Dokumen tersebut membahas tentang infertilitas, yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk hamil setelah 12 bulan hubungan seksual yang sering. Dokumen tersebut menjelaskan penyebab utama infertilitas yaitu faktor wanita seperti gangguan ovarium dan tuba falopi, faktor pria seperti kualitas sperma, serta faktor yang tidak dapat dijelaskan. Dokumen tersebut juga membahas evaluasi awal dan peng
2. PENDAHULUAN
Fertilitas : Kemampuan untuk memberikan keturunan
yang diukur dengan bayi lahir hidup.
Fekunditas : Kemampuan untuk bereproduksi. Fekunditas dari
pasangan 'normal' adl 20-15%, dengan kemungkinan
kumulatif 85-90% untuk menjadi hamil dlm jangka waktu
12 bulan
Infertilitas : Ketidakmampuan untuk hamil setelah 12 bln
hubungan seksual yang sering tanpa kontrasepsi.
Infertilitas primer
mengacu pada pasangan yang tidak pernah
mencapai kehamilan
Infertilitas sekunder
menunjukkan setidaknya pernah terjadi
satu pembuahan sebelumnya.
3. Infertilitas di Indonesia
Kejadian Infertilitas yaitu sekitar 10-
15% atau 4-6juta pasangan dari
39,8 juta pasangan usia subur dan
memerlukan pengobatan
infertilitas untuk akhirnya bias
mendapatkan keturunan
4. INSIDENSI
• Sebanyak 10-15%
pasangan menikah usia
subur dianggap infertil.
• Prevalensi infertilitas
tetap konstan, tetapi
jumlah kunjungan
pasangan 'tidak subur'
ke dokter telah naik tiga
kali lipat selama 20
tahun belakangan ini.
• Epidemi infertilitas
terutama berhubungan
dengan penundaan
kehamilan .
5. FAKTOR RISIKO
• Fekunditas pada wanita
memuncak pada usia 25
tahun dan mengalami
penurunan setelah usia
tersebut
• Kebiasaan merokok,
penyalahgunaan obat,
dan pajanan dalam
pekerjaan dan
lingkungan menurunkan
tingkat fekunditas
6. PENILAIAN AWAL (1)
1) Pemeriksaan infertilitas dasar diindikasikan jika pasangan
telah mencoba untuk hamil selama ≥ 1 tahun. Pada
beberapa kasus, mungkin akan lebih baik untuk memulai
evaluasi lebih awal
2) Infertilitas merupakan kondisi yang bersifat unik dan
menimbulkan pengaruh psikologis dan emosional yg
jelas. Sebagian besar pasangan memandang 'kegagalan'
mereka untuk mencapai kehamilan sebagai krisis
kehidupan ketika mereka merasa tidak berdaya
3) Tujuan utama dari evaluasi infertilitas adalah memperoleh
pendekatan rasional terhadap diagnosis, menghasilkan
suatu penilaian akurat mengenai kemajuan saat itu, serta
prognosisnya, serta mendidik pasangan mengenai
fisiologi reproduksi
7. PENILAIAN AWAL (2)
1. Anamnesis. Keterangan rinci yang diperlukan mencakup
usia pasangan, kehamilan sebelumnya dan lama
pasangan mencoba untuk mencapai pembuahan. Riwayat
seksual sangat penting, berfokus pada frekuensi dan
waktu berhubungan seksual.
2. Pemeriksaan fisik. Ciri-ciri kelainan endokrin (hirsutisme,
galaktorea, tiromegali) atau patologi ginekologis (fibroid)
mungkin ditemukan
3. Pemeriksaan laboratorium. Hitung darah lengkap,
urinalisis, papanicolaou smear, dan glukosa darah puasa
mungkin akan memperlihatkan penyakit yang
mendasarinya
9. PENYEBAB INFERTILITAS (1)
FAKTOR WANITA(50%)
1.Faktor ovarium (anovulasi) (20%)
• Anamnesis : amenorea sekunder, menstruasi
tidak teratur
• Pemeriksaan fisik: obesitas, hirsutisme,
galaktorea
• Pemeriksaan skrining. Perangkat urin telah
tersedia untuk mendeteksi secara akurat lonjakan
LH dipertengahan siklus, mengidikasikan adanya
ovulasi. Metode lain mencakup pencatatan suhu
tubuh basal harian atau pengukuran konsentrasi
progesteron fase luteal
• Pengobatan : induksi ovulasi
10. PENYEBAB INFERTILITAS (2)
2. Faktor tuba dan peritoneum (20%)
• Anamnesis. Infeksi panggul atau kehamilan ektopik sebelumnya
mungkin menunjukkan adanya perlengketan panggul. Dismenorea
sekunder atau nyeri panggul yang bersifat siklik harus menimbulkan
kecurugaan adanya endometriosis. Meskipun demikian, tidak
terdapat faktor risiko yang dapat diidentifikasi pada 50% pasien.
• Pemeriksaan fisik : stigmata endometriosis
• Pemeriksaan skrining. Histerosalpingogram memerlukan tindakan
penyuntikan zat warna radio-opak melalui serviks ke dalam uterus
dengan tumpahan zat ke dalam rongga peritoneum.
Histerosalpingogram menilai patensi tuba dan juga menilai bentuk
rongga uterus.Hysterosalpingo contrast sonography (HyCoSy)
adalah metode lain yang lebih jarang digunakan. Laparoskopi
dengan pembilasan tuba (tubal lavage) merupakan pemeriksaan
diagnostik 'baku emas' karena dapat menyingkirkan kemungkinan
perlengketan dan endometriosis.
• Pengobatan : Pembedahan / fertilisasi in vitro
11. PENYEBAB INFERTILITAS (3)
3. Faktor serviks (10%)
• Anamnesis. Riwayat pembedahan serviks (biopsi konus,
kauter), infeksi atau pajanan dietilstilbestrol (DES) in utero
• Pemeriksaan fisik: abnormalitas serviks, lesi
• Pemeriksaan skrining. Tak ada satupun pemeriksaan
skrining yang dapat diandalkan. Meskipun demikian,
pemeriksaan setelah berhubungan seksual merupakan
metode historis untk mengevaluasi interaksi mukus serviks
dengan sperma. Mukus dari saluran endoservikal diperiksa
setelah hubungan seksual dilakukan.
• Pengobatan: inseminasi intrauterus (IIU)
12.
13. PENYEBAB INFERTILITAS (4)
Faktor Pria (35%)
1. Anamnesis: cedera testis, infeksi genitourinaria,
kemoterapi, gondongan setelah masa puber
2. Pemeriksaan fisik: hipospadia, varikokel, kriptorkisme
(testis kecil), kelainan penis.
3. Pemeriksaan skrining. Analisis semen merupakan
pemeriksaan skrining primer untuk infertilitas pria. Beberapa
sampel harus dianalisis selama periode 1-3 bulan karena
adanya fluktuasi individual
4. Pengobatan: koreksi pembedahan terhadap varikokel;
fertilisasi in vitro dengan atau tanpa injeksi sperma
intrasitoplasmik (ISIS) atau inseminasi donor
14. PENYEBAB INFERTILITAS (5)
Infertilisasi yang tidak dapat
dijelaskan (10-15%)
• Anamnesis: Istri dapat
berovulasi dan memiliki
oviduk paten; suami
memiliki setidaknya 20 juta
sperma motil pada ejakulasi
• Pemeriksaan fisik dan
skrining : normal
• Pengobatan : induksi
ovulasi dan IIU dengan
sampel sperma segar yang
baru di ejakulasi
15. PENYEBAB INFERTILITAS (6)
Prognosis
• 50% pasangan akan berhasil mencapai kehamilan
dari seluruh pasangan yang memiliki penyebab yang
dapat diidentifikasi
• 60% pasangan dengan infertilitas yang tidak dapat
dijelaskan dan tidak menerima terapi akan
mengalami pembuahan dalam waktu 3-5 tahun
• Keputusan tersulit yang harus duputuskan oleh
pasangan adalah kapan mereka harus menghentikan
intervensi dan mempertimbangkan untuk
mengadopsi anak.