangkat eko-efisiensi menurut GTZ-Pro LH (2007), meliputi : 1. Good Housekeeping/GHK (Tata kelola yang apik) Pengelolaan internal yang baik (good housekeeping) berkaitan dengan sejumlah langkah praktis berdasarkan akal sehat yang dapat segera diambil oleh badan usaha dan atas inisiatif mereka sendiri untuk meningkatkan operasi mereka, dan menyempurnakan prosedur organisasional dan keselamatan tempat kerja dengan memperhatikan kebersihan, keapikan lingkungan kerja dan kinerja proses produksi. Dengan demikian ini merupakan sarana manajemen untuk pengelolaan biaya, pengelolaan lingkungan hidup dan perubahan organisasional.Bilamana kesemua bidang ini cukup dipertimbangkan,“tiga kemenangan” (ekonomi, lingkungan, organisasi) dapatdicapai dan keberhasilan proses perbaikan secara kontinyu dalam perus ahaan dapat terwujud (GTZ-P3U, 2000). Praktek good housekeeping mencakup tindakan prosedural,administratifatau institusional yang dapatdigunakan di perusahaan untuk meminimalisasi penggunaan bahan baku, energi, air dan meminimalisasi serta mendaur ulang limbah yang dapat mengurangi biaya dan ongkos produksi. Good housekeeping dapat dilaksanakan dengan cara memperhatikan tata cara penyimpanan, penanganan dan pengangkutan bahan yang baik, pencegahan kebocoran dan ceceran, dan sebagainya. Penerapan operasi ini meliputi kegiatan : pengawasan terhadap,prosedur- prosedur operasi,perbaikan penanganan material, segregasi limbah, penjadwalan produk, praktek manajemen dan pemeliharaan preventif. 2. Environment Oriented Cost Management/EoCM (Manajemen Biaya Berorientasi Lingkungan) Manajemen Biaya Berorientasi Lingkungan bertujuan untukmemberikan informasi dalam pengambilan keputusan untuk perbaikankinerja lingkungan, ekonomi dan organisasional. Perhitungan ekonomi dilakukan terhadap setiap langkah proses yang melibatkan materi,energi,tenaga kerja dan peralatan.Pada setiap langkah proses, biaya produksi dan besarnya keluaran bukan produk (KBP) dihitung dalam kurun waktu 1 tahun. Dari hasil perhitungan tersebut akan teridentifikasi langkah proses yang mempunyai nilai KBP dan menyebabkan dampak lingkungan yang tinggi. Pendekatan Manajemen Biaya Berorientasi Lingkungan secara garis besar dilakukan dalam enam tahap: a. Mengidentifikasi langkah proses yang mempunyai KBP dan dampaklingkungan yang dominan b. Menganalisa pengaruh terkait dengan biaya resiko dan bahaya dampaklingkungan c. Menganalisa sebab timbulnya KBP d. Mengembangkan upaya- upaya alternatif untuk meminimumkan KBP e. Melaksanakan rencana aksi yang dipilih f. Mengintegrasikannya dalam struktur di perusahaan. 3. Chemical Management/CM (Pengelolaan Bahan Kimia) Pengelolaan bahan kimia merupakan upaya perbaikan pengelolaanbahan kimia agar dapat diperoleh penghematan biaya, mengurangi dampak lingkungan, meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja, danmeningkatkan daya saing. Pendekatan pengelolaan bahan kimia dilakukan dengan dua tahap, yaitu : a. Mengenali daerah rawan (hot spot) Pada tahap ini dilakukan identifikasi kehilangan bahan kimia dan bahaya bahan kimia bagi karyawan dan lingkungan, untuk selanjutnya dilakukan penanganan terhadap permasalahan tersebut. Dalam Chemical Management,dikenal 4 (empat) prinsip dasar penanganan bahan kimia, yaitu: Eliminasi bahaya (dengan tidak menggunakan bahan kimia berbahaya atau dengan menggantinya dengan bahan yang bahayanya lebih rendah), Beri jarak/penghalang antara bahan kimia dengan pekerja,Sediakan ventilasi,Perlindungan pekerja dengan alat pelindung diri (APD).
  • 8. b. Inventarisasi bahan kimia Pada tahap ini, dilakukan identifikasi menyeluruh terhadap bahankimia yang disimpan dan digunakan serta membentuk informasi terstrukturuntuk mengidentifikasi dan melakukan upaya peningkatan secaraberkesinambungan. Kesuksesan penerapan eko-efisiensi pada perusahaansangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : 1) Pengambilan keputusan Pengambilan keputusan mutlak diperlukan dalam penerapan ekoefisiensi karena merupakan awal dari adanya perubahan.Pengambilan keputusan merupakan hak penuh dari pemilik perusahaan,dan jika diperlukan dibantu dengan konsultan.Keputusan yang diambil disesuaikan dengan besarnya skala prioritas suatu rencana aksi dan kemampuan finansial perusahaan. 2) Motivasi Motivasi untuk terus melaksanakan perbaikan perlu dimiliki oleh perusahaan dan didukung oleh seluruh karyawan. Sehingga penerapan eko-efisiensi tidak dirasakan sebagai beban, namun sebagai suatu kebutuhan. 3) Komitmen Perusahaan dan seluruh karyawan harus memiliki komitmen yang besar dalam mensukseskan suatu perubahan yang disepakati.Rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan membantu menumbuhkan komitmen dalam melakukan perbaikan. 4) Kebiasaan Perubahan-perubahan yang telah disepakati sebelumnya, perlu dijadikan suatu kebiasaan bagi karyawan. Pihak manajemen puncak perlu melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penerapan ekoefisiensi secara berkala untuk menjamin karyawan melakukan perubahan itu sebagai suatu kebiasaan 5) Hubungan top management dengan karyawan Kebersamaan antara pihak manajemen perusahaan dengan seluruh karyawan sangat diperlukan dalam menerapkan suatu perubahan.Rasa kebersamaan dan komunikasi yang intensifantara kedua belah pihak akan memudahkan dalam penyampaian masukan dan kritik terhadap perubahan,sehingga bisa diambil tindakan yang lebih tepat. Tentunya, hasil dari penerapan eko-efisiensi tidak hanya dinikmati oleh perusahaan,namun juga oleh karyawan dan masyarakat, baik dari segi finansial, lingkungan dan organisasional. 2.8 Non Product Output (NPO/KBP) Keluaran bukan produk (KBP) atau Non Product Output (NPO) didefinisikan sebagai seluruh materi, energi dan air yang digunakan dalam prosesproduksi namun tidak terkandung dalam produk akhir (GTZ-ProLH, 2007).Total biaya keluaran bukan produk merupakan penjumlahan biaya KBP dari input, Biaya KBP dari proses produksi dan biaya KBP dari output. Secara umum,total biaya KBP berkisar antara 10% - 30% dari total biaya produksi. 2. 1. 1. Bentuk keluaran bukan produk dapat diidentifikasi sebagai berikut : a. Bahan baku yang kurang berkualitas b. Barang jadi yang ditolak atau di luar spesifikasi produk yang ditentukan(semua tipe) c. Pemrosesan kembali (reprocessing) d. Limbah padat (beracun/ tidak beracun) e. Limbah cair (jumlah dari kontaminan, keseluruhan air yang tidak terkandung dalam produk final) f. Energi yang tidak terkandung dalam produk akhir (seperti uap, listrik, oli, diesel, dan lain- lain) g. Emisi (termasuk kebisingan dan bau) h. Kehilangan dalam penyimpanan i. Kerugian pada saat penanganan dan transportasi (internal maupun eksternal)
  • 9. j. Pengemasan barang k. Klaim pelanggan dan trade returns 2. Kerugian karena kurangnya perawatan Kerugian karena permasalahan kesehatan dan lingkungan. Dalam perhitungan Keluaran bukan produk (KBP) terdapat beberapa catatan yaitu: a. Lebih baik perkiraan secara kasar yang benar daripada dihitung teliti namun salah b. Memikirkan apa yang akan direduksi, bila KBP dikurangi c. Ada kemungkinan- kemungkinan berbeda dalam mengalokasikan biaya KBP d. Menghindari perhitungan ganda e. Tidak perlu berlebihan dalam memperkirakan penghematan. Dengan menganalisa masukan dan keluaran proses produksi secara terperinci, perusahaan mempunyai kesempatan untuk melihatlebih dekatterhadap proses produksi dan mengidentifikasi peluang lebih lanjut guna mengurangi biaya produksi dan meningkatkan produktivitas. Konsep keluaran bukan produk (KBP)dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Konsep Keluaran Bukan Produk (KBP) (Sumber : Eimer dalam Kementrian Negara Lingkungan Hidup, 2007) BAB III KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari penulisan makalah “Minimalisasi Limbah” adalah: 1. Menerapkan produksi bersih dalam pabrik industri kimia merupakan salah satu alternatif peminimalisasiaan limbah. 2. Ekoefisiensi dalam hubungannya dengan produksi bersih merupakan kombinasi yang mengkaji masalah ekonomi dan dampak lingkungan terhadap peminimalisasian limbah. 3. Teknik-teknik pelaksanaan produksi bersih adalah pengurangan pada sumber dan daur ulang. DAFTAR PUSTAKA Costantin, dkk. 2008. Cleaner Production Assessment Technical, Economic, Environmental and Financial Assessment of Generated Options. Pdf. Project Finance Through Life Dwi dan Susanti. 1997. Studi Penerapan Produksi Bersih (Studi Kasus Pada Perusahaan Pulp and Paper Serang). Jurnal Teknik Lingkungan. Universitas Diponegoro : Semarang Foelkel, Celso. 2008. Eco-Efficiency and Cleaner Production For The Eucalyptus Pulp and Paper Industry. Eucalyptus Online Book. Celsius Degree Press Hidayat, Nur. 2012. Produksi Bersih, Artikel. Universitas Brawijaya : Malang.
  • 10. Panggabean,SahatM. 2000. Minimisasi Limbah pada Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif. Buletin Limbah. Vol 3 No.1. Victoria. 2008. Hints and Tips For Improving Resource Efficiency In Your Business. Artikel. Epa Victoria Department. KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI PRODUKSI BERSIH DI INDONESIA UNTUK MENGURANGI PENCEMARAN LINGKUNGAN Latar belakang dan alasan perlunya implementasi Produksi Bersih Di Indonesia Indonesia merupakan negara berkembang dengan kegiatan ekonomi yang terus meningkat, hal ini bisa dilihat dari jumlah industri yang ada di Indonesia yang terus bertambah. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2001, jumlah perusahaan industri dari berbagai sub sektor mencapai 21.396, kemudian pada tahun 2009 diperkirakan meningkat menjadi 25.077 unit perusahaan. Dengan kemajuan industri tersebut, salah satu dampak yang dapat dirasakan saat ini adalah makin meningkatnya pencemaran akibat kegiatan industri. Namun demikian sumber pencemaran tidak hanya berasal dari sektor formal seperti industri, tetapi bisa juga dari sek tor non formal, yang justru dari sisi pengelolaannya lebih sulit karena tidak ada mekanisme pemantauan dan pengelolaan efektif untuk diterapkan, karena menyangkut pola hidup dari masyarakat, misalnya sub sektor rumah tangga, pertanian dan transportasi. UU No. 32 Tahun 2009 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selain itu juga dinyatakan bahwa pembangunan ekonomi nasional yang dilaksanakan harus menggunakan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, dengan memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup, serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan masa depan. Pembangunan yang berkelanjutan dapat dilakukan dengan mendorong implementasi dari semua tahapan kegiatan yang bertujuan meningkatkan efisiensi energi, air dan bahan baku, serta meminimalisasi limbah yang dihasilkan dan teremisikannya kontaminan ke media alam, dengan demikian produk ataupun jasa yang dihasilkan dapat menjaga kualitas lingkungan sebagaimana yang diperlukan masyarakat. Saat ini sumber daya alam di Indonesia makin berkurang karena pemanfaatan yang kurang bijak, oleh karena itu perlu dilakukan program penghematan sumber daya, baik sumber daya alam dan energi, terbarukan dan tidak terbarukan. Dalam suatu kegiatan industri dihasilkan limbah produksi yang berupa limbah cair, padat maupun limbah dalam bentuk uap atau gas yang teremisikan ke udara. Selain itu juga untuk menghasilkan output berupa produk diperlukan input yang berupa bahan baku, bahan pendorong maupun sumber daya. Sumber daya yang digunakan bisa berupa air, panas, atau listrik. Jumlah limbah yang dihasilkan juga tergantung dari jumlah produksi yang dihasilkan, misalnya untuk industri ikan dan makanan laut, limbah cair yang dihasilkan bisa mencapai 79 m3 sampai 500 m3 per hari, sedangkan untuk industri pengolahan crumb rubber, limbah air yang dihasilkan antara 100 – 200- m3 per hari. Limbah padat bisa berupa padatan, lumpur atau bubur yang berasal dari sisa pengolahan. Jenis limbah ini ada yang bisa didaur ulang dan ada yang tidak bisa dimanfaatkan lagi. Untuk limbah padat
  • 11. yang sudah tidak punya nilai ekonomi, harus dikelola dengan baik, dan tentunya memerlukan perlakuan khusus, misalnya ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian dibakar atau dibuang. Namun tidak semua limbah padat dapat diperlakukan seperti itu, karena ada limbah padat yang tidak mudah terbakar dan juga tidak mudah busuk. Selain itu ada juga limbah yang bersifat radioaktif. Di Indonesia, komposisi limbah berubah secara gradual sepanjang waktu. Pada tahun 2001, komposisi limbah padat berupa sampah 65%, rubbish 13% dan plastik 11%. Pada tahun 2007, sampah menurun hingga 50% dan bahan plastik meningkat 15%. Rata-rata harian produksi limbah padat di sepuluh kota besar di Indonesia pada tahun 2007 adalah Jakarta 28.196,7 m3, Surabaya 9.560 m, Bandung 7.500 m3, Medan 4.985 m3, Makassar 3.661,8m3, Palembang 5.100 m3, Semarang 4.500 m3, Tangerang 3.367 m3, Bekasi 2.790 m3, dan Depok 3.764 m3. Diperkirakan bahwa total produksi limbah padat di 170 kota dan kabupaten di Indonesia pada tahun 2007 mencapai angka 45.764.364,30 m3 per tahun atau setara dengan 11.441.091,08 ton per tahun. Potensi gas Metana (CH4) yang diproduksi dari total produksi limbah padat sebesar 517.366.138,15 Gg per tahun atau setara dengan 517.366,14 ton per tahun. Kurang lebih 41% limbah padat diangkut dan dibuat ke lokasi pembuangan akhir. Sekitar 36% limbah padat diperlakukan dengan pembakaran, sedangkan 8% ditimbun, dan 1% didaur ulang dan diperlakukan sebagai kompos, dan 14% dibuang dimana saja, seperti sungai, lahan terbuka, jalanan, dll. Berdasarkan data yang diperoleh program Adipura Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2007, hampir semua kota yang disurvey menggunakan metodeopen dumping untuk perlakuan akhir limbah padat (99,7%). Zat pencemar yang teremisikan ke udara bisa berupa partikel maupun gas. Gas-gas yang dapat menjadi pencemar antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon, asap pembakaram, asbes, semen, uap air dll. Pencemaran yang ditimbulkan tergantung jenis limbah, volume dan lamanya berada di udara. Jangkauannya juga luas karena faktor cuaca dan iklim juga turut berperan, dan akibatnya dapat terjadi deposisi asam. Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah jenis limbah yang harus mendapat perhatian ekstra dalam pengelolaannya. Kandungan kimia yang berbahaya yang terdapat didalam limbah tersebut berpotensi memberikan dampak merugikan bagi masyarakat, misalnya dapat menyebabkan kanker ataupun penyakit berbahaya lain. Di Indonesia, volume limbah berbahaya dan beracun pada tahun 2007 sebesar 3.023.585,37 ton, terutama mengandung fuel sludge, coal ashes, treatment sludge, steel slug, copper slag,oli bekas, waste water rags, sludge scale dan baterai bekas. Hanya sekitar 10% dari limbah yang sudah dikelola sebesar 31.910.935 ton pada tahun 2007. Jumlah 2.464.780.543 ton limbah sudah dikelola melalui program 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Namun, sejumlah besar limbah berbahaya dan beracun tidak dikelola dengan semestinya. Limbah tersebut dibuang ke badan sungai atau lahan terbuka (167.559.573.715 ton). Industri pertambangan adalah salah satu yang memberikan kontribusi sangat besar limbah berbahaya dan beracun di Indonesia. Pada tahun 2007, industri pertambangan menghasilkan limbah berbahaya dan beracun berupa fuel sludge dengan jumlah 329,13 ton, aki bekas 183,6 ton, material terkontaminasi minyak 914,02 ton, dan oli bekas 19.471.604,5 liter. Banyak limbah yang diproduksi oleh sektor pertambangan, energi, dan minyak yang berada di Jawa dan Sumatera. Transportasi, terutama di kota besar merupakan salah satu sub sektor yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pencemaran udara, karena kandungan gas yang diemisikan dari kendaraan baik pesawat udara, kapal laut, kereta api maupun kendaraan bermotor. Kontribusi gas buang kendaraan bermotor di kota besar mencapai 6-70%, sementara kontribusi gas buang dari cerobong asap industri
  • 12. hanya berkisar antara 10-15%. Selain menjadi sumber pencemar udara, sektor transportasi juga mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap sumber daya alam berupa bahan bakar fosil, bahan bakar inilah yang menjadi penyebab gas buang yang teremisi ke udara karena mengeluarkan senyawa seperti CO, TSP, NOx, SOx, dll. Salah satu strategi merealisasikan pembangunan berkelanjutan seperti yang disampaikan di atas adalah melalui pengembangan dan menerapkan prinsip-prinsip Produksi Bersih. Komitmen dan Kebijakan Nasional Terkait Dengan Penerapan Produksi Bersih Di Indonesia Untuk mewujudkan target pengurangan emisi limbah di Indonesia, Pemerintah Indonesia sudah mengeluarkan berbagai kebijakan dan peraturan yang mewajibkan setiap kegiatan usaha melakukan upaya pencegahan dan pengelolaan limbahnya, antara lain:  UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup  PP No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara  Permenlh No. 31 Tahun 2009 Tentang Pembinaan dan Pengawasan Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan, Ekolabel, Produksi Bersih, dan Teknologi Berwawasan Lingkungan di Daerah  Permenlh No. 35 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Halon  Permenlh No. 23 Tahun 2008 tentang Pedoman Teknis Pencegahan Pencemaran dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Pertambangan Emas Rakyat  Permenlh No. 2 Tahun 2008 Tentang Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun  Kepmenlh No.111 Tahun 2003 Tentang Pedoman Mengenai Syarat dan Tata Cara Perijinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah ke Air/Atau Sumber Air · Berbagai peraturan yang mengatur nilai ambang batas atau baku mutu pencemaran yang menjadi acuan bagi para pelaku usaha untuk mengelola limbah yang dihasilkannya. Produksi bersih merupakan salah satu upaya pencegahan terjadinya limbah yang dikembangkan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) mulai tahun 1993. Pada tahun 1995, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan Komitmen Nasional Penerapan Produksi Bersih, dan sampai saat ini penerapan produksi bersih sudah dilakukan di beberapa kegiatan, seperti tekstil, penyamakan kulit, kelapa sawit,electroplating, karet, tapioka, gula, perhotelan dan perkotaan. Dalam upaya meningkatkan penerapan Produksi Bersih di tingkat nasional, Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang tertuang dalam rencana jangka menengah dan jangka panjang, sebagai berikut: 1. Melibatkan dan mengikutsertakan seluruh pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan Produksi Bersih untuk mengharmonisasikan setiap persepsi dan pendekatan pelaksanaan produksi bersih dengan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama ini. Harmonisasi ini harus mendorong perubahan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan dimana pelaksanaannya harus secara terus menerus sesuai dengan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi. 2. Meningkatkan pemahaman konsep Produksi Bersih agar dapat diimplementasikan oleh seluruh pihak yang berkepentingan baik secara individu, kelompok maupun institusi sehingga dapat merancang suatu mekanisme kontrol peraturan yang saling menguntungkan (win-win solution). 3. Pemerintah menyediakan dukungan sarana dan prasarana baik fisik (pilot project, tenaga ahli, informasi, dll) maupun nonfisik (peraturan, kebijakan, dll) untuk
  • 13. mengimplementasikan dan mengembangkan Produksi Bersih untuk mencapai konsensus nasional dalam mecari solusi terbaik bagi penaatan dan penangan masalah-masalah lingkungan hidup. 4. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia dan Peranserta masyarakat di tingkat sektoral dan daerah. 5. Melaksanakan Program Produksi Bersih secara holistik, komprehensif, terintegrasi dan berkesinambungan dalam upaya pengelolaan lingkungan sehingga berjalan sinergis dengan aspek ekonomi dan sosial. 6. Mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk menghasilkan dan menggunakan produk-produk dan jasa-jasa yang ramah lingkungan (green producers and consumers). Untuk mendorong penerapan produksi bersih dalam upaya mewujudukan pembangunan yang berkelanjutan, ada beberapa strategi yang dilaksanakan, yaitu : 1. Mensosialisasikan dan mempromosikan konsep Produksi Bersih kepada stakeholders; 2. Menerapkan analisis daur hidup produk pada semua sektor; 3. Memfasilitasi kemitraan dalam penerapan produksi bersih diantara stakeholders; 4. Meningkatkan kerjasama dengan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan produksi bersih 5. baik di forum nasional maupun internasional; 6. Meningkatkan pertukaran informasi dan mengembangkan jejaring kerja dengan seluruh stakeholders; 7. Menyelenggarakan pelatihan, seminar, lokakarya yang berhubungan dengan Produksi Bersih; 8. Mengkaji, mengembangkan dan menerapkan Produksi Bersih secara terus menerus melalui koordinasi, komunikasi, benchmarking, edukasi dan diseminasi informasi pada seluruh aktivitas di semua sektor serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; 9. Menciptakan program bersama yang melibatkan seluruh stakeholders dalam rangka penerapan Produksi Bersih. Untuk mendorong implementasi dari produksi bersih di semua sektor kegiatan, Kementerian Lingkungan Hidup sudah membentuk Pusat Produksi Bersih Nasional (PPBN), dengan fungsi sebagai berikut : 1. Menampung semua informasi mengenai Produksi Bersih, dari sisi kebijakan, pelaksanaan, status kemajuan, penerapan PB di industri, yang bertujuan untuk transfer teknologi bersih Menjadi akses bagi para industri yang ingin mengaplikasikan PB dan pihak- pihak lain yang akan melakukan kajian PB 2. Menjadi media untuk tukar informasi dan dialog kebijakan penerapan PB 3. Mendorong dan memotivasi seluruh sektor industri untuk mengaplikasikan PB sehingga dapat menjadi wadah untuk menyamakan persepsi antara pemerintah, industri, akademisi, Ornop, dll dalam melakukan pengelolaan lingkungan 4. Menjadi salah satu wadah pemberian insentif bagi industri-industri yang telah menerapkan PB dan benchmarking 5. Menjadi sarana untuk pelatihan 6. Menjadi katalisator pertumbuhan lembaga-lembaga jasa PB Adanya PPBN diharapkan tercipta suatu sistem kerja untuk mekanisme PB antar unit/sektor yang terkoordinasi, terintegrasi dan sinergis. Secara sektoral, kebijakan pencegahan pencemaran melalui produksi bersih juga telah dikembangkan, yaitu : 1. Kementerian Lingkungan Hidup  Penyusunan Pedoman Teknis Penerapan Produksi Bersih untuk industri tekstil, kulit, kelapa sawit, electroplating, karet, tapioka, gula, hotel dan perkotaan  Penyusunan Pedoman Teknis Penerapan Produksi Bersih melalui Chemical Management dan Good House Keeping
  • 14.  Implementasi Produksi Bersih melalui pilot project pada industri tekstil, kelapa sawit, kulit dan lingkungan industri kecil  Implementasi Produksi Bersih melalui konsultasi dan bimbingan teknis pada kurang lebih 500 industri, antara lain: automotive, agrobisnis, electroplating, tekstil, kulit, karet, CPO, gula, dll.  Pelatihan Produksi Bersih, Good House Keeping, Chemical Management, Life Cycle Analysis 2. Departemen Pertanian  Mengembangkan penggunaan pupuk organik pada on-farm dan off-farm  Mengurangi pemakaian pupuk kimia dan pestisida  Mencanangkan "Go Organic 2010" 3. Departemen Perhubungan  Mendorong penggunaan bensin tanpa timbal  Meningkatkan pengujian tipe maupun berkala kendaraan bermotor  Mendorong penggunaan bahan bakar alternatif untuk kendaraan bermotor seperti: BBG, elpiji dan biodesel  Mengadopsi standar Eropa untuk pengujian emisi secara bertahap  Mengajukan usulan pengurangan bea masuk atau pajak bagi kendaraan yang ramah lingkungan  Menerapkan penggunaan angkutan massal 4. Departemen Energi Sumber Daya Mineral  Mempersyaratkan penerapan Produksi Bersih pada setiap kontrak karya di bidang pertambangan  Mempromosikan pengembangan pertambangan ramah lingkungan  Meminimisasi kerusakan bentang alam dan pemulihan perubahan bentang alam agar lebih bermanfaat 5. Departemen Perindustrian dan Perdagangan  Mengharmonisasikan Produksi Bersih pada peraturan dibidang perindustrian dan perdagangan  Mengupayakan substitusi pemakaian bahan kimia yang bersifat berbahaya dan beracun  Pemberian insentif berupa penghargaan bagi industri-industri yang telah menerapkan Produksi Bersih  Mengembangkan proses produksi ramah lingkungan 6. Kementerian Pariwisata  Meningkatkan effisiensi pada fasilitas-fasilitas wisata  Mengembangkan konsep wisata-lingkungan (eco-tourism)  Meningkatkan penghematan pemakaian air, bahan-bahan pembersih, listrik dan utilitas lainnya pada fasilitas-fasilitas wisata Insentif dan Kendala Dalam Implementasi Pencegahan Pencemaran Melalui Produksi Bersih Insentif merupakan salah satu perangkat untuk mendorong keberhasilan suatu program. Kementerian Lingkungan Hidup telah mengembangkan instrumen ekonomi yang bertujuan menurunkan tingkat pencemaran/kerusakan melalui insentif (disinsentif) ekonomi kepada pelaku pencemaran/kerusakan. Instrumen ekonomi yang dapat menjadi insentif bagi pelaku usaha yang akan menerapkan produksi bersih dalam kegiatan usahanya adalah : a) Pinjaman Lunak Lingkungan  Pollution Abatement Equipment - Japan Bank International Cooperation (PAE-JBIC)  Industrial Efficiency and Pollution Control-Kreditanstalt fur Wiederaufbau (IEPC-KfW) Tahap I  Industrial Efficiency and Pollution Control-Kreditanstalt fur Wiederaufbau (IEPC-KfW) Tahap II  Pembiayaan investasi lingkungan bagi UMK (Skema DNS)
  • 15. b) Program Perlindungan Lapisan Ozon melalui bantuan hibah berupa alih teknologi peralatan yang masih menggunakan bahan perusak ozon (BPO) menjadi non BPO, dan juga bantuan hibah peralatan daur ulang CFC c) Pembebasan Bea Impor, terutama untuk peralatan yang digunakan untuk mencegah atau mengurangi pencemaran d) CDM (Mekanisme Pembangunan Bersih), dimana upaya perusahaan atau industri di negara berkembang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui implementasi teknologi bersih GRK yang dihargai dalam bentuk sertifikat yang dapat dijual untuk mendapatkan pendanaan dari negara maju. e) Global Environmental Financing (GEF), merupakan skema pendanaan untuk pengelolaan lingkungan, termasuk pencegahan dan penurunan pencemaran/kerusakan lingkungan f) Subsidi Kompos, yang diberikan untuk upaya mengurangi limbah organik yang diolah menjadi kompos. Salah satu program yang sudah dilakukan adalah Western Java Environment Management Project (WJEMP)) g) Dana Alokasi Khusus, diberikan kepada pemerintah daerah untuk tujuan kegiatan tertentu, salah satunya untuk pengelolaan lingkungan di wilayahnya h) Peluang pengurangan pajak penghasilan atas biaya pengolahan limbah Contoh pemberian insentif ekonomi untuk pencegahan pencemaran melalui produksi bersih :  Pinjaman lunak untuk alih teknologi/peralatan pada industri jamu, industri rumahan pembuatan bumbu, alat daur ulang kertas, mesin bordir, dll  Pinjaman lunak untuk peralatan daur ulang tanaman enceng gondok, alat daur ulang plastik, alat daur ulang metal, alat daur ulang batok kelapa, alat daur ulang parafin, mesin daur ulang ban bekas, mesin pengering padi berbahan bakar sekam  Pinjaman lunak untuk pembangunan IPAL, kolam aerasi, insinerator, dust collector, mesin pengolah sampah  Pinjaman lunak untuk penggantian unit kompresor, unit pendingin udara dan air, serta unit penghantar panas, yang menggantikan penggunaan pendingin yang merusak ozon dengan bahan pendingin non BPO  Pinjaman lunak pemanfaatan kotoran sapi dengan membangun reaktor biogas  Bantuan hibah mesin produksi non BPO untuk industri foam dan manufaktur peralatan pendingin  Bantuan hibah daur ulang pendingin CFC untuk bengkel servis peralatan pendingin Namun demikian, upaya penerapan produksi bersih masih menghadapi beberapa kendala, antara lain: 1. Pengertian Produksi Bersih yang belum sepenuhnya dipahami dengan baik sehingga terkesan kurang menarik karena keuntungan dan kesempatan potensial perbaikan belum diidentifikasi; 2. Piranti dan insentif keuangan terhadap penerapan Produksi Bersih belum tersebarluaskan; 3. Kurangnya kebijakan yang mendukung penerapan Produksi Bersih dan pemberian penghargaan bagi perusahaan maupun lembaga yang telah berhasil melaksanakannya; 4. Ketersediaan dan kemudahan untuk mendapatkan informasi teknologi Produksi Bersih (best practice and best available technology) relatif masih terbatas; 5. Terbatasnya kapasitas dan pengetahuan tentang Produksi Bersih pada sektor industri, asosiasi, aparat pemerintah, lembaga jasa/konsultan; 6. Penerapan dan pengembangan Produksi Bersih yang terfokus hanya pada sektor manufaktur; 7. Belum adanya pengakuan dan penghargaan bagi kegiatan-kegiatan yang telah menerapkan Produksi Bersih. Keuntungan Dari Pencegahan Polusi Dibandingkan Dengan Pengaturan Polusi
  • 16. Dengan menerapkan produksi bersih, limbah yang dihasilkan akan diubah tidak hanya bentuknya saja tetapi juga kandungan yang ada didalamnya, karena dapat melalui proses daur ulang, recovery, pemurnian kembali. Dengan pencegahan terjadinya limbah di tiap tahapan produksi akan mengurangi biaya investasi untuk pengolahan dan pembuangan limbah, dengan demikian mengurangi biaya perusahaan dan juga dapat berpengaruh terhadap harga jual produk yang bisa dikurangi karena berkurangnya biaya pengolahan limbah. Dari penerapan produksi bersih di Indonesia yang sudah dilakukan di beberapa jenis industri, contoh hasil yang diperoleh adalah : a) Mengurangi biaya pengolahan limbah b) Mengurangi limbah padat. Dari 19 industri yang sudah menerapkan PB dapat mengurangi limbah padat sebanyak 10.109 ton/bulan. Industri furniture yang sudah menerapkan PB dapat mengurangi limbah padatnya sebanyak 1.050 m3/bulan c) Mengurangi beban limbah · Dari upaya implementasi PB di 17 industri skala UKM diperoleh pengurangan beban BOD sebanyak 1.838 ton/bulan. Sedangkan beban COD berkurang sebanyak 4.158,5 ton/bulan d) Meningkatkan pendapatan perusahaan melalui penghematan, misalnya: No. Nama Alat Sebelum Sesudah Keuntungan Rp/blnBhn Limbah Nilai Finansial (Rp) Bhn Limbah Nilai Finansial (Rp) 1 Coating Machine Hasil Produksi : 400.000 m/bl 20% x 400.000 = 80.000 mt =12.800 Kg BS:Rp14.000/kg =Rp179.200.000 - 12.800 Kg = 24.600 piece. Hasil Coating : US$ 1.5/pcs = US$ 36.900 = 405.900.000 226.700.000 2 Shuttle Embroidery 159.96 Kg/bln Rp 1000/Kg 15.96 x Rp1.000 = Rp 159.960 - 159.96 x $ 7 = $ 1.119,72 = 12.316.920 12.156.960 3 Cassaty Machine Ada 2 mesin bordeir menganggur - 2 Mesin bordir dapat bekerja = 2mc x12 pcs x 15yrd x $2.2 =$792 x 30 hari =$23.760 =261.360.000 261.360.00 4 Biogas Reactor 46.880 kg kotoran ternak per hari - - 663 unit reactor memproduksi 1.629 m3 biogas per hari setara dengan 650 liter minyak tanah per hari 650 liter mitan x 30 hari x Rp 9.000,- per liter = Rp. 175.500.000,- 663 unit reaktor membuang ampas yang dapat menjadi bahan pupuk organik sebanyak 46.880 kg kotoran x 30 hari x Rp 25,- = 35.160.000,-
  • 17. 46.880 kg per hari Program Teknologi dan Teknik Pencegahan Yang Diterapkan Dalam kebijakan nasional Produksi Bersih yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup tahun 2003, teknik pencegahan pencemaran yang diterapkan dalam PB mencakup 5R (Re-think, Re- use, Reduction, Recovery dan Recycle), sebagai berikut: 1. Re-think (berpikir kembali), konsep pemikiran yang harus dimiliki oleh tiap pelaku usaha pada saat awal operasional kegiatan, dengan implikasi :  Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi yang terjadi pada saat proses maupun terkait dengan produk yang dihasilkan, harus dipahami benar tentang analisis daur hidup produk yang dihasilkannya  Upaya produksi bersih harus diikuti dengan perubahan pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait pemerintah, masyarakat maupun pelaku usaha 2. Reduce (Pengurangan), merupakan upaya untuk mengurangi jenis dan volume limbah yang timbul dari suatu kegiatan usaha. Berbagai cara untuk mereduksi timbulnya limbah antara lain:  Tata laksana rumah tangga yang baik (good housekeeping), merupakan usaha yang dilakukan oleh suatu kegiatan usaha untuk menjaga kebersihan lingkungannya dan mencegah terjadi ceceran, tumpahan atau kebocoran bahan serta melakukan penanganan limbah yang timbul sebaik mungkin.  Segregasi aliran limbah, memisahkan berbagai jenis aliran limbah sesuai dengan jenis komponennya, konsentrasi dan kondisinya, sehingga dapat memudahkan dalam mengurangi volume limbah yang dihasilkan, dengan demikian dapat mengurangi biaya pengolahan limbah. Limbah yang encer lebih mudah dimurnikan karena mengandung kontaminan yang lebih sedikit, sedangkan limbah dengan konsentrasi yang pekat lebih mudah untuk didaur ulang atau direcovery karena konsentrasi aliran tersebut besar.  Preventive maintenance, melakukan pemeliharaan/penggantian sesuai waktu yang dijadwalkan. Dengan jadwal pemeliharaan yang ketat akan mengurangi kemungkinan kerusakan yang cukup parah yang akhirnya akan mengurangi biaya pemeliharaan dan mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan  Pengelolaan bahan, merupakan suatu upaya untuk menjaga agar persediaan bahan selalu cukup untuk menjamin kelancaran produksi tetapi juga tidak berlebihan jumlahnya sehingga mengurangi penyimpanan yang berpotensi pada kerusakan bahan akibat bahan yang disimpan tidak terpakai sehingga habis masa pakainya. Penyimpanan yang dilakukan juga harus dalam keadaan rapi dan terkontrol.  Pengaturan kondisi proses dan operasi yang baik, pelaksanaan proses produksi yang dilakukan dalam kondisi optimum dan pengoperasian alat sesuai dengan manual operasional peralatan, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi kehilangan bahan akibat kebocoran dan tumpahan.  Modifikasi proses dan/atau alat, melakukan modifikasi peralatan produksi sehingga lebih efisien, dan limbah yang dihasilkan akan semakin berkurang  Modifikasi/substitusi bahan, mengganti bahan yang digunakan dengan bahan lain yang mempunyai potensi merusak lingkungan lebih kecil dibanding bahan sebelumnya. Penggantian bahan juga dapat mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan.  Pengubahan produk, melakukan perubahan jenis atau desain produk dengan fungsi yang sama, dengan tujuan mengurangi bahan yang digunakan dapat membantu mengurangi jumlah limbah yang keluar dari proses produksi, maupun pada saat pemakaian produk oleh konsumen.  Penggunaan teknologi bersih, memilih jenis teknologi yang dianggap bersih atau teknologi yang memberikan peluang pengurangan jenis dan volume limbah dengan efisiensi yang cukup tinggi.
  • 18. 3. Re-use (penggunaan kembali), merupakan suatu upaya pengurangan limbah melalui penggunaan kembali suatu jenis limbah tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi 4. Recycle (daur ulang), memanfaatkan limbah dengan memproses kembali limbah tersebut kedalam proses semula dengan perlakuan fisika, kimia dan biologi 5. Recovery (pengambilan ulang), mengambil kembali bahan atau kandungan bahan yang masih mempunyai nilai ekonomi, dan menggunakannya kembali ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika, kimia dan biologi Perangkat dan program yang dikembangkan Pemerintah Indonesia untuk penerapan produksi bersih di Indonesia adalah :  Eko-Efisiensi yang menggabungkan metode Good Housekeeping (Tata Kelola yang Apik), Chemical Management (Pengelolaan Bahan Kimia) dan Environmental Oriented Cost Management (Manajemen Biaya berorientasi Lingkungan). Penerapan eko-Efisiensi ini dapat meningkatkan produktivitas, penghematan biaya, mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan prosedur organisasi serta keselamatan kerja  Penerapan Sistem Manajemen Lingkungan (SML), namun sistem ini masih bersifat sukarela dan tergantung pada komitmen manajemen puncak perusahaan dalam pengelolaan lingkungannya.  Environment – Oriented Cost Management (EoCM) atau Manajemen Lingkungan Berbasis Keuntungan (MeLOK) yang bertujuan meningkatkan kemampuan industri untuk mengurangi biaya produksi melalui pengurangan biaya bahan baku dan energi dalam produksi, mengurangi dampak lingkungan yang merugikan, dan meningkatkan efisiensi organisasi secara keseluruhan. Contoh perusahaan yang sudah menerapkan MeLOK adalahPT. Indonesia Power UBP Suralaya; PT. International Chemical Industry / Intercallin (Baterei ABC); PT. Indonesia Power UBP Priok; PT. Bando Indonesia (Group Gajah Tunggal) dan PT. Tri Darma Wisesa / TDW (automotive spare part )  Monetary Environmental Project Investment Appraisal (MEPIA) bertujuan menghitung efek netto dari biaya dan keuntungan dari berbagai opsi investasi yang tersedia, termasuk kuantifikasi keuntungan lingkungan yang diperoleh dan penghematan biaya yang diperoleh. Adanya indikator finansial jangka panjang dapat membantu perusahaan untuk mempertimbangkan dampak finansial di masa datang yang terimbas dari dampak lingkungan  Green Procurement atau Green Purchasing, untuk meminimalkan risiko lingkungan dari suatu produk atau bahan yang digunakan dalam suatu kegiatan industri. Disini berlaku pembagian tanggung jawab dan kesadaran dari pemasok dan pembeli untuk meminimalkan risiko lingkungan dalam produk demi kesinambungan usaha.  Pedoman Good Housekeeping untuk beberapa sektor, yang terkait dengan peningkatan efisiensi operasional secara keseluruhan, mulai dari pengelolaan biaya, pengelolaan lingkungan hidup dan perubahan organisasional