3. RUMAH
TANGGA
PERUSAHAAN
UANG
BARANG & JASA
PASAR BARANG
PASAR FAKTOR PRODUKSI
LAHAN TENAGA KERJA MODAL
UANG
HUKUM
PERMODALAN
HUKUM
KETENAGAKERJAAN
HUKUM LAHAN
(PERTANIAN)
HUKUM
INDUSTRI
HUKUM
PERDAGANGAN
DALAM NEGERI
HUKUM
PERDAGANGAN
LUAR NEGERI
HUKUM
PERSEROAN
MEKANISME PASAR SYARI’AH
4. PENGANTAR
• Modal atau kapital adalah faktor produksi ketiga yang perlu diatur dalam
sebuah perekonomian pasar.
• Jika sebuah perekonomian pasar menginginkan agar dapat terus tumbuh
dan berkembang, maka akan senantiasa diperlukan adanya penambahan
modal.
• Sistem ekonomi kapitalisme telah menjadikan masalah permodalan
sebagai ujung tombak pengembangan perekonomiannya.
• Perhatian terhadap permodalan ini bahkan mampu mengalahkan peran
dari dua faktor produksi yang lain, yaitu lahan dan tenaga kerja.
• Oleh karena itu, dalam sesi ini kita akan membahas secara mendalam
kaitannya dengan masalah permodalan ini.
5. PERMODALAN SYARI’AH
• Permodalan syari’ah dapat diperoleh dari 2 kemungkinan:
1. Berhutang (dayn atauqardh)
2. Investasi (akad syirkah)
• Jika permodalannya dari harta pribadi, maka tidak perlu
pembahasan lebih lanjut.
• Jika ingin menarik modal dari pihak lain, maka harus
memahami hukum-hukum dayn, qardh dan syirkah terlebih
dahulu.
• Untuk penambahan modal dengan investasi, sudah banyak
dibahas pada materi sebelumnya (hukum perseroan).
6. 1. PENAMBAHAN PERMODALAN DENGAN UTANG
• Pengertian utang (dayn):
•َبَسِب ٍلاَم ْنِم ِةَّمِالذ يِف ُتُبْثَي اَم َوُه ُْنيَدالِِ َِوُبُث ي َََِِْْي ٍب
• “Utang adalah apa-apa (harta) yang tetap dalam tanggungan, karena suatu sebab
yang mengharuskan tetapnya utang”.
• Sebab dari tetapnya utang ada 3, yaitu:
1. Utang karena pertukaran (mu’awadhah). Contohnya adalah utang dagang dalam
jual beli atau utang sewa dalam akad ijarah.
2. Utang karena merusak barang orang lain (itlaaf). Misalnya merusakkan mobil
orang lain, sehingga harus menanggung perbaikannya.
3. Utang karena pinjaman (qardh). Contohnya adalah seseorang yang meminjam
uang kepada orang lain.
7. •الْرض:المثليات من ِ َعطي ماردُيلالمسَْبل في ِ مثل لك
• “Pinjaman (qardh) adalah apa-apa yang kamu berikan berupa harta mitsliyat
(harta semisal) untuk dikembalikan kepadamu harta yang semisalnya pada masa
yang akan datang”.
• Mitsliyat dapat didefinisikan:
•َف بال األسواق في مثل ِ ل يوجد ما كل االصطالح في اتالمثليَدْعي ٍتاو
منالث ِ بسبب يخَلف ال بحيث ،ِ ب
• “Mitsliyat (harta semisal) menurut istilah adalah apa-apa yang didapati yang
semisalnya di pasar tanpa ada perbedaan yang signifikan, dalam arti perbedaan
yang ada, tidak mengakibatkan perbedaan harga”.
• Mitsliyat adalah: barang-barang yang dapat ditakar, dihitung dan ditimbang.
Contohnya adalah beras, gula, minyak, gandum dll.
PENGERTIAN QARDH (PINJAMAN)
8. •Ketentuan dalam qardh adalah sebagai berikut:
1. Qardh (pinjaman) adalah harta yang diberikan
kepada seseorang agar dia mengembalikan harta
yang semisalnya.
2. Qardh dapat terjadi pada uang atau barang.
3. Qardh terjadi pada harta yang semisal (mitsliyat).
•Kesimpulannya: utang (dain) dapat dikategorikan
memiliki cakupan yang lebih umum dan lebih luas
daripada pinjaman (qardh).
KETENTUAN DALAM QORDH
9. HUKUM DAYN DAN QARDH
• Salah satu dalilnya adalah Al-Baqarah 282:
•َدِب مَُنَياَدََ اَذِإ ْاوُنَمآ َينِذَّال اَهُّيَأ اَيَُْكاَف ىًّمَسُّم ٍلَجَأ ىَلِإ ٍْني﴿ ُهوُب٢٨٢﴾
• “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak
secara tunai (secara utang) untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya”.
• Berhutang (dayn) hukumnya adalah mubah atau jaiz.
• Untuk pemberi pinjaman (al-muqridh), hukumnya adalah mandub
(sunnah).
• Untuk peminjam (al-muqtaridh), hukumnya adalah mubah dan
sebagian ulama menyatakan sunnah.
10. •َلَع ُ َّاَّلل ىَّلَص َّيِبَّنال َّنَأ ٍدوُعْسَم ِْنبا ْنَعَلاَق َمَّلَس َو ِِ ْيُْْي ٍمِلْسُم ْنِم اَماًِ ْرَق اًمِلْسُم ُض ِر
ًةَّرَم اَهََِقَدَصَك َانَك َّالِإ ِْنيَََّرَم
• Dari Ibnu Mas’ud RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Tidaklah seorang muslim
memberi pinjaman kepada muslim yang lain sebanyak dua kali, kecuali hal itu seperti
sedekah satu kali.” (HR Ibnu Majah).
•ََ ُةَشِئاَع َْتناَك َلاَق ٍيِلَع ُْنب ُدَّمَحُم َانَثَّدَحْيَّدلِل َو ِكَل اَم اَهَل َليَِْف ُانَّدُتْعِمَس ْتَلاَق ِن
ُلوَُْي َمَّلَس َو ِِ ْيَلَع ُ َّاَّلل ىَّلَص ِ َّاَّلل َلوُسَرَدَأ يِف ٌَّةيِن ُِ َل َْتناَك ٍدْبَع ْنِم اَمُِ َل َانَك َّالِإ ِِ ِنْيَد ِاء
َكِلَذ ُسِمََْلَأ َانَأَف ٌن ْوَع َّلَج َو َّزَع ِ َّاَّلل ْنِمَن ْوَعْال
• Dari Muhammad bin Ali dia berkata ‘A`isyah RA telah berutang piutang, lalu ada yang
bertanya kepadanya,”Mengapa Anda berutang?” ‘A`isyah menjawab,”Aku pernah
mendengar Rasulullah SAW bersabda,“Tidaklah seorang hamba berniat untuk
melunasi utangnya, kecuali dia berhak mendapat pertolongan dari Allah Azza wa Jalla.
Maka aku mencari pertolongan Allah itu” (HR Ahmad & Thabrani).
DALIL-DALIL UTANG-PIUTANG
11. • Ada 3 (tiga) syarat penting yang harus diperhatikan, apabila
seseorang hendak berhutang, yaitu:
1. Pihak yang berutang harus berniat untuk melunasi
utangnya.
2. Pihak yang berutang harus mempunyai dugaan yang kuat
bahwa dia mampu untuk melunasi utangnya.
3. Utang yang dilakukan tersebut adalah utang yang ada
dalam perkara yang disyariahkan (fii amrin masyruu’in).
Tidak untuk utang yang diharamkan.
SYARAT UNTUK BERUTANG
12. RUKUN-RUKUN AKADQORDH
•Rukun-rukun akad Qardh ada 3, yaitu:
1. Pemberi pinjaman (al-muqridh) dan
peminjam (al-muqtaridh atau al-mustaqridh).
2. Harta yang dipinjamkan (al-maal al-
muqtaradh).
3. Shighat (ijab dan kabul).
13. • Syarat untuk pemberi pinjaman (al-muqridh):
1. Berakal (‘aaqilan)
2. Baligh (baalighan)
3. Merdeka (hurran)
4. Rasyiid (tidak boros atau safiih).
• Syarat untuk peminjam (al-muqtaridh):
1. Berakal (‘aaqilan)
2. Baligh (baalighan)
3. Merdeka (hurran)
SYARAT-SYARAT UNTUK RUKUN PERTAMA
14. SYARAT-SYARAT UNTUK RUKUN KEDUA
• Syarat harta yang dipinjamkan (al-maal al-muqtaradh):
1. Hartanya termasuk harta mitsliyyat (harta yang semisal),
seperti uang, barang yang ditakar, ditimbang, dihitung.
Catatan: harta qiimiyyat (senilai) boleh juga asalkan
sifatnya dapat distandarisasi dengan tepat).
2. Hartanya merupakan ‘ain (barang). Maksudnya bukan
manfaat (jasa)
3. Hartanya diketahui (ma’luum), yaitu diketahui kadarnya
(kuantitasnya) dan sifatnya (kualitasnya).
15. SYARAT-SYARAT UNTUK RUKUN KETIGA
• Syarat shighat atau ijab-qabul adalah:
1. Bagi pemberi pinjaman: sah dengan segala ucapan yang
menunjukkan makna memberi pinjaman (qardh). Seperti
aqradhtuka (aku pinjamkan kepadamu) atau aslaftuka (aku
pinjamkan kepadamu) atau a’thaituka (aku berikan kepadamu).
2. Sedangkan shighat untuk peminjam adalah dengan segala ucapan
yang menunjukkan makna keridloan untuk meminjam, seperti:
astaqridhu (aku meminjam) atau qabiltu (aku terima), atau
radhiitu (aku rela).
16. SETELAH TERJADI AKAD QARDH
• Setelah terjadinya akad qardh, maka kepemilikan barang
berpindah menjadi milik peminjam, bukan lagi milik pemberi
pinjaman.
• Harta yang dikembalikan oleh peminjam, haruslah harta yang
semisal (sejenis) dan sekadar (sama jumlah atau kadarnya).
• Dalam mengembalikan pinjaman tidak diperbolehkan ada
syarat memberikan tambahan (ziyadah) bagi pihak peminjam.
• Sebab, tambahan yang diambil dari utang-piutang tersebut
dapat dikategorikan sebagai riba, yang haram hukumnya.
17. • Untuk keperluan penambahan modal dalam bentuk
investasi, maka bisa dengan menggunakan akad syirkah.
• Namun, tidak dalam semua bentuk akad syirkah sebagaimana
yang telah dibahas sebelumnya.
• Akad syirkah yang dapat digunakan adalah akad syirkah yang
dapat berperan untuk penambahan modal dari pihak lain
dengan tanpa melibatkan investor tersebut ke dalam aktivitas
bisnisnya.
• Dengan kata lain, yang dibahas hanyalah akad syirkah untuk
penambahan modal dari investor saja.
2. INVESTASI SYARI’AH
18. AKAD SYIRKAH UNTUK PENAMBAHAN INVESTASI
1. Syirkah mudharabah, juga disebut qirad, yaitu apabila ada
badan dan harta melebur untuk melakukan syirkah. Ada
pihak yang memberikan hartanya dan pihak lain
tenaganya, kemudian keuntungan dibagi sesuai dengan
kesepakatan.
2. Syirkah wujuh, adalah syirkah antara dua badan dengan
modal dari pihak di luar kedua badan tersebut. Artinya,
salah seorang memberikan modalnya kepada dua orang
atau lebih yang bertindak sebagai mudharib. Keuntungan
dibagi berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak.
19. SKEMA MUDHARABAH I
• MODEL PERTAMA:
• SYIRKAH ANTARA 2 (DUA) PIHAK YAITU:
PIHAK PERTAMA: PEMODAL (SHAHIBUL MAL),
PIHAK KEDUA: PENGELOLA (AMIL ATAU MUDHARIB)
PEMODAL PENGELOLA
PROYEK
BISNIS
SYARI’AH
20. SKEMA MUDHARABAH II
• MODEL KEDUA:
• SYIRKAH ANTARA 2 (DUA) PIHAK YAITU:
PIHAK PERTAMA: PEMODAL (SHAHIBUL MAL),
PIHAK KEDUA: PENGELOLA DAN PEMODAL
PEMODAL
PENGELOLA
DAN
PEMODAL
PROYEK
BISNIS
SYARI’AH
21. SKEMA MUDHARABAH III
• MODEL KETIGA:
• SYIRKAH ANTARA 2 (DUA) PIHAK, YAITU:
PIHAK PERTAMA: GABUNGAN PEMODAL (SHAHIBUL MAL),
PIHAK KEDUA: PENGELOLA DAN PEMODAL
PEMODAL PENGELOLA
DAN
PEMODAL
PROYEK
BISNIS
SYARI’AH
PEMODAL
22. SYIRKAH WUJUH MODEL I
• MODEL PERTAMA : SYIRKAH ANTARA 2 (DUA) PIHAK YAITU :
PIHAK PERTAMA: GABUNGAN DUA PENGELOLA ATAU LEBIH
PIHAK KEDUA: PEMODAL
PEMODAL
PENGELOLA
PROYEK
BISNIS
SYARI’AH
PENGELOLA
23. SYIRKAH WUJUH MODEL II
• MODEL KEDUA : SYIRKAH ANTARA 2 (DUA) PIHAK YAITU :
PIHAK PERTAMA: PENGELOLA (A)
PIHAK KEDUA: PENGELOLA (B)
MEMBELI BARANG SECARA KREDIT DARI C.
PEDAGANG
(C)
PENGELOLA
(A)PROYEK
BISNIS
SYARI’AH PENGELOLA
(B)