SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
In Brief
Aborsi di Indonesia
Walaupun bukti-bukti yang dapat
dipercaya tidak tersedia, para peneliti
memperkirakan bahwa setiap tahunnya
sekitar dua juta aborsi yang diinduksi
terjadi di Indonesia1 dan di Asia Tenggara
kematian yang disebabkan karena aborsi
yang tidak aman adalah sebesar 14-16%
dari semua kematian maternal.2 Upaya
pencegahan terjadinya aborsi yang tidak
aman adalah sangat penting bila
Indonesia ingin mencapai tujuan ke lima
dari Millennium Development Goal untuk
memperbaiki kondisi kesehatan ibu dan
menurunkan kematian maternal.
Di Indonesia saat ini hukum tentang
aborsi didasarkan pada hukum kesehatan
tahun 1992.3 Walaupun bahasa yang
digunakan untuk aborsi adalah samar-
samar, secara umum hukum tersebut
mengizinkan aborsi bila perempuan yang
akan melakukan aborsi mempunyai surat
dokter yang mengatakan bahwa kehamilan-
nya membahayakan kehidupannya,
surat dari suami atau anggota keluarga
yang mengijinkan penguguran kandung-
annya, test laboratorium yang menyata-
kan perempuan tersebut positif dan
pernyataan yang menjamin bahwa
setelah melakukan aborsi perempuan
tersebut akan menggunakan kontrasepsi.
Laporan ini menerangkan tentang apa
yang sudah diketahui sampai saat ini
tentang aborsi di Indonesia. Hasil-hasil
penelitian yang tertera dalam laporan ini
terutama adalah berdasarkan hasil dari
penelitian-penelitian yang pernah
dilakukan dimana penelitian-penelitian
tersebut mempunyai karakteristik sebagai
berikut: dilakukan dalam skala kecil,
dilakukan di daerah perkotaan dan
penelitian-penelitian yang berbasis pada
klinik bersadarkan pengalaman-pengala-
man perempuan yang melakukan aborsi.
Walaupun ada juga hasil penelitian yang
dilakukan di daerah pedesaan, dan aborsi
yang dilakukan bukan di klinik, tetapi
penelitian-penelitian tersebut tidak
representatif secara nasional. Walaupun
penelitian-penelitian ini tidak memberikan
deskripsi yang lengkap tentang siapa
yang melakukan aborsi di Indonesia dan
bagaimana pengalaman-pengalaman
mereka, bukti-bukti dari penelitian tersebut
menggambarkan bahwa aborsi di Indonesia
banyak terjadi dan dalam hal ini jenis aborsi
yang dilakukan adalah aborsi yang tidak aman.
Aborsi umum dilakukan di Indonesia.
Pada tahun 2000 di Indonesia diperki-
rakan bahwa sekitar dua juta aborsi
terjadi.1 Angka ini dihasilkan dari
penelitian yang dilakukan berdasarkan
sampel yang diambil dari fasilitas-
fasilitas kesehatan di 6 wilayah, dan juga
termasuk jumlah aborsi spontan yang
tidak diketahui jumlahnya walaupun
dalam hal ini diperkirakan jumlahnya
kecil. Walaupun demikian, estimasi aborsi
dari penelitian tersebut adalah estimasi
yang paling komprehensif yang terdapat
di Indonesia sampai saat ini. Estimasi
aborsi berdasarkan penelitian ini adalah
angka tahunan aborsi sebesar 37 aborsi
untuk setiap 1,000 perempuan usia
reproduksi (15-49 tahun). Perkiraan ini
cukup tinggi bila dibandingkan dengan
negara-negara lain di Asia: dalam skala
regional sekitar 29 aborsi terjadi untuk
setiap 1,000 perempuan usia reproduksi.4
Sementara tingkat aborsi yang diinduksi
tidak begitu jelas, namun terdapat bukti
bahwa dari 4.5 juta kelahiran yang terjadi
setiap tahunnya di Indonesia pada waktu
sekitar waktu penelitian tersebut
dilakukan, 760,000 (17%) dari kelahiran
yang terjadi adalah kelahiran yang tidak
diinginkan atau tidak direncanakan.5,6
Paien-pasien yang melakukan aborsi
umumnya adalah perempuan yang
sudah menikah dengan unmet need
untuk kontrasepsi.
Walaupun perempuan dari segala segi
kehidupan di Indonesia kemungkinan
besar telah menggunakan pelayanan
aborsi, informasi tentang karakteristik
perempuan-perempuan yang melakukan
aborsi umumnya didapat dari penelitian-
penelitian yang dilakukan di klinik-klinik
Dalam Kesimpulan
Seri 2008, No. 2
Setiap tahunnya di Indonesia, berjuta-juta perempuan meng-
alami kehamilan yang tidak direncanakan, dan sebagian
besar dari perempuan tersebut memilih untuk mengakhiri
kehamilan mereka, walaupun dalam kenyataanya aborsi
secara umum adalah illegal. Seperti di negara-negara
berkembang lainnya dimana terdapat stigma dan pembatasan
yang ketat terhadap aborsi, perempuan Indonesia sering kali
mencari bantuan untuk aborsi melalui tenaga-tenaga non-
medis yang menggunakan cara-cara antara lain dengan
meminum ramuan-ramuan yang berbahaya dan melakukan
pemijatan penguguran kandungan yang membahayakan.
dan rumah sakit. Oleh karena
itu perempuan yang melakukan
aborsi di luar fasilitas tersebut
termasuk mereka yang
melakukan upaya aborsi sendiri
tidak terwakili dalam penelitian-
penelitian tersebut.
Dari penelitian-penelitian yang
telah dilakukan terbukti bahwa
sebagian besar perempuan yang
melakukan aborsi atau induksi
haid di klinik atau rumah sakit
memiliki profil khusus: mereka
cenderung sudah menikah dan
berpendidikan.1,7,8 Sebagai
contoh, dalam sebuah peneli-
tian yang dilakukan di tahun
2000, menunjukkan bahwa dua-
pertiga dari klien yang
melakukan aborsi sudah menikah,
dan hampir dua-pertiga sudah
pernah duduk di bangku Sekolah
Menengah atas (Gambar 1,
halaman 2).1 Padahal bertentang-
an dengan kenyataan tersebut,
di Indonesia hanya terdapat 38%
dari perempuan pernah kawin
yang pernah duduk di bangku
Sekolah Menengah.6 Dalam
penelitian terbaru ditemukan
bahwa, 54% klien aborsi adalah
lulusan Sekolah Menengah
dan 21% dari mereka adalah
lulusan akademi atau universi-
tas, dan 87% dari klien aborsi
yang tinggal di daerah
perkotaan sudah menikah.7
Selanjutnya ditemukan bahwa
hampir setiap klien yang
melakukan aborsi berusia lebih
dari 20 tahun (58% berusia
lebih tua dari 30 tahun), dan
hampir separuh dari perem-
puan-perempuan tersebut sudah
memiliki paling sedikit dua anak.
Temuan-temuan dari penelitian
yang sudah dilakukan
mengindikasikan bahwa
sebagian perempuan yang
melakukan aborsi sudah
melakukan upaya aktif
sebelumnya untuk mencegah
kehamilannya pada waktu
konsepsi. Dalam salah satu
penelitian disebutkan bahwa,
sekitar 19% dari klien-klien di
perkotaan dan 7% dari klien-
klien di pedesaan yang
melakukan aborsi melaporkan
bahwa mereka sudah menggu-
nakan alat kontrasepsi sebelum
mereka hamil.1 Dalam peneliti-
an lain, ditemukan proporsi
yang lebih tinggi-sekitar
sepertiga dari klien melaporkan
mengalami kegagalan kon-
trasepsi.7 Walaupun demikian,
hampir seluruh klien yang
melakukan aborsi mengalami
unmet need dari kontrasepsi,
karena mereka tidak ingin
segera mempunyai anak lagi
atau mereka tidak menginginkan
tambahan anak sama sekali
sedangkan mereka tidak memakai
alat kontrasepsi apapun.
Salah satu alasan yang sering
diungkapkan oleh perempuan
yang mengupayakan aborsi
adalah bahwa mereka sudah
mencapai jumlah anak yang
diinginkan.1 Selain itu, banyak
dari perempuan yang belum
menikah melakukan aborsi
karena mereka ingin meneruskan
pendidikanya sebelum mereka
menikah. Dalam salah satu
penelitian ditemukan bahwa,
hanya 4% dari klien yang
melakukan aborsi mengakhiri
kehamilannya karena alasan untuk
menjaga kesehatan fisik mereka.7
Banyak aborsi yang
dilakukan di Indonesia
adalah tidak aman.
Tidak seperti aborsi yang
aman, aborsi yang tidak aman
dapat membahayakan kese-
hatan dan nyawa perempuan
yang melakukannya, dan
derajat keamanannya tergan-
tung dari prosedur dan metode
yang digunakan oleh pemberi
layanan kesehatan.9,10
Pemilihan perempuan untuk
jenis pelayanan aborsi yang
akan digunakannya bervariasi
tergantung dari tempat tinggal
perempuan tersebut. Para
peneliti mengestimasikan
bahwa rumah sakit dan staf
yang memberikan pelayanan
alat kontrasepsi, dokter spesialis
kebidanan dan kandungan dan
bidan melakukan sekitar 85%
dari aborsi yang dilakukan di
tempat pelayanan kesehatan di
daerah perkotaan, dan dukun
bersalin melakukan sekitar 15%
dari aborsi.1 Dilain pihak, di
daerah pedesaaan, dukun
bersalin diestimasikan
melakukan lebih dari empat
perlima aborsi yang terjadi.
Secara keseluruhan, hampir
setengah dari semua perem-
puan yang mencari pelayanan
aborsi di Indonesia lari pada
dukun bersalin, dukun tradi-
sional atau ahli pijat yang
menggunakan cara pemijatan
untuk menggugurkan kandun-
gan. (Perempuan-perempuan
yang mengupayakan untuk
Aborsi di Indonesia 2 Guttmacher Institute
Aspirasi vakum atau D&K
Medikasi oral dan pijatan
Medikasi aborsi yang disuntikan
Benda asing dimasukkan dalam
vagina/rahim
Jamu-jamuan/ramuan lain
dimasukkan dalam vagina/rahim
Akupunktur
Paranormal
Di Indonesia metode aspirasi vakum dipakai kurang dari setengah
aborsi yang dilakukan.
Metode-metode aborsi
13%
38%
25%
5%
4%
8%
8%
Keterangan: D&K=dilatasi dan kuret. Persentasi total tidak sama dengan 100 persen
karena pembulatan. Sumber: Daftar Pustaka 1.
Gambar 2
Aborsi yang dilakukan di tempat-tempat
pelayanan, 2000
Hampir semua klien yang melakukan aborsi sudah menikah dan
berpendidikan, tetapi beberapa melakukan aborsi karena kegagalan
alat kontrasepsi.
Siapa yang melakukan aborsi?
%perempuan-perempuanyangmelakukanaborsi
ditempat-tempatpelayanankesehatan,2000
19
20–29
30–39
40
Menikah
Belum Menikah
Cerai
SD
SMP
SMA
Tidak pernah
pakai
Pernah pakai
Current user
75
Pemakaian
Kontrasepsi
Pendidikan*Status PerkawinanUmur
46
8
66
37
33
43
50
33
14
22
10
21 18
Aka/Uni
0
20
40
60
80
100
Keterangan: * SD=Sekolah Dasar; SMP=Sekolah Menengah Tingkat Pertama;
SMA=Sekolah Menengah Tingkat Atas; Aka/Uni=Akademi/Universitas. Persentasi
total tidak sama dengan 100 persen karena pembulatan. Sumber: Daftar Pustaka 1.
≤
≥
Gambar 1
melakukan aborsi sendiri tidak
termasuk dalam perkiraan ini).
Sementara jumlah dari upaya
penguguran kandungan yang
dilakukan sendiri tidak dike-
tahui, salah satu penelitian
menemukan bahwa hampir
semua dari perempuan yang
mencari upaya aborsi pada
tempat pelayanan kesehatan,
pertama melakukan upaya
aborsi sendiri. Dalam penelitian
tentang klien yang mencari
upaya induksi haid di salah
satu klinik di daerah perkotaan
ditemukan bahwa, langkah
pertama yang diambil oleh para
perempuan tersebut adalah
untuk memakai obat-obatan
yang dapat dibeli tanpa resep
atau minum jamu-jamuan untuk
melancarkan menstruasi.11
Setelah itu banyak yang
kemudian melakukan test
kehamilan. Bila kehamilannya
dinyatakan positif, upaya yang
paling banyak dilakukan oleh
perempuan-perempuan tersebut
dalam usaha penguguran
kandungannya adalah dengan
minum lebih banyak jamu-
jamuan atau dengan upaya
pemijatan untuk aborsi yang
dilakukan oleh dukun tradi-
sional. Bila upaya aborsi
tersebut belum juga berhasil,
perempuan tersebut baru
kemudian mengugurkan
kandungannya di klinik.
Dalam penelitian tentang
perempuan yang melakukan
aborsi di klinik, hanya 38%
melaporkan bahwa prosedur
yang digunakan adalah aspirasi
vakum, yang merupakan
prosedur yang aman dan
metode yang sudah terjamin
untuk aborsi pada kehamilan
dini, atau dilatasi dan kuret,
metode yang effektif tetapi
tidak seaman metode aspirasi
vakum (Gambar 2).1 Sebanyak
25% dari klien menggunakan
pengobatan oral dan dipijat
agar terjadi penguguran; 13%
menerima suntikan untuk
penguguran kandungan; 13%
memasukan benda asing ke
dalam vagina atau rahim dan
4% melakukan aborsi dengan
cara akupunktur.
Aborsi yang tidak aman
dapat menyebabkan
komplikasi-komplikasi
yang tak terduga dan
kematian.
Di Indonesia estimasi terbaru
untuk kematian yang berkaitan
dengan aborsi tidak tersedia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO)
mengestimasikan bahwa aborsi
yang tidak aman bertanggung
jawab terhadap 14% dari
kematian ibu di Asia Tenggara,
tetapi untuk negara-negara di
Asia Tenggara dengan hukum
aborsi yang sangat ketat, maka
angka kematian ibu karena
aborsi meningkat menjadi 16%
(termasuk Indonesia).2
Diduga bahwa terjadinya
komplikasi-komplikasi dari
aborsi yang tidak aman adalah
jauh lebih tinggi dari kemung-
kinan terjadinya kematian.
Dalam hal ini jumlah untuk
Indonesia juga tidak tersedia,
tetapi untuk Asia Tenggara
diestimasikan bahwa tiga dari
setiap 1,000 perempuan yang
berusia 15-44 tahun dirawat di
rumah sakit setiap tahunnya
karena komplikasi yang
berhubungan dengan aborsi.12
Bila dihitung maka hal
tersebut sama dengan 130
perawatan di rumah sakit
untuk setiap 1000 perempuan
yang melakukan aborsi yang
tidak aman. Angka komplikasi
yang sebenarnya, yang
termasuk komplikasi yang
terjadi pada perempuan yang
mengalami komplikasi tetapi
tidak berobat ke rumah sakit,
dipercaya lebih tinggi dari
angka perawatan di rumah
sakit terbebut. Komplikasi
aborsi yang paling sering
terjadi adalah pendarahan yang
berat, infeksi dan keracunan
dari bahan yang digunakan
untuk penguguran kandungan;
banyak perempuan juga
mengalami kerusakan pada
alat kemaluannya, rahim, dan
perforasi rahim.9
Karena kebanyakan aborsi di
Indonesia dilakukan oleh
tenaga yang tidak terlatih dan
banyak juga (yang jumlahnya
tidak diketahui) yang mengu-
payakan penguguran kandungan
sendiri, angka dari komplikasi
medis dan kematian maternal
dari aborsi yang tidak aman
dapat diperkirakan cukup
tinggi. Dan karena aborsi yang
dilakukan oleh tenaga yang
tidak terlatih cenderung lebih
murah biayanya bila dibanding-
kan dengan biaya aborsi yang
dilakukan di bawah kondisi
yang lebih higenis oleh tenaga
kesehatan yang professional,
perempuan yang berasal dari
golongan ekonomi rendah—
yang mungkin tidak mampu
untuk menggunakan tenaga
kesehatan yang terlatih—
mempunyai kemungkinan yang
lebih besar untuk mengalami
penderitaan yang cukup berat
karena terjadinya komplikasi-
komplikasi yang disebabkan
oleh aborsi (lihat box).
Aborsi yang tidak aman
dapat menjadi mahal.
Biaya untuk aborsi yang tidak
aman dapat dilihat dari
berbagai sudut: biaya yang
digunakan untuk aborsi itu
sendiri; biaya yang lebih luas:
termasuk hilangnya pendapat-
an dan biaya yang digunakan
untuk pelayanan setelah aborsi
dilakukan; trauma fisik dan
psikologis yang dialami
perempuan tersebut; biaya
sosial, termasuk stigma dan
pengucilan; dan biaya-biaya
yang mungkin terkait dengan
sistem perawatan kesehatan
dan masyarakat. Umumnya
biaya-biaya tersebut sangat
sulit untuk dihitung; data yang
tersedia umumnya hanya
mengacu pada biaya keuangan
yang langsung dikeluarkan oleh
perempuan tersebut dan
keluarganya.
Penelitian yang dilakukan di
sebuah klinik pada tahun 2004
mengukur biaya total yang
dikeluarkan pasien-pasien
untuk penguguran kandungan-
nya, dimana banyak diantara
mereka yang sudah melakukan
upaya untuk mengugurkan
kandungannya paling sedikit
Aborsi di Indonesia 3 Guttmacher Institute
Pengalaman-pengalaman dari aborsi yang tidak aman
Wawancara mendalam dengan 50 perempuan yang kurang beruntung tentang
pengalaman mereka melakukan aborsi memberi pengertian tentang resiko
yang harus diambil perempuan pada waktu menggugurkan kandungannya.1
Salah satu dari perempuan yang diwawancara memberi gambaran sebagai
berikut: “Pertama, perut saya dipijat, dari pijatan dengan tekanan yang tidak
terlalu kuat sampai pijatan yang sangat keras dan sakit sekali. Kemudian
kedua kaki saya ditekuk dan dukun tersebut memasukan jari-jarinya kedalam
vagina saya dan mengkorek seluruh bagian dalam vagina. Pada saat dukun
tersebut mengeluarkan tangannya dari vagina saya, saya merasakan ada sesu-
atu yang keluar dari vagina saya, dan saya merasa lemas sekali. Sejam kemu-
dian, saya diminta untuk minum ramuan dan dipijat lagi. Saya berteriak
karena saya tidak tahan merasakan rasa sakit yang mendalam…Setelah 10
menit, ibu dukun berhenti memijat dan lagi-lagi saya merasakan ada sesuatu
yang keluar dari vagina saya.
Perempuan lain mengkisahkan tentang pengalaman sahabatnya: “Setelah
meminum ramuan dari ibu dukun, dia merasa pusing yang sangat. Karena rasa
sakit yang tak terkirakan sahabat saya harus memukulkan kepalanya ke
tembok berkali-kali. Kemudian keadaannya memburuk; sahabat saya langsung
panas, suhu tubuhnya menjadi sangat tinggi, dan setelah perutnya dipijat,
pendarahan mulai terjadi dan pendarahannya tidak berhenti-henti...dia kesakit-
an dan menjadi semakin lemas…kemudian sahabat saya meninggal dunia.”
Aborsi di Indonesia 4 Guttmacher Institute
dua kali sebelum mereka datang
ke klinik tersebut.11 Dengan
memasukkan biaya transportasi
yang digunakan dan biaya yang
dikeluarkan untuk setiap kali
perempuan tersebut mengu-
payakan penguguran kandung-
an, maka dapat diperhitungkan
bahwa biaya yang dikeluarkan
oleh perempuan tersebut untuk
mengugurkan kandungannya
adalah sekitar Rp. 530,000-Rp.
3.6 juta. Bila dihitung, rata-
rata biaya yang dikeluarkan
untuk penguguran kandungan
adalah sebesar Rp. 1,2 juta,
biaya untuk penguguran
kandungan tersebut cukup besar
terutama bila dibandingkan
dengan rata-rata pendapatan
mereka yang hanya sebesar
Rp. 2 juta per bulan.
Dari hasil penelitian lain yang
dilakukan pada tahun 2000,
aborsi yang dilakukan oleh
tenaga yang terlatih dapat
bertarif beberapa kali lipat bila
dibandingkan dengan biaya
yang dikenakan oleh dukun
bersalin. Biaya yang dikenakan
oleh dukun tradisional untuk
mengugurkan kandungan adalah
sekitar Rp. 7,000-Rp. 350,000,
sementara bidan mengenakan
biaya antara Rp. 35,000-Rp.
526,000, dokter di rumah sakit
mengenakan biaya RP.
420,000-Rp. 876,000 dan
dokter yang berpraktek di klinik
swasta mengenakan biaya
sekitar Rp. 700,000-Rp. 1,8 juta.1
Di Indonesia banyak yang
membutuhkan alat kon-
trasepsi yang efektif.
Sementara pemakaian alat
kontrasepsi di Indonesia
selama dua dekade terakhir ini
meningkat, dalam hal ini telah
terjadi perubahan yang relatif
sangat kecil sejak pertengahan
tahun 1990 an (Gambar 3).6,13
Banyak perempuan yang sudah
menikah (61%) memakai
kontrasepsi, tetapi hampir 1
dalam setiap 10 perempuan
tidak memakai kontrasepsi
apapun walaupun mereka
masih dalam keadaan subur
dan tidak ingin menambah
anak saat ini atau sama sekali
tidak ingin mempunyai anak
lagi. Tingkat unmet need untuk
kontrasepsi diantara perempuan
yang sudah menikah masih tetap
konstan dalam waktu lebih dari
satu dekade. Bukti-bukti dari
negara-negara berkembang
lainnya mengindikasikan bahwa
sebagian besar dari kehamilan
yang tidak direncanakaan
terjadi dikalangan perempuan
dengan unmet need,14 dan
penelitian-penelitian tersebut
dilakukan bersama dengan
penelitian di Indonesia.1 Adalah
suatu perbedaan yang kontras
dengan penelitian-penelitian
yang telah dilakukan tentang
kontrasepsi dikalangan perem-
puan yang sudah menikah,
penelitian tentang aktivitas
seksual dan penggunaan
kontrasepsi dikalangan perem-
puan yang belum menikah
belum pernah dilakukan di
Indoensia baik di tingkat
regional ataupun national.
Bila dibandingkan dengan
negara-negara berkembang
lainnya, perempuan Indonesia
dengan unmet need untuk
kontrasepsi secara relatif
jarang menolak untuk menggu-
nakan kontrasepsi atau
dilarang menggunakan kon-
trasepsi oleh suaminya, tetapi
mereka lebih sering didapatkan
merasa khawatir terhadap
resiko kesehatan atau efek
sampingan yang dapat ditim-
bulkan dari penggunaan
kontrasepsi.15 Mengingat
prevalensi dari kekhawatiran-
kekhawatiran tersebut, banyak
perempuan akan menikmati
keuntungan dari tersedianya
pelayanan kontrasepsi yang
menawarkan berbagai jenis alat
kontrasepsi, tersedianya
pendidikan mengenai penggu-
naan alat kontrasepsi dan
berbagai pilihan alat kon-
trasepsi yang ada, dan juga
termasuk tersedianya konseling
yang mendalam untuk mem-
bantu perempuan untuk
mengidentifikasikan alat
kontrasepsi yang sesuai.
Agama banyak mempeng-
aruhi pandangan-pandang-
an tentang aborsi di
Indonesia.
Di Indonesia, agama membantu
mempengaruhi terbentuknya
pendapat publik untuk isu
seperti aborsi. Penelitian
terhadap 105 tokoh agama
Islam, Katholik dan agama-
agama Kristen lainnya di
Yogyakarta mencerahkan
pandangan tentang aborsi dari
kelompok-kelompok agama di
Indonesia. Walaupun tidak
representatif secara nasional,
penelitian tersebut
mengindikasikan keberadaan
berbagai pandangan tentang
aborsi, dimana sebagian dari
pandangan-pandangan para
tokoh agama yang diwawancarai
tidak sekonservatif kebijakan
nasional tentang hal ini.
Sebagian dari totoh-tokoh
agama (82%) setuju bila aborsi
dilakukan karena membahayakan
nyawa perempuan.16 banyak
yang berpendapat bahwa
nyawa sang ibu lebih penting
dibanding nyawa fetus yang
dikandungnya, karena sang ibu
diperlukan untuk merawat
anak-anak yang lain dan juga
keluarganya.
Tokoh-tokoh agama Islam,
walau pada umumnya konser-
vatif, cenderung mempunyai
pandangan yang lebih toleran
terhadap aborsi dibandingkan
dengan tokoh-tokoh agama
dari agama Kristen.16
Contohnya, bila banyak tokoh
agama yang tidak setuju
dengan aborsi karena alasan
akan mengganggu sekolah atau
dapat mempengaruhi keadaan
kesehatan kejiwaan sang ibu,
lebih banyak proporsi tokoh
agama Islam dibanding Kristen
yang menyetujui tentang hal
ini. Tidak ada tokoh agama
Kristen yang setuju dengan
penguguran kandungan karena
alasan kegagalan kontrasepsi,
tetapi beberapa tokoh agama
Islam menyetujui hal ini.
Diantara tokoh agama Islam,
pandangan mereka tentang
aborsi berbeda tergantung
aliran yang diikutinya: aliran
Imam Hanafi menyetujui
dilakukannya aborsi sampai
120 hari setelah konsepsi,
sementara aliran Syafi’i percaya
bahwa aborsi hanya dapat
Walaupun pemakaian kontrasepsi di Indonesia meningkat, terdapat satu
untuk setiap 10 perempuan mempunyai unmet need untuk kontrasepsi
Kebutuhan untuk Kontrasepsi
%perempuanmenikahyangberusia15-49
21 18
0
20
40
60
80
100
Tidak Kontrasepsi
Prevalensememerlukan
Unmet need
20072003199719941991
38 35 33 31 30
50 55 57 60 61
13 10 9 9 9
Keterangan: Persentase total tidak sama dengan 100 persen karena pembulatan.
Sumber: Survei Demographi dan Kesehatan Indonesia.
Gambar 3
Perhitungan biaya yang
digunakan untuk aborsi yang
tidak aman—dalam hal ini
termasuk biaya keuangan yang
dikeluarkan dan juga biaya
sosial—untuk perempuan yang
bersangkutan, keluarga, sistem
pelayanan kesehatan dan
pemerintah adalah juga sangat
penting untuk diteliti agar
dampak dari aborsi yang tidak
aman yang terjadi di masyakat
dapat dimengerti.
Lebih lanjut, para pengambil
kebijakan di Indonesia
mungkin dapat mendapatkan
manfaat dengan membanding-
kan keadaan di Indonesia
dengan negara-negara Islam
lainnya dalam hal insiden
aborsi, angka dari komplikasi
dan kematian maternal yang
disebabkan karena aborsi, dan
kebijakan serta program yang
telah diimplementasikan di
negara-negara tersebut untuk
mengurangi terjadinya aborsi
yang tidak aman.
Para pengambil kebijakan
harus mengambil langkah
untuk mengakhiri aborsi
yang tidak aman.
Walaupun dengan berkembang-
nya penelitian tentang
aborsi, aborsi yang tidak aman
akan terus menjadi hal yang
mengancam kesehatan perem-
puan Indonesia dan kesejahteraan-
nya, dan akan terus menambah
misteri bertambahnya angka
kematian maternal dan
perawatan di rumah sakit
karena aborsi yang tidak aman
tersebut, terkecuali bila
langkah-langkah yang sesuai
segera diambil untuk mengatasi
masalah ini. Saran-saran berikut
bertujuan untuk membantu
pemerintah Indonesia untuk
menghindari terjadinya aborsi
yang tidak aman dan memenuhi
tujuan Millenium Development
Goal untuk dapat menurunkan
ratio kematian maternal sampai
tiga perempat antara tahun
1990 dan 2015.
• Menghindari terjadinya
kehamilan yang tidak
diinginkan adalah langkah
pertama yang perlu diambil
untuk dapat menurunkan angka
aborsi yang tidak aman.
Pemerintah seharusnya mengi-
dentifikasi langkah-langkah
yang perlu diambil untuk
menghentikan terjadinya
penurunan pemakaian keluarga
berencana, menurunkan unmet
need alat kontrasepsi dan
mempromosikan investasi
dalam pelayanan keluarga
berencana pada tingkat
kabupaten. Usaha-usaha ini
harus dapat menjamin agar
perempuan dapat memperoleh
informasi yang akurat tentang
berbagai jenis alat kontrasepsi
dan juga termasuk efek
sampingan yang mungkin
ditimbulkan dari alat kon-
trasepsi tersebut.
• Tersedianya informasi dan
pendidikan kesehatan repro-
duksi dan seksualitas untuk
para kaula muda dapat
membantu memberi pengertian
pada mereka tentang resiko
yang berkaitan dengan
hubungan seksual yang tidak
aman, dan tersedianya penge-
tahuan tentang cara-cara untuk
mencegah terjadinya kehamilan
yang tidak diinginkan dapat
mengurangi terjadinya aborsi.
Diberikannya pendidikan
seksual adalah sesuatu yang
sangat kontraversial, tetapi
perlu dicacat bahwa sudah ada
program-program pendidikan
yang dilakukan melalui bidan
di daerah pedesaan dan juga
melalui sekolah dan organisasi
Islam.
• Perempuan yang memerlukan
aborsi karena kehamilannya
membahayakan jiwanya dan hal
ini sejalan dengan hukum yang
berlaku di Indonesia seharus-
nya dapat mendapatkan
prosedur aborsi yang aman.
Badan Kesehatan Dunia
merekomendasikan tersedianya
aborsi yang aman yang
terjamin ketersediannya dan
diperbolehkan oleh hukum
yang berlaku, dalam hal ini
termasuk untuk melakukan
training bagi pemberi layanan
tentang praktek aborsi yang
aman dan aborsi yang dilakukan
dalam keadaan steril,
menjamin tersedianya alat-alat
dan bahan-bahan yang
dibutuhkan, dan mempro-
mosikan digunakannya metode-
metode yang aman untuk
aborsi pada trimester pertama,
termasuk aborsi yang dilakukan
secara medis dan dengan
aspirasi vakum manual.17
• Ada baiknya untuk memper-
timbangkan dirumuskannya
kebijakan yang dapat menurun-
kan insiden aborsi yang tidak
aman. Hal ini termasuk
dipertimbangkannya kondisi
dimana perempuan dapat
mendapatkan aborsi yang aman
dan langkah-langkah yang
diperlukan untuk dapat
mendapatkan persetujuan
untuk melakukan aborsi yang
aman tersebut.
• Perawatan pasca aborsi
seharusnya dapat dengan
mudah tersedia sehingga
perempuan yang mengalami
komplikasi karena aborsi yang
tidak aman dapat mendapatkan
perawatan yang tepat. Jenis
perawatan tersebut seharusnya
komprehensif dan termasuk
konseling untuk pemakaian alat
kontrasepsi, pelayanan
kontrasepsi dan ketersediaan
alat kontrasepsi. Untuk
menjamin agar setiap tempat
pelayanan kesehatan yang
melayani perawatan pasca
aborsi memakai teknik yang
aman, maka disarankan agar
kurikulum untuk sekolah
kedokteran memasukkan
training cara pemakainan
aspirasi vakum manual, dan
agar semua fasilitas mempun-
yai akses untuk mendapatkan
kelangsungan bantuan teknis
Aborsi di Indonesia 5 Guttmacher Institute
dilakukan dalam kurun waktu
40 hari setelah masa konsepsi.
Lebih banyak informasi
dibutuhkan.
Sudahlah jelas bahwa banyak
perempuan Indonesia meng-
alami kehamilan yang tidak
diinginkan dan banyak dari
perempuan-perempuan tersebut
mencoba untuk menghindari
terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan dengan cara
melakukan aborsi. Namun,
berapa insiden tepatnya yang
terjadi dan dampak keparahan
dari konsekuensi yang ditim-
bulkan karena aborsi yang tidak
aman tidak diketahui. Prioritas
penelitian yang paling utama
untuk dilakukan di Indonesia
menurut para pengambil
kebijakan, para pemberi
layanan kesehatan dan insti-
tusi-institusi lainnya adalah
untuk dapat mendapatkan data
nasional yang terbaru tentang
insiden dari aborsi dan kesakit-
an dan kematian maternal yang
disebabkan karena aborsi yang
tidak aman. Estimasi subna-
tional dari keadaan ini juga
sangat penting, sejalan dengan
desentralisasi dari fungsi-fungsi
pemerintahan.
Selain itu, penelitian mendalam
tentang pengalaman-pengala-
man perempuan—hambatan-
hamabatan yang dialaminya
sehingga perempuan mengalami
keterbatasan untuk memakai
kontrasepsi secara efektif,
proses pengambilan keputusan
bila dihadapkan pada kehamil-
an yang tidak diinginkan, sikap
perempuan terhadap aborsi dan
langkah-langkah yang mereka
ambil bila akan melakukan
aborsi—akan membantu para
pemimpin mengerti sehingga
para pemimpin dapat mengam-
bil langkah untuk mengatasi
masalah yang dihadapi perem-
puan dalam usaha-usahanya
untuk membatasi kelahiran.
dan penambahan alat yang
dibutuhkan untuk dapat
melakukan teknik ini.18
DAFTAR PUSTAKA
1. Utomo B dkk., Insiden dan Aspek
Sosial-Psikologis dari Aborsi di
Indonesia: Survei Komunitas di 10
Kota dan 6 Kabupaten, Tahun 2000
(Insidence and Social-Psychological
Aspects of Abortion in Indonesia: A
Community-Base Survey in 10 Major
Cities and 6 Districts, Year 2000),
Jakarta Indonesia: Pusat Penelitian
Kesehataan, Universitas Indonesia,
2001.
2. Badan Kesehatan Dunia (WHO),
Aborsi Tidak Aman: Estimasi Global
dan Regional dari Insiden Aborsi
Tidak Aman dan Kematian yang
Berkaitan pada tahun 2003. (Unsafe
Abortion: Global and Regional
Estimates of the Incidence of Unsafe
Abortion and Associated Mortality in
2003), edisi kelima, Geneva:WHO,
2007.
3. Hukum Kesehatan 23/1992.
(1992).
4. Sedgh G dkk., Aborsi induksi:
estimasi rates dan kecendurungan-
nya untuk seluruh dunia (Induced
abortion: estimated rates and trends
world wide), Lancet, 2007,
370(9595):1338-1345.
5. United Nations Department of
Economic and Social Affairs,
Population Division, Prospek
Kependudukan Dunia: Revisi 2006
(World Population Prospects: the
2006 Revision), New York: United
Nations, 2007.
6. Badan Pusat Statistik (BPS) dan
ORC Macro, Survei Demographi dan
Kesehatan Indonesia 2002-2003
(Indonesia Demographic and Health
Survey 2002-2003), Calverton,
MD.USA: BPS dan ORC Macro, 2003.
7. Widyantoro N and Herna Lestari,
Laporan Penelitian Penghentian
Kehamilan tak Diinginkan yang
Aman Berbasis Konseling: Penelitian
di 9 Kota Besar, Jakarta
Indonesia:Yayasan Kesehatan
Perempuan, 2004.
8. Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI). Studi Retrospektif
Induksi Haid di 9 Kota di Indonesia:
2000-2003 (Retrospective Study on
Menstrual Regulation in 9 Cities in
Indonesia: 2000-2003), Jakarta,
Indonesia: PKBI, 2005.
9. Grimes DA dkk., Aborsi yang
tidak aman: pandemik yang dapat
dihindari (Unsafe abortion: the
preventable pandemic), Lancet,
2006, 368(9550):1908-1919.
10. Badan Kesehatan Dunia (WHO),
Aborsi yang Tidak Aman: Estimasi
Global dan Regional Insiden dari
Aborsi yang Tidak Aman dan
Kematian yang Berhubungan pada
Tahun 2000 (Unsafe Abortion:
Global and Regional Estimates of
Incidence of Unsafe Abortion and
Associated Mortality in 2000), edisi
keempat, Geneva: WHO, 2004.
11. Sucahya PK, Biaya pelayanan
penghentian kehamilan menurut
perspektif klien dan institusi
penyedia pelayanan penghentian
kehamilan, dalam: Yayasan Mitra
Inti, Temuan Terkini Upaya
Penatalaksaan Kehamilan tak
Direncanakan: Hasil dari Seminar
Sehari, Jakarta, Indonesia: Yayasan
Mitra Inti, 2005, pp.65-84.
12. Singh S, Perawatan di rumah
sakit karena aborsi yang tidak
aman: estimasi dari 13 negara
berkembang (Hospital admissions
resulting from unsafe abortion:
estimate from 13 developing
countries), Lancet, 2006,
368(9550):1887-1892.
13. BPS dan ORC Macro, Laporan
Awal Survei Demographi dan
Kesehatan Indonesia 2007
(Indonesian Demographic and
Health Survey 2007 Preliminary
Report), Jakarta, Indonesia: BPS
and ORC Macro, 2008.
14. Singh S dkk., Hal-hal yang
Menguntungkan: Keuntungan dari
Investasi Pelayanan Sesksual dan
Kesehatan Reproduksi (Adding it Up:
The Benefits of Investing in Sexual
and Reproductive Health Care),
New York: The Alan Guttmacher
Institute, 2003.
15. Sedgh G dkk., Perempuan
dengan unmet need untuk
kontrasepsi di negara-negara
berkembang dan alasan-alasan
mereka untuk tidak menggunakan
alat kontrasepsi (Women with an
unmet need for contraception in
developing countries and their
reasons for not using a method),
Occasional Report, New York:
Guttmacher Institute, 2007, No. 37.
16. Andari B dkk., Aborsi dalam
Perspektif Lintas Agama, Yogyakarta,
Indonesia: Kerjasama Ford
Foundation dengan Pusat Studi
Kependudukan dan Kebijakan,
Universitas Gadjah Mada, 2005.
17. Badan Kesehatan Dunia (WHO),
Aborsi yang aman: Tutunan Teknis
dan Kebijakan untuk Sistem
Kesehatan (Safe Abortion: Technical
and Policy Guidance for Health
Systems), Geneva: WHO, 2003.
18. Departmen Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia,
Laporan Hasil Penelitian: Assessmen
Perawatan Pasca Aborsi (Study
Report: Post Abortion Care
Assessment), Jakarta, Indonesia:
Universitas Indonesia, 2008.
PUSTAKA BOX
1. Thanenthiran S dan Khan A, eds.,
Hak dan Kenyataan: Memonitor
Laporan-laporan tentang Status
Seksualitas dan Kesehatan
Reproduksi Perempuan dan Hak-hak
yang Dimiliki Perempuan (Rights
and Realities: Monitoring Reports on
the Status of Indonesian Women’s
Sexual and Reproductive Health and
Rights), Kuala Lumpur, Malaysia:
Asian-Pacific Resource & Research
Centre for Women, 2008.
PENGHARGAAN
Laporan ini disusun oleh Gilda
Sedgh dan Haley Ball. Iwu Utomo
menterjemahkan tulisan ini kedalam
Bahasa Indonesia. Para penulis
ingin mengucapkan terima kasih
pada Akin Bankole, Leila Darabi dan
Susheela Singh, dan semua rekan-
rekan di Guttmacher Institute untuk
komentar-komnetar dan saran-
saran yang diberikan. Mereka juga
ingin mengucapkan terima kasih
kepada para pembahas yang telah
memberikan masukkan yang sangat
berharga pada draft laporan ini: Dr.
Djajadilaga, POGI; Laily Hanifah,
Yayasan Mitra Inti; Pilar Jimenez,
Ford Foundation, Indonesia; Budi
Utomo, Pusat Penelitian Kesehatan,
Universitas Indonesia; Iwu Utomo,
Australian Demographic and Social
Research Institute, Australian
National University; dan Ninuk
Widyantoro, Yayasan Kesehatan
Perempuan.”
Saran untuk kutipan: Sedgh G and
Ball H, Abortion in Indonesia, In
Brief, (Aborsi di Indonesia, Laporan
ini) New York: Guttmacher Institute,
2008, No. 2.
©Guttmacher Institute, 2008
Meningkatan pengertian dunia dalam bidang seksual dan kesehatan reproduksi
melalui penelitian, analisa kebijakan dan pendidikan masyarakat
www.guttmacher.org
New York
125 Maiden Lane
New York, NY 10038
Tel: 212.248.1111, Fax: 212.248.1951
info@guttmacher.org
Washington D.C.
1301 Connecticut Avenue N.W., Suite 700
Washington, DC 20036
Tel: 202.296.4012, Fax: 202.223.5756
policyinfo@guttmacher.org 9/2008
Aborsi di Indonesia 6 Guttmacher Institute

More Related Content

What's hot

Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamilPp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
refmaeka
 
15343894 pengetahuan-ibu-hamil-tentang-antenatal-care-ditinjau-dari-segi-umur...
15343894 pengetahuan-ibu-hamil-tentang-antenatal-care-ditinjau-dari-segi-umur...15343894 pengetahuan-ibu-hamil-tentang-antenatal-care-ditinjau-dari-segi-umur...
15343894 pengetahuan-ibu-hamil-tentang-antenatal-care-ditinjau-dari-segi-umur...
Operator Warnet Vast Raha
 
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Operator Warnet Vast Raha
 
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 finalPelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
SelfiNice
 
Uterus Septa Longitudinal Komplit, Bikolis, Septum Vagina Parsial
Uterus Septa Longitudinal Komplit, Bikolis, Septum Vagina ParsialUterus Septa Longitudinal Komplit, Bikolis, Septum Vagina Parsial
Uterus Septa Longitudinal Komplit, Bikolis, Septum Vagina Parsial
Mediana Sutopo L
 
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanModul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Uwes Chaeruman
 

What's hot (17)

1
11
1
 
Css persalinan preterm (1)
Css persalinan preterm (1)Css persalinan preterm (1)
Css persalinan preterm (1)
 
Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamilPp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
Pp proposal kehamilan resiko tinggi pada ibu hamil
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
132 231-1-sm
132 231-1-sm132 231-1-sm
132 231-1-sm
 
74 136-1-sm
74 136-1-sm74 136-1-sm
74 136-1-sm
 
KTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulan
KTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulanKTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulan
KTI faktor yang mempengarui pengguna alkon suntik 3 bulan
 
Fffsddxxx
FffsddxxxFffsddxxx
Fffsddxxx
 
15343894 pengetahuan-ibu-hamil-tentang-antenatal-care-ditinjau-dari-segi-umur...
15343894 pengetahuan-ibu-hamil-tentang-antenatal-care-ditinjau-dari-segi-umur...15343894 pengetahuan-ibu-hamil-tentang-antenatal-care-ditinjau-dari-segi-umur...
15343894 pengetahuan-ibu-hamil-tentang-antenatal-care-ditinjau-dari-segi-umur...
 
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care di puskesmas tipo palu...
 
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 finalPelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
 
Uterus Septa Longitudinal Komplit, Bikolis, Septum Vagina Parsial
Uterus Septa Longitudinal Komplit, Bikolis, Septum Vagina ParsialUterus Septa Longitudinal Komplit, Bikolis, Septum Vagina Parsial
Uterus Septa Longitudinal Komplit, Bikolis, Septum Vagina Parsial
 
4. remaja kontrasepsi
4. remaja  kontrasepsi4. remaja  kontrasepsi
4. remaja kontrasepsi
 
Moch salim ante natal care (anc) dalam resprektif ibu hamil - gambaran ker...
Moch salim    ante natal care (anc) dalam resprektif ibu hamil - gambaran ker...Moch salim    ante natal care (anc) dalam resprektif ibu hamil - gambaran ker...
Moch salim ante natal care (anc) dalam resprektif ibu hamil - gambaran ker...
 
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatanModul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
Modul 5 kb 1 mutu layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan
 
Masalah Kesehatan ibu
Masalah Kesehatan ibuMasalah Kesehatan ibu
Masalah Kesehatan ibu
 

Similar to Aborsi di indonesia

212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
ahmad_sanusi
 
(MATERI 1) Ruang Lingkup dan Tujuan Andrologi.pptx
(MATERI 1) Ruang Lingkup dan Tujuan Andrologi.pptx(MATERI 1) Ruang Lingkup dan Tujuan Andrologi.pptx
(MATERI 1) Ruang Lingkup dan Tujuan Andrologi.pptx
RifaldiSyaputra1
 

Similar to Aborsi di indonesia (20)

Kontrasepsi hormonal dan infertilitas sekunder.
Kontrasepsi hormonal dan infertilitas sekunder. Kontrasepsi hormonal dan infertilitas sekunder.
Kontrasepsi hormonal dan infertilitas sekunder.
 
BAB I
BAB IBAB I
BAB I
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
ANITA RUSNITA_PPT_OK.pptx
ANITA RUSNITA_PPT_OK.pptxANITA RUSNITA_PPT_OK.pptx
ANITA RUSNITA_PPT_OK.pptx
 
BAB 1 KANKER SERVIKS.pdf
BAB 1 KANKER SERVIKS.pdfBAB 1 KANKER SERVIKS.pdf
BAB 1 KANKER SERVIKS.pdf
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
Aborsi
AborsiAborsi
Aborsi
 
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
212386738 aki-dan-akb-who-new-2010
 
(MATERI 1) Ruang Lingkup dan Tujuan Andrologi.pptx
(MATERI 1) Ruang Lingkup dan Tujuan Andrologi.pptx(MATERI 1) Ruang Lingkup dan Tujuan Andrologi.pptx
(MATERI 1) Ruang Lingkup dan Tujuan Andrologi.pptx
 
PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...
PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...
PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...
 
PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...
PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...
PERBEDAAN SIKLUS MENSTRUASI ANTARA IBU YANG MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI IUD ...
 
ASKEB KB IUD
ASKEB KB IUDASKEB KB IUD
ASKEB KB IUD
 
Yudy kirihio
Yudy kirihioYudy kirihio
Yudy kirihio
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 
Makalah kehamilan
Makalah kehamilanMakalah kehamilan
Makalah kehamilan
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
FitriaSarmida1
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
MaskuratulMunawaroh
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
DessyArliani
 

Recently uploaded (20)

power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
Panduan Memahami Data Rapor Pendidikan 2024
 
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL PENDIDIKAN PANCASILA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docxKisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
Kisi kisi Ujian sekolah mata pelajaran IPA 2024.docx
 
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptxPPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
PPT SOSIALISASI PENGELOLAAN KINERJA GURU DAN KS 2024.pptx
 
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMKAksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
 
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024Latihan Soal untuk  US dan Tryout SMP 2024
Latihan Soal untuk US dan Tryout SMP 2024
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 20241. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
1. Kisi-kisi PAT IPA Kelas 7 Kurmer 2024
 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Aborsi di indonesia

  • 1. In Brief Aborsi di Indonesia Walaupun bukti-bukti yang dapat dipercaya tidak tersedia, para peneliti memperkirakan bahwa setiap tahunnya sekitar dua juta aborsi yang diinduksi terjadi di Indonesia1 dan di Asia Tenggara kematian yang disebabkan karena aborsi yang tidak aman adalah sebesar 14-16% dari semua kematian maternal.2 Upaya pencegahan terjadinya aborsi yang tidak aman adalah sangat penting bila Indonesia ingin mencapai tujuan ke lima dari Millennium Development Goal untuk memperbaiki kondisi kesehatan ibu dan menurunkan kematian maternal. Di Indonesia saat ini hukum tentang aborsi didasarkan pada hukum kesehatan tahun 1992.3 Walaupun bahasa yang digunakan untuk aborsi adalah samar- samar, secara umum hukum tersebut mengizinkan aborsi bila perempuan yang akan melakukan aborsi mempunyai surat dokter yang mengatakan bahwa kehamilan- nya membahayakan kehidupannya, surat dari suami atau anggota keluarga yang mengijinkan penguguran kandung- annya, test laboratorium yang menyata- kan perempuan tersebut positif dan pernyataan yang menjamin bahwa setelah melakukan aborsi perempuan tersebut akan menggunakan kontrasepsi. Laporan ini menerangkan tentang apa yang sudah diketahui sampai saat ini tentang aborsi di Indonesia. Hasil-hasil penelitian yang tertera dalam laporan ini terutama adalah berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan dimana penelitian-penelitian tersebut mempunyai karakteristik sebagai berikut: dilakukan dalam skala kecil, dilakukan di daerah perkotaan dan penelitian-penelitian yang berbasis pada klinik bersadarkan pengalaman-pengala- man perempuan yang melakukan aborsi. Walaupun ada juga hasil penelitian yang dilakukan di daerah pedesaan, dan aborsi yang dilakukan bukan di klinik, tetapi penelitian-penelitian tersebut tidak representatif secara nasional. Walaupun penelitian-penelitian ini tidak memberikan deskripsi yang lengkap tentang siapa yang melakukan aborsi di Indonesia dan bagaimana pengalaman-pengalaman mereka, bukti-bukti dari penelitian tersebut menggambarkan bahwa aborsi di Indonesia banyak terjadi dan dalam hal ini jenis aborsi yang dilakukan adalah aborsi yang tidak aman. Aborsi umum dilakukan di Indonesia. Pada tahun 2000 di Indonesia diperki- rakan bahwa sekitar dua juta aborsi terjadi.1 Angka ini dihasilkan dari penelitian yang dilakukan berdasarkan sampel yang diambil dari fasilitas- fasilitas kesehatan di 6 wilayah, dan juga termasuk jumlah aborsi spontan yang tidak diketahui jumlahnya walaupun dalam hal ini diperkirakan jumlahnya kecil. Walaupun demikian, estimasi aborsi dari penelitian tersebut adalah estimasi yang paling komprehensif yang terdapat di Indonesia sampai saat ini. Estimasi aborsi berdasarkan penelitian ini adalah angka tahunan aborsi sebesar 37 aborsi untuk setiap 1,000 perempuan usia reproduksi (15-49 tahun). Perkiraan ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia: dalam skala regional sekitar 29 aborsi terjadi untuk setiap 1,000 perempuan usia reproduksi.4 Sementara tingkat aborsi yang diinduksi tidak begitu jelas, namun terdapat bukti bahwa dari 4.5 juta kelahiran yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia pada waktu sekitar waktu penelitian tersebut dilakukan, 760,000 (17%) dari kelahiran yang terjadi adalah kelahiran yang tidak diinginkan atau tidak direncanakan.5,6 Paien-pasien yang melakukan aborsi umumnya adalah perempuan yang sudah menikah dengan unmet need untuk kontrasepsi. Walaupun perempuan dari segala segi kehidupan di Indonesia kemungkinan besar telah menggunakan pelayanan aborsi, informasi tentang karakteristik perempuan-perempuan yang melakukan aborsi umumnya didapat dari penelitian- penelitian yang dilakukan di klinik-klinik Dalam Kesimpulan Seri 2008, No. 2 Setiap tahunnya di Indonesia, berjuta-juta perempuan meng- alami kehamilan yang tidak direncanakan, dan sebagian besar dari perempuan tersebut memilih untuk mengakhiri kehamilan mereka, walaupun dalam kenyataanya aborsi secara umum adalah illegal. Seperti di negara-negara berkembang lainnya dimana terdapat stigma dan pembatasan yang ketat terhadap aborsi, perempuan Indonesia sering kali mencari bantuan untuk aborsi melalui tenaga-tenaga non- medis yang menggunakan cara-cara antara lain dengan meminum ramuan-ramuan yang berbahaya dan melakukan pemijatan penguguran kandungan yang membahayakan.
  • 2. dan rumah sakit. Oleh karena itu perempuan yang melakukan aborsi di luar fasilitas tersebut termasuk mereka yang melakukan upaya aborsi sendiri tidak terwakili dalam penelitian- penelitian tersebut. Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan terbukti bahwa sebagian besar perempuan yang melakukan aborsi atau induksi haid di klinik atau rumah sakit memiliki profil khusus: mereka cenderung sudah menikah dan berpendidikan.1,7,8 Sebagai contoh, dalam sebuah peneli- tian yang dilakukan di tahun 2000, menunjukkan bahwa dua- pertiga dari klien yang melakukan aborsi sudah menikah, dan hampir dua-pertiga sudah pernah duduk di bangku Sekolah Menengah atas (Gambar 1, halaman 2).1 Padahal bertentang- an dengan kenyataan tersebut, di Indonesia hanya terdapat 38% dari perempuan pernah kawin yang pernah duduk di bangku Sekolah Menengah.6 Dalam penelitian terbaru ditemukan bahwa, 54% klien aborsi adalah lulusan Sekolah Menengah dan 21% dari mereka adalah lulusan akademi atau universi- tas, dan 87% dari klien aborsi yang tinggal di daerah perkotaan sudah menikah.7 Selanjutnya ditemukan bahwa hampir setiap klien yang melakukan aborsi berusia lebih dari 20 tahun (58% berusia lebih tua dari 30 tahun), dan hampir separuh dari perem- puan-perempuan tersebut sudah memiliki paling sedikit dua anak. Temuan-temuan dari penelitian yang sudah dilakukan mengindikasikan bahwa sebagian perempuan yang melakukan aborsi sudah melakukan upaya aktif sebelumnya untuk mencegah kehamilannya pada waktu konsepsi. Dalam salah satu penelitian disebutkan bahwa, sekitar 19% dari klien-klien di perkotaan dan 7% dari klien- klien di pedesaan yang melakukan aborsi melaporkan bahwa mereka sudah menggu- nakan alat kontrasepsi sebelum mereka hamil.1 Dalam peneliti- an lain, ditemukan proporsi yang lebih tinggi-sekitar sepertiga dari klien melaporkan mengalami kegagalan kon- trasepsi.7 Walaupun demikian, hampir seluruh klien yang melakukan aborsi mengalami unmet need dari kontrasepsi, karena mereka tidak ingin segera mempunyai anak lagi atau mereka tidak menginginkan tambahan anak sama sekali sedangkan mereka tidak memakai alat kontrasepsi apapun. Salah satu alasan yang sering diungkapkan oleh perempuan yang mengupayakan aborsi adalah bahwa mereka sudah mencapai jumlah anak yang diinginkan.1 Selain itu, banyak dari perempuan yang belum menikah melakukan aborsi karena mereka ingin meneruskan pendidikanya sebelum mereka menikah. Dalam salah satu penelitian ditemukan bahwa, hanya 4% dari klien yang melakukan aborsi mengakhiri kehamilannya karena alasan untuk menjaga kesehatan fisik mereka.7 Banyak aborsi yang dilakukan di Indonesia adalah tidak aman. Tidak seperti aborsi yang aman, aborsi yang tidak aman dapat membahayakan kese- hatan dan nyawa perempuan yang melakukannya, dan derajat keamanannya tergan- tung dari prosedur dan metode yang digunakan oleh pemberi layanan kesehatan.9,10 Pemilihan perempuan untuk jenis pelayanan aborsi yang akan digunakannya bervariasi tergantung dari tempat tinggal perempuan tersebut. Para peneliti mengestimasikan bahwa rumah sakit dan staf yang memberikan pelayanan alat kontrasepsi, dokter spesialis kebidanan dan kandungan dan bidan melakukan sekitar 85% dari aborsi yang dilakukan di tempat pelayanan kesehatan di daerah perkotaan, dan dukun bersalin melakukan sekitar 15% dari aborsi.1 Dilain pihak, di daerah pedesaaan, dukun bersalin diestimasikan melakukan lebih dari empat perlima aborsi yang terjadi. Secara keseluruhan, hampir setengah dari semua perem- puan yang mencari pelayanan aborsi di Indonesia lari pada dukun bersalin, dukun tradi- sional atau ahli pijat yang menggunakan cara pemijatan untuk menggugurkan kandun- gan. (Perempuan-perempuan yang mengupayakan untuk Aborsi di Indonesia 2 Guttmacher Institute Aspirasi vakum atau D&K Medikasi oral dan pijatan Medikasi aborsi yang disuntikan Benda asing dimasukkan dalam vagina/rahim Jamu-jamuan/ramuan lain dimasukkan dalam vagina/rahim Akupunktur Paranormal Di Indonesia metode aspirasi vakum dipakai kurang dari setengah aborsi yang dilakukan. Metode-metode aborsi 13% 38% 25% 5% 4% 8% 8% Keterangan: D&K=dilatasi dan kuret. Persentasi total tidak sama dengan 100 persen karena pembulatan. Sumber: Daftar Pustaka 1. Gambar 2 Aborsi yang dilakukan di tempat-tempat pelayanan, 2000 Hampir semua klien yang melakukan aborsi sudah menikah dan berpendidikan, tetapi beberapa melakukan aborsi karena kegagalan alat kontrasepsi. Siapa yang melakukan aborsi? %perempuan-perempuanyangmelakukanaborsi ditempat-tempatpelayanankesehatan,2000 19 20–29 30–39 40 Menikah Belum Menikah Cerai SD SMP SMA Tidak pernah pakai Pernah pakai Current user 75 Pemakaian Kontrasepsi Pendidikan*Status PerkawinanUmur 46 8 66 37 33 43 50 33 14 22 10 21 18 Aka/Uni 0 20 40 60 80 100 Keterangan: * SD=Sekolah Dasar; SMP=Sekolah Menengah Tingkat Pertama; SMA=Sekolah Menengah Tingkat Atas; Aka/Uni=Akademi/Universitas. Persentasi total tidak sama dengan 100 persen karena pembulatan. Sumber: Daftar Pustaka 1. ≤ ≥ Gambar 1
  • 3. melakukan aborsi sendiri tidak termasuk dalam perkiraan ini). Sementara jumlah dari upaya penguguran kandungan yang dilakukan sendiri tidak dike- tahui, salah satu penelitian menemukan bahwa hampir semua dari perempuan yang mencari upaya aborsi pada tempat pelayanan kesehatan, pertama melakukan upaya aborsi sendiri. Dalam penelitian tentang klien yang mencari upaya induksi haid di salah satu klinik di daerah perkotaan ditemukan bahwa, langkah pertama yang diambil oleh para perempuan tersebut adalah untuk memakai obat-obatan yang dapat dibeli tanpa resep atau minum jamu-jamuan untuk melancarkan menstruasi.11 Setelah itu banyak yang kemudian melakukan test kehamilan. Bila kehamilannya dinyatakan positif, upaya yang paling banyak dilakukan oleh perempuan-perempuan tersebut dalam usaha penguguran kandungannya adalah dengan minum lebih banyak jamu- jamuan atau dengan upaya pemijatan untuk aborsi yang dilakukan oleh dukun tradi- sional. Bila upaya aborsi tersebut belum juga berhasil, perempuan tersebut baru kemudian mengugurkan kandungannya di klinik. Dalam penelitian tentang perempuan yang melakukan aborsi di klinik, hanya 38% melaporkan bahwa prosedur yang digunakan adalah aspirasi vakum, yang merupakan prosedur yang aman dan metode yang sudah terjamin untuk aborsi pada kehamilan dini, atau dilatasi dan kuret, metode yang effektif tetapi tidak seaman metode aspirasi vakum (Gambar 2).1 Sebanyak 25% dari klien menggunakan pengobatan oral dan dipijat agar terjadi penguguran; 13% menerima suntikan untuk penguguran kandungan; 13% memasukan benda asing ke dalam vagina atau rahim dan 4% melakukan aborsi dengan cara akupunktur. Aborsi yang tidak aman dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi yang tak terduga dan kematian. Di Indonesia estimasi terbaru untuk kematian yang berkaitan dengan aborsi tidak tersedia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengestimasikan bahwa aborsi yang tidak aman bertanggung jawab terhadap 14% dari kematian ibu di Asia Tenggara, tetapi untuk negara-negara di Asia Tenggara dengan hukum aborsi yang sangat ketat, maka angka kematian ibu karena aborsi meningkat menjadi 16% (termasuk Indonesia).2 Diduga bahwa terjadinya komplikasi-komplikasi dari aborsi yang tidak aman adalah jauh lebih tinggi dari kemung- kinan terjadinya kematian. Dalam hal ini jumlah untuk Indonesia juga tidak tersedia, tetapi untuk Asia Tenggara diestimasikan bahwa tiga dari setiap 1,000 perempuan yang berusia 15-44 tahun dirawat di rumah sakit setiap tahunnya karena komplikasi yang berhubungan dengan aborsi.12 Bila dihitung maka hal tersebut sama dengan 130 perawatan di rumah sakit untuk setiap 1000 perempuan yang melakukan aborsi yang tidak aman. Angka komplikasi yang sebenarnya, yang termasuk komplikasi yang terjadi pada perempuan yang mengalami komplikasi tetapi tidak berobat ke rumah sakit, dipercaya lebih tinggi dari angka perawatan di rumah sakit terbebut. Komplikasi aborsi yang paling sering terjadi adalah pendarahan yang berat, infeksi dan keracunan dari bahan yang digunakan untuk penguguran kandungan; banyak perempuan juga mengalami kerusakan pada alat kemaluannya, rahim, dan perforasi rahim.9 Karena kebanyakan aborsi di Indonesia dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih dan banyak juga (yang jumlahnya tidak diketahui) yang mengu- payakan penguguran kandungan sendiri, angka dari komplikasi medis dan kematian maternal dari aborsi yang tidak aman dapat diperkirakan cukup tinggi. Dan karena aborsi yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih cenderung lebih murah biayanya bila dibanding- kan dengan biaya aborsi yang dilakukan di bawah kondisi yang lebih higenis oleh tenaga kesehatan yang professional, perempuan yang berasal dari golongan ekonomi rendah— yang mungkin tidak mampu untuk menggunakan tenaga kesehatan yang terlatih— mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami penderitaan yang cukup berat karena terjadinya komplikasi- komplikasi yang disebabkan oleh aborsi (lihat box). Aborsi yang tidak aman dapat menjadi mahal. Biaya untuk aborsi yang tidak aman dapat dilihat dari berbagai sudut: biaya yang digunakan untuk aborsi itu sendiri; biaya yang lebih luas: termasuk hilangnya pendapat- an dan biaya yang digunakan untuk pelayanan setelah aborsi dilakukan; trauma fisik dan psikologis yang dialami perempuan tersebut; biaya sosial, termasuk stigma dan pengucilan; dan biaya-biaya yang mungkin terkait dengan sistem perawatan kesehatan dan masyarakat. Umumnya biaya-biaya tersebut sangat sulit untuk dihitung; data yang tersedia umumnya hanya mengacu pada biaya keuangan yang langsung dikeluarkan oleh perempuan tersebut dan keluarganya. Penelitian yang dilakukan di sebuah klinik pada tahun 2004 mengukur biaya total yang dikeluarkan pasien-pasien untuk penguguran kandungan- nya, dimana banyak diantara mereka yang sudah melakukan upaya untuk mengugurkan kandungannya paling sedikit Aborsi di Indonesia 3 Guttmacher Institute Pengalaman-pengalaman dari aborsi yang tidak aman Wawancara mendalam dengan 50 perempuan yang kurang beruntung tentang pengalaman mereka melakukan aborsi memberi pengertian tentang resiko yang harus diambil perempuan pada waktu menggugurkan kandungannya.1 Salah satu dari perempuan yang diwawancara memberi gambaran sebagai berikut: “Pertama, perut saya dipijat, dari pijatan dengan tekanan yang tidak terlalu kuat sampai pijatan yang sangat keras dan sakit sekali. Kemudian kedua kaki saya ditekuk dan dukun tersebut memasukan jari-jarinya kedalam vagina saya dan mengkorek seluruh bagian dalam vagina. Pada saat dukun tersebut mengeluarkan tangannya dari vagina saya, saya merasakan ada sesu- atu yang keluar dari vagina saya, dan saya merasa lemas sekali. Sejam kemu- dian, saya diminta untuk minum ramuan dan dipijat lagi. Saya berteriak karena saya tidak tahan merasakan rasa sakit yang mendalam…Setelah 10 menit, ibu dukun berhenti memijat dan lagi-lagi saya merasakan ada sesuatu yang keluar dari vagina saya. Perempuan lain mengkisahkan tentang pengalaman sahabatnya: “Setelah meminum ramuan dari ibu dukun, dia merasa pusing yang sangat. Karena rasa sakit yang tak terkirakan sahabat saya harus memukulkan kepalanya ke tembok berkali-kali. Kemudian keadaannya memburuk; sahabat saya langsung panas, suhu tubuhnya menjadi sangat tinggi, dan setelah perutnya dipijat, pendarahan mulai terjadi dan pendarahannya tidak berhenti-henti...dia kesakit- an dan menjadi semakin lemas…kemudian sahabat saya meninggal dunia.”
  • 4. Aborsi di Indonesia 4 Guttmacher Institute dua kali sebelum mereka datang ke klinik tersebut.11 Dengan memasukkan biaya transportasi yang digunakan dan biaya yang dikeluarkan untuk setiap kali perempuan tersebut mengu- payakan penguguran kandung- an, maka dapat diperhitungkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh perempuan tersebut untuk mengugurkan kandungannya adalah sekitar Rp. 530,000-Rp. 3.6 juta. Bila dihitung, rata- rata biaya yang dikeluarkan untuk penguguran kandungan adalah sebesar Rp. 1,2 juta, biaya untuk penguguran kandungan tersebut cukup besar terutama bila dibandingkan dengan rata-rata pendapatan mereka yang hanya sebesar Rp. 2 juta per bulan. Dari hasil penelitian lain yang dilakukan pada tahun 2000, aborsi yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih dapat bertarif beberapa kali lipat bila dibandingkan dengan biaya yang dikenakan oleh dukun bersalin. Biaya yang dikenakan oleh dukun tradisional untuk mengugurkan kandungan adalah sekitar Rp. 7,000-Rp. 350,000, sementara bidan mengenakan biaya antara Rp. 35,000-Rp. 526,000, dokter di rumah sakit mengenakan biaya RP. 420,000-Rp. 876,000 dan dokter yang berpraktek di klinik swasta mengenakan biaya sekitar Rp. 700,000-Rp. 1,8 juta.1 Di Indonesia banyak yang membutuhkan alat kon- trasepsi yang efektif. Sementara pemakaian alat kontrasepsi di Indonesia selama dua dekade terakhir ini meningkat, dalam hal ini telah terjadi perubahan yang relatif sangat kecil sejak pertengahan tahun 1990 an (Gambar 3).6,13 Banyak perempuan yang sudah menikah (61%) memakai kontrasepsi, tetapi hampir 1 dalam setiap 10 perempuan tidak memakai kontrasepsi apapun walaupun mereka masih dalam keadaan subur dan tidak ingin menambah anak saat ini atau sama sekali tidak ingin mempunyai anak lagi. Tingkat unmet need untuk kontrasepsi diantara perempuan yang sudah menikah masih tetap konstan dalam waktu lebih dari satu dekade. Bukti-bukti dari negara-negara berkembang lainnya mengindikasikan bahwa sebagian besar dari kehamilan yang tidak direncanakaan terjadi dikalangan perempuan dengan unmet need,14 dan penelitian-penelitian tersebut dilakukan bersama dengan penelitian di Indonesia.1 Adalah suatu perbedaan yang kontras dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tentang kontrasepsi dikalangan perem- puan yang sudah menikah, penelitian tentang aktivitas seksual dan penggunaan kontrasepsi dikalangan perem- puan yang belum menikah belum pernah dilakukan di Indoensia baik di tingkat regional ataupun national. Bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya, perempuan Indonesia dengan unmet need untuk kontrasepsi secara relatif jarang menolak untuk menggu- nakan kontrasepsi atau dilarang menggunakan kon- trasepsi oleh suaminya, tetapi mereka lebih sering didapatkan merasa khawatir terhadap resiko kesehatan atau efek sampingan yang dapat ditim- bulkan dari penggunaan kontrasepsi.15 Mengingat prevalensi dari kekhawatiran- kekhawatiran tersebut, banyak perempuan akan menikmati keuntungan dari tersedianya pelayanan kontrasepsi yang menawarkan berbagai jenis alat kontrasepsi, tersedianya pendidikan mengenai penggu- naan alat kontrasepsi dan berbagai pilihan alat kon- trasepsi yang ada, dan juga termasuk tersedianya konseling yang mendalam untuk mem- bantu perempuan untuk mengidentifikasikan alat kontrasepsi yang sesuai. Agama banyak mempeng- aruhi pandangan-pandang- an tentang aborsi di Indonesia. Di Indonesia, agama membantu mempengaruhi terbentuknya pendapat publik untuk isu seperti aborsi. Penelitian terhadap 105 tokoh agama Islam, Katholik dan agama- agama Kristen lainnya di Yogyakarta mencerahkan pandangan tentang aborsi dari kelompok-kelompok agama di Indonesia. Walaupun tidak representatif secara nasional, penelitian tersebut mengindikasikan keberadaan berbagai pandangan tentang aborsi, dimana sebagian dari pandangan-pandangan para tokoh agama yang diwawancarai tidak sekonservatif kebijakan nasional tentang hal ini. Sebagian dari totoh-tokoh agama (82%) setuju bila aborsi dilakukan karena membahayakan nyawa perempuan.16 banyak yang berpendapat bahwa nyawa sang ibu lebih penting dibanding nyawa fetus yang dikandungnya, karena sang ibu diperlukan untuk merawat anak-anak yang lain dan juga keluarganya. Tokoh-tokoh agama Islam, walau pada umumnya konser- vatif, cenderung mempunyai pandangan yang lebih toleran terhadap aborsi dibandingkan dengan tokoh-tokoh agama dari agama Kristen.16 Contohnya, bila banyak tokoh agama yang tidak setuju dengan aborsi karena alasan akan mengganggu sekolah atau dapat mempengaruhi keadaan kesehatan kejiwaan sang ibu, lebih banyak proporsi tokoh agama Islam dibanding Kristen yang menyetujui tentang hal ini. Tidak ada tokoh agama Kristen yang setuju dengan penguguran kandungan karena alasan kegagalan kontrasepsi, tetapi beberapa tokoh agama Islam menyetujui hal ini. Diantara tokoh agama Islam, pandangan mereka tentang aborsi berbeda tergantung aliran yang diikutinya: aliran Imam Hanafi menyetujui dilakukannya aborsi sampai 120 hari setelah konsepsi, sementara aliran Syafi’i percaya bahwa aborsi hanya dapat Walaupun pemakaian kontrasepsi di Indonesia meningkat, terdapat satu untuk setiap 10 perempuan mempunyai unmet need untuk kontrasepsi Kebutuhan untuk Kontrasepsi %perempuanmenikahyangberusia15-49 21 18 0 20 40 60 80 100 Tidak Kontrasepsi Prevalensememerlukan Unmet need 20072003199719941991 38 35 33 31 30 50 55 57 60 61 13 10 9 9 9 Keterangan: Persentase total tidak sama dengan 100 persen karena pembulatan. Sumber: Survei Demographi dan Kesehatan Indonesia. Gambar 3
  • 5. Perhitungan biaya yang digunakan untuk aborsi yang tidak aman—dalam hal ini termasuk biaya keuangan yang dikeluarkan dan juga biaya sosial—untuk perempuan yang bersangkutan, keluarga, sistem pelayanan kesehatan dan pemerintah adalah juga sangat penting untuk diteliti agar dampak dari aborsi yang tidak aman yang terjadi di masyakat dapat dimengerti. Lebih lanjut, para pengambil kebijakan di Indonesia mungkin dapat mendapatkan manfaat dengan membanding- kan keadaan di Indonesia dengan negara-negara Islam lainnya dalam hal insiden aborsi, angka dari komplikasi dan kematian maternal yang disebabkan karena aborsi, dan kebijakan serta program yang telah diimplementasikan di negara-negara tersebut untuk mengurangi terjadinya aborsi yang tidak aman. Para pengambil kebijakan harus mengambil langkah untuk mengakhiri aborsi yang tidak aman. Walaupun dengan berkembang- nya penelitian tentang aborsi, aborsi yang tidak aman akan terus menjadi hal yang mengancam kesehatan perem- puan Indonesia dan kesejahteraan- nya, dan akan terus menambah misteri bertambahnya angka kematian maternal dan perawatan di rumah sakit karena aborsi yang tidak aman tersebut, terkecuali bila langkah-langkah yang sesuai segera diambil untuk mengatasi masalah ini. Saran-saran berikut bertujuan untuk membantu pemerintah Indonesia untuk menghindari terjadinya aborsi yang tidak aman dan memenuhi tujuan Millenium Development Goal untuk dapat menurunkan ratio kematian maternal sampai tiga perempat antara tahun 1990 dan 2015. • Menghindari terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan adalah langkah pertama yang perlu diambil untuk dapat menurunkan angka aborsi yang tidak aman. Pemerintah seharusnya mengi- dentifikasi langkah-langkah yang perlu diambil untuk menghentikan terjadinya penurunan pemakaian keluarga berencana, menurunkan unmet need alat kontrasepsi dan mempromosikan investasi dalam pelayanan keluarga berencana pada tingkat kabupaten. Usaha-usaha ini harus dapat menjamin agar perempuan dapat memperoleh informasi yang akurat tentang berbagai jenis alat kontrasepsi dan juga termasuk efek sampingan yang mungkin ditimbulkan dari alat kon- trasepsi tersebut. • Tersedianya informasi dan pendidikan kesehatan repro- duksi dan seksualitas untuk para kaula muda dapat membantu memberi pengertian pada mereka tentang resiko yang berkaitan dengan hubungan seksual yang tidak aman, dan tersedianya penge- tahuan tentang cara-cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dapat mengurangi terjadinya aborsi. Diberikannya pendidikan seksual adalah sesuatu yang sangat kontraversial, tetapi perlu dicacat bahwa sudah ada program-program pendidikan yang dilakukan melalui bidan di daerah pedesaan dan juga melalui sekolah dan organisasi Islam. • Perempuan yang memerlukan aborsi karena kehamilannya membahayakan jiwanya dan hal ini sejalan dengan hukum yang berlaku di Indonesia seharus- nya dapat mendapatkan prosedur aborsi yang aman. Badan Kesehatan Dunia merekomendasikan tersedianya aborsi yang aman yang terjamin ketersediannya dan diperbolehkan oleh hukum yang berlaku, dalam hal ini termasuk untuk melakukan training bagi pemberi layanan tentang praktek aborsi yang aman dan aborsi yang dilakukan dalam keadaan steril, menjamin tersedianya alat-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan, dan mempro- mosikan digunakannya metode- metode yang aman untuk aborsi pada trimester pertama, termasuk aborsi yang dilakukan secara medis dan dengan aspirasi vakum manual.17 • Ada baiknya untuk memper- timbangkan dirumuskannya kebijakan yang dapat menurun- kan insiden aborsi yang tidak aman. Hal ini termasuk dipertimbangkannya kondisi dimana perempuan dapat mendapatkan aborsi yang aman dan langkah-langkah yang diperlukan untuk dapat mendapatkan persetujuan untuk melakukan aborsi yang aman tersebut. • Perawatan pasca aborsi seharusnya dapat dengan mudah tersedia sehingga perempuan yang mengalami komplikasi karena aborsi yang tidak aman dapat mendapatkan perawatan yang tepat. Jenis perawatan tersebut seharusnya komprehensif dan termasuk konseling untuk pemakaian alat kontrasepsi, pelayanan kontrasepsi dan ketersediaan alat kontrasepsi. Untuk menjamin agar setiap tempat pelayanan kesehatan yang melayani perawatan pasca aborsi memakai teknik yang aman, maka disarankan agar kurikulum untuk sekolah kedokteran memasukkan training cara pemakainan aspirasi vakum manual, dan agar semua fasilitas mempun- yai akses untuk mendapatkan kelangsungan bantuan teknis Aborsi di Indonesia 5 Guttmacher Institute dilakukan dalam kurun waktu 40 hari setelah masa konsepsi. Lebih banyak informasi dibutuhkan. Sudahlah jelas bahwa banyak perempuan Indonesia meng- alami kehamilan yang tidak diinginkan dan banyak dari perempuan-perempuan tersebut mencoba untuk menghindari terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan dengan cara melakukan aborsi. Namun, berapa insiden tepatnya yang terjadi dan dampak keparahan dari konsekuensi yang ditim- bulkan karena aborsi yang tidak aman tidak diketahui. Prioritas penelitian yang paling utama untuk dilakukan di Indonesia menurut para pengambil kebijakan, para pemberi layanan kesehatan dan insti- tusi-institusi lainnya adalah untuk dapat mendapatkan data nasional yang terbaru tentang insiden dari aborsi dan kesakit- an dan kematian maternal yang disebabkan karena aborsi yang tidak aman. Estimasi subna- tional dari keadaan ini juga sangat penting, sejalan dengan desentralisasi dari fungsi-fungsi pemerintahan. Selain itu, penelitian mendalam tentang pengalaman-pengala- man perempuan—hambatan- hamabatan yang dialaminya sehingga perempuan mengalami keterbatasan untuk memakai kontrasepsi secara efektif, proses pengambilan keputusan bila dihadapkan pada kehamil- an yang tidak diinginkan, sikap perempuan terhadap aborsi dan langkah-langkah yang mereka ambil bila akan melakukan aborsi—akan membantu para pemimpin mengerti sehingga para pemimpin dapat mengam- bil langkah untuk mengatasi masalah yang dihadapi perem- puan dalam usaha-usahanya untuk membatasi kelahiran.
  • 6. dan penambahan alat yang dibutuhkan untuk dapat melakukan teknik ini.18 DAFTAR PUSTAKA 1. Utomo B dkk., Insiden dan Aspek Sosial-Psikologis dari Aborsi di Indonesia: Survei Komunitas di 10 Kota dan 6 Kabupaten, Tahun 2000 (Insidence and Social-Psychological Aspects of Abortion in Indonesia: A Community-Base Survey in 10 Major Cities and 6 Districts, Year 2000), Jakarta Indonesia: Pusat Penelitian Kesehataan, Universitas Indonesia, 2001. 2. Badan Kesehatan Dunia (WHO), Aborsi Tidak Aman: Estimasi Global dan Regional dari Insiden Aborsi Tidak Aman dan Kematian yang Berkaitan pada tahun 2003. (Unsafe Abortion: Global and Regional Estimates of the Incidence of Unsafe Abortion and Associated Mortality in 2003), edisi kelima, Geneva:WHO, 2007. 3. Hukum Kesehatan 23/1992. (1992). 4. Sedgh G dkk., Aborsi induksi: estimasi rates dan kecendurungan- nya untuk seluruh dunia (Induced abortion: estimated rates and trends world wide), Lancet, 2007, 370(9595):1338-1345. 5. United Nations Department of Economic and Social Affairs, Population Division, Prospek Kependudukan Dunia: Revisi 2006 (World Population Prospects: the 2006 Revision), New York: United Nations, 2007. 6. Badan Pusat Statistik (BPS) dan ORC Macro, Survei Demographi dan Kesehatan Indonesia 2002-2003 (Indonesia Demographic and Health Survey 2002-2003), Calverton, MD.USA: BPS dan ORC Macro, 2003. 7. Widyantoro N and Herna Lestari, Laporan Penelitian Penghentian Kehamilan tak Diinginkan yang Aman Berbasis Konseling: Penelitian di 9 Kota Besar, Jakarta Indonesia:Yayasan Kesehatan Perempuan, 2004. 8. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). Studi Retrospektif Induksi Haid di 9 Kota di Indonesia: 2000-2003 (Retrospective Study on Menstrual Regulation in 9 Cities in Indonesia: 2000-2003), Jakarta, Indonesia: PKBI, 2005. 9. Grimes DA dkk., Aborsi yang tidak aman: pandemik yang dapat dihindari (Unsafe abortion: the preventable pandemic), Lancet, 2006, 368(9550):1908-1919. 10. Badan Kesehatan Dunia (WHO), Aborsi yang Tidak Aman: Estimasi Global dan Regional Insiden dari Aborsi yang Tidak Aman dan Kematian yang Berhubungan pada Tahun 2000 (Unsafe Abortion: Global and Regional Estimates of Incidence of Unsafe Abortion and Associated Mortality in 2000), edisi keempat, Geneva: WHO, 2004. 11. Sucahya PK, Biaya pelayanan penghentian kehamilan menurut perspektif klien dan institusi penyedia pelayanan penghentian kehamilan, dalam: Yayasan Mitra Inti, Temuan Terkini Upaya Penatalaksaan Kehamilan tak Direncanakan: Hasil dari Seminar Sehari, Jakarta, Indonesia: Yayasan Mitra Inti, 2005, pp.65-84. 12. Singh S, Perawatan di rumah sakit karena aborsi yang tidak aman: estimasi dari 13 negara berkembang (Hospital admissions resulting from unsafe abortion: estimate from 13 developing countries), Lancet, 2006, 368(9550):1887-1892. 13. BPS dan ORC Macro, Laporan Awal Survei Demographi dan Kesehatan Indonesia 2007 (Indonesian Demographic and Health Survey 2007 Preliminary Report), Jakarta, Indonesia: BPS and ORC Macro, 2008. 14. Singh S dkk., Hal-hal yang Menguntungkan: Keuntungan dari Investasi Pelayanan Sesksual dan Kesehatan Reproduksi (Adding it Up: The Benefits of Investing in Sexual and Reproductive Health Care), New York: The Alan Guttmacher Institute, 2003. 15. Sedgh G dkk., Perempuan dengan unmet need untuk kontrasepsi di negara-negara berkembang dan alasan-alasan mereka untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi (Women with an unmet need for contraception in developing countries and their reasons for not using a method), Occasional Report, New York: Guttmacher Institute, 2007, No. 37. 16. Andari B dkk., Aborsi dalam Perspektif Lintas Agama, Yogyakarta, Indonesia: Kerjasama Ford Foundation dengan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan, Universitas Gadjah Mada, 2005. 17. Badan Kesehatan Dunia (WHO), Aborsi yang aman: Tutunan Teknis dan Kebijakan untuk Sistem Kesehatan (Safe Abortion: Technical and Policy Guidance for Health Systems), Geneva: WHO, 2003. 18. Departmen Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Laporan Hasil Penelitian: Assessmen Perawatan Pasca Aborsi (Study Report: Post Abortion Care Assessment), Jakarta, Indonesia: Universitas Indonesia, 2008. PUSTAKA BOX 1. Thanenthiran S dan Khan A, eds., Hak dan Kenyataan: Memonitor Laporan-laporan tentang Status Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Hak-hak yang Dimiliki Perempuan (Rights and Realities: Monitoring Reports on the Status of Indonesian Women’s Sexual and Reproductive Health and Rights), Kuala Lumpur, Malaysia: Asian-Pacific Resource & Research Centre for Women, 2008. PENGHARGAAN Laporan ini disusun oleh Gilda Sedgh dan Haley Ball. Iwu Utomo menterjemahkan tulisan ini kedalam Bahasa Indonesia. Para penulis ingin mengucapkan terima kasih pada Akin Bankole, Leila Darabi dan Susheela Singh, dan semua rekan- rekan di Guttmacher Institute untuk komentar-komnetar dan saran- saran yang diberikan. Mereka juga ingin mengucapkan terima kasih kepada para pembahas yang telah memberikan masukkan yang sangat berharga pada draft laporan ini: Dr. Djajadilaga, POGI; Laily Hanifah, Yayasan Mitra Inti; Pilar Jimenez, Ford Foundation, Indonesia; Budi Utomo, Pusat Penelitian Kesehatan, Universitas Indonesia; Iwu Utomo, Australian Demographic and Social Research Institute, Australian National University; dan Ninuk Widyantoro, Yayasan Kesehatan Perempuan.” Saran untuk kutipan: Sedgh G and Ball H, Abortion in Indonesia, In Brief, (Aborsi di Indonesia, Laporan ini) New York: Guttmacher Institute, 2008, No. 2. ©Guttmacher Institute, 2008 Meningkatan pengertian dunia dalam bidang seksual dan kesehatan reproduksi melalui penelitian, analisa kebijakan dan pendidikan masyarakat www.guttmacher.org New York 125 Maiden Lane New York, NY 10038 Tel: 212.248.1111, Fax: 212.248.1951 info@guttmacher.org Washington D.C. 1301 Connecticut Avenue N.W., Suite 700 Washington, DC 20036 Tel: 202.296.4012, Fax: 202.223.5756 policyinfo@guttmacher.org 9/2008 Aborsi di Indonesia 6 Guttmacher Institute