Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Analisis Sosum Praktikum BAB 2
1. Nama Assisten : Indy Harist Sandy Nama : Dimas Wahyu Pratama
Furi Alifiari NIM : C54140078
NIM : G24100020 Kelompok : Gaga-gili (2)
G74120064
Resume:
STRUKTUR INTERAKSI KELOMPOK ELIT
DALAM PEMBANGUNAN
Penelitian Di Tiga Desa Santri
Oleh : Sunyoto Usman
Terdapat beberapa kalangan dalam masyarakat, yang pertama adalah kalangan elit.
Mereka adalah kelompok minoritas superior yang posisinya berada pada puncak strata,
memiliki kemampuan mengendalikan aktivitas perekonomian dan sangat dominan
mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Sedangkan kelompok mayoritas yang
dikuasai dan didominasi oleh kalangan elit yaitu kalangan kedua yang disebut massa.
Mereka adalah mayoritas inferior, yang posisinya dalam stratifikasi masyarakat berada di
bawah, tidak memiliki kemampuan mengendalikan kegiatan ekonomi dan politik, serta
kurang begitu diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan.
Ada tiga macam pendekatan yang lazim digunakan peneliti social untuk
mengidentifikasi kemlompok elit, yang pertama mencari individu-individu yang
menempati posisi penting dalam lembaga-lembaga social, yang kedua melakukan
wawancara mendalam dengan informan-informan kunci untuk mengklasifikasikan tokoh-tokoh
yang menjadi panutan masyarakat, dan yang ketiga melihat penampilan nyata
tokoh-tokoh masyarakat dalam proses pengambilan keputusan.
Kelompok elit sangatlah potensial sebagai agen perubahan terutama dalam
menjembatani antara kemauan pemerintah dan kepentingan masyarakat. Penelitian
Sunyoto Usman di desa santri dengan perhatian pada struktur interaksi kelompok elit
ternyata menemukan gambaran lain. Kelompok elit pemuka agama terkesampingkan,
sedangkan elit pamong desa mendominasi proses pengambilan keputusan terhadap
pelaksanaan proyek pembangunan desa. Sudah tiba saatnya kita sekarang mengupayakan
mekanisme bagaimana agar semua elit desa mau bahu-membahu dan menjalin hubungan
yang lebih intim dalam kegiatan pembangunan. Interaksi antar mereka perlu diubah dari
yang biasanya hanya dilakukan untuk menjawab kepentingan masing-masing kearah
hubungan yang koordinatif yang lebih dilandasi keinginan untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat desa.
2. Analisis :
MATRIKS ANALISIS
Bentuk Interaksi
Sosial
Antar Perorangan
Antara
Perorangan dan
Kelompok
Antar Kelompok
Kerjasama
Antar anggota elit
desa
Anggota elit dan
pemerintah
Para pamong desa
dengan pemerintah
Akomodasi - -
Kelompok elit dan
masyarakat
Asimilasi - - -
Persaingan
Para elit pamong
desa, petani kaya,
dan pemuka agama
-
Kelompok elit
pamong desa dan
pemerintah
Kontravensi - - -
Konflik - - -
1. Cerita ringkas berdasarkan konsep interaksi sosial :
Kelompok elit biasanya hanya diterima sebagai panutan masyarakat untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tetapi sebenarnya mereka juga menjadi
referensi sikap dan acuan hidup dalam bermasyarakat. Pada perkembangannya mereka
kelihatan mapan dalam urusan yang berkaitan dengan urusan politik. Melalui proses
interaksi sosial, intelektualitas keagamaan, kewibawaan dan kekayaan mereka saling
melilit dan menyatu sedemikian rupa. Lalu, membentuk kekuatan yang mampu
mengukuhkan mereka menjadi suatu kelas intelektual tersendiri yang mandiri dan
diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
kebijaksanaan pembangunan. Dalam pembangunan desa, gagasan awal atau sumber
dana proyek boleh jadi berasal dari luar. Biasanya dari pemerintah pusat, organisasi
swadaya masyarakat atau badan-badan internasional. Tetapi anggota masyarakat
dalam hal-hal tertentu juga masih ikut berpartisipasi aktif. Bahkan mereka masih pula
diminta menyediakan tambahan dana atau membentuk organisasi sosial. Organisasi
sosial ini yang secara khusus dipersiapkan untuk menyongsong dan menunjang proses
pembangunan. Dalam suasana semacam itulah kelompok elit lalu banyak terlibat dan
mengambil inisiatif. Seperti dalam proses pembuatan keputusan penting bagi upaya
memperoleh upaya yang maksimal. Tetapi karena adanya perbedaan kesempatan dan
kemampuan, maka peranan mereka dalam proses tersebut juga bervariasi. Dalam
kenyataannya ada elit yang sangat kuat peranannya dan sangat menonjol peranannya.
Dan ada pula elit yang justru menjadi sub-ordinasi elit lain bahkan tidak sedikit yang
kemudian terkesampingkan dari percaturan.
3. 2. Fakta berdasarkan pihak dan bentuk interaksi sosial :
- Adanya kerjasama para elit desa untuk melaksanakan pembangunan
- Adanya kerjasama anggota elit desa dengan pemerintah pusat untuk
pembangunan di desanya
- Para pamong desa bekerjasama dengan pemerintah untuk menyukseskan
pembangunan
- Kelompok elit dan masyarakat saling menghormati dan melaksanakan tugasnya
demi kepentingan bersama
- Para elit pamong desa, petani kaya, dan pemuka agama bersaing untuk
memperebutkan dominasi dalam pengambilan keputusan
- Kelompok elit pamong desa dan pemuka agama bersaing dalam
mengembangkan pembangunan
3. Kesimpulan :
Kesimpulan dari kasus di atas adalah bahwa derajat interaksi kelompok lebih tinggi
dari perorangan. Hal ini bisa kita lihat daari interaksi antara kelompok elit pamong
desa dan masyarakat yang lebih menonjol dan lebih berpengaruh dalam
melaksanakan pembangunan, dibandingkan interaksi antara individu-individu itu
sendiri.
4. Resume:
TOLONG BANTU PERBAIKI
PERTANIAN KAMI
Oleh : Muhammad Syaifullah
Ade Suharso, Kepala Seksi Konservasi Taman Nasional Kutai Wilayah Tanjung
Limau mengadakan pertemuan dengan beberapa tokoh masyarakat di Komdolo mengenai
pembukaan lahan hutan secara besar-besaran oleh masyarakat sekitar. Manap, Kepala
Dusun Kandolo mengungkapkan bahwa masyarakat terpaksa membuka hutan untuk
mempertahankan hidup. Umumnya masyarakat di sini, bukan mencari kayu untuk dijual
tetapi untuk dibuat kayu arang. Hal senada diungkapkan Andi Mappotolo, tokoh
masyarakat Kandolo. Ia mengatakan, petugas hendaknya tidak melarangwarga yang
memang benar-benar hanya mencari kayu untuk dijadikan arang. Sebab perkerjaan inilahs
atu-satunya yang menghidupi mereka.
Sebelumnya, kalangan pelajar, pramuka, pejabat, dan aparat keamanan yang
dipimpin Kepala Balai Taman Nasional Kutai Tony Suhartono juga dihadang masyarakat
teluk Pandan ketika akan melakukan penghijaun. Namun, menurut Ade Suharso,
ketegangan yang terjadi akibat karena putusnya komunikasi antar kedua belah pihak. Hal
senada diakui Tony Suhartono, menurutnya pengelolaan Taman Nasional Kutai selama
20 tahun terakhir tidak pernah memperhatikan community development terhadap
pemukiman di dalam kawasan. Sementara bantuan dari Taman Nasional Kutai untuk
pembinaan masyarakat ternyata hanya dilakukan pada masyarakat di daerah pingggiran
buffer zone Taman Nasional Kutai. Asumsi itu salah dan malah sebaliknya, sekarang
yang sulit dikendalikan justru masyarakat di dalam kawasan, bahkan orang luar pun
sudah banyak yang masuk.
Warga yang disebut-sebut mencari kayu arang di sepanjang jalan Bontang-
Sangatta bisa dihitung dengan jari. Yang tampak di depan mata justru aktivitas
perkebunan rakyat secara besar-besaran, maraknya penebangan kayu, pengkaplingan
lahan dan penguasaan tanah. Para pelaku bukan hanya dari rakyat kecil tetapi juga orang-orang
bermodal dan juga para oknum Kepala Desa setempat juga ikut membagi-bagi
lahan di daerah ini. Menurut Tony, warga setempat dengan orang luar sudah ada saling
kerjasama dalam pembagian lahan Taman Nasional Kutai.
5. Menurut Direktur Yayasan Bina Kelola Lingkungan (Bikal), Adief Mulyadi,
persoalan Taman Nasional Kutai tidak bisa dilihat secara parsial. Kondisi yang terjadi
sekarang sebagai akumulasi persoalan sejak awal kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan
konservasi. Beban terbesar yang diterima Taman Nasional Kutai sejak awal, yakni tidak
adanya singkronisasi kebijakan soal hutan ini antara pemerintah pusat, Pemda Kalimantan
Timur, dan Pemda Kutai.
6. Analisis :
MATRIKS ANALISIS
Bentuk Interaksi
Sosial
Antar Perorangan
Antara
Perorangan dan
Kelompok
Antar Kelompok
Kerjasama
Warga setempat
dengan oknum
kepala desa
Tokoh masyarakat
dengan warga
pelajar, pramuka,
pejabat, dan aparat
keamanan
Akomodasi - -
Jagawana dengan
Tokoh Masyarakat
Asimilasi - - -
Persaingan - -
Warga dan
Jagawana
Kontravensi - -
Warga dan
Jagawana
Konflik - -
Jagawana dan
Massa
1. Cerita ringkas berdasarkan konsep interaksi sosial :
Pertemuan antara beberapa jagawana yang dipimpin oleh Ade Suharso dengan
beberapa tokoh masyarakat Kondolo berlangsung kondusif. Dua tokoh masyarakat
Kondolo yakni Manap dan Andi Mappotolo mengatakan bahwa petugas seharusnya
tidak melarang warga membuka hutan agar tidak terjadi permusuhan. Karena mereka
hanya mengambil kayu hanya untuk dibuat kayu arang. Usai pertemuan itu, petugas
jagawana tidak berani berlama-lama di daerah itu karena dimusuhi. Sebab, pada
beberapa waktu lalu saat mendatangi kepala desa Sangkiman untuk meluruskan
persoalan temuan kayu oleh petugas justru dihadang puluhan massa. Bahkan
diancam kendaraan mereka akan dibakar. Sebelumnya, kalangan pelajar, pramuka,
pejabat, dan aparat keamanan dipimpin Kepala Balai TN Kutai Tonny Suhartono
juga dihadang masyarakat teluk pandan ketika akan melakukan penghijauan di
daerah tersebut. Perlawanan warga ini merupakan bentuk penolakan paling keras
atas upaya Balai TN Kutai melakukan penyelamatan kawasan hutan konservassi ini.
Menurut Ade Suharso, ketegangan ini terjadi akibat putusnya komunikasi antar
kedua belah pihak. Tonny Suhartono pun mengakui bahwa pengelolaan TN Kutai
selama 20 tahun berakhir tidak pernah memperhatikan community development
terhadap pemukiman di kawasan tersebut. Ternyata sekarang yang sulit dikendalikan
adalah masyarakat di dalam kawasan, bahkan orang luar pun sudah banyak yang
masuk. Pelakunya pun bukan hanya dari rakyat kecil tetapi juga orang-orang
bermodal dan juga para oknum Kepala Desa setempat juga ikut membagi-bagi lahan
di daerah ini. Menurut Adief Mulyadi, kondisi yang terjadi sekarang akibat tidak
7. adanya singkronasi kebijakan soal hutan ini antara pemerintah pusat, pemda kaltim,
dan pemda kutai. Ketidak jelasannya batas wilayah desa dan TN Kutai sendiri
membuat hubungan antara jagawana dan warga menjadi ada jarak, bahkan tak jarang
saling terjadi benturan kepentingan.
2. Fakta berdasarkan pihak dan bentuk interaksi sosial :
- Warga setempat yang bekerjasama dengan oknum Kepala Desa untuk membagi-bagi
lahan
- Tokoh masyarakat dengan warga bekerjasama untuk menolak kebijakan
pemerintah
- pelajar, pramuka, pejabat, dan aparat keamanan bekerjasama untuk melakukan
penghijauan
- Beberapa jagawana mengadakan pertemuan dengan beberapa tokoh masyarakat
Kondolo
- Warga dan jagawana bersaing untuk mendapatkan kekuasaan atas hutan tersebut
- Warga memberitahukan bahwa mereka hanya mencari kayu arang, tetapi
kenyataannya yang terlihat justru pembukaan lading secara besar-besaran
- Petugas Jagawana dihadang oleh massa, bahkan diancam akan membakar
kendaaan mereka.
3. Kesimpulan :
Kesimpulan dari data diatas adalah bahwa derajat interaksi kelompok lebih tinggi
dibandingkan dengan perorangan. Hal ini dibuktikan bahwa peran antar kelompok
seperti warga, masyarakat, Jagawana, aparat, dan pemerintah yang bertanggung
jawab lebih mendominasi dan lebih tinggi pengaruhnya terhadap masalah tersebut.
Dan peran Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat yang kurang perhatian pun
dapat mempengaruhi jalannya kasus tersebut.