Pasien wanita berusia 27 tahun datang dengan keluhan infertilitas primer selama 3 tahun. Pemeriksaan menemukan uterus dengan septum longitudinal komplit dan septum vagina parsial. Histeroskopi dan laparoskopi menunjukkan adanya dua kavum uteri yang dipisahkan oleh septum tebal serta tuba kiri non patent. Diagnosa adalah uterus dengan septa longitudinal komplit dan bikolis serta septum vagina parsial yang menyebabkan infertilitas primer.
1. Ny. 27 tahun datang dengan keluhan ingin mempunyai anak. Pasien memiliki
siklus haid teratur. Pasien sudah menikah 3 tahun dengan aktivitas seksual rutin
tanpa kontrasepsi. Pasien sudah pernah dilakukan HSG dan hasil tuba kiri non
patent dan suami sudah dilakukan analisa sperma dengan hasil
oligoasthenozoospermia.
Pada pemeriksaan ginekologi didapatkan 2 buah portio, tampak septum vagina
longitudinal proksimal dengan panjang sekitar 2 cm, tebal 5 mm, pada
pemeriksaan dalam didapatkan dua buah portio, portio kanan teraba dengan
OUE tertutup, dan portio kiri teraba (kesan lebih kecil dibandingkan portio
kanan) dengan OUE tertutup.
Pada pemeriksaan USG transvaginal didapatkan uterus dengan dua buah kavum
uteri yang dipisahkan oleh septum longitudinal komplit.
Pada pasien ini dilakukan histeroskopi diagnostik dan laparoskopi. Pada
histeroskopi didapatkan dua buah kavum dengan septum uterus tebal, dengan
kedua ostium tuba normal, kesan kavum uteri kanan normal, namun kavum uteri
kiri kesan lebih kecil. Pada lapang pandang laparoskopi didapatkan bentuk
uterus normal, dengan fundus normal. Kemudian dilakukan kromotubasi tuba
kiri dengan hasil paten
Pada inspekulo Tampak dua buah portio dengan septum vagina longitudinal pada
proksimal (tanda Panah)
Pada USG didapatkan 2 buah kavum uteri dipisahkan oleh septum
longitudinal komplit hingga mencapai serviks
UTERUS DENGAN SEPTA LONGITUDINAL KOMPLIT, BIKOLIS DAN SEPTUM
VAGINA PARSIAL DENGAN INFERTILITAS PRIMER 3 TAHUN
Mediana S. Liedapraja, Agus Surur As’adi
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Fatmawati
1.Simon C, et al. Mullerian defects in women with normal reproductive outcome. Fertility and sterility 1991; 56(6): 1192-3.
2.Chan YY, et al.The prevalence of congenital uterine anomalies in unselected and high-risk populations: a systematic
review. Hum Reprod Update 2011; 17(6): 761-71.
3.Galamb A, et al[Uterine anomalies in women with recurrent pregnancy loss]. Orv Hetil 2015; 156(27): 1081-4.
4.Chandler TM, et al. Mullerian duct anomalies: from diagnosis to intervention. Br J Radiol 2009; 82(984): 1034-42.
5.Heinonen PK. Complete septate uterus with longitudinal vaginal septum. Fertility and sterility 2006; 85(3): 700-5.
6.Pavone ME, et al. Septate uterus with cervical duplication and a longitudinal vaginal septum: a mullerian anomaly
without a classification. Fertility and sterility 2006; 85(2): 494.e9-10
DISKUSI
REFERENSI
Insiden anomali kongenital uterus terkadang tidak terdiagnosa dan tanpa gejala
Insiden anomali kongenital uterus yaitu 3.2%. Tipe tersering yaitu uterus
septa ( 90%), uterus bikornu ( 5%), dan uterus didelphis ( 5%)
Akibat dari defek mullerian, antara lain kegagalan formasi dari 1 duktus
mullerian, migrasi duktus, fusi atau absorpsi septum.
Pemeriksaan USG atau HSG dapat digunakan untuk skrining awal
MRI atau USG 3 dimensi merupakan pemeriksaan noninvasive yang baik
untuk diagnosa anomali uterus
Defek absorpsi jaringan antara duktus mullerian menyebabkan septum uterus
Malformasi yang jarang à merupakan varian à tanpa gejala /
tidak terdiagnosa
Diagnosa dengan pencitraan atau diagnostik à USG, MRI,
Histeroskopi dan laparoskopi, Menentukan jenis anomali
uterus, septum à menentukan rencana
Pilihan tatalaksana: bervariasi tiap individu à reseksi septum
melalui histeroskopi à Laparoskopi / Laparotomi metroplasty
Pada pasien ini, direncanakan untuk konsul andrologi
memperbaiki sperma suami, rencana inseminasi dan saran
cerlage bila hamil, belum disarankan untuk reseksi septum.
PRESENTASI KASUS
Dilakukan histeroskopi diagnostik dan laparoskopi.
Pada histeroskopi didapatkan dua buah kavum
dengan septum uterus tebal, dengan kedua ostium
tuba normal, kesan kavum uteri kanan normal,
namun kavum uteri kiri kesan lebih kecil.
Pada lapang pandang laparoskopi didapatkan
bentuk uterus normal, dengan fundus normal.
Kemudian dilakukan kromotubasi tuba kiri dengan
hasil paten
Pada lapang laparoskopi didapatkan bentuk uterus normal dan fundus normal.
PENDAHULUAN PENUNJANG