SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
ISLAMIC BUSINESS
COACHING
Materi 13
Oleh: H. Dwi CondroTriono, Ph.D
RUMAH
TANGGA
PERUSAHAAN
UANG
BARANG & JASA
PASAR BARANG
PASAR FAKTOR PRODUKSI
LAHAN TENAGA KERJA MODAL
UANG
HUKUM
PERMODALAN
HUKUM
KETENAGAKERJAAN
HUKUM LAHAN
(PERTANIAN)
HUKUM
INDUSTRI
HUKUM
PERDAGANGAN
DALAM NEGERI
HUKUM
PERDAGANGAN
LUAR NEGERI
HUKUM
PERSEROAN
MEKANISME PASAR SYARI’AH
4 6 5
SELURUH HARTA KEKAYAAN
3 2 1
8
KEADILAN
PASAR
1 2 3 5 6 77 4
MEKANISME
PASAR SYARI’AH
1. Lapis 1: Pembagian
Kepemilikan
2. Lapis 2: Mengganti
Jantung Ekonomi
Pasar Bebas
3. Lapis 3: Hukum
Perseroan
4. Lapis 4: Hukum
Industri
5. Lapis 5: Hukum
Lahan
6. Lapis 6: Hukum
Ketenagakerjaan
7. Lapis 7: Hukum
Permodalan
8. Lapis 8: Hukum
Perdagangan
PENGANTAR
• Perdagangan merupakan inti dari mekanisme pasar syari’ah dan memiliki
peran yang paling sentral.
• Sebab, hampir semua aktivitas ekonomi akan bermuara pada proses
perdagangan atau jual-beli.
• Sektor perusahaan akan memproduksi berbagai macam barang dan jasa,
tujuannya adalah untuk diperdagangkan dalam rangka untuk
memperoleh keuntungan atau laba yang berupa uang.
• Sektor rumah tangga, dalam rangka untuk memenuhi berbagai macam
kebutuhannya, juga akan mendapatkannya melalui proses perdagangan.
• Dengan demikian, proses perdagangan memiliki peran yang sangat
penting dalam menggerakkan roda ekonomi secara keseluruhan.
PROBLEMA PERDAGANGAN
• Inti dari perdagangan adalah pertemuan antara penawaran
(supply) dari pihak pedagang dan permintaan (demand) dari
pihak pembeli.
• Mekanisme perdagangan dapat dikatakan tidak ada masalah jika
proses transaksi jual-beli dapat berlangsung secara adil (fair).
• Fakta yang ada di dalam mekanisme pasar bebas, proses
perdagangan selalu mengalami problem yang besar yaitu
terjadinya distorsi pasar.
• Distorsi pasar akan menyebabkan ada pihak-pihak yang terzalimi
dan ada pihak-pihak yang menzalimi.
DISTORSI PASAR
• Distorsi pasar itu dapat terjadi disebabkan karena adanya nafsu
keserakahan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya
dalam perdagangannya, baik dari pihak pembeli, maupun dari pihak
penjual.
• Distorsi pasar dapat terjadi, jika ada pihak yang ingin menguasai pasar
dan menutup peluang dari pelaku-pelaku pasar yang lain untuk masuk
ke dalamnya.
• Perilaku ini biasa dikenal dengan istilah monopoli pasar (termasuk
oligopoli), yaitu jika ada pihak tertentu yang ingin menguasai dan
mengendalikan perdagangan yang ada di pasar.
• Jika ditelusur akar masalahnya, tentu akan bermuara pada satu
unsur yaitu penipuan atau kecurangan.
• Terlebih lagi, jika unsur penipuan dan kecurangan tersebut
didukung oleh permodalan yang besar, tentu hasilnya akan
lebih membahayakan lagi.
• Misalnya: sebuah produk yang kurang berkualitas, tetapi
didukung modal besar, lantas produknya dikemas sehingga
nampak bermutu, kemudian diiklankan secara massif di
berbagai media, hasilnya tentu akan mendominasi pasar
dangan harga yang dapat didongkrak, untuk memperoleh
keuntungan yang sebanyak-banyaknya.
TERJADINYA MONOPOLI ATAU OLIGOPOLI
• Perdagangan yang adil dapat terjadi apabila proses tawar-menawar antara
penjual dan pembeli dapat berlangsung secara sempurna.
• Yaitu, tidak ada unsur penipuan, rekayasa dalam permintaan, penawaran,
pasokan barang, tekanan dan keterpaksaan, dsb dari kedua belah pihak.
• Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, Surat An-Nissa’: 29:
•‫ا‬َ‫ي‬ُ‫ك‬َ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫م‬َ‫أ‬ ْ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ َ‫ال‬ ْ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫ال‬ِ‫إ‬ ِ‫ل‬ِ‫اط‬َ‫ب‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫م‬‫ن‬َ‫ع‬ ً‫ة‬َ‫ار‬َ‫ج‬ِ‫ت‬ َ‫ون‬ُ‫ك‬َ‫ت‬
ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫اض‬َ‫ر‬َ‫ت‬﴿٢٩﴾
• “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu” (QS: An-Nisa’ 29).
PERDAGANGAN YANG ADIL
PENATAAN PERDAGANGAN
• Agar perdagangan dapat berjalan dengan adil, maka
penataan yang perlu dilakukan adalah:
1. Peran negara:
a) Larangan tas’ir.
b) Operasi Pasar.
c) Tidak perlu ada pungutan pajak.
2. Peran Qodhi Muhtasib:
a) Mengontrol penjual.
b) Mengontrol pembeli.
c) Mengontriol penjual dan pembeli.
a) Larangan tas’ir
• Larangan tas’ir adalah larangan bagi pemerintah untuk mematok harga, baik harga
batas atas (ceiling price), maupun harga batas bawah (floor price).
• Adanya larangan itu didasarkan pada Hadits di bawah ini:
•ْ‫ر‬ِ‫ع‬َ‫س‬َ‫ف‬ ُ‫ر‬ْ‫ع‬ِ‫الس‬ َ‫ََل‬‫غ‬ ِ َّ‫اَّلل‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ُ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬‫ا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ل‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ‫َّلل‬
َ‫و‬ ُ‫ق‬ ِ‫از‬َّ‫الر‬ ُ‫ط‬ِ‫س‬‫ا‬َ‫ب‬ْ‫ال‬ ُ‫ض‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ ُ‫ر‬ِ‫ع‬َ‫س‬ُ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ َّ‫اَّلل‬َ‫ل‬ َ‫و‬ َ َّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َ‫ق‬ْ‫ل‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫و‬ُ‫ج‬ ْ‫ر‬َ َ‫َل‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٌ‫د‬َ‫ح‬َ‫أ‬ َ‫ْس‬‫ي‬
ٍ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫ال‬ َ‫و‬ ٍ‫م‬َ‫د‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ٍ‫ة‬َ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ظ‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ُ‫ب‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ط‬ُ‫ي‬
•”Orang-orang berkata: “Wahai Rasulullah, harga mulai mahal. Patoklah harga untuk
kami!” Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah-lah yang mematok harga,
yang menyempitkan dan yang melapangkan rizki, dan aku sungguh berharap untuk
bertemu Allah dalam kondisi tidak seorangpun dari kalian yang menuntut kepadaku
dengan suatu kezhaliman-pun dalam darah dan harta”. (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi,
Ibnu Majah, dan asy-Syaukani).
1. PERAN NEGARA
• Baitul Mal akan bertindak sebagai penjaga harga di pasar dengan operasi pasar.
• Ketika terjadi panen raya, sehingga supply melimpah, akan menyebabkan harga
mengalami penurunan (deflasi).
• Pemerintah cukup memborong barang-barang tersebut dengan harga yang
mendekati harga pasar, kemudian menyimpannya di gudang Baitul Mal.
• Kebijakan ini mengurangi supply di pasar sehingga harga barang tidak terlalu
jatuh.
• Pihak produsen tidak terlalu dirugikan dan pihak konsumen-pun juga masih akan
dapat menikmati harga barang yang relatif murah.
• Pemborongan ditujukan untuk persediaan ketika nanti memasuki musim
paceklik, yang mengakibatkan terjadinya kenaikan harga (inflasi).
• Pemerintah dapat melepaskannya agar supply bertambah, sehingga harga tidak
terlalu tinggi dan pihak produsen juga tidak terlalu dirugikan.
b) Operasi Pasar
c) Tidak perlu ada pungutan pajak
• Pemerintah dalam sistem ekonomi Islam tidak perlu memungut berbagai
pajak beserta turunan-turunannya.
• Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung oleh wajib
pajak sendiri dan tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain.
• Contohnya: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak perseroan (PPs), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), Pajak Kekayaan, Pajak Kendaraan Bermotor (PKB),
Bea Balik Nama (BBN), Pajak deviden, Pajak bunga deposito dsb.
• Pajak tidak langsung adalah pajak yang pemungutannya dapat dialihkan
kepada orang lain.
• Contohnya: Pajak Penjualan (PPn), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Cukai,
Pajak Impor, Pajak Ekspor, Bea Meterai, Pita Rokok, Pajak Tontonan dsb.
1. Mengontrol Penjual
a) Larangan Riba
b) Larangan Ghabn Fahisy
c) Larangan Ihtikar
d) Larangan Tadlis
e) Larangan Ba'i Najasy
2. Mengontrol Pembeli
a) Larangan Kanzul Mal
b) Larangan Tallaqi Rukban
c) Larangan Taqtir
d) Larangn Tabdzir
e) Larangan Tarif
2. PERAN QODHI MUHTASIB
3. Mengontrol Penjual dan Pembeli
a)Larangan Maysir
b)Larangan Taghrir
1. MENGONTROL PENJUAL
1. Larangan Riba
• Adanya beban riba atau bunga dalam transaksi perdagangan, akan
menyebabkan harga jual dari barang akan mengalami kenaikan.
• Jika seorang pedagang atau produsen mendapatkan modal dari
utang, kemudian dia berkewajiban untuk mengembalikan hutang
pokoknya dan ditambah dengan bunga, maka hal itu akan
menyebabkan harga jual barang atau biaya produksi menjadi naik.
• Adanya larangan riba dalam sistem ekonomi Islam, diharapkan
keseimbangan pasar tetap normal, yang merupakan titik
pertemuan antara permintaan dan penawaran.
2. Larangan Ghaban Fahisy
• Ghaban fahisy adalah menjual atau membeli sesuatu dengan harga
yang jauh lebih tinggi atau lebih rendah dari harga pasar.
• Di sisi penjual, ghaban fahisy adalah adanya unsur penipuan dalam
menaikkan harga barang secara keji dan tinggi dari harga pasar,
sementara pihak pembeli tidak mengetahui informasi harga pasar.
• Adanya larangan ghaban fahisy dalam sistem ekonomi Islam,
diharapkan keseimbangan pasar tetap normal, yang merupakan titik
pertemuan antara permintaan dan penawaran.
3. Larangan ihtikar
• Ihtikar atau penimbunan adalah orang yang mengumpulkan barang
dengan menunggu waktu naiknya harga barang tersebut, sehingga bisa
menjual dengan harga yang tinggi, sementara masyarakat sulit
menjangkau harganya.
• Praktik ihtikar ini akan menyebabkan jumlah barang yang ditawarkan di
pasar akan mengalami penurunan, sehingga harga akan mengalami
kenaikan (inflasi).
• Adanya larangan ihtikar ini, diharapkan keseimbangan pasar tetap normal,
yang merupakan titik pertemuan antara permintaan dan penawaran.
• Tadlis yaitu penipuan dalam jual-beli.
• Tadlis dapat dilakukan oleh penjual maupun pembeli.
• Penipuan pihak penjual adalah apabila penjual menyembunyikan cacat
barang dagangannya.
• Penipuan pihak pembeli adalah dengan memanipulasi alat
pembayarannya.
• Untuk praktik tadlis dari penjual, dapat terjadi dalam kualitas maupun
kuantitas barang.
• Tadlis dalam kualitas barang adalah dengan menyembunyikan cacat
barang.
• Tadlis dalam kuantitas adalah menjual barang dengan jumlah yang
sedikit dengan, namun dengan harga barang dengan jumlah banyak.
4. Larangan Tadlis
5. Larangan Bai’ Najasy
• Bay’ najasy adalah menjual barang dengan cara melakukan penipuan
atau pengelabuan terhadap pembeli.
• Bay’ najasy dilakukan ketika ada pembeli yang menawar barang
dagangannya, maka akan datang temannya yang sudah bekerjasama
dengan penjual untuk menawar barang tersebut dengan harga yang
lebih tinggi, dengan tujuan agar barang dapat dijual dengan harga
yang lebih tinggi, sampai diatas harga yang wajar dari pasar.
• Akibat dari adanya praktik bay’ najasy ini, akan menyebabkan harga-
harga akan mengalami kenaikan dari harga yang normal di pasar.
• Praktik ini tentu akan menyebabkan terjadinya kerugian dari
kalangan pembeli.
2. MENGONTROL PEMBELI
1. Larangan Ihtinaz (Kanzul Mal)
• Ihtinaz (kanzul mal) adalah menyimpan atau menimbun uang
tanpa ada tujuan untuk dibelanjakan dimasa yang akan datang.
• Jika pihak konsumen, yaitu mereka yang memiliki kelebihan uang
hanya disimpan saja, tidak mau membelanjakannya, maka akan
menyebabkan perekonomian menjadi lesu, sehingga para penjual
akan kesulitan memasarkan dagangannya.
• Jika hal itu tidak dicegah oleh qodhi muhtasib, maka secara
agregatif akan berpengaruh pada ketimpangan pasar.
2. Larangan Tallaqi Rukban
• Tallaqi rukban adalah praktik yang dilakukan dari pihak pembeli
dengan jalan mencegah masuknya barang ke pasar .
• Tujuan dari praktik ini bagi pembeli adalah memanfaatkan
ketidaktahuan informasi harga pasar dari penjual yang umumnya
berasal dari pedesaan, sehingga dapat menipu atau mengelabui
penjual dengan cara membeli barang dengan harga yang jauh lebih
murah dibanding dengan harga pasar.
• Jika praktik tallaqi rukban ini tidak dicegah oleh qodhi muhtasib,
maka secara agregatif juga akan menyebakan pihak penjual atau
produsen akan mengalami kerugian.
3. Larangan Taqtir (Kikir)
• Taqtir dan bakhil adalah perbuatan kikir.
• Ada kikir yang hukumnya makruh, yaitu tidak mau membelanjakan
hartanya untuk menunjukkan kenikmatan Allah SWT.
• Taqtir yang haram adalah kikir karena tidak mau menafkahkan
uangnya atau hartanya untuk keperluan yang haq.
• Praktik kikir yang makruh dan haram, jika tidak dikontrol oleh qodhi
muhtasib, dapat berdampak pada permintaan pasar mengalami
penurunan, sehingga ekonomi akan mengalami kelesuan.
• Makna bahasa dari tabdzir adalah farraqahu israfan yang artinya
menghambur-hamburkannya atau perbuatan boros.
• Boros yang makruh, yaitu membelanjakan hartanya untuk keperluan yang
lebih dari kepentingan wajar dalam hidupnya.
• Boros yang haram adalah membelanjakan hartanya untuk perkara yang
diharamkan oleh Allah.
• Penggunaan harta untuk keperluan yang haram, jika dibiarkan akan
menyedot perputaran uang dari sektor yang halal, sebab barang-barang
yang haram (seperti minuman keras, daging babi, daging anjing, dsb) itu
akan menimbulkan efek ketagihan atau kecanduan.
• Qodhi muhtashib wajib mencegah munculnya praktik ini, agar perputaran
barang yang halal tetap terjaga, sehingga pasar dapat berjalan secara sehat.
4. Larangan Tabdzir
5. Larangan Israf
• Makna bahasa dari israf adalah melampaui batas atau berlebih-
lebihan.
• Israf yang makruh, yaitu berlebih-lebihan untuk belanja barang dan
jasa yang halal.
• Sedangkan untuk israf yang haram, yaitu berlebih-lebihan untuk
belanja barang dan jasa yang diharamkan.
• Dengan demikian, dampak yang diakibatkan jika praktik ini tidak
dikendalikan dan dicegah oleh qadhi muhtashib, juga tidak jauh
berbeda dengan pembahasan larangan tabdzir sebagaimana telah
diuraikan sebelumnya.
6. Larangan Tarif
• Makna bahasa dari tarif adalah bermewah-mewah atau berfoya-foya.
• Bermewah-mewah yang makruh, adalah bermewah-mewah yang
sudah melebihi dari keperluan hidupnya yang wajar.
• Maknatarif yang haram adalah berfoya-foya atau bermewah-mewah
dengan membelanjakan hartanya untuk perbuatan penyalahgunaan
nikmat, berbuat maksiyat, sombong dan membangkang kepada
Allah, karena banyaknya nikmat yang diterimanya.
• Jika praktik ini tidak dikendalikan oleh qadhi muhtashib, dampaknya
juga sama dengan pembahasan larangan tabdzir dan tarif
sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.
3. MENGONTROL PENJUAL DAN PEMBELI
1. Larangan Maysir
• Maysir atau judi adalah permainan (gambling), dimana satu pihak akan
memperoleh keuntungan dan pihak lainnya akan menderita kerugian.
• Dalam maysir paling tidak ada empat unsur yang harus ada:
1. Ada pihak-pihak pelaku perjudian.
2. Adan uang atau harta yang disetorkan untuk perjudian.
3. Adan suatu permainan yang bersifat gambling atau spekulasi.
4. Adan pihak yang menang dan ada pihak yang kalah.
• Praktik maysir ini akan membuat mekanisme pasar yang sehat akan
tergusur oleh praktik bisnis spekulasi.
• Praktik ini telah melahirkan ekonomi non riil, yang akan terus
menggelembung dan sewaktu-waktu dapat menimbulkan ledakan
krisis.
2. Larangan Taghrir (gharar)
• Taghrir adalah melibatkan diri dalam sesuatu yang bersifat gharar
atau pertaruhan.
• Jual-beli gharar adalah jual beli yang mengandung ketidakjelasan
atau pertaruhan.
• Gharar terjadi karena ketiadaan informasi pada kedua belah
pihak yang bertransaksi jual-beli.
• Contohnya adalah ijon, yaitu pembelian hasil panen ketika
tanaman masih belum berbuah.
• Dampak yang ditimbulkan seperti maysir, maka harus dicegah oleh
qodhi muhtashib, karena dapat merusak pasar.
RUKUN JUAL BELI
1. Al-'aaqidaani , yaitu: dua pihak
yang berakad (penjual dan
pembeli).
2. Ash-shighat , yaitu: ijab dan kabul.
3. Al-ma'quud alaihi atau mahallul
aqdi, yaitu: barang dagangan atau
al-mabii’.
SYARAT JUAL BELI YANG PERTAMA
1. Syarat untuk Al-'Aaqidaani ada
tiga, yaitu:
1. Aqil (berakal),
2. Mumayyiz (=7 tahun),
3. Mukhtar (dapat memilih, tidak
dipaksa).
SYARAT JUAL BELI YANG KEDUA
1. Syarat untuk Al-Ma'quud alaihi ada enam ,
yaitu:
1. Barangnya suci (thohir), yaitu bukan najis.
2. Dapat dimanfaatkan (intifa' bihi)
3. Milik orang yang berakad (milkiyatul aqid)
4. Dapat diserahterimakan (tasliim)
5. Barangnya diketahui (ma'lum)
6. Barangnya maqbudh (sudah dipegang
penjual)
DALIL-DALILNYA:
• Dalil 1: Barangnya suci (thohir), bukan najis:
• Firman Allah SWT (QS Al-Maidah: 90):
•‫تفلحون‬ ‫لعلكم‬ ‫فاجتنبوه‬
• "Maka jauhilah dia (rijsun/najis) mudah-mudahan
kamu mendapat keberuntungan”
•‫رسوهللا‬ ‫نهى‬(‫ص‬)‫الخمروالخنزيروال‬ ‫بيع‬ ‫عن‬‫ميتة‬
‫واالصنام‬
• "Rasulullah SAW telah melarang jual beli khamr,
babi, bangkai dan berhala."
Dalil 2: Dapat dimanfaatkan (intifa' bihi)
• Yang dimaksud adalah bermanfaat secara syar‘i
(Intifa'an Syar'iyan).
• Barang tersebut harus barang yang sah dijualbelikan,
misal: sapi, kambing, baju, mobil dsb.
• Kaidah fikih :
•‫حرام‬ ‫فبيعه‬ ‫العباد‬ ‫على‬ ‫حرم‬ ‫ما‬ ‫كل‬
• “Setiap apa-apa yang diharamkan kepada hamba-hamba-
Nya, maka menjualbelikannya haram”.
• Patung, anjing, khamr dan kotoran => disebut
barang yang tidak bermanfaat secara syar'i, karena
ada larangan syara' (haram) untuk
menjualbelikannya.
Dalil 3: Milik orang yang berakad (milkiyatul aqid)
• Sabda Nabi SAW :
•‫عندك‬ ‫ليس‬ ‫ما‬ ‫تبع‬ ‫ال‬
• “Janganlah kamu menjual apa-apa yang
tidak ada di sisimu” (HR Abu Dawud,
Tirmidzi, Ibn Majah).
• Arti Maa laisa indaka:
1. Barang itu bukan milikmu.
2. Barang itu tidak ada di sisimu.
• Dalilnya: seperti no 3:
•‫عندك‬ ‫ليس‬ ‫ما‬ ‫تبع‬ ‫ال‬
• “Janganlah kamu menjual apa-apa yang tidak
ada di sisimu”
• Pemahaman hadis : apa-apa yg tidak di
sisimu, dapat diartikan "apa-apa yang kamu
tidak berkuasa atasnya".
• Misal: menjual budak yang melarikan diri,
menjual burung peliharaan yang terbang, dsb.
Dalil 4: Dapat diserahterimakan (tasliim)
• Sabda Nabi SAW :
•(‫غرر‬ ‫فإنه‬ ‫الماء‬ ‫في‬ ‫السمك‬ ‫تشتروا‬ ‫ال‬)‫احمد‬ ‫رواه‬
• "Janganlah kamu membeli ikan yang masih ada di
air, karena itu adalah gharar (tidak pasti /
uncertainty)"
• Contoh lain: jual beli buah-buahan dari pohon
tertentu yang belum berbuah.
•‫ب‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ى‬َ‫ه‬َ‫ن‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫النبي‬ ‫ان‬‫حتى‬ ‫الثمر‬ ‫يع‬
ُ‫ه‬ُ‫ح‬‫َل‬َ‫ص‬ ‫يبدو‬
• ”Sesungguhnya Nabi SAW melarang jual beli buah
(yang ada di pohonnya) hingga nampak
kematangannya” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad)
Dalil 5: Barangnya diketahui (ma'lum)
•ِ‫ان‬َ‫ب‬ْ‫ك‬ُّ‫الر‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ام‬َ‫ع‬َّ‫الط‬ ‫ي‬ ِ‫ر‬َ‫ت‬ْ‫ش‬َ‫ن‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ُ‫ك‬ َ‫و‬ِ َّ‫اَّلل‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ‫َا‬‫ن‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫ن‬َ‫ف‬ ‫ا‬ً‫ف‬‫ا‬َ‫ز‬ ِ‫ج‬ُ َّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬
ْ‫ن‬َ‫ن‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ُ‫ه‬َ‫ع‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ِ‫ه‬ِ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬َ‫م‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ُ‫ق‬
• "Dahulu kami membeli makanan dari para pengendara secara borongan,
maka Rasulullah SAW melarang kami untuk menjualnya (kembali) hingga kami
memindahkannya dari tempatnya (penjual pertama)." (HR Muslim).
• Barang dagangan ada dua macam :
1. Dapat ditimbang, ditakar, dihitung (contoh bahan2 pangan,
misal: beras, jagung, buah, gula, kopi,dll) => tidak sah dijual
sebelum dipegang (maqbudh) oleh penjual.
2. Yang tidak ditimbang, ditakar, dihitung (misal : tanah, mobil,
bangunan, dll) => sah dijual, walaupun belum dipegang
(maqbudh) oleh penjual.
Dalil 6: Barangnya maqbudh (sudah dipegang penjual)
Syarat untuk Shighat (Ijab Kabul) adalah:
1. Muwafiq, artinya adanya kesesuaian antara ijab dan kabul.
• Misal, penjual berkata : "Saya jual barang ini dg harga 1000 dinar."
Lalu pembeli berkata,"Saya beli barang ini dengan harga 500
dinar."  tidak sah.
2. Satu Majelis Akad, artinya penjual dan pembeli berada pada
waktu dan atau tempat yang sama.
• Misal, penjual berkata ,"Saya jual barang ini dengan harga 1000
dinar. "Lalu sebelum ada ucapan kabul dari pembeli, penjual dan
pembeli berpisah, maka jual belinya  tidak sah.
2. Tidak ada pemisah (fashil) antara ijab dan kabul.
3. Masing-masing penjual dan pembeli dapat mendengar (sama')
ucapan masing-masing.
SYARAT JUAL BELI KETIGA
Syarat untuk Shighat (Ijab Kabul) adalah:
1. Muwafiq, artinya adanya kesesuaian antara ijab dan kabul.
• Misal, penjual berkata : "Saya jual barang ini dg harga 1000
dinar." Lalu pembeli berkata,"Saya beli barang ini dengan
harga 500 dinar."  tidak sah.
2. Satu Majelis Akad, artinya penjual dan pembeli berada pada
waktu dan atau tempat yang sama.
• Misal, penjual berkata ,"Saya jual barang ini dengan harga
1000 dinar. "Lalu sebelum ada ucapan kabul dari pembeli,
penjual dan pembeli berpisah, maka jual belinya  tidak sah.
2. Tidak ada pemisah (fashil) antara ijab dan kabul.
3. Masing-masing penjual dan pembeli dapat mendengar
(sama') ucapan masing-masing.
SYARAT JUAL BELI KETIGA
1. Jual beli harga kontan (bai'u munjiz ats-tsaman),
yaitu: jual beli yang mensyaratkan pembayaran
harga di depan (kontan).
2. Jual beli harga bertempo (bai'u mu`ajjal ats-
tsaman) (‫الثمن‬ ‫مؤجل‬ ‫,)بيع‬ yaitu: jual beli yang
mensyaratkan pembayaran harga kemudian.
3. Jual beli dengan penyerahan barang kemudian
(bai'u mu`ajjal al-matsman) (‫المثمن‬ ‫مؤجل‬ ‫بيع‬ ), yaitu:
jual beli dengan penyerahan barang kemudian.
Contohnya: jual beli salam dan istishna’.
MACAM-MACAM JUAL BELI
Materiibc13jakarta hukum perdaganganislam

More Related Content

What's hot

Kel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahKel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahMulyanah
 
Solusi Sistemik yg Jitu untuk Mengatasi Problem Akibat Ekonomi Kapitalisme
Solusi Sistemik yg Jitu untuk Mengatasi Problem Akibat Ekonomi KapitalismeSolusi Sistemik yg Jitu untuk Mengatasi Problem Akibat Ekonomi Kapitalisme
Solusi Sistemik yg Jitu untuk Mengatasi Problem Akibat Ekonomi KapitalismeSuryono .
 
10.3 PENYIMPANGAN HUKUM SYIRKAH
10.3 PENYIMPANGAN HUKUM SYIRKAH10.3 PENYIMPANGAN HUKUM SYIRKAH
10.3 PENYIMPANGAN HUKUM SYIRKAHfissilmikaffah1
 
Tugas Agama Islam (Prinsip Ekonomi Islam)
Tugas Agama Islam (Prinsip Ekonomi Islam)Tugas Agama Islam (Prinsip Ekonomi Islam)
Tugas Agama Islam (Prinsip Ekonomi Islam)Fadli Nur Rahmat
 
Materi ibc 10 gel iv hukum ketenagakerjaan islam
Materi ibc 10 gel iv hukum ketenagakerjaan islamMateri ibc 10 gel iv hukum ketenagakerjaan islam
Materi ibc 10 gel iv hukum ketenagakerjaan islamrendra visual
 
Menguatkan Pilar-pilar Ekonomi Syariah
Menguatkan Pilar-pilar Ekonomi SyariahMenguatkan Pilar-pilar Ekonomi Syariah
Menguatkan Pilar-pilar Ekonomi SyariahDidin Hafidhuddin
 
Presentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabahPresentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabahMarhamah Saleh
 
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALISfissilmikaffah1
 
Makalah Riba dan Bunga Bank
Makalah Riba dan Bunga BankMakalah Riba dan Bunga Bank
Makalah Riba dan Bunga BankAyuIka5
 
09.3 HUKUM SAMSARAH (MLM)
09.3 HUKUM SAMSARAH (MLM)09.3 HUKUM SAMSARAH (MLM)
09.3 HUKUM SAMSARAH (MLM)fissilmikaffah1
 
Prinsip Dan Praktik Ekonomi Islam K13
Prinsip Dan Praktik Ekonomi Islam K13Prinsip Dan Praktik Ekonomi Islam K13
Prinsip Dan Praktik Ekonomi Islam K13Hevliza Tiara
 
Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam
Hukum Samsarah (Makelar) Dalam IslamHukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam
Hukum Samsarah (Makelar) Dalam IslamSuryono .
 
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islam
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islamPrinsip prinsip dan praktek ekonomi islam
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islamKirana Pratiwi
 
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)maghfiraputeri
 

What's hot (19)

Kel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabahKel.1 mudharabah
Kel.1 mudharabah
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Solusi Sistemik yg Jitu untuk Mengatasi Problem Akibat Ekonomi Kapitalisme
Solusi Sistemik yg Jitu untuk Mengatasi Problem Akibat Ekonomi KapitalismeSolusi Sistemik yg Jitu untuk Mengatasi Problem Akibat Ekonomi Kapitalisme
Solusi Sistemik yg Jitu untuk Mengatasi Problem Akibat Ekonomi Kapitalisme
 
10.3 PENYIMPANGAN HUKUM SYIRKAH
10.3 PENYIMPANGAN HUKUM SYIRKAH10.3 PENYIMPANGAN HUKUM SYIRKAH
10.3 PENYIMPANGAN HUKUM SYIRKAH
 
Tugas Agama Islam (Prinsip Ekonomi Islam)
Tugas Agama Islam (Prinsip Ekonomi Islam)Tugas Agama Islam (Prinsip Ekonomi Islam)
Tugas Agama Islam (Prinsip Ekonomi Islam)
 
Materi ibc 10 gel iv hukum ketenagakerjaan islam
Materi ibc 10 gel iv hukum ketenagakerjaan islamMateri ibc 10 gel iv hukum ketenagakerjaan islam
Materi ibc 10 gel iv hukum ketenagakerjaan islam
 
Menguatkan Pilar-pilar Ekonomi Syariah
Menguatkan Pilar-pilar Ekonomi SyariahMenguatkan Pilar-pilar Ekonomi Syariah
Menguatkan Pilar-pilar Ekonomi Syariah
 
Presentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabahPresentasi syirkah & mudharabah
Presentasi syirkah & mudharabah
 
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS
10.2 HUKUM SYIRKAH KAPITALIS
 
Makalah Riba dan Bunga Bank
Makalah Riba dan Bunga BankMakalah Riba dan Bunga Bank
Makalah Riba dan Bunga Bank
 
09.3 HUKUM SAMSARAH (MLM)
09.3 HUKUM SAMSARAH (MLM)09.3 HUKUM SAMSARAH (MLM)
09.3 HUKUM SAMSARAH (MLM)
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
Prinsip Dan Praktik Ekonomi Islam K13
Prinsip Dan Praktik Ekonomi Islam K13Prinsip Dan Praktik Ekonomi Islam K13
Prinsip Dan Praktik Ekonomi Islam K13
 
Praktik ekonomi dalam islam
Praktik ekonomi dalam islamPraktik ekonomi dalam islam
Praktik ekonomi dalam islam
 
Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam
Hukum Samsarah (Makelar) Dalam IslamHukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam
Hukum Samsarah (Makelar) Dalam Islam
 
Bunga bank
Bunga bankBunga bank
Bunga bank
 
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islam
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islamPrinsip prinsip dan praktek ekonomi islam
Prinsip prinsip dan praktek ekonomi islam
 
Investasi
InvestasiInvestasi
Investasi
 
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)
Agama Islam - Muamalah (Kelas XI Seemester 2)
 

Similar to Materiibc13jakarta hukum perdaganganislam

bahan presentasi koperasi syariah.ppt
bahan presentasi koperasi syariah.pptbahan presentasi koperasi syariah.ppt
bahan presentasi koperasi syariah.pptHardiFadli1
 
Ch4. Sistem Keuangan Syariah.pptx
Ch4. Sistem Keuangan Syariah.pptxCh4. Sistem Keuangan Syariah.pptx
Ch4. Sistem Keuangan Syariah.pptxAnggaPermadi16
 
Mekanisme pasar ayat dan hasit ekonomi
Mekanisme pasar ayat dan hasit ekonomiMekanisme pasar ayat dan hasit ekonomi
Mekanisme pasar ayat dan hasit ekonomiGaruda Indonesia
 
Perbankan syariah tugas sebelum uts (1)
Perbankan syariah tugas sebelum uts (1)Perbankan syariah tugas sebelum uts (1)
Perbankan syariah tugas sebelum uts (1)Nurhidayati170
 
Makalah kejahatan dalam pasar modal
Makalah kejahatan dalam pasar modal Makalah kejahatan dalam pasar modal
Makalah kejahatan dalam pasar modal Teguh Wahyudi
 
ruang lingkup syariah islamiah
ruang lingkup syariah islamiahruang lingkup syariah islamiah
ruang lingkup syariah islamiahFauziah azzahra
 
5.hukum islamtentangmuamalah
5.hukum islamtentangmuamalah5.hukum islamtentangmuamalah
5.hukum islamtentangmuamalahinspekturade
 
Distorsi Pasar Dalam Perspektif Ekonomi Islam
Distorsi Pasar Dalam Perspektif Ekonomi IslamDistorsi Pasar Dalam Perspektif Ekonomi Islam
Distorsi Pasar Dalam Perspektif Ekonomi Islamade orreo
 
10. Mekanisme Pasar Islami.pptx
10. Mekanisme Pasar Islami.pptx10. Mekanisme Pasar Islami.pptx
10. Mekanisme Pasar Islami.pptxMuhammadFarhab1
 
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh
Kes kajian Jual Beli Di Tamu KianggehKes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggehezz_ally
 
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptx
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptxMilenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptx
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptxFauziahNurHutauruk
 
APLIKASI SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM TRANSAKSI MUAMALAT ISLAM
APLIKASI SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM TRANSAKSI MUAMALAT ISLAMAPLIKASI SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM TRANSAKSI MUAMALAT ISLAM
APLIKASI SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM TRANSAKSI MUAMALAT ISLAMNanaAsyi
 

Similar to Materiibc13jakarta hukum perdaganganislam (20)

Khiyar
KhiyarKhiyar
Khiyar
 
12040644.ppt
12040644.ppt12040644.ppt
12040644.ppt
 
bahan presentasi koperasi syariah.ppt
bahan presentasi koperasi syariah.pptbahan presentasi koperasi syariah.ppt
bahan presentasi koperasi syariah.ppt
 
Ch4. Sistem Keuangan Syariah.pptx
Ch4. Sistem Keuangan Syariah.pptxCh4. Sistem Keuangan Syariah.pptx
Ch4. Sistem Keuangan Syariah.pptx
 
Pasar dan harga
Pasar dan hargaPasar dan harga
Pasar dan harga
 
Mekanisme pasar ayat dan hasit ekonomi
Mekanisme pasar ayat dan hasit ekonomiMekanisme pasar ayat dan hasit ekonomi
Mekanisme pasar ayat dan hasit ekonomi
 
Perbankan syariah tugas sebelum uts (1)
Perbankan syariah tugas sebelum uts (1)Perbankan syariah tugas sebelum uts (1)
Perbankan syariah tugas sebelum uts (1)
 
Makalah kejahatan dalam pasar modal
Makalah kejahatan dalam pasar modal Makalah kejahatan dalam pasar modal
Makalah kejahatan dalam pasar modal
 
2963059.ppt
2963059.ppt2963059.ppt
2963059.ppt
 
Minggu11_Ekonomi Islam.ppt
Minggu11_Ekonomi Islam.pptMinggu11_Ekonomi Islam.ppt
Minggu11_Ekonomi Islam.ppt
 
Mekanisme pasar dalam islam
Mekanisme pasar dalam islamMekanisme pasar dalam islam
Mekanisme pasar dalam islam
 
Mekanisme pasar dalam islam
Mekanisme pasar dalam islamMekanisme pasar dalam islam
Mekanisme pasar dalam islam
 
ruang lingkup syariah islamiah
ruang lingkup syariah islamiahruang lingkup syariah islamiah
ruang lingkup syariah islamiah
 
5.hukum islamtentangmuamalah
5.hukum islamtentangmuamalah5.hukum islamtentangmuamalah
5.hukum islamtentangmuamalah
 
Distorsi Pasar Dalam Perspektif Ekonomi Islam
Distorsi Pasar Dalam Perspektif Ekonomi IslamDistorsi Pasar Dalam Perspektif Ekonomi Islam
Distorsi Pasar Dalam Perspektif Ekonomi Islam
 
10. Mekanisme Pasar Islami.pptx
10. Mekanisme Pasar Islami.pptx10. Mekanisme Pasar Islami.pptx
10. Mekanisme Pasar Islami.pptx
 
Etika dalam ekonomi islam
Etika dalam ekonomi islamEtika dalam ekonomi islam
Etika dalam ekonomi islam
 
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh
Kes kajian Jual Beli Di Tamu KianggehKes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh
Kes kajian Jual Beli Di Tamu Kianggeh
 
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptx
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptxMilenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptx
Milenial-Bangga-Syariah-Muyasaroh.pptx
 
APLIKASI SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM TRANSAKSI MUAMALAT ISLAM
APLIKASI SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM TRANSAKSI MUAMALAT ISLAMAPLIKASI SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM TRANSAKSI MUAMALAT ISLAM
APLIKASI SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM TRANSAKSI MUAMALAT ISLAM
 

More from islamicbusinesscoaching

More from islamicbusinesscoaching (8)

Materiibc10jakarta hukum bisnispertanian
Materiibc10jakarta hukum bisnispertanianMateriibc10jakarta hukum bisnispertanian
Materiibc10jakarta hukum bisnispertanian
 
Materiibc8jakarta dasar bisnissyariah
Materiibc8jakarta dasar bisnissyariahMateriibc8jakarta dasar bisnissyariah
Materiibc8jakarta dasar bisnissyariah
 
Materi Islamic Business Coaching #7 Jakarta
Materi Islamic Business Coaching #7 JakartaMateri Islamic Business Coaching #7 Jakarta
Materi Islamic Business Coaching #7 Jakarta
 
Materi Islamic Business Coaching #6 Jakarta
Materi Islamic Business Coaching #6 JakartaMateri Islamic Business Coaching #6 Jakarta
Materi Islamic Business Coaching #6 Jakarta
 
Materi Islamic Business Coaching #5 Jakarta
Materi Islamic Business Coaching #5 JakartaMateri Islamic Business Coaching #5 Jakarta
Materi Islamic Business Coaching #5 Jakarta
 
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #3
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #3Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #3
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #3
 
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #2
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #2Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #2
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #2
 
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #1
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #1Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #1
Materi ISLAMIC BUSINESS COACHING #1
 

Recently uploaded

Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxFrida Adnantara
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISHakamNiazi
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganlangkahgontay88
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxRito Doank
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxMunawwarahDjalil
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaarmanamo012
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptSalsabillaPutriAyu
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 

Recently uploaded (20)

Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 

Materiibc13jakarta hukum perdaganganislam

  • 1. ISLAMIC BUSINESS COACHING Materi 13 Oleh: H. Dwi CondroTriono, Ph.D
  • 2.
  • 3. RUMAH TANGGA PERUSAHAAN UANG BARANG & JASA PASAR BARANG PASAR FAKTOR PRODUKSI LAHAN TENAGA KERJA MODAL UANG HUKUM PERMODALAN HUKUM KETENAGAKERJAAN HUKUM LAHAN (PERTANIAN) HUKUM INDUSTRI HUKUM PERDAGANGAN DALAM NEGERI HUKUM PERDAGANGAN LUAR NEGERI HUKUM PERSEROAN MEKANISME PASAR SYARI’AH
  • 4. 4 6 5 SELURUH HARTA KEKAYAAN 3 2 1 8 KEADILAN PASAR 1 2 3 5 6 77 4 MEKANISME PASAR SYARI’AH 1. Lapis 1: Pembagian Kepemilikan 2. Lapis 2: Mengganti Jantung Ekonomi Pasar Bebas 3. Lapis 3: Hukum Perseroan 4. Lapis 4: Hukum Industri 5. Lapis 5: Hukum Lahan 6. Lapis 6: Hukum Ketenagakerjaan 7. Lapis 7: Hukum Permodalan 8. Lapis 8: Hukum Perdagangan
  • 5. PENGANTAR • Perdagangan merupakan inti dari mekanisme pasar syari’ah dan memiliki peran yang paling sentral. • Sebab, hampir semua aktivitas ekonomi akan bermuara pada proses perdagangan atau jual-beli. • Sektor perusahaan akan memproduksi berbagai macam barang dan jasa, tujuannya adalah untuk diperdagangkan dalam rangka untuk memperoleh keuntungan atau laba yang berupa uang. • Sektor rumah tangga, dalam rangka untuk memenuhi berbagai macam kebutuhannya, juga akan mendapatkannya melalui proses perdagangan. • Dengan demikian, proses perdagangan memiliki peran yang sangat penting dalam menggerakkan roda ekonomi secara keseluruhan.
  • 6. PROBLEMA PERDAGANGAN • Inti dari perdagangan adalah pertemuan antara penawaran (supply) dari pihak pedagang dan permintaan (demand) dari pihak pembeli. • Mekanisme perdagangan dapat dikatakan tidak ada masalah jika proses transaksi jual-beli dapat berlangsung secara adil (fair). • Fakta yang ada di dalam mekanisme pasar bebas, proses perdagangan selalu mengalami problem yang besar yaitu terjadinya distorsi pasar. • Distorsi pasar akan menyebabkan ada pihak-pihak yang terzalimi dan ada pihak-pihak yang menzalimi.
  • 7. DISTORSI PASAR • Distorsi pasar itu dapat terjadi disebabkan karena adanya nafsu keserakahan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dalam perdagangannya, baik dari pihak pembeli, maupun dari pihak penjual. • Distorsi pasar dapat terjadi, jika ada pihak yang ingin menguasai pasar dan menutup peluang dari pelaku-pelaku pasar yang lain untuk masuk ke dalamnya. • Perilaku ini biasa dikenal dengan istilah monopoli pasar (termasuk oligopoli), yaitu jika ada pihak tertentu yang ingin menguasai dan mengendalikan perdagangan yang ada di pasar.
  • 8. • Jika ditelusur akar masalahnya, tentu akan bermuara pada satu unsur yaitu penipuan atau kecurangan. • Terlebih lagi, jika unsur penipuan dan kecurangan tersebut didukung oleh permodalan yang besar, tentu hasilnya akan lebih membahayakan lagi. • Misalnya: sebuah produk yang kurang berkualitas, tetapi didukung modal besar, lantas produknya dikemas sehingga nampak bermutu, kemudian diiklankan secara massif di berbagai media, hasilnya tentu akan mendominasi pasar dangan harga yang dapat didongkrak, untuk memperoleh keuntungan yang sebanyak-banyaknya. TERJADINYA MONOPOLI ATAU OLIGOPOLI
  • 9. • Perdagangan yang adil dapat terjadi apabila proses tawar-menawar antara penjual dan pembeli dapat berlangsung secara sempurna. • Yaitu, tidak ada unsur penipuan, rekayasa dalam permintaan, penawaran, pasokan barang, tekanan dan keterpaksaan, dsb dari kedua belah pihak. • Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, Surat An-Nissa’: 29: •‫ا‬َ‫ي‬ُ‫ك‬َ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ْ‫م‬َ‫أ‬ ْ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ َ‫ال‬ ْ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬َ‫م‬‫آ‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ال‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫ال‬ِ‫إ‬ ِ‫ل‬ِ‫اط‬َ‫ب‬ْ‫ال‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫م‬‫ن‬َ‫ع‬ ً‫ة‬َ‫ار‬َ‫ج‬ِ‫ت‬ َ‫ون‬ُ‫ك‬َ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫اض‬َ‫ر‬َ‫ت‬﴿٢٩﴾ • “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu” (QS: An-Nisa’ 29). PERDAGANGAN YANG ADIL
  • 10. PENATAAN PERDAGANGAN • Agar perdagangan dapat berjalan dengan adil, maka penataan yang perlu dilakukan adalah: 1. Peran negara: a) Larangan tas’ir. b) Operasi Pasar. c) Tidak perlu ada pungutan pajak. 2. Peran Qodhi Muhtasib: a) Mengontrol penjual. b) Mengontrol pembeli. c) Mengontriol penjual dan pembeli.
  • 11. a) Larangan tas’ir • Larangan tas’ir adalah larangan bagi pemerintah untuk mematok harga, baik harga batas atas (ceiling price), maupun harga batas bawah (floor price). • Adanya larangan itu didasarkan pada Hadits di bawah ini: •ْ‫ر‬ِ‫ع‬َ‫س‬َ‫ف‬ ُ‫ر‬ْ‫ع‬ِ‫الس‬ َ‫ََل‬‫غ‬ ِ َّ‫اَّلل‬ َ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ‫ا‬َ‫ي‬ ُ‫اس‬َّ‫ن‬‫ال‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬‫ا‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ِ َّ‫اَّلل‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ َ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫ف‬ ‫َا‬‫ن‬َ‫ل‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ َّ‫َّلل‬ َ‫و‬ ُ‫ق‬ ِ‫از‬َّ‫الر‬ ُ‫ط‬ِ‫س‬‫ا‬َ‫ب‬ْ‫ال‬ ُ‫ض‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ق‬ْ‫ال‬ ُ‫ر‬ِ‫ع‬َ‫س‬ُ‫م‬ْ‫ال‬ َ‫و‬ُ‫ه‬ َ َّ‫اَّلل‬َ‫ل‬ َ‫و‬ َ َّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َ‫ق‬ْ‫ل‬َ‫أ‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ‫و‬ُ‫ج‬ ْ‫ر‬َ َ‫َل‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ِ‫إ‬ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٌ‫د‬َ‫ح‬َ‫أ‬ َ‫ْس‬‫ي‬ ٍ‫ل‬‫ا‬َ‫م‬ َ‫ال‬ َ‫و‬ ٍ‫م‬َ‫د‬ ‫ي‬ِ‫ف‬ ٍ‫ة‬َ‫م‬َ‫ل‬ْ‫ظ‬َ‫م‬ِ‫ب‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ُ‫ب‬ِ‫ل‬‫ا‬َ‫ط‬ُ‫ي‬ •”Orang-orang berkata: “Wahai Rasulullah, harga mulai mahal. Patoklah harga untuk kami!” Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah-lah yang mematok harga, yang menyempitkan dan yang melapangkan rizki, dan aku sungguh berharap untuk bertemu Allah dalam kondisi tidak seorangpun dari kalian yang menuntut kepadaku dengan suatu kezhaliman-pun dalam darah dan harta”. (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan asy-Syaukani). 1. PERAN NEGARA
  • 12. • Baitul Mal akan bertindak sebagai penjaga harga di pasar dengan operasi pasar. • Ketika terjadi panen raya, sehingga supply melimpah, akan menyebabkan harga mengalami penurunan (deflasi). • Pemerintah cukup memborong barang-barang tersebut dengan harga yang mendekati harga pasar, kemudian menyimpannya di gudang Baitul Mal. • Kebijakan ini mengurangi supply di pasar sehingga harga barang tidak terlalu jatuh. • Pihak produsen tidak terlalu dirugikan dan pihak konsumen-pun juga masih akan dapat menikmati harga barang yang relatif murah. • Pemborongan ditujukan untuk persediaan ketika nanti memasuki musim paceklik, yang mengakibatkan terjadinya kenaikan harga (inflasi). • Pemerintah dapat melepaskannya agar supply bertambah, sehingga harga tidak terlalu tinggi dan pihak produsen juga tidak terlalu dirugikan. b) Operasi Pasar
  • 13. c) Tidak perlu ada pungutan pajak • Pemerintah dalam sistem ekonomi Islam tidak perlu memungut berbagai pajak beserta turunan-turunannya. • Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung oleh wajib pajak sendiri dan tidak boleh dilimpahkan kepada orang lain. • Contohnya: Pajak Penghasilan (PPh), Pajak perseroan (PPs), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Kekayaan, Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama (BBN), Pajak deviden, Pajak bunga deposito dsb. • Pajak tidak langsung adalah pajak yang pemungutannya dapat dialihkan kepada orang lain. • Contohnya: Pajak Penjualan (PPn), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Cukai, Pajak Impor, Pajak Ekspor, Bea Meterai, Pita Rokok, Pajak Tontonan dsb.
  • 14. 1. Mengontrol Penjual a) Larangan Riba b) Larangan Ghabn Fahisy c) Larangan Ihtikar d) Larangan Tadlis e) Larangan Ba'i Najasy 2. Mengontrol Pembeli a) Larangan Kanzul Mal b) Larangan Tallaqi Rukban c) Larangan Taqtir d) Larangn Tabdzir e) Larangan Tarif 2. PERAN QODHI MUHTASIB 3. Mengontrol Penjual dan Pembeli a)Larangan Maysir b)Larangan Taghrir
  • 15. 1. MENGONTROL PENJUAL 1. Larangan Riba • Adanya beban riba atau bunga dalam transaksi perdagangan, akan menyebabkan harga jual dari barang akan mengalami kenaikan. • Jika seorang pedagang atau produsen mendapatkan modal dari utang, kemudian dia berkewajiban untuk mengembalikan hutang pokoknya dan ditambah dengan bunga, maka hal itu akan menyebabkan harga jual barang atau biaya produksi menjadi naik. • Adanya larangan riba dalam sistem ekonomi Islam, diharapkan keseimbangan pasar tetap normal, yang merupakan titik pertemuan antara permintaan dan penawaran.
  • 16. 2. Larangan Ghaban Fahisy • Ghaban fahisy adalah menjual atau membeli sesuatu dengan harga yang jauh lebih tinggi atau lebih rendah dari harga pasar. • Di sisi penjual, ghaban fahisy adalah adanya unsur penipuan dalam menaikkan harga barang secara keji dan tinggi dari harga pasar, sementara pihak pembeli tidak mengetahui informasi harga pasar. • Adanya larangan ghaban fahisy dalam sistem ekonomi Islam, diharapkan keseimbangan pasar tetap normal, yang merupakan titik pertemuan antara permintaan dan penawaran.
  • 17. 3. Larangan ihtikar • Ihtikar atau penimbunan adalah orang yang mengumpulkan barang dengan menunggu waktu naiknya harga barang tersebut, sehingga bisa menjual dengan harga yang tinggi, sementara masyarakat sulit menjangkau harganya. • Praktik ihtikar ini akan menyebabkan jumlah barang yang ditawarkan di pasar akan mengalami penurunan, sehingga harga akan mengalami kenaikan (inflasi). • Adanya larangan ihtikar ini, diharapkan keseimbangan pasar tetap normal, yang merupakan titik pertemuan antara permintaan dan penawaran.
  • 18. • Tadlis yaitu penipuan dalam jual-beli. • Tadlis dapat dilakukan oleh penjual maupun pembeli. • Penipuan pihak penjual adalah apabila penjual menyembunyikan cacat barang dagangannya. • Penipuan pihak pembeli adalah dengan memanipulasi alat pembayarannya. • Untuk praktik tadlis dari penjual, dapat terjadi dalam kualitas maupun kuantitas barang. • Tadlis dalam kualitas barang adalah dengan menyembunyikan cacat barang. • Tadlis dalam kuantitas adalah menjual barang dengan jumlah yang sedikit dengan, namun dengan harga barang dengan jumlah banyak. 4. Larangan Tadlis
  • 19. 5. Larangan Bai’ Najasy • Bay’ najasy adalah menjual barang dengan cara melakukan penipuan atau pengelabuan terhadap pembeli. • Bay’ najasy dilakukan ketika ada pembeli yang menawar barang dagangannya, maka akan datang temannya yang sudah bekerjasama dengan penjual untuk menawar barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi, dengan tujuan agar barang dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi, sampai diatas harga yang wajar dari pasar. • Akibat dari adanya praktik bay’ najasy ini, akan menyebabkan harga- harga akan mengalami kenaikan dari harga yang normal di pasar. • Praktik ini tentu akan menyebabkan terjadinya kerugian dari kalangan pembeli.
  • 20. 2. MENGONTROL PEMBELI 1. Larangan Ihtinaz (Kanzul Mal) • Ihtinaz (kanzul mal) adalah menyimpan atau menimbun uang tanpa ada tujuan untuk dibelanjakan dimasa yang akan datang. • Jika pihak konsumen, yaitu mereka yang memiliki kelebihan uang hanya disimpan saja, tidak mau membelanjakannya, maka akan menyebabkan perekonomian menjadi lesu, sehingga para penjual akan kesulitan memasarkan dagangannya. • Jika hal itu tidak dicegah oleh qodhi muhtasib, maka secara agregatif akan berpengaruh pada ketimpangan pasar.
  • 21. 2. Larangan Tallaqi Rukban • Tallaqi rukban adalah praktik yang dilakukan dari pihak pembeli dengan jalan mencegah masuknya barang ke pasar . • Tujuan dari praktik ini bagi pembeli adalah memanfaatkan ketidaktahuan informasi harga pasar dari penjual yang umumnya berasal dari pedesaan, sehingga dapat menipu atau mengelabui penjual dengan cara membeli barang dengan harga yang jauh lebih murah dibanding dengan harga pasar. • Jika praktik tallaqi rukban ini tidak dicegah oleh qodhi muhtasib, maka secara agregatif juga akan menyebakan pihak penjual atau produsen akan mengalami kerugian.
  • 22. 3. Larangan Taqtir (Kikir) • Taqtir dan bakhil adalah perbuatan kikir. • Ada kikir yang hukumnya makruh, yaitu tidak mau membelanjakan hartanya untuk menunjukkan kenikmatan Allah SWT. • Taqtir yang haram adalah kikir karena tidak mau menafkahkan uangnya atau hartanya untuk keperluan yang haq. • Praktik kikir yang makruh dan haram, jika tidak dikontrol oleh qodhi muhtasib, dapat berdampak pada permintaan pasar mengalami penurunan, sehingga ekonomi akan mengalami kelesuan.
  • 23. • Makna bahasa dari tabdzir adalah farraqahu israfan yang artinya menghambur-hamburkannya atau perbuatan boros. • Boros yang makruh, yaitu membelanjakan hartanya untuk keperluan yang lebih dari kepentingan wajar dalam hidupnya. • Boros yang haram adalah membelanjakan hartanya untuk perkara yang diharamkan oleh Allah. • Penggunaan harta untuk keperluan yang haram, jika dibiarkan akan menyedot perputaran uang dari sektor yang halal, sebab barang-barang yang haram (seperti minuman keras, daging babi, daging anjing, dsb) itu akan menimbulkan efek ketagihan atau kecanduan. • Qodhi muhtashib wajib mencegah munculnya praktik ini, agar perputaran barang yang halal tetap terjaga, sehingga pasar dapat berjalan secara sehat. 4. Larangan Tabdzir
  • 24. 5. Larangan Israf • Makna bahasa dari israf adalah melampaui batas atau berlebih- lebihan. • Israf yang makruh, yaitu berlebih-lebihan untuk belanja barang dan jasa yang halal. • Sedangkan untuk israf yang haram, yaitu berlebih-lebihan untuk belanja barang dan jasa yang diharamkan. • Dengan demikian, dampak yang diakibatkan jika praktik ini tidak dikendalikan dan dicegah oleh qadhi muhtashib, juga tidak jauh berbeda dengan pembahasan larangan tabdzir sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.
  • 25. 6. Larangan Tarif • Makna bahasa dari tarif adalah bermewah-mewah atau berfoya-foya. • Bermewah-mewah yang makruh, adalah bermewah-mewah yang sudah melebihi dari keperluan hidupnya yang wajar. • Maknatarif yang haram adalah berfoya-foya atau bermewah-mewah dengan membelanjakan hartanya untuk perbuatan penyalahgunaan nikmat, berbuat maksiyat, sombong dan membangkang kepada Allah, karena banyaknya nikmat yang diterimanya. • Jika praktik ini tidak dikendalikan oleh qadhi muhtashib, dampaknya juga sama dengan pembahasan larangan tabdzir dan tarif sebagaimana telah diuraikan sebelumnya.
  • 26. 3. MENGONTROL PENJUAL DAN PEMBELI 1. Larangan Maysir • Maysir atau judi adalah permainan (gambling), dimana satu pihak akan memperoleh keuntungan dan pihak lainnya akan menderita kerugian. • Dalam maysir paling tidak ada empat unsur yang harus ada: 1. Ada pihak-pihak pelaku perjudian. 2. Adan uang atau harta yang disetorkan untuk perjudian. 3. Adan suatu permainan yang bersifat gambling atau spekulasi. 4. Adan pihak yang menang dan ada pihak yang kalah. • Praktik maysir ini akan membuat mekanisme pasar yang sehat akan tergusur oleh praktik bisnis spekulasi. • Praktik ini telah melahirkan ekonomi non riil, yang akan terus menggelembung dan sewaktu-waktu dapat menimbulkan ledakan krisis.
  • 27. 2. Larangan Taghrir (gharar) • Taghrir adalah melibatkan diri dalam sesuatu yang bersifat gharar atau pertaruhan. • Jual-beli gharar adalah jual beli yang mengandung ketidakjelasan atau pertaruhan. • Gharar terjadi karena ketiadaan informasi pada kedua belah pihak yang bertransaksi jual-beli. • Contohnya adalah ijon, yaitu pembelian hasil panen ketika tanaman masih belum berbuah. • Dampak yang ditimbulkan seperti maysir, maka harus dicegah oleh qodhi muhtashib, karena dapat merusak pasar.
  • 28. RUKUN JUAL BELI 1. Al-'aaqidaani , yaitu: dua pihak yang berakad (penjual dan pembeli). 2. Ash-shighat , yaitu: ijab dan kabul. 3. Al-ma'quud alaihi atau mahallul aqdi, yaitu: barang dagangan atau al-mabii’.
  • 29. SYARAT JUAL BELI YANG PERTAMA 1. Syarat untuk Al-'Aaqidaani ada tiga, yaitu: 1. Aqil (berakal), 2. Mumayyiz (=7 tahun), 3. Mukhtar (dapat memilih, tidak dipaksa).
  • 30. SYARAT JUAL BELI YANG KEDUA 1. Syarat untuk Al-Ma'quud alaihi ada enam , yaitu: 1. Barangnya suci (thohir), yaitu bukan najis. 2. Dapat dimanfaatkan (intifa' bihi) 3. Milik orang yang berakad (milkiyatul aqid) 4. Dapat diserahterimakan (tasliim) 5. Barangnya diketahui (ma'lum) 6. Barangnya maqbudh (sudah dipegang penjual)
  • 31. DALIL-DALILNYA: • Dalil 1: Barangnya suci (thohir), bukan najis: • Firman Allah SWT (QS Al-Maidah: 90): •‫تفلحون‬ ‫لعلكم‬ ‫فاجتنبوه‬ • "Maka jauhilah dia (rijsun/najis) mudah-mudahan kamu mendapat keberuntungan” •‫رسوهللا‬ ‫نهى‬(‫ص‬)‫الخمروالخنزيروال‬ ‫بيع‬ ‫عن‬‫ميتة‬ ‫واالصنام‬ • "Rasulullah SAW telah melarang jual beli khamr, babi, bangkai dan berhala."
  • 32. Dalil 2: Dapat dimanfaatkan (intifa' bihi) • Yang dimaksud adalah bermanfaat secara syar‘i (Intifa'an Syar'iyan). • Barang tersebut harus barang yang sah dijualbelikan, misal: sapi, kambing, baju, mobil dsb. • Kaidah fikih : •‫حرام‬ ‫فبيعه‬ ‫العباد‬ ‫على‬ ‫حرم‬ ‫ما‬ ‫كل‬ • “Setiap apa-apa yang diharamkan kepada hamba-hamba- Nya, maka menjualbelikannya haram”. • Patung, anjing, khamr dan kotoran => disebut barang yang tidak bermanfaat secara syar'i, karena ada larangan syara' (haram) untuk menjualbelikannya.
  • 33. Dalil 3: Milik orang yang berakad (milkiyatul aqid) • Sabda Nabi SAW : •‫عندك‬ ‫ليس‬ ‫ما‬ ‫تبع‬ ‫ال‬ • “Janganlah kamu menjual apa-apa yang tidak ada di sisimu” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ibn Majah). • Arti Maa laisa indaka: 1. Barang itu bukan milikmu. 2. Barang itu tidak ada di sisimu.
  • 34. • Dalilnya: seperti no 3: •‫عندك‬ ‫ليس‬ ‫ما‬ ‫تبع‬ ‫ال‬ • “Janganlah kamu menjual apa-apa yang tidak ada di sisimu” • Pemahaman hadis : apa-apa yg tidak di sisimu, dapat diartikan "apa-apa yang kamu tidak berkuasa atasnya". • Misal: menjual budak yang melarikan diri, menjual burung peliharaan yang terbang, dsb. Dalil 4: Dapat diserahterimakan (tasliim)
  • 35. • Sabda Nabi SAW : •(‫غرر‬ ‫فإنه‬ ‫الماء‬ ‫في‬ ‫السمك‬ ‫تشتروا‬ ‫ال‬)‫احمد‬ ‫رواه‬ • "Janganlah kamu membeli ikan yang masih ada di air, karena itu adalah gharar (tidak pasti / uncertainty)" • Contoh lain: jual beli buah-buahan dari pohon tertentu yang belum berbuah. •‫ب‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ ‫ى‬َ‫ه‬َ‫ن‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ ‫النبي‬ ‫ان‬‫حتى‬ ‫الثمر‬ ‫يع‬ ُ‫ه‬ُ‫ح‬‫َل‬َ‫ص‬ ‫يبدو‬ • ”Sesungguhnya Nabi SAW melarang jual beli buah (yang ada di pohonnya) hingga nampak kematangannya” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad) Dalil 5: Barangnya diketahui (ma'lum)
  • 36. •ِ‫ان‬َ‫ب‬ْ‫ك‬ُّ‫الر‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ام‬َ‫ع‬َّ‫الط‬ ‫ي‬ ِ‫ر‬َ‫ت‬ْ‫ش‬َ‫ن‬ ‫ا‬َّ‫ن‬ُ‫ك‬ َ‫و‬ِ َّ‫اَّلل‬ ُ‫ل‬‫و‬ُ‫س‬َ‫ر‬ ‫َا‬‫ن‬‫ا‬َ‫ه‬َ‫ن‬َ‫ف‬ ‫ا‬ً‫ف‬‫ا‬َ‫ز‬ ِ‫ج‬ُ َّ‫اَّلل‬ ‫ى‬َّ‫ل‬َ‫ص‬ ْ‫ن‬َ‫ن‬ ‫ى‬َّ‫ت‬َ‫ح‬ ُ‫ه‬َ‫ع‬‫ي‬ِ‫ب‬َ‫ن‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ِ‫ه‬ِ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬َ‫م‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ُ‫ق‬ • "Dahulu kami membeli makanan dari para pengendara secara borongan, maka Rasulullah SAW melarang kami untuk menjualnya (kembali) hingga kami memindahkannya dari tempatnya (penjual pertama)." (HR Muslim). • Barang dagangan ada dua macam : 1. Dapat ditimbang, ditakar, dihitung (contoh bahan2 pangan, misal: beras, jagung, buah, gula, kopi,dll) => tidak sah dijual sebelum dipegang (maqbudh) oleh penjual. 2. Yang tidak ditimbang, ditakar, dihitung (misal : tanah, mobil, bangunan, dll) => sah dijual, walaupun belum dipegang (maqbudh) oleh penjual. Dalil 6: Barangnya maqbudh (sudah dipegang penjual)
  • 37. Syarat untuk Shighat (Ijab Kabul) adalah: 1. Muwafiq, artinya adanya kesesuaian antara ijab dan kabul. • Misal, penjual berkata : "Saya jual barang ini dg harga 1000 dinar." Lalu pembeli berkata,"Saya beli barang ini dengan harga 500 dinar."  tidak sah. 2. Satu Majelis Akad, artinya penjual dan pembeli berada pada waktu dan atau tempat yang sama. • Misal, penjual berkata ,"Saya jual barang ini dengan harga 1000 dinar. "Lalu sebelum ada ucapan kabul dari pembeli, penjual dan pembeli berpisah, maka jual belinya  tidak sah. 2. Tidak ada pemisah (fashil) antara ijab dan kabul. 3. Masing-masing penjual dan pembeli dapat mendengar (sama') ucapan masing-masing. SYARAT JUAL BELI KETIGA
  • 38. Syarat untuk Shighat (Ijab Kabul) adalah: 1. Muwafiq, artinya adanya kesesuaian antara ijab dan kabul. • Misal, penjual berkata : "Saya jual barang ini dg harga 1000 dinar." Lalu pembeli berkata,"Saya beli barang ini dengan harga 500 dinar."  tidak sah. 2. Satu Majelis Akad, artinya penjual dan pembeli berada pada waktu dan atau tempat yang sama. • Misal, penjual berkata ,"Saya jual barang ini dengan harga 1000 dinar. "Lalu sebelum ada ucapan kabul dari pembeli, penjual dan pembeli berpisah, maka jual belinya  tidak sah. 2. Tidak ada pemisah (fashil) antara ijab dan kabul. 3. Masing-masing penjual dan pembeli dapat mendengar (sama') ucapan masing-masing. SYARAT JUAL BELI KETIGA
  • 39. 1. Jual beli harga kontan (bai'u munjiz ats-tsaman), yaitu: jual beli yang mensyaratkan pembayaran harga di depan (kontan). 2. Jual beli harga bertempo (bai'u mu`ajjal ats- tsaman) (‫الثمن‬ ‫مؤجل‬ ‫,)بيع‬ yaitu: jual beli yang mensyaratkan pembayaran harga kemudian. 3. Jual beli dengan penyerahan barang kemudian (bai'u mu`ajjal al-matsman) (‫المثمن‬ ‫مؤجل‬ ‫بيع‬ ), yaitu: jual beli dengan penyerahan barang kemudian. Contohnya: jual beli salam dan istishna’. MACAM-MACAM JUAL BELI