ISTIGFAR SOLUSI SEGALA PERMASALAHAN
ada empat rombongan tamu yang datang secara terpisah kepada beliau untuk meminta nasihat.
1. datang TAMU mengeluhkan tentang masa paceklik yang terjadi di daerahnya dan sudah meresahkan masyarakat beristighfar kepada Allah SWT.
2. Tamunya Mengadu agar terbebas dari kefakiran atau kemiskinan yang melilit keluarganya beristighfar kepada Allah SWT.
3. datang lagi tamu berikutnya yang menyampaikan keluh kesah bahwa di sekitar tempat tinggalnya sedang terjadi kekeringan disebabkan tidak turunnya hujan. istighfar kepada Allah SWT.
4. Tamunya menyampaikan harapan yang sudah lama mereka dambakan, yaitu ingin memiliki keturunan dari pernikahan yang telah mereka jalani. perbanyak istighfar kepada Allah SWT.
Tanpa disengaja, keempat rombongan tamu itu bertemu di suatu tempat dan saling menceritakan keluh kesah mereka. Karena merasa mendapatkan nasihat yang sama,
Sesampainya di rumah Imam Al Bashri, mereka dipersilakan masuk. Setelah mendengarkan kembali keluhan tamunya, sang imam mengajak mereka menyimak QS Nuh [71] ayat 10-12.
“Maka, aku katakan kepada mereka, 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun'. Niscaya Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit atas kalian. Dan, Dia akan melipatgandakan harta dan anak-anak kalian, mengadakan kebun-kebun atas kalian, serta mengadakan sungai-sungai untuk kalian.”
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ أكْثَرَ مِنَ الاسْتِغْفَارِ
جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا
وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا
وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ.
Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang memperbanyak istighfar
maka Allah akan menjadikan untuknya kelapangan dari setiap kegundahan,
jalan keluar dari setiap kesempitan,
dan Dia memberikan rezeki untuknya dari jalan yang tidak terduga.”
Artinya:
4. A. Pengertian Mu’āmalah
1. Mu’āmalah dalam kamus Bahasa Indonesia artinya hal-hal yang t
e
r
m
a
s
u
k
2
. u
r
u
s
a
nkemasyarakatan (pergaulan, perdata, dsb). Sementara dalam
3. fiqh Islam berarti tukarmenukar barang atau sesuatu yang memberi
4. manfaatdengan cara yang ditempuhnya, seperti jual-beli,
5. sewamenyewa, upah-mengupah, pinjammeminjam, urusan bercocok
6. tanam, berserikat, dan usaha lainnya.
Dalam melakukan transaksi ekonomi, seperti jual-beli, s
e
w
a
-
m
e
n
y
e
w
a
,utang-piutang, dan pinjam-meminjam, Islam melarang
beberapa
hal di antaranya seperti berikut:
a. Tidak boleh mempergunakan cara-cara yang batil.
b. Tidak boleh melakukan kegiatan riba.
c. Tidak boleh dengan cara-cara ẓālim (aniaya).
d. Tidak boleh mempermainkan takaran, timbangan, kualitas, d
a
n
e
. k
e
h
a
l
a
l
a
n
.
f. Tidak boleh dengan cara-cara spekulasi/berjudi.
g. Tidak boleh melakukan transaksi jual-beli barang haram.
5.
6. a Syarat-Syarat Jual-Beli
Syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam Islam tentang jual-beli adalah sebagai berikut.
1) Penjual dan pembelinya haruslah:
a) Ballig.
b) Berakal sehat.
c) Atas kehendak sendiri.
2) Uang dan barangnya haruslah:
a) Halal dan suci
Haram menjual arak dan bangkai, begitu juga babi dan berhala, termasuk lemak b
a
n
g
k
a
i
t
e
r
s
e
b
u
t
.
b) Bermanfaat
Membeli barang-barang yang tidak bermanfaat sama dengan menyia-nyiakan harta a
t
a
u
p
e
m
b
o
r
o
s
.
c) Keadaan barang dapat diserahterimakan
Tidak sah menjual barang yang tidak dapat diserahterimakan. Contohnya, menjual i
k
a
n
d
a
l
a
mlaut atau barang yang sedang dijadikan jaminan.
d) Keadaan barang diketahui oleh penjual dan pembeli.
e) Milik sendiri.
1) Ijab Qobul
Seperti pernyataan penjual, “Saya jual barang ini dengan harga s
e
k
i
a
n
.
”
P
e
m
b
e
l
i
m
e
n
j
a
w
a
b
,“Baiklah saya beli.” Dengan demikian, berarti jual-beli itu berlangsung
suka
sama suka. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya jual-beli itu hanya sah jika
10. Macam-Macam Ribā
a) Ribā Faḍli, adalah pertukaran barang sejenis yang tidak s
a
m
a
t
i
m
b
a
n
g
a
n
n
y
a
.Misalnya, cincin emas 22 karat seberat 10 gram ditukar
dengan emas 22 karat namun seberat 11 gram. Kelebihannya itulah
yang termasuk riba.
b) Ribā Qorḍi, adalah pinjammeminjam dengan syarat harus
memberikelebihan saat mengembalikannya. Misal si A bersedia
meminjami si B uang sebesar Rp100.000,00 asal si B bersedia
mengembalikannya sebesar Rp115.000,00. Bunga pinjaman itulah yang
disebut riba.
c) Ribā Yādi, adalah akad jual-beli barang sejenis dan s
a
m
a
t
i
m
b
a
n
g
a
n
n
y
a
,namun penjual dan pembeli berpisah sebelum
melakukan serah terima. Seperti penjualan kacang, ketela yang
masih di
dalam tanah.
d) Ribā Nasi’ah, adalah akad jual-beli dengan penyerahan b
a
r
a
n
g
b
e
b
e
r
a
p
awaktu kemudian. Misalnya, membeli buah-buahan yang masih
kecil-kecil di pohonnya, kemudian diserahkan setelah besar-besar atau
setelah layak dipetik. Atau, membeli padi di musim kemarau, tetapi
diserahkan setelah panen.
11. a. Pengertian Utang-piutang:
Utang-piutang adalah menyerahkan harta dan benda kepada s
e
s
e
o
r
a
n
g
d
e
n
g
a
ncatatan akan dikembalikan pada waktu kemudian. Tentu saja
dengan tidak mengubah keadaannya.
b. Rukun Utang-piutang:
1) yang berpiutang dan yang berutang
2) ada harta atau barang
3) Lafadz kesepakatan. Misal: “Saya utangkan ini kepadamu.” Yang
4) berutangmenjawab, “Ya, saya utang dulu, beberapa hari lagi
5) (sebutkan dengan jelas) atau jika sudah punya akan saya lunasi.” Untuk
6) menghindarikeributan di belakang hari, Allah Swt. menyarankan agar
7) kita mencatat dengan baik utang-piutang yang kita lakukan. Jika orang
8) yangberutang tidak dapat melunasi tepat pada waktunya karena
2.Utang-piutang
12. 3. Sewa-menyewa
a. Pengertian Sewa-menyewa:
Sewa-menyewa dalam fiqh Islam disebut ijārah, artinya imbalan yang harus diterima o
l
e
h
s
e
s
e
o
r
a
n
g atas jasa yang diberikannya. Jasa di sini berupa penyediaan tenaga dan pikiran,
tempat tinggal, atau hewan.
b. Syarat dan Rukun Sewa-menyewa:
1) Yang menyewakan dan yang menyewa haruslah telah ballig dan berakal sehat.
2) Sewa-menyewa dilangsungkan atas kemauan masing-masing, bukan karena dipaksa.
3) Barang tersebut menjadi hak sepenuhnya orang yang menyewakan, atau walinya.
4) Ditentukan barangnya serta keadaan dan sifat-sifatnya.
5) Manfaat yang akan diambil dari barang tersebut harus diketahui secara jelas oleh
kedua belah pihak.
6)
7)
Berapa lama memanfaatkan barang tersebut harus disebutkan dengan j
e
l
a
s
.
H
a
r
g
asewa dan cara pembayarannya juga harus ditentukan dengan jelas serta
disepakati bersama.
Dalam hal sewa-menyewa atau kontrak tenaga kerja, haruslah diketahui secara jelas d
a
n
d
i
s
e
p
a
k
a
t
ibersama sebelumnya hal-hal berikut. :
1) Jenis pekerjaan dan jam kerjanya.
2) Berapa lama masa kerja.
3) Berapa gaji dan bagaimana sistem pembayarannya: harian, bulanan, m
i
n
g
g
u
a
n
a
t
a
u
k
a
hborongan
4) Tunjangan-tunjangan seperti transpor, kesehatan, dan lain-lain.
13.
14. C. Syirkah
Secara bahasa, kata syirkah (perseroan) berarti mencampurkan d
u
a
b
a
g
i
a
natau lebih sehingga tidak dapat lagi dibedakan antara bagian
yang satu dengan bagian yang lainnya. Menurut istilah, syirkah adalah
suatu akad yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang bersepakat
untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh
keuntungan.
a. Rukun dan Syarat Syirkah:
1) Dua belah pihak yang berakad (‘aqidani). Syarat orang y
a
n
g
m
e
l
a
k
u
k
a
nakad adalah harus memiliki kecakapan (ahliyah)
melakukan taṡarruf (pengelolaan harta).
2) Objek akad yang disebut juga ma’qud ‘alaihi mencakup
pekerjaanatau modal. Adapun syarat pekerjaan atau benda yang
dikelola dalam syirkah harus halal dan diperbolehkan dalam agama
dan pengelolaannya dapat diwakilkan.
3) Akad atau yang disebut juga dengan istilah ṡigat. Adapun syarat
sah akad harus berupa taṡarruf, yaitu adanya aktivitas pengelolaan.
15. Macam-Macam Syirkah
1) Syirkah ‘Inānadalah syirkah antara dua pihak atau lebih y
a
n
g
2
) m
a
s
i
n
g
-masing memberi kontribusi kerja (amal) dan modal (mal).
3) Syirkahini hukumnya boleh berdasarkan dalil sunah dan ijma’
4) sahabat.
5) Syirkah ‘Abdān adalah syirkah antara dua pihak atau lebih y
a
n
g
6
) m
a
s
i
n
g
-
m
a
s
i
n
ghanya memberikan kontribusi kerja (amal), tanpa
7) kontribusi modal (amal). Konstribusi kerja itu dapat berupa kerja
8) pikiran (seperti penulis naskah) ataupun kerja fisik (seperti tukang
9) batu). Syirkah ini juga disebut syirkah ‘amal.
10) Syirkah Wujūh adalah kerja sama karena didasarkan p
a
d
a
1
1
) k
e
d
u
d
u
k
a
n
,ketokohan, atau keahlian (wujuh) seseorang di
12)tengah masyarakat. Syirkah wujūh adalah syirkah antara dua
13)pihak yang sama-sama memberikan kontribusi kerja (amal)
14)dengan pihak ketiga yang memberikan konstribusi modal (mal).
16. Macam-Macam Syirkah
4) Syirkah Mufāwaḍah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang menggabung
k
an
5) semuajenis syirkah di atas. Syirkah mufāwaḍah dalam pengertian ini boleh
6) dipraktikkan. Sebab setiap jenis syirkah yang sah berarti boleh digabungkan menjadi
7) satu.
8) Muḍārabah
Muḍārabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana p
i
h
a
k
p
e
r
t
a
m
amenyediakan semua modal (ṡāhibul māl), pihak lainnya menjadi
pengelola atau
pengusaha(muḍarrib).
6) Musāqah, Muzāra’ah, dan Mukhābarah
a) Musāqah
Musāqah adalah kerja sama antara pemilik kebun dan petani di mana sang p
e
m
i
l
i
k
k
e
b
u
nmenyerahkan kepada petani agar dipelihara dan hasil panennya nanti akan
dibagi
dua menurut persentase yang ditentukan pada waktu akad.
b) Muzāra’ah dan Mukhābarah
Muzāra’ah adalah kerja sama dalam bidang pertanian antara pemilik lahan d
a
n
p
e
t
a
n
ipenggarap di mana benih tanamannya berasal dari petani. Sementara
mukhābarah
17.
18. D. Perbankan
1. Pengertian Perbankan
Bank adalah sebuah lembaga keuangan yang bergerak dalam menghimpun d
a
n
a
m
a
s
y
a
r
a
k
a
tdan disalurkannya kembali dengan menggunakan sistem bunga.
Bank dilihat dari segi penerapan bunganya, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu s
e
p
e
r
t
i
b
e
r
i
k
u
t
:
a. Bank Konvensional
Bank konvensional ialah bank yang fungsi utamanya menghimpun dana untuk d
i
s
a
l
u
r
k
a
n
k
e
p
a
d
a yang memerlukan, baik perorangan maupun badan usaha, guna
mengembangkan usahanya dengan menggunakan sistem bunga.
b. Bank Islam atau Bank Syari’ah
Bank Islam atau bank syari’ah ialah bank yang menjalankan operasinya menurut s
y
a
r
i
a
t
I
s
l
a
m
. Istilah bunga yang ada pada bank konvensional tidak ada dalam bank Islam. Bank
syariah menggunakan beberapa cara yang bersih dari riba, misalnya seperti berikut:
1) Muḍārabah, yaitu kerja sama antara pemilik modal dan pelaku usaha d
e
n
g
a
n
p
e
r
j
a
n
j
i
a
n bagi hasil dan sama-sama menanggung kerugian dengan persentase sesuai
perjanjian. Dalam sistem muḍārabah, pihak bank sama sekali tidak mengintervensi
manajemen perusahaan.
2) Musyārakah, yakni kerja sama antara pihak bank dan pengusaha di mana m
a
s
i
n
g
-
m
a
s
i
n
g sama-sama memiliki saham. Oleh karena itu, kedua belah pihak mengelola
19. 3) Wadi’ah, yakni jasa penitipan uang, barang, deposito, m
a
u
p
u
n
s
u
r
a
tberharga. Amanah dari pihak nasabah berupa uang atau barang
titipanyang telah disebutkan di atas dipelihara dengan baik oleh pihak
bank. Pihak bank juga memiliki hak untuk menggunakan dana yang
dititipkandan menjamin bisa mengembalikan dana tersebut
sewaktuwaktu pemiliknya memerlukan.
4) Qarḍul hasān, yakni pembiayaan lunak yang diberikan k
e
p
a
d
a
n
a
s
a
b
a
hyang baik dalam keadaan darurat. Nasabah hanya diwajibkan
mengembalikansimpanan pokok pada saat jatuh tempo. Biasanya
layanan ini hanya diberikan untuk nasabah yang memiliki
deposito di
bank tersebut sehingga menjadi wujud penghargaan bank kepada
nasabahnya.
5) Murābahah, yaitu suatu istilah dalam fiqh Islam yang
menggambarkansuatu jenis penjualan di mana penjual sepakat dengan
pembeli untuk menyediakan suatu produk, dengan ditambah jumlah
keuntungan tertentu di atas biaya produksi. Di sini, penjual
mengungkapkan biaya sesungguhnya yang dikeluarkan dan berapa
keuntungan yang hendak diambilnya. Pembayaran dapat dilakukan
saat
penyerahan barang atau ditetapkan pada tanggal tertentu yang
disepakati. Dalam hal ini, bank membelikan atau menyediakan
barang
yang diperlukan pengusaha untuk dijual lagi dan bank meminta
20.
21. E. Asuransi Syari’ah
1. Prinsip-Prinsip Asuransi Syari’ah
Asuransi berasal dari bahasa Belanda, assurantie yang a
r
t
i
n
y
a
p
e
r
t
a
n
g
g
u
n
g
a
n
.Dalam bahasa Arab dikenal dengan at-Ta’m³n yang
berarti pertanggungan, perlindungan, keamanan, ketenangan
atau
bebas dari perasaan takut. Si penanggung (assuradeur)
disebut
mu’ammin dan tertanggung (geasrurrerde) disebut musta’min.
Asuransi dalam ajaran Islam merupakan salah satu upa
y
a
s
e
or
a
ngmuslim yang didasarkan nilai tauhid. Setiap manusia
menyadari bahwa sesungguhnya setiap jiwa tidak memiliki
daya apa
pun ketika menerima musibah dari Allah Swt., baik berupa
kematian,
kecelakaan,bencana alam maupun takdir buruk yang lain. Untuk
menghadapi berbagai musibah tersebut, ada beberapa cara
untuk
menghadapinya. Pertama, menanggungnya sendiri. Kedua,
mengalihkan risiko ke pihak lain. Ketiga,
mengelolanya bersama-sama.
Dalam ajaran Islam, musibah bukanlah permasalahan
individual, melainkan masalah kelompok walaupun musibah ini
22. 2. Perbedaan Asuransi Syari’ah d
a
n
A
s
u
r
a
n
s
iKonvensional
Tentu saja prinsip tersebut berbeda dengan yang berlaku di sistem
asuransikonvensional, yang menggunakan prinsip transfer risiko.
Seseorang
membayar sejumlah premi untuk mengalihkan risiko yang tidak mampu
dia pikul
kepada perusahaan asuransi. Dengan kata lain, telah terjadi ‘jual-beli’
atas risiko
kerugianyang belum pasti terjadi. Di sinilah cacat perjanjian asuransi
konvensional. Sebab akad dalam Islam mensyaratkan adanya sesuatu
yang
bersifat pasti, apakah itu berbentuk barang ataupun jasa.
Perbedaan yang lain, pada asuransi konvensional dikenal dana hangus,
dimana peserta tidak dapat melanjutkan pembayaran premi ketika ingin
mengundurkan diri sebelum masa jatuh tempo. Dalam konsep asuransi
syari’ah,
mekanismenya tidak mengenal dana hangus. Peserta yang baru masuk
sekalipun,
lantas karena satu dan lain hal ingin mengundurkan diri, dana atau
premi yang
sebelumnya sudah dibayarkan dapat diambil kembali, kecuali sebagian
kecil saja
yang sudah diniatkan untuk dana tabarru’ (sumbangan) yang tidak