Dokumen tersebut membahas tentang sistem pelapisan masyarakat di Indonesia pada abad ke-20. Sistem pelapisan semula didasarkan pada garis ras namun kemudian berubah menjadi didasarkan pada faktor ekonomi, pendidikan, dan kemampuan intelektual seseorang akibat adanya pemberontakan dari penduduk pribumi. Dokumen juga membandingkan sistem pelapisan di dua desa di Sulawesi Selatan yang didasarkan pada faktor
1. Nama Assisten : Indy Harist Sandy G24100020 Nama : Dimas Wahyu Pratama
Furi Alifiari G74120064 NIM : C54140078
Kelompok : Gaga-gili (2)
Resume :
SISTEM STATUS DAN PELAPISAN MASYARAKAT
SISTEM STATUS YANG BERUBAH
Runtuhnya Sistem Status Kolonial dalam Abad Kedua Puluh
Oleh W.F. Wertheim
Sekitar tahun 1900, pelapisan masyarakat menurut garis ras, mulai meluas ke
pulau-pulau seberang. Tetapi di abad XX terjadi perkembangan dinamis yang menerobos
pola ini dan meningkatkan mobilitas sosial. Uanglah terutama yang melakukan
pendobrakan ini. Rasa tidak senang penduduk asli terhadap pedagang mengakibatkan
system status bersendikan kelompok suku bangsa. Penanaman tanaman yang hasilnya
untuk dijual ke luar kota juga telah menimbulkan bentuk paham individualisme ekonomi
yang memberontak ikatan tradisional. Di beberapa daerah, paham individualisme telah
mencapai kemajuan lagi, kesejahteraan materi merupakan ukuran utama dalam
menentukan prestise kemasyarakatan.
Pendidikan juga mempunyai pengaruh dinamis, kebanyakan orang yang
mendapat pendidikan cara barat berkumpul di jawa. Semenjak tahun 1900, di jawa dapat
pula diperhatikan bertambah meningkatnya perbedaan profesi. Bahkan di tahun 30-an,
suatu kelass bumiputera mendobrak susunan masyarakat tradisional lama dan melakukan
pengaruh yang bersifat individual. Tetapi di jawa, pengaruh factor ini seluruhnya
terlindung oleh cara tradisional masyarakat.
Pendidikan telah menciptakan kelas baru kaum cendekiawan yang menduduki
suatu posisi khusus dalam masyarakat. Adanya kelas ini mempengaruhi system nilai
kemasyarakatan dalam masyarakat Indonesia. Selain itu, kelas ini juga mendobrak
pelapisan sosial colonial abad XIX berdasar perbedaan ras. Di masa depresi tahun 30-an,
proses “peng-indoan” badan administrative telah maju cepat sekali. Kendatipun telah
berkembang suatu kelas menengah Indonesia, rata-rata pendapatan orang eropa tetap
yang tertinggi, orang cina di tengah, dan orang Indonesia yang paling rendah.
Persaingan yang semakin hebat dalam suatu masyarakat dimana karena adanya
system ekonomi yang dominan menyebabkan para anggota kaum borjuis mempersatukan
barisan untuk mencapai solidaritas kelompok. Golongan indo bergabung dalam persatuan
indo eropa dalam menghadapi orang Indonesia yang berpendidikan barat. Wanita
2. Indonesia semakin lama semakin kurang mengindahkan bekerja sebagai pembantu rumah
tangga merangkap sebagai selir bagi laki-laki eropa. Dengan demikian, suatu ukuran nilai
baru telah menampakan dirinya di atas ukuran colonial yang lama. Bersama-sama dengan
pendidikan, ukuran ini telah mempengaruhi wanita dan pemuda.
Dalam tahun kemelut, perjungan persaingan ini menjadi lebih hebat. Orang indo
harus mengikuti kursus yang lebih tinggi dalam pendidikan agar dapat mempertahankan
tingkat eropanya/ proses seperti itupun dpat juag dilihat di dunia dagang. Pedagang
Indonesia jumlahnya semakin besar dan mulai mengancam orang cina. Dalam bidang
industry kecenderungan ini lebih menonjol lagi. Perusahaan-perusahaan cina hamper
semuanya telah didorong keluar oleh kontraktor Indonesia.
Dengan demikian, kedudukan istimewa yang diduduki orang eropa dan cina telah
menjadi amat kurang stabil. Terdapat suatu kecenderungan yang kuat kea rah suatu
system nilai yang baru berdasarkan kemakmuran individu dan kemampuan intelektual
seseorang, tetapi perkembangan ini pada umumnya masih ditahan, baik oleh sisa-sisa
struktul feudal maupun colonial.
3. SITUASI SOSIAL DUA KOMUNITAS DESA
DI SULAWESI SELATAN
Oleh : Mochtar Buchori dan Wiladi Budiharga
Desa Maricaya Selatan
Komunitas Maracaya selatan terdiri dari lima golongan masyarakat yang
menempati tiga lapisan pokok, yaitu golongan pejabat dan professional di lapisan atas;
alim ulama, pegawai, pedagang di lapisan menengah; dan buruh di lapisan bawah.
Penduduk dari golongan mayoritas cukup terbuka untuk membentuk pola pergaulan
sosial yang akrab dengan golongan minoritas dan kelompok penduduk dari lapisan
menengah berusaha mengemabangkan pergaulan sosial yang bersifat antar golongan.
Dilihat dari segi ekonomi, dalam masyarakat Maricaya Selatan terdapat tiga
lapisan masyarakat, yaitu Lapisan ekonomi mampu yang terdiri dari para pejabat dan para
profesiona; Lapisan ekonomi menengah terdiri dari alim ulama, pegawai, pedagang;
Lapisan ekonomi miskin terdiri dari para buruh.
Desa Polewali (Semi Urban)
Dalam masyarakat Polewali terdapat tiga lapisan masyarakat, yaitu ulama,
pemangku adat dan pejabat di lapisan atas; pedagang di lapisan menengah; dan buruh di
lapisan bawah. Dilihat secara ekonomi, masyarakat Polewali terdiri dari tiga lapisan,
yaitu lapisan orang kaya, kelompok orang yang berkejayaan sedang, dan kelompok
miskin.
Masyarakat polewali pada dasarnya adalah masyarakat yang lugas mengisi
kehidupan mereka sehari-hari dengan berbagai usaha untuk menghadapi dan
menyelesaikan persoalan-persoalan nyata yang terdapat dalam lingkungan mereka. Pada
taraf perkembangan sekarang ini, masyarakat polewali tampak sebagai suatu masyarakat
yang bersifat inward looking, kecuali golongan pejabat.
4. Analisis :
1. Jelaskan dimensi-dimensi yang mendasari pelapisan masyarakat pada
kedua bacaan tersebut!
Pada bacaan pertama, yang mendasari pelapisan masyarakat pada mulanya adalah
sistem colonial menurut garis ras. Namun setelah itu ada beberapa berlawanan
dari dari penduduk pribumi sehingga menyebabkan pergeseran atau perubahan
system pelapisan masyarakat. Yang semulanya system colonial berubah pada
berbagai ukuran, seperti ukuran kekayaan dari para pedagang, ukuran kekuasaan
dari para pejabat, dan ukuran ilmu pengetahuan dari para cendekiawan.
Sementara itu pada bacaan kedua, di desa Maricaya Selatan ada berbagai ukuran
yang mendasari pelapisan masyarakat. Pertama, ukuran kehormatan, terdapat
pejabat dan kelompok professional di lapisan atas; alim ulama, pegawai dan
pedagang di lapisan tengah; dan buruh berada di lapisan bawah. Kedua,ukuran
ekonomi, Lapisan ekonomi mampu, terdiri dari para pejabat dan professional;
Lapisan ekonomi menengah, terdiri dari alim ulama, pegawai, dan pedagang;
Lapisan ekonomi miskin, terdiri dari para buruh. Ketiga, ukuran pendidikan,
seluruh masyarakat Maricaya Selatan memandang pendidikan sebagai sesuatu
yang pentingdalam kehidupan mereka. Hanya saja tidak semua orang dapat
mengenyam pendidikan tinggi karena factor ekonomi.
Di Desa Poliwali ada ukuran kehormatan, yaitu para ulama, pemangku adat dan
pejabat di lapisan atas; pedagang di lapisan menengah; danburuh di lapisan
bawah. Ada juga ukuran kekayaan, yaitu lapisan orang kaya, kelompok orang yg
berkejayaan sedang, dan kelompok miskin.
2. Bandingkan system pelapisan yang ada dalam bacaan 1 dan 2!
Bacaan 1:
Sistem pelapisan pada bacaan pertama pada mulanya yaitu system pelapisan
tertutup, dimana kedudukannya berdasarkan kelahiran. Namun karena ada
pemberontakan, system pelapisanpun berubah menjadi system pelapisan terbuka,
dimana setiap orang dapat memperjuangkan statusnya atau dapat berpindah
lapisan sesuai dengan kemampuannya. Di sini orang Indonesia berhasil menaikan
lapisannya dan menggeser atau menurunkan orang eropa dan cina.
Bacaan 2:
System pelapisan pada bacaan kedua ada dua macam, yg pertama Pejabat,
kelompok professional, ulama, pegawai, pedagang, dan buruh system
pelapisannya terbuka yaitu setiap orang dapat mendapatkan atau merubah
5. statusnya sesuai dengan kemampuan. Dan yg kedua Pemangku adat system
pelapisannya tertutup yaitu kedudukan yang didapatkan diperoleh karena
kelahiran.
3. Jelaskan factor-faktor yang mendorong terjadinya mobilitas sosial pada
masyarakat-masyarakat yang dibahas dalam kedua bacaan tersebut!
Faktor-faktor yg mendorong terjadinya mobilitas sosial yaitu :
- Faktor structural
Pada bacaan pertama, terdapat ketidakseimbangan antara jmlah lapangan
kerja yang tersedia dengan jumlah pelamar kerja, hal ini mendorong orang
Indonesia untuk meningkatkan statusnya dengan cara mengikuti kursus atau
berpindah menjadi pedagang.
- Faktor ekonomi
Dari bacaan kedua, di semua lapisan sangat mementingkat pendidikan yang
dengan ini agar ekonomi mereka bisa diperbaiki bahkan lebih baik dari
sebelumnya.
- Status sosial
Dari bacaan pertama, wanita-wanita di Indonesia tidak ingin hanya menjadi
pembantu rumahtangga merangkap selir bagi laki-laki eropa saja, hal ini yang
mendorong mereka untuk merubah statusnya ke lapisan yg lebih baik dengan
jalan pendidikan.