1. PROPOSAL PENELITIAN
HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR, KALA II DAN EPISIOTOMI
PADA PERSALINAN PERVAGINAM DENGAN PROLAPS
UTERI PASCA PERSALINAN 24 MINGGU
Penyaji
Dr. Radinal Yusivanandra Prayitno
Penguji:
DR. Dr. H. Heriyadi Manan, SpOG (K), MARS
DR. Dr. H. Ferry Yusrizal, SpOG (K), M.Kes
Dr. Awan Nurtjahyo, SpOG (K)
Pembimbing :
Dr. H. Amir Fauzi, SpOG (K), Ph.D
Dr. Ratih Krisna, SpOG (K)
Dr. Theodorus M. Med. Sc
DEPARTEMEN OBSTETRIK DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RUMAH SAKIT Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
2020
3. Latar Belakang
Persalinan
pervaginam
penyebab utama
kerusakan dasar
panggul
POP (Prolapsus
Organ Genital)
Turunnya organ
pelvis dari posisi
anatomis yang
normal
Seiring dengan meningkatnya
usia harapan hidup dan
meningkatnya populasi usia
lanjut maka prevalensi
prolapsus organ panggul pun
semakin meningkat
Berdasarkan uraian diatas ingin diketahui
“Perubahan letak organ panggul khususnya prolap uteri pada primipara pasca persalinan
pervaginam 24 minggu memakai metode yang sederhana dan obyektif dengan menggunakan
POP-Q.”
1. Bartolini M A T, Drutz H P, Lovatsis D, Alarab M, 2010. Vaginal Delivery and Pelvic Floor Dysfunction : Current Evidence and Implication for Future Research. Int Urogynecol J; 21: 1025-1030.
2. Braekken I H. Pelvic Floor Muscle Function and Pelvic Organ Prolape. (Dissertation) The Norwegian School of Sport Sciences;2010.
4. ACOG ,2007, Pelvic Organ Prolapsuse ,Vol 110,No 3,717-296.
5. Kuncharapu, I., Maheroni, B. A. & Johnson, D. W. (2010) Pelvic Organ Prolapsuse. American Academy of Family Physicians, 81(9), 1111-20.6
6.. Giarenis Iand Robinson D. Prevention and managementof pelvic organ prolapsuse. F1000Prime Reports 2014, 6:77.
4. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan berat bayi lahir, kala II, episiotomi pada
persalinan pervaginan dengan terjadinya prolaps uteri pada
primipara pasca persalinan pervaginam 24 minggu ?
5. Tujuan Penelitian
TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS
Mengetahui hubungan berat
bayi lahir, kala II, episiotomi
pada persalinan pervaginan
dengan terjadinya prolaps uteri
pada primipara pasca persalinan
pervaginam 24 minggu.
1. Mengetahui letak rahim (prolaps uteri)
dengan metode POP-Q pada
primipara pasca persalinan
pervaginam 24 minggu
2. Mengetahui kejadian prolaps uteri
berdasarkan karakteristik berat badan
bayi lahir, lama kala II, episiotomi/
robekan perineum.
6. Manfaat Penelitain
AKADEMIS KLINIS PENELITIAN
Memberikan
sumbangan akademis
untuk data statistik
mengenai perubahan
letak organ panggul
khususnya prolaps
uteri pada primipara
pasca persalinan
pervaginam 24 minggu
pada wanita Indonesia
Membantu tenaga
medis untuk
mendeteksi dini
perubahan letak organ
panggul khususnya
prolaps uteri pasca
persalinan pervaginam
24 minggu sehingga
dapat dilakukan
manajemen yang tepatv
Sebagai dasar untuk
melakukan penelitian
lebih lanjut tentang
karakteristik lain yang
menyebabkan prolaps
uteri
7. Hipotesis Penelitian
H0
• Berat bayi lahir, kala II, episiotomi pada persalinan
pervaginan tidak dapat menjadi penyebab prolaps uteri
pada primipara pasca persalinan pervaginam 24
minggu
H1
• Berat bayi lahir, kala II, episiotomi pada persalinan
pervaginan dapat menjadi penyebab prolaps uteri pada
primipara pasca persalinan pervaginam 24 minggu
9. Anatomi Dasar Panggul
Gambar 1. Tulang - tulang panggul beserta ligamen
Dikutip dari Barber38
Kerangka panggul dibentuk oleh
Tulang sakrum, coccyx dan
sepasang tulang panggul
Menyatu dibagian depan
membentuk simfisis pubis
10. Anatomi Dasar Panggul
Gambar 2. Orientasi tulang-tulang panggul saat posisi berdiri
Dikutip dari Barber38
Pada saat wanita berdiri, spina iliaka
anterior superior (SIAS) dan tepi
depansimfisis pubis berada pada
bidang vertikal
11. Anatomi Dasar Panggul
Kompleks otot-otot levator ani terdiri dari pubococcygeus (puboviseral), puborectalis, dan
iliococcygeus, Penggabungan otot-otot levator ani pada garis tengah disebut dengan levator plate
Gambar 3. Ilustrasi otot-otot dasar panggul
Dikutip dari Barber38
12. Anatomi Dasar Panggul
Gambar 4.Ilustrasi axis vagina normal
Dikutip dari Ewies
DeLancey membagi dasar panggul
atas 3 level :
• Level I ( Jaringan penyokong
panggul proksimal)
• Level II (Jaringan penyokong
panggul tengah)
• Level III (Jaringan penyokong
panggul distal)
13. Gambar 5. Organ panggul normal dan tipe prolapsus organ
panggul
Dikutip dari Women Health Queensland.40
Definisi Prolapsus Organ
Panggul (POP)
Turunnya organ pelvis (kandung kemih,
uterus dan rektum) dari posisi anatomis
yang normal berupa penonjolan ke vagina
keluar maupun penekanan dinding vagina
Etiologi : disfungsi otot dasar panggul,
ligamentus dan fascia
Dibagi menjadi :
• Uterus ( uterine prolapse)
• Ujung vagina ( apical vaginal prolapse)
• Vagina anterior (cystocele)
• Vagina posterior ( rectocele)
4. ACOG ,2007, Pelvic Organ Prolapsuse ,Vol 110,No 3,717-29
5. Kuncharapu, I., Maheroni, B. A. & Johnson, D. W. (2010) Pelvic Organ Prolapsuse. American Academy of Family Physicians, 81(9), 1111-20.
6. Giarenis Iand Robinson D. Prevention and managementof pelvic organ prolapsuse. F1000Prime Reports 2014, 6:77.
7. Hagen S, Stark D. Conservative prevention and management of pelvic organ prolapsuse in women. Cochrane Database of Systematic Reviews 2011, Issue 12.
14. Gejala Klinis
Prolapsus Organ
Panggul
Tabel 1. Gejala klinis wanita dengan POP
Vagina
Adanya perasaan penonjolan dan penurunan organ panggul
Rasa berat dan tekanan di daerah vagina
Saluran kencing
Inkontinensia urin
Sering kencing
Tidak bisa menahan kencing
Kelemahan dan pemanjangan aliran kencing
Rasa tidak tuntas saat kencing
Retensio urin
Saluran pencernaan
Inkontinensia flatus dan feses yang lembek atau cair
Rasa tidak tuntas saat BAB
Peneranan selama BAB
Evakuasi manual selama BAB
Sensasi obstruksi selama defekasi
Seksual
Dispareunia
Dikutip dari Lee, Brækken dan Culligan10,12,1
15. Klasifikasi derajat POP
The International Continence Society, The American Urogynecologic Society, dan The Society of Gynecologic
Surgeons (1996), telah menyepakati bahwa Pelvic Organ Prolapsuse Quantification (POP-Q) sebagai suatu
sistem terstandarisasi untuk mendiskripsikan prolapsus uterus
Gambar 6. Standarisasi stadium prolapsus
uterus berdasarkan klasifikasi POP-Q
Dikutip dari Schorge39
13. Chen B, Wen Y, Polan ML (2004) Elastolytic activity in women with stressurinary incontinence and pelvic organ prolapsuse. Neurourol Urogyn 23: 119-126.
14. Schorge JQ,Schaffer JI,Halvorson LM, Hoffman BL,Bradshaw KD,Cunningham FG. Williams Gynecology. In: Pelvic Organs prolapsused. The McGraw-Hill Companies,inc.2012;p. 633 –655.
16. Klasifikasi derajat POP
POP-Q
Hasil adaptasi dari sistem Baden dan Walker dengan mengukur 9 tempat untuk membentuk sebuah profil
vagina
Gambar 7. Skema POP-Q
Dikutip dari Schorge39
Pengukuran dalam sentimeter ke
dalam vagina digambarkan dengan
nilai negatif, atau jika prolapsus
meluas ke luar cincin himen,
digambarkan dengan bilangan positif
14. Schorge JQ,Schaffer JI,Halvorson LM, Hoffman BL,Bradshaw KD,Cunningham FG. Williams Gynecology. In: Pelvic Organs prolapsused. The McGraw-Hill Companies,inc.2012;p. 633 –655.
17. Ke-9 ukuran vaginal
dituis dalam sebuat
stadium 0-4 Sistem
Klasifikasi POP-Q sudah
divalidasi
STANDART
PEMERIKSAAN POP
Tabel 2. Stadium prolapsus organ panggul
Dikutip dari Chen dan Schorge dkk13,39
Stadium 0 Tidak terlihat adanya prolapsus. Titik Aa, Ap, Ba, Bp semuanya -3 cm dan titik C antara
panjang vagina secara keseluruhan (TVL) dan (TVL -2) cm
Stadium I Bagian yang paling distal dari prolapsus> 1 cm di atas himen
Stadium II Bagian yang paling distal dari prolapsus ≤ 1 cm di bagian proksimal atau distal terhadap himen
Stadium III Bagian yang paling distal dari prolapsus> 1 cm di bagian bawah himen, namun tidak lebih dari
2 cm dibandingkan dengan panjang vagina secara keseluruhan
Stadium IV Eversi vagina komplit sampai dengan hampir komplit. Bagian yang paling distal dari prolapsus
mengalami protrusi sampai (TVL -2) cm
Gambar 8. Stadium prolapsus uterus
Dikutip dari Chen dan Schorge dkk13,39
13. Chen B, Wen Y, Polan ML (2004) Elastolytic activity in women with stressurinary incontinence and pelvic organ prolapsuse. Neurourol Urogyn 23: 119-126.
14. Schorge JQ,Schaffer JI,Halvorson LM, Hoffman BL,Bradshaw KD,Cunningham FG. Williams Gynecology. In: Pelvic Organs prolapsused. The McGraw-Hill Companies,inc.2012;p. 633 –655.
18. Dampak kehamilan dan persalinan terhadap
Prolapsus Organ Panggul
Regangan mekanik dan adaptasi anatomi
Kehamilan dan persalinan
dasar panggul rentan
rusak
Selama proses ibu dan
janin adapatasi
mengurangi regangan
Janin moulase
pengurangan lingkar kepala
janin
Ibu hipertrofi otot polos,
relaksasi jaringan ikat dan
peningkatan lubrikasi
Pada nullipara waktu
persalinan lama
Tekanana antara kepala
janin dan dinding vagina
100-230 mmHg
Sehingga tidak mengejutkan apabila hal tersebut terjadi dalam beberapa jam saja seringkali
dapat mengakibatkan sekuele secara fisik baik pada jaringan ikat, otot, saraf, maupun organ
di dalam panggul
16. Aronson, M.P. 2009. Vaginal Birth and Pelvic Floor Dysfunction. (serial online), [cited 2011 15, Culligan P.J., Goldberg, R.P. 2007. Urogynecology in Primary Care. London: Springer Verlag London. p.21-33.
Jan 16]. Available from: URL:http://neogs.org/Syllabus/Fall%20Program%202009/Aaronson%2009.11%20S%20Vaginal%20Birth%20and%20Pelvic%20Floor%20Dysfunction,%20NEOGS.pdf
17. Theobald, P.V., Zimmerman, C.W., Davila, G.W. 2011. New Techniques in Genital Prolapse Surgery. London: Springer Verlag London.p.3-10.
18. Vasavada, S.P., Appell, R.A., Sand, P.K., Raz, S. 2005 Female Urology, Urogynecology and Voiding Dysfunction. New York: Marcel Dekker. p.95-118.
19. Dampak kehamilan dan persalinan terhadap
Prolapsus Organ Panggul
Kerusakan Saraf
Pudendus
Gambar 9. Perjalanan Saraf Pudensus
Dikutip dari Culligan dkk dan Segedi dkk.15,41
Snooks dan Swash
• Kerusakan saraf pudendus yang
reversibel sering terjadi pada
persalinan pervaginam dapat
dicegah dengan persalinan secara
seksio sesarea
15, Culligan P.J., Goldberg, R.P. 2007. Urogynecology in Primary Care. London: Springer Verlag London. p.21-33.
20. Dampak kehamilan dan persalinan terhadap
Prolapsus Organ Panggul
Kerusakan Jaringan Ikat, Ligamentus, dan Tulang
Panggul
Kerusakan jaringan ikat dasar
panggul hampir sulit untuk dicegah
selama proses persalinan.
Penelitian pada etiologi dan penatalaksanaan
prolapsus organ panggul mengidentifikasi lepas
dan rusaknya tempat tertentu atau spesifik dari
jaringan ikat endopelvis dari insersinya secara
anatomis,
Penelitian kasus kontrol
terhadap 92 wanita bentuk
atau kurvatura tulang belakang
yang abnormal memiliki risiko
sebesar 3,2 kali lebih tinggi
POP
15, Culligan P.J., Goldberg, R.P. 2007. Urogynecology in Primary Care. London: Springer Verlag London. p.21-33.
21. Dampak kehamilan dan persalinan terhadap
Prolapsus Organ Panggul
Kerusakan Levator Ani
Otot levator ani merupakan
komponen yang penting
sebagai penyangga dasar
panggul
Ototilio koksigeus berperan menahan organ
panggul sehinggal kejadian POP tidak terjadi
akibat peningkatan tekanan intraabdominal -
Kerusakan otot levator ani baik akibat kerusakan otot selama persalinan secara
langsung maupun tidak langsung oleh karena terjadi kerusakan saraf akhirnya
mengarah pada prolapsus panggul dan atau inkontinensia urin
15. Culligan P.J., Goldberg, R.P. 2007. Urogynecology in Primary Care. London: Springer Verlag London. p.21-33
18. Vasavada, S.P., Appell, R.A., Sand, P.K., Raz, S. 2005 Female Urology, Urogynecology and Voiding Dysfunction. New York: Marcel Dekker. p.95-118.
19. Koelbl, H., Nitti, V. 2007. Pathophysiology of Urinanry Incontinence, Faecal Incontinence and Pelvic Organ Prolapse. (serial online), [cited 2011 Jan 12]. Available from: URL: http://www.icsoffice.org/Publications/ICI_4/files- book/Comite-4.pdf.
20. Bertozzi, S., Londero A.P., Frucalzo,A., Driul, L., Delneri, C., Calcagno, P., Marchesoni, D. 2011. Impact of Episiotomy on Pelvic Floor Disorders and Their Influence on Women’s Wellness after The Sixth Month Postpartum: a Retrospective Study.
(serial online), [cited 2011 Jan 15]. Available from: URL: http://www.biomedcentral.com/1472-6874/11/12
21. Itrich, J. 2006. Pregnancy and Mode of Delivery May Contribute to Pelvic Floor Disorders. (serial online), [cited 2011 Jan 15]. Available from: URL: http://ucsdnews.ucsd.edu/newsrel/health/pelvic06.asp
22. Dampak kehamilan dan persalinan terhadap
Prolapsus Organ Panggul
Cedera Perineum dan
Sfingter ani
15, Culligan P.J., Goldberg, R.P. 2007. Urogynecology in Primary Care. London: Springer Verlag London. p.21-33.
Gambar 10. Gambaran kerusakan otot pada perineum
Dikutip dari Chen13
Kerusakan perineum, baik oleh
karena episiotomi atau pun laserasi
secara spontan, dapat
mengakibatkan hilangnya tonus
vagina dan atau anus
23. Faktor Resiko Prolapsus Organ Panggul
Wu dkk
• Riwayat persalinan per vaginam merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko
kejadian POP dibandingkan persalinan dengan seksio sesare
Quiroz dkk
• Persalinan per vaginam yang pertama berhubungan dengan peningkatan risiko POP (OR 9,73; KI
95% 2,68-35,4)
Diez dkk
• Persalinan spontan meningkatkan risiko untuk POP 3 kali (OR 3.19; KI 95% 1.07–9.49) dan
persalinan dengan alat lebih dari 5 kali (OR 5.52; KI 95% 1.79–17.30) bila dibandingkan dengan
seksio sesarea
Persalinan Per Vaginam
31. Valsky DV, Lipschuetz M, Bord A, Eldar I, Messing B. Fetal head circumference and length of second stage of labor are risk factors for levator ani muscle injury, diagnosed by 3-dimensional transperineal ultrasound in primiparous women. American Journal of
Obstetrics & Gynecology.2009:91e1-e6.
32/ Rortveit G, Brown J, Thom D, Eeden SVD, Creasman J, Subak L. Symptomatic Pelvic Organ Prolapsuse Prevalence and Risk Factors in a Population-Based, Racially Diverse Cohort. OBSTETRICS & GYNECOLOGY.2007;109(6):1396-403.
34. Santoso B. Budi Iman Santoso Assessment (BISA): a model for predicting levator ani injury after vaginal delivery. Med J Indones.2012;21:102-7.
24. Faktor Resiko Prolapsus Organ Panggul
Kala Dua Lama
Kala dua yang memanjang dapat menyebabkan trauma jaringan lunak
dan kerusakan neuromuskuler pada dasar panggul
Kearney dkk melaporkan peningkatan terjadinya
defek otot levator ani pada persalinan dengan kala
dua yang memanjang pada primipara
Valsky dkk yang menyimpulkan bahwa kala
dua lama merupakan salah satu faktor
risiko dari avulsi levator ani.
36. Victoria L. Handa M, MHS, Joan L. Blomquist M, Kelly C. McDermott B, SarahFriedman M, Alvaro Muñoz P. Pelvic Floor Disorders After Childbirth: Effect ofEpisiotomy, Perineal Laceration, and Operative Birth. Obstet Gynecol. 2012 119(2 ): 233–9.
37. Susan L. Hendrix D, Amanda Clark M, Ingrid Nygaard M, Aaron Aragaki M, Vanessa Barnabei M, Anne McTiernan M, PhD. Pelvic organ prolapsuse in the Women’s Health Initiative: Gravity and gravidity. American journal of obstetrics and gynecology. 2002;186:1160-6.
25. Faktor Resiko Prolapsus Organ Panggul
Berat Badan Lahir ( BBL) bayi
Santoso dalam disertasinya
menemukan berat janin >
3325 gram sebagai faktor
risiko terjadinya trauma
levator ani
Berat badan lahir bayi yang besar
dan posisi oksiput posterior secara
bersama-sama akan meningkatkan
risiko terjadinya robekan perineum
Dari suatu persalinan pervaginam yang dilakukan simulasi
komputer, dilaporkan adanya hubungan antara diameter
kepala bayi yang lebih besar dan regangan terhadap otot
puboviseralis pada kompleks otot levator ani
31. Valsky DV, Lipschuetz M, Bord A, Eldar I, Messing B. Fetal head circumference and length of second stage of labor are risk factors for levator ani muscle injury, diagnosed by 3-dimensional transperineal ultrasound in primiparous women. American Journal of
Obstetrics & Gynecology.2009:91e1-e6.
33. Aytan H, Ertunç D, Tok EC, Yaşa O, Nazik H. Prevalence of pelvic organ prolapsuse and related factors in a general female population. J Turk Soc Obstet Gynecol 2014;3:176-80.
26. Kerangka Teori
Dasar Panggul
Wanita
Proses persalinan (faktor pemicu):
•Berat bayi
•Lama kala II
•Episiotomi dan robekan perineum
Kelemahan/ kerusakan otot,
jaringan penyangga, sfingter, saraf
Perubahan Anatomi Dasar Panggul
Pasca persalinan pervaginam 24
minggu
Prolaps Uteri
Tekanan/Regangan
pada Dasar Panggul
Pengukuran metode POP-Q
29. Desain Penelitian
“Observasional deskriptif
dengan desain cross sectional”
Lokasi Penelitian
Lokasi : Kamar bersalin, IGD dan poli nifas
bagian kebidanan RSUP Dr. Mohammad
Hoesin, Palembang
Waktu : Agustus 2020 – Februari 2021
Populasi
Semua wantia primipara pasca persalinan
pervaginam 24 minggu yang melakukan
pemeriksaan di kamar bersalinan dan poli
nifas bagian kebidanan RSUP Dr.
Mohammad Hoesin, Palembang
Sampel
Semua wantia primipara pasca persalinan
pervaginam 24 minggu yang melakukan
pemeriksaan di kamar bersalinan dan poli
nifas bagian kebidanan RSUP Dr.
Mohammad Hoesin, Palembang pada
Agustus 2020-Februari 2021
30. Besar Sampel
𝟏,𝟗𝟔 𝟐 𝐱 𝟎,𝟕𝟑𝟗 𝐱 (𝟏−𝟎,𝟕𝟑𝟗)
𝟎,𝟏𝟐 = 49,78
Keterangan :
Z1-α/2 = Nilai baku normal dari tabel Z sesuai α= 5%, Z1-α/2 = 1,96
P = Proporsi perubahan letak panggul pada primipara (16%)
d = Presisi absolut 10% = 0,1
Sehingga didapatkan besar sampel minimal 49,78 atau
dibulatkan menjadi 50 sampel
31. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi
a. Primipara pasca persalinan
pervaginam 24 minggu, bayi
tunggal.
b. Usia 18 – 35 tahun.
c. Ras / bangsa Indonesia.
d. Presentasi kepala (tidak ada
kelainan letak).
e. Bersedia ikut penelitian .
a. Riwayat penyakit batuk lama,
perokok.
b. Riwayat kelainan genetik /
kongenital dasar panggul.
c. Riwayat operasi kandungan/
panggul.
d. Persalinan berakhir dengan
operasi.
e. Ruptura perineum derajat III dan IV.
32. Cara Pengambilan Sampel
Sampel yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi
penelitian diikutsertakan
dalam penelitian
Sample dipilih secara consecutive
sampling sesuai hari pasien pada
primipara pasca persalinan
pervaginam 24 minggu
Pada sampel dilakukan
anamnesis, pemeriksaan
fisik (tanda vital, head to toe)
dan pemeriksaan ginekologi.
Sampel yang sesuai
kriteria penelitian
diberikan informed
concent untuk
mengikuti penelitian
Seluruh data direkap dan
ditabulasi dalam tabel data
Dilakukan Matching
33. Batasan Pemeriksaan
• Perubahan letak organ panggul
adalah penurunan rahim dari
kedudukan semula diukur
dengan metode POP-Q pasca
persalinan pervaginam 24
minggu, yang diukur titik Ba,
Bp, C, TVL
• Kedudukan normal adalah titik
Ba, Bp bernilai -3, C -(TVL -2)
• Prolaps uteri bila titik C lebih
dari – (TVL -2)
• Primipara adalah wanita
pertama kali melahirkan, 12
minggu pasca salin: 12 minggu
setelah tanggal melahirkan
• Pengukuran menggunakan
metode POP-Q yang
dilakukan pasca persalinan
pervaginam 24 minggu
dalam satuan cm (+/- berapa
cm dari bekas himen)
dibulatkan ke atas, kemudian
di konversikan sesuai
dengan derajat menurut
POP-Q.
• Dasar pengukuran menurut
POP-Q
• Berat bayi
• Berat bayi yang dilahirkan
dalam satuan gram
• Robekan perineum
• Robekan yang termasuk
adalah grade I(kulit dan
mukosa vagina) dan grade
II(otot superfisial, tidak
mengenai sfingter ani).
Dikategorikan episiotomi
dengan robekan dan tanpa
episiotomi dengan robekan
perineum.
• Lama kala II
• Lama antara pembukaan
lengkap dan bayi lahir,
dalam satuan menit
34. Variabel Penelitian
Variabel independen : primipara
1.Variabel dependen : letak rahim (prolaps uteri)
1.Variabel intervening : berat badan bayi lahir, lama kala II,
episiotomi/ robekan perineum.
35. Definisi Operasional
Tabel 3 Definisi operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Primipara Wanita pertama kali melahirkan, 24 minggu
pasca salin: 24 minggu setelah tanggal
melahirkan.
Anamnesa dan rekam
medis
Observasi 0 = Bukan primipara
1 = Primipara
Nominal
Letak Rahim (prolaps
uteri)
Kondisi dimana terdapat penurunan atau
penonjolan rahim yang berada pada rongga
panggul wanita kedalam liang jalan lahir
sampai keluar dari jalan lahir. (Pasca
persalinan 24 minggu).
Metode POP-Q
(Pelvic organ prolapse
quantification)
Observasi dan
pengukuran
0 = Normal, bila titik C < - (TVL -
2)
1= Prolaps uteri, bila titik C > -
(TVL -2)
Nominal
Berat bayi Berat badan bayi yang dinilai saat dilahirkan. Rekam medik Observasi dan
penimbangan
1 = < 3325 gram
2 = > 3325 gram
Nominal
Kala 2 Lama antara pembukaan lengkap dan bayi
lahir, dalam satuan menit.
Rekam medik Observasi 1 = < 60 menit
2 = > 60 menit
Nominal
Robekan perineum Laserasi pada perineum dari kulit perineum
sampai mukosa rektum yang terjadi saat
persalinan, baik dengan episiotomi maupun
tanpa episiotomi
Rekam medik Observasi 1 = Episiotomi dengan ruptur
perineum
2 = Tanpa episiotomi dengan
ruptur perineum
Nominal
36. Alat Dan Bahan
a. Alat tulis : 1 set
b. Penggaris : 1 buah
c. Sonde : 1 buah
d. Sims atas dan bawah : 2 buah
e. Handscoen : 50 pasang
f. Bengkok : 1 unit
g. Bahan antiseptik : 1 botol
h. Kassa steril : 20 kotak
i. Lampu sorot : 1 unit
37. Tahap Perkerjaan
TAHAP PERSIAPAN
1.Mengupayakan surat izin penelitian dari Ketua
Program Studi Pendidikan Obstetri Ginekologi
Fakultas Kedokteran Sriwijaya, Palembang
1.Mengajukan surat izin penelitian kepala Direktur
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
1.Mempersiapkan Bahan untuk Penelitian
38. TAHAP PELAKSAAN
Setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian diberikan penjelasan mengenai penelitian yang
akan dilakukan, bagi yang setuju berpartisipasi dalam penelitian ini diminta untuk
menandatangani lembar informed consent yang telah disediakan untuk penelitian.
Seluruh sampel dilakukan anamnesis dan pemeriksaan ginekologi sesuai standar prosedur
Obgin di RSMH.
Sampel dilakukan rangkaian pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik dan ginekologi untuk
mengetahui status primipara, berat badan bayi lahir, lama kala II, episiotomi/ robekan
perineum
Pemeriksaan prolaps uteri dilakukan dengan metode POP-Q pascapersalinan 24 minggu.
39. Parameter Keberhasilan
Ditemukan hubungan signifikan jikan p-value < 0,05 antara bayi
berat lahir, lama kala II, robekan perineum dengan prolapse uteri
pasca persalinan 24 minggu
40. Analisis Data
Analisi Univariat
Digunakan untuk mengetahui presentase dari hasil
setiap variabel yang ditampilkan dalam bentuk
distribusi frekuensi berupa data berat badan bayi
lahir, lama kala II, episiotomi/ robekan perineum dan
letak rahim (prolaps uteri)
41. Analisis Data
Analisis Bivariat
Analisi Data
Software SPSS
versi 21
Pengujian
hipotesis
Uji komparasi
tidak berpasangan
dengan uji chi-
square
Hubungan
antara varian
bebas dan terikat
Analisis bivariat
42. Alur Penelitian
Analisis data
Subyek penelitian
Memenuhi kriteria inklusi & eksklusi
Pengukuran prolaps uteri
metode POP-Q pasca persalinan 24 minggu
Tabulasi Data
43. Rencana Tabel
Dan Analisis Data
Variabel dianalisis secara univariate dan
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi
(untuk data yang bersifat kategorik) dan
mean+standar deviasi (untuk data yang
bersifat numerik).
Tabel 4. Dummy table Karekteristik Demograpik
Karakteristik Prolap Non Prolap p
N % N %
Usia Ibu
18-25 tahun
25-30 tahun
30-35 tahun
Suku
Sumatera
Jawa
Sulawesi
Kalimantan
Papua
Berat badan bayi lahir
> 3325 gram
< 3325 gram
Kala II (menit)
< 60 menit
> 60 menit
Robekan perineum
Episiotomi dengan ruptur
Tanpa episiotomi dengan ruptur
44. Rencana Tabel dan Analisis Data
Tabel 5. Dummy table hasil uji bivariat hubungan berat badan bayi lahir dengan kejadian prolaps uteri wanita
primipara pasca persalinan pervaginam 24 minggu
Berat badan bayi
lahir (dalam gram)
Prolaps uteri
P value PR CI 95%
Ya Tidak
N (%) N (%)
> 3325
< 3325
Tabel 6. Dummy table hasil uji bivariat hubungan lama kala II dengan kejadian prolaps uteri wanita primipara
pasca persalinan pervaginam 24 minggu
Kala II (dalam menit)
Prolaps uteri
P value PR CI 95%
Ya Tidak
N (%) N (%)
> 60
< 60
45. Rencana Tabel dan Analisis Data
Tabel 7. Dummy table hasil uji bivariat hubungan robekan perineum dengan kejadian prolaps uteri wanita primipara
pasca persalinan pervaginam 24 minggu
Robekan perineum
Prolaps uteri
P value PR CI 95%
Ya Tidak
N (%) N (%)
Episiotomi dengan ruptur
Tanpa episiotomi dengan
ruptur
47. v
Rangkuman Karakteristik Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
“Penelitian observasional deskriptif dengan desain cross
sectional”.
Penelitian ini menggunakan
• Variabel independen : pasien primipara
• Variabel dependen : letak rahim ( prolapse uteri)
• Variabel intervening : berat badan bayi lahir, lama kala II,
episiotomi/ robekan perineum
48. v
Prosedur Informed Conssent
Peneliti akan secara jujur mengatakan apa yang
akan dilakukan terhadap sampel, data yang
diperoleh, apa untungnya, akibat, risiko yang akan
terjadi, serta apa yang akan dilakukan untuk
mengatasi terhadap risiko tersebut.
1.Kerahasiaan data penderita akan dijaga walaupun
penderita meninggal dunia
49. v
Landasan Keilmuan Penelitian
Dasar panggul terbentuk dari otot, fasia
endopelvis Apabila oto lemah
lligamen dan jaringan teregang rusak
organ panggul akan turun dan keluar
dari vagina
POP turunnya Rahim dari posisi
anatomis yang normal berupa
penonjolan ke vagina keluar maupun
penekanan dinding vagina
Prolapsus organ panggul lebih
sering terjadi setelah persalinan,
tetapi umumnya tanpa disertai gejala
atau bersifat asimptomatik.
Seiring dengan meningkatnya usia
harapan hidup dan meningkatnya populasi
usia lanjut maka prevalensi prolapsus
organ panggul pun semakin meningkat
sehingga harus dideteksi sedari dini agar
prevalensinya tidak semakin meningkat
50. v
Analisis Kelayakan Etik
Penelitian ini telah mempunyai landasan scientific yang kuat sehingga penelitian dapat
diperkirakan akan memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan dan manfaat.
Tidak ada beban khusus yang ditanggung subjek dengan keikutsertaannya dalam
penelitian
Tidak ada masalah khusus yang akan dihadapi subjek penelitian karena prosedur
tindakan medis akan dilaksanakan sebaik-baiknya dan tidak akan menghambat tindakan
yang akan diambil bila subjek membutuhkan tindakan lanjutan
Penderita akan dilakukan adil dan tidak diskriminasi.
51. Simpulan
Penelitian ini akan dilaksanakan berdasarkan landasan keilmuan yang kuat,
bermanfaat untuk dilaksanakan, dengan cara yang baik, tidak membahayakan
subjek dan dilaksanakan sepenuhnya menghormati martabat manusia
Peneliti berkesimpulan penelitian ini LAYAK ETIK untuk dilaksanakan
53. Rencana Pelaporan
Hasil penelitian akan dilaporkan setelah kegiatan penelitian
selesai. Laporan akan disusun dalam bentuk tesis dan
akan dipresentasikan di depan dewan penguji tesis PPDS I
bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unsri/ RSMH
Palembang.
54. Jadwal Kerja
Tabel 8. Jadwal kerja
Bulan / kegiatan
2020 2021
6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
Merancang
proposal
Pengajuan
proposal
Seminar proposal
Pengumpulan data
Analisis dara
Pelaporan
Ujian tesis
55. Logistik
Tabel 9. Perkiraan biaya penelitian
No
.
Jenis pembiayaan Estimasi dana
1 ATK Rp. 2.000.000
2 Biaya publikasi Rp. 3.500.000
3 Kepustakaan Rp. 2.000.000
4 Biaya pelaporan Rp. 2.000.000
5. Seminar dan ujian Rp. 5.000.000
6. Biaya tak terduga Rp. 2.000.000
Total Rp 16.500.000