SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
REFRESHING
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik di Bidang
Venereologi dan Differensial Diagnosis Duh
Tubuh, Ulkus Genitalia dan Tumor Genitalia
Dokter Pembimbing :
dr. Afaf Agil Almunawar, SpKK
Oleh :
Hasniar
2013730045
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA
RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH
PERIODE 27 NOVEMBER – 30 DESEMBER 2017
1
PENDAHULUAN
Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genito-genital
saja, tetapi juga secara orogenital,atau ano-genital, sehingga kelainan yang timbul
akibat penyakit kelamin ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi dapat
juga pada daerah-daerah ekstra genital.1
Cara penularan IMS melalui alat-alat yang
tercemar seperti: handuk, termometer, jarum suntik, atau melalui cairan tubuh (darah,
cairan vagina, sperma, saliva), dan penularan dari ibu hamil kepada janin yang
dikandungnya atau pada saat inpartu (proses kelahiran).2
Dengan semakin berkembangnya sarana dan teknik labortorium serta
ditemukan berbagai penyakit lain yang dapat timbul akibat hubungan seksual, seperti
jenis penyakit epidemi contohnya herpes genitalis dan hepatitis B, istilah V.D
(Veneral Disease) yang terdiri dari sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma
venereum, dan granuloma inguinale makin lama makin ditinggalkan dan
diperkenalkan istilah Sexually Transmitted Infection (S.T.I) atau IMS (Infeksi
Menular Seksual ).1
Selama dekade terakhir ini insidens I.M.S cukup cepat meningkat diberbagai
dunia, anggka-angka yang dilaporkan tidak menggambarkan angka yang
sesungguhnya. Hal tersebut antara lain disebabkan karena belum ada undang-undang
yang mengharuskan pelaporan kasus dan juga sistem pelaporan yang belum seragam.3
Kemampuan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik bisa menyingkirkan
diagnosis banding yang kemudian menegakkan diagnosis. untuk menentukan
diagnosis dan terapi dalam menghadapi pasien dengan penyakit kulit, sebaiknya
dilakukan pendekatan komunikasi yang efektif dan pengamatan penyakit kulit
khususnya morfologi, guna memperoleh gambaran yang khas untuk menegakan
diagnosis dan diagnosis banding.
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANAMNESIS
Untuk mendapatkan informasi yang penting, terutama pada waktu
menanyakan riwayat seksual, perlu hati-hati dan dengan cara tertentu. Hal
yang harus dijaga ialah kerahasian. Pertanyaan diajukan dalam bahasa yang
mudah dimengerti oleh pasien. 3
Sikap saat melakukan anamnesis pada pasien IMS perlu diperhatikan, yaitu :
• Sikap sopan dan menghargai pasien yang tengah dihadapi
• Menciptakan suasana yang menjamin privasi dan kerahasian, sehingga
sebaiknya dilakukan dalam ruang tertutup dan tidak terganggu oleh keluar
masuk petugas
• Dengan penuh perhatian mendengarkan dan menyimak perkataan pasien,
jangan sambil menulis saat pasien berbicara dan jangan memutuskan
pembicaraan
• Gunakan keterampilan verbal anda dengan memulai rangkaian anamnesis
menggunakan pertanyaan terbuka, dan mengakhiri dengan pertanyaan
tertutup. Pertanyaan terbuka memungkinkan pasien untuk memberikan
gambaran lebih jelas, sedangkan pertanyaan tertutup adaalah salah satu
bentuk pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat, sering dengan
perkataan “ya” atau “tidak”, yang biasanya digunakan untuk lebih
memastikan hal yang dianggap belum jelas.
• Gunakan keterampilan verbal secara lebih mendalam, misalnya dengan
memfasilitasi, mengarahkan, memeriksa, dan menyimpulkan, sambil
menunjukkan empati, meyakinkan dan kemitraan.4
Peningkatan insiden IMS tidak terlapas dari kaitannya dengan perilaku risiko
tinggi. Untuk menggali faktor risiko perlu ditanyakan beberapa hal tersebut
dibawah ini. Berdasarkan penelitian faktor risiko oleh WHO (World Health
3
Organization) di beberapa negara pasien akan dianggap berperilaku berisiko tingi
bila terdapat jawaban “ya” untuk satu atau lebih pertanyaan di bawah ini :3,4
• Pasangan seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir
• Berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan terakhir
• Mengalami 1/ lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir
• Perilaku pasangan seksual berisiko tinggi
Informasi yang perlu ditanyakan kepada pasien4
a) Keluhan utama
b) Keluhan tambahan
c) Riwayat perjalanan penyakit
d) Siapa menjadi pasangan seksual tersangka (wanita/pria penjaja seks, teman,
pacar, suami/isteri)
e) Kapan kontak seksual tersangka dilakukan
f) Jenis kelamin pasangan seksual
g) Cara melakukan hubungan seksual (genito-genital, orogenital, anogenital)
h) Penggunaan kondom (tidak pernah, jarang, sering, selalu)
i) Riwayat dan pemberi pengobatan sebelumnya (dokter/bukan dokter/sendiri)
j) Hubungan keluhan dengan keadaan lainnya-menjelang/sesudah haid;
kelelahan fisik/psikis; penyakit : diabetes, tumor, keganasan, lain-lain;
penggunaan obat : antibiotika, kortikosteroid, kontrasepsi; pemakaian alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR); rangsangan seksual; kehamilan; kontak
seksual.
k) Riwayat IMS sebelumnya dan pengobatannya
l) Hari terakhir haid
m) Nyeri perut bagian bawah
n) Cara kontrasepsi yang digunakan dan mulai kapan
B. PEMERIKSAAN FISIK
4
Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dan sekitarnya,
yang dilakukan di ruang periksa dengan lampu yang cukup terang. Lampu sorot
tambahan diperlukan untuk pemeriksaan pasien perempuan dengan spekulum.
Dalam pelaksanaan sebaiknya pemeriksa didampingi oleh seorang tenaga
kesehatan lain. Pada pemeriksaan terhadap pasien perempuan, pemeriksa
didampingi oleh paramedis perempuan, sedangkan pada pemeriksaan pasien laki-
laki, dapat didampingi oleh tenaga paramedis laki-laki atau perempuan. Beri
penjelasan lebih dulu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan :4
• Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan sekitarnya,
pemeriksa harus selalu menggunakan sarung tangan, jangan lupa mencuci
tangan sebelum dan sesudah memeriksa.
• Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan
pemeriksaan genitalia (pada keadaan tertentu, kadang-kadang pasien harus
membuka seluruh pakainnya secara bertahap).
o Pasien perempuan, diperiksa dengan berbaring pada meja
ginekologik dalam posisi litotomi.
 Pemeriksa duduk dengan nyaman sambil melakukan inspeksi
dan palpasi mons pubis, labia, dan perineum.
 Periksa daerah genitalia luar dengan memisahkan ke dua labia,
perhatikan adakah kemerahan, pembengkakan, luka/lecet,
massa, atau duh tubuh.
Gambar 1. Posisi Litotomi
5
o Pemeriksaan pasien laki-laki dapat dilakukan sambil
duduk/berdiri,
 Perhatikan daerah penis, dari pangkal sampai ujung, serta dan
daerah skrotum
 Perhatikan adakah duh tubuh, pembengkakan, luka/lecet atau
daerah lain
• Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah genitalia, perineum, anus dan
sekitarnya.
• Jangan lupa memeriksa daerah inguinal untuk mengetahui pembesaran
kelenjar getah bening setempat (regional)
• Bilamana tersedia fasilitas laboratorium, sekaligus dilakukan pengambilan
bahan pemeriksaan.
• Pada pasien pria dengan gejala duh tubuh genitalia disarankan untuk tidak
berkemih selama 1 jam (3 jam lebih baik), sebelum pemeriksaan.
Pengambilan Spesimen:
Pasien laki-laki dengan gejala duh tubuh uretra
1. Beri penjelasan lebih dahulu agar pasien tidak perlu merasa takut saat
pengambilan bahan duh tubuh gentalia dengan sengkelit atau dengan swab
berujung kecil
2. Bila menggunakan sengkelit, gunakanlah sengkelit steril.
3. Masukkan sengkelit/swab ke dalam orifisium uretra eksterna sampai
kedalaman 1-2 cm, putar swab (untuk sengkelit tidak perlu diputar namun
cukup menekan dinding uretra), dan tarik keluar perlahan-lahan
6
4. Oleskan duh tubuh ke atas kaca obyek yang sudah disiapkan
5. Bila tidak tampak duh tubuh uretra dapat dilakukan pengurutan (milking) oleh
pasien.4
Pasien perempuan dengan duh tubuh vagina
Pasien perempuan dengan status sudah menikah, dilakukan pemeriksaan dengan
spekulum serta pengambilan spesimen
1. Beri penjelasan lebih dulu mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan agar
pasien tidak merasa takut
2. Bersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi larutan NaCl
3. Setiap pengambilan bahan harus menggunakan spekulum steril (sesuaikan
ukuran spekulum dengan riwayat kelahiran per vaginam), swab atau sengkelit
steril
4. Masukkan daun spekulum steril dalam keadaan tertutup dengan posisi
tegak/vertikal ke dalam vagina, dan setelah seluruhnya masuk kemudian putar
pelan-pelan sampai daun spekulum dalam posisi datar/horizontal. Buka
spekulum dan dengan bantuan lampu sorot vagina cari serviks. Kunci
spekulum pada posisi itu sehingga serviks terfiksasi,
5. Setelah itu dapat dimulai pemeriksaan serviks, vagina dan pengambilan
spesimen
• Dari serviks: bersihkan daerah endoserviks dengan kasa steril, kemudian
ambil spesimen duh tubuh serviks dengan sengkelit/ swab Dacron™ steril
untuk pembuatan sediaan hapus, dengan swab Dacron™ yang lain dibuat
sediaan biakan,
7
Gambar 2. Insersi Swab ke dalam uretera
dan di putar 1800
• Dari forniks posterior: dengan sengkelit/ swab Dacron™ steril untuk
pembuatan sediaan basah, dan lakukan tes amin
• Dari dinding vagina: dengan kapas lidi/ sengkelit steril untuk sediaan
hapus,
• Dari uretra: dengan sengkelit steril untuk sediaan hapus
6. Cara melepaskan spekulum: kunci spekulum dilepaskan, sehingga spekulum
dalam posisi tertutup, putar spekulum 90o sehingga daun spekulum dalam
posisi tegak, dan keluarkan spekulum perlahan-lahan.4
Pada pasien perempuan berstatus belum menikah tidak dilakukan pemeriksaan
dengan spekulum, karena akan merusak selaput daranya sehingga bahan
pemeriksaan hanya diambil dengan sengkelit steril dari vagina dan uretra. Untuk
pasien perempuan yang beum menikah namun sudah aktif berhubungan seksual,
diperlukan informed consent sebelum melakukan pemeriksaan dengan spekulum.
Namun bila pasien menolak pemeriksaan dengan spekulum, pasien ditangani
menggunakan tanpa spekulum.4
8
Gambar 3. Langkah-langkah pemasangan spekulum
Pasien dengan gejala ulkus genitalis (laki-laki dan perempuan)
1. Untuk semua pasien dengan gejala ulkus genital, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan serologi untuk sifilis dari bahan darah vena (RPR=rapid plasma
reagin, syphilis rapid test).
2. Untuk pemeriksaan Treponema pallidum pada ulkus yang dicurigai karena
sifilis :
a. Ulkus dibersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi
larutan salin fisiologis (NaCl 0,9%).
b. Ulkus ditekan di antara ibu jari dan telunjuk sampai keluar cairan serum
9
c. Serum dioleskan ke atas kaca obyek untuk pemeriksaan Burry atau
mikroskop lapangan gelap bila ada.4
Pemeriksaan Lain :
- Pemeriksaan anoskopi
• Indikasi : Bila terdapat keluhan atau gejala pada anus dan rektum,
pasien dianjurkan untuk diperiksa dengan anoskopi bila tersedia alat
tersebut. Pemeriksaan ini sekaligus dapat melihat keadaan mukosa
rektum atau pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium
bila tersedia fasilitas.2
• Kontra indikasi : Anus imperforata merupakan kontra indikasi absolut
untuk tindakan anoskopi, namun bila pasien mengeluh mengenai nyeri
hebat pada rektum, may preclude awake anoscopic examination in
anxious patients in pain. Posisi pasien pasien berbaring dalam posisi
Sim atau miring dengan lutut ditekuk serta pinggul ditekuk 45%. Posisi
di sebelah kiri pemeriksa.4
• Posisi pasien pasien berbaring dalam posisi sim atau miring dengan
lutut ditekuk serta pinggul ditekuk 45%. Posisi di sebelah kiri
pemeriksa.
Gambar 4. Posisi lateral decubitus atau posisi Sim
C. CARA MENENTUKAN DIAGNOSIS PENYAKIT KELAMIN
Infeksi Menular Seksual mempunyai beberapa ciri, yaitu :
1. Penularan infeksi tidak selalu harus melalui hubungan seksual
10
2. Infeksi dapat terjadi pada orang yang belum pernah melakukan hubungan
seksual atau orang yang tidak berganti-ganti pasangan
3. Sebagian penderita adalah akibat keadaan di luar kemampuan mereka, dalam
arti mereka sudah berusaha untuk tidak mendapat penyakit, tetapi kenyataan
masih juga terjangkit.2
IMS dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa, atau ektoparasit
Tabel 1. Penyebab dari IMS dapat dikelompokkan sebagai berikut :5
No Penyebab Penyakit
1. BAKTERI
Neisseri gonorrhoeae
Chlamydia trachomatis
Mycoplasma hominis
Ureaplasma urealyticum
Treponema pallidum
Gardberella vaginalis
Donovania granulomatis
2. VIRUS
Herpes simplex virus
Herpes B virus
Human papilloma virus
Molloscum contagiosum virus
Human immunodeficiency virus
3. PROTOZOA
Trichomonas vaginalis
4. FUNGUS
Candida albicans
5. EKTOPARASIT
Phthirus pubis
Sarcoples scabei var.hominis
Uretritis, epididimis, servisitis, proktitis,
faringitis, konjuntivitis, Batholinitis
Uretritis, epididimitis, servisitis,
proktitis,
Salpingitis, limfogranuloma venerum
(hanya C.Trachomatis)
Sifilis
Vaginitis
Granuloma inguinale
Herpes genitalis
Hepatitis fulminan akut dan kronik
Kandiloma akuminata, papiloma laring
pada bayi
Moloskum kontagiosum
A.I.D.S
Vaginitis, uretritis
Vulvovaginitis, balanitis, balanopostitis
Pedikulosis pubis
Skabies genital
B. DUH TUBUH
11
Duh tubuh genital adalah cairan yang keluar dari genital bukan urin bukan
darah.
Pada pria : duh tubuh uretra. Pada wanita : duh tubuh serviks, duh tubuh
vagina dan duh tubuh uretra.
C. Diagnosis berdasarkan penyakit infeksi menular seksual
1. Gonore
a. Definisi
Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang
disebabkan oleh Neisseria gonorhoeae. 6
b. Etiologi
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh
NEISSER pada tahun 1879 baru diumumkan pada tahun 1882.
Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran
lebar 0,8 u dan panjang 1,6 u, bersifat tahan asam. Pada sediaan
langsung dengan pewarnaan Gram bersifat Gram-negatif, terlihat di
luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati
12
dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 390
C, dan tidak tahan
desinfektan.
Daerah yang mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa
epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur),
yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.6
c. Gejala klinis
Pada Pria
- Masa inkubasi 2-5 hari
- Manifestasi tersering adalah uretrhritis
- Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal
uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusun
disuria, polikisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang
kadang-kadang disertai darah, dan disertai nyeri pada waktu
ereksi
- Pada pemeriksaan tampak OUE eritematosa, edematosa, dan
ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen, dan pada
beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening
inguinal unilateral atau bilateral. 6
Pada wanita
- Pada wanita, penyakit akut maupun kronik, gejala subjektif
jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didadapi kelainan
objektif
- Infeksi umumnya mengenai serviks uteri. Dapat asimtomatik,
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung bawah.
Pada pemeriksaan serviks tampak merah dengan erosi dan
sekret mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila
terjadi servisitis akut disertai vaginitis yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginali. 7
d. Diagnosis
13
Diagnosa ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Pada anamnesis ditemukan gejala subjektif berupa : Gatal, panas pada
distal uretra, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen yang
kadang disertai darah, nyeri pada waktu ereksi.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan Gejala objektif :Orificium uretra
eksternum eritematosa, edematosa, dan ektropion.Tampak pula duh
tubuh yang seropurulen atau mukopurulen dan dapat disertai
pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral.
Gambar 6.
Penyakit
Gonore8
3. Pemeriksaan penunjang3,6
a. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pengecatan gram akan
ditemukan gonokokus negatif gram, intraseluler dan ekstra
seluler, berbentuk biji kopi. Selain itu dapat ditemukan juga
lekosit PMN ≥ 5/lpb. Bahan duh tubuh pria diambil dari daerah
fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra,
muara kelenjar bartholin, dan endoserviks.
Pemeriksaan gram dari duh uretra pada pria memiliki
sensitivitas tinggi (90-95%) dan spesifisitas 95-99%. Sedangkan
14
dari endoserviks, sensitivitasnya hanya 45-65%, dengan
spesifisitas 90-99%.
b. Kultur
Isolasi pada media- selektif gonokokkus, contohnya agar
darah coklat, media Martin Lewis, media Thayer –Martin. Test
kerentanan mikrobial penting karena adanya strain yang
resistensi.
Media Transport
a) Media Stuart: hanya untuk transport saja, sehingga perlu
ditanam kembali pada media pertumbuhan.
b) Media Transgrow: selektif dan nutritive untuk N.
gonorrhoeae dan N. meningitidis, dalam perjalanannya dapat
bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan dari media
transport dan media pertumbuhan. Media ini merupakan
modifikasi media Thayer Martin dengan menambahkan
trimetoprim untuk mematikan Proteus.
Media Pertumbuhan
a) Media Thayer-martin: selektif untuk mengisolasi
gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekan
pertumbuhan kuman positif-gram, kolimestat untuk
menekan pertumbuhan bakteri negatif-gram, dan nistatin
untuk menekan pertumbuhan jamur.
b) Modifikasi Thayer-martin: isinya ditambah dengan
trimetoprim untuk menekan pertumbuhan kuman Proteus
spp.
15
c) Agar coklat McLeod: berisi agar coklat, agar serum, dan
agar hidrokel. Dapat ditumbuhi kuman selain gonokokus.
c. Tes Definitif
a) Tes Oksidasi
Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p-
fenilamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni
gonokok tersangka. Semua Neisseria memberikan reaksi
positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening
berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung.
b) Tes Fermentasi
Tes Oksidasi Positif dilanjutkan dengan tes fermentasi
memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok
hanya meragikan glukosa.
d. Tes Beta laktamase
Tes ini menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang
mengandung cheomogenic cephalosporin. Apabila kuman
mengandung enzim beta-laktamase, akan menyebabkan
perubahan warna dari kuning menjadi merah.
e. Tes Thomson
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai dimana
infeksi sudah berlangsung.Dahulu pemeriksaan ini perlu
dilakukan karena pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan
setempat.
Tabel 1. Hasil pembacaan :
Gelas I Gelas II Arti
Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritis
anterior
Keruh Keruh Panuretritis
Jernih Keruh Tidak mungkin
16
2. Infeksi Genital Nonspesifik6
a. Definisi
Infeksi menular seksual berupa peradangan di uretra, rektum,
atau serviks yang disebabkan oleh kuman non spesifik
b. Etiologi
Chlamydia trachomatis (50 % kasus), ureaplasma urealyticum,
Mycoplasma hominis, Trichomonas vaginalis, Gardnerella vaginalis,
alergi, dll
c. Gejala klinis
Pada Pria
- Keluhan timbul 1-3 minggu setelah kontak seksual dan tidak seberat
gonorea
- Keluhan subjektif : disuria ringan, rasa tidak enak di lubang uretra,
sering kencing, dan keluar duh tubuh seropurulen.
Pada wanita
- Infeksi lebih sering terjadi di serviks (servisitis) dibandingkan dengan
vagina, kelenjar bartholin, uretra
- Biasanya asimptomatik
- Keluhan subjektif : duh tubuh vagina, dysuria ringan, sering kencing,
nyeri daerah pelvis, dan dispareunia.
- Pemeriksaan serviks : terdapat tanda servisitis yaitu mukosa serviks
hiperemis dan edema, disertai folikel kecil yang mudah berdarah, duh
tubuh serviks yang mukopurulen.
17
d. Pemeriksaan penunjang
• Dengan pewarnaan gram
- Tidak ditemukan diplokokus Gram-negatif intrasel maupun
ekstrasel PMN
- Tidak ditemukan blastospora, pseudohifa dan trikomonas
- Jumlah leukosit PMN> 5/LPB, pada specimen duh uretra atau
PMN>30/ LPB pada spesimen duh serviks.
- Belum ada panduan untuk infeksi faring dan anal.
• Sitologi dengan pewarnaan Giemsa
• Kultur
• Deteksi antigen Chlamydia
Tabel 1.Pengobatan duh tubuh uretra4
18
3. Vaginosis Bakterial
a. Definisi
Bacterial vaginosis (BV) merupakan gangguan paling umum
dijumpai pada organ genitalia bawah pada wanita usia reproduktif
(hamil dan tidak hamil) dan merupakan prevalensi terbanyak
penyebab dari timbulnya secret vagina dan bau tidak sedap. Vaginosis
bakterial adalah keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang
disebabkan oleh bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri
anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi
tinggi sebagai flora normal vagina.9
b. Gejala klinis
Wanita dengan bakterial vaginosis dapat tanpa gejala. Gejala
yang paling sering pada bakterial vaginosis adalah adanya cairan
vagina yang abnormal (terutama setelah melakukan hubungan seksual)
dengan adanya bau vagina yang khas yaitu bau amis/bau ikan (fishy
odor). Bau tersebut disebabkan oleh adanya amin yang menguap bila
cairan vagina menjadi basa. Cairan seminal yang basa (pH 7,2)
menimbulkan terlepasnya amin dari perlekatannya pada protein dan
amin yang menguap menimbulkan bau yang khas. Walaupun beberapa
wanita mempunyai gejala yang khas, namun pada sebagian besar
wanita dapat asimptomatik. Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina
(gatal, rasa terbakar), kalau ditemukan lebih ringan daripada yang
disebabkan oleh Trichomonas vaginalis atau C.albicans. Sepertiga
penderita mengeluh gatal dan rasa terbakar, dan seperlima timbul
kemerahan dan edema pada vulva. Nyeri abdomen, dispareuria, atau
nyeri waktu kencing jarang terjadi, dan kalau ada karena penyakit
lain.9
Pada pemeriksaan biasanya menunjukkan sekret vagina yang
tipis dan sering berwarna putih atau abu-abu, viskositas rendah atau
19
normal, homogen, dan jarang berbusa. Sekret tersebut melekat pada
dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau kelainan yang
difus. Gejala peradangan umum tidak ada. Sebaliknya sekret vagina
normal, lebih tebal dan terdiri atas kumpulan sel epitel vagina yang
memberikan gambaran bergerombol.9
c. Pemeriksaan penunjang9
1. Cairan vagina homogen, putih keabu-abuan, melekat
pada dinding vagina
2. Terdapat clue cells pada duh vagina
3. Whiff test
Bau amis seperti ikan pada vagina sebelum atau setelah
penambahan KOH 10%. Bau ini disebabkan Karena
adanya pelepasan amin, terutama puresin dan kadaverin.
4. PH duh vagina >4,5
4. Trikomoniasis
a. Definisi
Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian baah
paa wanita maupun pria, dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh
trichomonas vaginalis dan penularannya biaanya melalui hubungan
seksual.6
b. Patogenesis
T.vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding
saluran urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel
dan subepitel. Masa tunas rata-rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada kasus
yang lanjut terdapat bagian-bagian dengan jaringan granulasi yang jelas.
Nekrosis dapat ditemukan di lapisan subepitel yang menjalar sampai
dipermukaan epitel. Di dalam vagina dan uretra parasite hidup dari sisa-
sisa sel, kuman dan benda lain yang terdapat dalam secret.6
20
c. Gejala Klinis
1. Pada wanita
Yang diserang dinding vagina, dapat bersifat akut maupun
kronik. Pada kasus akut terlihat secret vagina suropurulen
berwarna kekuningan, kuning-hijau, berbau tidak enak
(malodorous), dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan
dan sembab. Kadang berbentuk abses kecil pada dinding vagina
dan serviks, yang tampak sebagai granulasi berwarna merah yang
dikenal dengan strawberry appearance dan diserta gejala
dispareneuria, perdarahan pascakoitus, dan perdarahan
intermenstrual. Bila secret banyak yang keluar dapat timbul iritasi
pada lipatan paha atau sekitar genitalia eksterna. Selain vaginitis
dapat pula terjadi urethritis, batholitis, skenitis, dan sistisis yang
pada umumnya tanpa keluhan. Pada kasus yang kronik gejala
lebih ringan dan secret vagina biasanya tidak berbusa.6
1. Pada pria
Pada pria yang diserang terutama uretra, kelenjar
prostat, kadang-kadang preputium, vesikula seminalis, dan
epididymis. Pada umumnya gambaran klinis lebih ringan
dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut gejalanya mirip
urethritis npngonore, misalnya dysuria, polyuria, dan secret
uretra mukoid atau mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi
kadang-kadang ada benang halus. Pada bentuk kronik
gejalanya tidak khas; gatal paa uretra, dysuria, dan urin keruh
pada pagi hari.6
d. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis trikomoniasis ditegakkan setelah ditemukannya T.
vaginalis pada sediaan langsung (sediaan basah) atau pada biakan
duh tubuh penderita.
Diagnosis pada pria menjadi lebih sulit lagi, karena infeksi ditandai
oleh jumlah kuman yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan
21
wanita. Uretritis non gonore (UNG) yang disebabkan oleh T.
vaginalis tidak dapat dibedakan secara klinis dari UNG oleh
penyebab yang lain.
Untuk mendiagnosis trikomoniasis dapat dipakai beberapa cara,
misalnya pemeriksaan mikroskopik sediaan basah, sediaan hapus, dan
pembiakan. Sediaan basah dicampur dengan garam faal dan dapat
dilihat pergerakan aktif parasit. Pada pembiakan dapat digunakan
bermacam-macam pembenihan yang mengandung serum.
5. Herpes simpleks
a. Definisi
Herpes Genitalis merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus
Herpes Simplex (virus herpes hominis) terutama tipe II yang ditandai
oleh adanya vesikel yang berkelo mpok atau erosi atau ulkus diatas kulit
yang eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat
berlangsung baik primer maupun rekurens.9
b. Etiologi
HSV I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan virus
DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karateristik pertumbuhan pada
media kultur, antigenic marker, dan lokasi klinis (tempat predileksi).9
c. Gejala klinis
Infeksi HSV ini berlangsung dalam 3 tingkat:9
1. Infeksi primer
2. Fase laten
3. Infeksi rekurens
Infeksi primer
Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama di
daerah mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia anak-anak. Virus
ini juga sebagai penyebab herpes ensefalitis. Infeksi primer oleh VHS
22
tipe II mempunyai tempat predileksi di daerah pinggang ke bawah,
terutama daerah genital, juga dapat menyebabkan herpes meningitis
dan infeksi neonatus.9
Daerah ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti
oro-genital, sehingga herpes yang terdapat di daerah genital kadang-
kadang disebabkan oleh VHS tipe I sedangkan di daerah mulut dan
rongga mulut dapat disebabkan oleh VHS tipe II. 9
Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3
minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malese
dan anoreksia, dan dapat ditemukan pembengkakkan kelenjar getah
bening regional.9
Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok di
atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan
kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang-
kadang sembuh tanpa psikatriks. Pada wanita ada laporan yang
mengatakan bahwa 80% infeksi VHS pada genitalia eksterna disertai
infeksi pada serviks.9
Fase laten
Fase laten ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis,
tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion
dorsalis.9
Infeksi rekurens
Infeksi ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan
tidak aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit
sehingga menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu itu dapat berupa
trauma fisik (demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, dan
sebagainya), trauma psikis (gangguan emosional, menstruasi), dan
dapat pula timbul akibat jenis makanan dan minuman yang
merangsang.9
23
Gejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada infeksi primer dan
berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari. Sering ditemukan gejala
prodromal lokal sebelum timbul vesikel berupa rasa panas, gatal, dan
nyeri. Infeksi rekurens ini dapat timbul pada tempat yang sama (loco)
atau tempat lain/tempat disekitarnya (non loco).9
Gambar 4.
Herpes
Simpleks
d. Pemeriksaan Penunjang
Virus herpes ini dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak. Pada
keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi VHS. Pada percobaan
Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti
banyak dan badan inklusi intranuklear.
6. Sifilis
a. Definisi
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum; sangat
kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang
hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit,
mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.10
b. Etiologi
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan
Hoffman ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo
Spirochaetales, familia Spirochaeraceae dan genus Treponema.
24
Bentuknya sebagai spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar
0,15 um, terdiri atas 8-24 lekukan. Gerakannya berupa rotasi
sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak
secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap 30
jam.10
c. Klasifikasi
Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita
(didapat). Sifilis kongenital dibagi menjadi : dini (sebelum 2 tahun),
lanjut (sesudah 2 tahun), dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi
menurut dua cara, secara klinis dan epidemiologik. Menurut cara
pertama sifilis dibagi menjadi 3 stadium: stadium I (S I), stadium II
(S II), stadium III (S III). Secara epidemiologik menurut WHO dibagi
menjadi :
1. Stadium dini menular (dalam satu tahun sejak infeksi), terdiri
atas S I, S II, stadium rekuren, dan stadium latn dini.
2. Stadium lanjut tak menular (setelah satu tahun sejak infeksi),
terdiri atas stadium laten lanjut dan S III.
STADIUM DINI MENULAR 1 tahun STADIUM LANJUT TIDAK
MENULAR
Stadium rekuren
S.t. S I S
II
S III
2-4 minggu 6-8
minggu
Sifilis laten dini
(menular)
3-10 tahun
Sifilis laten lanjut
(tidak menular)
Keterangan :
25
S.t. = sanggama tersangka
S I = sifilis stadium I
S II = sifilis stadium II
S III = sifilis stadium III
1. Pemeriksaan Treponema pallidum
• Pemeriksaan - mikroskop lapangan gelap→ melihat
pergerakkan Treponema
• Pewarnaan Burri (tinta hitam) → tidak adanya pergerakan
Treponema, - T. pallidum telah mati → kuman berwarna
jernih dikelilingi oleh lapangan yang berwarna hitam.
2. Serologi Tes sifilis (STS)
• STS penting u diagnosis dan pengamatan hasil pengobatan.
Prinsip pemeriksaan STS - mendeteksi bermacam antibodi
yang berlainan akibat infeksi T.pallidum
Klasifikasi STS
• Tes Non Treponema : kardiolipin, lesitin dan
kolesterol
• Tes Treponema : Treponema pallidum hidup / mati /
fraksi Treponema pallidum
• Ketepatan hasil STS dinilai berdasarkan :
– Sensitivitas : % individu yang terinfeksi
yang memberi hasil positif
– Spesifivitas : % individu yang tidak infeksi
yang memberikan hasil negatif .
26
Tes Non Treponema
• Hasil STS non Treponema menjadi negatif (-) dalam 3 – 8 bln
setelah pengobatan adekuat.
• Penilaian -`kualitatif & kuantitatif
• Hasilnya menjadi positif (+) dalam 2 minggu I setelah ulkus
durum positif (+)
Titer pada berbagai stadium :
• S I : Negatif / positif rendah sampai tinggi
• S II : Positif tinggi
• S III : Positif tinggi
• S kardiovaskular : Dapat non reaktif
• Neurosifilis : Dapat non reaktif
Tes Treponema
Tes Treponema digolong 4 kelompok, yaitu :
1. Tes Imobilisasi
• Treponema Pallidum Immobilization (TPI)
Tes Treponema yang paling spesifik
• Hasil positif pada Treponematosis
• Kekurangannya
– Rx lambat, baru (+) pd akhir stadium I,
– Tidak dapat digunakan untuk menilai hasil
pengobatan,
– Teknik sulit dan
27
– Biayanya mahal
2. Tes imunofluoresensi
a. Fluorecent Treponemal Antibody Absorption Test (FTA-Abs)
Tes ini paling sensitif (90 %), bisa untuk mendeteksi Ig G
False (+) pada :
• Keganasan
• Anemia hemolitik
• Lupus eritematosus
• Sirosis hepatik
• Rheumatoid arthritis
• Kehamilan
• Skleroderma
• Infeksi virus, vaksinia
• Drug induced LE
• Orang normal
7. Kondiloma akuminatum
a. Definisi
Kondiloma akuminatum atau kutil kelamin (veneral warts) ialah lesi
berbentuk papilomatosis, dengan permukaan verukosa, disebabkan
oleh human papillomavirus (HPV) tipe tertentu (terutama tipe 6 dan
11), terdapat di daerah kelamin dan atau anus.11
b. Gejala Klinis
Penyakit ini paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang
hangat dan lembab. Pada pria, area yang sering terkena adalah ujung
dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika tidak disunat).
Pada wanita, penyakit timbul di vulva, dinding vagina, leher rahim
(serviks) dan kulit di sekeliling vagina. Kutil kelamin juga bisa terjadi
28
di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria homoseksual
dan wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur.11
Penyakit ini muncul dalam waktu 1-6 bulan setelah terinfeksi,
dimulai sebagai pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna
merah atau pink. Mereka tumbuh dengan cepat dan bisa memiliki
tangkai. Pada suatu daerah seringkali tumbuh beberapa kutil dan
permukaannya yang kasar memberikan gambaran seperti bunga kol
(blumkol).11
Pada wanita hamil, pada gangguan sistem kekebalan (penderita
AIDS atau pengobatan dengan obat yang menekan sistem kekebalan)
dan pada orang yang kulitnya meradang, pertumbuhan kutil ini sangat
cepat.11
c. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes asam asetat
Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi
yang dicurigai. Dalam beberapa menit lesi akan berubah
warna menjadi putih. Perubahan warna pada lesi daerah
perianal perlu waktu lebih lama (15 menit).11
2. Pemeriksaan histopatologi
Pada kondiloma akuminata eksofilik, pemeriksaan
mikroskop cahaya akan memperlihatkan gambaran
papilomatosis, akantosis, rete ridges yang memanjang
dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada
sitoplasma.11
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Daili, SF dan Zubier F. Tinjauan Infeksi Menular Seksual. Dalam: Menaldi,
SLSW. Bramono, K. Indriatmi, W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
Keenam. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010. Hal. 363
2. Daili, SF dan Zubier F. Tinjauan Infeksi Menular Seksual. Dalam: Menaldi,
SLSW. Bramono, K. Indriatmi, W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015. Hal. 436-7.
3. Hakim, Lukman.Epidemiologi Infeksi Menular Seksual. Dalam : Daili, SF, W
Indriatmi BM, F Zubier. Infeksi Menular Seksual. Edisi Keempat. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI;2014. Hal .3-19
4. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular
Seksual 2011. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan; 2011. Hal. 11-25
5. Rosana, Yeva.Pemeriksaan Laboratorim Mikrobiologi Infeksi Menular
Seksual. Dalam : Daili, SF, W Indriatmi BM, F Zubier. Infeksi Menular
Seksual. Edisi Keempat. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2014. Hal .27
6. Daili, SF. Nilasari, H. Infeksi Genital Nonspesifik, Gonore, Trikomoniasis
Dalam: Menaldi, SLSW. Bramono, K. Indriatmi, W. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015. Hal. 439-42,
443-9, 450-1
30
7. Daili, SF.Gonore. Dalam : Daili, SF, W Indriatmi BM, F Zubier. Infeksi
Menular Seksual. Edisi Keempat. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2014. Hal .65
8. Wolff, K. Johnson, RA. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsisof Clinical
Dermatology Fifth Edition. United States: The McGaw-Hill Companies; 2007.
9. Indriatmi W. Herpes Simpleks, Vaginosis Bakterialis. Dalam: Menaldi SL,
Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Ketujuh.Jakarta.FKUI;2015;452-4, 478-480
10. Djuanda Adhi. Sifilis Dalam: Menaldi, SLSW. Bramono, K. Indriatmi, W.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2015. Hal. 455-74
11. Handoko Ronny P, Indriatmi W. Kondiloma Akuiminatum, Dalam : Menaldi
SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi
Ketujuh.Jakarta.FKUI;2015; 481-483
31

More Related Content

What's hot

Jourding 01 progesterone
Jourding 01 progesteroneJourding 01 progesterone
Jourding 01 progesteronePutri Intan
 
Sc,laparatomi,kuretase,vakum,forceps
Sc,laparatomi,kuretase,vakum,forcepsSc,laparatomi,kuretase,vakum,forceps
Sc,laparatomi,kuretase,vakum,forcepsNovitasari6789
 
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...pjj_kemenkes
 
Rute pemberian & cara menggunakan obat
Rute pemberian & cara menggunakan obatRute pemberian & cara menggunakan obat
Rute pemberian & cara menggunakan obatPoltekes TNI AU
 
Asuhan Keperawatan Endometriosis
Asuhan Keperawatan EndometriosisAsuhan Keperawatan Endometriosis
Asuhan Keperawatan EndometriosisFatin Cassie
 
Konsep dasar pemberian obat
Konsep dasar pemberian obatKonsep dasar pemberian obat
Konsep dasar pemberian obatRetno Wulan
 
Leaflatpemeriksaan genetalia
Leaflatpemeriksaan genetaliaLeaflatpemeriksaan genetalia
Leaflatpemeriksaan genetaliaWarung Bidan
 
vaginal discharge (syndrome management)
vaginal discharge (syndrome management)vaginal discharge (syndrome management)
vaginal discharge (syndrome management)ery putra
 
Pemeriksaan fisik ibu pada ibu hamil
Pemeriksaan fisik ibu pada ibu hamilPemeriksaan fisik ibu pada ibu hamil
Pemeriksaan fisik ibu pada ibu hamilrisdiana21
 

What's hot (17)

Jourding 01 progesterone
Jourding 01 progesteroneJourding 01 progesterone
Jourding 01 progesterone
 
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu HamilPemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Hamil
 
Sc,laparatomi,kuretase,vakum,forceps
Sc,laparatomi,kuretase,vakum,forcepsSc,laparatomi,kuretase,vakum,forceps
Sc,laparatomi,kuretase,vakum,forceps
 
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Reproduksi, Infeksi, Gangguan Ferti...
 
Makalah pemberian obat melalui anus
Makalah pemberian obat melalui anusMakalah pemberian obat melalui anus
Makalah pemberian obat melalui anus
 
Kuret
KuretKuret
Kuret
 
Rute pemberian & cara menggunakan obat
Rute pemberian & cara menggunakan obatRute pemberian & cara menggunakan obat
Rute pemberian & cara menggunakan obat
 
Asuhan Keperawatan Endometriosis
Asuhan Keperawatan EndometriosisAsuhan Keperawatan Endometriosis
Asuhan Keperawatan Endometriosis
 
Pemfispencernaan
PemfispencernaanPemfispencernaan
Pemfispencernaan
 
Bab iv
Bab ivBab iv
Bab iv
 
Konsep dasar pemberian obat
Konsep dasar pemberian obatKonsep dasar pemberian obat
Konsep dasar pemberian obat
 
Leaflatpemeriksaan genetalia
Leaflatpemeriksaan genetaliaLeaflatpemeriksaan genetalia
Leaflatpemeriksaan genetalia
 
Leaflet cara pemberian obat
Leaflet cara pemberian obatLeaflet cara pemberian obat
Leaflet cara pemberian obat
 
vaginal discharge (syndrome management)
vaginal discharge (syndrome management)vaginal discharge (syndrome management)
vaginal discharge (syndrome management)
 
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
 
Pemeriksaan fisik ibu pada ibu hamil
Pemeriksaan fisik ibu pada ibu hamilPemeriksaan fisik ibu pada ibu hamil
Pemeriksaan fisik ibu pada ibu hamil
 
Makalah endometriosis
Makalah endometriosisMakalah endometriosis
Makalah endometriosis
 

Similar to Niar refreshing

PPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptx
PPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptxPPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptx
PPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptxFatimahNur28
 
lembar balik kesehatan reproduksi dan seksual bagi catin.pptx
lembar balik kesehatan reproduksi dan seksual bagi catin.pptxlembar balik kesehatan reproduksi dan seksual bagi catin.pptx
lembar balik kesehatan reproduksi dan seksual bagi catin.pptxMelissa656681
 
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-II-5.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-II-5.pptPPT-UEU-Keperawatan-Dasar-II-5.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-II-5.pptaisyahkamalah1
 
Essensial Koas Obgyn 3_edit dr.Christina.pdf
Essensial Koas Obgyn 3_edit dr.Christina.pdfEssensial Koas Obgyn 3_edit dr.Christina.pdf
Essensial Koas Obgyn 3_edit dr.Christina.pdfIntanAuliannisa
 
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana AKBK (Implan)
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana AKBK (Implan)Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana AKBK (Implan)
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana AKBK (Implan)pjj_kemenkes
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
pemfis obstetri dan ginekologi.ppt
pemfis obstetri dan ginekologi.pptpemfis obstetri dan ginekologi.ppt
pemfis obstetri dan ginekologi.pptivoafiani2
 
14 pemeriksaan ginekologi
14 pemeriksaan ginekologi14 pemeriksaan ginekologi
14 pemeriksaan ginekologiVrilisda Sitepu
 
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdfadoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdfAuraAndini2
 
KUNJUNGAN AWAL.pada saat awal kehamilann
KUNJUNGAN AWAL.pada saat awal kehamilannKUNJUNGAN AWAL.pada saat awal kehamilann
KUNJUNGAN AWAL.pada saat awal kehamilannDwiNormaR
 
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Akseptor Pil
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Akseptor PilAsuhan Kebidanan Keluarga Berencana Akseptor Pil
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Akseptor Pilpjj_kemenkes
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darahBiomedis Teknisi
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darahBiomedis Teknisi
 

Similar to Niar refreshing (20)

PPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptx
PPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptxPPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptx
PPT MATA KULIAH KEBIDANAN TENTANG ABORTUS.pptx
 
lembar balik kesehatan reproduksi dan seksual bagi catin.pptx
lembar balik kesehatan reproduksi dan seksual bagi catin.pptxlembar balik kesehatan reproduksi dan seksual bagi catin.pptx
lembar balik kesehatan reproduksi dan seksual bagi catin.pptx
 
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-II-5.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-II-5.pptPPT-UEU-Keperawatan-Dasar-II-5.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Dasar-II-5.ppt
 
Essensial Koas Obgyn 3_edit dr.Christina.pdf
Essensial Koas Obgyn 3_edit dr.Christina.pdfEssensial Koas Obgyn 3_edit dr.Christina.pdf
Essensial Koas Obgyn 3_edit dr.Christina.pdf
 
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana AKBK (Implan)
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana AKBK (Implan)Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana AKBK (Implan)
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana AKBK (Implan)
 
INFERTILITAS(1).pptx
INFERTILITAS(1).pptxINFERTILITAS(1).pptx
INFERTILITAS(1).pptx
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
pemfis obstetri dan ginekologi.ppt
pemfis obstetri dan ginekologi.pptpemfis obstetri dan ginekologi.ppt
pemfis obstetri dan ginekologi.ppt
 
Perawatan bedah kebidanan1
Perawatan bedah kebidanan1Perawatan bedah kebidanan1
Perawatan bedah kebidanan1
 
14 pemeriksaan ginekologi
14 pemeriksaan ginekologi14 pemeriksaan ginekologi
14 pemeriksaan ginekologi
 
Pap smear
Pap smearPap smear
Pap smear
 
PEMERIKSAAN FISIK.pptx
PEMERIKSAAN FISIK.pptxPEMERIKSAAN FISIK.pptx
PEMERIKSAAN FISIK.pptx
 
Postpartum
PostpartumPostpartum
Postpartum
 
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdfadoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
 
KUNJUNGAN AWAL.pada saat awal kehamilann
KUNJUNGAN AWAL.pada saat awal kehamilannKUNJUNGAN AWAL.pada saat awal kehamilann
KUNJUNGAN AWAL.pada saat awal kehamilann
 
Tugas konkeb
Tugas konkebTugas konkeb
Tugas konkeb
 
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Akseptor Pil
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Akseptor PilAsuhan Kebidanan Keluarga Berencana Akseptor Pil
Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana Akseptor Pil
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darah
 
Genap ii pengambilan sepesimen darah
Genap ii   pengambilan sepesimen darahGenap ii   pengambilan sepesimen darah
Genap ii pengambilan sepesimen darah
 
Askep ca AKPER PEMDA MUNA
Askep ca AKPER PEMDA MUNA Askep ca AKPER PEMDA MUNA
Askep ca AKPER PEMDA MUNA
 

Niar refreshing

  • 1. REFRESHING Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik di Bidang Venereologi dan Differensial Diagnosis Duh Tubuh, Ulkus Genitalia dan Tumor Genitalia Dokter Pembimbing : dr. Afaf Agil Almunawar, SpKK Oleh : Hasniar 2013730045 KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH PERIODE 27 NOVEMBER – 30 DESEMBER 2017 1
  • 2. PENDAHULUAN Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genito-genital saja, tetapi juga secara orogenital,atau ano-genital, sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital.1 Cara penularan IMS melalui alat-alat yang tercemar seperti: handuk, termometer, jarum suntik, atau melalui cairan tubuh (darah, cairan vagina, sperma, saliva), dan penularan dari ibu hamil kepada janin yang dikandungnya atau pada saat inpartu (proses kelahiran).2 Dengan semakin berkembangnya sarana dan teknik labortorium serta ditemukan berbagai penyakit lain yang dapat timbul akibat hubungan seksual, seperti jenis penyakit epidemi contohnya herpes genitalis dan hepatitis B, istilah V.D (Veneral Disease) yang terdiri dari sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venereum, dan granuloma inguinale makin lama makin ditinggalkan dan diperkenalkan istilah Sexually Transmitted Infection (S.T.I) atau IMS (Infeksi Menular Seksual ).1 Selama dekade terakhir ini insidens I.M.S cukup cepat meningkat diberbagai dunia, anggka-angka yang dilaporkan tidak menggambarkan angka yang sesungguhnya. Hal tersebut antara lain disebabkan karena belum ada undang-undang yang mengharuskan pelaporan kasus dan juga sistem pelaporan yang belum seragam.3 Kemampuan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik bisa menyingkirkan diagnosis banding yang kemudian menegakkan diagnosis. untuk menentukan diagnosis dan terapi dalam menghadapi pasien dengan penyakit kulit, sebaiknya dilakukan pendekatan komunikasi yang efektif dan pengamatan penyakit kulit khususnya morfologi, guna memperoleh gambaran yang khas untuk menegakan diagnosis dan diagnosis banding. 2
  • 3. TINJAUAN PUSTAKA A. ANAMNESIS Untuk mendapatkan informasi yang penting, terutama pada waktu menanyakan riwayat seksual, perlu hati-hati dan dengan cara tertentu. Hal yang harus dijaga ialah kerahasian. Pertanyaan diajukan dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh pasien. 3 Sikap saat melakukan anamnesis pada pasien IMS perlu diperhatikan, yaitu : • Sikap sopan dan menghargai pasien yang tengah dihadapi • Menciptakan suasana yang menjamin privasi dan kerahasian, sehingga sebaiknya dilakukan dalam ruang tertutup dan tidak terganggu oleh keluar masuk petugas • Dengan penuh perhatian mendengarkan dan menyimak perkataan pasien, jangan sambil menulis saat pasien berbicara dan jangan memutuskan pembicaraan • Gunakan keterampilan verbal anda dengan memulai rangkaian anamnesis menggunakan pertanyaan terbuka, dan mengakhiri dengan pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka memungkinkan pasien untuk memberikan gambaran lebih jelas, sedangkan pertanyaan tertutup adaalah salah satu bentuk pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat, sering dengan perkataan “ya” atau “tidak”, yang biasanya digunakan untuk lebih memastikan hal yang dianggap belum jelas. • Gunakan keterampilan verbal secara lebih mendalam, misalnya dengan memfasilitasi, mengarahkan, memeriksa, dan menyimpulkan, sambil menunjukkan empati, meyakinkan dan kemitraan.4 Peningkatan insiden IMS tidak terlapas dari kaitannya dengan perilaku risiko tinggi. Untuk menggali faktor risiko perlu ditanyakan beberapa hal tersebut dibawah ini. Berdasarkan penelitian faktor risiko oleh WHO (World Health 3
  • 4. Organization) di beberapa negara pasien akan dianggap berperilaku berisiko tingi bila terdapat jawaban “ya” untuk satu atau lebih pertanyaan di bawah ini :3,4 • Pasangan seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir • Berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan terakhir • Mengalami 1/ lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir • Perilaku pasangan seksual berisiko tinggi Informasi yang perlu ditanyakan kepada pasien4 a) Keluhan utama b) Keluhan tambahan c) Riwayat perjalanan penyakit d) Siapa menjadi pasangan seksual tersangka (wanita/pria penjaja seks, teman, pacar, suami/isteri) e) Kapan kontak seksual tersangka dilakukan f) Jenis kelamin pasangan seksual g) Cara melakukan hubungan seksual (genito-genital, orogenital, anogenital) h) Penggunaan kondom (tidak pernah, jarang, sering, selalu) i) Riwayat dan pemberi pengobatan sebelumnya (dokter/bukan dokter/sendiri) j) Hubungan keluhan dengan keadaan lainnya-menjelang/sesudah haid; kelelahan fisik/psikis; penyakit : diabetes, tumor, keganasan, lain-lain; penggunaan obat : antibiotika, kortikosteroid, kontrasepsi; pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR); rangsangan seksual; kehamilan; kontak seksual. k) Riwayat IMS sebelumnya dan pengobatannya l) Hari terakhir haid m) Nyeri perut bagian bawah n) Cara kontrasepsi yang digunakan dan mulai kapan B. PEMERIKSAAN FISIK 4
  • 5. Pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada daerah genitalia dan sekitarnya, yang dilakukan di ruang periksa dengan lampu yang cukup terang. Lampu sorot tambahan diperlukan untuk pemeriksaan pasien perempuan dengan spekulum. Dalam pelaksanaan sebaiknya pemeriksa didampingi oleh seorang tenaga kesehatan lain. Pada pemeriksaan terhadap pasien perempuan, pemeriksa didampingi oleh paramedis perempuan, sedangkan pada pemeriksaan pasien laki- laki, dapat didampingi oleh tenaga paramedis laki-laki atau perempuan. Beri penjelasan lebih dulu kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan :4 • Pada saat melakukan pemeriksaan fisik genitalia dan sekitarnya, pemeriksa harus selalu menggunakan sarung tangan, jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa. • Pasien harus membuka pakaian dalamnya agar dapat dilakukan pemeriksaan genitalia (pada keadaan tertentu, kadang-kadang pasien harus membuka seluruh pakainnya secara bertahap). o Pasien perempuan, diperiksa dengan berbaring pada meja ginekologik dalam posisi litotomi.  Pemeriksa duduk dengan nyaman sambil melakukan inspeksi dan palpasi mons pubis, labia, dan perineum.  Periksa daerah genitalia luar dengan memisahkan ke dua labia, perhatikan adakah kemerahan, pembengkakan, luka/lecet, massa, atau duh tubuh. Gambar 1. Posisi Litotomi 5
  • 6. o Pemeriksaan pasien laki-laki dapat dilakukan sambil duduk/berdiri,  Perhatikan daerah penis, dari pangkal sampai ujung, serta dan daerah skrotum  Perhatikan adakah duh tubuh, pembengkakan, luka/lecet atau daerah lain • Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah genitalia, perineum, anus dan sekitarnya. • Jangan lupa memeriksa daerah inguinal untuk mengetahui pembesaran kelenjar getah bening setempat (regional) • Bilamana tersedia fasilitas laboratorium, sekaligus dilakukan pengambilan bahan pemeriksaan. • Pada pasien pria dengan gejala duh tubuh genitalia disarankan untuk tidak berkemih selama 1 jam (3 jam lebih baik), sebelum pemeriksaan. Pengambilan Spesimen: Pasien laki-laki dengan gejala duh tubuh uretra 1. Beri penjelasan lebih dahulu agar pasien tidak perlu merasa takut saat pengambilan bahan duh tubuh gentalia dengan sengkelit atau dengan swab berujung kecil 2. Bila menggunakan sengkelit, gunakanlah sengkelit steril. 3. Masukkan sengkelit/swab ke dalam orifisium uretra eksterna sampai kedalaman 1-2 cm, putar swab (untuk sengkelit tidak perlu diputar namun cukup menekan dinding uretra), dan tarik keluar perlahan-lahan 6
  • 7. 4. Oleskan duh tubuh ke atas kaca obyek yang sudah disiapkan 5. Bila tidak tampak duh tubuh uretra dapat dilakukan pengurutan (milking) oleh pasien.4 Pasien perempuan dengan duh tubuh vagina Pasien perempuan dengan status sudah menikah, dilakukan pemeriksaan dengan spekulum serta pengambilan spesimen 1. Beri penjelasan lebih dulu mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan agar pasien tidak merasa takut 2. Bersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi larutan NaCl 3. Setiap pengambilan bahan harus menggunakan spekulum steril (sesuaikan ukuran spekulum dengan riwayat kelahiran per vaginam), swab atau sengkelit steril 4. Masukkan daun spekulum steril dalam keadaan tertutup dengan posisi tegak/vertikal ke dalam vagina, dan setelah seluruhnya masuk kemudian putar pelan-pelan sampai daun spekulum dalam posisi datar/horizontal. Buka spekulum dan dengan bantuan lampu sorot vagina cari serviks. Kunci spekulum pada posisi itu sehingga serviks terfiksasi, 5. Setelah itu dapat dimulai pemeriksaan serviks, vagina dan pengambilan spesimen • Dari serviks: bersihkan daerah endoserviks dengan kasa steril, kemudian ambil spesimen duh tubuh serviks dengan sengkelit/ swab Dacron™ steril untuk pembuatan sediaan hapus, dengan swab Dacron™ yang lain dibuat sediaan biakan, 7 Gambar 2. Insersi Swab ke dalam uretera dan di putar 1800
  • 8. • Dari forniks posterior: dengan sengkelit/ swab Dacron™ steril untuk pembuatan sediaan basah, dan lakukan tes amin • Dari dinding vagina: dengan kapas lidi/ sengkelit steril untuk sediaan hapus, • Dari uretra: dengan sengkelit steril untuk sediaan hapus 6. Cara melepaskan spekulum: kunci spekulum dilepaskan, sehingga spekulum dalam posisi tertutup, putar spekulum 90o sehingga daun spekulum dalam posisi tegak, dan keluarkan spekulum perlahan-lahan.4 Pada pasien perempuan berstatus belum menikah tidak dilakukan pemeriksaan dengan spekulum, karena akan merusak selaput daranya sehingga bahan pemeriksaan hanya diambil dengan sengkelit steril dari vagina dan uretra. Untuk pasien perempuan yang beum menikah namun sudah aktif berhubungan seksual, diperlukan informed consent sebelum melakukan pemeriksaan dengan spekulum. Namun bila pasien menolak pemeriksaan dengan spekulum, pasien ditangani menggunakan tanpa spekulum.4 8
  • 9. Gambar 3. Langkah-langkah pemasangan spekulum Pasien dengan gejala ulkus genitalis (laki-laki dan perempuan) 1. Untuk semua pasien dengan gejala ulkus genital, sebaiknya dilakukan pemeriksaan serologi untuk sifilis dari bahan darah vena (RPR=rapid plasma reagin, syphilis rapid test). 2. Untuk pemeriksaan Treponema pallidum pada ulkus yang dicurigai karena sifilis : a. Ulkus dibersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi larutan salin fisiologis (NaCl 0,9%). b. Ulkus ditekan di antara ibu jari dan telunjuk sampai keluar cairan serum 9
  • 10. c. Serum dioleskan ke atas kaca obyek untuk pemeriksaan Burry atau mikroskop lapangan gelap bila ada.4 Pemeriksaan Lain : - Pemeriksaan anoskopi • Indikasi : Bila terdapat keluhan atau gejala pada anus dan rektum, pasien dianjurkan untuk diperiksa dengan anoskopi bila tersedia alat tersebut. Pemeriksaan ini sekaligus dapat melihat keadaan mukosa rektum atau pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium bila tersedia fasilitas.2 • Kontra indikasi : Anus imperforata merupakan kontra indikasi absolut untuk tindakan anoskopi, namun bila pasien mengeluh mengenai nyeri hebat pada rektum, may preclude awake anoscopic examination in anxious patients in pain. Posisi pasien pasien berbaring dalam posisi Sim atau miring dengan lutut ditekuk serta pinggul ditekuk 45%. Posisi di sebelah kiri pemeriksa.4 • Posisi pasien pasien berbaring dalam posisi sim atau miring dengan lutut ditekuk serta pinggul ditekuk 45%. Posisi di sebelah kiri pemeriksa. Gambar 4. Posisi lateral decubitus atau posisi Sim C. CARA MENENTUKAN DIAGNOSIS PENYAKIT KELAMIN Infeksi Menular Seksual mempunyai beberapa ciri, yaitu : 1. Penularan infeksi tidak selalu harus melalui hubungan seksual 10
  • 11. 2. Infeksi dapat terjadi pada orang yang belum pernah melakukan hubungan seksual atau orang yang tidak berganti-ganti pasangan 3. Sebagian penderita adalah akibat keadaan di luar kemampuan mereka, dalam arti mereka sudah berusaha untuk tidak mendapat penyakit, tetapi kenyataan masih juga terjangkit.2 IMS dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, protozoa, atau ektoparasit Tabel 1. Penyebab dari IMS dapat dikelompokkan sebagai berikut :5 No Penyebab Penyakit 1. BAKTERI Neisseri gonorrhoeae Chlamydia trachomatis Mycoplasma hominis Ureaplasma urealyticum Treponema pallidum Gardberella vaginalis Donovania granulomatis 2. VIRUS Herpes simplex virus Herpes B virus Human papilloma virus Molloscum contagiosum virus Human immunodeficiency virus 3. PROTOZOA Trichomonas vaginalis 4. FUNGUS Candida albicans 5. EKTOPARASIT Phthirus pubis Sarcoples scabei var.hominis Uretritis, epididimis, servisitis, proktitis, faringitis, konjuntivitis, Batholinitis Uretritis, epididimitis, servisitis, proktitis, Salpingitis, limfogranuloma venerum (hanya C.Trachomatis) Sifilis Vaginitis Granuloma inguinale Herpes genitalis Hepatitis fulminan akut dan kronik Kandiloma akuminata, papiloma laring pada bayi Moloskum kontagiosum A.I.D.S Vaginitis, uretritis Vulvovaginitis, balanitis, balanopostitis Pedikulosis pubis Skabies genital B. DUH TUBUH 11
  • 12. Duh tubuh genital adalah cairan yang keluar dari genital bukan urin bukan darah. Pada pria : duh tubuh uretra. Pada wanita : duh tubuh serviks, duh tubuh vagina dan duh tubuh uretra. C. Diagnosis berdasarkan penyakit infeksi menular seksual 1. Gonore a. Definisi Gonore dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorhoeae. 6 b. Etiologi Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh NEISSER pada tahun 1879 baru diumumkan pada tahun 1882. Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 u dan panjang 1,6 u, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram bersifat Gram-negatif, terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati 12
  • 13. dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 390 C, dan tidak tahan desinfektan. Daerah yang mudah terinfeksi adalah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.6 c. Gejala klinis Pada Pria - Masa inkubasi 2-5 hari - Manifestasi tersering adalah uretrhritis - Keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusun disuria, polikisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dan disertai nyeri pada waktu ereksi - Pada pemeriksaan tampak OUE eritematosa, edematosa, dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen, dan pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral. 6 Pada wanita - Pada wanita, penyakit akut maupun kronik, gejala subjektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didadapi kelainan objektif - Infeksi umumnya mengenai serviks uteri. Dapat asimtomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung bawah. Pada pemeriksaan serviks tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut disertai vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginali. 7 d. Diagnosis 13
  • 14. Diagnosa ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. 1. Anamnesis Pada anamnesis ditemukan gejala subjektif berupa : Gatal, panas pada distal uretra, disuria, polakisuria, keluar duh tubuh mukopurulen yang kadang disertai darah, nyeri pada waktu ereksi. 2. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik ditemukan Gejala objektif :Orificium uretra eksternum eritematosa, edematosa, dan ektropion.Tampak pula duh tubuh yang seropurulen atau mukopurulen dan dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral. Gambar 6. Penyakit Gonore8 3. Pemeriksaan penunjang3,6 a. Sediaan langsung Pada sediaan langsung dengan pengecatan gram akan ditemukan gonokokus negatif gram, intraseluler dan ekstra seluler, berbentuk biji kopi. Selain itu dapat ditemukan juga lekosit PMN ≥ 5/lpb. Bahan duh tubuh pria diambil dari daerah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar bartholin, dan endoserviks. Pemeriksaan gram dari duh uretra pada pria memiliki sensitivitas tinggi (90-95%) dan spesifisitas 95-99%. Sedangkan 14
  • 15. dari endoserviks, sensitivitasnya hanya 45-65%, dengan spesifisitas 90-99%. b. Kultur Isolasi pada media- selektif gonokokkus, contohnya agar darah coklat, media Martin Lewis, media Thayer –Martin. Test kerentanan mikrobial penting karena adanya strain yang resistensi. Media Transport a) Media Stuart: hanya untuk transport saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan. b) Media Transgrow: selektif dan nutritive untuk N. gonorrhoeae dan N. meningitidis, dalam perjalanannya dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan dari media transport dan media pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayer Martin dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus. Media Pertumbuhan a) Media Thayer-martin: selektif untuk mengisolasi gonokok. Mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif-gram, kolimestat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-gram, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur. b) Modifikasi Thayer-martin: isinya ditambah dengan trimetoprim untuk menekan pertumbuhan kuman Proteus spp. 15
  • 16. c) Agar coklat McLeod: berisi agar coklat, agar serum, dan agar hidrokel. Dapat ditumbuhi kuman selain gonokokus. c. Tes Definitif a) Tes Oksidasi Reagen oksidasi yang mengandung larutan tetrametil-p- fenilamin hidroklorida 1% ditambahkan pada koloni gonokok tersangka. Semua Neisseria memberikan reaksi positif dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah menjadi merah muda sampai merah lembayung. b) Tes Fermentasi Tes Oksidasi Positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan sukrosa. Kuman gonokok hanya meragikan glukosa. d. Tes Beta laktamase Tes ini menggunakan cefinase TM disc. BBL 96192 yang mengandung cheomogenic cephalosporin. Apabila kuman mengandung enzim beta-laktamase, akan menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah. e. Tes Thomson Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu itu ialah pengobatan setempat. Tabel 1. Hasil pembacaan : Gelas I Gelas II Arti Jernih Jernih Tidak ada infeksi Keruh Jernih Infeksi uretritis anterior Keruh Keruh Panuretritis Jernih Keruh Tidak mungkin 16
  • 17. 2. Infeksi Genital Nonspesifik6 a. Definisi Infeksi menular seksual berupa peradangan di uretra, rektum, atau serviks yang disebabkan oleh kuman non spesifik b. Etiologi Chlamydia trachomatis (50 % kasus), ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis, Trichomonas vaginalis, Gardnerella vaginalis, alergi, dll c. Gejala klinis Pada Pria - Keluhan timbul 1-3 minggu setelah kontak seksual dan tidak seberat gonorea - Keluhan subjektif : disuria ringan, rasa tidak enak di lubang uretra, sering kencing, dan keluar duh tubuh seropurulen. Pada wanita - Infeksi lebih sering terjadi di serviks (servisitis) dibandingkan dengan vagina, kelenjar bartholin, uretra - Biasanya asimptomatik - Keluhan subjektif : duh tubuh vagina, dysuria ringan, sering kencing, nyeri daerah pelvis, dan dispareunia. - Pemeriksaan serviks : terdapat tanda servisitis yaitu mukosa serviks hiperemis dan edema, disertai folikel kecil yang mudah berdarah, duh tubuh serviks yang mukopurulen. 17
  • 18. d. Pemeriksaan penunjang • Dengan pewarnaan gram - Tidak ditemukan diplokokus Gram-negatif intrasel maupun ekstrasel PMN - Tidak ditemukan blastospora, pseudohifa dan trikomonas - Jumlah leukosit PMN> 5/LPB, pada specimen duh uretra atau PMN>30/ LPB pada spesimen duh serviks. - Belum ada panduan untuk infeksi faring dan anal. • Sitologi dengan pewarnaan Giemsa • Kultur • Deteksi antigen Chlamydia Tabel 1.Pengobatan duh tubuh uretra4 18
  • 19. 3. Vaginosis Bakterial a. Definisi Bacterial vaginosis (BV) merupakan gangguan paling umum dijumpai pada organ genitalia bawah pada wanita usia reproduktif (hamil dan tidak hamil) dan merupakan prevalensi terbanyak penyebab dari timbulnya secret vagina dan bau tidak sedap. Vaginosis bakterial adalah keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan oleh bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.9 b. Gejala klinis Wanita dengan bakterial vaginosis dapat tanpa gejala. Gejala yang paling sering pada bakterial vaginosis adalah adanya cairan vagina yang abnormal (terutama setelah melakukan hubungan seksual) dengan adanya bau vagina yang khas yaitu bau amis/bau ikan (fishy odor). Bau tersebut disebabkan oleh adanya amin yang menguap bila cairan vagina menjadi basa. Cairan seminal yang basa (pH 7,2) menimbulkan terlepasnya amin dari perlekatannya pada protein dan amin yang menguap menimbulkan bau yang khas. Walaupun beberapa wanita mempunyai gejala yang khas, namun pada sebagian besar wanita dapat asimptomatik. Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina (gatal, rasa terbakar), kalau ditemukan lebih ringan daripada yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis atau C.albicans. Sepertiga penderita mengeluh gatal dan rasa terbakar, dan seperlima timbul kemerahan dan edema pada vulva. Nyeri abdomen, dispareuria, atau nyeri waktu kencing jarang terjadi, dan kalau ada karena penyakit lain.9 Pada pemeriksaan biasanya menunjukkan sekret vagina yang tipis dan sering berwarna putih atau abu-abu, viskositas rendah atau 19
  • 20. normal, homogen, dan jarang berbusa. Sekret tersebut melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau kelainan yang difus. Gejala peradangan umum tidak ada. Sebaliknya sekret vagina normal, lebih tebal dan terdiri atas kumpulan sel epitel vagina yang memberikan gambaran bergerombol.9 c. Pemeriksaan penunjang9 1. Cairan vagina homogen, putih keabu-abuan, melekat pada dinding vagina 2. Terdapat clue cells pada duh vagina 3. Whiff test Bau amis seperti ikan pada vagina sebelum atau setelah penambahan KOH 10%. Bau ini disebabkan Karena adanya pelepasan amin, terutama puresin dan kadaverin. 4. PH duh vagina >4,5 4. Trikomoniasis a. Definisi Trikomoniasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian baah paa wanita maupun pria, dapat bersifat akut atau kronik, disebabkan oleh trichomonas vaginalis dan penularannya biaanya melalui hubungan seksual.6 b. Patogenesis T.vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan subepitel. Masa tunas rata-rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada kasus yang lanjut terdapat bagian-bagian dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan subepitel yang menjalar sampai dipermukaan epitel. Di dalam vagina dan uretra parasite hidup dari sisa- sisa sel, kuman dan benda lain yang terdapat dalam secret.6 20
  • 21. c. Gejala Klinis 1. Pada wanita Yang diserang dinding vagina, dapat bersifat akut maupun kronik. Pada kasus akut terlihat secret vagina suropurulen berwarna kekuningan, kuning-hijau, berbau tidak enak (malodorous), dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Kadang berbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks, yang tampak sebagai granulasi berwarna merah yang dikenal dengan strawberry appearance dan diserta gejala dispareneuria, perdarahan pascakoitus, dan perdarahan intermenstrual. Bila secret banyak yang keluar dapat timbul iritasi pada lipatan paha atau sekitar genitalia eksterna. Selain vaginitis dapat pula terjadi urethritis, batholitis, skenitis, dan sistisis yang pada umumnya tanpa keluhan. Pada kasus yang kronik gejala lebih ringan dan secret vagina biasanya tidak berbusa.6 1. Pada pria Pada pria yang diserang terutama uretra, kelenjar prostat, kadang-kadang preputium, vesikula seminalis, dan epididymis. Pada umumnya gambaran klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Bentuk akut gejalanya mirip urethritis npngonore, misalnya dysuria, polyuria, dan secret uretra mukoid atau mukopurulen. Urin biasanya jernih, tetapi kadang-kadang ada benang halus. Pada bentuk kronik gejalanya tidak khas; gatal paa uretra, dysuria, dan urin keruh pada pagi hari.6 d. Pemeriksaan Penunjang Diagnosis trikomoniasis ditegakkan setelah ditemukannya T. vaginalis pada sediaan langsung (sediaan basah) atau pada biakan duh tubuh penderita. Diagnosis pada pria menjadi lebih sulit lagi, karena infeksi ditandai oleh jumlah kuman yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan 21
  • 22. wanita. Uretritis non gonore (UNG) yang disebabkan oleh T. vaginalis tidak dapat dibedakan secara klinis dari UNG oleh penyebab yang lain. Untuk mendiagnosis trikomoniasis dapat dipakai beberapa cara, misalnya pemeriksaan mikroskopik sediaan basah, sediaan hapus, dan pembiakan. Sediaan basah dicampur dengan garam faal dan dapat dilihat pergerakan aktif parasit. Pada pembiakan dapat digunakan bermacam-macam pembenihan yang mengandung serum. 5. Herpes simpleks a. Definisi Herpes Genitalis merupakan infeksi akut yang disebabkan oleh virus Herpes Simplex (virus herpes hominis) terutama tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelo mpok atau erosi atau ulkus diatas kulit yang eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.9 b. Etiologi HSV I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karateristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker, dan lokasi klinis (tempat predileksi).9 c. Gejala klinis Infeksi HSV ini berlangsung dalam 3 tingkat:9 1. Infeksi primer 2. Fase laten 3. Infeksi rekurens Infeksi primer Tempat predileksi VHS tipe I di daerah pinggang ke atas terutama di daerah mulut dan hidung, biasanya dimulai pada usia anak-anak. Virus ini juga sebagai penyebab herpes ensefalitis. Infeksi primer oleh VHS 22
  • 23. tipe II mempunyai tempat predileksi di daerah pinggang ke bawah, terutama daerah genital, juga dapat menyebabkan herpes meningitis dan infeksi neonatus.9 Daerah ini sering kacau karena adanya cara hubungan seksual seperti oro-genital, sehingga herpes yang terdapat di daerah genital kadang- kadang disebabkan oleh VHS tipe I sedangkan di daerah mulut dan rongga mulut dapat disebabkan oleh VHS tipe II. 9 Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malese dan anoreksia, dan dapat ditemukan pembengkakkan kelenjar getah bening regional.9 Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang- kadang sembuh tanpa psikatriks. Pada wanita ada laporan yang mengatakan bahwa 80% infeksi VHS pada genitalia eksterna disertai infeksi pada serviks.9 Fase laten Fase laten ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi VHS dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.9 Infeksi rekurens Infeksi ini berarti VHS pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak aktif, dengan mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis. Mekanisme pacu itu dapat berupa trauma fisik (demam, infeksi, kurang tidur, hubungan seksual, dan sebagainya), trauma psikis (gangguan emosional, menstruasi), dan dapat pula timbul akibat jenis makanan dan minuman yang merangsang.9 23
  • 24. Gejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada infeksi primer dan berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari. Sering ditemukan gejala prodromal lokal sebelum timbul vesikel berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. Infeksi rekurens ini dapat timbul pada tempat yang sama (loco) atau tempat lain/tempat disekitarnya (non loco).9 Gambar 4. Herpes Simpleks d. Pemeriksaan Penunjang Virus herpes ini dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiak. Pada keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi VHS. Pada percobaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear. 6. Sifilis a. Definisi Penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum; sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.10 b. Etiologi Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan Hoffman ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales, familia Spirochaeraceae dan genus Treponema. 24
  • 25. Bentuknya sebagai spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri atas 8-24 lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap 30 jam.10 c. Klasifikasi Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita (didapat). Sifilis kongenital dibagi menjadi : dini (sebelum 2 tahun), lanjut (sesudah 2 tahun), dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi menurut dua cara, secara klinis dan epidemiologik. Menurut cara pertama sifilis dibagi menjadi 3 stadium: stadium I (S I), stadium II (S II), stadium III (S III). Secara epidemiologik menurut WHO dibagi menjadi : 1. Stadium dini menular (dalam satu tahun sejak infeksi), terdiri atas S I, S II, stadium rekuren, dan stadium latn dini. 2. Stadium lanjut tak menular (setelah satu tahun sejak infeksi), terdiri atas stadium laten lanjut dan S III. STADIUM DINI MENULAR 1 tahun STADIUM LANJUT TIDAK MENULAR Stadium rekuren S.t. S I S II S III 2-4 minggu 6-8 minggu Sifilis laten dini (menular) 3-10 tahun Sifilis laten lanjut (tidak menular) Keterangan : 25
  • 26. S.t. = sanggama tersangka S I = sifilis stadium I S II = sifilis stadium II S III = sifilis stadium III 1. Pemeriksaan Treponema pallidum • Pemeriksaan - mikroskop lapangan gelap→ melihat pergerakkan Treponema • Pewarnaan Burri (tinta hitam) → tidak adanya pergerakan Treponema, - T. pallidum telah mati → kuman berwarna jernih dikelilingi oleh lapangan yang berwarna hitam. 2. Serologi Tes sifilis (STS) • STS penting u diagnosis dan pengamatan hasil pengobatan. Prinsip pemeriksaan STS - mendeteksi bermacam antibodi yang berlainan akibat infeksi T.pallidum Klasifikasi STS • Tes Non Treponema : kardiolipin, lesitin dan kolesterol • Tes Treponema : Treponema pallidum hidup / mati / fraksi Treponema pallidum • Ketepatan hasil STS dinilai berdasarkan : – Sensitivitas : % individu yang terinfeksi yang memberi hasil positif – Spesifivitas : % individu yang tidak infeksi yang memberikan hasil negatif . 26
  • 27. Tes Non Treponema • Hasil STS non Treponema menjadi negatif (-) dalam 3 – 8 bln setelah pengobatan adekuat. • Penilaian -`kualitatif & kuantitatif • Hasilnya menjadi positif (+) dalam 2 minggu I setelah ulkus durum positif (+) Titer pada berbagai stadium : • S I : Negatif / positif rendah sampai tinggi • S II : Positif tinggi • S III : Positif tinggi • S kardiovaskular : Dapat non reaktif • Neurosifilis : Dapat non reaktif Tes Treponema Tes Treponema digolong 4 kelompok, yaitu : 1. Tes Imobilisasi • Treponema Pallidum Immobilization (TPI) Tes Treponema yang paling spesifik • Hasil positif pada Treponematosis • Kekurangannya – Rx lambat, baru (+) pd akhir stadium I, – Tidak dapat digunakan untuk menilai hasil pengobatan, – Teknik sulit dan 27
  • 28. – Biayanya mahal 2. Tes imunofluoresensi a. Fluorecent Treponemal Antibody Absorption Test (FTA-Abs) Tes ini paling sensitif (90 %), bisa untuk mendeteksi Ig G False (+) pada : • Keganasan • Anemia hemolitik • Lupus eritematosus • Sirosis hepatik • Rheumatoid arthritis • Kehamilan • Skleroderma • Infeksi virus, vaksinia • Drug induced LE • Orang normal 7. Kondiloma akuminatum a. Definisi Kondiloma akuminatum atau kutil kelamin (veneral warts) ialah lesi berbentuk papilomatosis, dengan permukaan verukosa, disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) tipe tertentu (terutama tipe 6 dan 11), terdapat di daerah kelamin dan atau anus.11 b. Gejala Klinis Penyakit ini paling sering tumbuh di permukaan tubuh yang hangat dan lembab. Pada pria, area yang sering terkena adalah ujung dan batang penis dan dibawah kulit depannya (jika tidak disunat). Pada wanita, penyakit timbul di vulva, dinding vagina, leher rahim (serviks) dan kulit di sekeliling vagina. Kutil kelamin juga bisa terjadi 28
  • 29. di daerah sekeliling anus dan rektum, terutama pada pria homoseksual dan wanita yang melakukan hubungan seksual melalui dubur.11 Penyakit ini muncul dalam waktu 1-6 bulan setelah terinfeksi, dimulai sebagai pembengkakan kecil yang lembut, lembab, berwarna merah atau pink. Mereka tumbuh dengan cepat dan bisa memiliki tangkai. Pada suatu daerah seringkali tumbuh beberapa kutil dan permukaannya yang kasar memberikan gambaran seperti bunga kol (blumkol).11 Pada wanita hamil, pada gangguan sistem kekebalan (penderita AIDS atau pengobatan dengan obat yang menekan sistem kekebalan) dan pada orang yang kulitnya meradang, pertumbuhan kutil ini sangat cepat.11 c. Pemeriksaan Penunjang 1. Tes asam asetat Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi yang dicurigai. Dalam beberapa menit lesi akan berubah warna menjadi putih. Perubahan warna pada lesi daerah perianal perlu waktu lebih lama (15 menit).11 2. Pemeriksaan histopatologi Pada kondiloma akuminata eksofilik, pemeriksaan mikroskop cahaya akan memperlihatkan gambaran papilomatosis, akantosis, rete ridges yang memanjang dan menebal, parakeratosis dan vakuolisasi pada sitoplasma.11 29
  • 30. DAFTAR PUSTAKA 1. Daili, SF dan Zubier F. Tinjauan Infeksi Menular Seksual. Dalam: Menaldi, SLSW. Bramono, K. Indriatmi, W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keenam. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010. Hal. 363 2. Daili, SF dan Zubier F. Tinjauan Infeksi Menular Seksual. Dalam: Menaldi, SLSW. Bramono, K. Indriatmi, W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015. Hal. 436-7. 3. Hakim, Lukman.Epidemiologi Infeksi Menular Seksual. Dalam : Daili, SF, W Indriatmi BM, F Zubier. Infeksi Menular Seksual. Edisi Keempat. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2014. Hal .3-19 4. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual 2011. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2011. Hal. 11-25 5. Rosana, Yeva.Pemeriksaan Laboratorim Mikrobiologi Infeksi Menular Seksual. Dalam : Daili, SF, W Indriatmi BM, F Zubier. Infeksi Menular Seksual. Edisi Keempat. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2014. Hal .27 6. Daili, SF. Nilasari, H. Infeksi Genital Nonspesifik, Gonore, Trikomoniasis Dalam: Menaldi, SLSW. Bramono, K. Indriatmi, W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015. Hal. 439-42, 443-9, 450-1 30
  • 31. 7. Daili, SF.Gonore. Dalam : Daili, SF, W Indriatmi BM, F Zubier. Infeksi Menular Seksual. Edisi Keempat. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;2014. Hal .65 8. Wolff, K. Johnson, RA. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsisof Clinical Dermatology Fifth Edition. United States: The McGaw-Hill Companies; 2007. 9. Indriatmi W. Herpes Simpleks, Vaginosis Bakterialis. Dalam: Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh.Jakarta.FKUI;2015;452-4, 478-480 10. Djuanda Adhi. Sifilis Dalam: Menaldi, SLSW. Bramono, K. Indriatmi, W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015. Hal. 455-74 11. Handoko Ronny P, Indriatmi W. Kondiloma Akuiminatum, Dalam : Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh.Jakarta.FKUI;2015; 481-483 31