Dokumen tersebut membahas tentang prinsip dan praktik ekonomi Islam, meliputi pengertian ekonomi Islam, tujuannya, prinsip-prinsipnya, dalil-dalilnya dari Al-Quran dan Hadis, serta praktik-praktik ekonomi Islam seperti larangan riba, jual beli, utang piutang, sewa menyewa, dan bentuk-bentuk kerjasama ekonomi seperti mudharabah dan musyarakah.
2. Prinsip dan Praktik Ekonomi Islam
Pengertian
Ekonomi
Islam
Tujuan
Prinsip
Ekonomi
Islam
Dalil Prinsip
dan Praktik
Ekonomi
Islam
Praktik
Ekonomi
Islam
Hikmah Prinsip dan Praktik
Ekonomi Islam
3.
4.
5.
6.
7. 1. Hendaknya diakukan dengan cara yang baik (Q.s An-
nisa 29)
2. Hendaknya kegiatan ekonomi teradministrasikan
dengan tertib ( Q.s Al-Baqarah:282)
3. Dilakukan secara terencana dan profesional
4. Mengutamakan faktor keahlian dalam mengelola
ekonomi
5. Dilakukan dengan penuh amanah (Q.s Al-Mu’minun:8)
6. Dilakukan dengan penuh tanggung jawab
7. Dilakukan secara adil
8.
9. Riba hukumnya haram dan dilarang oleh Allah swt. Adapun dasar hukumnya adalah sebagai berikut :
َي يِذَّال ُومُقَي اَمَك َّالِإ َونُموُقَي َال اَبِالر َونُلُكْأَي َينِذَّالَكِلَذ ِسَمْال َنِم ُانَطْي َّالش ُهُطَّبَخَت
َعْيَبْال ُاّلل َّلَحَأَو اَبِالر ُلْثِم ُعْيَبْال اَمَّنِإ ْواُالَق ْمُهَّنَأِبِم ٌةَظِعْوَم ُاءهَج نَمَف اَبِالر َمَّرَحَوِهِبَّر ن
َكِئـَلْو
ُ
أَف َداَع ْنَمَو ِاّلل ىَلِإ ُهُرْمَأَو َفَل َس اَم ُهَلَف َىَهَتانَفَونُدِلاَخ اَهيِف ْمُه ِراَّالن ُابَحْصَأ
[2:275] Orang-orang yang makan (mengambil) riba(1) tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila(2). Keadaan mereka yang demikian itu,
adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu(3) (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang
yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.
Catatan Kaki:
Riba itu ada dua macam: nasiah dan fadhl. Riba nasiah ialah pembayaran lebih yang disyaratkan oleh
orang yang meminjamkan. Riba fadhl ialah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis, tetapi
lebih banyak jumlahnya karena orang yang menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran
emas dengan emas, padi dengan padi, dan sebagainya. Riba yang dimaksud dalam ayat ini riba nasiah
yang berlipat ganda yang umum terjadi dalam masyarakat Arab zaman jahiliyah.
Maksudnya: orang yang mengambil riba tidak tenteram jiwanya seperti orang kemasukan syaitan.
Riba yang sudah diambil (dipungut) sebelum turun ayat ini, boleh tidak dikembalikan.
10. Sebab-sebab diharamkannya Riba.
1) Dapat menimbulkan exploitasi (pemerasan) oleh pemegang
modal besar (kaya) kepada orang yang terdesak
ekonominya.
2) Dapat menciptakan dan mempertajam jurang pemisah
antara si kaya dan si miskin.
3) Dapat menimbulkan sifat rakus dan tamak yang
mengakibatkan orang tidak mampu bertambah berat
bebannya.
4) Dapat memutuskan tali persaudaraan terhadap sesama
muslim karena menghi-langkan rasa tolong-menolong
12. Jual beli dalam bahasa arab
terdiri dari al-bai’ yang artinya jual
dan ’a asy-syira yang artinya beli.
Menurut istilah hukum syara,
jual beli ialah menukar suatu
barang/uang dengan barang yang
lain dengan cara aqad
(ijab/qobul).
13.
14.
15. Khiyār adalah bebas memutuskan antara meneruskan jual-beli atau
membatalkannya. Islam memperbolehkan melakukan khiyār karena jual-
beli haruslah berdasarkan suka sama suka, tanpa ada unsur paksaan sedikit
pun. Penjual berhak mempertahankan harga barang dagangannya,
sebaliknya pembeli berhak menawar atas dasar kualitas barang yang
diyakininya. Rasulullah saw. bersabda, “Penjual dan pembeli tetap dalam
khiyar selama keduanya belum berpisah. Apabila keduanya berlaku benar
dan suka menerangkan keadaan (barang)nya, maka jual-belinya akan
memberkahi keduanya. Apabila keduanya menyembunyikan
keadaansesungguhnya serta berlaku dusta, maka dihapus keberkahan jual-
belinya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
16. a) Khiyār Majelis, adalah selama penjual dan pembeli masih berada di tempat
berlangsungnya transaksi/tawar-menawar, keduanya berhak memutuskan
meneruskan atau membatalkan jual-beli. Rasulullah saw. bersabda, “Dua
orang yang berjual-beli, boleh memilih akan meneruskan atau tidak selama
keduanya belum berpisah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
b) Khiyār Syarat, adalah khiyar yang dijadikan syarat dalam jual-beli. Misalnya
penjual mengatakan, “Saya jual barang ini dengan harga sekian dengan syarat
khiyar tiga hari.” Maksudnya penjual memberi batas waktu kepada pembeli
untuk memutuskan jadi tidaknya pembelian tersebut dalam waktu tiga
hari. Apabila pembeli mengiyakan, status barang tersebut sementara waktu
(dalam masa khiyār) tidak ada pemiliknya. Artinya, si penjual tidak berhak
menawarkan kepada orang lain lagi. Namun, jika akhirnya pembeli
memutuskan tidak jadi, barang tersebut menjadi hak penjual kembali.
Rasulullah saw. bersabda kepada seorang lelaki, “Engkau boleh khiyār pada
segala barang yang engkau beli selama tiga hari tiga malam.” (HR. Baihaqi dan
Ibnu Majah)
17. Utang-piutang adalah
menyerahkan harta dan benda
kepada seseorang
dengan catatan akan
dikembalikan pada waktu
kemudian. Tentu saja dengan
tidak mengubah keadaannya.
18.
19. Sewa-menyewa dalam fiqh
Islam disebut ijārah, artinya
imbalan yang harus diterima oleh
seseorang atas jasa yang
diberikannya. Jasa di sini berupa
penyediaan tenaga dan pikiran,
tempat tinggal, atau hewan.
20. 6) Manfaat yang akan diambil dari barang
tersebut harus diketahui secara jelas
oleh kedua belah pihak. Misalnya, ada
orang akan menyewa sebuah rumah. Si
penyewa harus menerangkan secara
jelas kepada pihak yang menyewakan,
apakah rumah tersebut mau ditempati
atau dijadikan gudang. Dengan
demikian, si pemilik rumah akan
mempertimbangkan boleh atau tidak
disewa. Sebab risiko kerusakan rumah
antara dipakai sebagai tempat tinggal
berbeda dengan risiko dipakai sebagai
gudang. Demikian pula jika barang
yang disewakan itu mobil, harus
dijelaskan dipergunakan untuk apa
saja.
7) Harga sewa dan cara pembayarannya
juga harus ditentukan dengan jelas
serta disepakati bersama.
1) Yang menyewakan dan yang
menyewa haruslah telah ballig
dan berakal sehat.
2) Sewa-menyewa dilangsungkan
atas kemauan masing-masing,
bukan karena dipaksa.
3) Barang tersebut menjadi hak
sepenuhnya orang yang
menyewakan, atau walinya.
4) Ditentukan barangnya serta
keadaan dan sifat-sifatnya.
5) Berapa lama memanfaatkan
barang tersebut harus
disebutkan dengan jelas.
24. a. Sighot lafal, yaitu kalimat aqad perjanjian dengan syarat mengandung arti izin
untuk membelanjakan barang syarikat. Contoh: Ijab: “Kita bersyarikat pada barang ini
dan saya izinkan engkau menjalankannya”.
Qobul : ” Saya terima seperti apa yang engkau katakan tadi”. Dalam kehidupan modern
lafal tersebut dengan menggunakan perjanjian yang disaksikan dengan akte notaris.
b. Orang (anggota) yang bersyarikat harus memenuhi syarat : sehat akal, baligh,
merdeka, tidak dipaksa.
c. Pokok modal yang disepakati, disyaratkan :
• Modal berupa uang atau barang yang dapat ditimbang atau ditakar.
• Modal hendaklah dapat digabungkan sebelum aqad sehingga tidak dapat dibedakan
lagi.
• Modal tidak harus sama tetapi menurut permufakatan orang yang berserikat.
25. BENTUK SYIRKAH
a) Syarikat Harta (Syirkatul
Inan)
Syarikat harta atau syirkah inan
ialah aqad kerja sama antara dua
orang atau lebih dalam
permodalan untuk melakukan
suatu usaha (bisnis) atas dasar
membagi untung dan rugi (profit
and Loss sharing) sesuai dengan
besar kecilnya modal. Bentuk-
bentuk syarikat harta dalam
kehidupan modern : Firma (Fa),
Comanditere Veenootchaap (CV),
Perseroan terbatas (PT) dan
Koperasi.
b) Syarikat Kerja
Syarikat kerja adalah bentuk
kerjasama antara dua orang atau
lebih yang bergerak dalam usaha
memberikan pelayanan kepada
masyarakat (bidang jasa). Hukum
syarikat kerja sebagian ulama
mengatakan syah. Faedah syarikat
kerja antara lain : untuk
memajukan kesejahteraan rakyat
dan jalan yang baik untuk
menguatkan hubungan antar
bangsa. Adapun macam-macam
Syarikat Kerja itu antara lain :
26. 1) Qirod (Mudharabah), yaitu pemberian
modal dari seseorang kepada orang lain
untuk berdagang sedang keuntungan dibagi
antara keduanya menurut perjanjian.
2) Musaqoh (Paroan Kebun) ialah kerja sama
antara pemilik kebun dengan pemelihara
kebun dengan perjanjian bagi hasil
(production sharring) menurut kesepakatan
bersama.
3) Muzaro’ah dan Mukhobaroh.Yaitu kerja
sama antara pemilik tanah (sawah) dengan
penggarap tanah (sawah) dengan perjanjian
bagi hasil menurut kesepakatan bersama.
27.
28. Di Indonesia pelopor perbankan syariah
adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri
tahun 1991, bank ini diprakarsai oleh
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan
pemerintah serta dukungan dari Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan
beberapa pengusaha muslim.
29. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai
pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai
akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana.
Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang hanya
merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki
nilai intrinsik.
Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua
belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka
peroleh dari sebuah transaksi.
Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan
dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh
perbankan syariah.
30. PRODUK PERBANKAN SYARIAH
1. Mudhorobah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan
pengusaha. Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut
rasio tertentu yang disepakati.
2. Musyarokah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model
partnership atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan
dibagi dalam rasio yang disepakati sementara kerugian akan
dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang dimiliki masing-masing
pihak.
3. Murobahah , yakni penyaluran dana dalam bentuk jual beli.
4. Takaful (asuransi islam)
5. Wadi’ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana
penitip dapat mengambil dana tersebut sewaktu-waktu.
6. Deposito Mudhorobah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam
kurun waktu yang tertentu.
31.
32.
33. Saat ini berkembang banyak perusahan Asuransi
Islam, apakah perbedaan antara perusahaan
Asuransi Islam ini dengan perusahaan asuransi
yang lainnya?
Menurut Prof. Dr. Husein Husein Syahatah,Guru
Besar Ekonomi Islam di Universitas al-Azhar
Terdapat beberapa perbedaan yang mendasar
antara Asuransi Islam dan Asuransi Komersial-
Konvensional , diantaranya adalah sebagai
berikut:
34. a. Asuransi Islam berdiri atas dasar kerjasama dan tolong menolong dalam
kebaikan dan takwa. Dalilnya Firman Allah:” Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. al-Maidah:2)
b. Sedangkan Asuransi Komersial berdiri atas dasar keuntungan bagi
perusahaan, dan hal ini terlihat pada perbedaan antara kompensasi yang
diberikan bagi buruh dengan yang diberikan bagi orang yang ditimpa
kecelakaan/musibah.
c. Asuransi Islam bukan bertujuan untuk menghasilkan untung bagi
perusahaan, akan tetapi keuntungan dibagikan kepada nasabah sesuai dengan
kadar saham mereka.
d. Akad Asuransi Komersial mengandung unsur penipuan dan
ketidaktahuan, dan hal inilah yang tidak dibolehkan dalam syari’at Islam,
sedangkan Asuransi Islam sebaliknya berdiri atas dasar tolong
menolong/kerjasama dan solidaritas, dan inilah yang disyari’atkan dalam
Islam.
e. Perusahaan Asuransi Islam menginvestasikan kelebihan harta
berdasarkan bentuk/sistem investasi dalam Islam. Sedangkan perusahaan
Asuransi Komersial-Konvensional berdasarkan riba yang diharamkan Islam.
35. • kita dapat melakukam kegiatan Ekonomi
secara Islami
• dapat mencapai kesahteraan dunia dan
akhirat
• dapat melakukan kegiatan ekonomi yang
dapat menyelamatkan Jiwa, akal, keturunan
dan menyelamatkan harta.
• Penyucian jiwa agar setiap muslim boleh
menjadi sumber kebaikan bagi masyarakat
dan lingkungannya.
• Tegaknya keadilan dalam masyarakat.
Keadilan yang dimaksud mencakupi aspek
kehidupan di bidang hukum dan muamalah.