SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Download to read offline
Majalah llmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya
• Hearing Handicap Scale
• Refluks Laringofaring pada Anak
• Evaluasi Timpanometri Penderita Rinitis Alergi
• Eksisi Fibrolipoma Retrofaring dengan Pendekatan Transcervical
• Komplikasi Abses Subperiosteal Orbita pada Rinosinusitis Kronik
Eksaserbasi Akut
JURNAL
THT-KL
Him. 1 - 43
ISSN
23378417
Departemen/SMF llmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr.Soetomo
Surabaya
JURNAL THT- KL
Jurnal Ilmu Kesehatan Telinga HidungTenggorok Bedah Kepala dan Leher
(DAHULU :Media Perhati)
ISSN: 23378417
Vol.9, No.I, Januari -April 2016, hlm. I - 43
Terbit tiga kali dalam setahun, pada bulan Januari, Mei, dan September.
Bekerja sama dengan Perhati-KL Cabang Jawa Timur Utara
SUSUNAN REDAKSI
Pelindung:
Ketua Departemen/SMF THT-KL FK UNA IR/ RSUD Dr. Soetomo
Ketua Perhati-KL Cabang Jawa Timur Utara
Dewan Penyunting
Ketua Penyunting :
Dwi Reno P<Jw<lrti, Dr., Sp.THT-KL(K)
Penyunting Ahli :
Prof. DR. H.M.S Wiyadi, Dr., Sp.TIIT-KL(K) (Universitas Airlangga)
Prof. DR. Widodo Ario Kentjono, Dr., Sp.THT-KL(K) (Universitas Airlangga)
Prof. Sri Hannadji, Dr., Sp.THT-KL(K) (Universitas Airlangga)
Prof. Sri Herawati Juniati, Dr., Sp.THT-KL(K) (Universitas Airlangga)
DR. Nyilo Pumami, Dr., Sp.THT-KL(K) (Universitas Airlangga)
Mitra Bestari
Prof. Mulymjo, Dr., Sp.TH'I~KL(K) (Universitas Hang Tuah)
Prof. DR. Soedijono T., Dr., Sp.THT-KL (Universitas Wijaya Kusuma)
Prof. DR. W. Suardana, Dr., Sp.THT-KL(K) (Universitas Udayana)
Lukmantya, Dr., Sp.THT-KL(K) (Universitas Brawijaya)
DR. Pudji Rahayu, Dr., Sp.THT-KL(K) (Universitas Brawijaya)
Prof Lokman Saim (UKM)
Prof. Abdullah Sani (UKM)
Prof. 1Bing T<:m (AVL Netherland)
Penyunting Pelaksana:
Soeprijadi, Dr., Sp.THT-KL(K)
Roestiniadi D.S., Dr., Sp.THT-KL
Bakti Surarso, Dr., Sp.THT-KL(K)
DR. Muhtarum Yusuf, Dr., Sp.THT-KL(K)
Titiek Hidajati Ahadiah, Dr., Sp.THT-KL(K)
Haris Mayagung Ekorini, Dr., Sp.THT-KL(K)
lrwan Kristyono, Dr., Sp.THT-KL(K)
Artono, Dr., Sp.THT-KL(K)
DR. Achmad C. Romdhoni, Dr., Sp.THT-KL(K)
Budi Sutikno, Dr, Sp.THT-KL(K)
Pelaksana Tata Usaha :
Rikha
Wulan
Alamat Redaksi :
Departemen/SMF Ilmu Kesehatan THT-KL
Jl. Mayjel'l Prof. Dr. Moestopo 4 - 6 Surabaya 60132, Indonesia
Telp +62-31-5501647 / 5501649
Fax. +62-31-5010&&7
E-mail : thtkl unair@yahoo.com
Penerbit:
Departemen/SMF llmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya
JURNAL THT- KL
Jumal Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leber
(DAHULU : Media Perhati)
ISSN : 23378417
Vol.9, No.1, Januari- April 2016, him. 1 - 43
DAFTARISI
Susunan Redaksi
Ilmiah:
1. Hearing Handicap Scale
Sabrina Izzattisselim, Haris Mayagung Ekorini ........................................ I
2. Refluks Laringofaring padaAnak
Citra Dwi Novastuti, Sri Herawati Juniati .................................................... ~
3. Evaluasi Timpanometri Penderita Rinitis Alergi (Penelitian)
Putri Cita Sari Dewi, Dwi Reno Pawarti ........ ............................................16
4. Eksisi Fibrolipoma Retrofaring dengan Pendekatan Transcervical
(Laporan Kasus)
Fransiska Hutahaean, Achmad Chusnu Romdhoni ....................................24
5. Komplikasi Abses Subperiosteal.Orbita pada Rinosinusitis Kronik
Eksaserbasi Akut (Laporan Kasus)
Betty Ariyanti, Budi Sutikno ..................... ...... .. ............................................34
Eksisi Fibrolipoma, .. (Fransiska Hutahacan, Achrnad Chusnu Romdhoni)
EKSISI FIBROLIPOMA RETROFARING
(Laporan Kasus)
Fransiska Hutahaean, Aehrnad Chusnu Romdhoni
Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya
PENDAHULUAN
Lipoma merupakan tumor jinak yang
terdiri dari sel jaringan lemak, yang bisa tumbuh
dimana saja pada bagian tubuh, baik seeara
subkutan maupun submukosa. Diagnosis lipoma
superfisial ditegakkan berdasarkan gejala klinis,
yaitu dari anamnesis didapatkan benjolan di bawah
kulit tanpa rasa nyeri, yang hila berukuran besar
mungkin memberikan gangguan seeara kosmetik
dan fungsionaL •Pada pemeriksaan fisik terlihat
benjolan berbatas tegas, sewama dengan kulit,
terasa lunak, dan mobile hila diraba. Berbeda
dengan lipoma di bagian dalam tubuh yang sulit
untuk dieksplorasi pada pemeriksaan fisik sehingga
memerlukan pemeriksaan penunjang untuk
membantu menegakkan diagnosis sekaligus
menentukan perluasan lipoma.1
Retrofaring adalah ruang di belakang
mukosa parafaring dan anterior dari fasia
prevertebralis. Ruang retrofaring berisi kelenjar
getah bening dan sejumlah keeil jaringan lemak.
Pertumbuhan lipoma di ruang ini sangat lambat,
umumnya tidak memberikan gejala sebelum
meneapai ukuran yang besar. Lipoma di ruang
retrofaring mungkin tidak terdiagnosis selama
bertahun- tahun karena penderita menjadi terbiasa
akan gejala yang dialami. Literatur melaporkan
bahwa tumor ini ditemukan seeara tidak sengaja
ketika melakukan computer tomography (CT) scan
kepala leher untuk penyakit yang lain.'-1
Neoplasma yang berasal dari mesenkim ini
umum teijadi di berbagai bagian tubuh, tetapi hanya
13% (literatur lain menyebutkan angka 15-20%)4
timbul di kepala dan leher. Lipoma retrofaring
merupakan kejadian yangjarang, tidak lebih dari 30
kasus ditemukan di literatur sejak tahun 1877 hingga
1998. Lipoma retrofaring urnurn teijadi pada dewasa
24
dengan usia lebih dari 35 tahun,5
tetapi pada anak ada
juga pernah dilaporkan, walaupun sangat jarang.
Terapi lipoma retrofaring adalah eksisi dengan
pendekatan transoral atau transcervical.6
Tujuan dari penulisan referat ini adalah
untuk melaporkan seorang penderita fibrolipoma
retrofaring yang telah dilakukan operasi dengan
pendekatan transcervical
LAPORAN KASUS
Seorang penderita laki - laki berumur 44
tahun datang ke Unit Rawat Jalan (URJ) THT-KL
RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada bulan Mei 2013
dengan keluhan benjolan di leherkanan dan kiri sejak
delapan bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
Benjolan pada awalnya berada di leher sebelah
kanan, keeil, dan terlihat hila penderita menoleh ke
arah kiri. Benjolan semakin lama semakin membesar
hingga meneapai leher kiri. Benjolan tidak memberi
rasa nyeri dan terasa lunak hila diraba.
Sejak lima bulan SMRS terdapat
perubahan suara menjadi sengau. Terdapat keluhan
rasa mengganjal hila menelan sejak dua tahun yang
lalu, walaupun tidak didapatkan nyeri telan.
Penderita merasa lebih nyaman hila menelan
makanan eair atau lunak Proses menelan makanan
membutuhkan waktu yang lebih lama dari
sebelurnnya. Keluhan telinga, hidung dan benjolan
di bagian tubuh lain tidak ditemukan.
Pada pemeriksaan fisik, kedua telinga dan
hidung dalam batas normaL Permukaan dinding
faring liein dan bombans, kesan massa menonjol
dari dinding belakang faring ke anterior, isthmus
faucium lapang dan tidak didapatkan deviasi lidah.
Pada pemeriksaan leher didapatkan benjolan
sewarna dengan kulit, merata kanan dan kiri,
berukuran I0 em X 8 em X 4 em, mobile dan terasa
Jumal THT- KL Vol9, No I, Januari- April 20 Ifi, him 24- )_
ltmak bila diraba. Pemeriksaan biopsi aspirasi jarum
halus pada benjolan di leher gaga! mendapatkan
bahan yang representatifkarenajaringan yang udim
sehingga bagian patologi anatomi menyarankan
untuk melakukan open biop~y.
Gambar ]_ Penderita sebelum operasi. A.
Tampak depan. B. Tampak samping kiri. C. Tampak
saJ?ping kanan.
CT scan kepala Ieber tanggal 15 Agustus
2013 memberikan basil lesi dominan lemak yang
berbat:astegas, tepi reguler di ruang retrotanngsetinggi
corpus YC 2-YC 6, dengan ukurcm I0 em X 5 em X
I0 em. Lesi setinggi VC 2 - VC 6 mendesak dinding
posterior orofaring dan hipofaring ke anterior,
menyebabkan penyempitan orotaring dan hipofaring.
Gambar 2. CT Scan kepala Ieber 15 Agustus 2013.
A. Potongan aksial. B. Porongan korona1. C. Potongan sagital.
25
Lcsi meluas ke regia calli kanan dan kiri.
Kesan:fat density mass di ruang retrofaring setinggi
VC 2 - VC 6 mendesak posterior orofaring dan
hipofaring ke anterior, menyebabkan penyempitan
orofaring dan hipofaring, dan meluas ke regio colli
kanan kiri, dapat merupakan suatu lipoma
retrofaring (gambar 2). Berdasarkan data
perneriksaan di atas, penderita disarankan untuk
trakeotomi dan biopsi eksisi, tetapi penderita
menolak dan ingin mempertimbangkan hal tersebut
terlebih dahulu.
Lima bulan kemudian penderita kontrol
dcngan keluhan terasa sesak dan benjolan yang
dirasa semakin membesar. Sesak dirasakan
bertambah apabila penderita tidur terlentang,
sebingga penderita banya bisa tidur sambil duduk
atau disangga dengan banyak banta!. Pada
pemeriksaan fisik telinga dan hidung tidak
didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan tenggorok
didapatkan dinding faring yang menonjol dengan
permukaan licin, kesan ada rnassa yang mendesak
dari retrotaring. Benjolan merata di Ieber kanan dan
kiri serta teraba lunak.
Pemeriksaan laboratoriurn,
electrocardiogram, dan toto thorax dalam batas
normal. Perneriksaan Fiber Optic Laryngoscope
(FOL) yang dilakukan beberapa hari sesudahnya
menunjukkan massa menonjol dari dinding
belakang faring, airway cukup lapang, korda
vokalis tidak dapat dievaluasi karena laringoskop
tidak bisa masuk lebih jauh. Epiglotis terdorong ke
depan. Pemeriksaan foto soft tissue kepala Ieber
AP/lareral sebelurn operasi memberikan basil soft
tissue mass di retrofaring setinggi level C7 dominan
sisi kanan yang menyebabkan pendesakan faring
dan trakea ke anterior seperti yang terlihat di
garnbar 3 di bawah ini.
Eksisi Fibrolipoma... (Fransiska Hutahacan, Achmad Chusnu Romdhoni)
Magnetic resonance imaging (MRI)
kepala leher disarankan untuk dilakukan untuk
mempeijelas massa soft tissue. Pemeriksaan MRl
kepaladan leher dengan fokus ke ruang retrofaring
dan leher tidak dapat dilakukan karena penderita
terlalu banyak bergerak.
Berdasarkan data terakhir, penderita
didiagnosis sebagai lipoma retrofaring dengan
impending sumbatan jalan napas atas (SJNA).
Penderita direncanakan untuk dilakukan eksisi
tumor secara transcervical. Selanjutnya penderita
dikonsulkan ke ternan sejawat anestesi yang
memberi saran untuk me!akukan trakeotomi
terlebih dahulu guna mengatasi kesulitan intubasi.
Pada tanggal 16 Januari 2014 dilakukan
operasi di ruang 509 gedung bedah pusat te:rpadu
(GBPT) RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Operasi
direncanakan dengan pendekatan transcervical.
Penderita tidur terlentang dengan bahu diganjal
banta! dan Ieher hiperekstensi. Desinfeksi dilakukan
pada Japangan operasi, daerah leher hingga
mandibula dan klavikula dengan betadine 10%.
Trakeotomi dilakukan dengan Jokal anestesi,
selanjutnya pipa endotrakea dimasukkan ke dalam
insisi trakeotomi (gambar 4A).
Tindakan operasi berikutnya adalah
mempersemit lapangan operasi dengan duk steril.
Lapangan operasi pada leher diberi markerdengan
methylen blue (gambar 4B) berbentuk "U" seperti
yang lazim dilakukan pada operasi laringektomi,
kemudian dilakukan infiltrasi adrena1in 1:200.000,
ditunggu selama dua menit. lnsisi kulit dilakukan
lapis demi lapis hingga sub Platysma, kemudian
dibuat apron flap. Tampak massa tumor mengisi
daerah calli dextra dan sinistra. Massa dibebaskan
26
Gambar 3.
Foto soft tissue kepala leher.
A. Posisi AP.
B. Posisi lateral
dari jaringan sekitar lapis demi lapis, dipisahkan
dari jaringan yang penting seperti arteri karotis,
venajugularis dextra sinistra, esofagus, dan trakea
(gambar 4C).
Perdarahan dirawat dengan cauter.
Setelah berhasil membebaskan tumor maka eksisi
massa tumor dapatdilakukan secara intoto (gambar
4D). Evaluasi dilakukan pada struktur penting
antara lain, vasa karotis, esofagus, nervus laringeus
inferior, dan trakea, tidak ditemukan kerusakan
Gambar 4. Operasi pada tanggall6 Januari 2014. A.
Trakeotomi. B. Marker berbentuk "U".
C. Massa dibebaskan dati jaringan penting.
D. Massa dikeluarkan.
Jurnal THT- KL Vol.9, No.I, Januari- April 2016, him. 24- 33
akibat massa. Lapangan operasi dicuci dengan
normal salin, selanjutnya dipasang nasogastric tube
untuk. identifikasi esofagus pasca eksisi. Vacuum
drain diinsersikan di kanan dan kiri Ieber, lalu luka
operasi ditutup dengan menjahit kulit lapis demi
lapis. Operasi berlangsung selama 4 jam dan
berhasil mengeluarkan massa secara utuh yang
tampak seperti jaringan emak.
Gambar 5. Basil pemeriksaan PatologiAnatomi.
A. Foto makroskopik. B. Foto mikroskopik
Massa tumor dikirim dan diperiksakan ke
bagian patologi anatomi. Basil pemeriksaan
tersebut tampak pada penampang makroskopis
didapatkan satu potong jaringan dengan berat 850
gram dengan ukuran 19 em X 14 em X 7 em.
Jaringan diliputi kapsul tipis, permukaan halus,
lobulated, berwama putih abu -abu, sebagian putih
kekuningan dan eoklat kehitaman, dan konsistensi
padat kenya! (gambar SA). Gambaran mikroskopik
memberikan basil pertwnbuhan tumor jinak yang
terdiri dari proliferasi set lemak matur, monoton
dengan jaringan ikat fibrous diantaranya yang
sesuai dengan gambaran fibrolipoma (gambar 5B).
27
Setelah operasi, penderita dirawat di ruang
Teratai selama enam hari, selama itu penderita
diberikan obat, perawatan luka operasi, dan
perawatan trakeotomi. Obat yang diberikan antara
lain adalah antibiotik, analgetik dan Vitamin C.
Perawatan trakeotomi diberikan nebuliser dan
suction berkala sebanyak 4-6 x per hari. Pada tiga
hari pertama pascaoperas,penderitadirawatdi bed
observasi. Hari ke-4 pasea operasi dilakukan
pemeriksaan FOL, didapatkan penonjolan pada
dinding posterior faring, dari nasofaring hingga
bipofaring terutama pada sisi kanan dan didapatkan
retleks muntah yang menunm. Korda vokalis kanan
dankiri bergerak normal, tampak sekret yang cukup
banyak, namun jalan nafas tampak adekuat.
Berdasarkan evaluasi maka direncanakan untuk
dekanulasi. Pada hari ke-5 pasca operasi dilakukan
dekanulasi di ruang tindakan URJ TBT-KL RSUD
Dr. Soetomo Surabaya. Pacta hari ke-6 pasca operasi
penderita dipulangkan.
Tiga hari pasea dekanulasi, penderita
kontrol di poli onkologi satu atap (POSA) THT-KL
RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Pada anamnesis
tidak didapatkan keluhan sesak dan rasa
mengganjal hila menelan. Penderita dapat makan
Gambar 6.
Keadaan penderita saat kontrol pertama pasea
operasi.A. Tampak luk.a trakeotomi ditutup
dengan plester. B. Orofaring tampak lapang.
l:ksisi 1-ihrolipoma. (I ransiska Hutnhacan, Achmad Chusnu Romdhoni)
Camhar 8. Kendaan penderita I bulan pasca operasi.
A T<tmpak dcpan. 8. Tampak samping kin. C. Tampak samping k<man
dan minum dcngan baik. Pada pemcriksaan fisik,
didapntkan orofaring dalam batas normal dan luka
bckas uperasi lrakcotomi masih basah (gambar 6)
Saat pendt!rita kontrol I bulan pasca
operast, kc!uban suara scngau tidak didapatkan !ngi.
Pad<! pemeriksaan fisik, tampak orotaring dalam balas
normal danluka operasi telah mengering scluruhnya
(gambar SA, B, C: & 9A). Ilasil pemeriksaan FOL
menunjukkan ainmr lapang, gcrak korda vokalis
:;itm:tris, mitenoid, dan eptg!otis dalalll balm; normal.
Massa dari Jinding posterior faring tanmpak mcngccil
dcngan permukaan licin dibandingkan FOL
sebelumnya (gambar 9R). CT swn l bulan pasca
opcrasi tidak tampak gambaran massa di regia colli,
nasolaring, orofaring dan laring (gambar 9C).
Tujuh bulan pasca operasi pendt!rita
dalarn keadaan baik, tidak didnpatkan keluhan dan
stoma sudah menutup (gambar II). Hasi!
pcmeriksaan CT scu11 dan fOL tidak didapatkan
rnassa dan ain-vay yang Japang (gambar 12 dan 13).
Gamhar 9.
Pemeriksaan orofaring
(A) dan FOL
(R) l bulan pasca operasi
(lambar 10. CT 'can 1 bulan pasl:a opemsi.
A. Potongan aksial fl Potongan koronal. C. Potongan sagital
28
Jumal THT- KL Vo.9, No.1, Januari- Apnl 20 f>, him 24 - 33
Gombar 11. Foto penderita tujuh bulan pasca operasi.
A Tampak depan_ B. Tampak samping kiri. C. Tampak samping kanan.
•TN145THN ...,
I ' ·~
,.. :
.._-: .
:c. ~· ~ ·,,: i•'
·~ jJ'- - ...-...=<t - -
Gamhar 12. Hasil pemeriksaan CT scan tujuh bulan pasca operasi.
A. Potongan aksial. B. Potongan koronal. C. Potongan sagital.
PEMBAHASAN
Ruang retrofaring merupakan ruang
potensial yang dibatasi taring di bagian anterior,
fasia prevertebra di posterior, dan dasar tengkorak
di superior, sedangkan di inferior kompartemen
fasia berakhir di mediastinum bagian superior
seperti yang dilustrasikan pada gambar 13.
Massa di ruang retrolaring bisa berupa
kelainan developmental, kelaman akibat trauma,
infeksi, maupun neoplasma. Kelainan
developmental dapat berupa angiomatous lymphoid
dan hamanoma. Traum<~ bisa menyebabkan
terjadinya chordoma dan abses yang disebabkan
oleh benda asing. Abses dan limfadenitis
merupakan dua penyakit infeksi yang dapat
dijumpai di ruangan retrofruing. Tumorjinak dapat
berupa lipoma, fibroma, fibrolipoma, osteoma,
maupun osteokondroma, tergantung dari asal sel
tumor jinak tersebut. Tumor ganas sendiri dapat
bentpa fibrosarkoma, limfoma, liposarkoma,
leiomiosarkoma atau karinoma metastasis.
Diagnosis banding massa di retrofaring akan lebih
jelas diperinci di tabel I.
A
-- --
-- -
--
Gambar 13. Ruang retrofaring potongan aksial.7
29
Eksisi Fibrolipoma.. (Fransiska Hutahacan, Achmad Chusnu Romdhoni)
Tabell. Diagnosis banding massa di retrofaring.8
Developmental
Traumatic
Infectious
Neoplastic
Benign
Malignant
Angiomatous lymphoid
Hamru1oma
Chordoma
Foreign body abscess
Acute/Chronic abscess
Lymphadenitis
Lipoma
Fibroma
Fibrolipoma
Osteoma
Osteochondroma
Fibrosarcoma
Lymphoma
Liposarcoma
Leiomyosarcoma
Metastatic carcinoma
Lipoma adalah tumor jinak dan dilapisi
kapsul. Tidak jelas apakah tumor ini merupakan
neoplasmajinak yang sebenamya, maltormasi atau
hiperplasia dari jaringan adiposa.9
Lipoma relatif
jarang ditemui di kepala dan Ieber dengan tempat
manifestasi paling sering di bagian ini adalah di
trigonum posterior leher. Lipoma jarang berada di
anterior c:olli, fosa infratemporalis, kavitas oral,
laring, nasofaring atau ruang parafaring, dan sangat
jarang ditemukan di ruang retrofaring. Retrofaring
merupakan suatu ruang yang luas sehingga tumor
mampu menjadi lebih besar tanpa disadari oleh
penderita.10
Penyakit ini tumbuh sangat lambat,
sehingga dalam hitungan tahun tidak disadari
karena gejala yang ada sudah dirasakan kronis
sehingga penderita menjadi terbiasa dengan gejala
tersebut. 11
•
12
Lipoma dapat meluac; dari basis tengkorak
sampai ke superior dari mediastinum sehingga
gejala bisa bervariasi, tergantung dari bagian traktus
aerodigestif yang terkena, misalnya obstruksi
hidung, sesak, suara parau, tidur mengorok, dan
rasa mengganjal sewaktu menelan makanan,
tergantung dari lokasi dan besarnya tumor.'J-'5
Pada
penderita ini didapatkan gejala awal obstruksi
30
hidung bila tidur mumg ke kanan dan rasa
mengganjal bila menelan, gejala selanjutnya adalah
proses menelan yang semakin lama dari biasanya,
tidur mengorok, suara parau dan sesak bila tidur
terlentang.
Pemeriksaan CT scan sangat membantu
dalam mendiagnosis penyakit ini pra operasi.
Karakteristik radiografi dari lipoma retrofaring
seperti tipikal lipoma di bagian tubuh yang lain.
Lipoma tampak sebagai masa homogen dengan
aflenuation rendah tanpa kapsul yang jelas yang
menyerupai lemak dengan -50 sampai -150
Houns(!fie/d Unit (HU). Pada literatur lain ada yang
mengatakan -64 sampai -123 HU.U·'2
CT scan atau
MRI sedapat mungkin membedakan lipoma dari
Iiposarkoma retrofaring, walaupun kejadian
liposarkoma retrofating jauh lebih jarang lagi
dibandingkan lipoma, karena kedua penyakit
tersebut sangat berbeda dalarn hal terapi. Pada
liposarkoma tidak cukup hanya dioperasi,
melainkan hams dilanjutkan dengan kemoradiasi.8
Heterogenisitas pada CT scan akan
mengindikasikan Jiposarkoma. MRJ akan
menunjukkan lesi hyperintense pada Tl tanpa perlu
memakai kontras. MRl pada liposarkoma akan
terlihat septa yang menebal, massa adiposa yang
tidak berhubungan, prominentfoci dengan sinyal
T2 yang meningkat dan penonjoan area
enhancement.11
•
12
• MRI memiliki resolusi kontras
yang lebih superior, memungkinkan struktur
anatomi dan batas dari tumor yang terlihat lebih
baik dibandingkan pemeriksaan CT scan MRljuga
memperlihatkan hubungan spasial tumor terhadap
pembuluh darah lebih jelas. Hal tersebut akan
membuat klinisi mendapat informasi yang lebih
jelas sehingga rencana terapi yang lebih tepat.16
Pada pasien ini secara spesifik MRl tidak dapat
dilakukan karena penderita terlalu banyak bergerak
ketika pemeriksaan dilakukan.
Diagnosis histopatologi pasca operasi
merupakan diagnosis pasti yang membedakan
lipoma dari liposarkoma karena terapi kedua
penyakit tersebut sangat berbeda. Lipoma
retrofaring yangbesar akan memberikan penekanan
pada traktus aerodigestivus yang menimbulkan
kesulitan dalam bemafa~ dan menelan makanan,
sehingga harus dilakukan reseksi. Studi
Jumal THT- KL Vol 9, No. I, Januari - April 2016, him. 24 - 33
kepustakaan menyatakan bila lipoma retrofaring
ditemukan, meskipun secara kebetulan, sebaiknya
tetap diangkat. Walaupun tumor ini pada saat
ditemukan masih asimptomatik, operasi tetap harus
dilakukan, kecuali pada penderita dcngan kontra
indikasi terhadap operasi atau penderita usia tua
dengan ukuran lipoma yang kecil. Pilihan operasi
lipoma retrofaring bisa berupa eksisi transoral atau
transcervical.17
Pendekatan transoral memiliki
keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah
morbiditas pasca operasi yang lebih rendah, waktu
perawatan di rumah sakit yang lebih singkat, serta
tidak. memberi bekas berupaj aringan parutdi leher.
Kerugiannya adalah tidak dapat melihat pembuluh
darah besar dengan baik. Tindakan ini umumnya
dipilih bila ukuran lipoma tidak terlalu besar,
meskipun demikian bukan tidak mungkin
melakukan pendekatan transoral pada lipoma yang
berukuran besar seperti yang dilaporkan di
Singapura, pada keadaan lipoma retrofaring yang
sudah meluas ke ruang parafaring berhasil
dikeluarkan secara intoto dengan pendekatan
transoral. Prosedur tersebut dipilih karena lipoma
memiliki kapsul dan dapat meregang. 13
•1
~
Pendekatan transcervical merupakan
pilihan untuk lipoma yang berukuran besar karena
pendekatan ini memberikan lapangan operasi yang
lebih baik, akses yang lebih mudah sehingga
pengangkatan lipoma bisa dilakukan seeara intoto.
Kerugian dari pendekatan transcervical adalah
morbiditas pasca operasi lebih besar dibandingkan
pendekatan transoral dan terdapat kemungkinan
kerusakan nervus crania/is dan pembuluh darab
karotis.19
Pada kasus ini eksisi transcervical dipilih
karena massa tumor yang besar yaitu 19 em x 14
em x 7 em. Trakeotomi dilakukan terlebib dulu
dengan pertimbangan intubasi yang sulit. Literatur
ada yang melaporkan penggunaan glidescope dan
manipulasi eksternal di dalam penanganan jalan
nafas pada lipoma retrofaring yang besar, sebelLUn
dilakukan eksisi transcervical, dengan basil yang
memuaskan.20
Hal yang sama tidak dapat dilakukan
di RSUD Dr. Soetomo karena belum tersedianya
alat glidescope.
Seeara makroskopik, lipoma mungkin
single atau lobulated, lunak hila dipegang atau
31
kadang t~rasa kistik. Pemeriksaan sitologi
sebenamyadapat dikeijakan sebelmn operasi,tetapi
sering sekali tidak memberikan basil yang
memua<>kan karena sampel yang didapatkan kurang
representatif.9Pada pasien ini pemeriksaan biopsi
aspirasi jarum halus sebelum operasi tidak. berhasil
mendapatkan sampel yang cukup karena jaringan
yang udim. Seeara mikroskopik, lipoma terlibat
sebagai agregasi sel adiposa matur dilapisi oleh
kapsul yang tipis. Lipoma dapat dibagi menjadi
beberapa subkelas berdasarkan histologi yaitu
lipoma klasik (baik soliter maupun multipel),
fibrolipoma, angiolipoma, infiltrating lipoma,
lipoma intramuskular, bibemoma,
pleimorfik, Jipoblastomastosis
lipoma
dan
lipoblastomatosis difus. Lesi tersebut terdiri dari
jaringan lemak matur, tidak seperti lemak normal
tubub, jaringan ini bukan untuk transformasi
metabolik.K
Pada penderita ini telab dicoba untuk
melakukan pemeriksaan patologi anatomi pra
opera<>i tetapi jaringan yang didapatkan tidak
representatifsehingga dianjurkan untuk melakukan
open biopsy. Jaringan pasea operasi dikirim untuk
pemeriksaan patologi anatomi memberikan
gambaran makroskopik dan mikroskopik sesuai
dengan gambaran fibrolipoma retrofaring. Seeara
umum, lipoma jarang kambub. Pada pasien ini
evaluasi 1 bulan dan 7 bulan pasca operasi,
didapatkan kesimpulan tidak ditemukan
kekambuban tumor pada pemeriksaan fisik, FOL
maupun CTscan.
KESIMPULAN
Telab dilaporkan seorang penderita laki-
laki berusia44 tahun dengan fibrolipoma retrofaring
dan impending SJNA yang telab dilakukan
trakeotomi, pengangkatan tumor melalui
pendekatan transcervical dengan trakeotomi
terlebib dahulu. Pendekatan transcervical memiliki
keuntungan lapangan operasi yang lebih baik, akses
yang lebib mudab sehingga pengangkatan lipoma
bisadilakukan secara intoto. Evaluasi 7 bulan pasca
operasi menunjukkan tidak ada kekambuban.
Eksisi Fibrolipoma.... (Fransiska Hutahacan, Achmad Chusnu Romdhoni)
DAFTAR PUSTAKA
I. Pillai OSR, Vijayalakshmi, Adarsha TV,
Thahir M, Gupinathan UK, Mohammed N.
Retropharyngeal lipoma-a case report. Indian
Journal of Otolaryngology Head and Neck
Surgery 2007; 59: 360-2.
:! Ferri E, Ianniello F, Armato E, Cavaleri S,
Razavi IS, Gangolo A. Retro-parapharyngeal
lipoma causmg dysphagia: radiological
findings and surgical management. Available
from http://ispub.com/IJORL/5/2/6376.
Accessed July 20,2014.
3. Hockstein NG, Anderson TA, Moonis G,
Gustafson KS, Mirza N. Retropharyngeal
lipoma causing obstructive sleep apnea: case
report including five-year follow up. The
Laryngoscope 2002; 112(9): 1603-5.
4 Serpell JW, Chen RYY. Review oflarge deep
lipomatous tumours. ANZ Journal ofSurgery
2007; 77: 524-9.
5. Day TA, Joe JK. Primary neoplasm of the
neck. In: Cummings CW, Flent PW, Harker
LA, Haughey BA, Richardson MA, Robbins
KT, et al, eds. Cummings: otolaryngology
head and neck surgery. 41
h ed. Philadelphia:
Elsevier; 2005. p. 519-20.
6. Gong W, Wang E, Zhang B, Da J. A
retropharyngeal lipoma causing obstructive
sleep apnea in a child. Journal of Clinical
Sleep Medicine 2006; 2(3): 328-9.
7. Debnam MJ, Guha-Thakurta N.
Retropharyngeal and prevertebra! spaces:
anatomic imaging and diagnosis.
Otolaryngology Clinical North America 2012;
45(6): 1293- 310.
H. Chhetri DK. Benign and malignant lipogenic
tumors ofthe retropharyngeal space. Nepalese
Journal of ENT head and neck surgery 201 I;
2(1): 22-4.
9. Anniko M. Cyst and benign tumours of the
neck. In: Anniko M, Bemal-Sprekelsen M,
Bronkowsky V, Bradley P, Lurato S, eds.
Otorhinolaryngology, head and neck surgery.
l" ed. Leipzig: Springer; 2010. p. 618-20.
32
10. ShivakurnarAM, NaikAS, Shetty DK, Yogesh
BS. Lipoma of the retropharyngeal
space..Indian Journal of Pediatrics 2004; 71 :
271-2.
11. Mandpe AH. Neck neoplasms and neck
dissection. In: Lalwani AK, ed. Current
diagnosis and treatment otolaryngology head
and neck surgery. 3'd ed. New York: The
Mcgraw Hill Companies; 2012. p.428-9.
12. Gupta P, Deo RP, Udupa KV, Ravi HR, Pai
SA. A case of retropharyngeal lipoma. Indian
Journal ofSurgical2007; 70:40-1.
13. Cappabianca S, Colella G, Pezzullo MG,
Russo A, Iaselli F, Brunese L, et al.
Lipomatous lesions of the head and neck
region: imaging findings in comparison with
histological type. Radiology Medicine 2008;
113: 758-70.
14. Chua DYK, Lim MY, Teo DTW, Hwang SY.
Retropharyngeal lipoma with parapharyngeal
extension: is transoral excision possible?.
Singapore Medical Journal2013; 54(9): el76-
8.
15. Piccin 0 & Sorrenti G. Adult obstructive sleep
apnea related to nasopharyngeal obstruction:
a case of retropharyngeal lipoma and
pathogenetic considerations. Sleep Breath
2007; 11: 305-7.
16. Namyslowski G, Scierski W, Misiolek M,
Urbaniec N, Lange D. Huge retropharyngeal
lipoma causing obstructive sleep apnea: a case
report. European Archieve
Otorhinolaryngology 2006; 263: 738-40.
17. Akhtar J, Shaykhon M, Crocker J, D'Souza
AR. Retropharyngeal lipoma causing
dysphagia. European Archieve of
Otorhinolaryngology 2001; 258:458- 9.
18. Lydiatt WM, Lydiat DD. Transhyoid and
lateral pharyngotomy. In: Cohen JI, Clayman
GL, eds.Atlas ofhead and neck surgery. 1'1
ed.
Philadelphia: Elsevier; 2011. p. 319-20.
19. Huang HC, Li HY. Retropharyngeal
fibro1ipoma: a counterchanging obstructive
pattern in sleep apnea. International Journal of
Jumal THT- KL VoL9, No I, Januari -April 2016. hlm 24 - 33
Pediatric Otorhinolaryngology Extra 2009; 4:
45-8.
20. Sethi S, Arora V. Use of glidescope and
external manipulation in airway management
ofan unusual retropharyngeallipoma. Journal
of Anesthesiology Clinical Pharmacology.
2010; 26(4): 557-8.
33

More Related Content

What's hot

Asuhan pasien dengan lumbal pungsi
Asuhan pasien dengan lumbal pungsiAsuhan pasien dengan lumbal pungsi
Asuhan pasien dengan lumbal pungsiDeryl Striker
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasanpjj_kemenkes
 
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)Anggra Loaloa
 
kelainan kongenital saluran cerna
kelainan kongenital saluran cerna kelainan kongenital saluran cerna
kelainan kongenital saluran cerna helmy lisik miko
 
Kongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalKongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalHerry Utama
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan'
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan'Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan'
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan'Nola Hastuti
 

What's hot (12)

Asuhan pasien dengan lumbal pungsi
Asuhan pasien dengan lumbal pungsiAsuhan pasien dengan lumbal pungsi
Asuhan pasien dengan lumbal pungsi
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
 
hernia
herniahernia
hernia
 
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)
Penyakit hirschprung dan malformasi anorektal(1)
 
Atresia Esofagus
Atresia EsofagusAtresia Esofagus
Atresia Esofagus
 
kelainan kongenital saluran cerna
kelainan kongenital saluran cerna kelainan kongenital saluran cerna
kelainan kongenital saluran cerna
 
Satpel lumbal fungsi 2
Satpel lumbal fungsi 2Satpel lumbal fungsi 2
Satpel lumbal fungsi 2
 
Kongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinalKongenital gastrointestinal
Kongenital gastrointestinal
 
Dwn50bab 1 new
Dwn50bab 1 newDwn50bab 1 new
Dwn50bab 1 new
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan'
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan'Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan'
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernapasan'
 
Lumbal punksi
Lumbal punksiLumbal punksi
Lumbal punksi
 
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIKPEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK
 

Similar to JURNAL THT-KL

MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK BAYI DAN SOP.docx
MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK BAYI DAN SOP.docxMAKALAH PEMERIKSAAN FISIK BAYI DAN SOP.docx
MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK BAYI DAN SOP.docxrahmiramadhan
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasanpjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasanpjj_kemenkes
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRichard Leonardo
 
deteksi ganguan pendengaran.pptx
deteksi ganguan pendengaran.pptxdeteksi ganguan pendengaran.pptx
deteksi ganguan pendengaran.pptxDhonatFlash
 
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.pptcupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.pptMohammad Alamsyah
 
177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-mediahomeworkping10
 
revisi lapsus radiologi.pptx
revisi lapsus radiologi.pptxrevisi lapsus radiologi.pptx
revisi lapsus radiologi.pptxAuliaDwiJuanita
 
Polip gaster
Polip gasterPolip gaster
Polip gastermilsjune
 
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmknbvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmknCyntiaAndrina1
 
THT-KL.pptx
THT-KL.pptxTHT-KL.pptx
THT-KL.pptxCandraMY
 
Pengkajian keperawatan oksigenasi
Pengkajian keperawatan oksigenasiPengkajian keperawatan oksigenasi
Pengkajian keperawatan oksigenasiUmmiBalqis1
 
Teknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricTeknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricNona Zesifa
 
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdfadoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdfAuraAndini2
 
Benda asing trakeobronkial
Benda asing trakeobronkialBenda asing trakeobronkial
Benda asing trakeobronkialhannakhairat
 

Similar to JURNAL THT-KL (20)

MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK BAYI DAN SOP.docx
MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK BAYI DAN SOP.docxMAKALAH PEMERIKSAAN FISIK BAYI DAN SOP.docx
MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK BAYI DAN SOP.docx
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
 
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem PernafasanPemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan
 
Revisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsaiRevisi app kronik hal 17 slsai
Revisi app kronik hal 17 slsai
 
deteksi ganguan pendengaran.pptx
deteksi ganguan pendengaran.pptxdeteksi ganguan pendengaran.pptx
deteksi ganguan pendengaran.pptx
 
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.pptcupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
cupdf.com_slide-lapkas-spondilitis-tb.ppt
 
177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media177722298 case-omsk-thtotitis-media
177722298 case-omsk-thtotitis-media
 
Stetoscope revisi
Stetoscope revisiStetoscope revisi
Stetoscope revisi
 
revisi lapsus radiologi.pptx
revisi lapsus radiologi.pptxrevisi lapsus radiologi.pptx
revisi lapsus radiologi.pptx
 
Polip gaster
Polip gasterPolip gaster
Polip gaster
 
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmknbvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
bvkjvkjbjvhjvhvkjjkbjkbkbkbnklnklnknknklnmkn
 
THT-KL.pptx
THT-KL.pptxTHT-KL.pptx
THT-KL.pptx
 
Stetoskop
StetoskopStetoskop
Stetoskop
 
Pengkajian keperawatan oksigenasi
Pengkajian keperawatan oksigenasiPengkajian keperawatan oksigenasi
Pengkajian keperawatan oksigenasi
 
Suharno
SuharnoSuharno
Suharno
 
Pe adult
Pe adultPe adult
Pe adult
 
Teknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 PediatricTeknik Radiografi 3 Pediatric
Teknik Radiografi 3 Pediatric
 
Tinitus
Tinitus Tinitus
Tinitus
 
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdfadoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
adoc.pub_presentasi-kasus-atresia-ani.pdf
 
Benda asing trakeobronkial
Benda asing trakeobronkialBenda asing trakeobronkial
Benda asing trakeobronkial
 

Recently uploaded

2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaErdinataKusuma1
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 

Recently uploaded (20)

2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien DewasaUpdate 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
Update 2023 Tentang Sepsis Dan Syok Pada Pasien Dewasa
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 

JURNAL THT-KL

  • 1. Majalah llmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya • Hearing Handicap Scale • Refluks Laringofaring pada Anak • Evaluasi Timpanometri Penderita Rinitis Alergi • Eksisi Fibrolipoma Retrofaring dengan Pendekatan Transcervical • Komplikasi Abses Subperiosteal Orbita pada Rinosinusitis Kronik Eksaserbasi Akut JURNAL THT-KL Him. 1 - 43 ISSN 23378417 Departemen/SMF llmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr.Soetomo Surabaya
  • 2. JURNAL THT- KL Jurnal Ilmu Kesehatan Telinga HidungTenggorok Bedah Kepala dan Leher (DAHULU :Media Perhati) ISSN: 23378417 Vol.9, No.I, Januari -April 2016, hlm. I - 43 Terbit tiga kali dalam setahun, pada bulan Januari, Mei, dan September. Bekerja sama dengan Perhati-KL Cabang Jawa Timur Utara SUSUNAN REDAKSI Pelindung: Ketua Departemen/SMF THT-KL FK UNA IR/ RSUD Dr. Soetomo Ketua Perhati-KL Cabang Jawa Timur Utara Dewan Penyunting Ketua Penyunting : Dwi Reno P<Jw<lrti, Dr., Sp.THT-KL(K) Penyunting Ahli : Prof. DR. H.M.S Wiyadi, Dr., Sp.TIIT-KL(K) (Universitas Airlangga) Prof. DR. Widodo Ario Kentjono, Dr., Sp.THT-KL(K) (Universitas Airlangga) Prof. Sri Hannadji, Dr., Sp.THT-KL(K) (Universitas Airlangga) Prof. Sri Herawati Juniati, Dr., Sp.THT-KL(K) (Universitas Airlangga) DR. Nyilo Pumami, Dr., Sp.THT-KL(K) (Universitas Airlangga) Mitra Bestari Prof. Mulymjo, Dr., Sp.TH'I~KL(K) (Universitas Hang Tuah) Prof. DR. Soedijono T., Dr., Sp.THT-KL (Universitas Wijaya Kusuma) Prof. DR. W. Suardana, Dr., Sp.THT-KL(K) (Universitas Udayana) Lukmantya, Dr., Sp.THT-KL(K) (Universitas Brawijaya) DR. Pudji Rahayu, Dr., Sp.THT-KL(K) (Universitas Brawijaya) Prof Lokman Saim (UKM) Prof. Abdullah Sani (UKM) Prof. 1Bing T<:m (AVL Netherland) Penyunting Pelaksana: Soeprijadi, Dr., Sp.THT-KL(K) Roestiniadi D.S., Dr., Sp.THT-KL Bakti Surarso, Dr., Sp.THT-KL(K) DR. Muhtarum Yusuf, Dr., Sp.THT-KL(K) Titiek Hidajati Ahadiah, Dr., Sp.THT-KL(K) Haris Mayagung Ekorini, Dr., Sp.THT-KL(K) lrwan Kristyono, Dr., Sp.THT-KL(K) Artono, Dr., Sp.THT-KL(K) DR. Achmad C. Romdhoni, Dr., Sp.THT-KL(K) Budi Sutikno, Dr, Sp.THT-KL(K) Pelaksana Tata Usaha : Rikha Wulan Alamat Redaksi : Departemen/SMF Ilmu Kesehatan THT-KL Jl. Mayjel'l Prof. Dr. Moestopo 4 - 6 Surabaya 60132, Indonesia Telp +62-31-5501647 / 5501649 Fax. +62-31-5010&&7 E-mail : thtkl unair@yahoo.com Penerbit: Departemen/SMF llmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya
  • 3. JURNAL THT- KL Jumal Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leber (DAHULU : Media Perhati) ISSN : 23378417 Vol.9, No.1, Januari- April 2016, him. 1 - 43 DAFTARISI Susunan Redaksi Ilmiah: 1. Hearing Handicap Scale Sabrina Izzattisselim, Haris Mayagung Ekorini ........................................ I 2. Refluks Laringofaring padaAnak Citra Dwi Novastuti, Sri Herawati Juniati .................................................... ~ 3. Evaluasi Timpanometri Penderita Rinitis Alergi (Penelitian) Putri Cita Sari Dewi, Dwi Reno Pawarti ........ ............................................16 4. Eksisi Fibrolipoma Retrofaring dengan Pendekatan Transcervical (Laporan Kasus) Fransiska Hutahaean, Achmad Chusnu Romdhoni ....................................24 5. Komplikasi Abses Subperiosteal.Orbita pada Rinosinusitis Kronik Eksaserbasi Akut (Laporan Kasus) Betty Ariyanti, Budi Sutikno ..................... ...... .. ............................................34
  • 4. Eksisi Fibrolipoma, .. (Fransiska Hutahacan, Achrnad Chusnu Romdhoni) EKSISI FIBROLIPOMA RETROFARING (Laporan Kasus) Fransiska Hutahaean, Aehrnad Chusnu Romdhoni Dep/SMF Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya PENDAHULUAN Lipoma merupakan tumor jinak yang terdiri dari sel jaringan lemak, yang bisa tumbuh dimana saja pada bagian tubuh, baik seeara subkutan maupun submukosa. Diagnosis lipoma superfisial ditegakkan berdasarkan gejala klinis, yaitu dari anamnesis didapatkan benjolan di bawah kulit tanpa rasa nyeri, yang hila berukuran besar mungkin memberikan gangguan seeara kosmetik dan fungsionaL •Pada pemeriksaan fisik terlihat benjolan berbatas tegas, sewama dengan kulit, terasa lunak, dan mobile hila diraba. Berbeda dengan lipoma di bagian dalam tubuh yang sulit untuk dieksplorasi pada pemeriksaan fisik sehingga memerlukan pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosis sekaligus menentukan perluasan lipoma.1 Retrofaring adalah ruang di belakang mukosa parafaring dan anterior dari fasia prevertebralis. Ruang retrofaring berisi kelenjar getah bening dan sejumlah keeil jaringan lemak. Pertumbuhan lipoma di ruang ini sangat lambat, umumnya tidak memberikan gejala sebelum meneapai ukuran yang besar. Lipoma di ruang retrofaring mungkin tidak terdiagnosis selama bertahun- tahun karena penderita menjadi terbiasa akan gejala yang dialami. Literatur melaporkan bahwa tumor ini ditemukan seeara tidak sengaja ketika melakukan computer tomography (CT) scan kepala leher untuk penyakit yang lain.'-1 Neoplasma yang berasal dari mesenkim ini umum teijadi di berbagai bagian tubuh, tetapi hanya 13% (literatur lain menyebutkan angka 15-20%)4 timbul di kepala dan leher. Lipoma retrofaring merupakan kejadian yangjarang, tidak lebih dari 30 kasus ditemukan di literatur sejak tahun 1877 hingga 1998. Lipoma retrofaring urnurn teijadi pada dewasa 24 dengan usia lebih dari 35 tahun,5 tetapi pada anak ada juga pernah dilaporkan, walaupun sangat jarang. Terapi lipoma retrofaring adalah eksisi dengan pendekatan transoral atau transcervical.6 Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk melaporkan seorang penderita fibrolipoma retrofaring yang telah dilakukan operasi dengan pendekatan transcervical LAPORAN KASUS Seorang penderita laki - laki berumur 44 tahun datang ke Unit Rawat Jalan (URJ) THT-KL RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada bulan Mei 2013 dengan keluhan benjolan di leherkanan dan kiri sejak delapan bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Benjolan pada awalnya berada di leher sebelah kanan, keeil, dan terlihat hila penderita menoleh ke arah kiri. Benjolan semakin lama semakin membesar hingga meneapai leher kiri. Benjolan tidak memberi rasa nyeri dan terasa lunak hila diraba. Sejak lima bulan SMRS terdapat perubahan suara menjadi sengau. Terdapat keluhan rasa mengganjal hila menelan sejak dua tahun yang lalu, walaupun tidak didapatkan nyeri telan. Penderita merasa lebih nyaman hila menelan makanan eair atau lunak Proses menelan makanan membutuhkan waktu yang lebih lama dari sebelurnnya. Keluhan telinga, hidung dan benjolan di bagian tubuh lain tidak ditemukan. Pada pemeriksaan fisik, kedua telinga dan hidung dalam batas normaL Permukaan dinding faring liein dan bombans, kesan massa menonjol dari dinding belakang faring ke anterior, isthmus faucium lapang dan tidak didapatkan deviasi lidah. Pada pemeriksaan leher didapatkan benjolan sewarna dengan kulit, merata kanan dan kiri, berukuran I0 em X 8 em X 4 em, mobile dan terasa
  • 5. Jumal THT- KL Vol9, No I, Januari- April 20 Ifi, him 24- )_ ltmak bila diraba. Pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus pada benjolan di leher gaga! mendapatkan bahan yang representatifkarenajaringan yang udim sehingga bagian patologi anatomi menyarankan untuk melakukan open biop~y. Gambar ]_ Penderita sebelum operasi. A. Tampak depan. B. Tampak samping kiri. C. Tampak saJ?ping kanan. CT scan kepala Ieber tanggal 15 Agustus 2013 memberikan basil lesi dominan lemak yang berbat:astegas, tepi reguler di ruang retrotanngsetinggi corpus YC 2-YC 6, dengan ukurcm I0 em X 5 em X I0 em. Lesi setinggi VC 2 - VC 6 mendesak dinding posterior orofaring dan hipofaring ke anterior, menyebabkan penyempitan orotaring dan hipofaring. Gambar 2. CT Scan kepala Ieber 15 Agustus 2013. A. Potongan aksial. B. Porongan korona1. C. Potongan sagital. 25 Lcsi meluas ke regia calli kanan dan kiri. Kesan:fat density mass di ruang retrofaring setinggi VC 2 - VC 6 mendesak posterior orofaring dan hipofaring ke anterior, menyebabkan penyempitan orofaring dan hipofaring, dan meluas ke regio colli kanan kiri, dapat merupakan suatu lipoma retrofaring (gambar 2). Berdasarkan data perneriksaan di atas, penderita disarankan untuk trakeotomi dan biopsi eksisi, tetapi penderita menolak dan ingin mempertimbangkan hal tersebut terlebih dahulu. Lima bulan kemudian penderita kontrol dcngan keluhan terasa sesak dan benjolan yang dirasa semakin membesar. Sesak dirasakan bertambah apabila penderita tidur terlentang, sebingga penderita banya bisa tidur sambil duduk atau disangga dengan banyak banta!. Pada pemeriksaan fisik telinga dan hidung tidak didapatkan kelainan. Pada pemeriksaan tenggorok didapatkan dinding faring yang menonjol dengan permukaan licin, kesan ada rnassa yang mendesak dari retrotaring. Benjolan merata di Ieber kanan dan kiri serta teraba lunak. Pemeriksaan laboratoriurn, electrocardiogram, dan toto thorax dalam batas normal. Perneriksaan Fiber Optic Laryngoscope (FOL) yang dilakukan beberapa hari sesudahnya menunjukkan massa menonjol dari dinding belakang faring, airway cukup lapang, korda vokalis tidak dapat dievaluasi karena laringoskop tidak bisa masuk lebih jauh. Epiglotis terdorong ke depan. Pemeriksaan foto soft tissue kepala Ieber AP/lareral sebelurn operasi memberikan basil soft tissue mass di retrofaring setinggi level C7 dominan sisi kanan yang menyebabkan pendesakan faring dan trakea ke anterior seperti yang terlihat di garnbar 3 di bawah ini.
  • 6. Eksisi Fibrolipoma... (Fransiska Hutahacan, Achmad Chusnu Romdhoni) Magnetic resonance imaging (MRI) kepala leher disarankan untuk dilakukan untuk mempeijelas massa soft tissue. Pemeriksaan MRl kepaladan leher dengan fokus ke ruang retrofaring dan leher tidak dapat dilakukan karena penderita terlalu banyak bergerak. Berdasarkan data terakhir, penderita didiagnosis sebagai lipoma retrofaring dengan impending sumbatan jalan napas atas (SJNA). Penderita direncanakan untuk dilakukan eksisi tumor secara transcervical. Selanjutnya penderita dikonsulkan ke ternan sejawat anestesi yang memberi saran untuk me!akukan trakeotomi terlebih dahulu guna mengatasi kesulitan intubasi. Pada tanggal 16 Januari 2014 dilakukan operasi di ruang 509 gedung bedah pusat te:rpadu (GBPT) RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Operasi direncanakan dengan pendekatan transcervical. Penderita tidur terlentang dengan bahu diganjal banta! dan Ieher hiperekstensi. Desinfeksi dilakukan pada Japangan operasi, daerah leher hingga mandibula dan klavikula dengan betadine 10%. Trakeotomi dilakukan dengan Jokal anestesi, selanjutnya pipa endotrakea dimasukkan ke dalam insisi trakeotomi (gambar 4A). Tindakan operasi berikutnya adalah mempersemit lapangan operasi dengan duk steril. Lapangan operasi pada leher diberi markerdengan methylen blue (gambar 4B) berbentuk "U" seperti yang lazim dilakukan pada operasi laringektomi, kemudian dilakukan infiltrasi adrena1in 1:200.000, ditunggu selama dua menit. lnsisi kulit dilakukan lapis demi lapis hingga sub Platysma, kemudian dibuat apron flap. Tampak massa tumor mengisi daerah calli dextra dan sinistra. Massa dibebaskan 26 Gambar 3. Foto soft tissue kepala leher. A. Posisi AP. B. Posisi lateral dari jaringan sekitar lapis demi lapis, dipisahkan dari jaringan yang penting seperti arteri karotis, venajugularis dextra sinistra, esofagus, dan trakea (gambar 4C). Perdarahan dirawat dengan cauter. Setelah berhasil membebaskan tumor maka eksisi massa tumor dapatdilakukan secara intoto (gambar 4D). Evaluasi dilakukan pada struktur penting antara lain, vasa karotis, esofagus, nervus laringeus inferior, dan trakea, tidak ditemukan kerusakan Gambar 4. Operasi pada tanggall6 Januari 2014. A. Trakeotomi. B. Marker berbentuk "U". C. Massa dibebaskan dati jaringan penting. D. Massa dikeluarkan.
  • 7. Jurnal THT- KL Vol.9, No.I, Januari- April 2016, him. 24- 33 akibat massa. Lapangan operasi dicuci dengan normal salin, selanjutnya dipasang nasogastric tube untuk. identifikasi esofagus pasca eksisi. Vacuum drain diinsersikan di kanan dan kiri Ieber, lalu luka operasi ditutup dengan menjahit kulit lapis demi lapis. Operasi berlangsung selama 4 jam dan berhasil mengeluarkan massa secara utuh yang tampak seperti jaringan emak. Gambar 5. Basil pemeriksaan PatologiAnatomi. A. Foto makroskopik. B. Foto mikroskopik Massa tumor dikirim dan diperiksakan ke bagian patologi anatomi. Basil pemeriksaan tersebut tampak pada penampang makroskopis didapatkan satu potong jaringan dengan berat 850 gram dengan ukuran 19 em X 14 em X 7 em. Jaringan diliputi kapsul tipis, permukaan halus, lobulated, berwama putih abu -abu, sebagian putih kekuningan dan eoklat kehitaman, dan konsistensi padat kenya! (gambar SA). Gambaran mikroskopik memberikan basil pertwnbuhan tumor jinak yang terdiri dari proliferasi set lemak matur, monoton dengan jaringan ikat fibrous diantaranya yang sesuai dengan gambaran fibrolipoma (gambar 5B). 27 Setelah operasi, penderita dirawat di ruang Teratai selama enam hari, selama itu penderita diberikan obat, perawatan luka operasi, dan perawatan trakeotomi. Obat yang diberikan antara lain adalah antibiotik, analgetik dan Vitamin C. Perawatan trakeotomi diberikan nebuliser dan suction berkala sebanyak 4-6 x per hari. Pada tiga hari pertama pascaoperas,penderitadirawatdi bed observasi. Hari ke-4 pasea operasi dilakukan pemeriksaan FOL, didapatkan penonjolan pada dinding posterior faring, dari nasofaring hingga bipofaring terutama pada sisi kanan dan didapatkan retleks muntah yang menunm. Korda vokalis kanan dankiri bergerak normal, tampak sekret yang cukup banyak, namun jalan nafas tampak adekuat. Berdasarkan evaluasi maka direncanakan untuk dekanulasi. Pada hari ke-5 pasca operasi dilakukan dekanulasi di ruang tindakan URJ TBT-KL RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Pacta hari ke-6 pasca operasi penderita dipulangkan. Tiga hari pasea dekanulasi, penderita kontrol di poli onkologi satu atap (POSA) THT-KL RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Pada anamnesis tidak didapatkan keluhan sesak dan rasa mengganjal hila menelan. Penderita dapat makan Gambar 6. Keadaan penderita saat kontrol pertama pasea operasi.A. Tampak luk.a trakeotomi ditutup dengan plester. B. Orofaring tampak lapang.
  • 8. l:ksisi 1-ihrolipoma. (I ransiska Hutnhacan, Achmad Chusnu Romdhoni) Camhar 8. Kendaan penderita I bulan pasca operasi. A T<tmpak dcpan. 8. Tampak samping kin. C. Tampak samping k<man dan minum dcngan baik. Pada pemcriksaan fisik, didapntkan orofaring dalam batas normal dan luka bckas uperasi lrakcotomi masih basah (gambar 6) Saat pendt!rita kontrol I bulan pasca operast, kc!uban suara scngau tidak didapatkan !ngi. Pad<! pemeriksaan fisik, tampak orotaring dalam balas normal danluka operasi telah mengering scluruhnya (gambar SA, B, C: & 9A). Ilasil pemeriksaan FOL menunjukkan ainmr lapang, gcrak korda vokalis :;itm:tris, mitenoid, dan eptg!otis dalalll balm; normal. Massa dari Jinding posterior faring tanmpak mcngccil dcngan permukaan licin dibandingkan FOL sebelumnya (gambar 9R). CT swn l bulan pasca opcrasi tidak tampak gambaran massa di regia colli, nasolaring, orofaring dan laring (gambar 9C). Tujuh bulan pasca operasi pendt!rita dalarn keadaan baik, tidak didnpatkan keluhan dan stoma sudah menutup (gambar II). Hasi! pcmeriksaan CT scu11 dan fOL tidak didapatkan rnassa dan ain-vay yang Japang (gambar 12 dan 13). Gamhar 9. Pemeriksaan orofaring (A) dan FOL (R) l bulan pasca operasi (lambar 10. CT 'can 1 bulan pasl:a opemsi. A. Potongan aksial fl Potongan koronal. C. Potongan sagital 28
  • 9. Jumal THT- KL Vo.9, No.1, Januari- Apnl 20 f>, him 24 - 33 Gombar 11. Foto penderita tujuh bulan pasca operasi. A Tampak depan_ B. Tampak samping kiri. C. Tampak samping kanan. •TN145THN ..., I ' ·~ ,.. : .._-: . :c. ~· ~ ·,,: i•' ·~ jJ'- - ...-...=<t - - Gamhar 12. Hasil pemeriksaan CT scan tujuh bulan pasca operasi. A. Potongan aksial. B. Potongan koronal. C. Potongan sagital. PEMBAHASAN Ruang retrofaring merupakan ruang potensial yang dibatasi taring di bagian anterior, fasia prevertebra di posterior, dan dasar tengkorak di superior, sedangkan di inferior kompartemen fasia berakhir di mediastinum bagian superior seperti yang dilustrasikan pada gambar 13. Massa di ruang retrolaring bisa berupa kelainan developmental, kelaman akibat trauma, infeksi, maupun neoplasma. Kelainan developmental dapat berupa angiomatous lymphoid dan hamanoma. Traum<~ bisa menyebabkan terjadinya chordoma dan abses yang disebabkan oleh benda asing. Abses dan limfadenitis merupakan dua penyakit infeksi yang dapat dijumpai di ruangan retrofruing. Tumorjinak dapat berupa lipoma, fibroma, fibrolipoma, osteoma, maupun osteokondroma, tergantung dari asal sel tumor jinak tersebut. Tumor ganas sendiri dapat bentpa fibrosarkoma, limfoma, liposarkoma, leiomiosarkoma atau karinoma metastasis. Diagnosis banding massa di retrofaring akan lebih jelas diperinci di tabel I. A -- -- -- - -- Gambar 13. Ruang retrofaring potongan aksial.7 29
  • 10. Eksisi Fibrolipoma.. (Fransiska Hutahacan, Achmad Chusnu Romdhoni) Tabell. Diagnosis banding massa di retrofaring.8 Developmental Traumatic Infectious Neoplastic Benign Malignant Angiomatous lymphoid Hamru1oma Chordoma Foreign body abscess Acute/Chronic abscess Lymphadenitis Lipoma Fibroma Fibrolipoma Osteoma Osteochondroma Fibrosarcoma Lymphoma Liposarcoma Leiomyosarcoma Metastatic carcinoma Lipoma adalah tumor jinak dan dilapisi kapsul. Tidak jelas apakah tumor ini merupakan neoplasmajinak yang sebenamya, maltormasi atau hiperplasia dari jaringan adiposa.9 Lipoma relatif jarang ditemui di kepala dan Ieber dengan tempat manifestasi paling sering di bagian ini adalah di trigonum posterior leher. Lipoma jarang berada di anterior c:olli, fosa infratemporalis, kavitas oral, laring, nasofaring atau ruang parafaring, dan sangat jarang ditemukan di ruang retrofaring. Retrofaring merupakan suatu ruang yang luas sehingga tumor mampu menjadi lebih besar tanpa disadari oleh penderita.10 Penyakit ini tumbuh sangat lambat, sehingga dalam hitungan tahun tidak disadari karena gejala yang ada sudah dirasakan kronis sehingga penderita menjadi terbiasa dengan gejala tersebut. 11 • 12 Lipoma dapat meluac; dari basis tengkorak sampai ke superior dari mediastinum sehingga gejala bisa bervariasi, tergantung dari bagian traktus aerodigestif yang terkena, misalnya obstruksi hidung, sesak, suara parau, tidur mengorok, dan rasa mengganjal sewaktu menelan makanan, tergantung dari lokasi dan besarnya tumor.'J-'5 Pada penderita ini didapatkan gejala awal obstruksi 30 hidung bila tidur mumg ke kanan dan rasa mengganjal bila menelan, gejala selanjutnya adalah proses menelan yang semakin lama dari biasanya, tidur mengorok, suara parau dan sesak bila tidur terlentang. Pemeriksaan CT scan sangat membantu dalam mendiagnosis penyakit ini pra operasi. Karakteristik radiografi dari lipoma retrofaring seperti tipikal lipoma di bagian tubuh yang lain. Lipoma tampak sebagai masa homogen dengan aflenuation rendah tanpa kapsul yang jelas yang menyerupai lemak dengan -50 sampai -150 Houns(!fie/d Unit (HU). Pada literatur lain ada yang mengatakan -64 sampai -123 HU.U·'2 CT scan atau MRI sedapat mungkin membedakan lipoma dari Iiposarkoma retrofaring, walaupun kejadian liposarkoma retrofating jauh lebih jarang lagi dibandingkan lipoma, karena kedua penyakit tersebut sangat berbeda dalarn hal terapi. Pada liposarkoma tidak cukup hanya dioperasi, melainkan hams dilanjutkan dengan kemoradiasi.8 Heterogenisitas pada CT scan akan mengindikasikan Jiposarkoma. MRJ akan menunjukkan lesi hyperintense pada Tl tanpa perlu memakai kontras. MRl pada liposarkoma akan terlihat septa yang menebal, massa adiposa yang tidak berhubungan, prominentfoci dengan sinyal T2 yang meningkat dan penonjoan area enhancement.11 • 12 • MRI memiliki resolusi kontras yang lebih superior, memungkinkan struktur anatomi dan batas dari tumor yang terlihat lebih baik dibandingkan pemeriksaan CT scan MRljuga memperlihatkan hubungan spasial tumor terhadap pembuluh darah lebih jelas. Hal tersebut akan membuat klinisi mendapat informasi yang lebih jelas sehingga rencana terapi yang lebih tepat.16 Pada pasien ini secara spesifik MRl tidak dapat dilakukan karena penderita terlalu banyak bergerak ketika pemeriksaan dilakukan. Diagnosis histopatologi pasca operasi merupakan diagnosis pasti yang membedakan lipoma dari liposarkoma karena terapi kedua penyakit tersebut sangat berbeda. Lipoma retrofaring yangbesar akan memberikan penekanan pada traktus aerodigestivus yang menimbulkan kesulitan dalam bemafa~ dan menelan makanan, sehingga harus dilakukan reseksi. Studi
  • 11. Jumal THT- KL Vol 9, No. I, Januari - April 2016, him. 24 - 33 kepustakaan menyatakan bila lipoma retrofaring ditemukan, meskipun secara kebetulan, sebaiknya tetap diangkat. Walaupun tumor ini pada saat ditemukan masih asimptomatik, operasi tetap harus dilakukan, kecuali pada penderita dcngan kontra indikasi terhadap operasi atau penderita usia tua dengan ukuran lipoma yang kecil. Pilihan operasi lipoma retrofaring bisa berupa eksisi transoral atau transcervical.17 Pendekatan transoral memiliki keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah morbiditas pasca operasi yang lebih rendah, waktu perawatan di rumah sakit yang lebih singkat, serta tidak. memberi bekas berupaj aringan parutdi leher. Kerugiannya adalah tidak dapat melihat pembuluh darah besar dengan baik. Tindakan ini umumnya dipilih bila ukuran lipoma tidak terlalu besar, meskipun demikian bukan tidak mungkin melakukan pendekatan transoral pada lipoma yang berukuran besar seperti yang dilaporkan di Singapura, pada keadaan lipoma retrofaring yang sudah meluas ke ruang parafaring berhasil dikeluarkan secara intoto dengan pendekatan transoral. Prosedur tersebut dipilih karena lipoma memiliki kapsul dan dapat meregang. 13 •1 ~ Pendekatan transcervical merupakan pilihan untuk lipoma yang berukuran besar karena pendekatan ini memberikan lapangan operasi yang lebih baik, akses yang lebih mudah sehingga pengangkatan lipoma bisa dilakukan seeara intoto. Kerugian dari pendekatan transcervical adalah morbiditas pasca operasi lebih besar dibandingkan pendekatan transoral dan terdapat kemungkinan kerusakan nervus crania/is dan pembuluh darab karotis.19 Pada kasus ini eksisi transcervical dipilih karena massa tumor yang besar yaitu 19 em x 14 em x 7 em. Trakeotomi dilakukan terlebib dulu dengan pertimbangan intubasi yang sulit. Literatur ada yang melaporkan penggunaan glidescope dan manipulasi eksternal di dalam penanganan jalan nafas pada lipoma retrofaring yang besar, sebelLUn dilakukan eksisi transcervical, dengan basil yang memuaskan.20 Hal yang sama tidak dapat dilakukan di RSUD Dr. Soetomo karena belum tersedianya alat glidescope. Seeara makroskopik, lipoma mungkin single atau lobulated, lunak hila dipegang atau 31 kadang t~rasa kistik. Pemeriksaan sitologi sebenamyadapat dikeijakan sebelmn operasi,tetapi sering sekali tidak memberikan basil yang memua<>kan karena sampel yang didapatkan kurang representatif.9Pada pasien ini pemeriksaan biopsi aspirasi jarum halus sebelum operasi tidak. berhasil mendapatkan sampel yang cukup karena jaringan yang udim. Seeara mikroskopik, lipoma terlibat sebagai agregasi sel adiposa matur dilapisi oleh kapsul yang tipis. Lipoma dapat dibagi menjadi beberapa subkelas berdasarkan histologi yaitu lipoma klasik (baik soliter maupun multipel), fibrolipoma, angiolipoma, infiltrating lipoma, lipoma intramuskular, bibemoma, pleimorfik, Jipoblastomastosis lipoma dan lipoblastomatosis difus. Lesi tersebut terdiri dari jaringan lemak matur, tidak seperti lemak normal tubub, jaringan ini bukan untuk transformasi metabolik.K Pada penderita ini telab dicoba untuk melakukan pemeriksaan patologi anatomi pra opera<>i tetapi jaringan yang didapatkan tidak representatifsehingga dianjurkan untuk melakukan open biopsy. Jaringan pasea operasi dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi memberikan gambaran makroskopik dan mikroskopik sesuai dengan gambaran fibrolipoma retrofaring. Seeara umum, lipoma jarang kambub. Pada pasien ini evaluasi 1 bulan dan 7 bulan pasca operasi, didapatkan kesimpulan tidak ditemukan kekambuban tumor pada pemeriksaan fisik, FOL maupun CTscan. KESIMPULAN Telab dilaporkan seorang penderita laki- laki berusia44 tahun dengan fibrolipoma retrofaring dan impending SJNA yang telab dilakukan trakeotomi, pengangkatan tumor melalui pendekatan transcervical dengan trakeotomi terlebib dahulu. Pendekatan transcervical memiliki keuntungan lapangan operasi yang lebih baik, akses yang lebib mudab sehingga pengangkatan lipoma bisadilakukan secara intoto. Evaluasi 7 bulan pasca operasi menunjukkan tidak ada kekambuban.
  • 12. Eksisi Fibrolipoma.... (Fransiska Hutahacan, Achmad Chusnu Romdhoni) DAFTAR PUSTAKA I. Pillai OSR, Vijayalakshmi, Adarsha TV, Thahir M, Gupinathan UK, Mohammed N. Retropharyngeal lipoma-a case report. Indian Journal of Otolaryngology Head and Neck Surgery 2007; 59: 360-2. :! Ferri E, Ianniello F, Armato E, Cavaleri S, Razavi IS, Gangolo A. Retro-parapharyngeal lipoma causmg dysphagia: radiological findings and surgical management. Available from http://ispub.com/IJORL/5/2/6376. Accessed July 20,2014. 3. Hockstein NG, Anderson TA, Moonis G, Gustafson KS, Mirza N. Retropharyngeal lipoma causing obstructive sleep apnea: case report including five-year follow up. The Laryngoscope 2002; 112(9): 1603-5. 4 Serpell JW, Chen RYY. Review oflarge deep lipomatous tumours. ANZ Journal ofSurgery 2007; 77: 524-9. 5. Day TA, Joe JK. Primary neoplasm of the neck. In: Cummings CW, Flent PW, Harker LA, Haughey BA, Richardson MA, Robbins KT, et al, eds. Cummings: otolaryngology head and neck surgery. 41 h ed. Philadelphia: Elsevier; 2005. p. 519-20. 6. Gong W, Wang E, Zhang B, Da J. A retropharyngeal lipoma causing obstructive sleep apnea in a child. Journal of Clinical Sleep Medicine 2006; 2(3): 328-9. 7. Debnam MJ, Guha-Thakurta N. Retropharyngeal and prevertebra! spaces: anatomic imaging and diagnosis. Otolaryngology Clinical North America 2012; 45(6): 1293- 310. H. Chhetri DK. Benign and malignant lipogenic tumors ofthe retropharyngeal space. Nepalese Journal of ENT head and neck surgery 201 I; 2(1): 22-4. 9. Anniko M. Cyst and benign tumours of the neck. In: Anniko M, Bemal-Sprekelsen M, Bronkowsky V, Bradley P, Lurato S, eds. Otorhinolaryngology, head and neck surgery. l" ed. Leipzig: Springer; 2010. p. 618-20. 32 10. ShivakurnarAM, NaikAS, Shetty DK, Yogesh BS. Lipoma of the retropharyngeal space..Indian Journal of Pediatrics 2004; 71 : 271-2. 11. Mandpe AH. Neck neoplasms and neck dissection. In: Lalwani AK, ed. Current diagnosis and treatment otolaryngology head and neck surgery. 3'd ed. New York: The Mcgraw Hill Companies; 2012. p.428-9. 12. Gupta P, Deo RP, Udupa KV, Ravi HR, Pai SA. A case of retropharyngeal lipoma. Indian Journal ofSurgical2007; 70:40-1. 13. Cappabianca S, Colella G, Pezzullo MG, Russo A, Iaselli F, Brunese L, et al. Lipomatous lesions of the head and neck region: imaging findings in comparison with histological type. Radiology Medicine 2008; 113: 758-70. 14. Chua DYK, Lim MY, Teo DTW, Hwang SY. Retropharyngeal lipoma with parapharyngeal extension: is transoral excision possible?. Singapore Medical Journal2013; 54(9): el76- 8. 15. Piccin 0 & Sorrenti G. Adult obstructive sleep apnea related to nasopharyngeal obstruction: a case of retropharyngeal lipoma and pathogenetic considerations. Sleep Breath 2007; 11: 305-7. 16. Namyslowski G, Scierski W, Misiolek M, Urbaniec N, Lange D. Huge retropharyngeal lipoma causing obstructive sleep apnea: a case report. European Archieve Otorhinolaryngology 2006; 263: 738-40. 17. Akhtar J, Shaykhon M, Crocker J, D'Souza AR. Retropharyngeal lipoma causing dysphagia. European Archieve of Otorhinolaryngology 2001; 258:458- 9. 18. Lydiatt WM, Lydiat DD. Transhyoid and lateral pharyngotomy. In: Cohen JI, Clayman GL, eds.Atlas ofhead and neck surgery. 1'1 ed. Philadelphia: Elsevier; 2011. p. 319-20. 19. Huang HC, Li HY. Retropharyngeal fibro1ipoma: a counterchanging obstructive pattern in sleep apnea. International Journal of
  • 13. Jumal THT- KL VoL9, No I, Januari -April 2016. hlm 24 - 33 Pediatric Otorhinolaryngology Extra 2009; 4: 45-8. 20. Sethi S, Arora V. Use of glidescope and external manipulation in airway management ofan unusual retropharyngeallipoma. Journal of Anesthesiology Clinical Pharmacology. 2010; 26(4): 557-8. 33